Cerpen Tugas Bahasa Indonesia

24
Ketika Setangkai Bunga Mati “ma, pa lihatlah pelangi itu indah banget ya, aku senang sekarang apa yang aku impikan bisa terwujud semua berkat kak Bunga” kata Mekar adik tiri aku. Kini aku sedang menikmati indahnya pelangi bersama keluarga baruku, dalam hati aku sangat berterima kasih sama sahabatku yang sangat aku rindukan, karena dia kebahagiaan ini bisa aku rasakan dan aku bisa dapat melihat indahnya pelangi yang selama ini tak dapat kulihat, aku juga bisa melihat bunga yang selama ini aku hanya bisa mencium baunya yang wangi, walau aku nggak bisa melihat cantiknya wajah asli sahabatku itu, tapi aku tetap senang bisa melihat semua keindahan yang tuhan berikan dan yang selama ini tidak bisa aku rasakan. Dari kecil aku nggak bisa melihat indahnya karunia tuhan, indahnya alam ini, yang bisa aku lihat hanyalah kegelapan sampai ahkirnya aku bisa melihat karena sahabat aku Bunga, dia adalah orang yang selalu menebarkan keceriaan, kebahagiaan, juga kedamaian di hati, seperti bunga yang bermekaran membuat hati orang jadi senang dan bahagia. Walau aku yakin dia tak setegar itu, aku yakin di hatinya yang paling dalam dia pasti merasakan sedih yang luar biasa, melebihi sedihnya hatiku karena aku di lahirkan sudah tak bisa melihat indahnya dunia ini, tapi dari Bunga aku selalu belajar untuk menghadapi kehidupan ini dengan keceriaan. Saat itu hari sedang hujan, dan aku sedang menikmati memainkan piano di depanku, dari kecil aku sudah berbakat memainkan piano dan banyak prestasi yang telah aku dapat dari main piano dan dari main piano aku bisa membantu mama aku, karena sejak di tinggal papa, mama yang harus mencari nafkah untuk menghidupi aku dan mama, juga untuk biaya pengobatanku, aku sering kali merasa kasihan dengan mama karena walau mama selalu bilang mama bisa menghidupi aku sendiri tapi aku yakin di hati kecil mama, mama butuh seorang pendamping dalam hidupnya yang bisa membahagiakan dia juga aku dan bisa menggantikan sosok papa yang sudah lama mama rindukan.

Transcript of Cerpen Tugas Bahasa Indonesia

Page 1: Cerpen Tugas Bahasa Indonesia

Ketika Setangkai Bunga Mati

“ma, pa lihatlah pelangi itu indah banget ya, aku senang sekarang apa yang aku

impikan bisa terwujud semua berkat kak Bunga” kata Mekar adik tiri aku.

Kini aku sedang menikmati indahnya pelangi bersama keluarga baruku, dalam hati

aku sangat berterima kasih sama sahabatku yang sangat aku rindukan, karena dia

kebahagiaan ini bisa aku rasakan dan aku bisa dapat melihat indahnya pelangi yang

selama ini tak dapat kulihat, aku juga bisa melihat bunga yang selama ini aku hanya

bisa mencium baunya yang wangi, walau aku nggak bisa melihat cantiknya wajah

asli sahabatku itu, tapi aku tetap senang bisa melihat semua keindahan yang tuhan

berikan dan yang selama ini tidak bisa aku rasakan.

Dari kecil aku nggak bisa melihat indahnya karunia tuhan, indahnya alam ini, yang

bisa aku lihat hanyalah kegelapan sampai ahkirnya aku bisa melihat karena sahabat

aku Bunga, dia adalah orang yang selalu menebarkan keceriaan, kebahagiaan, juga

kedamaian di hati, seperti bunga yang bermekaran membuat hati orang jadi senang

dan bahagia. Walau aku yakin dia tak setegar itu, aku yakin di hatinya yang paling

dalam dia pasti merasakan sedih yang luar biasa, melebihi sedihnya hatiku karena

aku di lahirkan sudah tak bisa melihat indahnya dunia ini, tapi dari Bunga aku selalu

belajar untuk menghadapi kehidupan ini dengan keceriaan.

Saat itu hari sedang hujan, dan aku sedang menikmati memainkan piano di

depanku, dari kecil aku sudah berbakat memainkan piano dan banyak prestasi yang

telah aku dapat dari main piano dan dari main piano aku bisa membantu mama aku,

karena sejak di tinggal papa, mama yang harus mencari nafkah untuk menghidupi

aku dan mama, juga untuk biaya pengobatanku, aku sering kali merasa kasihan

dengan mama karena walau mama selalu bilang mama bisa menghidupi aku sendiri

tapi aku yakin di hati kecil mama, mama butuh seorang pendamping dalam hidupnya

yang bisa membahagiakan dia juga aku dan bisa menggantikan sosok papa yang

sudah lama mama rindukan.

