BAB IV HASIL PENELITIAN - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/6712/7/Bab 4.pdfMeperhatikan hal...
-
Upload
trinhquynh -
Category
Documents
-
view
214 -
download
0
Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/6712/7/Bab 4.pdfMeperhatikan hal...
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Harta bersama antara suami istri pada umumnya menjadi persoalan yang
diperdebatkan apabila hubungan perkawianan itu sudah terputus, putusnya
hubungan perkawinan dapat disebabkan oleh kematian, perceraian, dan juga
putusan pengadilan. Berdasarkan sebab terputusnya perkawinan tersebut, tuntutan
pembagian harta bersama oleh suami maupun istri dikelompokkan menjadi dua
yaitu pembagian harta bersama akibat terjadinya perceraian, baik cerai talak
maupun cerai gugat yang biasa disebut dengan istilah cerai hidup dan pembagian
harta bersama akibat terjadinya kematian dari salah satu pihak suami ataupun istri
yang biasa disebut cerai mati.
Penerapan pembagian harta bersama akibat putusnya hubungan perkawinan
karena cerai hidup pada umumnya tidak begitu menimbulkan persoalan, hal ini
disebabkan oleh beberapa hal diantaranya :
1. Suami istri yang telah bercerai pada umumnya akan berusaha memilih
jalan damai
2. Pembuktian terkait harta bersama dapat dilakukan oleh kedua belah pihak
dengan mudah
3. Belum ada pihak ketiga yang ikut memperebutkan pembagian harta
bersama diantara suami dan istri yang telah bercerai
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
100
Sehingga pembagian harta bersama dapat dilakukan sesuai dengan ketentuan
pasal 97 KHI, yang menyatakan pembagiannya dilakukan secara berimbang yaitu
setengah bagian untuk suami dan setengah bagian untuk istri. Lain halnya
pembagian harta bersama dalam keadaan cerai mati, dalam masalah ini bisa
timbul berbagai masalah yang memerlukan kearifan tersendiri dalam
menyelesaikannya.
Pembagian harta bersama karena cerai mati bisa menjadi rumit, dikarenakan
munculnya pihak ketiga sebagai ahli waris, disamping itu pada umumnya
masyarakat merasa tabu untuk segera membagi harta bersama antara janda atau
duda dengan anak-anak mereka. Penundaan pembagian harta bersama akibat cerai
mati akan semakin mempersulit pembagian harta bersama yang ada, karena bukti-
bukti tentang kepemilikan harta bersama bisa saja hilang, dialihkan
kepemilikannya atau bahkan dimanipulasi oleh pihak-pihak yang tidak
bertanggung jawab.
Meperhatikan hal diatas, maka dalam tesis ini akan dikemukakan contoh
kasus sengketa harta bersama akibat cerai mati yang terjadi di Desa Mulyorejo
Juana Pati dengan duduk perkara sebagai berikut :
Pada tahun 2002 sorang laki-laki bernama Santoso umur 27 tahun dengan
alamat Desa Karang Rejo Kec. Juana Kab Pati yang berprofesi sebagai
Wiraswasta, menikah dengan seorang wanita bernama Purwaningsih berprofesi
sebagai Ibu rumah tangga Umur 23 Tahun dengan alamat Desa Mulyorejo Kec.
Juana Kab Pati. Setelah menikah kedua orang tersebut menetap di Desa
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
101
Mulyorejo Juana Pati, pada tahun 2005 Santoso dan Purwaningsih memiliki
seorang anak yang diberi nama Malfino Candra Winata. Kemudian pada tahun
2012 Santoso meninggal dunia, dengan ahli waris sebagai berikut, istri, anak laki-
laki, saudara laki-laki dan ayah.
Sejak awal menikah sampai meninggal dunia harta kekayaan yang dihasilkan
oleh Santosa dijadikan satu dengan harta hasil kerja istrinya tanpa dibedakan
mana harta hasil kerja suami maupun istri. Berdasarkan keterangan yang penulis
dapatkan dari kakeknya Malfino Candra Winata, pada saat Santoso meninggal
dunia tahun 2012, terdapat beberapa harta benda tidak bergerak maupun bergerak
sebagai berikut :
1. Benda tidak bergerak
a. Sebidang tanah seluas 300 m² (tiga ratus meter persegi) diatasnya telah
dibangun sebuah rumah berukuran 12 x 14 m yang terletak di Gang
Flamboyan II RT. 06 RW. 01 No. 69 Kelurahan Mulyo Rejo dengan
batas-batas sebagai berikut: -
1) Sebelah Utara berbatasan dengan Sutoyo; -
2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Jalan;
3) Sebelah Timur berbatasan dengan Hery;
4) Sebelah Barat berbatasan dengan tanah kosong berukuran 200 m²
(dua ratus meter persegi) atas Mohd.Tamrin S.;-
b. Sebidang tanah seluas 15.000 m² yang diatasnya ditanami pohon Tebu
dengan batas-batas sebagai berikut: -
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
102
1) Sebelah utara berbatasan dengan tanah Narlan; -
2) Sebelah selatan berbatasan dengan Tanah Sumiati
3) Sebelah timur berbatasan dengan Tanah Abidin
4) Sebelah barat berbatasan dengan jalan;
2. Benda Bergerak
a. Mobil Kijang Inova Tahun 2010
b. Sepeda Motor tiger tahun 2003
Harta bersama dan harta peninggalan Santoso tidak segara dibagi karena
mempertimbangakan anak Santoso yaitu Malfino Candra Winata masih kecil,
harta tersebut akan dibagi setelah Malfino Candra Winata dewasa. Namun
masalah baru kemudian muncul setelah Ibu kandung Malfino Candra Winata
meninggal pada tahun 2014, dengan ahli waris diantaranya, Anak laki-laki, ayah,
ibu.1
Setelah ibu kandung Malfino Candra Winata meninggal, disinalah mulai
muncul permasalahan yang semakain rumit. Karena terdapat harta bersama
sekaligus harta warisan dari orang tua kandung Malfino Candra Winata yang
belum dibagi, dan juga terdapat harta warisan dari ibu Malfino Candra Winata
yang diperebutkan antara ahli waris yang ada, padahal harta tersebut masih
bercampur dengan harta bersama.
A. Pembagaian Harta bersama menurut Mazhab Syafii
1 Mustari, Wawancara, Rumah Mustri desa Mulyorejo Juana Pati, 23 Desember 2014,.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
103
Perkara perdata merupakan bagian dari hukum privat, suatu perkara perdata
akan diproses di pengadilan apabila pihak-pihak yang dirugikan mengajukan
gugatan. Proses penyelesaian perkara perdata secara umum dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu : mediasi dan Litigasi.
