Tugas Beton
-
Upload
kemas-tasnim -
Category
Documents
-
view
92 -
download
2
description
Transcript of Tugas Beton
BAB I
SLUMP TEST
I. Definisi dan Tujuan
a. Workability
Apakah adukan beton tersebut “workable” (dapat dikompaksi) atau tidak, tergantung pada
banyak faktor antara lain:
1. Jumlah air didalam adukan W/C (Water cement ratio).
2. Perbandingan jumlah agregat (pasir+agregat kasar) terhadap semen (perbandingan dalam
berat).
3. Ukuran maksimum agregat kasar.
4. Gradasi, bentuk agregat kasar.
Makin tinggi harga W/C maka untuk mendapatkan adukan beton yang “workable”,
memerlukan gradasi agregat yang lebih halus.
Perkiraan jumlah air yang diperlukan untuk harga slump yang berbeda-beda dan ukuran
maksimum agregat.
Ukuran agregat
maksimum (mm)
Jumlah air (kg) yang diperlukan untuk 1m3 beton
Slump 25 – 50 mm Slump 25 – 50 mm Slump 25 – 50 mmKoral Split Koral Split Koral Split
9.5 mm 190 210 200 225 230 255
19 mm 170 195 190 210 210 225
38.1 mm 160 170 170 190 190 210
50.8 mm 150 165 165 180 180 195
76.2 mm 135 155 155 165 160 185
Tingkatan-tingakatan Workability adalah sebagai berikut.
1
Data diambil dari Properties of Concrete by AM. Neville hal. 206
Tingkatan Workability
Penggunaan adukan beton dan cara pemadatannya
Ukuran maksimum
agregat (mm)
Slump (mm)
Faktor kompak
siSangat rendah Digetar lama sekali dan disertai
tekanan (pressure)10 mm20 mm
00
0.650.68
Lebih rendah Digetar intensif 10 mm20 mm40 mm
00 – 100 – 25
0.750.780.78
Rendah Digetar normal, dipakai untuk konsturksi dimana penulangannya tak begitu rapat
10 mm20 mm40 mm
0 – 510 – 2525 – 50
0.830.850.85
Sedang Tak digetar jika dipakai pada konstruksi dimana penulangannya tak rapat dan digetar jika dipakai pada konsturki penulangannya rapat
10 mm20 mm40 mm
5 – 2525 – 50
50 – 100
0.900.920.92
Tinggi Tanpa digetar pada penulangan rapat 10 mm20 mm40 mm
25 – 10050 – 125100 – 175
0.950.950.95
b. Pengukuran Workability dari adukan beton
Untuk mengukur Workability dari adukan beton ada beberapa cara, yaitu:
1. Slump Test
2. Compacting factor test
3. Flow test
4. Kelly ball test
5. Vee bee consistometer test
Yang akan kami jelaskan di sini adalah mengenai Slump Test.
c. Slump Test
Tujuan Test: Untuk mengetahui konsistensi (kekentalan adukan beton). Dapat dipakai di
laboratorium beton atau di laopangan.
I.2 Alat-alat
2
1. Kerucut Abrams berbentuk kerucut terpancung.
2. Pelat baja ukuran 50 cm x 50 cm untuk alas tempat kerucut berdiri. Dapat juga dipakai
lantai kerja yang rata sebagai alas tempat kerucut berdiri.
3. Batang baja diameter 16 mm panjang 600 mm, salah satu ujungnya dibulatkan.
4. Alat pengukuran tinggi slump, yang berskala.
5. Sekop kecil.
1.3 Pelaksanaan
1. Adukan beton dimasukkan ke dalam kerucut Abrams mula-mula sebanyak 1/3 tinggi
kerucut. Lalu ditusuk-tusuk dengan batang baja Ø 16 mm (ujung bulat berada dibawah,
batang harus dalam posisi vertical). Sebanyak 25 kali pada tempat yang berlainan.
2. Tambahkan lagi 1 tinggi kerucut berikutnya lalu ulangi langkah pertama.
3. Tambahkan lagi 1/3 tinggi kerucut terakhir, lakukan langkah pertama, lalu permukaan
atas diratakan dengan bibir atas kerucut. Untuk point 1 s/d 3, pada saat pengisian kedua
kaki meginjak pegangan kerucut bagian bawah, badan membungkuk.
4. Selubung kerucut diangkat ke atas (pada saat itu posisi kaki dipindahkan, tak menginjak
lagi kaki kerucut), adukan beton akan turun. Besarnya penurunan ini diukur dengan alat
ukur tinggi-slump. Turunnya puncak kerucut adukan beton disebut slump.
3
Makin besar harga slump, makin encer adukan beton. Jika adukan beton terlalu encer, maka
pada saat kerucut Abrams diangkat, adukan tersebut akan buyar. Seperti gambar berikut.
1.4 Perhitungan
a. PBI 1971 menetapkan syarat nilai slump untuk berbagai pekerjaan beton.
