Tugas Filsafat Ilmu Administrasi-Yulianto Kadji - PROPOSAL BAB 1,2,3 & DAFTAR PUSTAKA
-
Upload
kristi-fredzky-inagari-tutuhatunewa -
Category
Documents
-
view
585 -
download
6
Transcript of Tugas Filsafat Ilmu Administrasi-Yulianto Kadji - PROPOSAL BAB 1,2,3 & DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pariwisata pada hakekatnya adalah fenomena perjalanan manusia secara
perorangan atau kelompok di luar tempat tingalnya dengan berbagai macam
tujuan asal bukan untuk mencari nafkah.
Berdasarkan prediksi World Tourism Organization (WTO) atau Badan
Pariwisata Dunia, pada tahun 2020 jumlah orang yang melakukan perjalanan
di dunia adalah 1,602 milyar orang dimana 438 juta orang berada di Kawasan
Asia (Santosa:2002). Prediksi ini merupakan peluang yang harus
dimanfaatkan untuk dapat bersaing dengan Negara-negara yang sudah
berkembang atau maju sebagai destinasi pariwisata.
Hakekat pariwisata Indonesia bertumpu pada kunikan dan kekhasan
budaya dan alam, serta hubungan antar manusia. (Kementerian Kebudayaan
dan Pariwisata RI:2003:1) Selanjutnya dikatakan bahwa Kepariwisataan
Indonesia adalah pariwisata yang berasal dari rakyat, oleh rakyat dan untuk
rakyat. Pembangunan kepariwisataan yang mengacu pada konsep tersebut
secara operasional dikenal sebagai Pengembangan Pariwisata Berbasis
Masyarakat (Community-based tourism) yaitu Kepariwisataan yang
menempatkan manusia sebagai subyek dan juga obyek pembangunan.
(Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata RI:2003:5)
2
Sebagai Kepariwisataan yang bertumpu pada masyarakat sebagai
kekuatan dasar, maka kepariwisataan bertumpu pula pada semua aspek
kehidupan masyarakat berupa ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan
pertahanan kemanan. Sehingga yang menjadi pelaku utama yang
menggerakkan roda pembangunan kepariwisataan adalah unsur Dunis Usaha,
Masyarakat dan Pemerintah. Namun Pemerintah lebih berperan sebagai
fasilitator, usaha pariwisata dan masyarakat merupakan pelaku-pelaku
langsung dari kegiatan pariwisata.
Salah satu bentuk pariwisata yang berbasis masyarakat adalah desa
wisata. Menurut Wiendu (1993) dalam Kajian Desa Wisata di Propinsi
Sulawesi Tengah (Cv.Tribhuwana 2009:II-4) menyatakan bahwa: desa wisata
adalah suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas
pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang
menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku.
Sementara Sentot (2007) mengatakan bahwa desa wisata adalah salah
satu atraksi wisata yang menampilkan segala aspek kehidupan masyarakat di
suatu pedesaan untuk kepentingan pariwisata.
Dari kedua pendapat ini mayarakat menjadi fokus atau perhatian,
perannya semakin kuat sebagai obyek sekaligus sebagai subyek atau pelaku,
dan untuk memberikan kepuasan berwisata yang optimal kepada wisatawan
perlu adanya keterpaduan dan keterkaitan diantara para pelaku pariwisata
dalam penyediaan dan penyajian produk wisata yang berkualitas, meliputi:
keterpaduan dan keterikatan dalam perencanaan, pengemasan, pemasaran dan
3
pelayanan serta pengemangan produk wisata.(Kementerian Kebudayaan dan
Pariwisata RI:2003:14)
Berdasarkan hasil Kajian Desa Wisata di Propinsi Sulawesi Tengah
tahun 2009, desa Tanjung Karang di Kecamatan Banawa Kabupaten
Donggala ditetapkan sebagai salah satu desa wisata di propinsi Sulawesi
Tengah. Hasil analisis yang mendukung penetapan desa Tanjung Karang
sebagai desa wisata anatar lain sebagai berikut : (a). tingkat atraksi wisata
yang ditawarkan; cukup menarik wisatawan untuk berkunjung. (b).