Harta bersama akibat cerai mati merupakan salah satu bagian dari perkara
perdata yang proses penyelesaiannya dapat dilakukan melalui mediasi dan litigasi,
proses mediasi dalam penyelesaian kasus perdata merupakan alternatif yang
dianjurkan dalam al Qur’an. Hal ini ditegaskan dalam surat an Nisa’ Ayat 35
ها إن ن أهل ا م حكم ه و ن أهل ا م ثوا حكم ع ابـ ا ف هم ن ي ن خفتم شقاق بـ إ ا إن الله و هم نـ يـ فق الله بـ و صالحا يـ ريدا إ يا ير ا خب يم كان عل
“Dan jika kamu khawatir ada persengketaan antar keduanya, maka kirimkanlah seorng Hakam (juru damai), dari keluarga laki-laki dan seorang Hakam dari keluarga perempuan. Jika kedua orang Hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami istri itu. Sesungguhnya allah maha mengetahui lagi maha mendengar”2.
Kandungan ayat diatas secara umum memberikan anjuran untuk
menyelesaiakan permasalahan dalam suatu perkawinan dengan cara kekeluargaan,
bila kedua belah pihak tidak mampu mendapatkan solusi yang baik, hendaklah
menunjuk seorang mediator yang akan membantu penyelesaian perkara yang
disengketakan.
Solusi yang ditawarkan dalam ayat al Qur’an diatas dapat diterapkan dalam
penyelesaian sengketa harta bersama, hal ini dikuatkan dengan salah satu
pendapat yang dikemukakan oleh Abd al Rahman seorang mufti Hadramaut yang
2 al Qur’an, 8: 35. Terjemah Departemen Agama RI, (Bandung, Juma>natu al ‘Ali Art, 2004). 84.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
104
bermazhab syafii, bahwa harta bersama yang dihasilkan oleh suami maupun istri
dalam suatu ikatan perkawinan merupakan bentuk al ma>l al mushtarak yang
penyelesaiannya dapat dilakukan dengan menggunakan metode sulh.3 Terkait
dengan terjadinya perselisihan pembagian harta benda diantara suami dan istri al-
Ma>wardy dalam kitab al-Ha>wi mengutip perkataan Imam Syafii sebagi berikut :
ا فرق تـ ل أن يـ انه قـب سكن ت ي ي اع البـ ت ف الزوجان في م ل ا اختـ ذ إ ا قال الشافعي رضي اهللا عنه: " و عد م أو بـا هم تـ ثـ ر ك و ل ف في ذ ل خت ي ا فـ وتان أو أحدهم م ا أو ي ا أو ألحدهم لهم ت ي ا كان الـب فرق ى تـ ة عل يـن ام بـ ن أق م ف
عذر أ اس الذي ال ـي ي الق ة ف ن يـ م ـب ق إن لم ي اع شيء فـهو له و ت اع أن هذا الم جم ى اإل ه عل ة عن حد عندي بالغفلصفين ا ن هم نـ يـ ا فـهو بـ ا جميع ديهم ٤بأي
Imam Syafii R.A berkata : Bila diantara suami dan istri terjadi perselisihan tentang kepemilikan harta benda sebelum atau setelah terjadi perceraian, atau dalam hal suami dan istri meninggal dunia kemudian terjadi perselisihan kepemilikan harta benda dengan ahli warisnya, maka orang yang memiliki bukti terhadap kepemilikan harta yang diperselisihkan dianggap sebagi pemiliknya. Namun bila keduanya tidak memiliki bukti maka harta benda tersebut dibagi sama rata.
Pendapat Imam Syafii yang dikutip oleh al-Ma>wardy diatas dengan tegas
menyatakan bahwa peran pembuktian dalam hal terjadinya sengketa harta
bersama diantara suami dan istri adalah sangat penting, karena dengan adanya alat
bukti dapat diputuskan siapa sebenarnya yang dianggap sebagai pemilik harta
yang diperselisihkan. Namun bila keduanya tidak mampu mnunjukkan alat bukti
yang menguatkan kepemilikan terhadap harta yang diperselisihkan maka status
harta tersebut dianggap sebagai al Ma>l al Musytarak (Harta yang tercampur
3 Abd al Rahman ibn Muhammad ibn Husyn ibn ‘Umar, Bughyah al Mustar shidyn, (t.t,Da>r Ihya>’ al Kutub al ‘Arabyyah, t.th), 159. 4 Abuw al Hasan ‘ala Ibn Muhammad Ibn Muhammad Ibn Habi>b al Bashory al Bagda>dy al Shahir bi al Ma>wardy, al Ha>wy al Kabi>r, (Bairut, Da>r al Kutub al ‘ilmiyah, 1999) juz 17. 408
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
105
dengan tanpa bisa dibedakan kepemilikannya). Oleh karena itu dalam pembagian
harta bersama akibat cerai mati seperti contoh kasus yang terjadi di Desa
Mulyorejo diatas dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
1. al Sulkh
2. al Fara>id}
Pembagaian harta bersama dengan menggunakan cara sulkh merupakan cara
pembagian yang paling mudah dan menghemat waktu serta tidak berpostensi
menimbulkan polemik baru dikemudian hari, hal ini disebabkan karena cara
pemecahan masalah dengan menggunaklan metode sulkh lebih mengedepankan
sisi perdamain dan kekeluargaan.
al Sulh} secara etimologi diartikan dengan memutus permusuhan, sedangkan
al Sulh} dalam terminologi fiqh diartikan dengan suatu perikatan yang dilakukan
untuk memutus permusuhan yang telah terjadi5
Sulkh secara garis besar dibagi menjadi tiga macam yaitu :
1. Sulh } al ibra>’ yaitu perikatan perdamian yang dilakukan dengan cara
memberikan sebagian hak yang dipersengketakan dan menetapkan
sebagian dari hak tersebut, misalkan terjadi persengketaan terkait jumlah
hutang antara dua orang yang bersengketa, orang yang menghutangi
mengaku jumlah piutang adalah satu juta rupiah sedangkan orang yang
berhutang mengaku lima ratus ribu rupiah. Bila kemudian orang yang
5 Muhammad ib Qa>sim ibn Muhammad ibn Muhammad Abw Abd Allah Shamsu al diyn al Ghazy, Fathu al Qari>b al Muji>yb fi Sharhi Alfa>z} al Taqri>yb, (Bairut, Da>r Ibn h}azm, 2005)., 175.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
106
menghutangi bersedia mengurangi hak yang dimilikinya dan beralih
pada sebagian hak tersebut maka ini disebut dengan Sulh } al ibra>’.
