tugas degeneratifQ

26
Tugas Individu Mata Kuliah : Penyakit Degeneratif dan Kanker Pada Wanita Dosen : Prof. Dr. dr. Buraerah H.Abd.Hakim,M.Sc MIOMA UTERI ISYMAWATI P1807212005

Transcript of tugas degeneratifQ

Page 1: tugas degeneratifQ

Tugas IndividuMata Kuliah : Penyakit Degeneratif dan Kanker Pada WanitaDosen : Prof. Dr. dr. Buraerah H.Abd.Hakim,M.Sc

MIOMA UTERI

ISYMAWATIP1807212005

KONSENTRASI KESEHATAN REPRODUKSI DAN KELUARGAPROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKATPASCA SARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR2012

Page 2: tugas degeneratifQ

MIOMA UTERI

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan

kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Oleh karena itu kesehatan perlu

dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya dan dilindungi dari ancaman yang

merugikan. Undang-Undang (UU) Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan

pasal 3 menyebutkan bahwa tujuan pembangunan kesehatan adalah untuk

meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan bagi setiap orang agar

terwujud derajat kesehatan yang optimal.

Salah satu hal yang perlu diperhatikan untuk mencapai derajat

kesehatan yang optimal adalah kesehatan wanita khususnya kesehatan

reproduksi karena dampaknya luas dan menyangkut berbagai aspek

kehidupan. Wanita memegang peranan utama terhadap kelanjutan generasi

penerus bagi suatu Negara, sehingga kesehatan wanita memberikan

pengaruh yang besar. Kesehatan wanita juga merupakan parameter

kemampuan negara dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan

terhadap masyarakat.

Salah satu masalah kesehatan reproduksi wanita adalah mioma

uteri. Mioma uteri merupakan tumor pelvis yang terbanyak pada organ

reproduksi wanita. Gejala dari mioma uteri tidak selalu ada. Pada umumnya

kasus mioma ditemukan secara kebetulan pada saat pemeriksaan USG,

pemeriksaan pelvis, atau pada laparatomi daerah pelvis.

Penyebab timbulnya mioma uteri belum diketahui, namun

pertumbuhan mioma dirangsang oleh hormon estrogen. Pada jaringan

mioma jumlah reseptor estrogen lebih tinggi dibandingkan jaringan otot

kandungan sekitarnya sehingga mioma uteri tumbuh pada masa reproduksi

dan berkurang ukurannya sesudah menopause.

Mioma uteri belum pernah terjadi (dilaporkan) sebelum menarche,

paling banyak ditemukan pada umur 35-45 tahun yaitu sekitar 20-25% dari

keseluruhan wanita tersebut, sedangkan setelah menopause hanya kira-kira

10% dari kasus mioma uteri yang masih bertumbuh. Di Indonesia mioma

2

Page 3: tugas degeneratifQ

uteri ditemukan 2,39%-11,70% pada semua penderita ginekologi yang

dirawat .

Penelitian Marshall LM (1997) di Amerika Serikat, ditemukan mioma

uteri 4181 dari 327.065 wanita , prevalens rate mioma uteri 12,8 per seribu

wanita. Penelitian Lauren A.Wise (2005) di Amerika, melaporkan mioma

2.237 dari 76.711 wanita kulit hitam, insidens rate mioma uteri 34,4 per 1.000

wanita. Penelitian yang dilakukan Rammeh di Prancis tahun 2005 terhadap

2.760 kasus tumor pelvis, menemukan 2.709 kasus mioma uteri dengan

proporsi 98,1%.9 Penelitian Pradhan tahun 2006 di Nepal Medical College

Teaching melaporkan 137 kasus mioma uteri, dengan proporsi 8% dari

seluruh kasus ginekologi.

Penelitian yang dilakukan Randell di Kuopio Hospital, Finland tahun

2006 melaporkan dari 927 histerektomi yang dilakukan, 547 dilakukan atas

dasar indikasi adanya mioma uteri dimana proporsi mioma uteri 59%.

Penelitian Copaescu di Sfantul Ioan Hospital Bucharest pada tahun 2007

melaporkan dari 1.491 histerektomi yang dilakukan, 1.224 diantaranya

dilakukan berdasarkan indikasi adanya mioma uteri dimana proporsi mioma

uteri 82,07%.