Penggunaan adukan beton untuk Slump (cm)Maksimum Minimum
Dinding, pelat, pondasi, pondasi tapak bertulang 12.5 5.0Pondasi tapak tak betulang, kaison & konst. bawah tanah
9.0 2.5
Pelat, balok, dinding 15.0 7.5Pengerasan jalan 7.5 5.0Pembetonan massal 7.5 2.5
b. Pengaruh waktu terhadap Workability.
Pada saat diaduk dan dilakukan pengetestan slump, kita peroleh harga slump awal (initial
slump). Dengan bertambahnya waktu menunggu penempatan adukan beton tersebut pada
konstruksi, harga slump akan berkurang sejalan dengan waktu. Hal demikian disebut “slump
loss” (kehilangan slump).
Slump loss dapat diatasi dengan menambahkan admixture pada adukan beton.
4
BAB II
CONCRETE MIX DESIGN
II. Definisi dan Tujuan
Tujuan kita menentukan/mempelajari sifat-sifat material (bahan baku) untuk adukan beton adalah agar kita betul-betul dapat merencanakan campuran beton yang memenuhi syarat.
Untuk merencanakan campuran beton (mix design), ada empat factor yang harus dipertahankan, yaitu:
a. Water cement ratio (W/C)Yaitu jumlah air (kg) yang dipakai dalam adukan berbanding dengan jumlah semen (kg) yang dipakai.
b. Cement-agregat ratioYaitu perbandingan jumlah pemakaian semen dan agregat (pasir + agregat kasar).
c. Gradasi (dari agregat).d. Konsistensi adukan
Yaitu berguna agar penempatan adukan beton lebih mudah.
Beberapa metode Mix Design:
1. Maximum Density method2. Fitneness Modulus Method3. ACI (American Concrete Institute) Method4. Grading Curve Method5. High Strength Concrete Mix Design6. Current British Method
II.1 Mix Design menggunakan Metode ACI (American Concrete Institute)
II.1.2 Data-data material
a. Ukuran maximum agregat (yang dipakai adalah batu pecah) = 20 mm.
b. Agregat kasar:
Ukuran 5 mm – 20 mm
Berat jenis (SSD) = 2,65
Berat isi (unit weight) = 1,7 kg/liter
Penyerapan air (%) = 2 %
Gradasi
5
Ukuran Ayakan Kumulatif Lewat
Ayakan
38.1 mm 100
25 mm 100
19 mm 99
9.5 mm 33
4.76 mm 5
2.36 mm 0
Modulus Kehalusan = 6.63
Kadar air dalam split = 1.5 %
c. Agregat halus (pasir):
Berat jenis (SSD) = 2,60
Berat isi (unit weight) = 1,55 kg/liter
Penyerapan air (%) = 3 %
Gradasi
Ukuran Ayakan Kumulatif Lewat
Ayakan
9.5 mm 100
4.75 mm 99
2.36 mm 76
1.18 mm 58
0.60 mm 40
0.30 mm 12
0.15 mm 2
Modulus Kehalusan = 3.13
Kadar air dalam split = 5.2 %
d. Semen: Type 1 dengan berat jenis = 3.16
II.1.2 Data-data lain
6
Mutu beton (umur 28 hari) yang diminta K235. Standar deviasi bisa diambil = 50 kg/cm2.
Slump yang dikehendaki antara 6 cm – 10 cm.
II.1.2 Langkah Perhitungan
1. Berdasarkan ukuran maksimum agregat (batu pecah/split) dan slump yang diminta, dapat
ditentukan perkiaraan air yang dipergunakan. Tabel di bawah ini diambil dari table 10.16
buku referensi “Properties of Concrete” by AM. Neville.
Ukuran maksimum
agregat (mm)
Jumlah air yg diperlukan (tak ada udara dalam beton)
(kg/m3)
Udara dalam
beton (%)
Jumlah air yang diperlukan (ada udara dalam beton) (kg/m3)
10 225 3 20012.5 215 2.5 19020 200 2 18025 195 2.5 17540 175 1 16050 170 0.5 15570 160 0.3 150150 140 0.2 135
Keterangan tabel:
a. Jumlah air yang diperlukan untuk agregat yang ukurannya lebih dari 40 mm, tidak
diberikan untuk adukan dengan slump kurang dari 30 mm.
b. Table ini berlaku untuk keadaan konsistensi adukan beton yang plastis (slump antara
80 mm – 130 mm).
Tabel air yang diperlukan untuk berbagai keadaan konsistensi adukan beton.
Keterangan Konsistensi Air yang diperlukan (%)Slump
(mm)Vebe
(detik)Faktor
KompaksiSangat kering – 32 – 18 – 78
Sangat keras – 18 – 10 0.70 83
Keras 0 – 30 10 – 5 0.75 88
Agak plastis 30 – 80 5 – 3 0.85 92
7
Plastis 80 – 130 3 – 0 0.91 100
Encer 130 – 180 – 0.95 106
Keterangan tabel:Dipakai sebagai referensi. Misal: kita akan membuat mix dimana slumpnya 150 mm maka air yang diperlukan adalah 1.06 kali air yang diperlukan untuk membuat mix dengan slump antara 80 – 130 mm.
