BAB IV HASIL PENELITIAN - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/6712/7/Bab 4.pdfMeperhatikan hal...

33
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN Harta bersama antara suami istri pada umumnya menjadi persoalan yang diperdebatkan apabila hubungan perkawianan itu sudah terputus, putusnya hubungan perkawinan dapat disebabkan oleh kematian, perceraian, dan juga putusan pengadilan. Berdasarkan sebab terputusnya perkawinan tersebut, tuntutan pembagian harta bersama oleh suami maupun istri dikelompokkan menjadi dua yaitu pembagian harta bersama akibat terjadinya perceraian, baik cerai talak maupun cerai gugat yang biasa disebut dengan istilah cerai hidup dan pembagian harta bersama akibat terjadinya kematian dari salah satu pihak suami ataupun istri yang biasa disebut cerai mati. Penerapan pembagian harta bersama akibat putusnya hubungan perkawinan karena cerai hidup pada umumnya tidak begitu menimbulkan persoalan, hal ini disebabkan oleh beberapa hal diantaranya : 1. Suami istri yang telah bercerai pada umumnya akan berusaha memilih jalan damai 2. Pembuktian terkait harta bersama dapat dilakukan oleh kedua belah pihak dengan mudah 3. Belum ada pihak ketiga yang ikut memperebutkan pembagian harta bersama diantara suami dan istri yang telah bercerai

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/6712/7/Bab 4.pdfMeperhatikan hal...

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/6712/7/Bab 4.pdfMeperhatikan hal diatas, maka dalam tesis ini akan dikemukakan contoh kasus sengketa harta bersama

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Harta bersama antara suami istri pada umumnya menjadi persoalan yang

diperdebatkan apabila hubungan perkawianan itu sudah terputus, putusnya

hubungan perkawinan dapat disebabkan oleh kematian, perceraian, dan juga

putusan pengadilan. Berdasarkan sebab terputusnya perkawinan tersebut, tuntutan

pembagian harta bersama oleh suami maupun istri dikelompokkan menjadi dua

yaitu pembagian harta bersama akibat terjadinya perceraian, baik cerai talak

maupun cerai gugat yang biasa disebut dengan istilah cerai hidup dan pembagian

harta bersama akibat terjadinya kematian dari salah satu pihak suami ataupun istri

yang biasa disebut cerai mati.

Penerapan pembagian harta bersama akibat putusnya hubungan perkawinan

karena cerai hidup pada umumnya tidak begitu menimbulkan persoalan, hal ini

disebabkan oleh beberapa hal diantaranya :

1. Suami istri yang telah bercerai pada umumnya akan berusaha memilih

jalan damai

2. Pembuktian terkait harta bersama dapat dilakukan oleh kedua belah pihak

dengan mudah

3. Belum ada pihak ketiga yang ikut memperebutkan pembagian harta

bersama diantara suami dan istri yang telah bercerai

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/6712/7/Bab 4.pdfMeperhatikan hal diatas, maka dalam tesis ini akan dikemukakan contoh kasus sengketa harta bersama

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

100

Sehingga pembagian harta bersama dapat dilakukan sesuai dengan ketentuan

pasal 97 KHI, yang menyatakan pembagiannya dilakukan secara berimbang yaitu

setengah bagian untuk suami dan setengah bagian untuk istri. Lain halnya

pembagian harta bersama dalam keadaan cerai mati, dalam masalah ini bisa

timbul berbagai masalah yang memerlukan kearifan tersendiri dalam

menyelesaikannya.

Pembagian harta bersama karena cerai mati bisa menjadi rumit, dikarenakan

munculnya pihak ketiga sebagai ahli waris, disamping itu pada umumnya

masyarakat merasa tabu untuk segera membagi harta bersama antara janda atau

duda dengan anak-anak mereka. Penundaan pembagian harta bersama akibat cerai

mati akan semakin mempersulit pembagian harta bersama yang ada, karena bukti-

bukti tentang kepemilikan harta bersama bisa saja hilang, dialihkan

kepemilikannya atau bahkan dimanipulasi oleh pihak-pihak yang tidak

bertanggung jawab.

Meperhatikan hal diatas, maka dalam tesis ini akan dikemukakan contoh

kasus sengketa harta bersama akibat cerai mati yang terjadi di Desa Mulyorejo

Juana Pati dengan duduk perkara sebagai berikut :

Pada tahun 2002 sorang laki-laki bernama Santoso umur 27 tahun dengan

alamat Desa Karang Rejo Kec. Juana Kab Pati yang berprofesi sebagai

Wiraswasta, menikah dengan seorang wanita bernama Purwaningsih berprofesi

sebagai Ibu rumah tangga Umur 23 Tahun dengan alamat Desa Mulyorejo Kec.

Juana Kab Pati. Setelah menikah kedua orang tersebut menetap di Desa

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/6712/7/Bab 4.pdfMeperhatikan hal diatas, maka dalam tesis ini akan dikemukakan contoh kasus sengketa harta bersama

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

101

Mulyorejo Juana Pati, pada tahun 2005 Santoso dan Purwaningsih memiliki

seorang anak yang diberi nama Malfino Candra Winata. Kemudian pada tahun

2012 Santoso meninggal dunia, dengan ahli waris sebagai berikut, istri, anak laki-

laki, saudara laki-laki dan ayah.

Sejak awal menikah sampai meninggal dunia harta kekayaan yang dihasilkan

oleh Santosa dijadikan satu dengan harta hasil kerja istrinya tanpa dibedakan

mana harta hasil kerja suami maupun istri. Berdasarkan keterangan yang penulis

dapatkan dari kakeknya Malfino Candra Winata, pada saat Santoso meninggal

dunia tahun 2012, terdapat beberapa harta benda tidak bergerak maupun bergerak

sebagai berikut :

1. Benda tidak bergerak

a. Sebidang tanah seluas 300 m² (tiga ratus meter persegi) diatasnya telah

dibangun sebuah rumah berukuran 12 x 14 m yang terletak di Gang

Flamboyan II RT. 06 RW. 01 No. 69 Kelurahan Mulyo Rejo dengan

batas-batas sebagai berikut: -

1) Sebelah Utara berbatasan dengan Sutoyo; -

2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Jalan;

3) Sebelah Timur berbatasan dengan Hery;

4) Sebelah Barat berbatasan dengan tanah kosong berukuran 200 m²

(dua ratus meter persegi) atas Mohd.Tamrin S.;-

b. Sebidang tanah seluas 15.000 m² yang diatasnya ditanami pohon Tebu

dengan batas-batas sebagai berikut: -

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/6712/7/Bab 4.pdfMeperhatikan hal diatas, maka dalam tesis ini akan dikemukakan contoh kasus sengketa harta bersama

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

102

1) Sebelah utara berbatasan dengan tanah Narlan; -

2) Sebelah selatan berbatasan dengan Tanah Sumiati

3) Sebelah timur berbatasan dengan Tanah Abidin

4) Sebelah barat berbatasan dengan jalan;

2. Benda Bergerak

a. Mobil Kijang Inova Tahun 2010

b. Sepeda Motor tiger tahun 2003

Harta bersama dan harta peninggalan Santoso tidak segara dibagi karena

mempertimbangakan anak Santoso yaitu Malfino Candra Winata masih kecil,

harta tersebut akan dibagi setelah Malfino Candra Winata dewasa. Namun

masalah baru kemudian muncul setelah Ibu kandung Malfino Candra Winata

meninggal pada tahun 2014, dengan ahli waris diantaranya, Anak laki-laki, ayah,

ibu.1

Setelah ibu kandung Malfino Candra Winata meninggal, disinalah mulai

muncul permasalahan yang semakain rumit. Karena terdapat harta bersama

sekaligus harta warisan dari orang tua kandung Malfino Candra Winata yang

belum dibagi, dan juga terdapat harta warisan dari ibu Malfino Candra Winata

yang diperebutkan antara ahli waris yang ada, padahal harta tersebut masih

bercampur dengan harta bersama.