Saat aku sedang asyik memainkan pianoku tiba2 ada suara yang mengagetkanku

dan suara itu tak asing lagi bagiku,

“hei… asyik banget main pianonya sampai nggak sadar dari tadi aku disini ngelihat

kamu, memang bau badan aku nggak bisa kamu kenalin ya, apa kurang wangi ya

badan aku, wah kurang nih minyak wanginya tadi sih maunya sebotol tapi takut

kamu ntar pingsan” kata Bunga yang dari tadi memperhatiin aku main piano

Page 2: Cerpen Tugas Bahasa Indonesia

Aku nggak sadar kalau Bunga di situ, biasanya dari bau badannya aku bisa tahu

kalau di situ ada Bunga sahabat aku itu, tapi kalau sekarang nggak tahu kenapa aku

nggak sadar kalau dia ada di situ mungkin karena aku terlalu asyik main pianonya,

“maaf deh aku terlalu asyik main piano jadi aku nggak sadar kalau kamu di situ”,

“iya dimaafin kok, oh ya aku mau ngajak kamu ke tempat yang asyik banget”,

“memang mau kemana sih kan masih hujan” tanyaku penasaran,

“pokoknya ntar aku akan bawa kamu ke tempat yang hawanya sejuk banget dan di

jamin setelah dari situ kamu akan merasa lebih fresh, dan ni hujannya dah mau

berhenti kok”,

“ya udah ayo” kataku sambil memraba-raba dan mencari tangan Bunga,

Bunga menuntunku sampai ke ruang tamu dan di situ ada mamaku, kemudian aku

dan Bunga pamitan ke mamaku. Setelah berpamitan Bunga langsung menuntunku

masuk ke mobilnya, dalam hati aku penasaran Bunga mau bawa aku kemana,

setelah Bunga memperhentikan mobilnya Bunga langsung membukakan pintu

untukku, saat aku keluar aku merasakan udara yang sejuk, segar dan benar saja

baru beberapa detik saja di situ aku merasa fresh, lalu Bunga menuntunku ke suatu

tempat, di situ aku mencium bau wangi bunga-bunga sepertinya di situ banyak

tumbuh bunga, setiap mencium aroma wangi Bunga aku selalu merasa semua

masalahku hilang, walau dari dulu aku nggak pernah bisa melihat indahnya bunga

yang membuat hatiku damai itu, aku tetap bisa merasakan keindahan bunga itu. Tak

dirasa Bunga menbantuku untuk duduk di sebuah bangku,

“kamu bisa merasakan kesegaran, kesejukan dan keindahan tempat ini kan rah”

Tanya Bunga,

“nga walau aku nggak bisa melihat indahnya tempat ini tapi aku bisa merasakan

kesejukan, keindahan dan aku bisa mencium bau bunga yang ada di tempat ini”

jawabku lalu mengambil nafas dalam-dalam,

“iya rah kamu tau nggak dari sini kita bisa melihat pelangi dengan jelas kan dulu

kamu pengen melihat pelangi yang kata orang indah itu kan dan kamu pernah tanya

ke aku apa benar kalau pelangi itu indah dan aku jawab iya, mungkin aku nggak bisa

memperlihatkan bagaimana pelangi itu ke kamu tapi, aku akan berusaha untuk

memperlihatkan ke kamu rah, mungkin suatu hari nanti kamu akan bisa melihat

pelangi ini tapi bukan dengan aku rah” terang Bunga

Dari nada bicaranya aku tau dia lagi nangis, lalu aku mengarahkan tanganku ke

wajah Bunga, dan berusaha menghapus air matanya.

