Tugas Etika CGC
-
Upload
peggy-anna-theodora-ambarita -
Category
Documents
-
view
88 -
download
26
description
Transcript of Tugas Etika CGC
PENDAHULUAN
Sejarah Bank Mandiri
Bank Mandiri berdiri pada tanggal 2 Oktober 1998 sebagai bagian dari
program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia. Pada
bulan Juli 1999, empat bank milik Pemerintah yaitu, Bank Bumi Daya, Bank Dagang
Negara, Bank Ekspor Impor Indonesia dan Bank Pembangunan Indonesia, bergabung
menjadi Bank Mandiri. Sejarah keempat Bank tersebut dapat ditelusuri lebih dari 140
tahun yang lalu. Keempat Bank tersebut telah turut membentuk riwayat perkembangan
dunia perbankan di Indonesia.
Bank Dagang Negara merupakan salah satu Bank tertua di Indonesia.
Sebelumnya Bank Dagang Negara dikenal sebagai Nederlandsch Indische Escompto
Maatschappij yang didirikan di Batavia (Jakarta) pada tahun 1857. Pada tahun 1949
namanya berubah menjadi Escomptobank NV. Selanjutnya, pada tahun 1960
Escomptobank dinasionalisasi dan berubah nama menjadi Bank Dagang Negara,
sebuah Bank pemerintah ynag membiayai sektor industri dan pertambangan.
Bank Bumi Daya didirikan melalui suatu proses panjang yang bermula dari
nasionalisasi sebuah perusahaan Belanda De Nationale Handelsbank NV, menjadi
Bank Umum Negara pada tahun 1959. Pada tahun 1964, Chartered Bank (sebelumnya
adalah Bank milik Inggris) juga dinasionalisasi, dan Bank Umum Negara diberi hak
untuk melanjutkan operasi Bank tersebut. Pada tahun 1965, bank umum negara
digabungkan ke dalam Bank Negara Indonesia dan berganti nama menjadi Bank
Negara Indonesia Unit IV beralih menjadi Bank Bumi Daya.
Sejarah Bank Ekspor Impor Indonesia (Bank Exim) berawal dari perusahaan
dagang Belanda N.V.Nederlansche Handels Maatschappij yang didirikan pada tahun
1842 dan mengembangkan kegiatannya di sektor perbankan pada tahun 1870.
Pemerintah Indonesia menasionalisasi perusahaan ini pada tahun 1960, dan
selanjutnya pada tahun 1965 perusahan ini digabung dengan Bank Negara Indonesia
menjadi Bank Negara Indonesia Unit II. Pada tahun 1968 Bank Negara Indonsia Unit
II dipecah menjadi dua unit, salah satunya adalah Bank Negara Indonesia Unit II
Divisi Expor – Impor, yang akhirnya menjadi BankExim, bank Pemerintah yang
membiayai kegiatan ekspor dan impor.
Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo) berawal dari Bank Industri Negara
(BIN), sebuah Bank Industri yang didirikan pada tahun1951. Misi Bank Industri
Negara adalah mendukung pengembangan sektor – sektor ekonomi tertentu,
1
khususnya perkebunan, industri, dan pertambangan. Bapindo dibentuk sebagai bank
milik negara pada tahun 1960 dan BIN kemudian digabung dengan Bank Bapindo.
Pada tahun 1970, Bapindo ditugaskan untuk membantu pembangunan nasional melalui
pembiayaan jangka menengah dan jangka panjang pada sektor manufaktur,
transportasi dan pariwisata. Kini, Bank Mandiri menjadi penerus suatu tradisi layanan
jasa perbankan dan keuangan yang telah berpengalaman selama lebih dari 140 tahun.
Masing-masing dari empat Bank bergabung memainkan peranan yang penting dalam
pembangunan Ekonomi.
Visi dan Misi
Visi :
Bank terpercaya pilihan anda
Misi :
Berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pasar
Mengembangkan sumber daya manusia professional
Memberi keuntungan yang maksimal bagi stakeholder
Melaksanakan manajemen terbuka
Peduli terhadap kepentingan masyarakat dan lingkungan
Management Team
Dewan Komisaris
Komisaris Utama merangkap
Komisaris IndependenEdwin Gerungan
Wakil Komisaris Utama Muchayat
Komisaris Mahmuddin Yasin
Komisaris Independen Soedarjono
Komisaris Independen Gunarni Soeworo
Komisaris Independen Pradjoto
Direksi
Direktur Utama Agus Martowardojo
Wakil Direktur Utama I Wayan Agus Mertayasa
Direktur Zulkifli Zaini
Direktur Sasmita
Direktur Abdul Rachman
2
Direktur Sentot A. Sentausa
Direktur Bambang Setiawan
Direktur Riswinandi
Direktur Thomas Arifin
Direktur Budi G. Sadikin
Direktur Ogi Prastomiyono
Konsolidasi dan integrasi
Segera setelah merger, Bank Mandiri melaksanakan proses konsolidasi secara
menyeluruh. Pada saat itu, Bank Mandiri menutup 194 kantor cabang yang saling
berdekatan dan rasionalisasi jumlah karyawan dari jumlah gabungan 26.600 menjadi
17.620. Brand Bank Mandiri diimplementasikan ke semua jaringan dan seluruh
kegiatan periklanan dan promosi lainnya. Salah satu prestasi Bank Mandiri yang
paling signifikan adalah dengan mengganti platform teknologinya secara menyeluruh.