A. Pembagaian Harta bersama menurut Mazhab Syafii

1 Mustari, Wawancara, Rumah Mustri desa Mulyorejo Juana Pati, 23 Desember 2014,.

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/6712/7/Bab 4.pdfMeperhatikan hal diatas, maka dalam tesis ini akan dikemukakan contoh kasus sengketa harta bersama

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

103

Perkara perdata merupakan bagian dari hukum privat, suatu perkara perdata

akan diproses di pengadilan apabila pihak-pihak yang dirugikan mengajukan

gugatan. Proses penyelesaian perkara perdata secara umum dapat dilakukan

dengan dua cara yaitu : mediasi dan Litigasi.

Harta bersama akibat cerai mati merupakan salah satu bagian dari perkara

perdata yang proses penyelesaiannya dapat dilakukan melalui mediasi dan litigasi,

proses mediasi dalam penyelesaian kasus perdata merupakan alternatif yang

dianjurkan dalam al Qur’an. Hal ini ditegaskan dalam surat an Nisa’ Ayat 35

ها إن ن أهل ا م حكم ه و ن أهل ا م ثوا حكم ع ابـ ا ف هم ن ي ن خفتم شقاق بـ إ ا إن الله و هم نـ يـ فق الله بـ و صالحا يـ ريدا إ يا ير ا خب يم كان عل

“Dan jika kamu khawatir ada persengketaan antar keduanya, maka kirimkanlah seorng Hakam (juru damai), dari keluarga laki-laki dan seorang Hakam dari keluarga perempuan. Jika kedua orang Hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami istri itu. Sesungguhnya allah maha mengetahui lagi maha mendengar”2.

Kandungan ayat diatas secara umum memberikan anjuran untuk

menyelesaiakan permasalahan dalam suatu perkawinan dengan cara kekeluargaan,

bila kedua belah pihak tidak mampu mendapatkan solusi yang baik, hendaklah

menunjuk seorang mediator yang akan membantu penyelesaian perkara yang

disengketakan.

Solusi yang ditawarkan dalam ayat al Qur’an diatas dapat diterapkan dalam

penyelesaian sengketa harta bersama, hal ini dikuatkan dengan salah satu

pendapat yang dikemukakan oleh Abd al Rahman seorang mufti Hadramaut yang

2 al Qur’an, 8: 35. Terjemah Departemen Agama RI, (Bandung, Juma>natu al ‘Ali Art, 2004). 84.

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/6712/7/Bab 4.pdfMeperhatikan hal diatas, maka dalam tesis ini akan dikemukakan contoh kasus sengketa harta bersama

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

104

bermazhab syafii, bahwa harta bersama yang dihasilkan oleh suami maupun istri

dalam suatu ikatan perkawinan merupakan bentuk al ma>l al mushtarak yang

penyelesaiannya dapat dilakukan dengan menggunakan metode sulh.3 Terkait

dengan terjadinya perselisihan pembagian harta benda diantara suami dan istri al-

Ma>wardy dalam kitab al-Ha>wi mengutip perkataan Imam Syafii sebagi berikut :

ا فرق تـ ل أن يـ انه قـب سكن ت ي ي اع البـ ت ف الزوجان في م ل ا اختـ ذ إ ا قال الشافعي رضي اهللا عنه: " و عد م أو بـا هم تـ ثـ ر ك و ل ف في ذ ل خت ي ا فـ وتان أو أحدهم م ا أو ي ا أو ألحدهم لهم ت ي ا كان الـب فرق ى تـ ة عل يـن ام بـ ن أق م ف

عذر أ اس الذي ال ـي ي الق ة ف ن يـ م ـب ق إن لم ي اع شيء فـهو له و ت اع أن هذا الم جم ى اإل ه عل ة عن حد عندي بالغفلصفين ا ن هم نـ يـ ا فـهو بـ ا جميع ديهم ٤بأي

Imam Syafii R.A berkata : Bila diantara suami dan istri terjadi perselisihan tentang kepemilikan harta benda sebelum atau setelah terjadi perceraian, atau dalam hal suami dan istri meninggal dunia kemudian terjadi perselisihan kepemilikan harta benda dengan ahli warisnya, maka orang yang memiliki bukti terhadap kepemilikan harta yang diperselisihkan dianggap sebagi pemiliknya. Namun bila keduanya tidak memiliki bukti maka harta benda tersebut dibagi sama rata.

Pendapat Imam Syafii yang dikutip oleh al-Ma>wardy diatas dengan tegas

menyatakan bahwa peran pembuktian dalam hal terjadinya sengketa harta

bersama diantara suami dan istri adalah sangat penting, karena dengan adanya alat

bukti dapat diputuskan siapa sebenarnya yang dianggap sebagai pemilik harta

yang diperselisihkan. Namun bila keduanya tidak mampu mnunjukkan alat bukti

yang menguatkan kepemilikan terhadap harta yang diperselisihkan maka status

harta tersebut dianggap sebagai al Ma>l al Musytarak (Harta yang tercampur

3 Abd al Rahman ibn Muhammad ibn Husyn ibn ‘Umar, Bughyah al Mustar shidyn, (t.t,Da>r Ihya>’ al Kutub al ‘Arabyyah, t.th), 159. 4 Abuw al Hasan ‘ala Ibn Muhammad Ibn Muhammad Ibn Habi>b al Bashory al Bagda>dy al Shahir bi al Ma>wardy, al Ha>wy al Kabi>r, (Bairut, Da>r al Kutub al ‘ilmiyah, 1999) juz 17. 408

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/6712/7/Bab 4.pdfMeperhatikan hal diatas, maka dalam tesis ini akan dikemukakan contoh kasus sengketa harta bersama

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

105

dengan tanpa bisa dibedakan kepemilikannya). Oleh karena itu dalam pembagian

harta bersama akibat cerai mati seperti contoh kasus yang terjadi di Desa

Mulyorejo diatas dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :

1. al Sulkh

2. al Fara>id}

Pembagaian harta bersama dengan menggunakan cara sulkh merupakan cara

pembagian yang paling mudah dan menghemat waktu serta tidak berpostensi

menimbulkan polemik baru dikemudian hari, hal ini disebabkan karena cara

pemecahan masalah dengan menggunaklan metode sulkh lebih mengedepankan

sisi perdamain dan kekeluargaan.

al Sulh} secara etimologi diartikan dengan memutus permusuhan, sedangkan

al Sulh} dalam terminologi fiqh diartikan dengan suatu perikatan yang dilakukan

untuk memutus permusuhan yang telah terjadi5

Sulkh secara garis besar dibagi menjadi tiga macam yaitu :

1. Sulh } al ibra>’ yaitu perikatan perdamian yang dilakukan dengan cara

memberikan sebagian hak yang dipersengketakan dan menetapkan

sebagian dari hak tersebut, misalkan terjadi persengketaan terkait jumlah

hutang antara dua orang yang bersengketa, orang yang menghutangi

mengaku jumlah piutang adalah satu juta rupiah sedangkan orang yang

berhutang mengaku lima ratus ribu rupiah. Bila kemudian orang yang

5 Muhammad ib Qa>sim ibn Muhammad ibn Muhammad Abw Abd Allah Shamsu al diyn al Ghazy, Fathu al Qari>b al Muji>yb fi Sharhi Alfa>z} al Taqri>yb, (Bairut, Da>r Ibn h}azm, 2005)., 175.