Page 3: Cerpen Tugas Bahasa Indonesia

“aku nggak pengen lihat kamu sedih nga aku nggak mau di tempat yang indah ini

kamu nangis, sampai kapanpun aku nggak mau kamu pergi ninggalin aku, jika

memang aku bisa melihat indahnya pelangi di tempat ini aku ingin melihat pelangi

bersama kamu nga, kamu tau kan kamu adalah satu-satunya sahabat yang mampu

ngertiin aku, kamu satu-satunya sahabat yang aku punya nga” kataku ke Bunga dan

seketika aku merasakan air mataku mulai menetes dari mataku,

“ih siapa yang nangis neng aku nggak nangis kok ini tadi cuma air gerimis hujan ini

yang kamu hapus dari pipiku tadi kamu tuh yang nangis aku juga nggak mau di

tempat yang indah ini kamu nangis” kata Bunga sambil menghapus air mata di

pipiku,

“ayo senyum donk kamu nggak suka ya aku ajak ke tempat ini dari tadi aku nggak

lihat senyum manismu itu” sambung Bunga, lalu aku pun senyum untuk sahabatku

itu,

“aku senang banget nga kamu ajak ke sini, walau aku hanya bisa ngerasain sejuk

dan segarnya tempat ini itu dah cukup buat aku nga”

Lalu kami pun tersenyum memberi senyum satu sama lain dan sesaat kemudian

kami tertawa berdua bercanda dan membagi tawa, tiba-tiba di tengah asyiknya

perbincangan kita, Bunga seperti mengerang kesakitan

“aduh sakit banget, sakit rah sakit aduh rah sakit”

tiba-tiba aku merasakan tangan Bunga yang tadinya erat memegang tanganku mulai

terlepas dan aku mendengar suara benda jatuh, oh tidak mungkin itu Bunga pingsan

benar aku mendapati Bunga pingsan di tanah, kemudian aku minta tolong orang

yang ada di situ, tapi sepertinya tak ada orang di situ karena dari tadi aku teriak

minta tolong, tak ada satupun orang yang datang menghampiri aku, kemudian aku

menghubungi mamaku yang kebetulan di deretan kontak mamaku ku taruh di atas

supaya gampang untuk menghubungi mama, lalu aku beri tahu ke mama kalau

Bunga pingsan, karena Bunga tadi sempat di tanya mama mau kemana jadi mama

langsung tahu dimana aku dan Bunga sekarang, tak lama kemudian mama datang

lalu membawa Bunga ke rumah sakit. Bunga memang anak yang ceria, cerdas,

tegar dan mudah bergaul dengan siapa saja dia juga gadis yang baik hati selalu

menolong siapa saja tanpa memandang status sosial, tapi Bunga tak setegar itu ada

tumor yang ganas yang menggerogoti tubuh Bunga, tapi dia tetap berusaha ceria

dan tegar di hadapan semua orang karena dia nggak mau melihat semua orang

sedih melihat keadaannya yang memperihatinkan, dari Bunga aku juga belajar

Page 4: Cerpen Tugas Bahasa Indonesia

Bunga yang menghadapi penyakit yang mungkin bisa membawanya pada kematian

kapan saja kenapa aku cuma di beri cobaan tak dapat melihat indahnya alam ini

saja menyerah pada hidup. Aku menunggu Bunga di pelukan mama

“oh ya rah kamu dah kasih tahu keluarga Bunga belum” Tanya mama

Kemudian aku sadar kalau aku belum kasih tau keluarga Bunga, memang selama ini

mama belum pernah bertemu dengan papa dan adiknya Bunga, lalu aku nyuruh

mama buat memberi tahu papa Bunga kalau Bunga sedang ada di rumah sakit, tak

lama kemudian papa dan Mekar adik Bunga datang, ternyata papa Bunga adalah

Bos di tempat mama kerja jadi mereka sudah saling kenal bahkan mama sudah

kenal dengan Mekar adik Bunga tapi mama belum pernah ketemu dengan kakak

Mekar yang tak lain tak bukan adalah sahabat aku sendiri Bunga, saat itu Mekar dan

papanya Bunga sangat sedih melihat keadaan Bunga yang terbaring lemah di atas

tempat tidur, tak seperti Bunga yang ceria dan tegar, sekarang yang mereka lihat

adalah Bunga yang lemah dan tak berdaya. Seperti bunga yang lagi layu. Selang

beberapa menit Bunga langsung sadarkan diri,

“pa aku dimana pa?” tanya Bunga lemah,

“kamu di rumah sakit sayang…” jawab papanya Bunga

“iya nga kamu tadi pingsan saat kita lagi lihat pelangi”

