Tugas Fisiologi Nurfadhila Safitri Arsyad. 632 413 002
-
Upload
nurfadhila-safitri-arsyad -
Category
Documents
-
view
222 -
download
5
Transcript of Tugas Fisiologi Nurfadhila Safitri Arsyad. 632 413 002
-
FISIOLOGI BIOTA AKUATIK
1.Hemodinamika
Sistem peredaran darah ikan termasuk yang paling sederhana . Komponen penyusun sistem
peredaran darah utama pada ikan :
1. jantung
2. darah
3. saluran darah
4. limpa
Saluran pembuluh darah utamanya adalah ARTERI dan VENA.
ARTERI (pembuluh nadi) adalah pembuluh darah yang kuat, berdinding tebal dan tidak
memiliki klep-klep, berfungsi membawa darah yang berasal dari jantung.
VENA (pembuluh balik) adalah pembuluh darah yang tipis, memiliki klep pada jarak tertentu,
berfungsi membawa darah kembali ke jantung.
Pembuluh darah yang lebih kecil adalah pembuluh cabang atau pembuluh kapiler yang menuju
ke kulit, otot, organ viseral, tulang belakang.
Hemodinamika dari sirkulasi :
1. sirkulasi sistem (peredaran umum)
jantung arteri jantung
2. sirkulasi pulmonale
jantung arteri pulmonale arteri arteriole venulie vena vena pulmonalis
jantung
Aliran darah dapat terus berlangsung walaupun pada pembuluh kecil banyak hambatan dan
tahanan karena darah dipompa dengan perbedaan tekanan. Akibat adanya perbedaan tekanan
maka aliran darah dapat terjadi.
Dinding pembuluh darah bersifat elastis sehingga volume pembuluh darah tersebut dapat
berubah-ubah dan dapat menyimpan tekanan didalamnya.
Pada setiap kontraksi jantung maka terdapat 2 jenis energi yang disalurkan ke darah yaitu, energi
kinetik; energi yang menyebabkan darah menyebar, dan energi potensial; yaitu energi yang
tersimpan dalam pembuluh darah yang akan menimbulkan tekanan darah.
Sistem peredaran darah melayani banyak fungsi, secara umum adalah sebagai alat transport :
transport gas-gas antara jaringan, insang atau paru-paru
transport laktasi dari otot ke insang dan hati
transport gula kembali ke jaringan
transport hasil pencernaan dari usus ke hati, kemudian disimpan
transport bahan-bahan asing ke ginjal, dimana bahan asing yang dapat larut dikeluarkan dan
yang berupa sel dipagositasi.
Pola Umum Peredaran Darah Pada Ikan
Dari jantung melalui ventral aorta menuju insang sesudah terjadi pertukaran gas di insang, darah
antara lain melalui route saluran-saluran kecil tapi penting, yaitu melalui arteri coronary darah
Nurfadhila Safitri Arsyad
632 413 002
-
meninggalkan insang ke dua kembali ke jantung.
Juga terdapat pembuluh branchial yang merupakan jalan pintas dari insang untuk kembali ke
jantung, yaitu bila tidak semua output cardiac dibutuhkan oleh dorsal aorta dan pembuluh efferen
yang lain.
Dari insang pertama sebuah pembuluh menuju ke Pseudobranch,kemudian ke kelenjar choroid
mata, (sebelum dihubungkan kedalam sistem Vena) peranan kedua organ ini adalah sebagai
ventilasi kontrol dan sekresi gas ke cairan mata. Dorsal aorta adalah sumber darah terbesar dari
insang ke seluruh tubuh. Dari sisi darah disuplai ke kepala, otot, ginjal dan semua organ
pencernaan melalui pembuluh kapiler. Dari otak darah kembali ke jantung melalui vena cardial
anterior yang berhubungan dengan cardial umum tunggal. Cardial umum juga berhubungan
dengan vena cava posterior yang juga berhubungan dengan vena kecil dari otot-otot badan
anterior. Sebaliknya dari otot-otot posterior, darah melalui vena caudal masuk ke pipa-pipa
kapiler yang mengelilingi tubuli ginjal yang berperan pada sistem renal portal. Vena-vena organ
viceral (kecuali) hati memegang peranan penting pada sistem portal hati. Kedua sistem ini
merupakan kolam-kolam darah dimana produk-produk metabolik dapat berdifusi. Sistem renal
portal hanya terdapat pada ikan dan amphibi, sedangkan vertebrata tingkat tinggi hanya memiliki
sistem hepatik portal.
2. Fungsi peredaran darah
1. Mengangkut zat-zat makanan dan oksigen ke jaringan-jaringan.
2. Mengangkut sampah-sampah, nitrogen kedalam ginja dan karbondioksida (CO2) ke paru-paru
3. Menjaga ke stabilan tempratur.
4. Mengangkut hormon untuk mengkoordinir keteraturan kerja alat-alat tubuh.
5. Mencegah terjadinya penggumpalan darah.
6. Sebagai pelindung tubuh karena mengandung antibodi.
(https://noermalalika.wordpress.com/lihat-aja/biology/117-2/)
3. Komposisi Darah
Darah tersusun atas bagian yang cair (plasma darah) dan bagian yang padat (sel darah). Plasma
darah terdiri atas serum dan fibrinogen. Sel darah terdiri atas sel darah merah (eritrosit), sel darah
putih (leukosit), dan keeping darah (trombosit).
a. Plasma darah
Plasma darah merupakan cairan darah berwarna kekining-kuningan yang mengandung 90%
air dan zat-zat terlarut. Plasma darah berfungsi untuk mengatur tekanan osmosis darah,
membawa zat-zat makanan ke seluruh tubuh, dan mengangkut zat-zat sisa metabolisme dari
jaringan tubuh. Didalam plasma darah terdapat fibrinogen yang berperan dalam proses
pembekuan darah. Jika terjadi luka fibrinogen akan membentuk benang-benang fibrin. Benang
fibrin akan membentuk jaring seperti jala yang berfungsi untuk menjaring sel darah dan menutup
-
luka. Jika plasma darah dipisahkan dari fibrinogen, akan membentuk cairan berwarna kuning.
Cairan ini disebut serum. Serum mengandung antibodi yang berguna untuk membunuh benda
asing yang masuk kedalam tubuh.
Darah terdiri dari plasma darah dan sel-sel darah. Plasma darah mengandung 90% air, sedangkan
selebihnya adalah protein-protein darah (albumin, globulin, dan fibrinogen), bermacam-macam
garam, zat-zat makanan dari saluran pencernaan, sisa-sisa metabolisme yang diangkut menuju
alat ekskresi, hormon, dan gas-gas yang terlarut.
1. Eritrosit (Sel Darah Merah)
Eritrosit merupakan sel darah yang paling banyak jumlahnya dibandingkan dengan leukosit
maupun trombosit. Setiap 1mm3 darah mengandung 5-6 juta eritrosit.
Eritrosit disebut juga sebagai sel darah merah. Warna merah pada eritrosit disebabkan oleh
adanya hemoglobin. Hemoglobin tersusun dari senyawa besi hemin dan suatu jenis protein, yaitu
globin. Peranan utama eritrosit adalah sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh
tubuh. Ketika darah melewati paru-paru, oksigen terikat pada hemoglobin. Kemudian eritrosit
bergerak ke jaringan tubuh dan melepaskan oksigen yang selanjutnya berdifusi ke dalam sel
tubuh.
Peranan lain eritrosit adalah menjaga keseimbangan asam-basa cairan darah dan juga
mengangkut O2 di dalam tubuh serta mengkatalis reaksi antara CO2 dan H2O.
Setiap molekul hemoglobin (Hb) mengandung 4 atom besi dan setiap atom besi dapat
mengangkut 1 molekul oksigen (O2). Molekul-molekul oksigen tersebut diangkut oleh Hb dalam
bentuk oksihemoglobin.