2. Sulh al Mu’a>wad}ah yaitu perikatan perdamain yang dilakukan dengan
cara menukarkan hak kebendaan yang dipersengketakan dengan suatu
hak kebendaan yang lain,
3. Sulh al H}at}yt}ah yaitu perikatan yang dilakukan dengan cara mengurangi
sebagian hak yang dimiliki untuk menempuh kesepakatan perdamaian
antara dua orang yang bersengketa.6
Berdasarkan pendapat dalam mazhab Syafii diatas, maka penyelesaian
sengketa harta bersama dalam contoh kasus yang telah penulis sebutkan dapat
dilakukan dengan mengkombinasikan prinsip Sulh dan prinsip pembagian harta
warisan dalam ilmu fara>id}, prinsip Sulh diterapkan dalam rangka meminimalisasi
kemungkinan timbulnya persengketaan dikemudian hari antara istri yang telah
ditinggal mati suaminya dengan ahli waris yang lain, yang mana penetapan harta
bersama akibat cerai mati dapat menimbulkan prasangka dari ahli waris bahwa
penetapan tersebut telah mengurangi hak waris yang seharusnya diterima.
Untuk memudahkan proses pembagian harta bersama dan pembagian harta
warisan yang masih tercampur menjadi satu seperti contoh kasus diatas, maka
perlu dilakukan beberapa hal yaitu :
1. Melakukan inventarisasi seluruh harta yang dimiliki oleh suami sejak
pertama kali menikah sampai dengan meninggal
6 Ibid, 176.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
107
2. Mengumpulkan seluruh ahli waris yang ada untuk melakukan penetapan
harta bersama, kemudian harta bersama tersebut dibagi dengan
menggunakan prinsip Sulh, sebagian untuk istri dan sebagain lagi untuk
suami7 dan selanjutnya harta bersama bagian suami dan istri yang telah
meninggal dunia menjadi harta peninggalan yang akan diwaris oleh ahli
waris yang ada.
3. Melunasi hutang yang ditinggalkan oleh pasangan suami istri tersebut saat
keduanya masih hidup. Bila hutang yang ada adalah hutang bersama maka
pelunasannya diambilkan secara berimbang dari masing-masing bagian
harta bersama suami istri yang telah dibagi.
4. Membagi harta peninggalan suami dengan menggunakan hukum waris
islam, dan memperkirakan bagian istri dari harta wrisan tersebut
seandainya masih hidup.
5. Menetapkan harta peninggalan istri yaitu harta bersama yang menjadi
bagiannya ditambah dengan warisan yang diperoleh dari suaminya yang
telah meninggal.
6. Menetapkan ahli waris istri dan membagi harta peninggalannya sesuai
dengan hukum waris Islam.
7 Pembagian harta bersama menggunakan metode sulh dengan konsepsi dibagi dua secara berimbang adalah metode pembagian yang paling mudah dan harus mendapatkan persetujuan dari semua ahli waris yang ada, apa bila ahli waris tidak setuju dengan cara pembagian tersebut, maka dilakukan pembagian sesuai dengan kesepakatan yang tercapai. Bisa dengan formulasi ¾ dan ¼ atau pun yang lainnya sesuai dengan sistem pembagian harta bersama yang telah disepakati.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
108
Berdasarkan penjelasan diatas, maka rincian pembagian harta bersama dan
harta warisan dalam contoh kasus diatas adalah membagi menjadi dua bagian
beberapa objek yang diantaranya :
1. Sebidang tanah seluas 300 m² (tiga ratus meter persegi) diatasnya telah
dibangun sebuah rumah berukuran 12 x 14 m yang terletak di Gang
Flamboyan II RT. 06 RW. 01 No. 69 Kelurahan Mulyo Rejo.
2. Sebidang tanah seluas 15.000 m² yang diatasnya ditanami pohon tebu.
3. Mobil Kijang Inova Tahun 2010.
4. Sepeda Motor tiger tahun 2003.
Untuk memudahkan pembagian objek tersebut, perlu dilakukan penaksiran
harga masing-masing objek. Berdasarkan keterangan dari orang tua kandung
Purwaningsih objek nomor 1 dan 2 ditaksir memiliki harga Rp 1.5000.000.000,
sedangkan objek no 3 dan 4 ditaksir memiliki nilai Rp 210.000.000, dari
keterangan tersebut jumlah total nilai objek harta bersama adalah Rp
171.000.000.000,. Jumlah total tersebut kemudian dibagi menjadi dua, hasilnya
yaitu Rp 855.000.000., menjadi harta peninggalan Santoso. Harta peninggalan
Santoso kemudian dibagi ke ahli waris yang ada dengan menggunakan hukum
kewarisan islam dengan perincian, Ayah (orang tua Santoso) mendapat bagian Rp.
142.500.000,. Istri Santoso mendapat bagian Rp.106.875.000,. sedangkan Anak
laki-laki yaitu Malfino mendapatkan bagian Rp. 605.625.000
Sedangkan seperdua harta bersama yaitu Rp 855.000.000 menjadi hak pribadi
Purwaningsih yang kemudian akan ditambah dengan harta warisan yang diperoleh
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
109
dari suaminya yaitu RP. 106.875.000. Selanjutnya jumlah total dari harta tersebut
akan menjadi harta peninggalan yang akan diwaris oleh ahli waris Purwaningsih,
dengan perincian Ayah (orang tua Purwaningsih) mendapat bagian Rp.
160.312.500, Ibu (orang tua Purwaningsih) mendapat bagian Rp. 160.312.500
sedangkan Anak laki-laki yaitu Malfino mendapatkan bagian Rp. 641.250.000,.
B. Pembagian Harta Besama dalam KHI.
Pembagian harta bersama dalam KHI tentu tidak dapat dipisahkan dari
ketentuan hukum acara perdata, dan proses berperkara diperadilan. Untuk itu
perlu kiranya dijelaskan bagaimana tatacara berperkara diperadilan, tahapan
berperkra diperadilan digambarkan dengan bagan dibawah ini :
Tabel 4.1
Sekema penerimaan perkara di Pengadilan Agama
Ketua PA
Penggugat Panitera
Majelis Hakim & Panitera sidang
Wakil Panitera
Kepaniteraan Gugat
Meja I Kasir Meja II
Penggugat Tergugat
Institusi terkit (PPN,PPAI Pihak Ketiga dll)
Pend
ataa
n ar
sip d
an la
pora
n
Meja III
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
110
1. Proses penerimaan perkara di pengadilan Agama
Alur penerimaan perkara dipengadilan Agama digambarkan dalam bagan
diatas dengan penjelasan sebagai berikut :
a. Calon penggugat atau kuasa hukumnya menghadap kemeja I untuk
mengajukan surat gugatan, surat gugatan dan salinannya setelah diterima
oleh meja I selanjutnya akan diberikan jumlah panjar biaya perkara dan
dibuatkan surat kuasa untuk membayar (SKUM), setalah mendapat surat
kuasa untuk membayar, calon penggugat menuju Kasir yang masih dalam
kelompok meja I, setelah kasir menerima panjar biaya perkara selanjutnya
oleh kasir surat kuasa untuk membayar (SKUM) tersebut ditandatangani
dan diberi nomor dan tanda lunas.
b. Calon penggugat setelah selesai dimeja I kemudian menuju meja II, dimeja
II gugatan tersebut kemudian diberi nomor perkara sesuai dengan nomor
surat kuasa untuk membayar (SKUM) dan dicatat dalam buku register,
setelah dicatat dalam buku register salinan surat gugatan tersebut
diserahkan kepada penggugat dan segera mengatur berkas perkara dan
menyerahkan kepada Ketua Pengadilan melalui Panitera dan atau Wakil
Panitera.
c. Setelah berkas perkara diterima oleh Ketua Pengadilan, berkas tersebut
akan dipelajari dan kemudian membuat penetapan majelis hakim (MPM).
