tugas filmmm.pdf

22
i EMBRIOLOGI VETERINER EMBRIOGENESIS Oleh Kelompok 4: 1. Yusuf Riska Alhamdani NIM: 1209005062 2. Daniel Raja Bonar Nainggolan NIM: 1209005063 3. Erena Hajar Kartika NIM: 1209005064 4. Agatha Serena Tobing NIM: 1209005066 5. RAC. Noorputri AS. NIM: 1209005067 6. Saruedi Simamora NIM: 1209005068 7. Bianca Violanda Junus NIM: 1209005069 8. I Made Wira Diana Putra NIM: 1209005085 9. I B Agung Dimas K NIM: 1209005087 10. Komang Regi Kusuma Astuti NIM: 1209005088 11. Bayu Rakhmat muslimin NIM: 1209005091 12. Aliyahnur Rosida NIM: 1209005092 FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2013

Transcript of tugas filmmm.pdf

  • i

    EMBRIOLOGI VETERINER

    EMBRIOGENESIS

    Oleh Kelompok 4:

    1. Yusuf Riska Alhamdani NIM: 1209005062

    2. Daniel Raja Bonar Nainggolan NIM: 1209005063

    3. Erena Hajar Kartika NIM: 1209005064

    4. Agatha Serena Tobing NIM: 1209005066

    5. RAC. Noorputri AS. NIM: 1209005067

    6. Saruedi Simamora NIM: 1209005068

    7. Bianca Violanda Junus NIM: 1209005069

    8. I Made Wira Diana Putra NIM: 1209005085

    9. I B Agung Dimas K NIM: 1209005087

    10. Komang Regi Kusuma Astuti NIM: 1209005088

    11. Bayu Rakhmat muslimin NIM: 1209005091

    12. Aliyahnur Rosida NIM: 1209005092

    FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

    UNIVERSITAS UDAYANA

    DENPASAR

    2013

  • ii

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan

    berkat-Nya yang diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat

    menyelesaian makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya.

    Adapun judul makalah ini berjudul Embriogenesis. Penulis

    membahas secara umum tentang pengertian dan tahap-tahap pembelahan.

    Penulis menyadari bahwa paper ini belum sempurna, namun penulis

    merasa gembira dan bangga apabila tulisan ini berguna dan bermanfaat

    bagi pembaca dan dengan kerendahan hati penulis mengharapkan segala

    kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan paper ini. Akhir

    kata penulis mengucapkan terimakasih.

    Penulis

    Denpasar, 7 November 2013

  • iii

    DAFTAR ISI

    COVER ................................................................................................................................... i

    KATA PENGANTAR ........................................................................................................... ii

    BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1

    1.1. Latar Belakang ......................................................................................................... 1

    1.2. Rumusan Masalah .................................................................................................... 1

    1.3. Tujuan ....................................................................................................................... 2

    1.4. Manfaat ..................................................................................................................... 2

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................... 3

    2.1. Bidang Pembelahan .................................................................................................. 3

    2.2. Sifat Pembelahan ...................................................................................................... 3

    2.3. Macam Pembelahan ................................................................................................. 6

    2.4. Periode Embriogenesis ............................................................................................. 9

    2.4.1. Fase Morula .............................................................................................................. 9

    2.4.2. Fase Blastula ............................................................................................................. 9

    2.4.3. Fase Gastrulasi ....................................................................................................... 13

    2.4.4. Fase Tubulasi .......................................................................................................... 14

    BAB III PENUTUP ............................................................................................................. 18

    3.1. Kesimpulan ............................................................................................................. 18

    3.2. Saran ...................................................................................................................... 18

    DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 19

  • 1

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1.Latar Belakang

    Embryogenesis adalah proses pembentukan dan perkembangan embrio.