Bank Mandiri mewarisi total 9 core banking system yang berbeda dari 4 bank
pendahulunya. Bank Mandiri segera berinvestasi untuk mengkonsolidasikan sistem-
sistem dari platform yang terkuat. Dibutuhkan tiga tahun dan dana sebesar US$ 200
Juta demi mengembangkan program untuk menggantikan core banking platform
sebelumnya agar sesuai dengan standar perbankan ritel. Kini infrastruktur IT Bank
Mandiri telah menyediakan system pengolahan data straigth-through dan interface
yang seragam bagi pelanggannya. Sesuai dengan visi kami, Bank Mandiri memasuki
segmen bisnis yang menguntungkan dan memiliki prospek tumbuh, sekaligus berperan
sebagai institusi perbankan yang komprehensif. Untuk itu, Bank Mandiri berfokus
pada segmen korporasi, komersial, mikro & ritel, serta pembiayaan konsumen dengan
strategi yang berbeda di setiap bisnisnya dan bersinergi dengan seluruh segmen pasar
yang ada. Kehadiran Bank Mandiri sebagai Bank Domestik Multispesialis di
Indonesia dapat diterjemahkan ke dalam langkah-langkah khusus dengan
menumbuhkan pangsa pasar dominan di segmen yang kami fokuskan. Selain itu, Bank
Mandiri juga memiliki visi untuk menjadi bank terdepan di Indonesia. Sebagai bank
publik, visi Bank Mandiri untuk menjadi bank blue chip publik di Asia Tenggara ini
akan diukur berdasarkan kapitalisasi pasar.
Program Transformasi Tahap I (2005 - 2009)
Ambisi Bank Mandiri yang ditetapkan untuk 4 tahun ke depannya hanya dapat
dicapai dengan mengubah organisasi kami untuk dapat beradaptasi dengan dinamika
3
dan pergerakan pasar. Di tahun 2005, kami berkomitmen untuk menjalankan program
transformasi selama 5 tahun untuk membentuk Bank Mandiri menjadi Bank
Multispesialis yang Dominan. Kami menetapkanempat tema transformasi sebagai
syarat utama: budaya, penjualan, aliansi dan kontrol NPL. Bank Mandiri melakukan
Program Transformasi dalam tiga tahap, yaitu:
Tahap 1 (2006-2007)
Back on Track : Dalam tahapan ini, fokus utama kami adalah merekonstruksi ulang
fondasi Bank Mandiri untuk pertumbuhan di masa depan
Tahap 2 (2008-2009)
Outperform the Market : Dalam periode ini, Bank Mandiri lebih menekankan ekspansi
bisnis untuk menjamin pertumbuhan yang signifikan di berbagai segmen dan
mencapai level profit yang mampu melampaui target rata-rata pasar
Tahap 3 (2010)
Shaping the End Game : Di tahap ini, Bank Mandiri menargetkan diri untuk menjadi
bank regional terdepan melalui konsolidasi dari bisnis jasa keuangan dan lebih
mengutamakan peluang strategi pertumbuhan non-organik, termasuk memperkuat
kinerja anak perusahaan dan akuisisi bank atau perusahaan keuangan lainnya yang
dapat memberikan nilai tambah bagi Bank Mandiri
Proses transformasi yang telah dijalankan sejak tahun 2005 hingga tahun 2010 ini
secara konsisten berhasil meningkatkan kinerja Bank Mandiri. Hal ini tercermin dari
peningkatan berbagai parameter finansial, diantaranya:
Kredit bermasalah turun signifikan, tercermin dari rasio NPL net konsolidasi
yang turun dari 15,34% di tahun 2005 menjadi 0,62% di tahun 2010.
Laba bersih Bank Mandiri juga tumbuh sangat signifikan dari Rp 0,6 Triliun di
tahun 2005 menjadi Rp 9,2 Triliun di tahun 2010.
Sejalan dengan transformasi bisnis, Bank Mandiri juga melakukan
transformasi budaya dengan merumuskan kembali nilai nilai budaya untuk menjadi
pedoman kerja pegawai. Bank Mandiri juga berhasil mencatat sejarah dalam
peningkatan kualitas layanan, yaitu menjadi service leader perbankan nasional dengan
menempati urutan pertama pelayanan prima selama empat tahun berturut-turut (tahun
2007, 2008, 2009 dan 2010) berdasarkan survey Marketing Research Indonesia (MRI).
Selain itu, Bank Mandiri juga mendapat apresiasi dari berbagai pihak dalam penerapan
Good Corporate Governance.
4
Peningkatan kinerja Bank Mandiri mendapatkan respon positif oleh investor,
tercermin dari meningkatnya harga saham Bank Mandiri secara signifikan dari posisi
terendah Rp 1.110 per lembar saham pada 16 November 2005, menjadi Rp 6.300,- per
lembar saham pada 30 September 2011, atau meningkat 33,6% per tahunnya
berdasarkan rata-rata (CAGR). Dalam kurun waktu kurang lebih 6 tahun, nilai
kapitalisasi pasar Bank Mandiri meningkat sekitar 7 kali lipat, dari Rp 21,8 Triliun
menjadi Rp 146,9 Triliun.
Program Transformasi Tahap II (2010 - 2014)
Saat ini Bank Mandiri tengah melaksanakan tahap transformasi lanjutan tahun
2010-2014, dimana kami telah melakukan revitalisasi visi, yaitu "Menjadi Lembaga
Keuangan Indonesia yang Paling Dikagumi dan Selalu Progresif". Sejalan dengan visi
tersebut, Bank Mandiri juga ditargetkan mampu mencapai nilai kapitalisasi pasar
terbesar di Indonesia, yaitu di atas Rp 225 Triliun dengan pangsa pasar pendapatan
mendekati 16%, ROA mencapai kisaran 2,5% dan ROE mendekati 25%, namun tetap
menjaga kualitas asset yang direfleksikan dari rasio NPL gross di bawah 4%. Bank
Mandiri juga berambisi untuk masuk dalam jajaran Top 5 Bank di ASEAN pada tahun
2014.
Selanjutnya di tahun 2020, Bank Mandiri menargetkan untuk masuk dalam
jajaran Top 3 Bank di ASEAN dalam hal nilai kapitalisasi pasar dan menjadi pemain
utama di regional. Untuk mewujudkan visi tersebut, transformasi bisnis di Bank
Mandiri tahun 2010 - 2014 akan difokuskan pada 3 (tiga) area bisnis yaitu:
o Wholesale transaction : Bank Mandiri akan memperkuat leadership-nya
dengan menawarkan solusi transaksi keuangan yang komprehensif dan
membangun hubungan yang holistik melayani institusi corporate &
commercial di Indonesia.
o Retail deposit & payment : Bank Mandiri memiliki aspirasi untuk menjadi
bank pilihan nasabah di bidang retail deposit dengan menyediakan pengalaman
perbankan yang unik dan unggul bagi para nasabahnya.
o Retail Financing : Bank Mandiri memiliki aspirasi untuk meraih posisi nomor
1 atau 2 dalam segmen pembiayaan ritel, terutama untuk memenangkan
persaingan di bisnis kredit perumahan, personal loan, dankartu kredit serta
menjadi salah satu pemain utama di micro banking.
