tugas individu matematika 2012

download tugas individu matematika 2012

of 8

description

pendidikan matematika

Transcript of tugas individu matematika 2012

Pembelajaran Pemecahan Masalah Dengan Penemuan Terbimbing Untuk Memahamkan Siswa SMP Negeri 2 Gondanglegi Malang Pada Materi Transformasi

Tohir ZainuriSMP Negeri 1 Kasembon Kabupaten Malang ([email protected])

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman siswa dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan metode penemuan terbimbing . elain itu diungkap pula interaksi selama pembelajaran berlangsung yang di lakukan di SMP Negeri 2 Gondanglegi. Objek penelitian ini berjumlah 24 siswa,, pengumpulan data yang digunakan berupa lembar observasi, dan tes hasil belajar. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemahaman siswa akan meningkat dan berdampak positif terhadap matematika dengan metode penemuan terbimbing.

Kata kunci: pemecahan Masalah, penemuan terbimbing, pemahaman siswa

Matematika memiliki peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai alat bantu, matematika digunakan untuk kepentingan teoritis maupun praktis dalam pemecahan masalah sehari-hari seperti untuk menghitung, menjelaskan, dan memprediksi (Morgan dkk, 2004: 113). Sebagai ilmu yang universal matematika mendasari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern, yang tidak hanya untuk matematika itu sendiri tetapi juga untuk ilmu-ilmu yang seperti fisika, teknik dan statistik (Reynolds dan Muijs 2008) . Cockroft (dalam Abdurrahman, 2003:253) mengemukakan bahwa matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) selalu digunakan dalam kehidupan sehari-hari (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai, (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas, (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara, (5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian dan kesadaran keruangan, dan (6) memberikan kepuasan terhadap usaha pemecahan masalah yang menantang.Dalam pembelajaran matematika, pemecahan masalah merupakan aktivitas yang penting. National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) pada tahun 2000 merumuskan bahwa pemecahan masalah (problem solving) merupakan salah satu standar proses yang harus dicapai dalam pembelajaran matematika, lebih lanjut Holmes (dalam NCTM, 1980) menyatakan bahwa pemecahan masalah adalah jantung dari matematika (heart of mathematics). Menurut Kennedy dan Tipps (2008: 115) matematika bukan hanya dilihat sebagai kumpulan konsep-konsep dan fakta, akan tetapi merupakan proses yang dipelajari dan kemudian diterapkan untuk mencari selesaian suatu permasalahan. Sementara itu, Hudojo (2005:126) menyatakan bahwa dengan menyelesaikan masalah siswa menjadi lebih analitik dalam mengambil keputusan hal ini dikarenakan siswa harus mempunyai keterampilan tentang bagaimana mengumpulkan informasi, menganalisis, dan meneliti kembali dari hasil yang telah diperoleh.Guru dalam mendidik siswa agar lebih baik, maka seorang guru harus mampu memperdalam pengetahuannya dalam mengajar. Selain itu, seorang guru juga harus mampu menyesuaikan metode mengajarnya sesuai dengan tuntutan situasi dan kondisi. Di dalam mengajar seorang guru selalu mengharapkan agar semua ilmu pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan yang telah diajarkan dapat diterima, diingat, dan dikembangkan dengan baik oleh siswa.Penggunaan metode dalam kegiatan belajar mengajar merupakan peranan yang sangat penting, karena tanpa metode yang tepat akan mempengruhi keberhasilan proses dan hasil dari kegiatan belajar mengajar tersebut. Di samping itu ada kemungkinan bahwa pemanfaatan sarana yang ada misalnya buku-buku perpustakaan dan persediaan fasilitas dalam kegiatan belajar