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/6712/7/Bab 4.pdfMeperhatikan hal diatas, maka dalam tesis ini akan dikemukakan contoh kasus sengketa harta bersama

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

106

menghutangi bersedia mengurangi hak yang dimilikinya dan beralih

pada sebagian hak tersebut maka ini disebut dengan Sulh } al ibra>’.

2. Sulh al Mu’a>wad}ah yaitu perikatan perdamain yang dilakukan dengan

cara menukarkan hak kebendaan yang dipersengketakan dengan suatu

hak kebendaan yang lain,

3. Sulh al H}at}yt}ah yaitu perikatan yang dilakukan dengan cara mengurangi

sebagian hak yang dimiliki untuk menempuh kesepakatan perdamaian

antara dua orang yang bersengketa.6

Berdasarkan pendapat dalam mazhab Syafii diatas, maka penyelesaian

sengketa harta bersama dalam contoh kasus yang telah penulis sebutkan dapat

dilakukan dengan mengkombinasikan prinsip Sulh dan prinsip pembagian harta

warisan dalam ilmu fara>id}, prinsip Sulh diterapkan dalam rangka meminimalisasi

kemungkinan timbulnya persengketaan dikemudian hari antara istri yang telah

ditinggal mati suaminya dengan ahli waris yang lain, yang mana penetapan harta

bersama akibat cerai mati dapat menimbulkan prasangka dari ahli waris bahwa

penetapan tersebut telah mengurangi hak waris yang seharusnya diterima.

Untuk memudahkan proses pembagian harta bersama dan pembagian harta

warisan yang masih tercampur menjadi satu seperti contoh kasus diatas, maka

perlu dilakukan beberapa hal yaitu :

1. Melakukan inventarisasi seluruh harta yang dimiliki oleh suami sejak

pertama kali menikah sampai dengan meninggal

6 Ibid, 176.

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/6712/7/Bab 4.pdfMeperhatikan hal diatas, maka dalam tesis ini akan dikemukakan contoh kasus sengketa harta bersama

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

107

2. Mengumpulkan seluruh ahli waris yang ada untuk melakukan penetapan

harta bersama, kemudian harta bersama tersebut dibagi dengan

menggunakan prinsip Sulh, sebagian untuk istri dan sebagain lagi untuk

suami7 dan selanjutnya harta bersama bagian suami dan istri yang telah

meninggal dunia menjadi harta peninggalan yang akan diwaris oleh ahli

waris yang ada.

3. Melunasi hutang yang ditinggalkan oleh pasangan suami istri tersebut saat

keduanya masih hidup. Bila hutang yang ada adalah hutang bersama maka

pelunasannya diambilkan secara berimbang dari masing-masing bagian

harta bersama suami istri yang telah dibagi.

4. Membagi harta peninggalan suami dengan menggunakan hukum waris

islam, dan memperkirakan bagian istri dari harta wrisan tersebut

seandainya masih hidup.

5. Menetapkan harta peninggalan istri yaitu harta bersama yang menjadi

bagiannya ditambah dengan warisan yang diperoleh dari suaminya yang

telah meninggal.

6. Menetapkan ahli waris istri dan membagi harta peninggalannya sesuai

dengan hukum waris Islam.

7 Pembagian harta bersama menggunakan metode sulh dengan konsepsi dibagi dua secara berimbang adalah metode pembagian yang paling mudah dan harus mendapatkan persetujuan dari semua ahli waris yang ada, apa bila ahli waris tidak setuju dengan cara pembagian tersebut, maka dilakukan pembagian sesuai dengan kesepakatan yang tercapai. Bisa dengan formulasi ¾ dan ¼ atau pun yang lainnya sesuai dengan sistem pembagian harta bersama yang telah disepakati.

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/6712/7/Bab 4.pdfMeperhatikan hal diatas, maka dalam tesis ini akan dikemukakan contoh kasus sengketa harta bersama

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

108

Berdasarkan penjelasan diatas, maka rincian pembagian harta bersama dan

harta warisan dalam contoh kasus diatas adalah membagi menjadi dua bagian

beberapa objek yang diantaranya :

1. Sebidang tanah seluas 300 m² (tiga ratus meter persegi) diatasnya telah

dibangun sebuah rumah berukuran 12 x 14 m yang terletak di Gang

Flamboyan II RT. 06 RW. 01 No. 69 Kelurahan Mulyo Rejo.

2. Sebidang tanah seluas 15.000 m² yang diatasnya ditanami pohon tebu.

3. Mobil Kijang Inova Tahun 2010.

4. Sepeda Motor tiger tahun 2003.

Untuk memudahkan pembagian objek tersebut, perlu dilakukan penaksiran

harga masing-masing objek. Berdasarkan keterangan dari orang tua kandung

Purwaningsih objek nomor 1 dan 2 ditaksir memiliki harga Rp 1.5000.000.000,

sedangkan objek no 3 dan 4 ditaksir memiliki nilai Rp 210.000.000, dari

keterangan tersebut jumlah total nilai objek harta bersama adalah Rp

171.000.000.000,. Jumlah total tersebut kemudian dibagi menjadi dua, hasilnya

yaitu Rp 855.000.000., menjadi harta peninggalan Santoso. Harta peninggalan

Santoso kemudian dibagi ke ahli waris yang ada dengan menggunakan hukum

kewarisan islam dengan perincian, Ayah (orang tua Santoso) mendapat bagian Rp.

142.500.000,. Istri Santoso mendapat bagian Rp.106.875.000,. sedangkan Anak

laki-laki yaitu Malfino mendapatkan bagian Rp. 605.625.000

Sedangkan seperdua harta bersama yaitu Rp 855.000.000 menjadi hak pribadi

Purwaningsih yang kemudian akan ditambah dengan harta warisan yang diperoleh

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/6712/7/Bab 4.pdfMeperhatikan hal diatas, maka dalam tesis ini akan dikemukakan contoh kasus sengketa harta bersama

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

109

dari suaminya yaitu RP. 106.875.000. Selanjutnya jumlah total dari harta tersebut

akan menjadi harta peninggalan yang akan diwaris oleh ahli waris Purwaningsih,

dengan perincian Ayah (orang tua Purwaningsih) mendapat bagian Rp.

160.312.500, Ibu (orang tua Purwaningsih) mendapat bagian Rp. 160.312.500

sedangkan Anak laki-laki yaitu Malfino mendapatkan bagian Rp. 641.250.000,.

B. Pembagian Harta Besama dalam KHI.

Pembagian harta bersama dalam KHI tentu tidak dapat dipisahkan dari

ketentuan hukum acara perdata, dan proses berperkara diperadilan. Untuk itu

perlu kiranya dijelaskan bagaimana tatacara berperkara diperadilan, tahapan

berperkra diperadilan digambarkan dengan bagan dibawah ini :

Tabel 4.1

Sekema penerimaan perkara di Pengadilan Agama

Ketua PA

Penggugat Panitera

Majelis Hakim & Panitera sidang

Wakil Panitera

Kepaniteraan Gugat

Meja I Kasir Meja II

Penggugat Tergugat

Institusi terkit (PPN,PPAI Pihak Ketiga dll)

Pend

ataa

n ar

sip d

an la

pora

n

Meja III

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/6712/7/Bab 4.pdfMeperhatikan hal diatas, maka dalam tesis ini akan dikemukakan contoh kasus sengketa harta bersama

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

110

1. Proses penerimaan perkara di pengadilan Agama

Alur penerimaan perkara dipengadilan Agama digambarkan dalam bagan

diatas dengan penjelasan sebagai berikut :

a. Calon penggugat atau kuasa hukumnya menghadap kemeja I untuk

mengajukan surat gugatan, surat gugatan dan salinannya setelah diterima

oleh meja I selanjutnya akan diberikan jumlah panjar biaya perkara dan

dibuatkan surat kuasa untuk membayar (SKUM), setalah mendapat surat

kuasa untuk membayar, calon penggugat menuju Kasir yang masih dalam

kelompok meja I, setelah kasir menerima panjar biaya perkara selanjutnya

oleh kasir surat kuasa untuk membayar (SKUM) tersebut ditandatangani

dan diberi nomor dan tanda lunas.

b. Calon penggugat setelah selesai dimeja I kemudian menuju meja II, dimeja

II gugatan tersebut kemudian diberi nomor perkara sesuai dengan nomor

surat kuasa untuk membayar (SKUM) dan dicatat dalam buku register,

setelah dicatat dalam buku register salinan surat gugatan tersebut

diserahkan kepada penggugat dan segera mengatur berkas perkara dan

menyerahkan kepada Ketua Pengadilan melalui Panitera dan atau Wakil

Panitera.

c. Setelah berkas perkara diterima oleh Ketua Pengadilan, berkas tersebut

akan dipelajari dan kemudian membuat penetapan majelis hakim (MPM).