B. TUJUAN

Dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk membuat makalah

tentang mioma uteri, dengan tujuan penulisan adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui pengertian mioma uteri

2. Mengetahui klasifikasi mioma uteri

3. Mengetahui epidemiologi mioma uteri

4. Mengetahui perubahan / gejala mioma uteri

5. Mengetahui komplikasi yang terjadi pada mioma uteri

6. Mengetahui pencegahan mioma uteri

7. Mengetahui penatalaksanaan pada mioma uteri

3

Page 4: tugas degeneratifQ

PEMBAHASAN

Pengertian Mioma Uteri

Mioma uteri adalah tumor jinak otot polos uterus yang terdiri dari sel-

sel jaringan otot polos, jaringan pengikat fibroid dan kolagen. Mioma uteri

disebut juga dengan leimioma uteri atau fibromioma uteri. Mioma ini

berbentuk padat karena jaringan ikat dan otot rahimnya dominan. Mioma

uteri merupakan neoplasma jinak yang paling umum dan sering dialami oleh

wanita. Neoplasma ini memperlihatkan gejala klinis berdasarkan besar dan

letak mioma.

Anatomi Uterus

Uterus (rahim) merupakan organ yang tebal, berotot, berbentuk buah

pir, yang sedikit gepeng kearah muka belakang, terletak di dalam pelvis

antara rektum di belakang dan kandung kemih di depan. Ukuran uterus

sebesar telur ayam dan mempunyai rongga. Dindingnya terdiri atas otot

polos. Ukuran panjang uterus adalah 7-7,5 cm lebar di atas 5,25 cm, tebal

1,25 cm. Berat uterus normal lebih kurang 57 gram.

Pada masa kehamilan uterus akan membesar pada bulan-bulan

pertama dibawah pengaruh estrogen dan progesterone yang kadarnya

meningkat. Pembesaran ini pada dasarnya disebabkan oleh hipertropi otot

polos uterus, disamping itu serabut-serabut kolagen yang ada menjadi

higroskopik akibat meningkatnya kadar estrogen sehingga uterus dapat

mengikuti pertumbuhan janin. Setelah Menopause, uterus wanita nullipara

maupun multipara, mengalami atrofi dan kembali ke ukuran pada masa

predolesen.

4

Page 5: tugas degeneratifQ

Pembagian Uterus

a. Fundus Uteri (dasar rahim) : bagian uterus yang proksimal yang terletak

antara kedua pangkal saluran telur.

b. Korpus Uteri : Bagian uterus yang membesar pada kehamilan. Korpus

uteri mempunyai fungsi utama sebagai tempat janin berkembang. Rongga

yang terdapat pada korpus uteri disebut kavum uteri atau rongga rahim.

c. Serviks Uteri : Ujung serviks yang menuju puncak vagina disebut porsio,

hubungan antara kavum uteri dan kanalis servikalis disebut ostium uteri

yaitu bagian serviks yang ada di atas vagina.

Pembagian Dinding Uterus

a. Endometrium di korpus uteri dan endoserviks di serviks uteri.

Endometrium terdiri atas epitel kubik, kelenjar-kelenjar, dan jaringan

dengan banyak pembuluh-pembuluh darah yang berlekuk-lekuk. Dalam

masa haid endometrium untuk sebagian besar dilepaskan, untuk

kemudian tumbuh menebal dalam masa reproduksi pada kehamilan dan

pembuluh darah bertambah banyak yang diperlukan untuk memberi

makanan pada janin.

b. Miometrium (lapisan otot polos) di sebelah dalam berbentuk sirkuler, dan

disebelah luar berbentuk longitudinal. Diantara kedua lapisan ini terdapat

lapisan otot oblik, berbentuk anyaman. Lapisan otot polos yang paling

penting pada persalinan oleh karena sesudah plasenta lahir berkontraksi

kuat dan menjepit pembuluh-pembuluh darah yang ada di tempat itu dan

yang terbuka.

c. Lapisan serosa (peritoneum viseral) terdiri dari lima ligamentum yang

menfiksasi dan menguatkan uterus yaitu:

1. Ligamentum kardinale kiri dan kanan yakni ligamentum yang terpenting,

mencegah supaya uterus tidak turun, terdiri atas jaringan ikat tebal, dan

berjalan dari serviks dan puncak vagina kearah lateral dinding pelvis.