Ketiga area fokus tersebut didukung dengan penguatan organisasi dan
peningkatan infrastruktur (cabang, IT, operation dan risk management) untuk
5
memberikan solusi layanan terpadu. Disamping itu, Bank Mandiri didukung oleh
Sumber Daya Manusia yang handal, teknologi yang selalu update, penerapan
manajemen risiko dalam menjalankan bisnis secara seksama dan penuh pertimbangan,
serta penerapan Good Corporate Governance yang telah teruji.
Pengertian Good Corporate Governance
Sebagai sebuah konsep, Good Corporate Governance ternyata tidak memiliki
definisi tunggal. Pada tahun 1992, Komite Cadbury melalui apa yang dikenal dengan
sebutan Cadbury Report, mengeluarkan definisi tentang Good Corporate Governance.
Menurut Komite Cadbury, Good Corporate Governance adalah prinsip yang
mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar mencapai keseimbangan antara
kekuatan serta kewenangan perusahaan dalam memberikan pertanggungjawabannya
kepada para shareholder khususnya, dan stakeholder pada umumnya. Tentu saja hal
ini dimaksudkan pengaturan kewenangan Direktur, Manajer, Pemagang Saham, dan
pihak lain yang berhubungan dengan perkembangan perusahaan di lingkungan
tertentu.
Centre for European Policy Studies (CEPS), mempunyai formula lain, bahwa
Good Corporate Governance merupakan seluruh sistem yang dibentuk mulai dari hak
(right), proses, serta pengendalian, baik yang ada di dalam maupun di luar manajemen
perusahaan. Sebagai catatan, hak di sini adalah hak seluruh stakeholder, bukan
terbatas kepada shareholder saja. Hak adalah berbagai kekuatan yang dimiliki
stakeholder secara individual untuk mempengaruhi manajemen. Proses, maksudnya
adalah mekanisme dari hak-hak tersebut. Adapun pengendalian merupakan
mekanisme yang memungkinkan stakeholder menerima informasi yang diperlukan
seputar kegiatan perusahaan.
Seorang pakar Good Corporate Governance dari Indo Consult yang bernama
Noensi, mendefinisikan bahwa Good Corporate Governance patuh menjalankan dan
mengembangkan perusahaan yang bersih, patuh pada hukum yang berlaku dan peduli
terhadap lingkungan yang dilandasi nilai-nilai sosial budaya yang tinggi.
Ada berbagai pengertian Good Corporate Governance yang dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a. Corporate governance merupakan seperangkat tata hubungan diantara
manajemen perseroan, direksi, komisaris, pemegang saham dan para
pemangku kepentingan lainnya. (OECD dalam Leo J. Susilo dan Karlen
Simarmata, 2007:17)
6
b. Corporate governance sebagai proses dan struktur yang diterapkan dalam
menjalankan perusahaan, dengan tujuan utama meningkatkan nilai pemegang
saham dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan
stakeholders yang lain. (IICG dalam G. Suprayitno, et all, 2004:18)
c. Corporate governance adalah suatu konsep yang menyangkut struktur
perseroan, pembagian tugas, pembagian kewenangan dan pembagian beban
tanggung jawab dari masing-masing unsur yang membentuk struktur
perseroan, dan mekanisme yang harus ditempuh oleh masing-masing unsur
dari perseroan tersebut, serta hubungan-hubungan antara unsur-unsur dari
struktur perseroan itu mulai dari RUPS, direksi, komisaris, juga mengatur
hubungan-hubungan antara unsur-unsur dari struktur perseroan dengan unsur-
unsur di luar perseroan yang pada hakekatnya merupakan stakeholders dari
perseroan, yaitu negara yang sangat berkepentingan akan perolehan pajak dari
perseroan yang bersangkutan, dan masyarakat luas yang meliputi para
investor publik dari perseroan itu (dalam hal perseroan merupakan
perusahaan publik), calon investor, kreditor dan calon kreditor perseroan.
Corporate governance adalah suatu konsep yang luas. (Sutan Remy
Sjahdeini, 1999:1)
d. Good Corporate Governance adalah suatu tata kelola bank yang menerapkan
prinsip-prinsip keterbukaan (transparency), akuntabilitas (accountability),
pertanggungjawaban (responsibility), independensi (independency), dan
kewajaran (fairness). (Peraturan Bank Indonesia No. 8/4/PBI/2006 tentang
Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum).
e. Pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Indonesia, penerapan praktik
Good Corporate Governance dipertegas dengan keluarnya Keputusan
Menteri BUMN Nomor kep-117/M-MBU/2002 pasal 1 tentang penerapan
praktik Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara
(BUMN). Pengertian Corporate Governance berdasarkan berdasarkan
keputusan ini adalah :
“Sesuatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk
meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna
mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang lainnya
berlandaskan peraturan perundang-undangan dan nilai-nilai etika.”
7
Berdasarkan uraian mengenai corporate governance tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa Good Corporate Governance adalah suatu sistem pengelolaan
perusahaan yang dirancang untuk meningkatkan kinerja perusahaan, melindungi
kepentingan stakeholders dan meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundang-
undangan serta nilai-nilai etika yang berlaku secara umum.
Good Corporate Governance (GCG) tidak lain pengelolaan bisnis yang
melibatkan kepentingan stakeholders serta penggunaan sumber daya berprinsip
keadilan, efisiensi, transparansi dan akuntabilitas. Hal tersebut, dalam keberadaannya
penting dikarenakan dua hal. Hal yang pertama, cepatnya perubahan lingkungan yang
berdampak pada peta persaingan global. Sedangkan sebab kedua karena semakin
banyak dan kompleksitas stakeholders termasuk struktur kepemilikan bisnis. Dua hal
telah dikemukakan, menimbulkan: turbulensi, stres, risiko terhadap bisnis yang
menuntut antisipasi peluang dan ancaman dalam strategi termasuk sistem
pengendalian yang prima. Good Corporate Governance tercipta apabila terjadi
keseimbangan kepentingan antara semua pihak yang berkepentingan dengan bisnis
kita. Identifikasi keseimbangan dalam keberadaannya memerlukan sebuah sistem
pengukuran yang dapat menyerap setiap dimensi strategis dan operasional bisnis serta
berbasis informasi. Sistem pengukuran tersebut, tidak lain konsep BSC. BSC mampu
mengukur kinerja komprehensif dan mengakomodasikan kepentingan internal bersama
kepentingan eksternal bisnis.