Setelah Ketua membuat penetapan majelis hakim kemudian

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/6712/7/Bab 4.pdfMeperhatikan hal diatas, maka dalam tesis ini akan dikemukakan contoh kasus sengketa harta bersama

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

111

memerintahkan pada Panitera untuk menunjuk panitera sidang dan

mensekaligus menyerahkan berkas perkara kepada majelis hakim.

d. Majelis hakim setelah menerima berkas perkara, kemudian membuat

penetapan hari sidang dan memerintahkan pemanggilan para pihak oleh

jurusita, setelah para pihak dipanggil oleh jurusita, majelis hakim

kemudian menyidangkan perkara dan sekaligus membuat putusan terhadap

perkara, setelah memperoleh titik terang kebenaran dalam perkara tersebut

melalui proses pembuktian. Kemudian majelis hakim memberitahukan

kepada meja II dan kasir terkait tugas yang mereka miliki.

e. Setalah meja II mendapat pemberitahuan dari majelis hakim kemudian

berkas yang telah diputus tersebut diterima oleh meja III yang selanjutnya

isi dari putusan tersebut diberitahukan kepada para pihak melalui jurusita.

Kemudian menetapkan kekuatan hukum terhadap perkara tersebut.

f. Setelah berkas dijahit kemudian diserahkan kepada Panitera Muda Hukum

uintuk dilakukan pendataan dan menelaporkan sekaligus mengarsipkan

perkara yang telah mendapatkan ketetapan hukum.

2. Formulasi gugatan

Berdasarkan ketentuan pasal 118 HIR gugatan harus diajukan dengan surat

permintaan8, bentuk surat permintaan dalam pasal tersebut memang tidak

dijelaskan bentuk formilnya, namun setidaknya berdasarkan ketentuan pasal

tersebut surat gugatan harus berisi hal-hal sebagai berikut :

8 R. Soesilo, RIB/HIR dengan penjelasannya, (Bandung, Pt. Karya Nusantara, t.th),. 76.

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/6712/7/Bab 4.pdfMeperhatikan hal diatas, maka dalam tesis ini akan dikemukakan contoh kasus sengketa harta bersama

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

112

a. Dibuat dalam bentuk tertulis atau disampaikan secara lisan kepada Ketua

Pengadilan yang selanjutnya dibuat dalam bentuk tertulis

b. Menyebutkan dengan jelas identitas penggugat dan tergugat dilengkapi

dengan tempat kelahiran, alamat lengkap, pekerjaan sehingga dapat

diketahui dengan jelas masing-masing identitas penggugat dan tergugat.

c. Surat gugatan harus memuat gambaran yang jelas mengenai duduknya

persoalan yang biasa disebut dengan posita.

d. Gugatan harus memuat petitum yaitu hal-hal yang dimintakan oleh

penggugat agar diputuskan

e. Memiliki tanggal yang jelas dan ditandatangani oleh penggugat atau

wakilnya yang telah mendapatkan kuasa dari pihak penggugat9

Setelah surat gugatan dibuat selanjutnya surat gugatan tersebut

didaftarkan kepanitera Pengadilan Negeri atau Agama, kemudian membayar

persekot biaya perkara sebagaimana yang ditentukan dalam pasal 121 (4) HIR.

Besarnya persekot yang harus dibayar oleh penggugat ini tergantung dari sifat

dan macamnya perkara, untuk uang muka tersebut untuk penggugat atau

kuasanya diberi kwitansi tanda penerimaan uang yang resmi.

3. Pembuktian dalam perkara perdata

Pembuktian dalam perkara perdata diindonesia tidak terlepas dari buku

keempat KUHPerdata yang mengatur mengenai pembuktian dan daluwarsa, selain

KUHPerdata masalah pembuktian perkara perdata di Indonesia juga diatur dalam

9 Retnowulan sutanto, Iskandar Oerip kartawinata, Hukum Acara Perdata dalam Teori dan Praktek, (Bandung, Mandar Maju, 1997),. 15-17.

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/6712/7/Bab 4.pdfMeperhatikan hal diatas, maka dalam tesis ini akan dikemukakan contoh kasus sengketa harta bersama

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

113

Reglement Indonesia yang diperbarui, Staatsblad 1941 Nomor 44 (RIB) dan

didalam Reglemen Buiten Gewesten (RGB). Pembuktian dalam buku keempat

KUHPerdata adalah aspek meteriel dari hukum acara perdata, sedangkan

pembuktian dalam RIB dan RDS mengatur aspek formil dari hukum acara

perdata.

Macam-macam alat bukti dalam perkara perdata disebutkan dalam pasal 164

HIR yaitu :

a. Bukti surat

b. Bukti saksi

c. Prasangkaan

d. Pengakuan

e. Sumpah10

Bukti surat secara garis besar terdiri dari dua macam yaitu :

a. Akta authentik

b. Akta dibawah tangan

Pengaturan mengenai akta diatur dalam pasal 1867-1880 KUHPerdata

dan juga diatur dalam RIB dan RDS. Akta dibagi menjadi dua macam, yaitu

akta authentik dan akta dibawah tangan yang dijelaskan dalam pasal 1868

KUHPerdata, akta authentik merupakan suatu akta yang dibuat oleh atau

dihadapan pejabat umum yang menurut undang-undang ditugaskan untuk

membuat surat/akta tersebut ditempat mana akta itu dibuat. Sedangkan akta

10 R. Soesilo, RIB/HIR, 121.

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/6712/7/Bab 4.pdfMeperhatikan hal diatas, maka dalam tesis ini akan dikemukakan contoh kasus sengketa harta bersama

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

114

dibawah tangan merupakan akta yang tidak dibuat oleh atau dengan

perantara seorang pejabat umum, yang mana akta itu dibuat dan

ditandatanganai oleh kedua belah pihak yang mengadakan perjanjian dan

juga ditandatangani saksi-saksi perjanjian tersebut.11

Perbedaan dari dua surat diatas tergantung dari cara pembuatannya,

sehelai surat biasa dibuat tidak dengan maksud untuk dijadikan bukti.