Amenitas/Sarana Prasarana; memadai. (c).Aksesibilitas; terjangkau oleh
moda transportasi umum. (d). kebijakan dan Pengelolaan; memadai.
(e).Tingkat jumlah kunjungan wisatawan; cukup banyak.
Potensi ini perlu dikembangkan secara bersama-sama antar pelaku
pariwisata dengan perencanaan dan pelaksanaan yang lebih optimal sehingga
sumber daya yang ada dapat menjadi penggerak ekonomi masyarakat lokal.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penulis termotivasi
untuk melakukan rencana penelitian yang dituangkan dalam penulisan
rancangan proposal yang berjudul “ Analisis Partisipasi Masyarakat dalam
Pengembangan desa wisata Tanjung Karang di kecamatan Banawa kabupaten
Donggala “
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dikaji adalah :
1.2.1.Bagaimana tingkat partisipasi masyarakat dalam pengembangan Desa
Wisata Tanjung Karang di Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala
4
1.2.2.Faktor-faktor apa yang mendukung partisipasi masyarakat dalam
pengembangan Desa Wisata Tanjung Karang di Kecamatan Banawa
Kabupaten Donggala
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1.3.1.Untuk mengetahui dan menganalisis tingkat partisipasi masyarakat
dalam pengembangan Desa Wisata Tanjung Karang di Kecamatan
Banawa Kabupaten Donggala
1.3.2.Untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mendukung
partisipasi masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata Tanjung
Karang di Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala.
1.4. Kegunaan Penelitian atau Manfaat Penelitian
Manfaat yang akan dicapai melalui penelitian ini adalah :
1.4.1.Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran
dan pengembangan Ilmu Administrasi Publik dan selanjutnya dapat
dijadikan bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya.
1.4.2.Secara Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi
Pemerintah Kabupaten Donggala khususnya Dinas Kebudayaan dan
5
Pariwisata dalam menumbuhkan partisipasi masyarakat dalam
pengembangan Desa Wisata.
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Pustaka
2.1.1 Partisipasi
Partisipasi menurut Soerjono Soekanto (1993: 355) merupakan
setiap proses identifikasi atau menjadi peserta, suatu proses komunikasi
atau kegiatan bersama dalam suatu situasi sosial tertentu. Partisipasi itu
terdiri dari beberapa jenis diantaranya partisipasi sosial dan partisipasi
politik. Partisipasi sosial merupakan derajat partisipasi individu dalam
kehidupan sosial..(http://lppbi-fiba.blogspot.com).
Menurut Abdullah (1986:76) partisipasi adalah sikap tunggal
masyarakat lokal (local respons) terhadap anjuran-anjuran, petunjuk-
petunjuk tentang cara baru, pemakaian teknologi dan kesediaan
memberikan pengorbanan (dalam arti investasi) modal, waktu, tenaga
dan uang untuk tercapainya tujuan-tujuan pembangunan.
Sementara menurut Theodorson dalam Mardikanto (1994)
mengemukakan bahwa dalam pengertian sehari-hari, partisipasi
merupakan keikutsertaan atau keterlibatan seseorang (individu atau
warga masyarakat) dalam suatu kegiatan tertentu. Keikutsertaan atau
keterlibatan yang dimaksud di sini bukanlah bersifat pasif tetapi secara
aktif ditujukan oleh yang bersangkutan. Oleh karena itu, partisipasi
akan lebih tepat diartikan sebagi keikutsertaan seseorang didalam suatu
7
kelompok sosial untuk mengambil bagian dalam kegiatan
masyarakatnya, diluar pekerjaan atau profesinya sendiri
(http://turindraatp.blogspot.com).