Didalamnya ditemukan banyak pembuluh darah, antara lain vena dan

arteria uterine.

5

Page 6: tugas degeneratifQ

2. Ligamentum sakro uterinum kiri dan kanan yakni ligamentum yang

menahan uterus supaya tidak banyak bergerak, berjalan dari serviks

bagian belakang kiri dan kanan kearah sakrum kiri dan kanan.

3. Ligamentum rotundum kiri dan kanan yakni ligamentum yang menahan

uterus agar tetap dalam keadaan antefleksi, berjalan dari sudut fundus

uteri kiri dan kanan, ke daerah inguinal waktu berdiri cepat karena uterus

berkontraksi kuat.

4. Ligamentum latum kiri dan kanan yakni ligamentum yang meliputi tuba,

berjalan dari uterus kearah sisi, tidak banyak mengandung jaringan ikat.

5. Ligamentum infundibulo pelvikum yakni ligamentum yang menahan tuba

fallopi, berjalan dari arah infundibulum ke dinding pelvis. Di dalamnya

ditemukan urat-urat saraf, saluran-saluran limfe, arteria dan vena ovarika

Gambar Anatomi Uterus dan mioma uteri

Gambar 1. Anatomi Uterus Normal

6

Page 7: tugas degeneratifQ

Gambar 2. Letak Mioma uteri

Klasifikasi

Klasifikasi Mioma Uteri

Berdasarkan letaknya mioma uteri diklasifikasikan menjadi 3 bagian yaitu:

1. Mioma Uteri Subserosum

Lokasi tumor di sub serosa korpus uteri. Dapat hanya sebagai tonjolan saja,

dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui

tangkai. Pertumbuhan kearah lateral dapat berada di dalam ligamentum

latum, dan disebut sebagai mioma intraligamen. Mioma yang cukup besar

akan mengisi rongga peritoneum sebagai suatu massa. Perlekatan dengan

ementum di sekitarnya menyebabkan sisten peredaran darah diambil alih

dari tangkai ke omentum. Akibatnya tangkai semakin mengecil dan terputus,

sehingga mioma terlepas dari uterus sebagai massa tumor yang bebas

7

Page 8: tugas degeneratifQ

dalam rongga peritoneum. Mioma jenis ini dikenal sebagai mioma jenis

parasitik.

2. Mioma Uteri Intramural

Disebut juga sebagai mioma intraepitalial, biasanya multiple. Apabila masih

kecil, tidak merubah bentuk uterus, tapi bila besar akan menyebabkan uterus

berbenjol-benjol, uterus bertambah besar dan berubah bentuknya. Mioma

sering tidak memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa tidak enak

karena adanya massa tumor di daerah perut sebelah bawah.

3. Mioma Uteri Submukosum

Mioma yang berada di bawah lapisan mukosa uterus/endometrium dan

tumbuh kearah kavun uteri. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan

bentuk dan besar kavum uteri. Bila tumor ini tumbuh dan bertangkai, maka

tumor dapat keluar dan masuk ke dalam vagina yang disebut mioma geburt.

Mioma submukosum walaupun hanya kecil selalu memberikan keluhan

perdarahan melalui vagina. Perdarahan sulit dihentikan, sehingga sebagai

terapinya dilakukan histerektomi.

Epidemiologi Mioma Uteri

1. Distribusi Frekuensi Mioma Uteri

Mioma uteri merupakan tumor pelvis yang terbanyak pada organ

reproduksi wanita. Jarang sekali ditemukan pada wanita berumur 20 tahun

dan belum pernah (dilaporkan) terjadi sebelum menarche, paling banyak

ditemukan pada wanita berumur 35-45 tahun (proporsi 25%). Setelah

menopause hanya kira-kira 10% mioma masih tumbuh. Proporsi mioma uteri

pada masa reproduksi 20-25%. Penelitian Nishizawa di Jepang (2008)

menemukan insidens rates mioma uteri lebih tinggi pada wanita subur yaitu

104 per seribu wanita belum menopause dan 12 per seribu wanita

menopause (P<0,001).

8

Page 9: tugas degeneratifQ

Mioma uteri lebih banyak ditemukan pada wanita berkulit hitam,

karena wanita berkulit hitam memiliki lebih banyak hormon estrogen

dibanding wanita kulit putih. Pernah ditemukan 200 sarang mioma dalam

satu uterus pada wanita kulit hitam, dimana biasanya hanya 5-20 sarang

saja.