mengajar juga dapat berpengaruh dalam kegiatan belajar mengajar, karena sarana dan fasilitas berhubungan dengan metode. Pembelajaran matematika di sekolah pada umumnya masih menggunakan metode pembelajaran yang bersifat konvensional karena metode ini mudah dilaksanakan, cepat dan murah. Dalam pembelajaran tersebut cenderung bersifat teacher centered yaitu dominasi guru dalam menguasai kelas. Guru mengajar dengan ceramah dan mengharapkan siswa mendengarkan, mencatat dan menghafalkan. Padahal tuntutan dunia pendidikan sudah berubah, bahwasanya pembelajaran merupakan learning by doing yaitu siswa membuat keterkaitan-keterkaitan yang menghasilkan makna, dan ketika melihat makna, siswa akan menyerap dan menguasai pengetahuan dan keterampilan itu secara aktif. Dengan demikian diasumsikan kurangnya kreatifitas guru dalam menggunakan metode pembelajaran.Demikian halnya yang terjadi pada siswa-siswi SMP pada umumnya. Siswa cenderung hanya menghafalkan rumus dan prosedur-prosedur penyelesaian. Ini mengakibatkan kemampuan siswa menyelesaikan soal pemecahan masalah menjadi lemah. Lebih jauh, para siswa belum mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dipergunakan atau dimanfaatkan. Dengan kata lain, siswa tidak tahu fungsi dari hal yang dipelajari untuk kehidupannya. Selain itu jika dilihat dari sikap siswa dalam pembelajaran matematika, tampak bahwa siswa kurang berani bertanya, mengeluarkan pendapat berbeda dengan guru dalam menyelesaikan persoalan, dan belum mampu berpikir kritis.Keberhasilan proses kegiatan belajar mengajar pada pembelajaran matematika dapat dilihat dari tingkat pemahaman, penguasaan materi serta hasil belajar siswa. Hal ini dapat diasumsikan bahwa semakin tinggi pemahaman dan penguasaan materi serta hasil belajar, maka semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran. Namun dalam kenyataannya dapat dilihat bahwa hasil belajar matematika yang dicapai siswa masih rendah. Masalah tersebut, dikarenakan kurangnya pemahaman konsep siswa tentang materi yang dipelajari. Hal lain yang menyebabkan sulitnya matematika bagi siswa adalah karena pembelajaran matematika kurang bermakna. Guru dalam pembelajarannya di kelas tidak mengaitkan dengan skema yang telah dimiliki siswa dan siswa kurang diberi kesempatan untuk menemukan kembali dan mengkonstruksi sendiri ide-ide matematika. Untuk itu diperlukan suatu metode yang dapat mengaitkan pengalaman kehidupan nyata siswa dengan ide-ide matematika dalam pembelajaran di kelas agar pembelajaran lebih bermaknaMetode pembelajaran guided discovery learning merupakan salah satu alternatif yang diharapkan mampu mengaktifkan anak, menemukan sesuatu yang beda (inovatif), mengembangkan kreatifitas sehingga efektif namun tetap menyenangkan. Suasana belajar yang menyenangkan diindikasikan dapat membuat proses pembelajaran lebih efektif, yaitu siswa akan mampu membangun pemahamannya dengan kondisi fisik dan psikis yang tidak tertekan. Suasana yang menyenangkan juga akan membuat guru mampu menyampaikan materi pelajaran dengan lebih baik. Di samping itu siswa akan dapat menerima materi pelajaran dengan senang, sehingga apa yang disampaikan oleh guru akan lebih cepat diterima dan diingat dengan baik oleh siswaKenyataan di lapangan pembelajaran matematika masih cenderung berfokus pada buku teks, masih sering dijumpai guru matematika masih terbiasa pada kebiasaan mengajarnya dengan menggunakan langkahlangkah pembelajaran seperti: menyajikan materi pembelajaran, memberikan contoh contoh soal dan meminta siswa mengerjakan soal-soal latihan yang terdapat dalam buku teks yang mereka gunakan dalam mengajar dan kemudian membahasnya bersama siswa.Hal ini sesuai hasil temuan Wahyudin (1999) yaitu sebagian besar siswa tampak mengikuti dengan baik