Tugas Individu Kasus 5 Dwi Rangga Seto 115020300111106

10
Nama : Dwi Rangga Seto NIM : 115020300111106 1) Kualitas dari bukti lisan hasil wawancara yang didapatkan Indah Sanjaya dari Agus Kuncoro selaku asisten presiden masih dinilai kurang berkompeten. kompetensi bukti audit harus memenuhi empat kriteria, yaitu relevansi, sumber, obyektifitas dan waktu. Dan juga, bidang yang ditangani oleh Agus Kuncoro tidak mencakup keseluruhan transaksi yang dilakukan PT Maju Makmur sehingga terkadang pertanyaan Indah Sanjaya tidak terjawab seluruhnya. Untuk dapat mendukung temuan audit, Indah Sanjaya harus mencari sumber dan bukti lain yang dapat menguatkan pernyataan dari Agus Kuncoro baik dari pihak internal maupun eksternal perusahaan.Hal ini karena bukti lisan yang didapatkan masih dari satu pihak saja sehingga belum terjamin kebenarannya, sehingga perlu dilakukan crosscek dengan pihak yang lain untuk mendapatkan bukti yang kompeten. Sesuai dengan standar lapangan ke tiga, “Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan”. Dari hal tersebut maka lebih baik juga Indah Sanjaya juga melakukan konfirmasi kepada pihak independen di luar perusahaan, untuk tujuan audit auditor independen, sehingga diharapkan bukti tersebut memberikan jaminan keandalan yang lebih daripada bukti

description

prakaudit

Transcript of Tugas Individu Kasus 5 Dwi Rangga Seto 115020300111106

Page 1: Tugas Individu Kasus 5 Dwi Rangga Seto 115020300111106

Nama : Dwi Rangga Seto

NIM : 115020300111106

1) Kualitas dari bukti lisan hasil wawancara yang didapatkan Indah Sanjaya dari Agus

Kuncoro selaku asisten presiden masih dinilai kurang berkompeten. kompetensi bukti

audit harus memenuhi empat kriteria, yaitu relevansi, sumber, obyektifitas dan waktu.

Dan juga, bidang yang ditangani oleh Agus Kuncoro tidak mencakup keseluruhan

transaksi yang dilakukan PT Maju Makmur sehingga terkadang pertanyaan Indah

Sanjaya tidak terjawab seluruhnya. Untuk dapat mendukung temuan audit, Indah

Sanjaya harus mencari sumber dan bukti lain yang dapat menguatkan pernyataan dari

Agus Kuncoro baik dari pihak internal maupun eksternal perusahaan.Hal ini karena

bukti lisan yang didapatkan masih dari satu pihak saja sehingga belum terjamin

kebenarannya, sehingga perlu dilakukan crosscek dengan pihak yang lain untuk

mendapatkan bukti yang kompeten. Sesuai dengan standar lapangan ke tiga, “Bukti

audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan

keterangan dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas

laporan keuangan auditan”. Dari hal tersebut maka lebih baik juga Indah Sanjaya juga

melakukan konfirmasi kepada pihak independen di luar perusahaan, untuk tujuan audit

auditor independen, sehingga diharapkan bukti tersebut memberikan jaminan keandalan

yang lebih daripada bukti yang diperoleh dari dalam perusahaan itu sendiri. Sedangkan

bukti yang didapat dari hasil wawancara dengan Agus Kuncoro selaku asisten presiden

dapat dikatakan masih belum kompeten, karena hanya bersifat subyektif dan terlalu

menguntungkan klien, oleh sebab itu perlu mencari bukti-bukti penguat yang lain.

2) Kecurangan-kecurangan yang dapat terjadi atas piutang usaha dalam PT Maju Makmur

contohnya adalah :

a) Adanya komisi berdasarkan pada penjualan perusahaan.

b) Perhitungan piutang yang hanya dilakukan satu kali dalam setahun.

c) Tidak ada pemeriksaan terhadap buku besar pembantu, kecuali oleh auditor.

d) Penyusunan estimasi piutang tak tertagih yang hanya berdasarkan dari kebiasaan

dari tahun ke tahun.