Penelitian Baird di Amerika Serikat tahun 2003 terhadap 1364 wanita

dengan usia 35-49 tahun, 478 diantaranya menderita mioma uteri yaitu

dengan proporsi 35%. Penelitian Sela-Ojeme di London Hospital pada tahun

2008 melaporkan proporsi penderita mioma uteri sebanyak 14,06% yaitu 586

orang dari 2.034 kasus ginekologi. Management of Uterine Fibroid at The

University of Nigeria Teaching Hospital Enugu tahun 2006 melaporkan

proporsi mioma uteri 9,8% dari seluruh kasus ginekologi yaitu 190 kasus dari

1939 kasus ginekologi.23 Penelitian Gaym A di Tikur Anbessa Teaching

Hospital, Addis Ababa, Ethiopia tahun 2004 mencatat penderita mioma uteri

sebanyak 588 kasus.

2. Determinan Mioma Uteri

Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan

diduga merupakan penyakit multifaktorial. Mioma merupakan sebuah tumor

monoclonal yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik

tunggal. Sel-sel tumor mempunyai abnormalitas kromosom, khususnya pada

kromosom lengan 12q13-15. Tumbuh mulai dari benih multiple yang sangat

kecil dan tersebar pada miometrium sangat lambat tetapi progresif. Faktor-

faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mioma uteri:

a. Estrogen

Mioma uteri kaya akan reseptor estrogen. Meyer dan De Snoo mengajukan

teori Cell nest atau teori genitoblast, teori ini menyatakan bahwa untuk

terjadinya mioma uteri harus terdapat dua komponen penting yaitu: sel nest (

sel muda yang terangsang) dan estrogen (perangsang sel nest secara terus

menerus). Percobaan Lipschutz yang memberikan estrogen kepada kelinci

9

Page 10: tugas degeneratifQ

percobaan ternyata menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan

maupun pada tempat lain dalam abdomen.

Hormon estrogen dapat diperoleh melalui penggunaan alat kontrasepsi yang

bersifat hormonal (Pil KB, Suntikan KB, dan Susuk KB). Peranan estrogen

didukung dengan adanya kecenderungan dari tumor ini menjadi stabil dan

menyusut setelah menopause dan lebih sering terjadi pada pasien yang

nullipara.

b. Progesteron

Reseptor progesteron terdapat di miometrium dan mioma sepanjang siklus

menstruasi dan kehamilan. Progesteron merupakan antagonis natural dari

estrogen. Progesteron menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara

yaitu: mengaktifkan 17 - Beta hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah

reseptor estrogen pada tumor.

Dalam Jeffcoates Principles of Gynecology, ada beberapa faktor

yang diduga kuat sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu :

i. Umur

Proporsi mioma meningkat pada usia 35-45 tahun.19 Penelitian Chao-Ru

Chen (2001) di New York menemukan wanita kulit putih umur 40-44 tahun

beresiko 6,3 kali menderita mioma uteri dibandingkan umur < 30 tahun (OR

=6,3; 95% CI:3,5-11,6). Sedangkan pada wanita kulit hitam umur 40-44

tahun beresiko 27,5 kali untuk menderita mioma uteri jika dibandingkan umur

< 30 tahun (OR=27,5; 95% CI:5,6-83,6).

ii. Paritas

Lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relative infertile,

tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah infertilitas menyebabkan

mioma uteri atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertilitas, atau

apakah keadaan ini saling mempengaruhi.19 Penelitian Okezie di Nigeria

10

Page 11: tugas degeneratifQ

terhadap 190 kasus mioma uteri, 128 (67,3%) adalah nullipara. Penelitian

yang dilakukan di Nigeria terhadap wanita dengan usia rata 44,9 tahun, 40,8

% nullipara dan 35% melahirkan 1-2 kali. Demikian juga dengan hasil

penelitian Buttrum memperoleh dari 1.698 kasus mioma uteri, 27%

diantaranya infertile dan 31% melahirkan 1-2 kali.

iii. Faktor Ras dan Genetik

Pada wanita tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadian

mioma uteri lebih tinggi. Penelitian Baird di Amerika yang dilakukan terhadap

wanita kulit hitam dan wanita kulit putih menemukan bahwa wanita kulit hitam

beresiko 2,9 kali menderita mioma uteri (OR=2,9; 95%CI:2,5-3,4). Terlepas

dari faktor ras, kejadian mioma juga tinggi pada wanita dengan riwayat

keluarga ada yang menderita mioma uteri.