Apabila kemudian hari surat itu dijadikan bukti, hal ini merupakan suatu

kebetulan saja. Sedangkan sehelai akta dibuat dengan sengaja untuk

dijadikan bukti, belum tentu bahwa akta itu pada suatu saat akan digunakan

sebagai bukti di persidangan. Akan tetapi suatu akta merupakan bukti bahwa

suatu peristiwa hukum telah dilakukan dan akta itu sebagai buktinya.12

Ketentuan pasal 1902 KUHPerdata bahwa dalam segala hal yang oleh

undang-undang diperintahkan untuk pembuktian dengan tulisan, namun itu

jika ada suatu permulaan pembuktian dengan tulisan, diperkenankan

pembuktin dengan saksi-saksi, kecuali jika setiap pembuktian lain selain

tulisan dikecualikan. Berdasarkan kontruksi pasal 1902 KUHPerdata, telihat

jelas bahwa bukti tulisan atau bukti dengan surat merupakan hal yang utama

dalam pembuktian perkara perdata, namun dalam hukum acara perdata

pembuktian dengan saksi sangat penting artinya, terutama untuk perjanjian-

perjanjian dalam hukum adat, dimana pada umumnya karena adanya saling

percaya mempercayai tidak dibuat sehelai surat pun.

11 Eddy O.S Hiariej, Teori & Hukum Pembuktian, (Jakarta, Penerbit Erlangga, 2012),. 82. 12 Kartawinata, Hukum Acara Perdata, 64.

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/6712/7/Bab 4.pdfMeperhatikan hal diatas, maka dalam tesis ini akan dikemukakan contoh kasus sengketa harta bersama

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

115

Pada dasarnya semua orang dapat menjadi saksi didepan pengadilan,

dalam pengertian ada kewajiban hukum untuk memberikan kesaksian di

muka hakim. Akan tetapi terdapat orang-orang yang menurut ketentuan

pasal 145 HIR tidak dapat didengar kesaksiannya yaitu :

a. Keluarga sedarah dan keluarga semenda menurut keturunan yang lurus

dari salah satu pihak

b. Suami atau istri dari salah satu pihak, meskipun telah bercerai

c. Anak-anak yang umurnya tidak diketahui dengan benar bahwa mereka

sudah berumur lima belas tahun

d. Orang gila, walaupun kadang-kadang ingatannya terang13

Begitu juga diperkenankan untuk orang-orang tertentu dikarenakan

satu atau lain hal untuk dibebaskan dari kewajibannya memberikan

kesaksian. Orang-orang tersebut adalah :

a. Seseorang yang ada pertalian kekeluargaan darah dalam garis samping

dalam derajat kedua atau semenda dengan salah satu pihak

b. Seseorang yang ada pertalian darah dalam garis lurus tidak berbatas

dan dalam garis samping dalam drajat kedua dengan suami atau istri

salah satu pihak

c. Seseorang yang karena kedudukannya, pekerjaannya atau jabatannya

menurut undang-undang, diwajibkan merahasiakan sesuatu, namun

13 R. Soesilo, RIB/HIR, 105.

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/6712/7/Bab 4.pdfMeperhatikan hal diatas, maka dalam tesis ini akan dikemukakan contoh kasus sengketa harta bersama

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

116

hanyalah semata-mata mengenai hal-hal yang pengetahuannya

dipercayakan demikian.14

Keabsahan saksi sebagai alat bukti jika kesaksian tersebut diberikan

dibawah sumpah. Artinya, setiap saksi diwajibkan, menurut cara agamanya,

bersumpah atau berjanji bahwa ia akan menerangkan hal yang sebenarnya.

Selain itu, kesaksian tersebut harus disampaikan didepan sidang pengadilan

yang dinyatakan terbuka untuk umum, kecuali undang-undang menentukan

lain.

Persangkaan-persangkaan digunakan apabila dalam suatu pemeriksaan

perkara perdata sukar untuk mendapatkan saksi yang melihat, mendengar

atau merasakan sendiri. Persangkaan-persangkaan ialah kesimpulan-

kesimpulan yang diambil berdasarkan undang-undang atau berdasarkan

pemikiran hakim dari suatu peristiwa. Dengan demikian terdapat dua

macam persangkaan, yaitu persangkaan menurut undang-undang yang

dikenal dengan istilah presumtio juris dan persangkaan yang tidak

berdasarkan undang-undang atau persangkaan berdasarkan fakta yang

disebut sebagai presumtio factie.15

Pengertian persangkaan hakim sesungguhnya amat luas. Segala

peristiwa, keadaan dalam sidang, bahan-bahan yang didapat dari

pemeriksaan perkara tersebut, kesemuanya itu dapat dijadikan bahan untuk

menyusun persangkaan hakim.

14 Hiariej, Teori & Hukum Pembuktian, 86. 15 Ibid, 89.

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/6712/7/Bab 4.pdfMeperhatikan hal diatas, maka dalam tesis ini akan dikemukakan contoh kasus sengketa harta bersama

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

117

Persangkaan undang-undang ialah persangkaan yang berdasarkan

suatu ketentuan undang-undang, dihubungkan dengan perbuatan-perbuatan

tertentu atau peristiwa-peristiwa tertentu. Persangkaan-persangkaan

semacam itu diantaranya :

a. Perbuatan yang oleh undang-undang dinyatakan batal, karena semata-

mata demi sifat dan ujudnya, dianggap telah dilakukan untuk

menyelundupi suatu ketentuan undang-undang

b. Hal-hal dimana oleh undang-undang diterangkan bahwa hak milik atau

pembebasan utang disimpulkan dari keadan-keadaan tetentu

c. Kekuatan yang oleh undang-undang diberikan kepada suatu putusan

hakim yang teelah memperoleh kekuatan mutlak

d. Kekuatan yang oleh undang-undang diberikan kepada pengakuan atau

kepada sumpah salah satu pihak

Ketentuan mengenai pengakuan diatur dalam pasal 174, 175, 176

HIR, Pengakuan dalam hukum acara perdata dibagi menjadi dua macam,

yaitu :

a. Pengakuan yang dilakukan didepan sidang

b. Pengakuan yang dilakukan di luar sidang16

Kedua macam pengakuan yang disebutkan diatas, satu sama lain

berbeda dalam nilai pembuktian. Menurut ketentuan pasal 174 HIR, bahwa

pengakuan yang diucapkan dimuka hakim menjadi bukti yang cukup untuk

16 R Soepomo, hukum acara Perdata Pengadilan Negeri, (Jakarta: Pt. Pradnya Paramita, 2005),. 69-71.

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/6712/7/Bab 4.pdfMeperhatikan hal diatas, maka dalam tesis ini akan dikemukakan contoh kasus sengketa harta bersama

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

118

memberatkan orang yang mengaku itu, baik pengakuan itu diucapkan

sendiri atau diucapkan oleh seorang yang dikuasakan untuki melakukannya.

Sedangkan pengakuan yang dilakukan diluar sidang dijelaskan oleh pasal

175 HIR yang berbunyi, bahwa diserahkan kepada pertimbangan dan

awasan hakim, akan menentukan kekuatan mana akan diberikannya kepada

suatu pengakuan dengan lisan yang diperbuat diluar hukum. Dengan

demikian pengakuan yang dilakukan di depan siding mempunyai kekuatan

bukti yang sempurna, sedangkan mengenai pengakuan diluar sidang prihal

penilaian terhadap kekuatan pembuktiannya, diserahkan kepada

kebijaksanaan hakim, atau dengan lain perkataan merupakan bukti bebas.

Hal ini terbukti bahwa hakim leluasa untuk memberikan kekuatan

pembuktian, atau pula menganggap sebagai bukti permulaan.

Sumpah memrupakan salah satu alat bukti yang terdapat dalam

perkara perdata, secara garis besar sumpah dibagi menjadi dua, yaitu

sumpah promisoir dan sumpah confirmatoir. Sumpah promisoir adalah

sumpah yang diucapkan oleh seseorang ketika akan menduduki suatu

jabatan atau ketika akan bersaksi di pengadilan. Sementara itu sumpah

confirmatoir adalah sumpah sebagai alat bukti.