setiap penjelasan atau informasi dari guru, siswa sangat jarang mengajukan pertanyaan pada guru sehingga guru asyik sendiri menjelaskan apa yang telah disiapkannya, berati siswa hanya menerima saja apa yang disampaikan oleh guru. Guru pada umumnya mengajar dengan metode ceramah dan ekspositori (Wahyudin, 1999). Hal ini didukung oleh Ruseffendi (2006) yang menyatakan bahwa selama ini dalam proses pembelajaran matematika di kelas, pada umumnya siswa mempelajari matematika hanya diberi tahu oleh gurunya dan bukan melalui kegiatan eksplorasi. Itu semua mengindikasikan bahwa siswa tidak aktif dalam belajar. Melalui proses pembelajaran seperti ini, kecil kemungkinan kemampuan matematis siswa dapat berkembang.Pembelajaran merupakan suatu kegiatan dengan maksud agar proses belajar seseorang atau sekelompok orang dapat berlangsung. Menurut Setyosari (2001:1) bahwa pembelajaran merupakan suatu usaha manusia yang dilakukan dengan tujuan untuk membantu memfasilitasi belajar orang lain. Untuk memperoleh pembelajaran yang dapat berjalan secara kondusif, maka harus diciptakan suasana belajar yang dapat mencapai tujuan yang efektif dan efisien. Pembelajaran sebagai upaya membelajarkan siswa, artinya siswa dalam pembelajaran di kelas tidak hanya berinteraksi dengan guru saja sebagai salah satu sumber belajar, tetapi bisa menggunakan sumber belajar lain.Adapun yang dimaksud dengan pembelajaran adalah upaya menciptakan kondisi agar siswa dapat belajar. Kondisi yang dimaksud adalah bahwa pembelajaran ada kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode untuk mencapai hasil yang diinginkan (Budiningsih, 2008:51). Dalam kegiatan pembelajarn, keterlibatan siswa secara aktif sangat diutamakan. Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengaitkan pengetahuan baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki siswa.Hudojo (2005:103) mengemukakan agar proses belajar matematika terjadi, bahasan matematika seyogyanya tidak disajikan dalam bentuk yang sudah tersusun secara final, melainkan siswa dapat terlibat aktif di dalam menemukan konsep-konsep, struktur-struktur, sampai kepada teorema atau rumus-rumus. Keaktifan siswa tidak saja pada keterampilan mengerjakan soal-soal sebagai aplikasi dari konsep-konsep matematika yang telah dipelajarinya, melainkan juga mementingkan pemahaman pada proses terbentuknya konsep. Konsep-konsep matematika hendaknya tidak diajarkan melalui definisi, tetapi melalui contoh-contoh yang relevan yang melibatkan konsep-konsep tertentu. Dalam pembelajaran, siswa membangun pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar, siswa menjadi pusat kegiatan bukan guru (Nurhadi, 2004:3). Hal ini berarti bahwa siswa sebagai peserta didik perlu waktu untuk mengklarifikasi, mendeskripsikan, membandingkan, serta menyepakati makna suatu pengetahuan bagi mereka. Piaget (dalam Sagala, 2008:29) berpendapat bahwa dalam mengajar, seharusnya diperhatikan pengetahuan yang telah diperoleh siswa sebelumnya. Dengan demikian mengajar dianggap bukan sebagai proses dimana gagsan-gagasan guru dipindahkan pada siswa, melainkan sebagai proses untuk mengubah gagasan si anak yang sudah ada yang mungkin salah.Pembelajaran matematika akan lebih bermakna dan menarik bagi siswa jika guru menghadirkan masalah-masalah konstektual dan realistik yaitu masalah-masalah yang sudah dikenal, dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa. Masalah konstektual dapat digunakan sebagai titik awal pembelajaran matematika dalam membantu siswa mengembangkan pengertian terhadap konsep matematika yang dipelajari dan juga bisa digunakan sebagai sumbar aplikasi matematika.Dalam pembelajaran yang dilakukan guru memulai pembelajaran dengan mempersiapkan siswa terlebih dahulu, setelah itu diikuti dengan