Perubahan Sekunder

Perubahan sekunder pada mioma uteri adalah perubahan yang terjadi pada

mioma karena pengaruh lain. Perubahan yang terjadi sebagian besar bersifat

degenerasi. Hal ini terjadi oleh karena berkurangnya pemberian darah pada

sarang mioma.

Perubahan sekunder yang sering terjadi:

1. Atrofi : sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan mioma uteri

menjadi kecil.

2. Degenerasi Hialin : perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita

berusia lanjut. Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen, dapat

meliputi sebagian besar atau hanya sebagian kecil daripada seolah-olah

memisahkan satu kelompok serabut otot dari kelompok lainnya.

3. Degenerasi Kistik : dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana

sebagian dari mioma menjadi cair sehingga terbentuk ruangan-ruangan

yang tidak teratur berisi seperti agar-agar, dapat juga terjadi

pembengkakan yang luas dan bendungan limfe sehingga menyerupai

11

Page 12: tugas degeneratifQ

limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak ini tumor sukar dibedakan

dari kista ovarium atau suatu kehamilan.

4. Degenerasi Membatu (calcicerous degeneration) : terutama terjadi pada

wanita berusia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi.

Dengan adanya pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka

mioma menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto roentgen.

5. Degenerasi Merah (carneous degeneration) : perubahan ini biasanya

terjadi pada kehamilan dan nifas. Patogenesis diperkirakan karena suatu

nekrosis sub akut sebagai gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan

dapat dilihat sarang mioma seperti daging mentah berwarna merah yang

disebabkan oleh pigmen hemosiderin dan hemofusin. Degenerasi merah

tampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda disertai emesis, haus,

sedikit demam dan kesakitan. Tumor uterus membesar dan nyeri pada

perabaan. Penampilan klinik ini seperti pada putaran tangkai tumor

ovarium atau mioma yang bertangkai.

6. Degenerasi lemak : jarang terjadi dan merupakan kelanjutan degenerasi

hialin.

Komplikasi

Komplikasi merupakan suatu kondisi yang mempersulit atau reaksi

negative yang terjadi pada penderita akibat mioma uteri.

1. Degenerasi Ganas

Mioma uteri yang menjadi Leimiosarkoma ditemukan hanya 0,32 –

0,6 % dari seluruh mioma, serta merupakan 50 – 75 % dari seluruh sarkoma

uterus. Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histology

uterus yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila

mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma

dalam menopause.

12

Page 13: tugas degeneratifQ

2. Torsi (Putaran Tangkai)

Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul

gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian

terjadilah syndrome abdomen akut. Jika torsi terjadi perlahan-lahan

gangguan akut tidak terjadi. Hal ini hendaknya dibedakan dengan suatu

keadaan dimana terdapat banyak sarang mioma dalam rongga peritoneum.

Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan

karena gangguan sirkulasi darah padanya. Misalnya terjadi pada mioma

yang menyebabkan perdarahan berupa metroragia disertai leukore dan

gangguan-gangguan yang disebabkan oleh infeksi dari uterus sendiri.

Pengaruh mioma uteri terhadap :

1. Infertilitas dan abortus

Infertilitas dapat terjadi apabila sarang myoma menutup atau menekan pars

interstisialis tuba, sedangkan myoma submuksum memudahkan terjadinya

abortus oleh karena distorsi rongga uterus. Rubin (1958) menyatakan

bahwa apabila penyebab lain infertilitas sudah disingkirkan, dan myoma

merupakan penyebab infertilitas tersebut, maka merupakan suatu indikasi

untuk melakukan miomektomi.

2. Kehamilan

Mioma uteri dapat mempengaruhi kehamilan, misalnya menyebabkan

infertilitas, resiko terjadinya abortus bertambah karena distorsi rongga uterus

khususnya pada mioma submukosum , letak janin, menghalangi kemajuan

persalinan karena letaknya pada serviks uteri, menyebabkan inersia maupun

uteri sehingga menyebabkan perdarahan pasca persalinan karena adanya

gangguan mekanik dalam fungsi myometrium, menyebabkan plasenta sukar

lepas dari dasarnya, dan mengganggu proses involution dalam nifas.