Setelah Ketua membuat penetapan majelis hakim kemudian
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
111
memerintahkan pada Panitera untuk menunjuk panitera sidang dan
mensekaligus menyerahkan berkas perkara kepada majelis hakim.
d. Majelis hakim setelah menerima berkas perkara, kemudian membuat
penetapan hari sidang dan memerintahkan pemanggilan para pihak oleh
jurusita, setelah para pihak dipanggil oleh jurusita, majelis hakim
kemudian menyidangkan perkara dan sekaligus membuat putusan terhadap
perkara, setelah memperoleh titik terang kebenaran dalam perkara tersebut
melalui proses pembuktian. Kemudian majelis hakim memberitahukan
kepada meja II dan kasir terkait tugas yang mereka miliki.
e. Setalah meja II mendapat pemberitahuan dari majelis hakim kemudian
berkas yang telah diputus tersebut diterima oleh meja III yang selanjutnya
isi dari putusan tersebut diberitahukan kepada para pihak melalui jurusita.
Kemudian menetapkan kekuatan hukum terhadap perkara tersebut.
f. Setelah berkas dijahit kemudian diserahkan kepada Panitera Muda Hukum
uintuk dilakukan pendataan dan menelaporkan sekaligus mengarsipkan
perkara yang telah mendapatkan ketetapan hukum.
2. Formulasi gugatan
Berdasarkan ketentuan pasal 118 HIR gugatan harus diajukan dengan surat
permintaan8, bentuk surat permintaan dalam pasal tersebut memang tidak
dijelaskan bentuk formilnya, namun setidaknya berdasarkan ketentuan pasal
tersebut surat gugatan harus berisi hal-hal sebagai berikut :
8 R. Soesilo, RIB/HIR dengan penjelasannya, (Bandung, Pt. Karya Nusantara, t.th),. 76.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
112
a. Dibuat dalam bentuk tertulis atau disampaikan secara lisan kepada Ketua
Pengadilan yang selanjutnya dibuat dalam bentuk tertulis
b. Menyebutkan dengan jelas identitas penggugat dan tergugat dilengkapi
dengan tempat kelahiran, alamat lengkap, pekerjaan sehingga dapat
diketahui dengan jelas masing-masing identitas penggugat dan tergugat.
c. Surat gugatan harus memuat gambaran yang jelas mengenai duduknya
persoalan yang biasa disebut dengan posita.
d. Gugatan harus memuat petitum yaitu hal-hal yang dimintakan oleh
penggugat agar diputuskan
e. Memiliki tanggal yang jelas dan ditandatangani oleh penggugat atau
wakilnya yang telah mendapatkan kuasa dari pihak penggugat9
Setelah surat gugatan dibuat selanjutnya surat gugatan tersebut
didaftarkan kepanitera Pengadilan Negeri atau Agama, kemudian membayar
persekot biaya perkara sebagaimana yang ditentukan dalam pasal 121 (4) HIR.
Besarnya persekot yang harus dibayar oleh penggugat ini tergantung dari sifat
dan macamnya perkara, untuk uang muka tersebut untuk penggugat atau
kuasanya diberi kwitansi tanda penerimaan uang yang resmi.
3. Pembuktian dalam perkara perdata
Pembuktian dalam perkara perdata diindonesia tidak terlepas dari buku
keempat KUHPerdata yang mengatur mengenai pembuktian dan daluwarsa, selain
KUHPerdata masalah pembuktian perkara perdata di Indonesia juga diatur dalam
9 Retnowulan sutanto, Iskandar Oerip kartawinata, Hukum Acara Perdata dalam Teori dan Praktek, (Bandung, Mandar Maju, 1997),. 15-17.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
113
Reglement Indonesia yang diperbarui, Staatsblad 1941 Nomor 44 (RIB) dan
didalam Reglemen Buiten Gewesten (RGB). Pembuktian dalam buku keempat
KUHPerdata adalah aspek meteriel dari hukum acara perdata, sedangkan
pembuktian dalam RIB dan RDS mengatur aspek formil dari hukum acara
perdata.
Macam-macam alat bukti dalam perkara perdata disebutkan dalam pasal 164
HIR yaitu :
a. Bukti surat
b. Bukti saksi
c. Prasangkaan
d. Pengakuan
e. Sumpah10
Bukti surat secara garis besar terdiri dari dua macam yaitu :
a. Akta authentik
b. Akta dibawah tangan
Pengaturan mengenai akta diatur dalam pasal 1867-1880 KUHPerdata
dan juga diatur dalam RIB dan RDS. Akta dibagi menjadi dua macam, yaitu
akta authentik dan akta dibawah tangan yang dijelaskan dalam pasal 1868
KUHPerdata, akta authentik merupakan suatu akta yang dibuat oleh atau
dihadapan pejabat umum yang menurut undang-undang ditugaskan untuk
membuat surat/akta tersebut ditempat mana akta itu dibuat. Sedangkan akta
10 R. Soesilo, RIB/HIR, 121.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
114
dibawah tangan merupakan akta yang tidak dibuat oleh atau dengan
perantara seorang pejabat umum, yang mana akta itu dibuat dan
ditandatanganai oleh kedua belah pihak yang mengadakan perjanjian dan
juga ditandatangani saksi-saksi perjanjian tersebut.11
Perbedaan dari dua surat diatas tergantung dari cara pembuatannya,
sehelai surat biasa dibuat tidak dengan maksud untuk dijadikan bukti.
Apabila kemudian hari surat itu dijadikan bukti, hal ini merupakan suatu
kebetulan saja. Sedangkan sehelai akta dibuat dengan sengaja untuk
dijadikan bukti, belum tentu bahwa akta itu pada suatu saat akan digunakan
sebagai bukti di persidangan. Akan tetapi suatu akta merupakan bukti bahwa
suatu peristiwa hukum telah dilakukan dan akta itu sebagai buktinya.12
Ketentuan pasal 1902 KUHPerdata bahwa dalam segala hal yang oleh
undang-undang diperintahkan untuk pembuktian dengan tulisan, namun itu
jika ada suatu permulaan pembuktian dengan tulisan, diperkenankan
pembuktin dengan saksi-saksi, kecuali jika setiap pembuktian lain selain
tulisan dikecualikan. Berdasarkan kontruksi pasal 1902 KUHPerdata, telihat
jelas bahwa bukti tulisan atau bukti dengan surat merupakan hal yang utama
dalam pembuktian perkara perdata, namun dalam hukum acara perdata
pembuktian dengan saksi sangat penting artinya, terutama untuk perjanjian-
perjanjian dalam hukum adat, dimana pada umumnya karena adanya saling
percaya mempercayai tidak dibuat sehelai surat pun.