    Proses ini merupakan tahapan perkembangan sel setelah mengalami pembuahan

    atau fertilisasi. Embryogenesis meliputi pembelahan sel dan pengaturan di

    tingkat sel. Sel pada embryogenesis disebut sebagai sel embriogenik. Model

    yang sering dipakai dalam penjelasan mengenai embryogenesis terbagi menjadi

    beberapa golongan seperti amfibi, aves, reptile, pisces,serangga, dan mamalia,

    karena masing masing mempunyai pola pertumbuhan dan perkembangan yang

    sedikit berbeda pada fase embrio. Pertumbuhan dan perkembangan pada hewan

    dapat dibedakan menjadi 2 fase utama, yaitu pertumbuhan dan perkembangan

    embrionik serta pertumbuhan dan perkembangan pascaembrionik. Pertumbuhan

    embrionik adalah pertumbuhan dan perkembangan selama masa embrio melalui

    suatu tahap tertentu yang sistematik dan teratur. Pertumbuhan dan

    perkembangan embrionik diawali dengan pertemuan sel telur (ovum) dengan

    sperma sehingga mengahasilkan sebuah sel yang disebut zigot. Zigotse

    lanjutanya mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan melalui tahap

    tahap yaitu pembelahan zigot (morula), gastrulasi, dan organogenesis.

    1.2.Rumusan Masalah

    1.2.1. Apa pengertian embriogenesis?

    1.2.2. Jelaskan macam-macam bidang pembelahan ?

    1.2.3. Apa saja macam-macam pembelahan?

    1.2.4. Apa saja tahap-tahap embriogenesis?

  • 2

    1.3.Tujuan

    1.3.1. Untuk mengetahui pengertian embriogenesis.

    1.3.2. Untuk mengetahui macam-macam bidang pembelahan.

    1.3.3. Untuk mengetahui macam-macam pembelahan.

    1.3.4. Untuk mengetahui tahap-tahap embriogenesis.

    1.4.Manfaat

    Adapun manfaat dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Embriologi,

    serta menambah literatur mengenai Embriogenesis.

    Selain itu makalah ini bermanfaat untuk menambah wawasan bagi mahasiswa

    Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana.

  • 3

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Bidang Pembelahan

    Bidang yang ditempuh oleh arah pembelahan ketika zigot mengalami

    mitosis terus menerus menjadi banyak sel, disebut bidang pembelahan. Terdapat

    empat macam bidang pembelahan yaitu meridian, vertikal, ekuator dan

    longitudinal.

    2.1.1. Meridian

    Adalah bidang pembelahan yang melewati poros kutub, yang

    mengakibatkan dihasilkannya dua blastomer dengan ukuran yang sama.

    2.1.2. Vertikal

    adalah bidang pembelahan yang cenderung lewat tegak sejak dari animal

    pole sampai vegetal pole.

    2.1.3. Ekuator

    Adalah biadan pebelahan yang tegak lurus dengan poros animal

    pole/vegetal pole. Biadn pembelahan ini membelah embrio menjadi

    empat anakan dan empat blastomer vegetal.

    2.1.4. Longitudinal

    Adalah bidang pembelahan yang mirip denga bidan ekuator, tetapi terjadi

    sejajar.

    2.2. Sifat Pembelahan

    2.2.1. Mitosis

    Sel yang aktif membelah melewati suatu siklus yang dikenal sebagai

    siklus sel. Siklus ini berlangsung secara teratur dan dibedakan atas dua

    stadia, yaitu stadium istirahat (interfase) dan stadium mitosis. Mitosis

    merupakan pembelahan sel yang meliputi pembelahan dan pembagian

    nukleus beserta kromosom-kromosom di dalamnya. Proses pembelahan

    nukleus dinamakan karyokinesis. Setelah karyokinesis akan segera diikuti

    oleh pembelahan sel, sehingga sebuah sel akan menjadi dua anakan sel

  • 4

    yang sama. Proses membelahnya sel dinamakan sitokinesis. Adanya

    karyokinesis dan sitokinesis yang berlangsung secara berkesinambungan

    menyebabkan informasi genetik di dalam semua sel somatis suatu

    individu tetap.

    Mitosis terdiri atas 4 fase yang terjadi secara berurutan yaitu:

    1.Profase

    Memasuki profase kromatin mengalami kondensasi membentuk

    kromosom. Kromosom cepat memendek dan menjadi lebih tebal. Tiap

    kromosom terdiri atas 2 kromatid yang dihubungkan oleh sebuah

    sentromer. Selama profase, nukleolus dan membran inti menghilang.

    Mendekati akhir profase terbentuklah spindel. Pada akhir profase,

    kromosom- kromosom menempatkan diri di bidang ekuator dari sel.

    2. Metafase

    Kedua kromatid dalam satu kromosom (sering disebut kromatid kakak

    beradik) masih dihubungkan oleh satu sentromer dan terletak di bidang

    ekuator sel.