Pencegahan Mioma Uteri

1. Pencegahan Primordial

13

Page 14: tugas degeneratifQ

Pencegahan ini dilakukan pada perempuan yang belum menarche atau

sebelum terdapat resiko mioma uteri. Upaya yang dapat dilakukan yaitu

dengan mengkonsumsi makanan yang tinggi serat seperti sayuran dan buah.

2. Pencegahan Primer

Pencegahan primer merupakan awal pencegahan sebelum seseorang

menderita mioma. Upaya pencegahan ini dapat dilakukan dengan

penyuluhan mengenai faktor-faktor resiko mioma terutama pada kelompok

yang beresiko yaitu wanita pada masa reproduktif. Selain itu tindakan

pengawasan pemberian hormone estrogen dan progesteron dengan memilih

pil KB kombinasi (mengandung estrogen dan progesteron), pil kombinasi

mengandung estrogen lebih rendah dibanding pil sekuensil, oleh karena

pertumbuhan mioma uteri berhubungan dengan kadar estrogen.

3. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder ditujukan untuk orang yang telah terkena mioma uteri,

tindakan ini bertujuan untuk menghindari terjadinya komplikasi. Pencegahan

yang dilakukan adalah dengan melakukan diagnosa dini dan pengobatan

yang tepat.

a. Diagnosa

Gejala Subjektif

Pada umumnya kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada

pemeriksaan inekologik karena tumor ini tidak mengganggu. Timbulnya

gejala subjektif dipengaruhi oleh: letak mioma uteri, besar mioma uteri,

perubahan dan komplikasi yang terjadi.

Gejala subjektif pada mioma uteri:

i. Perdarahan abnormal, merupakan gejala yang paling umum dijumpai.

Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah: menoragia, dan

14

Page 15: tugas degeneratifQ

metrorargia. Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan ini

antara lain adalah: pengaruh ovarium sehingga terjadilah hiperplasia

endometrium, permukaan endometrium yang lebih luas dari pada biasa,

atrofi endometrium, dan gangguan kontraksi otot rahim karena adanya

sarang mioma di antara serabut miometrium, sehingga tidak dapat

menjepit pembuluh darah yang melaluinya dengan baik. Akibat

perdarahan penderita dapat mengeluh anemis karena kekurangan darah,

pusing, cepat lelah, dan mudah terjadi infeksi.

ii. Rasa nyeri, gejala klinik ini bukan merupakan gejala yang khas tetapi

gejala ini dapat timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang

mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Pada

pengeluaran mioma submukosum yang akan dilahirkan dan

pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis servikalis dapat

menyebabkan juga dismenore.

iii. Tanda penekanan, Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma

uteri. Penekanan pada kandung kemih akan menyebabkan poliuria, pada

uretra dapat menyebabkan retensio urine, pada ureter dapat

menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada rektum dapat

menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan

pembuluh limfe di panggul dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri

panggul.

Gejala Objektif

Gejala Objektif merupakan gejala yang ditegakkan melalui diagnosa ahli

medis. Gejala objektif mioma uteri ditegakkan melalui:

i. Pemeriksaan Fisik.

15

Page 16: tugas degeneratifQ

Pemeriksaan fisik dapat berupa pemeriksaan Abdomen dan pemeriksaan

pelvik. Pada pemeriksaan abdomen, uterus yang besar dapat dipalpasi

pada abdomen. Tumor teraba sebagai nodul ireguler dan tetap, area

perlunakan memberi kesan adanya perubahan degeneratif. Pada

pemeriksaan Pelvis, serviks biasanya normal, namun pada keadaan

tertentu mioma submukosa yang bertangkai dapat mengakibatkan dilatasi

serviks dan terlihat pada ostium servikalis. Uterus cenderung membesar

tidak beraturan dan noduler. Perlunakan tergantung pada derajat

degenerasi dan kerusakan vaskular. Uterus sering dapat digerakkan,

kecuali apabila terdapat keadaan patologik pada adneksa.

ii. Pemeriksaan Penunjang;

Apabila keberadaan masa pelvis meragukan maka pemeriksaan dengan

ultrasonografi akan dapat membantu. Selain itu melalui pemeriksaan

laboratorium (hitung darah lengkap dan apusan darah) dapat dilakukan.

