tugas ekoling
-
Upload
ellyta-sinaga -
Category
Documents
-
view
3 -
download
0
description
Transcript of tugas ekoling
Perburuan satwa liar oleh manusia merupakan praktik yang dapat membawa risiko
substansial dalam transmisi antarspesies. Di beberapa daerah di Indonesia, masyarakat
tradisional yang tingkat ekonomi dan pendidikannya rendah cenderung lebih banyak
melakukan perburuan satwa untuk dijual kepada penadah yang menjual produk daging atau
karkas satwa liar tersebut. Di Indonesia contohnya, perburuan Trenggiling (Manis javanica)
sangat marak mengingat harga jual daging trenggiling yang sangat tinggi, mencapai 1 juta per
kg.
Dalam berita mengenai perburuan kalong marak tersebut mengakibatkan dampak
buruk baik dari segi ekonomi maupun lingkungannya. Karena kalong marak merupakan
hewan yang langka di Indonesia saat ini. Aktivitas yang terkait dengan perburuan dan
perdagangan satwa liar menimbulkan munculnya risiko yang berbeda-beda. Sehingga yang
menjadi perhatian bukan hanya proses perburuannya yang meningkatkan kontak antara
manusia dan satwa liar, melainkan juga transportasi, pemasaran, proses pengolahan, sampai
konsumsi daging satwa liar tersebut.
Ada beberapa dampak yang ditimbulkan akbiat perburuan satwa liar, diantaranya:
1. Penyebaran penyakit Zoonosis (zoonotic diseases)
Dengan maraknya perburuan hewan liar, penyakit ini akan mempunyai persentase
perkembangan dan mewabah ke manusia yang semakin besar. Penyakit Zoonosis
adalah infeksi yang ditularkan di antara hewan vertebrata dan manusia ataupun bisa
sebaliknya. Penyakit Zoonosis ini belakangan menjadi perhatian di dunia dengan
dikenalnya penyakit flu burung dan virus H5N1 oleh penduduk seantero dunia.
Penyakit Zoonosis ini diindikasikan dapat ditularkan melalui makanan, udara, dan
kontak langsung. Maka dari itu, dampak dari perburuan hewan liar mempunyai efek
untuk menyebarkan penyakit ini, seperti pada beberapa kasus di dunia yang telah
terjadi, semisal: Wabah virus Ebola di Congo Basin dan di Gabon pada tahun 1990-
an, Wabah SARS di Hong Kong, dan beberapa kejadian lain di beberapa daerah di
seluruh dunia.
2. Penyempitan area hutan liar atau hutan lindung.
Efek dari berkurangnya satwa secara langsung akan berdampak pada berkurangnya
kualitas ekosistem di hutan liar ataupun di hutan lindung. Ketika semakin banyak
manusia yang melakukan perburuan pada suatu hutan tertentu, akhirnya membuat
sebuah ruang atau area transportasi baru bahkan area terbuka baru untuk bermukim
sementara bagi para pemburu. Pada jangka waktu tertentu, luas lahan tersebut akan
terakumulasi cukup besar, di mana semakin lama perburuan liar itu terjadi, maka akan
semakin luas area manusia dalam mengeksplorasi hutan liar atau hutan lindung itu
sendiri secara terus-menerus.
Di negara kita Indonesia, hal ini telah terjadi di berbagai hutan liar maupun hutan
lindung, yang bahkan tidak pernah ditanggapi serius oleh pengelola hutan atau
pemerintah, yang akhirnya semakin lama hal tersebut terjadi, maka semakin rusak
pula hutan-hutan yang ada di negara kita ini.
3. Berkurangnya lapangan pekerjaan.
Dampak yang satu ini cukup unik tapi memang terjadi. Kita tau sekarang ini banyak
ditemui area wisata yang dibangun di area yang dulunya merupakan hutan liar
ataupun hutan lindung, di mana kita sering sebut pembebasan lahan baru. Ternyata,
meskipun secara kasat mata terlihat dengan adanya wahana wisata baru ataupun
wisata alam baru yang dibangun dan dikelola dengan lebih baik dan lebih modern,
akan memberikan peningkatan peluang kerja yang besar. Namun, kenyataan tersebut
secara perbandingan masih sangat jauh dengan lapangan pekerjaan yang akhirnya
banyak berkurang dari wisata-wisata baru tersebut. Meskipun tidak secara langsung
terjadi perburuan hewan, namun beberapa tindakan dalam mengelola atau
membangun wisata tersebut berhubungan dengan perburuan hewan dan ekosistemnya.
4. Berkurangnya lapangan pekerjaan.
Dampak yang satu ini cukup unik tapi memang terjadi. Kita tau sekarang ini banyak
ditemui area wisata yang dibangun di area yang dulunya merupakan hutan liar
ataupun hutan lindung, di mana kita sering sebut pembebasan lahan baru. Ternyata,
meskipun secara kasat mata terlihat dengan adanya wahana wisata baru ataupun
wisata alam baru yang dibangun dan dikelola dengan lebih baik dan lebih modern,
akan memberikan peningkatan peluang kerja yang besar. Namun, kenyataan tersebut
secara perbandingan masih sangat jauh dengan lapangan pekerjaan yang akhirnya
banyak berkurang dari wisata-wisata baru tersebut. Meskipun tidak secara langsung
terjadi perburuan hewan, namun beberapa tindakan dalam mengelola atau
membangun wisata tersebut berhubungan dengan perburuan hewan dan ekosistemnya.