    3. Anafase

    Kedua kromatid kakak beradik memisahkan diri dan masing-masing

    bvergerak sebagai kromosom anakan menuju ke kutub dari spindel yang

    berlawanan letaknya. Proses ini didahului oleh membelahnya sentromer

    menjadi dua bagian. Fase ini menyelesaikan pembagian jumlah

    kromosom secara kuantitatif sama ke dalam sel anakan. Kecuali itu juga

    berlangsung pembagian bahan genetik secara kualitatif sama.

    4. Telofase

    Datangnya kromosom anakan di kutub spindel merupakan tanda

    dimulainya telofase. Terbentuknya membran inti baru, anak inti baru dan

  • 5

    menghilangnya spindel terjadi selama fase ini. Dengan terbentuknya dua

    buah inti baru, maka di tengah sel terbentuk dinding yang baru.

    Berlangsunglah sitokinesis (pembelahan sel).

    2.2.2. Meiosis

    Meiosis merupakan pembelahan sel yang spesifik karena berlangsung di

    waktu pembentukan gamet-gamet saja. Pada pembelahan ini kromosom

    diparoh dari keadaan diploid (2n) menjadi haploid (n). Pada proses

    fertilisasi terjadilah persatuan gamet-gamet haploid, sehingga terciptalah

    zigot yang diploid. Keterangan genetik memisah secara teratur

    ke dalam gamet-gamet. Dalam keturunan akan tercampur keterangan

    genetik yang berasal dari masing-masing induk.

    1. Profase I

    2. Metafase I

    Pasangan-pasangan kromosom homolog berada di bidang ekuator.

    3. Anafase I

    Kromosom homolog yang mengadakan sinapsis mulai bergerak untuk

    berpisah. Tiap

    kromosom masih tersusun atas dua kromatid yang masih berhubungan

    pada daerah sentromer.

    4. Telofase I.

    Kromosom-kromosom tiba di kutub spindel. Membran inti dan nukleolus

    terbentuk lagi.

    Meiosis II terdiri dari beberapa stadia seperti pada mitosis.

  • 6

    2.3. Macam Pembelahan

    2.3.1. Pembelahan Holoblastik

    Holoblastik merupakan pembelahan mengenai seluruh zigot pada

    saat sitokinesis. Terdapat pada telur homolecithal dan medio lecithal.

    Dibedakan menjadi 2, yaitu:

    a. Holoblastik teratur

    Merupakan pembelahan yang berlangsung secara teratur baik

    dalam bidang pembelahan meupun tahap tahap pembelahan.

    Terdapat pada Asterias (bintang laut), Amphioxus, dan Anura

    (katak).

    Pembelahan melewati bidang meridian saling tegak lurus ,

    terbentukalah 4 sel yang sama besar, kemudian melewati bidang

    latitudinal, diatas bidang ekuator. Terbentuklah 8 sel, 4 sel sebelah

    atas lebih kecil yang disebut micromere, dan 4 sel sebelah bawah

    disebut macromore.

    Pembelahan keempat lewat bidang- bidang meridian yang

    secara serantak membagi dua ke delapan sel. Terbentuklah 16 sel

    yang terdiri dari 8 micromore dan 8 macromore.Setelah itu

    pembelahan melewati bidang latitudianal, atas dan bawah didang

    ekuator secara serantak.

    Pada katak, saat tebalnya lapisan yolk sehingga pembelahan

    pada macromore baru memerlukan waktu yang lama untuk mencapai

    ujung kutub vegetal. Akhirnya terbentukalah blastomore yang terdiri

    dari 32 sel. Dari 32 sel membelah melalui bidang meridian sehingga

    terbentuk 64 sel. Diakhir pembelahan terdapat gumpaalan yang

    membesar, yang terdiri dari sekitar 70 sel, berbentuk seperti buah pir

    yang disebut morula. Morula itu massif, artinya bagian dalamnya

    buta dan tak berongga.

  • 7

    Pada katak tidak jelas adanya blastomere bentuk

    morula.Karena blastomere terdiri dari berpuluh pulh sel secara

    barangsung terbentuk rongga di bagian tengah yang makin lama

    makin besar.Rongga itu berisi cairan.

    b. Holoblastik yang tidak teratur

    Merupakan pembelahan yang tidak sama masa pembelahanya

    terjadi pada berbagai zigot. Terdapat pada mamalia. Pembelahan

    melalui bidang latitudinal sedikit diatas ekuator.Membagi zigot

    menjadi 2 sel yang satu sebelah kutub animal lebih kecil.Kemudian

    pembelahan yang selanjutnya melewati bidang meridian, tetapi hanya

    berlangsung pada micromere kutub vegetal. Terjadilah tingkat 3 sel

    kemudian menyusul micromere, lewat bidang meridian juga.