Penerapan Good Corporate Governance di Indonesia khususnya bagi
perusahaan publik belum begitu berjalan dengan mulus. Kenyataannya Good
Corporate Governance belum diterapkan sepenuhnya hingga saat ini. Memang harus
diakui bahwa belum semua perusahaan BUMN atau perusahaan swasta, khususnya
perusahaan publik melaksanakan prinsip-prinsip Good Corporate Governance secara
sempurna. Hal ini dikarenakan Pedoman Good Corporate Governance ini hanya
dalam bentuk rekomendasi dan belum sepenuhnya ketentuan Good Corporate
Governance diadopsi ke dalam peraturan-peraturan perundangan yang memiliki
kekuatan hukum mengikat. Sehingga banyak perusahaan merasa enggan untuk
menerapkan Good Corporate Governance secara utuh.
Diakui ataupun tidak, penerapan Good Corporate Governance di Indonesia
merupakan hal yang sangat vital, karena dapat membantu perusahaan keluar dari krisis
ekonomi dan bermanfaat bagi perusahaan-perusahaan Indonesia yang harus
8
menghadapi arus globalisasi, mengikuti perkembangan ekonomi global dan pasar
dunia yang kompetitif.
5 Prinsip dasar Good Corporate Governance (GCG) adalah sebagai berikut :
1. Transparency (Keterbukaan Informasi)
Penyediaan informasi yang memadai, akurat, dan tepat waktu kepada
stakeholders harus dilakukan oleh perusahaan agar dapat dikatakan transparan.
Pengungkapan yang memadai sangat diperlukan oleh investor dalam kemampuannya
untuk membuat keputusan terhadap resiko dan keuntungan dari investasinya.
Pengungkapan masalah yang khusus berhubungan dengan kompleksnya organisasi
dari konglomerat. Kurangnya pernyataan keuangan yang menyeluruh menyulitkan
pihak luar untuk menentukan apakah perusahaan tersebut memiliki utang yang
menumpuk dalam tingkat yang mengkhawatirkan. Kurangnya informasi akan
membatasi kemampuan investor untuk memperkirakan nilai dan resiko dan
pertambahan dari perubahan modal (volatility of capital).
Intinya, perusahaan harus meningkatkan kualitas, kuantitas, dan frekuensi dari
pelaporan keuangan. Pengurangan dari kegiatan curang seperti manupulasi laporan
(creative accounting), pengakuan pajak yang salah dan penerapan dari prinsip-prinsip
pelaporan yang cacat, kesemuanya adalah masalah krusial untuk meyakinkan bahwa
pengelolaan perusahaan dapat dipertahankan (sustainable). Pelaksanaan menyeluruh
dengan syarat-syarat pemeriksaan dan pelaporan yang sesuai hukum akan
meningkatkan kejujuran dan pengungkapan (disclosure).
2. Accountability (Akuntabilitas)
Banyak perusahaan di Asia dikontrol oleh kelompok kecil pemegang saham atau
oleh pemilik keluarga (family-owned). Hal ini menimbulkan masalah dalam
mempertahankan objektivitas dan pengungkapan yang memadai (adequate
disclosure). Sepertinya pengelolaan perusahaan didasarkan pada pembagian kekuasaan
di antara manajer perusahaan, yang bertanggung jawab pada pengoperasian setiap
harinya, dan pemegang sahamnya yang diwakili oleh dewan direksinya. Dewan direksi
diharapkan untuk menetapkan kesalahan (oversight) dan pengawasan. Di banyak
perusahaan, manajemen perusahaan duduk dalam dewan pengurus, sehingga terdapat
kurangnya accountability dan berpotensi untuk timbulnya konflik kepentingan.
Komplikasi tambahan adalah berulangnya kesenjangan (lack) dalam laporan komisi
pemeriksaan keuangan (audit committee reporting) kepada dewan dan lemah atau
tidak efektifnya system control internal. Dalam kasus demikian, hasil akhirnya (net
9
result) adalah seperti integritas manajemen yang rendah, etika bisnis yang buruk dan
aturan kekuatan daripada aturan hukum.
3. Fairness (Kejujuran)
Prinsip ketiga dari pengelolaan perusahaan penekanan pada kejujuran, terutama
untuk pemegang saham minoritas. Investor harus memiliki hak-hak yang jelas tentang
kepemilikan dan sistem dari aturan dan hukum yang dijalankan untuk melindungi hak-
haknya.
4. Responsibility (Pertanggung jawaban)
Ketika perusahaan Negara (corporation) exist dan menghasilkan keuntungan,
dalam jangka panjang mereka juga harus menemukan cara untuk memuaskan pegawai
dan komunitasnya agar berhasil. Mereka harus tanggap terhadap lingkungan,
memperhatikan hukum, memperlakukan pekerja secara adil, dan menjadi warga
corporate yang baik. Dengan demikian, akan menghasilkan keuntungan yang lama
bagi stakeholder-nya.
Langkah yang diperlukan untuk ditujukan pada persoalan governance yang akan
memperkuat kalangan bisnis ada dua, yaitu : Pertama, petunjuk untuk pengelolaan
perusahaan yang efektif harus ditetapkan disetiap Negara dalam konsultasi dengan
pemimpin bisnis, akuntan publik, securities regulator, dan stakeholder lainnya.