Jumlah eritrosit pada seorang pria dewasa 5.400.000 sel per mm3 dan pada seorang wanita
dewasa 4.800.000 sel per mm3. Diameter sel-sel ini sekitar 7 mikron dengan ketebalan 2
-
mikron, sedangkan kadar hemoglobin normal berkisar antara 14 sampai 16 gram per 100
milimeter darah.
Pembentukan eritrosit terjadi di dalam sumsum tulang pipih (tulang belakang) dan tulang pipa.
Bentuk eritrosit pipih, tidak berinti, dan cekung pada kedua sisinya (bikonkaf).
Umur eritrosit rata-rata 120 hari, setelah itu akan dihancurkan di dalam limpa dan hati. Kurang
lebih 3 juta sel yang dihancurkan setiap detiknya dan sebanyak itu pula harus dihasilkan eritrosit
yang baru. Senyawa hemin dari hemoglobin yang sudah dihancurkan diubah menjadi pigmen
empedu berupa biliverdin dan bilirubin. Sebagian besar zat besi dari penghancuran haemoglibin
tersebut diangkut kembali ke dalam sumsum tulang untuk pembentukan eritrosit baru.
2. Leukosit (Sel Darah Putih)
Leukosit atau sel darah putih tidak mengandung pigmen, diameternya rata-rata lebih besar
daripada eritrosit, yaitu berkisar antara 8 sampai 15 mikron dan masing-masing mengandung inti
sel, bentuknya tidak tetap, dapat bergerak secara amoeboid, dan dapat menembus dinding
kapiler. Keluarnya leukosit dari pembuluh darah kapiler disebut diapedosis. Leukosit berumur
-
12-13 hari.. Pembentukan leukosit terjadi pada limfa, kelenjar-kelenjar limfoid, dan sumsum
merah pada tulang. Pada seorang dewasa dalam keadaan normal, jumlahnya lebih kurang 5.000
sampai 10.000 sel per mm3 darah.
Jumlah leukosit dapat meningkat dengan cepat pada penderita penyakit tertentu, keadaan ini
disebut leukositosis, misalnya pada penderita radang paru-paru. Pada penderita leukimia, jumlah
leukosit dapat mencapai 1 juta per mm3 atau lebih dan ini sangat berbahaya karena sel-sel pada
sumsum tulang yang menghasilkan eritrosit digantikan oleh sel-sel leukimia sehingga
menghambat pembentukan eritrosit.
Lain halnya dengan penyakit tipus, jumlah leukosit menurun karena penyakit ini merusak
jaringan-jaringan limfoid yang banyak terdapat pada dinding usus. Kekurangan sel-sel darah
putih ini disebut leukopeni.
Leukosit berfungsi untuk melindungi tubuh dari kuman-kuman penyakit dengan berbagai cara,
misalnya monosit dan neutrofil membakar bakteri atau kuman penyakit yang masuk kedalam
tubuh dan limposit menghasilkan zat antibody. Leukosit dibentuk didalam sum-sum tulang,
limpa dan kelenjar getah bening. Keadaan leukosit yang melebihi jumlah normal disebut
leukositosis dan sebaliknya jika kurang dari normal disebut leukopeni.
Leukosit dikelompokkan berdasarkan keberadaan butiran-butiran yang terdapat pada cairan
selnya menjadi agranulosit, yaitu leukosit yang tidak memiliki butiran-butiran sehingga cairan
sel jernih, tetapi memiliki satu inti yang besar. Jenis sel darah putih ini dihasilkan oleh jaringan-
jaringan limfoid dan dapat dibedakan menjadilimfosit dan monosit. Bentuk leukosit lain adalah
granulosit, pada cairan sel terdapat butiran-butiran yang menyerap zat warna tertentu dan inti sel
berlekuk-lekuk. Granulosit dihasilkan oleh sumsum merah pada tulang dan dapat dibeda-
bedakan lagi berdasarkan kemampuannya menyerap zat warna menjadi neutrofil, eosinofil, dan
basofil.
a. Limfosit mengandung sedikit cairan sel dan mempunyai sifat amuboid sehingga dapat keluar
dari pembuluh darah. Jenis sel darah putih ini sangat berperan dalam melawan bakteri penyebab
penyakit karena kemampuannya untuk menghasilkan zat-zat antibodi.
b. Monosit mengandung banyak cairan sel dan bersifat fagosit terhadap bakteri. Jumlahnya
menempati urutan ketiga paling banyak setelah neutrofil dan limfosit.
c. Neutrofil merupakan jenis leukosit yang paling banyak, yaitu antara 65 sampai 705 dari
seluruh jumlah leukosit. Bentuk intinya beraneka ragam dan pada cairan sel terdapat butiran-
butiran yang menyerap zat warna netral Neutrofil bersifat amuboid dan fagosit.
-
d. Eosinofil memiliki inti yang terdiri dari dua belahan dan butiran-butiran pada cairan selnya
dapat menyerap zat warna eosin yang bersifat asam. Eosinofil bergerak lambat dan bersifat
fagosit terhadap partikel-partikel asing di sekitarnya. Jumlah eosinofil meningkat pada keadaan
alergi, misalnya asma dan infeksi cacing tambang.
e. Basofil memiliki inti yang berbentuk seperti huruf S, butiran-butiran pada cairan selnya dapat
menyerap zat warna yang bersifat basa. Geraknya lambat dan peranannya masih belum jelas.
3. Keping-Keping Darah (Trombosit)
Komponen darah yang satu ini berupa kepingan-kepingan (platelet) yang tidak berinti. Oleh
karena itu, kurang tepat jika disebut sebagai trombosit yang berarti sel darah pembeku. Keping-
keping darah bentuknya tidak beraturan dengan ukuran lebih kecil daripada eritrosit serta tidak
berwarna dan juga tidak dapat bergerak sendiri, tetapi hanya mengikuti aliran darah. Umur
trombosit hanya 7-9 hari Dalam keadaan normal jumlahnya 250.000 keping per mm kubik .
Keping darah ini berasal dari megakaryosit di dalam sumsum merah pada tulang dan berperan
dalam proses pembekuan darah.
Proses pembekuan darah merupakan suatu proses yang rumit dan melibatkan banyak faktor
antihemofili, yaitu faktor-faktor yang berperan untuk menghentikan perdarahan. Proses
pembekuan darah dimulai ketika terjadi kerusakan pada pembuluh darah yang menyebabkan
keping-keping darah keluar dari pembuluh bersama-sama dengan komponen darah lainnya.
Keping-keping darah mudah pecah setelah bersinggungan dengan udara atau permukaan yang
kasar sehingga enzim tromboplastinogenase (pengaktif protrombin) yang terdapat di dalamnya
keluar dan bercampur dengan plasma darah.
Pada plasma darah terdapat tromboplastinogen yang merupakan salah satu komponen globulin,
zat ini diaktifkan oleh enzim tromboplastinogenase menjadi tromboplastin. Sementara itu pada
plasma darah terdapat pula protrombin yang dihasilkan hati dengan bantuan vitamin K.
Protrombin hanya dapat berperan dalam proses pembekuan darah jika telah diaktifkan menjadi
enzim trombin. Untuk mengaktifkannya dibutuhkan pula tromboplastin dan ion kalsium (Ca2+).
Peranan enzim trombin ialah mengubah fibrinogen, yaitu salah satu protein darah yang larut
dalam plasma darah menjadi fibrin berbentuk jalinan serat-serat halus yang akan menjaring sel-
sel darah. Dengan demikian, terjadilah gumpalan darah pada bagian pembuluh darah yang rusak
dan gumpalan ini menghalangi darah agar tidak ke luar dari pembuluh tersebut.
Proses pembekuan darah tidak akan terjadi jika salah satu dari faktor-faktor antihaemofili tidak
tersedia. Artinya pendarahan tidak dapat dihentikan atau dikenal sebagai hemofilia. Namun, jika
proses pembekuan terjadi di dalam pembuluh darah maka gumpalan darah (embolus) dapat
-
menyumbat pembuluh-pembuluh darah. Keadaan yang disebut embolisme ini menghambat
pemberian zat-zat makanan dan oksigen bagi jaringan sehingga dapat menyebabkan kematian
jaringan tersebut.