Sumpah confirmatoir dibagi menjadi tiga, yaitu :

a. Sumpah supletoir, yaitu sumpah yang diperintahkan oleh hakim secara

ex officio. Sumpah ini tidak diwajibkan oleh undang-undang dan

pelaksanaannya diserahkan kepada pertimbangan hakim. Sumpah

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/6712/7/Bab 4.pdfMeperhatikan hal diatas, maka dalam tesis ini akan dikemukakan contoh kasus sengketa harta bersama

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

119

suppletoir hanya dapat dilakukan jika alat bukti yang ada belum dapat

meyakinkan hakim. Artinya, sumpah suppletoir hanya boleh dilakukan

jika ada pembuktian permulaan terlebih dahulu.

b. Sumpah aestimatoir, yaitu sumpah yang dibebankan atau

diperintahkan oleh hakim kepada penggugat untuk menentukan

besarnya ganti rugi. Dengan demikian, sudah terbukti ada kerugian

dari pihak penggugat dan sudah ada penaksiran ganti kerugian, tetapi

kurang meyakinkan hakim. Hakim tidak wajib membebani penggugat

untuk melakukan sumpah aestimatoir, kekuatan sumpah aestimatoir

adalah sempurna, namun masih dimungkinkan adanya bukti lawan.

c. Sumpah decisoir, yaitu sumpah yang dilakukan atas permintaan satu

pihak kepada pihak lain. Sumpah decisoir juga dikenal dengan sumpah

pemutus karena sumpah tersebut akan menentukan menang kalahnya

penggugat atau tergugat. Sumpah decisoir hanya dapat dilakukan jika

tidak ada alat bukti apapun dan tidak dimungkinkan bukti lawan.

Kekuatan pembuktian sumpah decisoir adalah sempurna dan

menentukan sehingga merupakan senjata pamungkas. Tegasnya,

sumpah decisoir sebagai alat bukti berlaku adagium siapa yang

mengucapkan sumpah, dialah yang dimenangkan.17

4. Proses pemeriksaan sidang

17 Hiariej, Teori & Hukum Pembuktian, 92.

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/6712/7/Bab 4.pdfMeperhatikan hal diatas, maka dalam tesis ini akan dikemukakan contoh kasus sengketa harta bersama

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

120

Pemeriksaan dalam persidangan, dilakukan setelah melalui proses

pemanggilan pihak-pihak yang berperkara dan telah ditetapkan jadwal

pelaksanaan sidang beserta majlis hakim yang akan menyidangkan perkara

tersebut. Proses pemeriksaan sidang secar garis besar terdiri dari :

a. Pemeriksaan identitas penggugat maupun tergugat

Setelah hakim membuka sidang serta menyatakan terbuka untuk umum,

hakim ketua memeriksa identitas pihak-pihak yang berperkara dengan cara

melakukan validasi identitas yang terdapat dalam surat gugatan dengan

bertanya pada pihak-pihak yang berperkara mengenai nama lengkap,

tempat lahir, umur, atau tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat

tinggal, agama dan pekerjaan.

b. Melakukan mediasi terhadap perkara yang sedang disidangkan

Dalam perkara perdata pada umumnya setiap permulaan sidang, sebelum

pemeriksaan perkara, hakim wajib mengusahakan perdamaian antara para

pihak berperkara (Pasal 154 R.Bg), kemudian apabila tidak tercapai damai

dilanjutkan dengan mediasi (sesuai PERMA No. 1 Tahun 2008). Mediasi

yang dilakukan oleh hakim selama perkara tersebut sedang diperiksa

diamanatkan oleh ketentuan pasal 130 HIR ayat 1., dimana ketentuan pasal

tersebut mengharuskan hakim untuk mendamaikan kedua belah pihak.

Bahkan usaha perdamaian itu dapat dilakukan sepanjang proses berjalan,

juga dalam taraf banding oleh pengadilan tinggi. Apabila hakim berhasil

mendamikan kedua belah pihak yang berperkara, lalu dibuatkan akta

Page 23: BAB IV HASIL PENELITIAN - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/6712/7/Bab 4.pdfMeperhatikan hal diatas, maka dalam tesis ini akan dikemukakan contoh kasus sengketa harta bersama

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

121

perdamaian dan kedua belah pihak dihukum untuk mentaati isi dari akta

perdamaian tersebut.

Akta perdamaian mempunyai kekuatan seperti suatu putusan hakim yang

biasa yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap (in kracht van

gewijsde), apabila ternyata terdapat pihak yang tidak dengan sukarela

memenuhi kewajiban hukumnya, maka eksekusi dilakukan dengan secara

paksa. Oleh karena perdamaian bersifat “mau sama mau” dan merupakan

persetujuan antara kedua belah pihak, maka terhadap putusan perdamain

itu menurut ketentuan pasal 130 HIR ayat 3., yang bersangkutan tidak

diperkenankan uhntuk mengajukan banding atau kasasi.

c. Pembacaan surat gugatan.

Sebelum surat gugatan/permohonan dibacakan, jika perkara perceraian,

hakim wajib menyatakan sidang tertutup untuk umum, sementara perkara

perdata umum sidangnya selalu terbuka.

Surat gugatan/permohonan yang diajukan ke Pengadilan Agama itu

dibacakan oleh Penggugat/Pemohon sendiri atau salah seorang majelis

hakim, dan sebelum diberikan kesempatan oleh majelis hakim kepada

Tergugat/Termohon memberikan tanggapan/jawabannya, pihak

Penggugat/Pemohon punya hak untuk mengubah, mencabut, atau

mempertahankan isi surat gugatan/permohonannya tersebut. Apabila

Penggugat/Pemohon menyatakan tetap tidak ada perubahan dan tambahan

Page 24: BAB IV HASIL PENELITIAN - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/6712/7/Bab 4.pdfMeperhatikan hal diatas, maka dalam tesis ini akan dikemukakan contoh kasus sengketa harta bersama

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

122

dalam gugatan/permohonannya itu kemudian persidangan dilanjutkan ke

tahap berikutnya.

d. Jawaban tergugat/termohon.

Setelah gugatan/permohonan dibacakan, Tergugat/Termohon diberi

kesempatan mengajukan jawabannya, baik ketika sidang hari itu juga

maupun sidang berikutnya. Jawaban Tergugat/Termohon dapat

disampaikan secara tertulis atau lisan (Pasal 158 ayat (1) R.Bg). Pada

tahap jawaban ini, Tergugat/Termohon dapat pula mengajukan eksepsi

(tangkisan) atau rekonpensi (gugatan balik) tanpa perlu membayar panjar

biaya perkara (biaya dibebankan pada Pemohon/Penggugat).

e. Replik penggugat/pemohon.

Setelah Tergugat/Termohon menyampaikan jawabannya, kemudaian si

Penggugat/Pemohon diberi kesempatan untuk menaggapinya sesuai

dengan pendapat Penggugat/Pemohon. Pada tahap ini mungkin

Penggugat/Pemohon tetap mempertahankan gugatan/permohonannya atau

bisa pula mengubah sikap dengan membenarkan jawaban/bantahan

Tergugat/Termohon.

f. Duplik tergugat/termohon.

Setelah Penggugat/ Pemohon menyampaikan repliknya, kemudian

Tergugat/ Termohon diberi kesempatan untuk menanggapinya/

menyampaikan dupliknya. Tahapan ini dapat diulang-ulang sampai ada

titik temu antara Penggugat/ Pemohon dengan Tergugat/ Termohon.

Page 25: BAB IV HASIL PENELITIAN - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/6712/7/Bab 4.pdfMeperhatikan hal diatas, maka dalam tesis ini akan dikemukakan contoh kasus sengketa harta bersama

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

123

Apabila acara jawab menjawab dianggap cukup oleh Hakim, dan masih

ada hal-hal yang tidak disepakati oleh kedua belah pihak, maka hal ini

dilanjutkan dengan acara pembuktian.

g. Pembuktian.