Kedua, promosi etika bisnis untuk memberikan dasar yang kuat dari corporate
governance. Langkah-langkah pengelolaan perusahaan tidak berarti bila manajemen
tidak memiliki kepercayaan yang sejati dan bersungguh-sungguh didalamnya, dan
memahami (understanding of), dari kelakuan etika bisnis. Tujuan seharusnya adalah
selalu mendorong perlakuan yang bertanggung jawab (responsible conduct) lebih
daripada hanya mencegah perbuatan yang salah (misconduct). Ketiga, dengan
kepemilikan pemerintah terhadap bank dan corporations di Indonesia, Thailand,
Korea, dan Negara-negara lainya meningkatkan implementasi dari program reformasi
ekonomi, paling tidak dalam waktu singkat.
Wilayah Permasalahan Penerapan Good Corporate Governance yang
Berkaitan dengan Pemegang Saham :
Masalah Corporate Governance
Dipisahkannya pemilikan dari pengelolahan perusahaan menimbulkan masalah
corporate governance. Apabila manager yang digaji dipisahkan dari pemegang
saham yang terpencar, timbullah kemungkinan bahwa perusahaan dikelola tidak
sesuai dengan kepentingan para pemegang saham.
10
Struktur Kepemilikan yang Beraneka Ragam
Pemilikan bias terkonsentrasi ataupun tersebar antara banyak pemilik. Tingkat
konsentrasi dan komposisi kepemilikan menentukan distribusi kekuasaan
perusahaan antara manajer dan pemegang saham, yang pada dirinya akan
mempengaruhi sifat pengambilan keputusan yang berpengaruh pada
perkembangan perusahaan.
Pengawasan dari Pemegang Saham
Jika manajemen terpisah dari pemilik, akan timbul permasalahan tentang
bagaimana pemegang saham dapat secara efektif memonitor pengurusan
perusahaan, sehingga pengelolaan dilaksanajan sesuai dengan kepentingan
pemegang saham. Untuk itu dilahirkan lembaga Komisaris, partisipasi pemegang
saham melalui RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham), peran menentukan
kompensasi Direksi yang dikaitan dengan kinerja, perlindungan hukum,
transparansi, dan kewajiban disclosure, termasuk dalam hal ini adalah mengenai
hak pemegang saham minoritas
PEMBAHASAN
Perkembangan Kinerja Keuangan Bank
Bank Mandiri berhasil mencatat kinerja yang memuaskan pada tahun 2011,
Laba sebelum pajak untuk tahun 2011 mencapai Rp14,6 triliun atau 111,7% dari target
sebesar Rp13,1 triliun, sedangkan laba setelah pajak mencapai Rp11,4 triliun atau
112,2% dari target sebesar Rp10,1 triliun. Pelampauan laba tersebut terutama
disebabkan karena pencapaian fee based income yang mencapai Rp10,6 triliun atau
109,4% dari target sebesar Rp9,7 triliun dan realisasi beban operasional lainnya yang
dibawah anggaran, yaitu mencapai Rp16,1 triliun atau 93,4% dari target Rp17,2
triliun. Dibandingkan dengan tahun 2010 sebesar Rp8,8 triliun, laba setelah pajak naik
Rp2,6 triliun atau 30,0%. Per 31 Desember 2011, total aktiva (bank saja) mencapai
Rp489,1 triliun atau 104,0% dari target sebesar Rp470,4 triliun. Dibandingkan dengan
posisi per 31 Desember 2010 sebesar Rp406,0 triliun, total aktiva naik Rp83,1 triliun
atau tumbuh 20,5%. Secara umum realisasi kinerja Perseroan dalam tahun 2011 telah
mencapai target yang ditetapkan. Beberapa rasio keuangan utama menunjukkan
pencapaian yang lebih baik dari targetnya (bank only):
11
a. Nominal NPL mencapai Rp6,1 triliun dibandingkan targetnya Rp7,8 triliun
dengan rasio NPL Gross sebesar 2,18% (target: 2,92%) dan NPL Net sebesar
0,45% (target: 0,92%).
b. Provision-to-NPL mencapai 183,56% dibandingkan targetnya 141,12%.
c. ROA mencapai 3,37% dibandingkan targetnya 3,07%.
d. ROE atas dasar rata-rata Ekuitas mencapai 20,2% , sedangkan atas dasar rata-rata
Modal Inti mencapai 25,57%. Masing-masing lebih tinggi dari targetnya.
e. NIM mencapai 5,29% dibandingkan targetnya 5,48%.
f. BOPO mencapai 67,22% dan Efficiency Ratio mencapai 33,41%. Masing-masing
lebih rendah di banding targetnya.
g. CAR setelah memperhitungkan risiko kredit, pasar dan operasional mencapai
15,13% dibandingkan targetnya 15,60%.
h. Loan-to-Deposit Rasio mencapai 71,65% dibandingkan targetnya 70,97%.
PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, setelah menerapkan good corporate
governance (GCG) sebagai sebuah sistem yang telah dilakukan di Bank Mandiri
memperlihatkan korelasi positif dengan hasil kinerja. Diantaranya terjadi peningkatan
kinerja keuangan secara signifikan, peningkatan kualitas layanan hingga mencapai
posisi Services Leader, serta pengembangan bisnis di berbagai segmen dan perluasan
jaringan pelayanan. Selain itu penerapan good corporate governance (GCG) menjadi
salah satu daya tarik investor untuk membeli saham Bank Mandiri, sehingga dapat
dikatakan bahwa penerapan good corporate governance (GCG) berkorelasi positif
dengan meningkatnya harga saham Bank Mandiri sejak initial public offering (IPO)
tahun 2004 sampai dengan saat ini.
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk menyatakan penerapan prinsip good
corporate governance secara komprehensif menjadi faktor penting dalam menentukan
tingkat profitabilitas perseroan.
Bank terbesar di Indonesia dari sisi aset ini memperkuat penerapan prinsip
good corporate governance (GCG) dalam setiap bisnis proses hingga mendapat
pengakuan dari jurnal Corporate Governance Asian (CGA) sebagai Ikon penerapan
GCG terbaik di Indonesia.
Anugerah CGA Annual Recognition Award 2013 : Best of Asia
untukkategori Asia’s Icon on Corporate Governance diserahkan oleh penerbit CGA
Aldrin Monsod kepada Direktur Compliance and Human Capital Bank Mandiri, Ogi
12
Prastomiyono di Manila, Filipina, Selasa malam (25/6/2013). Penghargaan The Best
of Asia ini merupakan yang kelima kalinya disematkan kepada Bank Mandiri secara
berturut-turut.
