TUGAS BAHASA INDONESIA
-
Upload
nahdya-putri-octavina -
Category
Documents
-
view
4 -
download
1
description
Transcript of TUGAS BAHASA INDONESIA
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS PEKERJAAN IBUDENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN PALEBON KECAMATAN PEDURUNGAN
KOTA SEMARANG
PROPOSAL PENELITIAN KUANTITATIFOleh:Nahdya Putri Octavina
6411413050
JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
KATA PENGANTARPuji Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wataala atas berkat, rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, penyusunan tugas karya tulis ilmiah yang berjudul Hubungan Antara Pemberian ASI Eksklusif dengan Tingkat Pengetahuan dan Status Pekerjaan Ibu di Kelurahan Palebon Kecamatan Pedurungan Kota Semarang dapat diselesaikan dengan baik.Penulis memperoleh banyak bantuan dari beberapa pihak dalam penyusunan tugas karya tulis ilmiah ini, karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua, teman-teman, dan pihak terkait yang memberikan dukungan dan motivasinya sehingga dengan semua itu tugas karya tulis ilmiah dapat disusun dengan lancar.Penulis pun menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan tugas karya tulis ilmiah, sehingga penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.
Semarang, 20 November 2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.1.1 Pengertian ASI Eksklusif
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang ideal untuk bayi terutama pada bulan-bulan pertama, karena memenuhi zat-zat yang dibutuhkan oleh bayi. ASI mengandung semua zat gizi untuk membangun dan menyediakan energi dalam susunan yang diperlukan (Pudjiadi 2005:14).1.1.2 Pemberian ASI Eksklusif di Indonesia Masih Sangat Rendah
Masalah pemberian ASI eksklusif yang masih memprihatinkan di perkuat dari Survei Kesehatan Nasional (SURKESNAS) 2001 menunjukan hanya 47,5% yang mendapatkan ASI eksklusif untuk bayi umur 0--3 bulan dan 14,2% untuk bayi umur 4--5 bulan. Sebaliknya masih ada bayi umur 6--7 bulan yang mendapat ASI eksklusif (5,5%), bahkan juga pada umur 10--11 bulan (3,2%). Untuk mendapatkan ASI eksklusif pada golongan umur 0--3 bulan lebih tinggi di pedesaan (49,8%) dibandingkan yang di perkotaan (44,1%). Sedangkan menurut kawasan paling tinggi bayi yang mendapat ASI eksklusif pada golongan umur 0--3 bulan (Arimurti 2007).1.1.3 Tingkat Pengetahuan dan Status Pekerjaan Ibu tentang Informasi ASI Eksklusif
Berdasarkan status pekerjaan ibu menyusui di daerah Kelurahan Palebon, Kecamatan Pedurungan Kota Semarang didapatkan sebanyak 79,6% responden tidak bekerja dan sebanyak 20,4% bekerja. Hal tersebut dikarenakan ibu yang tidak bekerja cenderung lebih sulit memperoleh informasi tentang ASI Eksklusif. Tingkat perekonomian responden di desa Palebon masih rendah . Hal tersebut disebabkan karena jumlah anak yang responden terlalu banyak sehingga kebutuhan hidup mereka juga bertambah. Dan jarak kehamilan responden cukup dekat sehingga mempengaruhi proses pemberian ASI yang benar tentang menyusui, dan dukungan lingkungan kerja seorang ibu yang bekerja dapat tetap memberikan ASI secara eksklusif.1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka dirumuskan pertanyaan penelitian Bagaimana Hubungan Antara Pemberian ASI eksklusif dengan Tingkat Pengetahuan dan Status Pekerjaan Ibu di Kelurahan Palebon Kecamatan Pedurungan Kota Semarang?.1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui hubungan antara pemberian ASI Eksklusif dengan tingkat pengetahuan dan status pekerjaan ibu di Kelurahan Palebon Kecamatan Pedurungan Kota Semarang.