Pada data:
Yang diminta slump 6 cm – 10 cm. max ag = 20 mm Dari tabel diatas untuk keadaan slump 80 mm – 130 mm Diperoleh W = 200 kg/m3 adukan beton
2. Menentukan harga W/C dari tabel sebagai berikut:
Hubungan W/C dan kekuatan tekan hancur beton menurut ACI standard 211.3 – 75
Kekuatan tekan pada umur 28 hari
Water/cement ratio
Satuan Mpa
Satuan kg/cm2
Untuk beton yang tak ada udara di dalamnya
Untuk beton yang ada udara di dalamnya
48 487.0 0.33 –41 415.9 0.41 0.3234 344.9 0.48 0.4028 284.1 0.57 0.4821 213.0 0.68 0.5914 142.0 0.82 0.74
Catatan: 1 Mpa = 10.145 kg/cm2
Harga kekuatan tekan diatas adalah untuk silinder ukuran 15 x 30 cm. Jadi kalau contohnya adalah kubus 15x15x15 maka harus dibagi 0.83.
Tabel diatas hanya untuk ukuran maksimum agregat adalah 25 mm ( 20mm – 25 mm).
Pada soal:
bk = Mutu Beton yang diminta K325
S = Standar deviasi 50 kg/cm2
Maka:
8
WC
=0.49
200C
=0.4
C=408 kg
bm yang akan dicapai = bk + 1.64S
= 325 + 1.64 (50) = 407 kg/cm2
Diubah ke kekuatan silinder = 407 x 0.83 = 337.8 Pada tabel di atas, untuk bm = 337.8 kg/cm2, adukan beton tanpa udara
diperoleh W/C = 0.49 (ingat interpolasi).
3. Menentukan jumlah semen dalam 1m3 adukan:
4. Menentukan volume total agregat kasar untuk 1 satuan volume beton
Ukuran maksimum agregat kasar (mm)
Volume total agregat kasar oer satuan volume beton untuk harga fineness modulus pasir
2.40 2.60 2.80 3.0010 0.50 0.48 0.46 0.44
12.5 0.59 0.57 0.55 0.5320 0.66 0.64 0.62 0.6025 0.71 0.69 0.67 0.6540 0.75 0.73 0.71 0.6950 0.78 0.76 0.74 0.7270 0.82 0.80 0.78 0.76150 0.87 0.85 0.83 0.81
Catatan: Harga di atas akan menghasilkan adukan beton yang workable. Untuk adukan yang
kurang workable mislanya untuk konstruksi jalan, harga-harga diatas dinaikkan 10 %. Untuk adukan yang lebih workable misalnya adukan yang dipompakan, harga di atas
dikurangi 10 %.
Pada soal:
9
Data diambil dari tabel 10.17 Properties of Concrete by AM. Neville
Modulus kehalusan pasir = 3.13, untuk maksimum agregat = 20 mm. Diperoleh
volume total agregar kasat = 0.60.
Berat isi agregat kasar = 1.7 t/m3. Jadi berat agregat kasar (split) = 0.6x1700kg =
1020 kg.
5. Menentukan jumlah pasir dalam adukan
Volume semen = berat = 408 Berat jenis 3.16
129.1 liter
Air 200 literSplit = berat = 1020 Berat jenis 2.65
384.9 liter
Jumlah total 714 liter
Jadi, volume pasir = 1000 liter – 714 liter = 286 liter. Berat pasir = 286 x 2.60 (berat jenis pasir) = 743.6 kg.
6. Hasil Mix DesignUntuk 1 m3 beton (material dalam keadaan SSD):
Semen (C) = 407 kg W/C = 0.49 Air (W) = 200 liter Pasir (S) = 743.6 kg Split (G) = 1020 kg
II.2 Hasil Akhir
Karena percobaan menggunakan agregat dalam keadaan basah sedangkan mix di atas
adalah untuk material SSD (kering permukaan), maka dilakukan koreksi sebagai berikut:
Semen (C) = 407 kg Air (W) = 200 – ((5.2% - 3%)x743.6) + (0.5%)x 1020 = 188.7 kg Pasir (S) = 743.6 kg + (5.2% - 3%)x743.6kg = 760 kg Split (G) = 1020 – (2%-1.5%)x 1020 kg = 1014.9 kg
Catatan:
Absorpsi maksudnya: air yang diserap dari keadaan kering sekali sampai menjadi
keadaan SSD.
Kadar air maksudnya: air yang diserap dari keadaan kering sampai basah.
10
Jika harga kadar air lebih besar daripada absorpsi artinya agregat tsb dalam keadaan
basah, sehingga agregat tsb harus ditambah, sedangkan jumlah air yang diperlukan
harus dikurangi.
Jika harga kadar air lebih kecil daripada absorpsi, artinya agregat tsb kering sehingga
agregat tsb harus dikurangi sedangkan jumlah air yang diperlukan harus ditambah.
DAFTAR PUSTAKA
1. Neville, A.M: Properties of Concrete, A Pitman International Text Book, Third Edition.2. Peraturan Beton Indonesia, PBI 1971.3. Gunawan & Margaret, Ir; Teori Soal Dan Penyelesaian Konstruksi Beton 1 jilid 1; Delta Teknik
Group Jakarta; Seri B.
11