Direktur Bank Mandiri Ogi Prastomiyono mengatakan keberhasilan ini akan
menjadi motivasi bagi sumber daya manusia di Bank Mandiri untuk memperkuat
penerapan prinsip GCG dalam seluruh proses perbankan guna mencegah terjadinya
tindak kejahatan di bidang perbankan serta terus meningkatkan kinerja.
“Kami menyadari penerapan secara komprehensif prinsip-prinsip GCG
menjadi faktor penting yang menentukan tingkat profitabilitas dan reputasi sebuah
perusahaan serta keberhasilan dalam memberikan nilai tambah kepada stakeholders,”
ungkap Ogi.
Dalam kesempatan itu, CGA juga menyemati Wakil Direktur Utama Bank
Mandiri Riswinandi dengan predikat Best Asian Corporate Director 2013.
Penghargaan yang keempat kalinya diraih jajaran pimpinan Bank Mandiri tersebut
diberikan atas komitmen untuk menerapkan GCG secara konsisten sebagai budaya
kerja sehingga turut berkontribusi pada kinerja finansial perusahaan.
Penyaluran kredit Bank Mandiri tumbuh 19,7% dari 327,17 triliun menjadi
Rp391,6 triliun pada Maret 2013 dengan rasio NPL netto terjaga pada 0,57%, jauh di
bawah level yang ditetapkan BI yaitu 5%. Adapun nilai aset perusahaan juga tumbuh
17,1% (yoy) dari Rp546,9 triliun menjadi Rp640,6 triliun pada Maret 2013
Ogi menjelaskan, penerapan GCG di Bank Mandiri antara lain dilakukan
dengan memberlakukan code of conduct dan business ethic sebagai pedoman
berperilaku bagi seluruh jajaran Bank Mandiri mengenai hubungan sesama internal
maupun pihak eksternal, seperti pemegang saham, perusahaan afiliasi, investor,
pelanggan, pemasok, pemerintah dan masyarakat. Kebijakan lain yang diterapkan
Bank Mandiri, adalah mewajibkan seluruh pegawai untuk mengisi dan
menandatangani annual disclosure setiap tahun. Melalui ketentuan ini, seluruh sumber
daya manusia di Bank Mandiri mengikatkan diri untuk melaksanakan kode dtik,
sumpah jabatan, dan peraturan lain yang berlaku.
Keberhasilan Bank Mandiri dalam menjalankan internalisasi etika bisnis dalam
budaya perusahaan
Sebelum dilaksanakannya Initial Public Offering (IPO) pada tanggal 14 Juli
2003, Bank Mandiri melakukan internalisasi GCG melalui:
13
1) Keputusan Bersama Direksi dan Dewan Komisaris tentang Prinsip-prinsip GCG
di Bank Mandiri.
2) Keputusan Bersama Direksi dan Dewan Komisaris tentang Code Of Conduct PT
Bank Mandiri (Persero) yang menjadi pedoman perilaku di dalam berinteraksi
dengan nasabah, rekanan dan sesama karyawan.
3) Keputusan Direksi tentang Kebijakan Kepatuhan (Compliance Policy) yang
mewajibkan seluruh jajaran Bank Mandiri untuk bertanggung jawab penuh secara
individu didalam melakukan kegiatan operasional Bank di bidangnya masing-
masing.
4) Keputusan Direksi tentang Tata Tertib Executive Management PT Bank Mandiri
(Persero) Tbk yang menjadi dasar pelaksanaan kerja, administrasi, tanggung
jawab dan wewenang Executive Management dalam melaksanakan fungsi, tugas
dan kewajiban sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar PT Bank Mandiri
(Persero) Tbk.
Setelah go public, Bank Mandiri kemudian melaksanakan implementasi GCG
melalui:
1) Pembentukan Komite-komite di level Dewan Komisaris, yaitu Komite Pemantau
Risiko, Komite Remunerasi dan Nominasi, dan Komite GCG untuk melengkapi
Komite Audit yang telah dibentuk sebelumnya.
2) Pembentukan Sekretaris Perusahaan(Corporate Secretary).
3) Pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku bagi perusahaan publik dan terbuka.
4) Keterbukaan Informasi, antara lain dalam publikasi laporan keuangan, informasi
mengenai peristiwa atau fakta material.
5) Laporan tahunan yang tepat waktu,memadai, jelas dan akurat.
6) Menghormati dan memperhatikan kepentingan pemegang saham minoritas.
7) Menetapkan Enam Strategi Utama dalam rangka membenahi serta membangun
dasar-dasar pertumbuhan di masa datang.
8) Revitalisasi terhadap nilai-nilai kebersamaan (shared values) Bank Mandiri serta
perumusan perilaku utama Bank Mandiri.
9) enilaian implementasi GCG oleh lembaga independen.
Setelah dibentuknya Komite GCG, internalisasi GCG di Bank Mandiri
dilakukan melalui :
14
1) Penyusunan Piagam GCG yang dituangkan melalui Keputusan Dewan Komisaris
No. 005/KEP/KOM/2005
2) Pelaksanaan Good Corporate Governance Self Assessment.
3) Pelaksanaan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 8/4/PBI2006 tanggal 30 Januari
2006 tentang Pelaksanaan GCG Bagi Bank Umum sebagaimana diubah dengan
PBI No. 8/14/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006 serta SE No.9/12/DPNP/tanggal
30 Mei 2007 tentang Penerapan Good Corporate Governance di Bank Umum, dan
Penerapan Good Corporate Governance di Bank Umum; dan
4) Sosialisasi GCG kepada seluruh jajaran Bank Mandiri. Menyadari bahwa
implementasi GCG memegang peranan penting dalam meningkatkan kinerja
Bank, efisiensi dan pelayanan kepada stakeholders, Bank Mandiri melakukan
penyempurnaan praktek GCG secara konsisten dan berkesinambung, antar lain
melalui:
(1) Publikasi laporan keuangan yang transparan dan tepat waktu, penyempurnaan
kualitas website Bank Mandiri, pelaksanaan investor meeting dan pelaksanaan
corporate social responsibility
(2) Pengambilan keputusan bisnis maupun keputusan manajemen lainnya dengan
mempertimbangkan prinsip-prinsip GCG serta senantiasa mempertimbangkan
semua ketentuan yang berlaku (taat azas). Hal ini berdampak positif dan sangat
membantu Bank Mandiri keluar dari berbagai kesulitan secara bertahap namun
pasti, di samping telah meningkatkan shareholder’s value yang tercermin dari
kinerja Bank Mandiri pada tahun berikutnya.