11 Eddy O.S Hiariej, Teori & Hukum Pembuktian, (Jakarta, Penerbit Erlangga, 2012),. 82. 12 Kartawinata, Hukum Acara Perdata, 64.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
115
Pada dasarnya semua orang dapat menjadi saksi didepan pengadilan,
dalam pengertian ada kewajiban hukum untuk memberikan kesaksian di
muka hakim. Akan tetapi terdapat orang-orang yang menurut ketentuan
pasal 145 HIR tidak dapat didengar kesaksiannya yaitu :
a. Keluarga sedarah dan keluarga semenda menurut keturunan yang lurus
dari salah satu pihak
b. Suami atau istri dari salah satu pihak, meskipun telah bercerai
c. Anak-anak yang umurnya tidak diketahui dengan benar bahwa mereka
sudah berumur lima belas tahun
d. Orang gila, walaupun kadang-kadang ingatannya terang13
Begitu juga diperkenankan untuk orang-orang tertentu dikarenakan
satu atau lain hal untuk dibebaskan dari kewajibannya memberikan
kesaksian. Orang-orang tersebut adalah :
a. Seseorang yang ada pertalian kekeluargaan darah dalam garis samping
dalam derajat kedua atau semenda dengan salah satu pihak
b. Seseorang yang ada pertalian darah dalam garis lurus tidak berbatas
dan dalam garis samping dalam drajat kedua dengan suami atau istri
salah satu pihak
c. Seseorang yang karena kedudukannya, pekerjaannya atau jabatannya
menurut undang-undang, diwajibkan merahasiakan sesuatu, namun
13 R. Soesilo, RIB/HIR, 105.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
116
hanyalah semata-mata mengenai hal-hal yang pengetahuannya
dipercayakan demikian.14
Keabsahan saksi sebagai alat bukti jika kesaksian tersebut diberikan
dibawah sumpah. Artinya, setiap saksi diwajibkan, menurut cara agamanya,
bersumpah atau berjanji bahwa ia akan menerangkan hal yang sebenarnya.
Selain itu, kesaksian tersebut harus disampaikan didepan sidang pengadilan
yang dinyatakan terbuka untuk umum, kecuali undang-undang menentukan
lain.
Persangkaan-persangkaan digunakan apabila dalam suatu pemeriksaan
perkara perdata sukar untuk mendapatkan saksi yang melihat, mendengar
atau merasakan sendiri. Persangkaan-persangkaan ialah kesimpulan-
kesimpulan yang diambil berdasarkan undang-undang atau berdasarkan
pemikiran hakim dari suatu peristiwa. Dengan demikian terdapat dua
macam persangkaan, yaitu persangkaan menurut undang-undang yang
dikenal dengan istilah presumtio juris dan persangkaan yang tidak
berdasarkan undang-undang atau persangkaan berdasarkan fakta yang
disebut sebagai presumtio factie.15
Pengertian persangkaan hakim sesungguhnya amat luas. Segala
peristiwa, keadaan dalam sidang, bahan-bahan yang didapat dari
pemeriksaan perkara tersebut, kesemuanya itu dapat dijadikan bahan untuk
menyusun persangkaan hakim.
14 Hiariej, Teori & Hukum Pembuktian, 86. 15 Ibid, 89.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
117
Persangkaan undang-undang ialah persangkaan yang berdasarkan
suatu ketentuan undang-undang, dihubungkan dengan perbuatan-perbuatan
tertentu atau peristiwa-peristiwa tertentu. Persangkaan-persangkaan
semacam itu diantaranya :
a. Perbuatan yang oleh undang-undang dinyatakan batal, karena semata-
mata demi sifat dan ujudnya, dianggap telah dilakukan untuk
menyelundupi suatu ketentuan undang-undang
b. Hal-hal dimana oleh undang-undang diterangkan bahwa hak milik atau
pembebasan utang disimpulkan dari keadan-keadaan tetentu
c. Kekuatan yang oleh undang-undang diberikan kepada suatu putusan
hakim yang teelah memperoleh kekuatan mutlak
d. Kekuatan yang oleh undang-undang diberikan kepada pengakuan atau
kepada sumpah salah satu pihak
Ketentuan mengenai pengakuan diatur dalam pasal 174, 175, 176
HIR, Pengakuan dalam hukum acara perdata dibagi menjadi dua macam,
yaitu :
a. Pengakuan yang dilakukan didepan sidang
b. Pengakuan yang dilakukan di luar sidang16
Kedua macam pengakuan yang disebutkan diatas, satu sama lain
berbeda dalam nilai pembuktian. Menurut ketentuan pasal 174 HIR, bahwa
pengakuan yang diucapkan dimuka hakim menjadi bukti yang cukup untuk
16 R Soepomo, hukum acara Perdata Pengadilan Negeri, (Jakarta: Pt. Pradnya Paramita, 2005),. 69-71.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
118
memberatkan orang yang mengaku itu, baik pengakuan itu diucapkan
sendiri atau diucapkan oleh seorang yang dikuasakan untuki melakukannya.
Sedangkan pengakuan yang dilakukan diluar sidang dijelaskan oleh pasal
175 HIR yang berbunyi, bahwa diserahkan kepada pertimbangan dan
awasan hakim, akan menentukan kekuatan mana akan diberikannya kepada
suatu pengakuan dengan lisan yang diperbuat diluar hukum. Dengan
demikian pengakuan yang dilakukan di depan siding mempunyai kekuatan
bukti yang sempurna, sedangkan mengenai pengakuan diluar sidang prihal
penilaian terhadap kekuatan pembuktiannya, diserahkan kepada
kebijaksanaan hakim, atau dengan lain perkataan merupakan bukti bebas.
Hal ini terbukti bahwa hakim leluasa untuk memberikan kekuatan
pembuktian, atau pula menganggap sebagai bukti permulaan.
Sumpah memrupakan salah satu alat bukti yang terdapat dalam
perkara perdata, secara garis besar sumpah dibagi menjadi dua, yaitu
sumpah promisoir dan sumpah confirmatoir. Sumpah promisoir adalah
sumpah yang diucapkan oleh seseorang ketika akan menduduki suatu
jabatan atau ketika akan bersaksi di pengadilan. Sementara itu sumpah
confirmatoir adalah sumpah sebagai alat bukti.