Page 2: Tugas Individu Kasus 5 Dwi Rangga Seto 115020300111106

e) Penagihan atas piutang kepada pelanggan yang mencapai 60 hari dianggap terlalu

lama, dan waktu yang diberikan kepada pelanggan untuk melunasi hutangnya

adalah lima sampai enam bulan.

f) Kecurigaan terjadi saat pengiriman faktur tagihan ketiga saat piutang tidak

dibayarkan dalam jangkan waktu 90 hari, yang mengirimkan adalah Agus

Kuncoro, seharusnya yang mengirimkan adalah bagian controller.

g) Umur rata-rata piutang yang meningkat drastis yaitu 53 hari.

h) Penyelesaian komplain pelanggan terhadap faktur, diselesaikan secara personal,

seharusnya diselesaikan atas nama perusahaan.

i) Tidak adanya pemeriksaan atas piutang tak tertagih oleh Langgeng Santoso,

menjadikan Agus Kuncoro memiliki kesempatan yang besar untuk melakukan

penggelapan terhadap piutang yang tak tertagih.

j) Pengiriman faktur penjualan yang dikirim dua kali, yang pertama oleh Divisi

Penjualan dan yang kedua oleh Agus Kuncoro, memberikan peluang kepada

Agus untuk melakukan koreksi terhadap piutang, dan mungkin saja untuk

melakukan penggelapan. Dan tentu saja pengiriman dua faktur ini menyebabkan

kepercayaan pelanggan menjadi berkurang.

k) Tidak adanya indikator yang tegas yang menjelaskan batas risiko kredit tersebut

dikatakan baik atau buruk.

l) Umur rata-rata piutang yang terlalu lama dan berjalan semakin lambat.

m) Sering terjadinya penghapusan piutang pada tahun tersebut.

n) Persentase beban piutang tak tertagih yang ditentukan dengan alasan yang tidak

jelas.

Beberapa hal tersebut menimbulkan potensi kecurangan karena tingkat piutang tak tertagih

perusahaan cukup tinggi.

3) Penjualan fiktif berpotensi terjadi karena adanya kebijakan komisi dari perusahaan

berdasarkan penjualan perusahaan. Karyawan perusahaan berusaha untuk meningkatkan

penjualan demi mendapatkan komisi dari perusahaan dengan menggunakan segala cara

yang bisa. Piutang usaha berhubungan langsung dengan penjualan secara kredit. Hal ini

mengindikasikan kemungkinan terjadinya penjualan fiktif dalam perusahaan. Cara yang

digunakan untuk menimbulkan penjualan fiktif adalah dengan cara melakukan

pencatatan di buku besar penjualan dan mengirimkan faktur penjualan fiktif kepada

Page 3: Tugas Individu Kasus 5 Dwi Rangga Seto 115020300111106

pelanggan yang fiktif juga. Salah satu alasan dilakukannya penjualan fiktif adalah untuk

menaikkan laba perusahaan, hal ini mungkin saja karena niat PT Maju Makmur yang

ingin menjadi perusahaan publik, jika labanya meningkat, tentu perusahaannya akan

sangat diminati oleh investor.

4) Agus Kuncoro tidak dapat memberikan alasan yang jelas dasar penetapan piutang tak

tertagih. Penetapan piutang tak tertagih yang didasarkan sebesar 0,7% atas penjualan

kredit bersih tidaklah tepat. Sebaiknya penetapan tersebut didasarkan atas umur piutang.

Selain itu, banyaknya penghapusan piutang dan faktur penjualan kredit yang meningkat

dapat menjadi masalah bagi auditor.

5) Auditor dapat mengabaikan tes pengujian efektifitas prosedur pengendalian (test of

controll) jika pada kondisi risiko pengendalian dan risiko inheren berada pada level

maksimum atau buruk yang menandakan bahwa integritas manajemen rendah dan

berakibat pada sistem pengendalian internal lemah. Oleh sebab itu, dilihat dari risiko

pengendalian dan cost and benefit, auditor daripada melakukan test of control yang

sudah jelas berada di level maksimum lebih baik memperluas pengujian substantive.

6) Jika risiko inheren dan risiko pengendaliannya tinggi maka risiko deteksi yang diharapkan ialah rendah dengan tingkat kewajaran laporan keuangan yang juga rendah. Hal ini dapat diatasi dengan memperluas pengujian substantif disertai dengan konfirmasi piutang. Bagi auditor, risiko pengendalian (CR) dan risiko bawaan (IR) merupakan suatu yang harus diterima (given). Laporan keuangan atau kegiatan yang merupakan objek audit adalah merupakan hasil dari kerentanan sifat pos/akun/kegiatan itu sendiri dikombinasikan dengan pengendalian intern yang diterapkan oleh manajemen. Auditor tidak dapat memengaruhi kedua risiko tersebut. Auditor hanya dapat memengaruhi dan mengendalikan risiko deteksi (DR). Oleh karena itu, untuk menghindari terjadinya risiko audit, audit harus mengendalikan auditnya sedemikian rupa untuk menghindari terjadinya risiko deteksi.

7) Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) SA Seksi 330 (PSA No. 07) mengatur

mengenai Proses Konfirmasi dalam pelaksanaan audit.

Paragraf 4 mendefinisikan konfirmasi sebagai proses pemerolehan dan penilaian suatu

komunikasi langsung dari pihak ketiga sebagai jawaban atas suatu permintaan informasi

tentang unsur tertentu yang berdampak terhadap asersi laporan keuangan. SA Seksi 326

mendefinisikan asersi sebagai pernyataan yang dibuat oleh satu pihak yang secara

Page 4: Tugas Individu Kasus 5 Dwi Rangga Seto 115020300111106

implisit dimaksudkan untuk digunakan oleh pihak lain (pihak ketiga). Untuk laporan

keuangan historis, asersi merupakan pernyataan dalam laporan keuangan oleh

manajemen sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

Konfirmasi dilaksanakan untuk memperoleh bukti dari pihak ketiga mengenai asersi laporan

keuangan yang dibuat oleh manajemen. Pada dasarnya, bukti audit yang berasal dari

pihak ketiga dianggap lebih dapat diandalkan dibandingkan dengan bukti yang berasal

dari dalam perusahaan yang sedang diaudit. SA Seksi 326 (PSA No.07) tentang Bukti

Audit menyatakan bahwa, pada umumnya, dianggap bahwa “Bukti audit yang diperoleh

dari sumber independen di luar entitas memberikan keyakinan yang lebih besar atas

keandalan untuk tujuan audit independen dibandingkan dengan bukti audit yang

disediakan hanya dari dalam entitas tersebut.”

Ada dua bentuk konfirmasi, yakni

1. Konfirmasi positif, yaitu konfirmasi yang meminta debitur untuk memberi jawaban, baik jika jumlah yang tercantum dalam konfirmasi itu disetujui atau tidak disetujui oleh debitur.

2. Konfirmasi negatif, yaitu konfirmasi yang meminta debitur untuk memberi jawaban, hanya apabila jumah yang tercantum dalam konfrimasi tidak disetujui.

Konfirmasi positif : biasanya dibuat sebagai surat tersendiri, walaupun bisa juga dijadikan

satu dengan laporan bulanan untuk pelanggan. Bentuk positif bisa juga dalam bentuk

“Formulir kosong”, karena dalam surat permintaan konfirmasi tidak dicantumkan saldo

piutang kepada pelanggan yang dikirimi konfirmasi. Dalam konfirmasi semacam itu,

debitur diminta untuk mengisi atau menuliskan besarnya saldo dalam formulir jawaban

konfirmasi. Pemakaian bentuk ini memberi kepastian yang tinggi tentang informasi

yang dikonfirmasi. Bentuk konfirmasi mana yang akan digunakan tergantung pada

pertimbangan auditor. Dalam mengambil keputusan,, auditor harus mempertimbankan

tingkat resiko deteksi yang diterapkan serta komposisi saldo-saldo debitur. Bentuk

positif digunakan apabila risiko deteksi rendah atau saldo-saldo individual pelanggan

berjumlah relative besar.

Konfirmasi negatif : konfirmasi negatif bila responden tidak menjawab maka saldo dianggap benar, padahal ada kemungkinan debitur tidak acuh terhadap permintaan konfirmasi atau tidak menanggapi permintaaan untuk memberitahukan adanya perbedaan. SA 330.20 menyebutkan bahwa bentuk negative sebaiknya digunakan ahnya apabila ketiga kondisi berikut terpenuhi :

Page 5: Tugas Individu Kasus 5 Dwi Rangga Seto 115020300111106

1. Tingkat resiko deteksi bisa diterima untuk asersi-asersi bersangkutan adalah moderat

atau tinggi.

2. Sebagian besar saldo debitur berjumlah kecil.

Auditor tidak yakin bahwa penerima permintaan konfirmasi (Responden) akan

mempertimbankan permintaan.