    Terbentuklah tingakat 4 sel. Terjadi pembelahan pada salah satu

    macromere sehingga tertbentuk tingkat 5 sel dan 6 sel. Salah satu

    micromere membelah terbentuk tingkat 7 sel dan satu lagi

    membentuk tingkat 8 sel.

    Pembelahan selanjutnya tidak serentak, dan akhirnya terbentuk

    blastomere yang terdiri dari 60-70 sel yang berupa gumpalan masif,

    disebut morula.

    2.3.2. Pembelahan Meroblastik

    Merupakan pembelahan yang hanya pada zigot di sebagian kecil

    kutub animal, yakni bagi seluruh germinal disc dan mengenai sedikit

    yolk. Pembelahan diawali melalui bidang meridian sehingga terbentuklah

    tumpukan sel di daerah germinal disc yang dari sekitar 8sel ditengah dan

    12 sel dipinggir sel tengah masih berhubungan dengan yolk dibawah,

    sedang sel yang di pinggir sebagian besar sudah lepas dari yolk kecuali

    daerah tepi sekali. Pada saat ini telur mencapai uterus, dan sudah dilapisi

    oleh albumen dan shell.

  • 8

    Blastomere ayam disebut juga menempuh tingkat morula, yakni

    ketika daerah germnal disc yang mengalami pembelahan itu belum

    membentuk celah dengan yolk di bawahnya.Selanjutnya pembelahan

    semakin tak bisa diikuti.

    Pada saat embrio sel- sel tengah akan terus mengalami pembelahan

    secara mitosis, sampai berjumlah 64 sel, dan terdiri dari 3 lapis. Celah

    horisontal, disebut rongga pembelahann, persis di bawah sel- sel tengah.

    Memisahkan sel- sel tengah dari sel germinal disc lain yang tak

    mengalami pembelahan. Sel sel pinggir, terletak di pinggiran germinal

    disc.Sel- selnya tak seluruhya terpotong dari yolk di bawah.Syncytium,

    menghubungkan daerah sel sel pinggir dengan yolk di bawah.

    Sel sel pinggir mengalami pembelahan tak sempurna

    disebelahnya yang berbatasan dengan yolk, sehingga terbentuk banyak

    inti tanpa terpisah atas sel sel tersendiri (sitoplasma dan membran sel

    sendiri tidak terbentuk).Inti yang banyak ini berserak kearah yolk di

    bawah. Daerah yang mengandung banyak inti ini disebut jaringan

    periblast.

    Pada Amphibi, pembuahan terjadi diluar tubuh betina (fertilisasi

    eksternal). Zigot berkembang menjadi embrio dalam beberapa tahap.

    Morula terbentuk setelah 3-7 jam setelah pembuahan, blastula terbentuk

    setelah 18 jamsetalah pembuahan, dan gastrul;a terbentuk setelah

    pembuahan. Setelah kurang lebih 84 jam, tampak adanya ekor.Beberapa

    hari kemudian kurang lebih enam hari, embrio menetas menjadi larva

    yang disebut berudu.Semula berudu mempunyai tiga pasang insang

    luar.Dalam perkembangan selanjutnya setelah sembilan hari insang luar

    berganti dengan insang dalam.Sesudah 12 hari terbentuk tutup insang dan

    tungkai belakang tampak setelah kurang lebih dua sampai tiga bulan.

    Setelah berudu kurang lebih 3 bulan atau lebih akan mengalami

    metamorfosis. Perkembangan organ selanjutnya adalah paru- paru mulai

  • 9

    tumbuh dan berkembang, usus menjadi lebih pendek, insang mengalami

    kemunduran, dan akhirnya berudu berkembang menjadi katak.

    2.4. Periode Embriogenesis

    2.4.1. Fase Morula

    Morula adalah suatu bentukan sel seperti bola (bulat) akibat

    pembelahan sel terus menerus. Keberadaan antara satu dengan sel yang

    lain adalah rapat. Morulasi yaitu proses terbentuknya morula. Dalam fase

    ini zigot membelah secara mitosis berturut-turut sehingga menjadi 2, 4, 8,

    16 dan akhirnya 32 buah sel.