mengucapkan salam. Pokok bahasan yang diajarkan yaitu tentang transformasi dengan sub pokok bahasan menemukan konsep translasi. Pembelajaran diawali dengan guru memberikan permasalahan yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Model pembelajaran penemuan terbimbing adalah sebuah model pembelajaran yang dilakukan dengan adanya pemberian rangsangan berupa masalah-masalah yang kemudian dilakukan pemecahan masalah oleh siswa yang diharapkan dapat menambah keterampilan siswa dalam pencapaian materi pembelajaran.Guru memulai pembelajaran dengan mempersiapkan siswa terlebih dahulu, setelah itu diikuti dengan mengucapkan salam. Pokok bahasan yang diajarkan yaitu tentang transformasi dengan sub pokok bahasan menemukan konsep refleksi. Pembelajaran diawali dengan guru memberikan contoh permasalahan sehari-hari terkait dengan konsep transformasi.Pembentukan kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling mengajar dan saling mendukung sehingga memudahkan pengelolaan kelas karena dengan adanya satu orang yang berkemampuan akademis tinggi yang diharapkan bisa membantu anggota kelompok yang lain. Setelah itu guru memberikan lembar kerja kelompok untuk dibahas dalam kelompok awal, dan kelompok tersebut bekerja sama untuk membahas dan mengerjakan lembar diskusi.Setelah kegiatan diskusi kelompok selesai, langkah selanjutnya adalah presentasi kelompok. Kegiatan ini bertujuan untuk mengukur penguasaan materi siswa terhadap tugas yang telah diberikan dan melatih keberanian dalam berpendapat dan menjawab pertanyaan. Menurut Piaget (dalam Dahar, 1988:195) pertukaran gagasan-gagasan tidak dapat dihindari untuk perkembangan penalaran. Para siswa hendaknya diajurkan untuk mempunyai pendapat mereka sendiri, mengemukakannya, mempertahankannya dan merasa bertanggung jawab atasnya. Dua kelompok mempresentasikan hasil diskusi siswa untuk menjawab lembar diskusi dan hasil presentasi ini akan ditarik kesimpulan bersama. Dari hasil pengamatan yang dilakukan untuk mengetahui aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Terlihat bahwa siswa antusias untuk mengikuti pembelajaran apalagi saat diskusi kelompok terlihat antar siswa saling berinteraksi untuk membahas permasalahan yang diberikan. Terlihat bahwa siswa yang biasanya diam ketika mereka berdiskusi dengan temannya terlihat lebih terbuka dan antusias. Mereka yang biasanya malu bertanya sehingga tidak dengan diskusi dengan temannya mereka tidak malu dan canggung bahkan ada beberapa siswa yang terlibat depat dalam hal ini guru sebagai fasilitator yang mengarahkan jalannya diskusi.

DAFTAR RUJUKAN

Abdurrahman, M. (2003), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Penerbit Rineka Cipta, JakartaBudiningsih, C.A. 2008. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.Kennedy, L.M, dan Tipps, S. 2008. Guidings Learning of Mathematics (11thed).California: WadsworthHudojo, H. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika.Malang: Universitas Negeri Malang.Morgan dkk.2003. Mathematics Assessment A Practical Handbook For Grades 6 - 8: RoutledgeFalmer. London.NCTM. 1980. Problem Solving in School Mathematics. Yearbook: NCTM Inc.Nurhadi. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: UM Press.Reynolds & Muijs. 2008. Effective Teaching : Teori dan Aplikasi. Terjemahan oleh Heli dan Mulyantini. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.Sagala,S. 2008. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung, AlfabetaSetyosari, Punaji. 2001. Rancangan Pembelajaran Teori dan Praktek. Malang: Elang MasSanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media GroupWijaya, Ariyadi. 2012. Pendidikan Matematika Realistik Suatu Alternatif Pendekatan Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Graha Ilmu