2.1.2 Partisipasi Masyarakat
Partisipasi masyarakat menurut Hetifah Sj. Soemarto (2003)
adalah proses ketika warga sebagai individu maupun kelompok sosial
dan organisasi, mengambil peran serta ikut mempengaruhi proses
perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan kebijakan kebijakan yang
langsung mempengaruhi kehiduapan mereka. Conyers (1991)
menyebutkan tiga alasan mengapa partisipasi masyarakat mempunyai
sifat sangat penting. Pertama partispasi masyarakat merupakan suatu
alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan, dan
sikap masyarakata, tanpa kehadirannya program pembangunan serta
proyek-proyek akan gagal, alasan kedua adalah bahwa masyarakat akan
lebih mempercayai proyek atau program pembangunan jika merasa
dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka
akan mengetahui seluk beluk proyek tersebut dan akan mempunyai rasa
memiliki terhadap poyek tersebut. Alasan ketiga yang mendorong
adanya partisiapsi umum di banyak negara karena timbul anggapan
bahwa merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan
dalam pembangunan masyarakat mereka sendiri. Hal ini selaras dengan
8
konsep man-cetered development yaitu pembangunan yang diarahkan
demi perbaiakan nasib manusia. (http://turindraatp.blogspot.com).
Soetomo (2006:13) berpendapat partisipasi masyarakat dalam
pembangunan adalah keterlibatan masyarakat dalam proses
pembangunan yang dilandasi oleh kesadaran dan determinasi.
Keterlibatan tanpa didorong oleh rasa kesadaran dan determinasi tidak
dapat disebut sebagai partisipasi dan lebih tepat disebut sebagai
mobilisasi pembangunan. Konsep mobilisasi lebih mencerminkan
manusia dan masyarakat sebagai objek bukan subjek.
Prinsip yang menempatkan masyarakat lebih sebagai subyek
dibandingkan sebagai obyek, semestinya mewarnai dan menjiwai setiap
tahap dari proses pelaksanaan pembangunan masyarakat. Salah satu
bentuknya adalah pelibatan dalam pengertian partisipasi bukan
mobilisasi masyarakat dalam keseluruhan proses pembangunan yang
berjalan sejak tahap identifikasi masalah, perumusan program,
pengelolaan dan pelaksanaan program, evaluasi serta menikmati hasil
program ( Soetomo 2006:8)
Sementara untuk mengembangkan partisipasi masyarakat,
diperlukan strategi-strategi dalam pengembangannya. Mikkelsen
(1999:69) dalam Soetomo (2006:448) mengemukakan ada empat
pendekatan untuk mengembangkan partisipasi masyarakat. Pertama,
pendekatan partisipasi pasif, pelatihan dan informasi. Bentuk
partisipasif ini akan melahirkan tipe komunikasi satu arah, dari atas ke
9
bawah, hubungan pihak eksternal dengan masyarakat lokal bersifat
vertikal. Kedua, pendekatan pastisipasi aktif. Pendekatan ini
memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berinteraksi secara
lebih intensif dengan pihak eksternal. Ketiga, pendekatan partisipasi
dengan keterikatan. Dalam pendekatan ini ada kontrak sosial antara
masyarakat lokal dengan pihak eksternal tentang apa yang dilakukan
oleh masyarakat lokal dan apa yang dilakukan oleh pihak eksternal.
Keempat, partisipasi atas permintaan setempat. Bentuk ini
mencerminkan kegiatan pembangunan atas dasar keputusan masyarakat
setempat dan pihak eksternal hanya melakukan sesuai apa yang
dinyatakan masyarakat lokal.
Lebih lanjut Adisasmita (2006:36) mengemukakan alasan
mengapa anggota masyarakat diajak untuk berperan serta dan didorong
untuk berpartisipasi, dengan pertimbangan bahwa :
a. Anggota masyarakat mengetahui sepenuhnya tentang permasalahan
dan kepentingan mereka
b. Anggota masyarakat memahami sesungguhnya tentang keadaan
lingkungan social dan ekonomi masyarakatnya
c. Anggota masyarakat mampu menganalisis sebab akibat dari berbagai
kejadian yang terjadi dalam masyarakat
d. Anggota masyarakat mampu merumuskan solusi untuk mengatasi
permasalahan dan kendala yang dihadapi masyarakat
10
e. Anggota masyarakat mampu memanfaatkan sumberdaya
pembangunan (SDA, SDM, dana, teknologi) yang dimiliki.
f. Anggota masyarakat akan mampu menghilangkan ketergantungan
terhadap pihak luar dengan berlandaskan kepercayaan diri dan
keswadayaan yang kuat.