Pada tahap ini, Penggugat/Pemohon dan Tergugat/Termohon diberi

kesempatan yang sama untuk mengajukan bukti-bukti, baik berupa

bukti surat maupun saksi-saksi secara bergantian yang diatur oleh hakim.

h. Kesimpulan para pihak.

Pada tahap ini, baik Penggugat/Pemohon maupun Tergugat/Termohon

diberi kesempatan yang sama untuk mengajukan pendapat akhir yang

merupakan kesimpulan hasil pemeriksaan selama sidang berlangsung

menurut pandangan masing-masing. Kesimpulan yang disampaikan ini

dapat secara lisan maupun secara tertulis.

i. Musyawarah majelis hakim.

Rapat Permusyawaratan Majelis Hakim bersifat rahasia (Pasal 19 ayat (3)

UU No. 4 Tahun 2004). Dalam rapat permusyawaratan majelis hakim,

semua hakim menyampaikan pertimbangannya atau pendapatnya baik

secara lisan maupun tertulis. Jika terdapat perbedaan pendapat, maka

diambil suara terbanyak, dan pendapat yang berbeda tersebut dapat dimuat

dalam putusan (dissenting opinion).

j. Putusan hakim.

Page 26: BAB IV HASIL PENELITIAN - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/6712/7/Bab 4.pdfMeperhatikan hal diatas, maka dalam tesis ini akan dikemukakan contoh kasus sengketa harta bersama

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

124

Setelah selesai musyawarah majelis hakim, sesuai dengan jadwal sidang,

pada tahap ini dibacakan putusan majelis hakim. Setelah dibacakan

putusan tersebut, Penggugat/Pemohon dan Tergugat/Termohon berhak

mengajukan upaya hukum banding dalam tenggang waktu 14 hari setelah

putusan dibacakan. Apabila Penggugat/Pemohon/ Tergugat/Termohon

tidak hadir saat dibacakan putusan, maka Juru Sita Pengadilan Agama

akan menyampaikan isi amar putusan itu kepada pihak yang tidak hadir,

dan putusan baru berkekuatan hukum tetap setelah 14 hari amar putusan

diterima oleh pihak yang tidak hadir itu.18

5. Putusan pengadilan

Putusa pengadilan menurut sifatnya dikenal tiga macam putusan yaitu :

a. Putusan declaratoir, adalah putusan yang bersifat hanya menerangkan,

menegaskan suatu keadaan hukum semata-mata, misalkan A adalah anak

angkat yang sah dari X dan Y, atau A,B dan C adalah ahli waris dari

almarhum Z

b. Putusan constitutif adalah putusan yang meniadakan suatu keadaan hukum

atau menimbulkan suatu keadaan hukum yang baru, contohnya seperti

putusan perceraian, putusan menyatakan seseorang jatuh pailit.

18 M Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP,(Jakarta: Sinar Grafika, 2008),. 121-270.

Page 27: BAB IV HASIL PENELITIAN - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/6712/7/Bab 4.pdfMeperhatikan hal diatas, maka dalam tesis ini akan dikemukakan contoh kasus sengketa harta bersama

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

125

c. Putusan condemnatoir adalah putusan yang bersifat penghukuman.

Misalnya, di mana pihak tergugat dihukum untuk menyerahkan sebidang

tanah berikut bamngunan rumahnya.19

Pada umumnya dalam suatu putusan Hakim memuat beberapa macam

putusan. Atau dengan lain perkataan merupakan penggabungan dari putusan

declaratoir dan putusan constitutif atau gabungan antara putusan declaratoir

dengan putusan condemnatoir dan sebagainya.

Isi minimum dan sistematika putusan diatur dalam pasal 178,181, 182, 183,

184, 185 dan 187 HIR., penjelasan dari pasal HIR tersebut dapat diringkas sebagai

berikut :

a. Hakim dalam waktu bermusyawarah Karena jabatannya, harus

mencukupkan alasan-alasan hukum yang mungkin tidak dikemukakan

oleh kedua belah pihak, serta wajib mengadili segala bagian gugatan dan

dilarang untuk menjatuhkan keputusan atas perkara yang tidak digugat,

atau meluluskan lebih dari apa yang digugat.

b. Keputusan Hakim hendaklah berisi ringkasan yang nyata dari gugatan dan

jawaban, juga serta dari alasan keputusan itu. Bila keputusan berdasarkan

pada undang-undang yang pasti harus disebutkan, dan keputusan tersebut

ditandatangani oleh Ketua dan Panitera pengadilan.

c. Keputusan yang bukan akhir, walaupun diucapkan dalam persidangan

seperti keputusan akhir juga, tidak diperbuat berasing-asing, tetapi hanya

19 Kartawinata, Hukum Acara Perdata, 109.

Page 28: BAB IV HASIL PENELITIAN - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/6712/7/Bab 4.pdfMeperhatikan hal diatas, maka dalam tesis ini akan dikemukakan contoh kasus sengketa harta bersama

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

126

dicatat dalam berita acara persidangan. Kedua belah pihak boleh meminta

supaya diberikan kepadanya salinan yang sah dari catatan sedemikian itu

dengan membayar biayanya.

d. Jika Ketua dalam kemustahilan akan menandatangani keputusan atau

berita acara persidangan, maka itu dikerjakan oleh anggauta yang

martabatnya langsung dibawah Ketua, yang memeriksa perkara itu. Dan

jika Panitera dalam kemustahilan itu, maka hal itu sungguh-sungguh

disebutkan dalam berita acara persidangan.

e. Ongkos perkara diatur dalam pasal 181, 182, dan 183, diantranya biaya

materai, biaya kepaniteraan, biaya saksi, biaya pemeriksaan setempat, gaji

pejabat yang dipertanggungkan untuk melakukan panggilan

pemberitahuan dan banyaknya perkara yang menurut keputusan harus

dibayar oleh salah satu pihak, harus disebutkan dalam putusan.20

Putusan Hakim tidak selalu mengabulkan gugatan untuk seluruhnya, dapat

pula gugatan dikabulkan untuk sebagian. Karena gugatan dikabulkan untuk

sebagian saja, gugatan untuk selebihnya harus ditolak atau dalam hal-hal tertentu

dinyatakan tidak dapat diterima. Hal ini dikuatkan dengan salinan putusan

Pengadilan Agama Jepara dengan nomor putusan 1326/Pst.G/2010/PA.Jpr. prihal

gugat cerai dan pembagian harta bersama. Dalam salinan putusan tersebut, majelis

hakim dalam amar putusannya

20 Soesilo, RIB/HIR, 131-139.

Page 29: BAB IV HASIL PENELITIAN - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/6712/7/Bab 4.pdfMeperhatikan hal diatas, maka dalam tesis ini akan dikemukakan contoh kasus sengketa harta bersama

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

127

MENGADILI

1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebagian;------------------------------

2. Menetapkan jatuh talak satu khul’i Tergugat (PATIKOLI BIN BAWAL)

terhadap Penggugat (ARWANA binti MASKOI) dengan iwadl sebesar

Rp. 10.000,- (sepuluh ribu rupiah);------------------------------------------------

3. Memerintahkan Panitera Pengadilan Agama JEPARA untuk mengirimkan

salinan putusan ini kepada PPN KUA Kecamatan L, Kabupaten JEPARA

dan PPN KUA Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang;--------------