b. Penatalaksanaan Medis Mioma Uteri

1. Pengobatan Konservatif

Dalam dekade terakhir ada usaha untuk mengobati mioma uterus dengan

Gonadotropin releasing hormone (GnRH) agonis. Pengobatan GnRH agonis

selama 16 minggu pada mioma uteri menghasilkan degenerasi hialin di

miometrium hingga uterus menjadi kecil. Setelah pemberian GnRH agonis

dihentikan mioma yang lisut itu akan tumbuh kembali di bawah pengaruh

estrogen oleh karena mioma itu masih mengandung reseptor estrogen dalam

konsentrasi tinggi.

2. Pengobatan Operatif

Tindakan operatif mioma uteri dilakukan terhadap mioma yang menimbulkan

gejala yang tidak dapat ditangani dengan pengobatan operatif, tindakan

operatif yang dilakukan antara lain :

i. Miomektomi

Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan

uterus, misalnya pada mioma submukosum pada mioma geburt dengan

cara akstirpasi lewat vagina. Apabila miomektomi dikerjakan karena

16

Page 17: tugas degeneratifQ

keinginan memperoleh anak, maka kemungkinan akan terjadi kehamilan

30-50%. Pengambilan sarang mioma subserosum dapat dengan mudah

dilaksanakan apabila tumor bertangkai. Tindakan ini seharusnya hanya

dibatasi pada tumor dengan tangkai yang jelas yang dengan mudah dapat

dijepit dan diikat. Bila tidak mioma dapat diambil dari uterus pada waktu

hamil atau melahirkan, sebab perdarahan dapat berkepanjangan dan

terkadang uterus dikorbankan.

ii. Histerektomi

Histerektomi adalah pengangkatan uterus yang umumnya merupakan

tindakan terpilih. Tindakan ini terbaik untuk wanita berumur lebih dari 40

tahun dan tidak menghendaki anak lagi atau tumor yang lebih besar dari

kehamilan 12 minggu disertai adanya gangguan penekanan atau tumor

yang cepat membesar. Histerektomi dapat dilaksanakan perabdomen atau

pervaginum. Adanya prolapsus uteri akan mempermudah prosedur

pembedahan. Histerektomi total umumnya dilakukan dengan alasan

mencegah akan timbulnya karsinoma serviks uteri. Histeroktomi supra

vaginal hanya dilakukan apabila terdapat kesukaran teknis dalam

mengangkat uterus keseluruhan.

Pencegahan Tertier

Pencegahan tersier adalah upaya yang dilakukan setelah penderita

melakukan pengobatan. Umumnya pada tahap pencegahan ini adalah

berupa rehabilitasi untuk meningkatkan kualitas hidup dan mencegah

timbulnya komplikasi. Pada dasarnya hingga saat ini belum diketahui

penyebab tunggal yang menyebabkan mioma uteri, namun merupakan

gabungan beberapa faktor atau multifaktor. Tindakan yang dilakukan adalah

dengan meningkatkan kualitas hidup dan mempertahankannya. Penderita

pasca operasi harus mendapat asupan gizi yang cukup dalam masa

pemulihannya.

17

Page 18: tugas degeneratifQ

DAFTAR PUSTAKA

American Society For Reproductive Medicine, Uterine Fibroids : A Giude Fertil For Patiens, Available at : http//www. asrm.org

Anne Zimmermann, Prevalence, symptoms and management of uterine fibroids: an international internet-based survey of 21,746 women, BMC Women?’?s Health 2012

Brotohadi, Mioma Uteri, Departemen Obstetri dan Gynekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Richard Enrique Blake, Lelomyomata Uteri: Hormonal and Molecular Determinants of Growth, Original Communication

Suwanto, Arif Rachman, Gambaran Mioma Uteri Di Rumah sakit Immanuel Bandung Periode Januari-Desember 2010, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha

Trivedi Prakash, Prediposing Factors For Fibroids and Outcome of Laparascopic Myomectomy in Infertility

William H. Parker, Etiology, symptomatology, and diagnosis of uterine myomas, Department of Obstetrics and Gynecology, UCLA School of Medicine, Los Angeles, California

Wiknjosastro, Hanifah, Ilmu Kandungan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Edisi Ke-2, Cetakan Ke-2, Jakarta,1997

18