Pada keadaan yang normal, darah yang keluar dari pembuluh darah akan mengalami proses
pembekuan. Namun, darah yang diambil dari seseorang untuk dipindahtugaskan harus
diupayakan agar tidak membeku, salah satu cara di antaranya, yaitu dengan menambahkan
senyawa organik tertentu, misalnya natrium sitrat yang akan mengikat ion Ca2+ sehingga
menghambat pembekuan trombin. Selain itu, perlu juga penyimpanan pada ruang bersuhu rendah
agar enzim-enzim yang berperan sebagai faktor antihemofili tidak berfungsi
(http://www.materisma.com/2014/01/penjelasan-fungsi-dan-komposisi-darah.html)
4. Sistem Kekebalan Tubuh pada Ikan
Menurut Anderson (1974), ikan memiliki sistem kekebalan tubuh untuk melawan berbagai
macam penyakit yang terdiri dari sistem kekebalan non spesifik dan spesifik.Menurut Rombout
et. al.
(2005), sistem kekebalan tubuh ikan secara fisiologis mirip denganvertebrata yang lebih tinggi,
meskipun ada perbedaan tertentu. Berbeda dengan vertebratayang lebih tinggi, ikan merupakan
organisme hidup bebas dari tahap embrionik awalkehidupan yang bergantung pada sistem
kekebalan tubuh bawaan mereka untuk bertahanhidup.Menurut Ellis (1988), sistem kekebalan
non spesifik merupakan sistem kekebalan yang berfungsi terlebih dahulu pada awal kehidupan
sedangkan kekebalan spesifik baru berkembang dan dapat berfungsi dengan baik sekitar
beberapa minggu setelah telur menetas.Selain itu, sistem kekebalan non spesifik berfungsi untuk
melawan segala patogen yangmenyerang tubuh, bersifat permanen (selalu ada), dan tidak perlu
dirangsang terlebih dahulu.Hal ini berbeda dengan sistem kekebalan spesifik yang dalam
-
menjalankan fungsinyamemerlukan rangsangan terlebih dahulu. Anderson (1974) menambahkan
bahwa mekanismekerja kedua sistem kekebalan ini saling menunjang satu sama lain melalui
mediator dankomunikator seperti sitokin dan limfokin. Sistem kekebalan ini digunakan untuk
melindungitubuh terhadap serangan patogen seperti virus, bakteri, cendawan, dan
parasit.Menurut Ingram (1980), sistem kekebalan non spesifik terdiri dari sistem kekebalanan
pertama yang meliputi
barrier
mekanik dan kimiawi (kulit, sisik, lendir, dan insang) dansistem kekebalan kedua yaitu darah
sebagai pertahanan seluler (makrofag dan leukosit).Menurut Roberts (1989), lendir yang
menyelimuti permukaaan tubuh ikan, insang, danlapisan mukosa usus berperan sebagai
perangkap patogen secara mekanik dan mengeliminasisecara kimiawi dengan lisosim dan enzim
proteolitik lainnya. Irianto (2005), menambahkan bahwa lendir memiliki kemampuan untuk
menghambat kolonisasi mikroorganisme dan mengandung imunoglobin (Ig-M) alami yang dapat
menghancurkan invasi patogen melalui proses penebalan kutikula ataupun hiperplasia sel-sel
malpighi.Menurut Walczak (1985), pertahanan seluler merupakan respon pertahanan
yangdiperantarai sel. Rijkers (1981) menjelaskan bahwa kekebalanMenurut Magnadottir (2006),
kekebalan non spesifik adalah mekanisme pertahananmendasar pada ikan. Selain itu, memainkan
peran kunci dalam respon kekebalan yangdiperoleh dan homeostasis melalui sistem protein
reseptor. Protein reseptor mengidentifikasi pola-pola molekuler yang khas dari mikroorganisme
patogen termasuk polisakarida,lipopolisakarida (LPS), DNA bakteri peptidoglikan, RNA virus,
dan molekul lain yang tidak normal pada permukaan organisme multiseluler. Tanggapan ini
dibagi menjadi hambatanfisik dan respon kekebalan seluler dan humoral. Parameter
immunological
terdiri dariinhibitor pertumbuhan, enzim litik, jalur komplemen klasik, alternatif dan jalur
lektin,aglutinin dan precipitin (opsonin dan lektin primer), antibodi, sitokin, kemokin, dan
peptidaantibakteri. Berbagai faktor internal dan eksternal dapat mempengaruhi parameter
responkekebalan bawaan. Perubahan suhu, manajemen stres, dan kepadatan memiliki efek
penekanan pada jenis respon, sedangkan beberapa aditif makanan dan imunostimulan
dapatmeningkatkan efisiensi mereka.Sistem kekebalan spesifik terdiri atas dua faktor yaitu
antibodi dan seluler, dimana yang paling berperan adalah antibodi. Sistem kekebalan spesifik
berfungsi melawan penyakit yangmemerlukan rangsangan terlebih dahulu (Nitimulyo dan
Triyanto 1990). Pada awalkehidupannya, sistem kekebalan ikan yang mula-mula berfungsi
adalah sistem kekebalan nonspesifik sedangkan kekebalan spesifik (antibodi dan seluler) pada
ikan baru berkembang dan dapat berfungsi dengan baik sekitar umur beberapa minggu setelah
telur menetas (Ellis,1988).Pembentukan respon kekebalan dilakukan oleh sel limfosit (Roberts,
1989). Proses pembentukan respon kekebalan dimulai dengan stimulasi patogen yang merupakan
proteinasing dan dikenal sebagai antigen. Menurut Anderson (1990), proses
imunomodulasimelibatkan dua mekanisme kekebalan yaitu sistem kekebalan afferent dan sistem
kekebalanefferen. Sistem kekebalan afferent dimulai dengan kontak, seleksi, dan penghancuran
antigensedangkan sistem kekebalan efferen menghasilkan aktivasi limfosit, antibodi, sel-
-
selfagositik, dan mekanisme kekebalan lainnya seperti respon seluler faktor nonlimfoid baik
humoral maupun seluler. Makrofag yang merupakan sistem kekebalan pertama
akanmenghancurkan antigen melalui proses fagositosis setelah terjadi aktivasi antigenik
yangkemudian mengirimkan sandi-sandi ke sel-sel limfosit. Selanjutnya sel-sel limfosit akan
berproliferasi dan membentuk subpopulasi limfosit yaitu limfosit T (sel T), sedangkan
responkekebalan humoral merupakan respon yang dijalankan oleh antibodi dan dapat
dideteksidalam serum, melibatkan limfosit B (disebut sel B atau sel plasma).Limfosit B akan
membentuk antibodi yang diliberalisasikan ke dalam plasma darah,antibodi ini merupakan suatu
molekul protein terutama dari fraksi gamma globulin yangdisebut juga dengan imunoglobulin
(Ig) (Nisonoff, 1984). Roitt (1985) menjelaskan bahwasel T dan sel B mengalami proses
sirkulasi dan resirkulasi dalam tubuh. Keadaan ini bertujuan untuk mencari adanya patogen atau
bahan asing yang masuk ke dalam tubuh.Apabila ditemukan patogen, sel T akan mengenali
partikel asing tersebut dan kembali ke jaringan limfoid kemudian berdiferensiasi menjadi
limfoblas, selanjutnya membentuk sel Tyang aktif dan masuk lagi ke dalam sirkulasi darah. Sel T
yang aktif akan keluar dari darahmenuju situs infeksi. Sel ini menghasilkan limfokin yang dapat
mengaktifkan makrofagsehingga aktifitas fagositik makrofag tersebut meningkat. Sebaliknya, sel
B yang berada dalam jaringan tidak kembali ke jaringan limfoid melainkan akan mengikat
antigen yangselanjutnya diambil dan diproses makrofag. Di samping itu, stimulasi antigen
mengakibatkanlimfosit membentuk plasmablas, sel ini kemudian berkembang menjadi sel
plasma yang akanmemproduksi antibodi. Sel plasma yang kembali sebagai limfosit B dan tetap
dalam jaringanakan berperan sebagai memori. Adanya sel memori ini akan mempercepat respon
kketahanan pada infeksi berikutnya (Ellis, 1998).Sistem kekebalan tubuh melindungi ikan dari
infeksi dengan lapisan pelindungkekhususan yang meningkat. Pelindung fisikal mencegah
patogen seperti bakteri dan virusmemasuki tubuh. Jika patogen melewati pelindung tersebut,
sistem kekebalan bawaanmenyediakan perlindungan dengan segera, tetapi respon tidak-spesifik.