Dengan demikian, yang menjadi tujuan dari partisipasi adalah
dukungan masyarakat. Pembangunan yang melibatkan masyarakat
merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan itu sendiri,
demikian pula halnya keterlibatan masyarakat dalam pembangunan
kepariwisataan sangat menentukan keberlanjutan dari kegiatan
kepariwisataan itu sendiri.
2.1.3 Konsep Desa Wisata
Desa Wisata adalah suatu bentuk integrasi antara atraksi,
akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur
kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang
berlaku. (Nuryanti, Wiendu 1993, dalam Laporan Akhir Kajian Desa
Wisata di Prop.Sulteng )
Sementara Edward Inskeep, dalam Tourism Planning An
Integrated and Sustainable Development Approach, memberikan
definisi Village Tourism atau wisata pedesaan dimana sekelompok kecil
wisatawan tinggal dalam atau dekat dengan suasana tradisional, sering
di desa-desa yang terpencil dan belajar tentang kehidupan pedesaan dan
lingkungan setempat.
11
Selanjutnya dalam Laporan Akhir Kajian Desa Wisata di
Prop.Sulawesi Tengah disebutkan bahwa prinsip-prinsip Desa Wisata
adalah :
a) Tidak bertentangan dengan adat istiadat atau budaya masyarakat
desa setempat. Pengembangan suatu desa menjadi desa wisata harus
memperhatikan segala aspek yang berkaitan dengan kehidupan
social budaya dan mata pencaharian desa tersebut.
b) Pembangunan fisik ditujukan untuk meningkatkan kualitas
lingkungan desa. Pengembangan pariwisata lebih menekankan pada
mengemas yang sudah ada sedemikian rupa sehingga menarik untuk
dijadikan atraksi wisata.
c) Memperhatikan unsur kelokalan dan keaslian. Material yang
digunakan dalam pembangunan harus menonjolkan cirri khas desa
tersebut sehingga tercermin kelokalan dan keaslian wilayah
setempat.
d) Memberdayakan Masyarakat Desa Wisata. Unsur penting dalam
pengembangan desa wisata adalah keterlibatan masyarakat desa
dalam setiap aspek wisata yang ada di desa tersebut.
e) Memperhatikan daya dukung dan daya tampung serta berwawasan
lingkungan. Pembangunan suatu desa menjadi desa wisata harus
memperhatikan kapasitas desa tersebut, baik kapasitas fisik maupun
kesiapan masyarakat.
Karakteristik desa wisata dapat dikelompokkan antara lain :
12
1. Desa dengan lingkungan alam, yaitu desa yang karena letaknya
berada dalam lingkungan alam yang menjadi atraksi alam.
2. Desa dengan kehidupan ekonomi / mata pencaharian, yaitu desa
yang dalam kehidupan keseharian masyarakatnya sangat tergantung
dari aktivitas pola mata pencaharian yang dilakukan sebagain besar
masyrakata desa.
3. Desa dengan kehidupan adat / seni budaya, yaitu desa yang
kehidupan masyarakatnya sangat kental dengan tat cara adat.
4. Desa dengan bangunan tradisional, yaitu desa dengan
bangunan/rumah penduduk yang mempunyai bentuk yang unik dan
merupakan warisan turun temurun yang tidak terdapat di daerah lain.
Selanjutnya dalam Laporan Akhir Kajian Desa Wisata di
Prop.Sulawesi Tengah kriteria desa wisata dikelompokkan dalam dua
kelompok yaitu :
a) Kriteria yang berlaku umum:
1. Telah dikunjungi/diminati oleh wisatawan
2. Kemudahan pencapaian
3. Tingkat penerimaan/ketersediaan masyarakat terhadap kegiatan
kepariwisataan.
b) Kriteria yang bersifat khusus :
1. Desa dengan lingkungan alam, unsur kriterianya adalah :
keindahan alam, jenis sumber daya alam yang menonjol untuk
kegiatan wisata, keunikan dan keutuhan sumber daya alam.