Sumpah confirmatoir dibagi menjadi tiga, yaitu :
a. Sumpah supletoir, yaitu sumpah yang diperintahkan oleh hakim secara
ex officio. Sumpah ini tidak diwajibkan oleh undang-undang dan
pelaksanaannya diserahkan kepada pertimbangan hakim. Sumpah
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
119
suppletoir hanya dapat dilakukan jika alat bukti yang ada belum dapat
meyakinkan hakim. Artinya, sumpah suppletoir hanya boleh dilakukan
jika ada pembuktian permulaan terlebih dahulu.
b. Sumpah aestimatoir, yaitu sumpah yang dibebankan atau
diperintahkan oleh hakim kepada penggugat untuk menentukan
besarnya ganti rugi. Dengan demikian, sudah terbukti ada kerugian
dari pihak penggugat dan sudah ada penaksiran ganti kerugian, tetapi
kurang meyakinkan hakim. Hakim tidak wajib membebani penggugat
untuk melakukan sumpah aestimatoir, kekuatan sumpah aestimatoir
adalah sempurna, namun masih dimungkinkan adanya bukti lawan.
c. Sumpah decisoir, yaitu sumpah yang dilakukan atas permintaan satu
pihak kepada pihak lain. Sumpah decisoir juga dikenal dengan sumpah
pemutus karena sumpah tersebut akan menentukan menang kalahnya
penggugat atau tergugat. Sumpah decisoir hanya dapat dilakukan jika
tidak ada alat bukti apapun dan tidak dimungkinkan bukti lawan.
Kekuatan pembuktian sumpah decisoir adalah sempurna dan
menentukan sehingga merupakan senjata pamungkas. Tegasnya,
sumpah decisoir sebagai alat bukti berlaku adagium siapa yang
mengucapkan sumpah, dialah yang dimenangkan.17
4. Proses pemeriksaan sidang
17 Hiariej, Teori & Hukum Pembuktian, 92.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
120
Pemeriksaan dalam persidangan, dilakukan setelah melalui proses
pemanggilan pihak-pihak yang berperkara dan telah ditetapkan jadwal
pelaksanaan sidang beserta majlis hakim yang akan menyidangkan perkara
tersebut. Proses pemeriksaan sidang secar garis besar terdiri dari :
a. Pemeriksaan identitas penggugat maupun tergugat
Setelah hakim membuka sidang serta menyatakan terbuka untuk umum,
hakim ketua memeriksa identitas pihak-pihak yang berperkara dengan cara
melakukan validasi identitas yang terdapat dalam surat gugatan dengan
bertanya pada pihak-pihak yang berperkara mengenai nama lengkap,
tempat lahir, umur, atau tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat
tinggal, agama dan pekerjaan.
b. Melakukan mediasi terhadap perkara yang sedang disidangkan
Dalam perkara perdata pada umumnya setiap permulaan sidang, sebelum
pemeriksaan perkara, hakim wajib mengusahakan perdamaian antara para
pihak berperkara (Pasal 154 R.Bg), kemudian apabila tidak tercapai damai
dilanjutkan dengan mediasi (sesuai PERMA No. 1 Tahun 2008). Mediasi
yang dilakukan oleh hakim selama perkara tersebut sedang diperiksa
diamanatkan oleh ketentuan pasal 130 HIR ayat 1., dimana ketentuan pasal
tersebut mengharuskan hakim untuk mendamaikan kedua belah pihak.
Bahkan usaha perdamaian itu dapat dilakukan sepanjang proses berjalan,
juga dalam taraf banding oleh pengadilan tinggi. Apabila hakim berhasil
mendamikan kedua belah pihak yang berperkara, lalu dibuatkan akta
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
121
perdamaian dan kedua belah pihak dihukum untuk mentaati isi dari akta
perdamaian tersebut.
Akta perdamaian mempunyai kekuatan seperti suatu putusan hakim yang
biasa yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap (in kracht van
gewijsde), apabila ternyata terdapat pihak yang tidak dengan sukarela
memenuhi kewajiban hukumnya, maka eksekusi dilakukan dengan secara
paksa. Oleh karena perdamaian bersifat “mau sama mau” dan merupakan
persetujuan antara kedua belah pihak, maka terhadap putusan perdamain
itu menurut ketentuan pasal 130 HIR ayat 3., yang bersangkutan tidak
diperkenankan uhntuk mengajukan banding atau kasasi.
c. Pembacaan surat gugatan.
Sebelum surat gugatan/permohonan dibacakan, jika perkara perceraian,
hakim wajib menyatakan sidang tertutup untuk umum, sementara perkara
perdata umum sidangnya selalu terbuka.
Surat gugatan/permohonan yang diajukan ke Pengadilan Agama itu
dibacakan oleh Penggugat/Pemohon sendiri atau salah seorang majelis
hakim, dan sebelum diberikan kesempatan oleh majelis hakim kepada
Tergugat/Termohon memberikan tanggapan/jawabannya, pihak
Penggugat/Pemohon punya hak untuk mengubah, mencabut, atau
mempertahankan isi surat gugatan/permohonannya tersebut. Apabila
Penggugat/Pemohon menyatakan tetap tidak ada perubahan dan tambahan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
122
dalam gugatan/permohonannya itu kemudian persidangan dilanjutkan ke
tahap berikutnya.
d. Jawaban tergugat/termohon.
Setelah gugatan/permohonan dibacakan, Tergugat/Termohon diberi
kesempatan mengajukan jawabannya, baik ketika sidang hari itu juga
maupun sidang berikutnya. Jawaban Tergugat/Termohon dapat
disampaikan secara tertulis atau lisan (Pasal 158 ayat (1) R.Bg). Pada
tahap jawaban ini, Tergugat/Termohon dapat pula mengajukan eksepsi
(tangkisan) atau rekonpensi (gugatan balik) tanpa perlu membayar panjar
biaya perkara (biaya dibebankan pada Pemohon/Penggugat).
e. Replik penggugat/pemohon.
Setelah Tergugat/Termohon menyampaikan jawabannya, kemudaian si
Penggugat/Pemohon diberi kesempatan untuk menaggapinya sesuai
dengan pendapat Penggugat/Pemohon. Pada tahap ini mungkin
Penggugat/Pemohon tetap mempertahankan gugatan/permohonannya atau
bisa pula mengubah sikap dengan membenarkan jawaban/bantahan
Tergugat/Termohon.
f. Duplik tergugat/termohon.
Setelah Penggugat/ Pemohon menyampaikan repliknya, kemudian
Tergugat/ Termohon diberi kesempatan untuk menanggapinya/
menyampaikan dupliknya. Tahapan ini dapat diulang-ulang sampai ada
titik temu antara Penggugat/ Pemohon dengan Tergugat/ Termohon.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
123
Apabila acara jawab menjawab dianggap cukup oleh Hakim, dan masih
ada hal-hal yang tidak disepakati oleh kedua belah pihak, maka hal ini
dilanjutkan dengan acara pembuktian.
g. Pembuktian.