Sistem kekebalan bawaan ditemukan pada semua jenis tumbuhan dan binatang. Namun, jika
patogen berhasilmelewati respon bawaan, vertebrata memasuki perlindungan lapisan ketiga,
yaitu sistemkekebalan adaptif yang diaktivasi oleh respon bawaan. Disini, sistem
kekebalanmengadaptasi respon tersebut selama infeksi untuk menambah penyadaran patogen
tersebut.Respon ini lalu ditahan setelah patogen dihabiskan pada bentuk memori imunologikal
danmenyebabkan sistem kekebalan adaptif untuk memasang lebih cepat dan serangan yang
lebihkuat setiap patogen tersebut ditemukan. Baik imunitas bawaan dan adaptif bergantung
padakemampuan sistem kekebalan untuk memusnahkan baik molekul sendiri dan non-
sendiri.Pada imunologi, molekul sendiriadalah komponen tubuh organisme yang dapat
dimusnahkandari bahan asing oleh sistem kekebalan. Sebaliknya, molekul non-sendiri adalah
yangdianggap sebagai molekul asing. Satu kelas dari molekul non-sendiri disebut
antigen(kependean dari generator anti bodi) dan dianggap sebagai bahan yang menempel
padareseptor kekebalan spesifik dan mendapatkan respon kekebalan. Imunitas adaptif berevolusi
pada vertebrata awal dan membuat adanya respon kekebalan yang lebih kuat dan jugamemori
imunologikal, yang tiap patogen diingat oleh tanda antigen. Respon kekebalan adaptif spesifik-
-
antigen dan membutuhkan pengenalan antigen "bukan sendiri" spesifik selama proses disebut
presentasi antigen. Spesifisitas antigen menyebabkan generasi responyang disesuaikan pada
patogen atau sel yang terinfeksi patogen. Kemampuan tersebutditegakan di tubuh oleh "sel
memori". Patogen akan menginfeksi tubuh lebih dari sekali,sehingga sel memori tersebut
digunakan untuk segera memusnahkannya.Sel sistem kekebalan adaptif adalah tipe spesial
leukosit yang disebut limfosit. Sel Bdan sel T adalah tipe utama limfosit yang berasal dari sel
punca hematopoietik pada sumsumtulang. Sel B ikut serta pada imunitas humoral, sedangkan sel
T ikut serta pada responkekebalan selular. Baik sel B dan sel T membawa molekul reseptor yang
mengenali targetspesifil. Sel T mengenali target bukan diri sendiri, seperti patogen, hanya setelah
antigen(fragmen kecil patogen) telah diproses dan disampaikan pada kombinasi dengan reseptor
"sendiri" yang disebut molekul major histocompatibility complex (MHC). Terdapat duasubtipe
utama sel T: sel T pembunuh dan sel T pembantu. Sel T pemnbunuh hanya mengenaliantigen
dirangkaikan pada molekul kelas I MHC, sementara sel T pembantu hanya mengenaliantigen
dirangkaikan pada molekul kelas II MHC. Dua mekanisme penyampaian antigentersebut
memunculkan peran berbeda dua tipe sel T. Yang ketiga, subtipe minor adalah sel T
yang mengenali antigen yang t
idak melekat pada reseptor MHC.Reseptor antigel sel B adalah molekul antibodi pada
permukaan sel B dan mengenalisemua patogen tanpa perlu adanya proses antigen. Tiap
keturunan sel B memiliki antibodiyang berbeda, sehingga kumpulan resptor antigen sel B yang
lengkap melambangkan semuaantibodi yang dapat diproduksi oleh tubuh.Sel T pembunuh secara
langsung menyerang sel lainnya yang membawa antigen asingatau abnormal di permukaan
mereka. Sel T pembunuh adalah sub-grup dari sel T yangmembunuh sel yang terinfeksi dengan
virus (dan patogen lainnya), atau merusak danmematikan patogen. Seperti sel B, tiap tipe sel T
mengenali antigen yang berbeda. Sel T pembunuh diaktivasi ketika reseptor sel T mereka
melekat pada antigen spesifik padakompleks dengan reseptor kelas I MHC dari sel lainnya.
Pengenalan MHC ini:kompleksantigen dibantu oleh co-reseptor pada sel T yang disebut CD8.
Sel T lalu berkeliling padatubuh untuk mencari sel yang reseptor I MHC mengangkat antigen.
Ketika sel T yang aktif menghubungi sel lainnya, sitotoksin dikeluarkan yang membentuk pori
pada membran plasma sel, membiarkan ion, air dan toksin masuk. Hal ini menyebabkan sel
mengalamiapoptosis. Sel T pembunuh penting untuk mencegah replikasi virus. Aktivasi sel T
dikontroldan membutuhkan sinyal aktivasi antigen/MHC yang sangat kuat, atau penambahan
aktivasisinyak yang disediakan oleh sel T pembantu. Sel T pembantu mengatur baik
responkekebalan bawaan dan adaptif dan membantu menentukan tipe respon kekebalan mana
yangtubuh akan buat pada patogen khusus. Sel tersebut tidak memiliki aktivitas sitotoksik
dantidak membunuh sel yang terinfeksi atau membersihkan patogen secara langsung,
namunmereka mengontrol respon kekebalan dengan mengarahkan sel lain untuk melakukan
tugastersebut. Sel T pembantu mengekspresikan reseptor sel T yang mengenali antigen melilit
pada molekul MHC kelas II. MHC:antigen kompleks juga dikenali oleh reseptor sel pembantu
CD4 yang merekrut molekul di dalam sel T yang bertanggung jawab untuk aktivasisel T. Sel T
pembantu memiliki hubungan lebih lemah dengan MHC:antigen kompleksdaripada pengamatan
-
sel T pembunuh, berarti banyak reseptor (sekitar 200-300) pada sel T pembantu yang harus dililit
pada MHC:antigen untuk mengaktifkan sel pembantu, sementarasel T pembunuh dapat
diaktifkan dengan pertempuran molekul MHC:antigen. Kativasi sel T pembantu juga
membutuhkan durasi pertempuran lebih lama dengan sel yang memilikiantigen. Aktivasi sel T
pembantu yang beristirahat menyebabkan dikeluarkanya sitokin yangmemperluas aktivitas
banyak tipe sel. Sinyak sitokin yang diproduksi oleh sel T pembantumemperbesar fungsi
mikrobisidal makrofag dan aktivitas sel T pembunuh. Aktivasi sel T pembantu menyebabkan
molekul diekspresikan pada permukaan sel T, seperti CD154), yang menyediakan sinyal
stimulasi ekstra yang dibutuhkan untuk mengaktifkan sel B yangmemproduksi antibodi. Sel T
memiliki reseptor sel T alternatif yang opposed berlawanan dengan sel TCD4+ dan CD8+ ()
dan berbagi karakteristik dengan sel T pembantu, sel T sitotoksik dan sel NK.
Kondisi yang memproduksi respon dari sel T tidak sepenuhnya dimengerti.