13
2. Kehidupan masyarakat sangat unik dan tradisional/asli; unsure
kriterianya adalah : Arsitektur lokal sangat dominan, struktur tata
ruang bersifat khas, pola lanskep serta material yang digunakan
menggambarkan unsur kelokalan dan keaslian, kurangnya tingkat
pengangguran masyarakat, mata pencaharian penduduk yang
utama dapat dikembangkan sebagai atraksi.
3. Desa dengan kehidupan adat/seni budaya, unsure kriterianya
adalah : tata cara adat sangat kental mendominasi kehidupan
masyarakat, pengelolaan kegiatan seni budaya dikelola oleh
masyarakat.
2.2. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan kajian teori tentang partisipasi dimana menurut
Theodorson dalam Mardikanto (1994) bahwa dalam pengertian sehari-hari,
partisipasi merupakan keikutsertaan atau keterlibatan seseorang (individu atau
warga masyarakat) dalam suatu kegiatan tertentu. Keikutsertaan atau
keterlibatan yang dimaksud di sini bukanlah bersifat pasif tetapi secara aktif
ditujukan oleh yang bersangkutan. Oleh karena itu, partisipasi akan lebih
tepat diartikan sebagi keikutsertaan seseorang didalam suatu kelompok sosial
untuk mengambil bagian dalam kegiatan masyarakatnya, diluar pekerjaan
atau profesinya sendiri (http://turindraatp.blogspot.com).
Selanjutnya menurut Adisasmita (2006:36) tentang partisipasi
masyarakat dikatakan bahwa Pembangunan yang melibatkan masyarakat
14
merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan itu sendiri, demikian
pula halnya keterlibatan masyarakat dalam pembangunan kepariwisataan
sangat menentukan keberlanjutan dari kegiatan kepariwisataan itu sendiri.
Sebagaiman desa wisata merupakan salah satu bentuk pariwisata yang
berbasis masyarakat, yang di artikan sebagai bentuk integrasi antara atraksi,
akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur
kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang
berlaku. (Nuryanti, Wiendu 1993, dalam Laporan Akhir Kajian Desa Wisata
di Prop.Sulteng ), maka peneliti melihat bahwa partisipasi masyarakat di desa
Tanjung Karang mempunyai peranan yang sangat penting dalam
pengembangan desa wisata Tanjung Karang.
Selanjutnya dalam Kajian Desa Wisata di Prop.Sulawesi Tengah
disebutkan bahwa sesuai prinsip-prinsip Desa Wisata antara lain adalah :
memberdayakan masyarakat Desa Wisata, maka unsur penting dalam
pengembangan desa wisata adalah keterlibatan masyarakat desa dalam setiap
aspek wisata yang ada di desa tersebut.
Sesuai pengelompokkan karakteristik desa wisata, maka berdasarkan
potensi yang dimiliki desa wisata Tanjung Karang dapat dikembangkan
menjadi desa wisata dengan karakteristik lingkungan alam, atau Desa dengan
karakteristik kehidupan ekonomi / mata pencaharian masyarakatnya.
Gambar berikut adalah untuk memperjelas kerangka pemikiran yang
telah dikemukakan.
15
Feedback
INPRES NO 16 TAHUN 2005TENTANG
KEBIJAKAN PEMBANGUNANKEBUDAYAAN DAN PARIWISATA
RENSTRAKAB.DONGGALA
2010 - 2014
UU NO.10 TAHUN 2009TENTANG
KEPARIWISATAAN
PARTISIPASI MASYARAKAT
Perumusan ProgramPelaksanaan ProgramEvaluasi Program
PENGEMBANGAN DESA WISATA
Lingkungan AlamKehidupan Ekonomi/
Mata Pencaharian
FAKTOR PENDUKUNG
16
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan
jenis penelitian survey. Penelitian kualitatif yaitu menggambarkan keadaan
berdasarkan fakta yang tampak atau nyata, penelitian survey menurut
Kerlinger dalam (Sugiono,2005:7) adalah penelitian yang dilakukan pada
populasi besar maupun kecil. Penelitian survei ini menggambarkan
karakteristik dari obyek penelitian, yang penyelidikannya disesuaikan dengan
fakta-fakta yang sesuai dengan keterangan faktual tentang partisipasi
masyarkat di Desa Wisata Tanjung di Batu Kecamatan Banawa Kabupaten
Donggala.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1.Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di Desa Wisata Tanjung Karang di
Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala. Lokasi ini dipilih sebagai
lokasi penelitian dengan pertimbangan bahwa Tanjung Karang akan
dikembangkan menjadi Desa Wisata karena memiliki sumber daya alam
berupa potensi wisata bahari yang sudah dikenal dan dikunjungi oleh
wisatawan nusantara maupun mancanegara dan didukung dengan
akesibilitas yang mudah serta fasilitas pendukung yang memadai.