    Pembentukan morula bukanlah proses pertumbuhan yang

    sebenarnya, melainkan murni perbanyakan sel untuk melipatgandakan

    material genetika untuk pembentukan kembali hubungan inti-plasma dan

    pembentukan elemen sel yang sesuai dan lebih kecil untuk proses

    pertumbuhan dan diferensiasikan. Yang juga terjadi dalam jumlah ganjil

    pada blastomer (2,3,5,9,dst.) selama berlangsung morulasi pada mamalia.

    Alur pembelahan pertama terjadi pada pengembaraan sel benih di

    tuba. Benih tersebut masih selalu terdapat di dalam zona pelusida yang

    membentuk semacam korset pelindung untuk benih 8 sel selama lebih

    kurang 72 jam.

    2.4.2. Fase Blastula

    Blastula adalah bentukan lanjutan dari morula yang terus

    mengalami pembelahan. Bentuk blastula ditandai dengan mulai adanya

    perubahan sel dengan mengadakan pelekukan yang tidak beraturan. Pada

    awal pembelahan sel yang terjadi segera setelah pembuhaan, sel yang

    berukuran besar ini membagi dirinya memalui pembelahan mitosis yang

    berulang kali. Sel-sel hasil pembelahan ini dinamakan balstomer

    (Subowo, 2011)

  • 10

    Pada fase blastulla ditandainya dengan terjadinya pembentukan

    rongga tubuh dan jaringannya disebut balstokista. Di dalam blastula

    terdapat cairan sel yang disebut dengan Blastosoel tetapi salah satu

    kutupnya lebih tebal tersusun oleh lebih banyak sel yang paling luar

    disebut trofektoderm, sedangkan kumpulan sel pada salah satu kutup

    disebelah dalam trofektoderm disebut kumpulan sel-sel dalan (inner cell

    mass).

    Gambar 2.1. Perkembangan zigot menjadi bastokista

    Zona pelusida, yang sampai waktu tertentu melindungi sel benih

    sebelum terjadinya implantasi di selaput lender tuba, sekarang terlepas

    bagian perbagian sehingga blastokista yang perlahan-lahan menjadi besar

    memalui penumpukan cairan.

    Kira-kira pada hari ke 6 setelah konsepsi (yaitu pada hari ke 20

    setelah mentruasi terakhir setelah siklus 28 hari) balstokista mulai

    bersarang dilaput lender uterus (implantasi). Hal tersebut terjadi melalui

  • 11

    peluruhan epitel uterus, antara lain memalui enzim proteolitik sel trofobal

    dan penetrasi membrane basal epitel uterus. Implantasi terjadi selalu disisi

    blastokista tempat embrioblas berada.

    Gambar 2.2. Perjalanan Embrio Sampai Rahim

    Pada perkembangan hari ke-8, blastokista sebagian terbenam di

    dalam stroma endometrium.Pada daerah di atas embrioblast, trofoblast

    berdiferensiasi menjadi 2 lapisan: (a) sitotrofoblast ,(b) sinsitiotrofoblast.

    Trofoblast mempunyai kemampuan untuk menghancurkan dan

    mencairkan jaringan permukaan endometrium dalam masa sekresi, yaitu

    sel-sel deciduas

    Sel-sel dari embrioblast juga berdiferensiasi menjadi dua lapisan,

    yaitu lapisan hipoblast dan epiblast. Sel-sel dari masing-masing lapisan

    mudigah membentuk sebuah cakram datar dan keduanya dikenal sebagai

    cakram mudigah bilaminer. Pada saat yang sama terdapat rongga kecil

    muncul di dalam epiblast, dan rongga ini membesar menjadi rongga

    amnion

    Pada hari ke-9, blastokista semakin terbenam di dalam

    endometrium, dan luka berkas penembusan pada permukaan epitel

  • 12

    ditutup dengan fibrin, pada masa ini terlihat proses lakunaris, dimana

    vakuola-vakuola apa sinsitium trofoblast menyatu membentuk lakuna-

    lakuna yang besar. Sementara pada kutub anembrional, sel-sel gepeng

    bersama dengan hipoblast membentuk lapisan eksoselom (kantung

    kuning telur primitif)

    Pada hari ke-11 dan 12, blastokista telah tertanam sepenuhnya di

    dalam stroma endometrium. Trofoblast yang ditandai dengan lacuna dan

    sinsitium akan membentuk sebuah jalinan yang saling berhubungan, Sel-

    sel sinsitiotrofoblast menembus lebih dalam ke stroma dan merusak

    lapisan endotel pembuluh-pembuluh kapiler ibu.Pembuluh-pembuluh

    rambut ini tersumbat dan melebar dan dikenal sebagai sinusoid. Lakuna

    sinsitium kemudian berhubungan dengan sinusoid, dan darah ibu mulai

    mengalir melalui system trofoblast, sehingga terjadilah sirkulasi utero-

    plasenta (Langman, 1994).