Seperti sel T 'diluar kebiasaan' menghasilkan reseptor sel T konstan, seperti CD1d yang
dibatasi sel T pembunuh alami, sel T mengangkang perbatasan antara imunitas adaptif dan
ba
waan. Sel T adalah komponen dari imunitas adaptif karena mereka menyusun kembali
gen reseptor sel T untuk memproduksi perbedaan reseptor dan dapat mengembangkanmemori
fenotipe.Berbagai subset adalah bagian dari sistem kekebalan bawaan, karena reseptor sel T
ataureseptor NK yang dilarang dapat digunakan sebagai reseptor pengenalan latar belakang,
contohnya, jumlah besar respon sel T V9/V2 dalam waktu jam untuk molekul umum
yangdiproduksi oleh mikroba, dan melarang sel T V1+ T pada epithelium akan
merespon untuk menekal sel epithelial.Sebuah antibodi terbuat dari dua rantai berat dan dua
rantai ringan. Variasi unik daerahmembuat antibodi mengenali antigen yang cocok.Sel B
mengidentifikasi patogen ketika antibodi pada permukaan melekat pada antigen
asing.Antigen/antibodi kompleks ini diambil oleh sel B dan diprosesi oleh proteolisis ke peptid.
SelB lalu menampilkan peptid antigenik pada permukaan molekul MHC kelas II.
KombinasiMHC dan antigen menarik sel T pembantu yang cocok, yang melepas limfokin
danmengaktivkan sel B. Sel B yang aktif lalu mulai membagi keturunannya (sel
plasma)mengeluarkan jutaan kopi limfa yang mengenali antigen itu. Antibodi tersebut diedarkan
pada plasma darah dan limfa, melilit pada patogen menunjukan antigen dan menandai
merekauntuk dihancurkan oleh aktivasi komplemen atau untuk penghancuran oleh fagosit.
Antibodi juga dapat menetralisir tantangan secara langsung dengan melilit toksin bakteri atau
denganmengganggu dengan reseptor yang digunakan virus dan bakteri untuk menginfeksi
sel.Walaupun molekul klasik sistem kekebalan adaptif (seperti antibodi dan reseptor sel T)
adahanya pada vertebrata berahang, molekul berasal dari limfosit ditemukan pada vertebrata tak
berahang primitif, seperti lamprey dan hagfish. Binatang tersebut memproses susunan besar
molekul disebut reseptor limfosit variabel yang seperti reseptor antigen vertebrata
berahang,diproduksi dari jumlah kecil (satu atau dua) gen. Molekul tersebut dipercaya melilit
pada patogen dengan cara yang sama dengan antibodi dan dengan tingkat spesifisitas yang sama.
-
5. Hemostatis dan Pembekuan Darah
Peristiwa Hemostasis
Istilah hemostasis berarti pencegahan hilangnya darah. Bila pembuluh darah mengalami cedera
atau pecah, hemostasis terjadi melalui beberapa cara, termasuk di dalamnya ialah ;
1. spasme pembuluh darah,
2. pembentukan sumbat dari trombosit (platelet),
3. pembekuan darah,
4. terjadi pertumbuhan jaringan ikat ke dalam bekuan darah untuk menutup lubang pada
pembuluh secara permanen.
Spasme Pembuluh Darah
Segera setelah pembuluh darah terpotong atau pecah, rangsangan dari pembuluh yang rusak itu
menyebabkan dinding pembuluh berkontraksi; sehingga dengan segera aliran darah dari
pembuluh yang pecah akan berkurang. Kontraksi terjadi sebagai akibat dari refleks saraf dan
spasme miogenik setempat. Refleks saraf diduga dicetusksn oleh rasa nyeri atau oleh impuls-
impuls lain dari pembuluh yang rusak atau dari jaringan yang berdekatan. Tetapi sebagian besar
dari spasme rupanya berasal dari kontraksi miogenik setempat pada pembuluh darah. Kontraksi
ini terjadi karena kerusakan pada dinding pembuluh darah, mungkin menimbulkan transmisi
potensial aksi sepanjang beberapa sentimeter pada pembuluh darah, dan berakibat terjadinya
kontraksi pembuluh. Makin parah kerusakan yang terjadi, makin hebat spasmenya; ini berarti
bahwa pembuluh darah yang terpotong benda tajam biasanya m_engeluarkan darah lebih banyak
dari pada pembuluh yang pecah karena benturan. Spasme pembuluh setempat ini dapat
berlangsung beberapa menit bahkan beberapa jam, dan selama itu berlangsung proses selan-
jutnya yaitu pembentukan sumbat trombosit dan pembekuan darah.
Nilai dari spasme pembuluh sebagai alat hemostasis dapat digambarkan oleh kenyataan bahwa
orang yang tungkainya cedera oleh benturan, kadang-kadang mengalami spasme hebat pada
pembuluh darah yang besar, misalnya arteri tibialis anterior, sehingga tidak terjadi kehilangan
darah yang sangat banyak dan mematikan.
Pembentukan Sumbat Trombosit
Bila celah luka pada pembuluh darah adalah sangat kecil, dan setiap hari terjadi beberapa lubang
sangat kecil, maka lubang itu biasanya ditutup oleh sumbat trombosit, bukan oleh bekuan darah.
Untuk memahami kejadian ini adalah penting untuk menguraikan dahulu sifat-sifat dari
trombosit.
Ciri- ciri Fisik dan Kimia dari Trombosit
Trombosit berbentuk bulat kecil atau cakram oval. Ukurannya kecil sekali dengan diameter 2
sampai4 mikron. Trombosit dibentuk dalam sumsum tulang dari megakariosit, yang merupakan
sel yang sangat besar dalam susunan hemopoetik yang berada dalam sumsum tulang.
Megakariosit tidak meninggalkan sumsum tulang untuk memasuki darah. Trombosit berbentuk
-
seperti tunas pada permukaan megakariosit dan kemudian melepaskan diri untuk masuk ke
dalam darah. Konsentrasi normal trombosit dalam darah ialah antara 150.000 dan 350.000 per
milimeter kubik.
Trombosit mempunyai beberapa ciri fungsional sebagai sebuah sel, walaupun tidak mempunyai
inti dan tidak dapat bereproduksi. Di dalam sitoplasmanya terdapat faktor-faktor aktif seperti (1)
molekul aktin dan miosin, sama seperti yang terdapat dalam sel-sel otot, yang dapat
menyebabkan trombosit berkontraksi; (2) sisa sisa retikulum endoplasma dan aparatus Golgi
yang mensitesis berbagai enzim dan menyimpan sejumlah besar ion kalsium; (3) sistem enzim
yang mampu membentuk ATP dan ADP; (4) sistem enzim yang mensitesis protaglandin, yang
merupakan hormon-hormon setempat yang menyebabkan berbagai jenis reaksi pembuluh darah
dan reaksi jaringan setempat lainnya; (5) suatu protein penting yang disebut faktor pemantap
fibrin (fibrin stabilizing factor), yang akan kita bahas nanti sehubungan dengan peiribentukan
darah; dan (6) faktor pertumbuhan yang dapat menyebabkan penggandaan dan pertumbuhan sel
endotel pembuluh darah, sel otot polos pembuluh darah, dan fibroblas, sehingga dapat
menimbulkan pertumbuhan sel-sel untuk memperbaiki dinding pembuluh yang rusak.
Membran sel trombosit juga penting. Di permukaannya terdapat lapisalcl glikoprotein yang
menyebabkan trombosit dapat melekat pada daerah dinding pembuluh yan terluka, terutama pada
sel-sel endotel yang rusak, dan bahkan melekat pada jaringan kolagen yang terbuka di bagian
daIalam pembuluh. Selain itu membran mengandung banyak lipid yang dapat mengaktifkan
salah satu sistem pembekuan darah yang disebut sistem "intrinsik", yang akan kita bahas nanti.
Membran juga mengandun enzim adenilat siklase, yang bila diaktifkan dapat menyebabkan
pembentukan AMP siklik di dalam trombosit, dan selanjutnya ini akan menggiatkan aktivitas-
aktivitas lain dalam trombosit.