8) Menurut SA Seksi 330, konfirmasi dilaksanakan untuk memperoleh bukti dari pihak

ketiga mengenai asersi laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen. Konfirmasi

piutang merupakan prosedur audit yang umum berlaku. Seperti diuraikan dalam

paragraf 06, umumnya dianggap bahwa bukti yang diperoleh dari pihak ketiga akan

memberikan bukti audit yang bermutu lebih tinggi kepada auditor dibandingkan

dengan bukti yang diperoleh dari dalam entitas yang diaudit. Oleh karena itu,

terdapat anggapan bahwa auditor akan meminta konfirmasi piutang usaha dalam suatu

audit, kecuali jika terdapat salah satu dari keadaan berikut ini:

a) Piutang usaha merupakan jumlah yang tidak material dalam laporan keuangan

b) Penggunaan konfirmasi akan tidak efektif.

c) Gabungan tingkat risiko bawaan dan risiko pengendalian taksiran sedemikian

rendah, dan tingkat risiko taksiran tersebut, bersamaan dengan bukti yang

diharapkan untuk diperoleh dari prosedur analitik atau pengujian substantif rinci,

adalah cukup untuk mengurangi risiko audit ke tingkat yang cukup rendah untuk

asersi laporan keuangan yang bersangkutan. Dalam banyak situasi, baik konfirmasi

piutang usaha maupun pengujian substantif rinci diperlukan untuk mengurangi risiko

audit ke tingkat yang cukup rendah bagi asersi laporan keuangan yang bersangkutan.

9) Item yang menjadi jejak audit atas saldo pada tanggal 11 Juli 2010 adalah :

Faktur Penjualan

Bukti Pelunasan Piutang

Skedul umur piutang

Menurut saya, tingkat kepercayaan terhadap data tersebut lemah, seperti dapat dilihat bahwa

tiga lembar faktur penjualan disetujui sendiri oleh Divisi Penjualan dan disimpan dalam

file sementara. Tidak jelas fungsi dan tujuan dari ketiga faktur penjualan tersebut.

Kepercayaan data dari sumber data pada lampiran 4.c, kurang dapat meyakinkan

auditor, karena data-data tersebut telalu banyak otorisasi dan dokumen-dokumen yang

Page 6: Tugas Individu Kasus 5 Dwi Rangga Seto 115020300111106

terkait dengan siklus tersebut dibuat dalam jumlah yang banyak sehingga

memungkinkan terjadinya kecurangan dalam pencatatan.

10) Penggunaan estimasi piutang tidak tertagih menurut Agus Kuncoro ada pada kisaran

0.7% dari penjualan berdasarkan kesepakatan sejak beberapa tahun yang lalu. Dan hal

tersebut irasional. Permasalahannya bagi auditor adalah hal tersebut akan memicu

terjadinya salah saji material terhadap laporan keuangan khususnya piutang usaha

karena bisnis retail terkait dengan penjualan kredit dan akun yang sangat berpengaruh

adalah akun piutang. Pengujian yang biasanya dilakukan oleh auditor untuk

menguatkan taksiran akuntansi adalah pengujian matematis.

11) Indah Sanjaya sebaiknya melakukan konfirmasi per 31 Desember 2010, karena pada

periode ini karyawan akan melakukan penjualan fiktif untuk meningkatkan bonus akhir

tahun yang akan ia terima. Jika pada per 30 November, tidak akan mencakup satu

periode secara penuh, serta kemungkinan terjadinya penjualan fiktif di bulan Desember

tidak dapat terdeteksi oleh auditor.

12) Agus Kuncoro belum dapat membuat keputusan yang benar dalam mendesain sistem

dan kewenangan yang dimilikinya. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil wawancara,

yaitu ia tidak dapat menjelaskan dasar penetapan piutang tak tertagih berdasarkan total

penjualan bukan umur piutang. Selain itu Agus K. juga tidak mengetahui seberapa

sering Langgeng Santoso menyetujui penjualan kredit dan alasan mengapa terjadi

banyaknya penghapusan piutang pada periode ini. Ketidaktahuannya atas hal-hal

tersebut menunjukkan bahwa Agus K. belum membuat keputusan yang tepat atas sistem

dan kewenangannya dalam melaksanakan tanggung jawabnya. Agus Kuncoro juga

tidak mengetahui mengapa banyak terjadi penghapusan piutang pada tahun berjalan dan

juga Agus Kuncoro merangkap jabatan yang seharusnya dipegang satu divisi saja.