Pada tahap ini, Penggugat/Pemohon dan Tergugat/Termohon diberi
kesempatan yang sama untuk mengajukan bukti-bukti, baik berupa
bukti surat maupun saksi-saksi secara bergantian yang diatur oleh hakim.
h. Kesimpulan para pihak.
Pada tahap ini, baik Penggugat/Pemohon maupun Tergugat/Termohon
diberi kesempatan yang sama untuk mengajukan pendapat akhir yang
merupakan kesimpulan hasil pemeriksaan selama sidang berlangsung
menurut pandangan masing-masing. Kesimpulan yang disampaikan ini
dapat secara lisan maupun secara tertulis.
i. Musyawarah majelis hakim.
Rapat Permusyawaratan Majelis Hakim bersifat rahasia (Pasal 19 ayat (3)
UU No. 4 Tahun 2004). Dalam rapat permusyawaratan majelis hakim,
semua hakim menyampaikan pertimbangannya atau pendapatnya baik
secara lisan maupun tertulis. Jika terdapat perbedaan pendapat, maka
diambil suara terbanyak, dan pendapat yang berbeda tersebut dapat dimuat
dalam putusan (dissenting opinion).
j. Putusan hakim.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
124
Setelah selesai musyawarah majelis hakim, sesuai dengan jadwal sidang,
pada tahap ini dibacakan putusan majelis hakim. Setelah dibacakan
putusan tersebut, Penggugat/Pemohon dan Tergugat/Termohon berhak
mengajukan upaya hukum banding dalam tenggang waktu 14 hari setelah
putusan dibacakan. Apabila Penggugat/Pemohon/ Tergugat/Termohon
tidak hadir saat dibacakan putusan, maka Juru Sita Pengadilan Agama
akan menyampaikan isi amar putusan itu kepada pihak yang tidak hadir,
dan putusan baru berkekuatan hukum tetap setelah 14 hari amar putusan
diterima oleh pihak yang tidak hadir itu.18
5. Putusan pengadilan
Putusa pengadilan menurut sifatnya dikenal tiga macam putusan yaitu :
a. Putusan declaratoir, adalah putusan yang bersifat hanya menerangkan,
menegaskan suatu keadaan hukum semata-mata, misalkan A adalah anak
angkat yang sah dari X dan Y, atau A,B dan C adalah ahli waris dari
almarhum Z
b. Putusan constitutif adalah putusan yang meniadakan suatu keadaan hukum
atau menimbulkan suatu keadaan hukum yang baru, contohnya seperti
putusan perceraian, putusan menyatakan seseorang jatuh pailit.
18 M Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP,(Jakarta: Sinar Grafika, 2008),. 121-270.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
125
c. Putusan condemnatoir adalah putusan yang bersifat penghukuman.
Misalnya, di mana pihak tergugat dihukum untuk menyerahkan sebidang
tanah berikut bamngunan rumahnya.19
Pada umumnya dalam suatu putusan Hakim memuat beberapa macam
putusan. Atau dengan lain perkataan merupakan penggabungan dari putusan
declaratoir dan putusan constitutif atau gabungan antara putusan declaratoir
dengan putusan condemnatoir dan sebagainya.
Isi minimum dan sistematika putusan diatur dalam pasal 178,181, 182, 183,
184, 185 dan 187 HIR., penjelasan dari pasal HIR tersebut dapat diringkas sebagai
berikut :
a. Hakim dalam waktu bermusyawarah Karena jabatannya, harus
mencukupkan alasan-alasan hukum yang mungkin tidak dikemukakan
oleh kedua belah pihak, serta wajib mengadili segala bagian gugatan dan
dilarang untuk menjatuhkan keputusan atas perkara yang tidak digugat,
atau meluluskan lebih dari apa yang digugat.
b. Keputusan Hakim hendaklah berisi ringkasan yang nyata dari gugatan dan
jawaban, juga serta dari alasan keputusan itu. Bila keputusan berdasarkan
pada undang-undang yang pasti harus disebutkan, dan keputusan tersebut
ditandatangani oleh Ketua dan Panitera pengadilan.
c. Keputusan yang bukan akhir, walaupun diucapkan dalam persidangan
seperti keputusan akhir juga, tidak diperbuat berasing-asing, tetapi hanya
19 Kartawinata, Hukum Acara Perdata, 109.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
126
dicatat dalam berita acara persidangan. Kedua belah pihak boleh meminta
supaya diberikan kepadanya salinan yang sah dari catatan sedemikian itu
dengan membayar biayanya.
d. Jika Ketua dalam kemustahilan akan menandatangani keputusan atau
berita acara persidangan, maka itu dikerjakan oleh anggauta yang
martabatnya langsung dibawah Ketua, yang memeriksa perkara itu. Dan
jika Panitera dalam kemustahilan itu, maka hal itu sungguh-sungguh
disebutkan dalam berita acara persidangan.