(3) Bekerja keras untuk meningkatkan kinerja Bank, antara lain melalui
pembenahan dalam penanganan kredit yang hasilnya terlihat dari penurunan
NPL menjadi kurang dari 5%. Hal ini merupakan upaya segenap jajaran Bank
dalam rangka menumbuhkan kepercayaan masyarakat atas kemampuan
manajemen dalam mengelola perusahaan dan membangun nilai jangka panjang
bagi stakeholder.
(4) Pelaksanaan program internalisasi budaya Bank Mandiri antara lain melalui
penyelenggaraan Culture Fair, Culture Seminar, Change Agent Championship
& Recognition Program berupa pemberian penghargaan kepada unit kerja dan
change agent terbaik dalam implementasi program budaya guna meningkatkan
motivasi seluruh unit kerja dan para change agent yang ada.
15
Resep keberhasilan Bank Mandiri, antara lain:
1) Transformasi Budaya Kerja
Budaya Kerja merupakan elemen integral dari episentrum strategi perusahaan.
Budaya Kerja diaktualisasikan dan dinaturalisasikan dalam visi dan misi perusahaan.
Bukan hanya sekedar basa-basi ataupun menjadi ‘buku pintar’ namun perlu
implementasi mendalam pada operasisinal sebuah perusahaan. Then, kita dapat
mengatakan bahwa sukses tidaknya suatu perusahaan dalam menjalankan bisnisnya
memang tidak terlepas dari budaya perusahaan yang dimilikinya. Sebelum perusahaan
menerapkan GCG sebaiknya perusahaan menerapkan terlebih dahulu nilai-nilai yang
terkandung dalam Corporate Culture yang dianutnya. (Djoko Santoso Moeljono, Good
Corporate Culture sebagai inti dari GCG, 2005)
Menjadi suatu keniscayaan bula budaya perusahaan diaktualisasikan melalui
penyusunan Standar Operasional & Prosedur (SOP) dan menjadi semacam pijakan
(policy guidelines), sehingga perusahaan dapat mengoptimalkan seluruh elemen yang
ada dalam berkontribusi guna mencapai tujuan utama perusahaan
“Keberhasilan Bank Mandiri dalam service quality didukung oleh semua pihak,
mulai dari Top Management hingga pegawai lini bawah. Hal ini membutuhkan
komitmen dan perjuangan keras karena yang diubah adalah perilaku manusia, yang
kemudian akan membentuk budaya kerja perusahaan. Bank Mandiri memiliki konsep
pelayanan yang diberikan kepada nasabah sesuai dengan 10 perilaku Utama Budaya
kerja perusahaan yang terangkum dalam TIPCE (Trust, Integrity, Profesionalism,
Customer Focus, dan Excellence),” demikian paparan Agus pada saat penganugerahan
Bank Mandir sebagai Bank dengan Pelayanan terbaik tahun 2008.
Selain itu, dalam bidang SDM diberlakukan sistem kinerja dengan berbasis KPI
(Key Performance Indicator). Semua karyawan dari direksi sampai level terendah
diterapkan reward dan punishment yang didasarkan penilaian. Prestasi dan Kinerja
menjadi standar ukuran, dengan konsideran berupa kenaikan gaji dan
apesiasi/penghargaan yang berbeda setiap pergawainya. Di sisi lain, jika diketahui
melakukan tindakan pelanggaran, maka tindakan tegas tidak segan dilakukan.
2) Berani bertindak tegas terhadap para penunggak kredit
pada tahun 2005 NPL (Noan Performing Loan) Bank Mandiri mencapai angka 26
% dengan jumlah potensi kredit macet sekitar 27 Triliun, 70 % dari NPL tadi
disumbangkan oleh 30 nasabah besar. Para penunggak kredit ini diminta memperbaiki
kinerja hutangnya. Meskipun awalnya sulit dinegoisasi akhirnya Direktur Utama Bank
16
Mandiri, Agus Martowardojo mampu menekan mereka untuk bekerja sama, salah satu
caranya adalah dengan mengumumkan para debitur bermasalah tsb secara terbuka di
media massa
Keberaniannya mem-pressure para debitor besar yang ‘nakal’ inilah yang
menjadi point penting seorang Agus Martowardojo. Beliau kemudian dikenal sebagai
figur yang memiliki sikap tegas, berani dan tidak mudah diintervensi. Agus juga
dinilai pandai membangun tata nilai seperti kejujuran dengan tidak berkompromi soal
masalah penyimpangan terkait dengan uang. Sosok Agus juga komitmen dalam
memberikan contoh kepada anak buahnya.
Integritas dan ketegasan seperti ini yang kemudian mampu menahkodai Bamk
Mandiri hingga mencapai Pulau ‘Kemenangan’
3) Dekat dengan Nasabah
Berbeda dengan sikapnya yang tanpa kompromi terhadap debitur nakal. Kepada
nasabah, terutama nasabah potensial beliau sangat ramah, mudah ingat peristiwa dan
menghargai sebagai seorang mitra.
Good Corporate Governance Index
Setiap tahun PT Bank Mandiri (Persero) Tbk melakukan penilaian terhadap 11
aspek penilaian yang telah ditentukan oleh Bank Indonesia. Standar penilaian
menyatakan bahwa semakin kecil nilai komposit, semakin baik pula. Dengan
demikian, nilai komposit menjadi lebih besar yang berarti berkurangnya kualitas
penerapan GCG (Tabel D.1) dimana kualitas penerapan GCG dan kinerja bank dengan
menggunakan analisis rasio-rasio CAMEL. Analisis terhadap laporan manajemen
dalam laporan keuangan menunjukkan bahwa tren menurun dari penerapan GCG ini
disebabkan oleh pertama karena adanya benturan kepentingan. Walaupun prosedur
penanganan benturan kepentingan telah diatur, namun kemungkinan tetap ada celah-
celah yang dimanfaatkan oleh pihak yang berkepentingan. Selain itu, prosedur yang
telah dikembangkan mungkin masih perlu dikembangkan karena belum dapat
menyelesaikan semua benturan kepentingan yang muncul.