    Semetara itu, sekelompok sel baru muncul di antara permukaan

    dalam sitotrofoblast dan permukaan luar rongga eksoselom. Sel-sel ini

    berasal dari kantong kuning telur dan akan membentuk suatu jaringan

    penyambung yang disebut mesoderm ekstraembrional; di mana pada

    akhirnya akan mengisi semua ruang antara trofoblastt di sebelah luar dan

    amnion beserta selaput eksoselom di sebelah dalam ( langman, 1994).

    Segera setelah terbentuk rongga-ronga besar di dalam mesoderm

    ekstraembrional, dan ketika rongga-rongga ini menyatu, terbentuklah

    sebuah rongga baru, yang dikenal dengan nama rongga khorion. Rongga

    khorion ini terbentuk dari sel-sel fibroblast mesodermal yang tumbuh

    disekitar embrio dan yang melapisi trofoblast sebelah dalam

    (Prawiroharjo, 1976). Rongga ini mengelilingi kantung kuning telur

    primitive dan rongga amnion kecuali pada tempat cakram mudigah

    berhubungan dengan trofoblast melalui tangkai peghubung

    (Langman,1994).

  • 13

    2.4.3. Fase Gastrulasi

    Gastrulasi adalah proses yang terjadi pada embrio setelah cleavage.

    Pada proses ini terjadi pengaturan daerah daerah bakal pembentuk

    organ pada blastula sesuai dengan bentuk dan susuan tubuh spesies hewan

    bersangkutan selama proses gastrulasi, terjadi perubahan bentuk dari

    lempeng sederhana menjadi suatu konfigurasi yang kompleks yang terdiri

    atas tiga lapis bening. Ketiga lapis benih tersebut adalah ektoderm,

    meoderm, endoderm. Meskipun lapis benih ini terbentuk secara

    universal, mekanisme seluler yang terjadi berbeda antara satu grup hewan

    dengan hewan lainnya.

    Setelah berakhirnya proses gastrulasi, embrio akan memasuki tahap

    perkembangan utama. Pada saaat akhir gastrulasi, ketiga lapis benih akan

    menyususn diri pada posisi peruntukannya unutk membentuk organ

    dasar. Bagian epidermis lapis benih ektoderm berfungsi sebagai

    pembungkus embrio. Bagian dorsal dari lapisan benih ektoderm akan

    menumbuhkan neural plate. Pada kebanyakan vertebrata, neural plate ini

    berhubungan dengan neural tube dan spinal chord. Lapis benih mesoderm

    akan tetap berhubungan dengan notochord dan membentuk mantel

    chordamesodermal. Pada tahap perkembangan ini embrio disebut neurula.

    a) Kejadian utama pada gastrulasi

    Gastrulasi ditandai oleh dimulainya morfogenesis atau pengaturan

    kembali blastomer. Pada saat ini epitel dan blastomer secara

    dramatis bergarak membentuk organ dasar embrio. Bersamaan

    dengan ini, irama pembelahan seluler berjalan lambat. Pertumbuhan

    sel mungkin tidak terjadi, dan kelaupun terjadi sangat tidak nyata.

    Pada saat gastrulasi, terjadi perubahan metabolisme secara internsif

  • 14

    serta inti sel semakin aktif berperan dalam mengontrol aktivitas sel

    embrio. Selama gastrulasi, terjadi diferensiasi kimia dangan

    dimulainya sintesis molekul protein baru.

    b) Gerakan gastrulasi

    Gastrulasi merupakan gerakan yang terintegrasi dan suatu proses

    dinamis yang dikontrol oleh kekuata fisiko kimia yang terbentuk

    pada akhir balstula dan awal gastrula. Gerakan ini mulai terjadi

    kuranglebih 5,5 jam setelah fertilisasi ketika blastula terdiri atas 500

    sel. Invaginasi sel- sel vegetal diikuti oleh involusi sel bagian tepi

    sehingga endoderm semakin terdesak dan membentuk rongga

    gastrosul atau archenteron yang akan berkembang menjadi usus

    primitif. Setelah archenteron besarnya maksimal maka blastosol

    akan menyilang dan terbentuk tiga lapisan yaitu ektoderm,

    mesoderm, dan endoderm. Struktur yang terdiri dari tiga lapisan

    tersebut dan gastrosul disebut gastrula.