e. Ongkos perkara diatur dalam pasal 181, 182, dan 183, diantranya biaya
materai, biaya kepaniteraan, biaya saksi, biaya pemeriksaan setempat, gaji
pejabat yang dipertanggungkan untuk melakukan panggilan
pemberitahuan dan banyaknya perkara yang menurut keputusan harus
dibayar oleh salah satu pihak, harus disebutkan dalam putusan.20
Putusan Hakim tidak selalu mengabulkan gugatan untuk seluruhnya, dapat
pula gugatan dikabulkan untuk sebagian. Karena gugatan dikabulkan untuk
sebagian saja, gugatan untuk selebihnya harus ditolak atau dalam hal-hal tertentu
dinyatakan tidak dapat diterima. Hal ini dikuatkan dengan salinan putusan
Pengadilan Agama Jepara dengan nomor putusan 1326/Pst.G/2010/PA.Jpr. prihal
gugat cerai dan pembagian harta bersama. Dalam salinan putusan tersebut, majelis
hakim dalam amar putusannya
20 Soesilo, RIB/HIR, 131-139.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
127
MENGADILI
1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebagian;------------------------------
2. Menetapkan jatuh talak satu khul’i Tergugat (PATIKOLI BIN BAWAL)
terhadap Penggugat (ARWANA binti MASKOI) dengan iwadl sebesar
Rp. 10.000,- (sepuluh ribu rupiah);------------------------------------------------
3. Memerintahkan Panitera Pengadilan Agama JEPARA untuk mengirimkan
salinan putusan ini kepada PPN KUA Kecamatan L, Kabupaten JEPARA
dan PPN KUA Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang;--------------
4. Menyatakan sah dan berharga sita jaminan yang diletakkan oleh Panitera
Pengadilan Agama JEPARA sebagaimana Berita Acara Penyitaan Jaminan
Nomor : 1326/Pdt.G/2010/PA.Jpr. tanggal 31 Maret 2011 atas barang-
barang tidak bergerak berupa :-----------------------------------------------------
a. Bangunan rumah terletak di RT. 21 RW. 03 Desa K, Kecamatan L,
Kabupaten JEPARA, yang didirikan di atas tanah milik MUH (orang
tua Penggugat) sebagaimana Sertifikat Hak Milik Nomor : 857/Desa K
dengan batas-batas :
- Sebelah Utara : rumah H. SO;-----------------------------------------
- Sebelah Timur : rumah NG;--------------------------------------------
- Sebelah Selatan : rumah H. KA;----------------------------------------
- Sebelah Barat : jalan Desa;--------------------------------------------
b. Sebidang tanah terletak di RT. 21 RW. 03 Desa K, Kecamatan L,
Kabupaten JEPARA, sebagimana tercatat dalam Buku C Desa Nomor
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
128
2139 Desa K Persil 56 D.II Blok Karanganyar Desa K luas + 610 M2
atas nama H. SO, dengan batas-batas :
- Sebelah Utara : tanah/rumah SuKM;---------------------------------
- Sebelah Timur : tanah SMG (alm);------------------------------------
- Sebelah Selatan : jalan Desa;--------------------------------------------
- Sebelah Barat : jalan Desa;--------------------------------------------
c. Rumah dan tanah terletak di RT. 21 RW. 03 Desa K, Kecamatan L,
Kabupaten JEPARA, sebagimana tercatat dalam Buku C Desa Nomor
1846 Desa K Persil 56 D.II Blok Karanganyar Desa K luas + 260 M2
atas nama Cakri Jami, dengan batas-batas :----------------------------------
- Sebelah Utara : rumah TA;--------------------------------------------
- Sebelah Timur : rumah NG;--------------------------------------------
- Sebelah Selatan : tanah MUH/rumah H. SO/SA;---------------------
- Sebelah Barat : jalan Desa;--------------------------------------------
5. Menetapkan menurut hukum bahwa harta berupa :-----------------------------
a. Bangunan rumah terletak di RT. 21 RW. 03 Desa K, Kecamatan L,
Kabupaten JEPARA, yang didirikan di atas tanah milik MUH (orang
tua Penggugat) sebagaimana Sertifikat Hak Milik Nomor : 857/Desa K
dengan batas-batas :-
- Sebelah Utara : rumah H. SO;---------------------------------------------
- Sebelah Timur : rumah NG;------------------------------------------------
- Sebelah Selatan : rumah H. KA;---------------------------------------------
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
129
- Sebelah Barat : jalan Desa;-------------------------------------------------
b. Sebidang tanah terletak di RT. 21 RW. 03 Desa K, Kecamatan L,
Kabupaten JEPARA, sebagimana tercatat dalam Buku C Desa Nomor
2139 Desa K Persil 56 D.II Blok Karanganyar Desa K luas + 610 M2
atas nama H. SO, dengan batas-batas: --------------------------------
- Sebelah Utara : tanah/rumah SuKM;-------------------------------------
- Sebelah Timur : tanah SMG (alm);----------------------------------------
- Sebelah Selatan : jalan Desa;-------------------------------------------------
- Sebelah Barat : jalan Desa;-------------------------------------------------
c. Rumah dan tanah terletak di RT. 21 RW. 03 Desa K, Kecamatan L,
Kabupaten JEPARA, sebagimana tercatat dalam Buku C Desa Nomor
1846 Desa K Persil 56 D.II Blok Karanganyar Desa K luas + 260 M2
atas nama Cakri Jami, dengan batas-batas:----------------------------------
- Sebelah Utara : rumah TA;-------------------------------------------------
- Sebelah Timur : rumah NG;------------------------------------------------
- Sebelah Selatan : tanah MUH/rumah H. SO/SA;--------------------------
- Sebelah Barat : jalan Desa;-------------------------------------------------
adalah harta bersama Penggugat dan Tergugat;-----------------------------
6. Menghukum Penggugat dan Tergugat untuk membagi harta bersama
tersebut pada diktum 5 di atas menjadi dua bagian, dan menyerahkan
kepada Penggugat dan Tergugat masing-masing satu bagian, atau apabila
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
130
tidak dapat dibagi menurut ujudnya maka harus dibagi menurut nilainya
melalui lelang berdasarkan aturan yang berlaku;--------------------------------
7. Menyatakan gugatan Penggugat mengenai mobil Toyota Rush, warna
hitam, tahun 2010 Nomor Polisi XXXX tidak dapat diterima;----------------
8. Menyatakan sita jaminan atas mobil Toyota Rush warna hitam tahun 2010
Nomor Polisi XXXX tidak sah dan tidak berharga dan oleh karenanya
harus diangkat;--- 9. Menolak gugatan Penggugat untuk selain dan
selebihnya;-------
9. Menghukum Penggugat untuk membayar semua biaya yang timbul dalam
perkara ini sebesar Rp. 3.652.000,- (Tiga juta enam ratus lima puluh dua
ribu rupiah);----
Amar putusan Pengdilan Agama Jepara dengan nomor
1326/Pst.G/2010/PA.Jpr., menurut hemat penulis telah sesuai dengan ketentuan
pasal 178 ayat 2 dan 3 HIR, yang menjelaskan hakim harus mengadili semua
tuntutan yang ada dalam gugatan dan tidak boleh mengabulkan lebih dari pada
apa yang telah digugat. Begitu juga diktum poin ke enam yang menghukum
penggugat dan tergugat untuk membagi harta bersama pada diktum kelima
menjadi dua bagian.
Pembagian harta bersama dengan konsepsi pembagian masing-masing pihak
mendapatkan bagian seperdua juga telah dipandang memenuhi rasa keadilan, dan
sesuai dengan asas equalitas yang dianut dalam UU Perkawinan. Namun jika isteri
bisa membuktikan di pengadilan telah memberikan tanggung jawab lebih,
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
131
termasuk membiayai rumah tangga, sangat mungkin pembagiannya lain. Jadi,
keadilan dalam konteks ini sangat ditentukan oleh majelis hakim. Pengadilan
berwenang menentukan porsi isteri yang menjadi tulang punggung keluarga lebih
besar daripada suami dalam pembagian harta bersama.
Salah satu contoh kasus semacam ini termuat dalam putusan MA No.
266K/AG/2010. Dalam putusan ini, majelis hakim memberikan 3/4 bagian kepada
isteri, dan sisanya (1/4 bagian) kepada suami. Pertimbangan majelis adalah:
berdasarkan bukti dan fakta di persidangan ternyata suami tidak memberikan
nafkah dari hasil kerjanya dan seluruh harta bersama diperoleh isteri dari hasil
kerjanya, maka demi rasa keadilan, pantaslah Penggugat (isteri) memperoleh harta
bersama sebesar yang ditetapkan dalam amar putusan.