Tugas Contoh Kasus Sengketa

5
DHESTIANA SULISTYANINGSIH 5125111026 TUGAS KASUS SENGKETA KONSTRUKSI Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Klaten di gugat Rp103,25 miliar KLATEN – Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Klaten di gugat oleh PT. Tirta Dhea Addonics Pratama. Gugatan sengaja dilayangkan oleh perusahaan yang berdomisili di Jakarta tersebut karena nama PT. Tirta Dhea Addonics Pratama telah dicatut untuk pengerjaan pembangunan Masjid Agung Tahap II. Tidak tanggung-tanggung, dalam kasus ini DPU Klaten digugat senilai Rp103,25 miliar. "Gugatan tersebut telah kami layangkan ke PN Jaksel dengan no.212/Pdt.G/2014/PN.JKT Sel, pada tanggal 11 April 2014," kata Direktur Utama PT. Tirta Dhea Addonics Pratama, RA. Sutrisno KGA, Minggu (20/4). Sutrisno menceritakan, gugatan ini dilayangkan karena perusahaannya telah di black-list atas keterlambatan kerja yang tidak pernah dilaksanakannya. Akibatnya, perusahaan Sutrisno tersebut harus digugurkan saat ikut sebagai peserta lelang proyek anggaran 2014 pembangunan Jalan RTA Milono di Palangkaraya, Kalimatan Tengah. Dan setelah dilakukan penelusuran, ternyata yang memblack-list adalah DPU Klaten.

description

tugas aspek hukum konstruksi

Transcript of Tugas Contoh Kasus Sengketa

DHESTIANA SULISTYANINGSIH

DHESTIANA SULISTYANINGSIH5125111026TUGAS KASUS SENGKETA KONSTRUKSI

Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Klaten di gugat Rp103,25 miliar

KLATEN Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Klaten di gugat oleh PT. Tirta Dhea Addonics Pratama. Gugatan sengaja dilayangkan oleh perusahaan yang berdomisili di Jakarta tersebut karena nama PT. Tirta Dhea Addonics Pratama telah dicatut untuk pengerjaan pembangunan Masjid Agung Tahap II. Tidak tanggung-tanggung, dalam kasus ini DPU Klaten digugat senilai Rp103,25 miliar."Gugatan tersebut telah kami layangkan ke PN Jaksel dengan no.212/Pdt.G/2014/PN.JKT Sel, pada tanggal 11 April 2014," kata Direktur Utama PT. Tirta Dhea Addonics Pratama, RA. Sutrisno KGA, Minggu (20/4).Sutrisno menceritakan, gugatan ini dilayangkan karena perusahaannya telah di black-list atas keterlambatan kerja yang tidak pernah dilaksanakannya. Akibatnya, perusahaan Sutrisno tersebut harus digugurkan saat ikut sebagai peserta lelang proyek anggaran 2014 pembangunan Jalan RTA Milono di Palangkaraya, Kalimatan Tengah. Dan setelah dilakukan penelusuran, ternyata yang memblack-list adalah DPU Klaten."Setelah melacak ke LKPP, yang memasukkan black list terhadap perusahaan kami adalah DPU Klaten atas pengerjaan Masjid Agung. Padahal, kami sebagai pemilik perusahan tidak pernah dilibatkan. Ternyata, DPU Klaten membuat penawaran atas nama PT kami dan tidak atas sepengetahuan kami. Surat menyurat dan uang tidak pernah masuk ke perusahaan kami," tambah Sutrisno.Lebih lanjut Sutrisno menjelaskan, pihaknya telah mengantongi sejumlah bukti dan melaporkan gugatan tersebut ke PN Jaksel. Gugatan tersebut melaporkan dua tergugat, yaitu LKPP, dan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) DPU Klaten."Kami dirugikan secara materiil dan imateriil akibat tindakan mereka. Dengan di black-list, kami tidak bisa bekerja. Padahal dalam satu tahun, omzet kami mencapai Rp1 trilyun. Oleh sebab itu, kami menuntut kedua pihak sebesar Rp103,25 miliar," papar Sutrisno.Menanggapi hal tersebut, Kepala DPU Klaten, Tadjudin Akbar dan Kabid Cipta Karya DPU Klaten, Ahmad Wahyudi, selaku Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) pekerjaan pembangunan Masjid Agung Klaten, belum bisa memberikan konfirmasi. Saat dihubungi wartawan, ponselnya tidak diangkat.Sekedar untuk diketahui, pembangunan Masjid Agung sudah dilakukan dua tahap dengan menelan biaya Rp13,4 miliar dan Rp29,3 miliar. Dan tahun ini merupakan pembangunan tahap ketiga dengan anggaran senilai Rp14,3 miliar.Sumber berita : http://www.indopos.co.id/2014/04/dpu-klaten-digugat-rp10325-miliar.html

Tanggapan saya tentang kasus diatas :Menurut saya ini adalah salah satu kasus yang cukup wow yang terjadi di wilayah pemkab Klaten, karena sebagai salah satu warga Klaten saya yakin pembangunan Masjid Agung ini adalah proyek besar yang ada di Klaten.Membaca kasus ini saya cukup heran, bagaimana bisa perusahaan yang menangani pembangunan Masjid Agung ini tidak mengetahui sama sekali jika perusahaannya mendapatkan proyek ini. Yang menjadi pertanyaan saya adalah Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Klaten, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) DPU Klaten. dan PT. Tirta Dhea Addonics Pratama bagaimana bisa proyek sebesar ini bisa gol jika salah satu pihak yang memenangkannya tidak tahu menahu tentang keberadaan proyek ini. Dalam pemikiran saya mungkinkah terjadi permainan dalam proyek ini, sehingga terjadi kasus ini yang telah merugikan banyak pihak, mulai dari Dinas dinas yang terkait, PT. Tirta Dhea Addonics Pratama maupun masyarakat Klaten sendiri. Jika bukan PT. Tirta Dhea Addonics Pratama yang mengerjakan pembangunan Masjid Agung Klaten ini lalu selama ini yang mengerjakan siapa? Mungkinkah anak perusahaanya atau perusahaan lain yang menggunakan nama PT. Tirta Dhea Addonics PratamaKasus ini masih berjalan proses hukumnya jadi penyelesaian dari kasus ini sangat dinantikan untuk mengetahui siapakah yang benar dan siapa yang salah dan bagaimana nanti kelanjutan dalam pembanguan Masjid Agung ini.