    2.4.4. Fase Tubulasi

    Tubulasi adalah pertumbuhan yang mengiringi pembentukan

    gastrula atau disebut juga dengan pembumbungan. Daerah-daerah bakal

    pembentuk alat atau ketiga lapis benih ectoderm, mesoderm dan

    endoderm, menyusun diri sehingga berupa bumbung, berongga. Yang

    tidak mengalami pembumbungan yaitu notochord, tetapi masif.

    Mengiringi proses tubulasi terjadi proses differensiasi setempat pada tiap

    bumbung ketiga lapis benih, yang pada pertumbuhan berikutnya akan

    menumbuhkan alat (organ) bentuk definitif. Ketika tubulasi ectoderm

    saraf berlangsung, terjadi pula differensiasi awal pada daerah-daerah

    bumbung itu, bagian depan tubuh menjadi encephalon (otak) dan bagian

    belakang menjadi medulla spinalis bagi bumbung neural (saraf). Pada

    bumbung endoderm terjadi differensiasi awal saluran atas bagian depan,

    tengah dan belakang. Pada bumbung mesoderm terjadi differensiasi awal

  • 15

    untuk menumbuhkan otot rangka, bagian dermis kulit dan jaringan

    pengikat lain, otot visera, rangka dan alat urogenitalia.

    Pada periode pertumbuhan antara atau transisi terjadi transformasi

    dan differensiasi bagian-bagian tubuh embryo dari bentuk primitive

    sehingga menjadi bentuk definitif. Pada periode ini embryo akan

    memiliki bentuk yang khusus bagi suatu spesies. Pada periode

    pertumbuhan akhir, penyelesaian secara halus bentuk definitive sehingga

    menjadi ciri suatu individu. Pada periode ini embryo mengalami

    penyelesaian pertumbuhan jenis kelamin, watak (karakter fisik dan psikis)

    serta wajah yang khusus bagi setiap individu. Organogenesis pada

    bumbung-bumbung:

    1. Bumbung epidermis

    Menumbuhkan:

    a) Lapisan epidermis kulit, dengan derivatnya yang bertekstur

    (susunan kimia) tanduk: sisik, bulu, kuku, tanduk, cula, taji.

    b) Kelenjar-kelenjar kulit: kelenjar minyak bulu, kelenjar peluh,

    kelenjar ludah, kelenjar lender, kelenjar air mata.

    c) Lensa mata, alat telinga dalam, indra bau dan indra peraba.

    d) Stomodeum menumbuhkan mulut, dengan derivatnya seperti

    lapisan email gigi, kelenjar ludah dan indra pengecap.

    e) Proctodeum menumbuhkan dubur bersama kelenjarnya yang

    menghasilkan bau tajam.

    f) Lapisan enamel gigi.

    2. Bumbung endoderm

    a) Lapisan epitel seluruh saluran pencernaan mulai faring sampai

    rectum

  • 16

    b) Kelenjar-kelenjar pencernaan misalnya hepar, pancreas, serta

    kelenjar lender yang mengandung enzim dlam esophagus, gaster

    dan intestium.

    c) Lapisan epitel paru atau insang.

    d) Kloaka yang menjadi muara ketiga saluran: pembuangan

    (ureter), makanan (rectum), dan kelamin (ductus genitalis).

    e) Lapisan epitel vagina, uretra, vesika urinaria dan kelenjar-

    kelenjarnya.

    3. Bumbung neural (saraf)

    a) Otak dan sumsum tulang belakang.

    b) Saraf tepi otak dan punggung.

    c) Bagian persyarafan indra, seperti mata, hidung dan kulit.

    d) Chromatophore kulit dan alat-alat tubuh yang berpigment.