Aspek lain penyebab penurun nilai komposit GCG adalah penerapan fungsi
kepatuhan bank. Penurunan ini muncul akibat adanya pelanggaran kepatuhan bank
terhadap peraturan yang berlaku walaupun tidak material, juga berkurangnya sikap
indepedensi. Aspek berikutnya yang mengalami penurunan peringkat adalah
Penerapan Fungsi Audit Intern. Walaupun PT Bank Mandiri (Persero) Tbk
17
menyatakan bahwa pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank telah berjalan efektif dan
pedoman intern telah dijalankan sesuai dengan standar minimum yang telah
ditetapkan, namun Bank Mandiri melihat adanya peluang untuk meningkatkan
efektifitas pelaksanaan fungsi audit intern.
Aspek penyebab penurunan nilai GCG adalah Transparansi Kondisi Keuangan
dan Non Keuangan Bank, Laporan pelaksanaan GCG dan laporan internal. Catatan
Bank Mandiri menyatakan bahwa aspek ini mengukur transparansi bank dalam
melaporkan laporan keuangan maupun non keuangan kepada publik melalui
homepagenya. Laporan ini harus dilakukan secara utuh, kini dan tepat waktu sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Penurunan peringkat mengindikasikan adanya
pelanggaran terhadap transparansi ataupun ketepatan waktu.
Tabel D-1
Variabel Indikator 2011 2012 keterangan
GCG GCG Index 1.08 1.48 Sangat baik
Capital
Adequanc
y
Rasio Kecukupan Modal 15.13% 15.48% Baik
Aseet
Quality
Rasio kredit yang diberikan
terhadap aset produktif
62.81% 67.38% Beresiko
Rasio biaya operasional
terhadap pendapatan
operasional
2.20% 1.90% Baik
Earning
Quality
Imbal hasil rata-rata aset
Imbal hasil rata-rata ekuitas
2.22%
19.55%
2.44%
20.26%
Baik
Baik
Liquidity Loan to deposit ratio 80.06% 86.49% Beresiko
Aspek terakhir yang mengalami penurunan peringkat adalah Rencana Strategis
Bank. Secara umum aspek ini menyatakan mengenap kerealistisan penyusunan
rencana korporasi dan rencana bisnis bank dengan memperhatikan faktor eksternal
maupun internal, faktor kehati-hatian serta visi dan misi perusahaan. Penurunan
peringkat swa penilaian ini dapat disebabkan oleh karena perubahan-perubahan yang
sangat dinamis dan cepat serta sulitnya untuk membuat prediksi karena tingkat
ketidakpastian yang sangat tinggi di lingkungan keuangan nasional maupun global.
Dengan demikian, walaupun secara keseluruhan berdasarkan swa penilaian PT Bank
18
Mandiri (Persero) Tbk menunjukkan bahwa kualitas penerapan GCG masih tergolong
“sangat baik”, namun tren menunjukkan adanya penurunan kualitas dalam
penerapannya pada tahun 2012 dibandingkan dengan 2011.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil peninjauan dari implementasi GCG dan Kode Etik dan perilaku di
PT Bank Mandiri, Tbk dapat disimpulkan bahwa penerapan Good Corporate
Governance (GCG) sudah berjalan dengan baik dilihat dari Indonesian Institute for
Corporate Directorship (IICD) dimana mengumumkan 30 perusahaan yang tercatat di
Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai 30 emiten teratas dengan skor Corporate
Governance (CG) tertinggi tahun 2013 salah satunya PT Bank Mandiri, Tbk masuk
kedalam daftar tersebut. Perhitungan skor ini menggunakan acuan ASEAN CG
scorecard dalam menilai praktek GCG atau tata kelola perusahaan terbuka di
Indonesia. Penilaian yang dilakukan dalam menentukan peringkat dengan
skor CG tertinggi diperoleh dari penilaian lima faktor. Pertama, hak-hak dari
pemegang saham. Kedua, peran pemangku kepentingan. Ketiga, keterbukaan
informasi. Keempat, transparansi laporan keuangan. Kelima, tanggung jawab dewan
direksi dan komisaris.
Pesan moral : Keberhasilan dalam penerapan Good Corporate Governance
(GCG) ini pasti memiliki kendala atau masalah yang terkandung dalam perkembangan
PT Bank Mandiri, Tbk. Salah satu aspeknya penurunan tren dalam penerapan GCG
adalah Transparansi Kondisi Keuangan dan Non Keuangan Bank, Laporan
pelaksanaan GCG dan laporan internal. Dari satu masalah atau kendala dapat menjadi
pemacu untuk tidak melakukan pelanggaran transparansi keuangan yang seharusnya
laporan ini dibuat secara utuh, kini dan tepat waktu sesuai dengan ketentuan yang
berlaku agar perusahaan bisa berkembang dengan lebih baik.
PT Bank Mandiri, Tbk juga harus bekerja dengan sangat baik agar naik tingkat
atau tetap bertahan menjadi salah satu bagian dari Indonesian Institute for Corporate
Directorship (IICD) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sehingga juga
mnejadi pemacu untuk berkembang lebih baik kedepannya.
19
Sumber :
http://priscasinyal.blogspot.com/2012/10/gcg-good-corporate-governance.html
http://www.bankmandiri.co.id/corporate01/about_profile.asp
https://rahadiawansatriakusuma.wordpress.com/2009/01/31/sejarah-bank-mandiri/
http://finansial.bisnis.com/read/20130625/90/147056/bank-mandiri-jadi-ikon-
penerapan-gcg-terbaik-di-indonesia
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/accountability/article/view/4937
http://www.tempo.co/read/news/2013/03/25/090469303/Inilah-30-Perusahaan-Tbk-
dengan-GCG-Terbaik
20