17
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian direncanakan selama 3 (tiga) bulan yaitu bulan
Januari sampai dengan bulan Maret 2011, dengan tahapan persiapan,
pengumpulan data primer dan sekunder, pengolahan data dan
penyusunan hasil penelitian.
3.3 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya ( Sugiyono 2005 : 90 ). Jumlah populasi yang ada di
Desa Wisata Tanjung Karang sebanyak 60 orang yang terdiri atas :
kelompok pengelolah cottage/penginapan, rumah makan,
penyewa/penyedia rekreasi laut ( Perahu, Ban renang ), Kelompok
Sadar Wisata dan masyarakat .
3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut ( Sugiyono 2005 : 91 ). Sampel yang dipilih
sebanyak 30 orang.
a. Pengelola Cottage/Penginapan : 6 orang
b. Rumah Makan/Warung : 6 orang
c. Penyewa/Penyedia fasilitas rekreasi laut : 6 orang
18
d. Kelompok Sadar Wisata : 6 orang
e. Masyarakat : 6 orang
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara
Nonprobability Sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak
member peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota
populasi untuk dipilih menjadi sampel ( Sugiyono 2005 : 95 ) Teknik
penentuan sampel yang digunakan sebagai sumber data digunakan
metode Purposive Sampling yaitu memilih orang-orang yang
mengetahui tentang masalah yang diteliti.
3.4 Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya
3.4.1 Definisi Operasional Variabel
Definisi Operasional Variabel yaitu petunjuk bagaiman suatu
variabel dapat diukur. Dalam penelitian ini ada 2 (dua) variable yaitu :
3.4.1.1 Variabel independen ( bebas ) dengan symbol X yaitu Partisipasi
Masyarakat. Partisipasi masyarakat adalah keterlibatan atau
keikutsertaan masyarakat dalam pengembangan desa wisata,
dengan indikator :
a). Perencanaan program
b). Pelaksanaan program
c). Evaluasi program.
3.4.1.2.Variabel dependen ( terikat ) dengan symbol Y yaitu
Pengembangan Desa Wisata. Pengembangan desa wisata adalah
19
mengembangkan suatu desa untuk menjadi daerah tujuan wisata
dengan hakekat tidak merubah apa yang sudah ada namun lebih
cenderung pada penggalian potensi desa dengan memanfaatkan
unsur-unsur yang ada dalam desa, dengan indikator :
a). Lingkungan alam
b). Kehidupan ekonomi/mata pencaharian masyarakat.
Untuk mengukur nilai dari variabel yang diteliti digunakan skala
Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan
persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.
Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi
indikator variabel kemudian indikator variabel tersebut dijadikan sebagai
titik tolak untuk menyusun item-item instrument yang dapat berupa
pernyataan atau pertanyaan ( Sugiyono, 2005: 107 ).
3.5 Jenis dan Sumber Data
3.5.1 Jenis data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
kualitatif yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat dan
gambar ( Sugiyono 2005 : 15 )
3.5.2 Sumber Data
Yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah :
a) Sampel Penelitian, yang merupakan sumber utama penelitian dan
data yang diberikan merupakan data primer atau data utama.
20
b) Di luar Sampel, merupakan data penunjang atau pelengkap dari data
primer, yang disebut data sekunder
c) Lingkungan atau tempat penelitian. Dalam penelitian ini adalah
Pemerintah Desa
d) Di luar lingkungan atau tempat penelitian. Dalam penelitian ini
adalah Pemerintah Kecamatan dan Kabupaten.