Jadi trombosit merupakan struktur yang sangat aktif, waktu paruhnya dalam darah ialah 8 sampai
12 hari, setelah itu proses kehidupannya telah berakhir. Trombosit itu kemudian diambil dari
sirkulasi, terutama oleh makrofag jaringan. Lebih dari separuh trombosit diambil oleh makrofag
dalam limpa, yaitu pada waktu darah melewati kisi-kisi trabekula yang rapat.
Mekanisne Sumbat Trombosit. Perbaikan oleh trombosit terhadap pembuluh yang rusak adalah
berdasarkan beberapa fungsi penting dari trombosit itu sendiri. Pada waktu trombosit
bersinggungan dengan permukaan pembuluh yang rusak, misalnya bersinggungan dengan
serabut kolagen di dinding pembuluh atau bahkan dengan sel endotel yang rusak, trombosit
segera berubah sifat-sifatnya secara drastis. Trombosit itu mulai membengkak, bentuknya
menjadi ireguler dengan tonjolan-tonjolan yang mencuat dari permukaannya. Trombosit it u
menjadi lengket dan melekat pada serabut kolagen, dan mensekresi sejumlah besar ADP. Enzim-
enzimnya membentuk tromboksan A, yaitu sejenis prostaglandin, yang juga disekresikan ke
dalam darah oleh trombosit. ADP dan tromboksan A kemudian mengaktifkan trombosit-
trombosit yang berdekatan, dan karena sifat lengket trombosit-trombosit tambahan ini akhirnya
mereka juga melekat pada trombosit-trombosit yang semula sudah aktif. Dengan demikian pada
setiap lubang luka, dinding pembuluh yang rusak atau jaringan di luar pembuluh menimbulkan
-
suatu siklus aktivasi trotnbosit yang sangat meningkat jumlahnya, sehingga tertumpuk
membentuk sumbat trombosit. Sumbat ini longgar namun biasanya berhasil menghalangi
hilangnya darah bila luka di pembuluh adalah kecil. Setelah itu dalam proses pembekuan darah
selanjutnya yang akan diuraikan dalam alinea berikut, benang-benang fibrin terbentuk dan me-
lekat pada trombosit, sehingga terbentuklah sumbat yang rapat dan kuat.
Penutupan Luka Pembuluh dengan Metoda Trombosit. Bila luka pada pembuluh adalah kecil,
sumbat trombosit saja sudah cukup untuk menghentikan perdarahan secara sempurna, tetapi bila
lukanya besar, sebagai tambahan diperlukan bekuan darah untuk menghentikan perdarahan.
Mekanisme sumbat trombosit sangat penting untuk menutup luka-luka kecil pada pembuluh
darah yang sangat kecil yang terjadi ratusan kali setiap hari, termasuk pula yang menembus sel
endotel. Orang yang mempunyai trombosit sedikit sekali mengalami ratusan perdarahan kecil di
bawah kulit dan di seluruh jaringan bagian dalam; pada orang normal hal ini tidak terjadi.
Mekanisme sumbat trombosit biasanya tidak menyumbat pembuluhnya sendiri, tetapi hanya
menutup lubang luka, sehingga pembuluh dapat terus berfungsi.
Pembentukan Darah pada Pembuluh yang Rusak
Mekanisme ketiga untuk hemostasis ia h pembentukan bekuan darah. Bekuan mulai terbentuk
dalam 15 sampai 20 detik bila trauma pembuluh sangat hebat, dan dalam 1 sampai 2 menit bila
traumanya kecil.
Zat-zat aktivator dari dinding pembuluh darah yang rusak dan dari trombosit, dan juga protein-
protein darah yang melekat pada dinding pembuluh darah yang rusak mengawali proses
pembekuan darah.
Dalam tiga sampai enam menit setelah pecahnya pembuluh, bila luka pada pembuluh itu tidak
besar, seluruh bagian pembuluh yang terluka atau ujung pembuluh yang terbuka akan diisi oleh
bekuan darah. Setelah 30 menit sampai satu jam bekuan akan mengalami retraksi, dan ini akan
menutup tempat luka.
Pembentukan Jaringan Ikat atau Penghancuran Bekuan Darah
Setelah bekuan darah terbentuk, dua proses berikut dapat terjadi : bekuan dapat. diinvasi oleh
fibrolas yang kemudian membentuk jaringan ikat pada seluruh bekuan tersebut, atau dapat juga
bekuan itu dihancurkan. Biasanya bekuan yang terbentuk pada luka kecil di dinding pembuluh
pembuluh darah akan diinvasi fibroblas, yang mulai terjadi dalam beberapa jam setelah bekuan
itu terbentuk (dipermudah, paling tidak, oleh faktor pertumbuhan yang disekresi oleh trombosit)
dan berlanjut sampai terjadi organisasi total menjadi jaringan ikat dalam waktu kira-kira tujuh
sampai sepuluh hari. Tetapi bila sejumlah besar darah membentuk suatu bekuan yang luas,
seperti yang terjadi pada darah yang merembes ke jaringan jaringan, zat khusus yang terdapat
dalam bekuan itu sendiri menjadi teraktivasi dan ini akan bekerja sebagai enzim yang
menghancurkan bekuan itu.
-
Mekanisme Pembekuan Darah
Teori Dasar. Lebih dari 40 macam zat yang mempengaruhi pembekuan darah telah ditemukan
dalam darah dan jaringan, beberapa diantaranya mempermudah tegadinya pembekuan, disebut
prokoagulan, dan yang lain menghambat pembekuan, disebut antikoagulan. Apakah pembekuan
akan terjadi atau tidak, tergantung pada keseimbangan antar kedua golongan zat. Dalam keadaan
normal antikoagulan lebih dominan sehingga darah tidak membeku, tetapi bila pembuluh darah
rusak aktivitas prokoagulan di daerah kerusakan menjadi jauh lebih tinggi dari pada aktivitas
antikoagulan, dan bekuan pun terbentu.
Mekanisme Secara Umum. Peneliti-peneliti dalam bidang pembekuan darah semuanya setuju
bahwa pembekuan terjadi melalui tiga langkah utama :
1. Pertarna, suatu zat atau kompleks zat-zat disebut aktivator protrombin timbul, sebagai
reaksi terhadap pecahnya pembuluh atau kerusakan darah itu sendiri.
2. Kedua, aktivator protrombin mengkatalisa perubahan protrombin menjadi trombin.
3. Ketiga, trombin bekerja sebagai enzim untuk mengubah fibrinogen menjadi benang-benang
fibrin yang menjaring trombosit, sel-sel darah, dan plasma sehingga terjadi bekuan darah.
Perubahan Protrombin Menjadi Trombin
Setelah aktivator protrombin terbentuk sebagai akibat pecahnya pembuluh darah atau sebagai
akibat kerusakan pada zat-zat aktivator khusus dalam darah, aktivator protombin kemudian akan
menyebabkan perubahan protrombin menjadi trombin, yang selanjutnya akan menyebabkan
polimerasi molekul-molekul fibrinogen menjadi benang-benang fibrin dalam 10 sampai 15 detik
berikutnya. Jadi faktor yang membatasi kecepatan pembekuan darah biasanya adalah pembekuan
aktivator protrombin dan bukannya reaksi reaksi berikutnya, karena reaksi-reaksi berikutnya bia-
sanya terjadi sangat cepat untuk membentuk bekuan.
Protrombin dan Trombin. Protrombin adalah protein plasma, suatu alfa2-globulin, yang
mempunyai berat molekul 68.700. Protrombin terdapat dalam plasma normal dengan kadar 15
mg/dl. Ia merupakan protein yang tidak stabil yang dengan mudah dapat pecah menjadi
senyawa-senyawa yang lebih kecil, salah satu di antaranya ialah trombin, yang mempunyai berat
molekul 33.700, hampir tepat separuh dari berat molekul protrombin.