BAB II
LANDASAN TEORI2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Pengertian Air Susu Ibu (ASI)
Menurut Departemen Kesehatan ASI adalah makanan terbaik dan alamiah yang dapat diberikan oleh seorang ibu kepada anak yang baru dilahirkannya dan komposisinya sesuai dengan pertumbuhan bayi serta ASI juga mengandung pelindung yang dapat menghindari bayi dari berbagai penyakit (2001:1).2.1.2 Manfaat ASI dan Menyusui
Bagi ibu dan bayi ASI Eksklusif menyebabkan mudahnya terjalin ikatan kasih sayang yang mesra antara ibu dan bayi yang baru lahir. Hal ini merupakan keuntungan awal dari menyusui secara eksklusif. Bagi bayi tidak ada perbedaan yang lebih berharga dari ASI. Hanya seorang ibu yang dapat memberikan makanan terbaik bagi bayinya. Selain dapat meningkatkan kesehatan dan kepandaian secara optimal, ASI juga membuat anak potensial memiliki perkembangan sosial yang baik.2.1.3 Komposisi Air Susu Ibu (ASI)
Keadaan yang menguntungkan dari ASI meliputi asam amino dan kandungan protein yang optimal untuk bayi normal. Asam lemak esensial dalam jumlah yang berlimpah tetapi tidak berlebihan, kandungan natrium yang relatif rendah tetapi adekuat, beban solut yang rendah dibandingkan dengan susu sapi, dan absorbsi yang sangat baik untuk zat besi, kalsium, dan seng yang menyediakan jumlah yang adekuat dari zat-zat nutrisi ini untuk bayi yang disusui ASI secara penuh selama 4--6 bulan.2.1.4 Keunggulan dan Keuntungan ASI
ASI mempunyai berbagai keunggulan dan keuntungan, yatiu mengandung semua zat gizi dalam susunan dan jumlah yang cukup unutk memenuhi kebutuhan bayi selama 3--4 bulan, tidak memberatkan fungsi saluran cerna dan ginjal, tidak mengandung zat yang dapat menyebabkan alergi, dan berfungsi menjarangkan kelahiran (membantu KB) dengan menyusui, kesuburan akan berkurang dalam beberapa bulan (RSCM dan Persatuan Ahli Gizi Indonesia 2003:7)
2.1.5 Dampak bayi tidak diberi ASI Eksklusif
Menurut Utami Roesli (2000:8--10) bayi yang tidak diberi ASI Eksklusif akan mempunyai perbedaan dengan bayi yang diberi ASI Eksklusif, antara lain:
a) Kemungkinan meninggal karena diare lebih besar dari pada bayi ASI Eksklusif.
b) Kemungkinan terkena penyakit infeksi telinga, batuk, pilek, dan penyakit alergi lebih besar.
c) Pertumbuhan otak lambat.
d) IQ lebih rendah dari pada bayi ASI Eksklusif.2.1.6 Faktor yang Mempengaruhi Keengganan Ibu memeberi ASI
Menurut Soedjiningsih (1997:17) keengganan ibu memberikan ASI dapat dipengaruhi oleh hal berikut ini:
a) Kurangnya informasi tentang manfaat dan keunggulan ASI.
b) Kurangnya pengetahuan ibu tentang upaya mempertahankan kualitas dan kuantitas ASI selama periode menyusui.
c) Merasa kurang modern dan menyusui dianggap kuno.
d) Alasan bekerja.
e) Takut kehilangan kecantikan dan tidak disayang lagi oleh suami.
f) Gencarnya iklan perusahaan susu formula di berbagai media massa.
2.1.7 Faktor- faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif
Menurut Rulina Suradi (2002:23) ada beberapa faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif yang dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu:
2.1.7.1 Faktor-faktor yang bersumber dari diri sendiria) Tingkat Pengetahuan Ibu
b) Status Pekerjaan Ibu
2.1.7.2 Faktor dari Keluarga
a) Tingkat Ekonomi Keluarga
b) Dukungan Suami2.1.7.3 Faktor dari Masyarakat
a) Sosial Budaya
b) Promosi Susu Formula
2.1.8 Pelaksanaan Pemberian ASI oleh Ibu Pekerja dan Ibu Bukan Pekerja
Pada masyarakat dimana Ibu bekerja, hal ini sering menjadikan alasan ibu tidak menyusui bayinya secara eksklusif. Padahal menurut Utami Roesli bekerja bukan alasan yang menghentikan pemberian ASI secara eksklusif, meskipun cuti melahirkan hanya tiga bulan. Dengan pengetahuan yang benar tentang menyusui, perlengkapan memerah ASI, dan dukungan lingkungan kerja, seorang ibu yang bekerja tetap dapat memberikan ASI secara eksklusif (2000:38).BAB III
METODOLOGI PENELITIAN3.1 Kerangka Konsep
Variabel bebas dalam penelitian ini meliputi pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif dan status pekerjaan ibu. Sedangkan variabel terikat nya yaitu praktik pemberian ASI Eksklusif. Variabel perancu nya yaitu ibu menyusui yang terkena AIDS. Variabel sosial budaya tidak termasuk variable yang diteliti.