    4. Bumbung mesoderm

    a) Otot:lurik, polos dan jantung.

    b) Mesenkim yang dapat berdifferensiasi menjadi berbagai macam

    sel dan jaringan.

    c) Gonad, saluran serta kelenjar-kelenjarnya.

    d) Ginjal dan ureter.

    e) Lapisan otot dan jaringan pengikat (tunica muscularis, tunica

    adventitia, tunica musclarismucosa dan serosa) berbagai saluran

    dalam tubh, seperti pencernaan, kelamin, trakea, bronchi, dan

    pembuluh darah.

    f) Lapisan rongga tubuh dan selaput-selaput berbagai alat: plera,

    pericardium, peritoneum dan mesenterium.

    g) Jaringan ikat dalam alat-alat seperti hati, pancreas, kelenjar

    buntu.

  • 17

    h) Lapisan dentin, cementum dan periodontum gigi, bersama

    pulpanya.

    Pada minggu ke 5 embryo berukuran 8 mm. Pada saat ini otak

    berkembang sangat cepat sehingga kepala terlihat sangat besar. Pada

    minggu ke 6 embrio berukuran 13 mm. Kepala masih lebih besar daripada

    badan yang sudah mulai lurus, jari-jari mulai dibentuk. Pada minggu ke 7

    embryo berukuran 18 mm, jari tangan dan kaki mulai dibentuk, badan

    mulai memanjang dan lurus, genetalia eksterna belum dapat dibedakan.

    Setelah tahap organogenesis selesai yaitu pada akhir minggu ke 8 maka

    embrio akan disebut janin atau fetus dengan ukuran 30 mm.

    Proses tubulasi pada organ utama terjadi secara serampak dan

    meliputi proses neurogenesis, notogenesis, mesogenesis.

    Neurogenesis adalah proses pembentukan otak, spinal chord

    beserta organ sesnsoris lainnya seperti hidung, mata, dan telinga.

    Notogenesis adalah proses perembangan notochord. Perkembangan

    ini diawalioleh chordamesoderm yang berada di antara atap bakal alat

    pencernaan (gut) dengan ektoderm.

    Mesogenesis adalah proses perkembangan mesoderm.

    Perkembangan ini dimulai dari berlanjutnya perkembangan bagian

    samping mesoderm yang menyebar ke sebelah sampai bertemu dengan

    bagian vetral mid line.

  • 18

    BAB III PENUTUP

    3.1. Kesimpulan

    Embryogenesis adalah proses pembentukan dan perkembangan embrio.

    Embryogenesis meliputi pembelahan sel dan pengaturan di tingkat sel. Pertumbuhan

    dan perkembangan pada hewan dapat dibedakan menjadi 2 fase utama, yaitu

    pertumbuhan dan perkembangan embrionik serta pertumbuhan dan perkembangan

    pascaembrionik. Pertumbuhan dan perkembangan embrionik diawali dengan

    pertemuan sel telur (ovum) dengan sperma sehingga mengahasilkan sebuah sel yang

    disebut zigot. Zigot selanjutanya mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan

    melalui tahap tahap yaitu pembelahan zigot (morula), gastrulasi, dan

    organogenesis.

    3.2. Saran

    Penulis menyadari paper ini masih banyak kekurangan, sehingga diharapkan

    pembaca dapat memberikan kritik dan masukan yang bersifat membangun demi

    menyempurnakan paper ini.

  • 19

    DAFTAR PUSTAKA

    G. E. Mann and G. E. Lamming. 2001. Hubungan antara lingkungan endokrin

    maternal, perkembangan embrio awal dan penghambatan mekanisme luteolitik

    pada mamalia. Edisi 121, Halaman 175180.

    I Ketut Puja, dkk(2010). Embriologi Modern. Denpasar: Udayana University Press.

    K. S. I, Faperta (2012). Perkembangan Embrio dan Implantasi pada Mamalia. Jakarta:

    UNS.

    Partodihardjo, S. 1980. Ilmu Reprodksi Hewan. Mutliara. Jakarta.

    Rohen, Johannes W. 2008. Embriologi Fungsional : Perkembangan Sistem Fungsi

    Organ Manusia. Jakarta : EGC

    Subowo. 2011. Biologi Sel. Jakarta : Sagung Seto

    Widjanarko, Bambang (2011). Embriologi & Perkembangan Awal Janin. Jakarta:

    UMJ.

    Z, Ridwan (2002). Proses Perkembangan Kehamilan Manusia dari Janin Sampai

    Lahir. Jakarta.