Protrombin dibentuk terus menerus oleh hati, dan secara terus menerus dipakai di seluruh tubuh
untuk pembekuan darah. Bila hati gagal membentuk protombin, kadarnya dalam plasma akan
terlalu rendah untuk mendukung terjadinya pembekuan darah yang normal selama 24 jam.
Vitamin K diperlukan oleh hati untuk pembekuan protombin dan juga tiga faktor pembekuan
lain. Oleh karena hati yang menghambat pembekuan protombin sering menurunkan kadar
protombin sampai sedemikian rendahnya sehingga timbul kecenderungan perdarahan.
Efek Aktivator Protrombin terhadap Pembentukan Trombin dari Protrombin. Kecepatan
pembentukan trombin dari protrombin hampir berbanding lurus dengan jumlah aktivator
protrombin yang tersedia, dan aktivator protrombin sendiri kira-kira sebanding dengan derajat
kerusakan dinding pembuluh atau. Selanjutnya kecepatan proses pembekuan adalah sebanding
dengan trombin yang terbentuk.
-
Perubahan Fibrinogen Menjadi Fibrin Pembentukan Bekuan
Fibrinogen. Fibrinogen adalah protein berberat molekul tinggi (340.000), terdapat dalam plasma
dengan kadar 100 sampai 700 mg/dl. Fibrinogen dibentuk di dalam hati, dan penyakit hati
kadang-kadang menurunkan kadar protrombin seperti pernah oiuraikan terdahulu.
Karena ukuran molekulnya yang besar, dalam keadaan normal sangat sedikit fibrinogen yang
bocor ke dalam cairan interstisial, dan karena fibrinogen merupakan salah satu faktor yang pokok
dalam proses pembekuan, cairan interstisial biasanya sukar membeku, namun bila permeabilitas
kapiler secara patologis meningkat, fibrinogen akan muncul dalam cairan jaringan dalam jumlah
yang cukup untuk menimbulkan pembekuan dengan cara yang hampir sama seperti pada
pembekuan plasma dan darah.
Kerja Trombin dalam Mengubah Fibrinogen Menjadi Fibrin. Trombin adalah enzim protein yang
mempunyai kemampuan proteolitik. la bekerja terhadap fibrinogen dengan cara melepaskan
empat peptida yang berberat molekul kecil dari setiap molekul fibrinogen, sehingga membentuk
molekul fibrin monomer yang mempunyai kemampuan otomatis berpolimerisasi dengan molekul
fibrin monomer yang lain. Dengan cara demikian dalam beberapa detik benyak molekul fibrin
monomer berpolimerisasi menjadi benang fibrin yang panjang sehingga terbentuklah retikulum
dari bekuan.
Pada tingkat awal dari polimerisasi, molekul-molekul fibrin monomer saling berikatan melalui
ikatan nonkovalen yang lemah, dan benang-benang tidak saling terikat kuat antara satu dengan
lainnya, sehingga bekuan yang dihasilkan tidaklah kuat dan mudah dicerai-beraikan. Namun,
masih ada proses lain yang terjadi dalam beberapa menit kemudian yang akan sangat
memperkuat jalinan fibrin tersebut. Proses ini melibatkan suatu zat yang disebut faktor pemantap
fibrin, yang dalam keadaan normal terdapat dalam jumlah kecil dalam bentuk globulin plasma,
yang juga dilepaskan oleh trombosit-trombosit yang terperangkap dalam bekuan. Sebelum faktor
pemantap fibrin ini dapat bekerja terhadap benang-benang fibrin, ia sendiri harus diaktifkan
terlebih dahulu. Kebetulan trombin yang sama yang menyebabkan pembentukan fibrin juga
mengaktifkan faktor pemantap fibrin. Kemudian zat yang telah aktif ini bekerja sebagai enzim
untuk menimbulkan ikatan kovalen diantara molekul-molekul fibrin monomer, dan juga
menimbulkan jembatan jembatan silang multipel diantara benang-benang fibrin yang berdekatan,
sehingga sangat menambah kekuatan jaringan fibrin secara tiga dimensi.
Bekuan darah. Bekuan darah terdiri dari jaringan benang fibrin yang berjalan dalam segala arah
dan menjaring sel-sel darah, trombosit, dan plasma. Benang-benang fibrin melekat pada
permukaan pembuluh darah yang rusak sedemikian rupa sehingga bekuan darah menempel pada
lubang di pembuluh dan dengan demikian mencegah kebocoran darah.
Retraksi Bekuan - Serum. Dalam beberapa menit setelah terbentuk, bekuan darah mulai menciut
dan biasanya memeras keluar hampir seluruh cairan dari bekuan itu dalam,30 sampai 60 menit.
-
Cairan yang terperas keluar disebut serum, sebab seluruh fibrinogen dan sebagian besar faktor-
faktor pembekuan yang lain telah dikeluarkan; dan dengan demikian serum berbeda dari plasma.
Jelas bahwa serum tidak dapat membeku karena tidak mengandung faktor-faktor pembekuan.
Trombosit diperlukan untuk terjadinya retraksi bekuan. Oleh sebab itu kegagalan pada proses
retraksi merupakan tanda bahwa jumlah trombosit yang beredar dalam darah adalah kurang.
Mikrograf elektron dari trombosit dalam bekuan darah memperlihatkan bahwa trombosit-
trombosit tersebut melekat pada benang-benang fibrin sebenarnya dengan cara mengikat benang-
benang itu sehingga menjadi satu. Selain itu, trombosit yang terperangkap dalam bekuan terus
melepaskan zat-zat prokoagulan, salah satu di antaranya ialah faktor pemantap fibrin yang
menyebabkan terjadinya ikatan-ikatan silang antara benang-benang fibrin yang berdekatan.
Selain itu, trombosit memberikan dukungan langsung untuk terjadinya retraksi bekuan dengan
cara mengaktifkan molekul. aktin dan miosin trombosit, yang merupakan protein-protein yang
kontraktil dan dapat menimbulkan kontraksi kuat dari tonjolan-tonjolan runcing pada trombosit
yang melekat pada fibrin. Jelas bahwa peristiwa ini juga akan menciutkan jaringan fibrin menjadi
massa yang lebih kecil. Kontraksi molekul aktin dan miosin mungkin diaktifkan oleh trombin.
dan juga oleh ion kalsium yang dilepaskan oleh gudang kalsium dalam retikulum endoplasma
dan aparatus Golgi dari trombosit.
Dengan terjadinya retraksi bekuan, ujung-ujung robekan pembuluh darah ditarik saling
mendekat, sehingga memungkinkan terjadinya hemostasis.
Siklus Berantai Pembentukan Bekuan
Segera setelah bekuan darah mulai terbentuk, bekuan tersebut akan meluas ke darah
sekelilingnya. Bekuan itu sendiri yang mengawali daur berantai untuk memudahkan terjadinya
bekuan bertambah besar. Salah satu_sebab paling penting terjadinya proses ini ialah kerja
proteolitik dari trombin yang juga bekerja terhadap faktor-faktor pembekuan lain selain
fibrinogen. Sebagai contoh, trombin mempunyai efek proteolitik langsung terhadap prorombin
sendiri, sehingga terbentuk lebih banyak lagi trombin, dan ini bekerja terhadap beberapa faktor
pembekuan yang bertanggung jawab terhadap pembentukan aktivator protrombin. Efek ini akan
diuraikan dalam paragraf berikut, yang meliputi :
a. percepatan kerja faktor-faktor VIII, IX, X, XI, dan XII,
b. agregasi trombosit-trombosit. Setelah jumlah kritis trombin terbentuk, daur berantai ber-
jalan menyebabkan lebih banyak pembentukan bekuan dan trombin; dengan demikian bekuan
akan bertambah besar sampai ada sesuatu yang menghentikannya.