4. Menyatakan sah dan berharga sita jaminan yang diletakkan oleh Panitera

Pengadilan Agama JEPARA sebagaimana Berita Acara Penyitaan Jaminan

Nomor : 1326/Pdt.G/2010/PA.Jpr. tanggal 31 Maret 2011 atas barang-

barang tidak bergerak berupa :-----------------------------------------------------

a. Bangunan rumah terletak di RT. 21 RW. 03 Desa K, Kecamatan L,

Kabupaten JEPARA, yang didirikan di atas tanah milik MUH (orang

tua Penggugat) sebagaimana Sertifikat Hak Milik Nomor : 857/Desa K

dengan batas-batas :

- Sebelah Utara : rumah H. SO;-----------------------------------------

- Sebelah Timur : rumah NG;--------------------------------------------

- Sebelah Selatan : rumah H. KA;----------------------------------------

- Sebelah Barat : jalan Desa;--------------------------------------------

b. Sebidang tanah terletak di RT. 21 RW. 03 Desa K, Kecamatan L,

Kabupaten JEPARA, sebagimana tercatat dalam Buku C Desa Nomor

Page 30: BAB IV HASIL PENELITIAN - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/6712/7/Bab 4.pdfMeperhatikan hal diatas, maka dalam tesis ini akan dikemukakan contoh kasus sengketa harta bersama

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

128

2139 Desa K Persil 56 D.II Blok Karanganyar Desa K luas + 610 M2

atas nama H. SO, dengan batas-batas :

- Sebelah Utara : tanah/rumah SuKM;---------------------------------

- Sebelah Timur : tanah SMG (alm);------------------------------------

- Sebelah Selatan : jalan Desa;--------------------------------------------

- Sebelah Barat : jalan Desa;--------------------------------------------

c. Rumah dan tanah terletak di RT. 21 RW. 03 Desa K, Kecamatan L,

Kabupaten JEPARA, sebagimana tercatat dalam Buku C Desa Nomor

1846 Desa K Persil 56 D.II Blok Karanganyar Desa K luas + 260 M2

atas nama Cakri Jami, dengan batas-batas :----------------------------------

- Sebelah Utara : rumah TA;--------------------------------------------

- Sebelah Timur : rumah NG;--------------------------------------------

- Sebelah Selatan : tanah MUH/rumah H. SO/SA;---------------------

- Sebelah Barat : jalan Desa;--------------------------------------------

5. Menetapkan menurut hukum bahwa harta berupa :-----------------------------

a. Bangunan rumah terletak di RT. 21 RW. 03 Desa K, Kecamatan L,

Kabupaten JEPARA, yang didirikan di atas tanah milik MUH (orang

tua Penggugat) sebagaimana Sertifikat Hak Milik Nomor : 857/Desa K

dengan batas-batas :-

- Sebelah Utara : rumah H. SO;---------------------------------------------

- Sebelah Timur : rumah NG;------------------------------------------------

- Sebelah Selatan : rumah H. KA;---------------------------------------------

Page 31: BAB IV HASIL PENELITIAN - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/6712/7/Bab 4.pdfMeperhatikan hal diatas, maka dalam tesis ini akan dikemukakan contoh kasus sengketa harta bersama

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

129

- Sebelah Barat : jalan Desa;-------------------------------------------------

b. Sebidang tanah terletak di RT. 21 RW. 03 Desa K, Kecamatan L,

Kabupaten JEPARA, sebagimana tercatat dalam Buku C Desa Nomor

2139 Desa K Persil 56 D.II Blok Karanganyar Desa K luas + 610 M2

atas nama H. SO, dengan batas-batas: --------------------------------

- Sebelah Utara : tanah/rumah SuKM;-------------------------------------

- Sebelah Timur : tanah SMG (alm);----------------------------------------

- Sebelah Selatan : jalan Desa;-------------------------------------------------

- Sebelah Barat : jalan Desa;-------------------------------------------------

c. Rumah dan tanah terletak di RT. 21 RW. 03 Desa K, Kecamatan L,

Kabupaten JEPARA, sebagimana tercatat dalam Buku C Desa Nomor

1846 Desa K Persil 56 D.II Blok Karanganyar Desa K luas + 260 M2

atas nama Cakri Jami, dengan batas-batas:----------------------------------

- Sebelah Utara : rumah TA;-------------------------------------------------

- Sebelah Timur : rumah NG;------------------------------------------------

- Sebelah Selatan : tanah MUH/rumah H. SO/SA;--------------------------

- Sebelah Barat : jalan Desa;-------------------------------------------------

adalah harta bersama Penggugat dan Tergugat;-----------------------------

6. Menghukum Penggugat dan Tergugat untuk membagi harta bersama

tersebut pada diktum 5 di atas menjadi dua bagian, dan menyerahkan

kepada Penggugat dan Tergugat masing-masing satu bagian, atau apabila

Page 32: BAB IV HASIL PENELITIAN - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/6712/7/Bab 4.pdfMeperhatikan hal diatas, maka dalam tesis ini akan dikemukakan contoh kasus sengketa harta bersama

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

130

tidak dapat dibagi menurut ujudnya maka harus dibagi menurut nilainya

melalui lelang berdasarkan aturan yang berlaku;--------------------------------

7. Menyatakan gugatan Penggugat mengenai mobil Toyota Rush, warna

hitam, tahun 2010 Nomor Polisi XXXX tidak dapat diterima;----------------

8. Menyatakan sita jaminan atas mobil Toyota Rush warna hitam tahun 2010

Nomor Polisi XXXX tidak sah dan tidak berharga dan oleh karenanya

harus diangkat;--- 9. Menolak gugatan Penggugat untuk selain dan

selebihnya;-------

9. Menghukum Penggugat untuk membayar semua biaya yang timbul dalam

perkara ini sebesar Rp. 3.652.000,- (Tiga juta enam ratus lima puluh dua

ribu rupiah);----

Amar putusan Pengdilan Agama Jepara dengan nomor

1326/Pst.G/2010/PA.Jpr., menurut hemat penulis telah sesuai dengan ketentuan

pasal 178 ayat 2 dan 3 HIR, yang menjelaskan hakim harus mengadili semua

tuntutan yang ada dalam gugatan dan tidak boleh mengabulkan lebih dari pada

apa yang telah digugat. Begitu juga diktum poin ke enam yang menghukum

penggugat dan tergugat untuk membagi harta bersama pada diktum kelima

menjadi dua bagian.

Pembagian harta bersama dengan konsepsi pembagian masing-masing pihak

mendapatkan bagian seperdua juga telah dipandang memenuhi rasa keadilan, dan

sesuai dengan asas equalitas yang dianut dalam UU Perkawinan. Namun jika isteri

bisa membuktikan di pengadilan telah memberikan tanggung jawab lebih,

Page 33: BAB IV HASIL PENELITIAN - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/6712/7/Bab 4.pdfMeperhatikan hal diatas, maka dalam tesis ini akan dikemukakan contoh kasus sengketa harta bersama

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

131

termasuk membiayai rumah tangga, sangat mungkin pembagiannya lain. Jadi,

keadilan dalam konteks ini sangat ditentukan oleh majelis hakim. Pengadilan

berwenang menentukan porsi isteri yang menjadi tulang punggung keluarga lebih

besar daripada suami dalam pembagian harta bersama.

Salah satu contoh kasus semacam ini termuat dalam putusan MA No.

266K/AG/2010. Dalam putusan ini, majelis hakim memberikan 3/4 bagian kepada

isteri, dan sisanya (1/4 bagian) kepada suami. Pertimbangan majelis adalah:

berdasarkan bukti dan fakta di persidangan ternyata suami tidak memberikan

nafkah dari hasil kerjanya dan seluruh harta bersama diperoleh isteri dari hasil

kerjanya, maka demi rasa keadilan, pantaslah Penggugat (isteri) memperoleh harta

bersama sebesar yang ditetapkan dalam amar putusan.