Variabel sosial budaya tidak termasuk variabel yang diteliti karena penelitian dilakukan dalam satu wilayah, di mana pandangan masyarakat terhadap nilai-nilai yang berkembang diasumsikan sama. Adapun kerangka konsep berdasarkan variabel penelitian diatas adalah sebagai berikut:
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dan Status Pekerjaan Ibu dengan Praktik Pemberian ASI Eksklusif
3.2 Cara Pengendalian Variabel Confounding (Perancu)
Dalam penelitian ini pengendalian variabel perancunya menggunakan Desain Retriksi yaitu membatasi sampel dengan kriteria inklusi. Kriteria inklusi nya yaitu ibu menyusui yang tidak mempunyai penyakit AIDS. Berikut adalah bagan pengendalian:
Variabel Bebas
Variabel Terikat
Gambar 3.2 Pengendalian Variabel Counfounding dengan Retriksi
3.2 Desain Penelitian
Metode yang digunakan adalah metode survey dengan pendekatan cross sectional karena dalam studi cross sectional variabel yang diamati hanya satu kali. Kemudian, kelebihan dan kelemahan studi cross sectional ini dijabarkan dibawah ini.
a. Kelebihan Cross Sectional1) Desain ini mudah, murah, dan hasilnya cepat diperoleh.
2) Memungkinkan penggunaan pada populasi dari masyarakat umum, generalisasi nya cukup memadai.
3) Dapat dipakai untuk meneliti banyak variabel sekaligus.
4) Dipakai sebagai dasar penelitian selanjutnya.
5) Dapat dimasukan ke dalam tahapan pertama suatu penelitian cohort atau eksperimen, tanpa atau sedikit menambah biaya.b. Kelemahan Cross SectionalSulit untuk menentukan sebab dan akibat karena pengambilan data resiko dan efek dilakukan pada saat yang bersamaan. Akibatnya sulit ditentukan hubungan ibu menyusui yang menderita AIDS tidak dapat ditentukan pada studi prevalensi, karena ibu menyusui yang mempunyai penyakit AIDS dapat menularkan penyakitnya ke bayi melalui ASI.
3.3 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel
Tabel 3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel
Definisi Operasional
Cara Ukur
Skala UkuranPengetahuanAdalah kemampuan responden Formulir kuesioner Ordinal
Ibu tentanguntuk menjawab pertanyaan
ASI Eksklusifyang berhubungan dengan ASI
Eksklusif yang dituangkan dalam
kuesioner sebanyak 20 soal,
dengan ketentuan skor:
1 = jika jawaban benar
0 = jika jawaban salah
hasil skor dikategorikan baik
dan kurang baik.
Status
Aktifitas di luar rumah yang
Formulir
Nominal
Pekerjaanbiasa dilakukan sehari-hari
kuesioner
Ibu
oleh responden yang bertujuan
mendapatkan uang dalam
waktu 8jam/hari
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Arimurti, Ida. 2007. Kebijakan Departemen Kesehatan Tentang Peningkatan Pemberian ASI Pekerja Wanita. Jakarta: Depkes RIArvina, Dahlan, dkk. 2011. Hubungan Status Pekerjaan dengan Pemberian ASI Eksklusif Kecamatan Pedurungan Kota Semarang. Semarang: Universitas Muhamadiyah Semarang
Departemen Kesehatan RI. 2001. Manajemen Laktasi Buku Panduan untuk Bidan dan Petugas Kesehatan di Puskesmas. Jakarta: Depkes RI
Departemen Kesehatan RI. 2002. Panduan Pengembangan MP ASI. Jakarta: Dep Kes RI
Ludha, Novia, dkk. 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Status Pekerjaan Ibu Menyusui dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi di Pesantunan. Tegal: Kebidanan politeknik Harapan Bangsa
Rumah Sakit Dokter Ciptomangunkusumo dan Persatuan Ahli Gizi Indonesia. 1994. Pemantauan Dini Anak. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Soetjaningsih. 1997. ASI: Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Solihin, Pudjiadi. 2000. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Jakarta: Fakultas Kedoketran Universitas Indonesia
Utami, Roesli. 2000. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: Trubus Agriwidya
Variabel Bebas
Tingkat Pengetahuan Ibu
Status Pekerjaan Ibu
Variabel Terikat
Praktik Pemberian ASI Eksklusif
Pemberian ASI Esklusif
Tingkat Pengetahuan Ibu dan Status Pekerjaan Ibu
Ibu menyusui yang tidak mempunyai penyakit AIDS.