3.6 Teknik Pengambilan dan Pengumpulan Data
3.6.1 Observasi
Teknik ini dilakukan melalui pengamatan baik secara langsung
maupun tidak langsung terhadap obyek penelitian. Dalam penelitian ini,
observasi dilakukan untuk mendapat data tentang perilaku masyarakat
berkaitan dengan partisipasi dalam kegiatan pengembangan Desa
Wisata.
3.6.2 Kuesioner
Data dan informasi diperoleh dengan mengedarkan sejumlah
daftar pertanyaan tertulis kepada responden. Pertanyaan bertolak dari
indikator variable X dan Y yang sudah ditetapkan dalam definisi
operasional variabel.
3.6.3 Wawancara
Wawancara dilakukan untuk memperoleh data dan informasi
yang akurat untuk menguatkan tanggapan responden terpilih yang
dianggap mengetahui pokok permasalahan dari hasil kuesioner.
21
Wawancara dilakukan dengan menggunakan interview guide (pedoman
wawancara)
3.7 Instrumen Penelitian
Instrumen Penelitian atau alat ukur adalah alat yang digunakan mengukur
variabel penelitian. Instrument penelitian yang digunakan adalah bentuk
Checklist dan bentuk pilihan ganda.
3.8 Teknik Analisa Data
Teknis analisa data dilakukan secara kualitatif, data dianalisis dalam
kerangka hubungan antar variabel penelitian. Data primer yang terkumpul
dianalisis dengan menggunakan rumus :
Frekuensi
Nilai Presentase = X 100% Jumlah Sampel
Jawaban responden dibobotkan kemudian dimasukkan dalam tabel frekuensi
dan dianalisis dengan pendekatan kualitatif lewat observasi dan wawancara
untuk mendapatkan hasil penelitian yang memadai dan optimal.
22
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Adisasmita, Rahardjo, 2006, Membangun Desa Partisipastif, Graha Ilmu, Yogyakarta
Pendit, Nyoman S, 2002, Ilmu Pariwisata Suatu Pengantar, Pradnya Paramita, Jakarta
Pitana, I Gede dan Gayatri, Putu, 2005, Sosiologi Pariwisata, Andi, Yogyakarta
Soekardijo, 1996, Anatomi Pariwisata (Memahami Pariwisata sebagai Sistimatic Linkage), Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Soetomo, 2006, Strategi-strategi Pembangunan Masyarakat, Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Spillane, James, 1987, Ekonomi Pariwisata, Sejarah dan Prospeknya, Kanisius, Yogyakarta
Sugiyono, 2006, Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung
Wasistiono, Sadu dan Tahir, M.Irwan, 2006, Prospek Pengembangan Desa, Fokusmedia, Bandung
B Dokumen
Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 2009 tenang Kepariwisataan
Instruksi Presiden RI Nomor 16 Tahun 2005 tenang Kebijakan Pembangunan Kebuayaan dan Pariwisata
C. Sumber Lain
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata RI, 2003, Penyusunan Pola Pariwisata Inti Rakyat Dalam Rangka Pengembangan Desa Wisata
Santosa, Setyanto P, 2002, Pengembangan Pariwisata Indonesia
Sismarni, 2009, Teori Partisipasi Dalam Dinamika Sosial, http://lppbi-fiba.blogspot.com, diunduh tanggal 20 Nopember 2010
23
Tribuana Cv, 2009, Laporan Akhir Kajian Desa Wisata Propinsi Sulawesi Tengah Tahun 2009
Azis, Turindra, Pengertian Partisipasi, http://turindraatp.blogspot.com, diunduh tanggal 20 Nopember 2010
Raharjana, Destha Titi, 2008, Identifikasi Potensi Kawasan Pedesaan Sebagai Obyek Wisata, Makalah pada Diklat dan Studi Banding Pengelolaan Desa Wisata, April 2008 di Yogyakarta
Sentot, BI, 2007, Membangun Desa Wisata Terpadu Berbasis Kerakyatan, Makalah pada Diklat dan Studi Banding Pengelolaan Desa Wisata, April 2008 di Yogyakarta.