Penghentian Pertumbuhan Bekuan oleh Aliran Darah
Bila bekuan terbentuk, siklus berantai pembentukan bekuan akan berlangsung hanya di tempat
yang darahnya tidak mengalir, karena darah yang mengalir akan mcmbawa pergi trombin dan
prokoagulan lain yang dilepaskan dengan cepat selama proses pembekuan, sehingga kadar dari
faktor-faktor tersebut tidak cukup tinggi untuk terjadinya pembekuan lebih jauh. Jadi perluasan
-
bekuan hampir selalu terhenti di tempat dimana bekuannya bersinggungan dengan darah yang
mengalir melebihi kecepatan tertentu.
Proses pembekuan tidak akan berlangsung berantai dengan sendirinya bila kadar prokoagulan di
bawah kadar kritis. Pada kadar yang rendah tersebut, banyak zat penghambat dalam darah,
beberapa di antaranya akan dibahas belakangan dalam bab ini, menghambat kerja prokoagulan
secara kontinyu atau bahkan menghancurkannya. Selain itu, sistem makrofag terutama sel
Kupffer di hati dan makrofag limpa serta sumsum tulang akan menghilangkan sebagian besar
prokoagulan yang beredar dalam beberapa menit.
Awal Proses Pembekuan, Pembekuan Aktivator Protrombin
Sampai di sini kita telah membahas proses pembekuan yang diawali oleh pembentukan trombin
dari protrombin, sekarang tiba saatnya untuk membicarakan lebih mendalam mengenai
mekanisme yang mengaktifkan protrombin. Mekanisme ini dimulai bila terjadi trauma terhadap
jaringan, terhadap darah, atau berkontaknya darah dengan sel endotel yang rusak, atau dengan
kolagen atau dengan unsur jaringan yang lain di luar sel endotel pembuluh darah. Pada setiap
kejadian tersebut akan menyebabkan pembentukan aktivator protrombin, yang selanjutnya
mengubah protrombin menjadi trombin. Aktivator protrombin dapat dibentuk melalui dua jalan
utama :
1. melalui jalur ekstrinsik yang dimulai dengan terjadinya trauma pada dinding pembuluh dan
jaringan sekitarnya,
2. melalui jalur intrinsik yang berawal di dalam darah sendiri.
Dalam kedua jalur itu baik ekstrinsik maupun intrinsik seringkali protein plasma terutama beta-
globulin memegang peranan utama. Globulin ini bersama sama dengan faktor-faktor lain yang
telah diuraikan dan terlibat dalam proses pembekuan, disebut faktor faktor pembekuan darah
yang pada umumnya adalah enzim-enzim proteolitik dalam bentuk inaktif. Bila berubah menjadi
aktif, kerja enzimatiknya akan menimbulkan proses pembekuan berupa reaksi-reaksi yang
beruntun dan bertingkat.
Mekanisme Ekstrinsik Sebagai Awal Pembekuan
Mekanisme ekstrinsik sebagai awal pembentukan aktivator protrombin dimulai dengan
berkontaknya darah dengan dinding pembuluh yang rusak atau dengan jaringan di luar
pembuluh, dan berlangsung melalui tiga langkah :
1. Pelepasaan tromboplastin jaringan. Jaringan yang luka melepaskan beberapa faktor yang
disebut tromboplastin jaringan. Termasuk ke dalamnya terutama fosfolipid dari membran
jaringan dan paling sedikit satu glikqprotein yang penting berfungsi sebagai enzim pro teolitik.
2. Pengaktifan faktor X--peranan faktor VII. Glikoprotein jaringan bergabung dengan faktor
VII, kemudian kompleks ini bersamaan dengan hadirnya fosfolipid jaringan bekerja sebagai
enzim terhadap faktor X untuk membetuk fakttor X yang teraktivasi.
3. Efek dari faktor X yang teraktivasi dalam membentuk aktivator protrombin--peranan faktor
V. Faktor X yang teraktivasi segera berikatan dengan fosfolifid jaringan yang dilepaskan bagian
-
dari tromboplastin jaringan, dan juga berikatan faktor V untuk membentuk suatu senyawa yang
disebut aktivator protrombin. Dalam beberapa detik senyawa itu memecah protrombin menjadi
trombin, dan proses pembekuan berlangsunglah seperti yang telah dijelaskan di atas. Pada tahap
permulaan faktor V yang terdapat dalam kompleks aktivator protrombin adalah inaktif, tetapi
sekali proses pembekuan dimulai kerja proteolitik dari trombin akan mengaktifkan faktor V; dan
ini kemudian akan menjadi akselerator tambahan yang kuat dalam pengaktifan protrombin.
Dalam kompleks aktivator protrombin akhir, faktor X yang teraktivasi merupakan protease yang
sesungguhnya yang menyebabkan pemecahan protrombin menjadi trombin, faktor V yang
teraktivasi sangat mempercepat kerja protease ini, sedangkan fosfolipid bekerja sebagai alat
pengangkut yang mempercepat proses tersebut.
Mekanisme Intrinsik Sebagai Awal Pembekuan
Mekanisme kedua untuk pembentukan aktivator protrombin, dan dengan demikian juga
merupakan awal dari proses pembekuan, dimulai dengan terjadinya trauma terhadap darah dan
kemudian berlangsung melalui serangkaian reaksi bertingkat :
1. Pengaktifan faktor XII dan pelepasan fosfolipid trombosit oleh darah yang terkena trauma.
Trauma terhadap darah akan merubah dua faktor pembekuan penting yaitu faktor XII dan
trombosit. Bila faktor XII terganggu, misalnya karena berkontak dengan kolagen atau dengan
permukaan yang basah seperti gelas (terutama permukaan yang mengandung muatan negatif), ia
akan berubah menjadi bentuk baru yaitu sebagai enzim proteolitik yang disebut "faktor XII yang
teraktivasi".
Pada saat yang bersamaan, trauma terhadap darah juga akan merusak trombosit, karena
bersentuhan dengan kolagen atau dengan permukaan basah (atau rusak karena cara lain), dan ini
akan melepaskan fosfolipid trombosit yang juga memegang peranan dalam proses pembekuan
selanjutnya.
2. Pengaktifan faktor XI. Faktor XII yang teraktivasi bekerja secara enzimatik terhadap faktor
XI dan juga mengaktitkannya, ini merupakan langkah kedua dalam jalur intrinsik. Reaksi ini
juga memerlukan HMW Kininogen, dan dipercepat oleh Prekalikrein.
3. Pengaktifan faktor IX oleh faktor XI yang teraktivasi. Faktor XI yang teraktivasi bekerja
secara enzimatik terhadap faktor IX dan mengaktiflcannya.
4. Pengdktifan faktor X - peranan faktor VIII. Faktor IX yang teraktivasi, yang bekerja sama
dengan faktor VIII dan dengan fosfolipid trombosit dari trombosit yang rusak untuk
mengaktiflcan faktor X. Jelaslah bahwa bila faktor VIII atau trombosit kurang persediaannya,
langkah ini akan terhadmbat. Faktor VIII tidak dimiliki oleh penderita hemofdia klasik, dan
karena alasan itu disebut faktor antihemofilia. Trombosit adalah faktor pembekuan yang tidak
didapati pada penyakit perdarahan yang disebut trombositopenia.
5. Kerja dari Faktor X yang teraktivasi dalam pembentukan aktivator protrombin - peranan
faktor V. Langkah dalam jalur intrinsik ini pada prinsipnya sama dengan langkah terakhir dalam
jalur ekstrinsik. Faktor X yang teraktivasi bergabung dengan faktor V dan fosfolipid trombosit
untuk membentuk suatu kompleks yang disebut aktivator protrombin. Perbedaannya hanya
-
terletak pada fosfolipid yang dalam hal ini berasal dari trombosit yang rusak dan bukan dari
jaringan yang rusak. Aktivator protrombin dalam beberapa detik mengawali pemecahan
protrombin menjadi trombin dan dengan demikian proses pembekuan selanjutnya dapat
berlangsung seperti yang telah diuraikan terdahulu.