“maafin aku ya rah pasti kamu tadi panik banget ya” kata Bunga sambil memegang

tanganku

“nggak pa-pa kok nga” Jawabku

lalu aku dan mama pun pamit pulang. Keesokan harinya hari hujan lagi tapi aku

maksa mama supaya ngantar aku ke rumah sakit nengok Bunga, kemudian papa

Bunga datang dan jemput kami berdua karena tadi Bunga sempat meminta papanya

buat jemput aku dan mama, sesampainya di rumah sakit aku langsung masuk ke

kamar Bunga, dan mama sedang bersama papa dan adiknya Bunga, aku dengar

mereka tertawa bersama, sebelumnya aku belum pernah ngelihat mama sesenang

ini dari papa meninggal sejak mama bekerja di tempatnya papanya Bunga mama

nggak pernah sedih lagi, aku nggak pernah dengar mama nangis sendiri lagi kalau

malam, sesampainya aku di kamar Bunga aku langsung menggerakan tanganku

meraba-raba tempat tidur Bunga dan perawat yang tadi menuntunku ke kamar

Bunga membantuku duduk di kursi di depan tempat tidur Bunga kemudian

meninggalkan kami berdua,

“hujannya deras juga ya rah?” kata Bunga memulai pembicaraan

“iya nga, kayaknya ampek malam deh”

Page 5: Cerpen Tugas Bahasa Indonesia

“masa sih rah padahal aku pengen ngelihat pelangi lagi bersama kamu di tempat

yang kemarin”

“tapi kalau hujannya sederas ini ya nggak bisa dong nga”

“aku yakin pasti bentar lagi hujannya akan berhenti, ntar kalau hujannya berhenti

kamu mau nggak nemenin aku ke tempat kemarin”

“iya pasti aku mau nga”

Benar saja tiba-tiba saja hujannya berhenti dan bunga mengajakku ke tempat

kemarin dan aku minta izin ke papanya Bunga kalau aku dan Bunga mau lihat

pelangi, awalnya papanya Bunga nggak ngizinin tapi setelah di paksa Bunga dia

langsung ngizinin.

Sesampainya di sana Bunga langsung mengajak duduk di bangku kemarin.

“kamu bisa rasakan keindahan tempat ini kamu tahu nggak aku pengen banget

meninggal disini rah” kata Bunga lemah

“nga kamu nggak boleh ngomongin kematian, aku nggak pengen di tempat ini kita

ngomongin itu”

“tapi aku ngerasa kalau tempat inilah yang cocok untuk tempat meninggal aku

nantinya, rah boleh nggak aku sandaran di bahu kamu” kata Bunga sambil

menyndarkan kepalanya di bahuku

“iya boleh nga” jawabku sambil mengelus rambut sahabatku itu.

“rah kamu tau nggak kamu tu satu-satunya sahabat yang aku punya, kamu sahabat

yang mampu ngertiin aku, aku pengen ngelihat kamu bahagia, kamu pengen nggak

ngelihat aku bahagia rah”

“iya nga karena kamu juga sahabat yang paling aku sayang”

“kalau kamu ingin ngelihat aku bahagia jangan pernah kamu netesin air matamu

apapun yang terjadi kamu nggak boleh netesin air matamu kamu mau nggak janji

sama aku”

“iya nga aku janji”

“makasih ya rah”

tiba-tiba aku ngerasa genggaman tangan Bunga melemah dan aku tak merasakan

nafas Bunga lagi berhembus.

“nga Bunga kamu kenapa nga kok nggak jawab nga, mama, om, Mekar Bunga”

Seketika mama, papanya Bunga dan Mekar yang sedari tadi melihat kami dari

kejauhan menghampiri aku dan Bunga.

Page 6: Cerpen Tugas Bahasa Indonesia

Setelah meninggalnya bunga aku bisa melihat keindahan alam ini, sebelum Bunga

pergi dia berpesan kepada dokter untuk donorin kornea matanya untukku aku

sangat berterima kasih sama Bunga, karena ini sangat berarti banget untukku, tak

cuma itu kebahagiaan yang di tinggalkan Bunga untuk kehidupanku, kini aku bisa

melihat mama bahagia lagi kayak dulu saat papa masih ada dan kini aku punya

keluarga baru, sebelum Bunga meninggal dia sempat punya satu permintaan

kepada papanya untuk menikahi mamaku karena dia tau kalau papanya dan

mamaku saling mencintai dan dia ingin melihat kebahagiaan adiknya yang dari dulu

ingin mama, dan Mekar sangat akrab dengan mamaku dan menurutnya mamaku

bisa menggantikan mamanya, walau kini Bunga tak ada tapi dia meninggalkan

berjuta kebahagiaan untuk orang di sekitarnya, semenjak aku bisa melihat dan aku

punya keluarga baru yang berbahagia, aku selalu ngajak adik aku Mekar untuk

melihat pelangi sehabis hujan, kegiatan yang pernah aku lakukan dengan Bunga

sebelum dia pergi meninggalkan semua orang yang menyayangi dirinya, kini

kegiatan melihat pelangi sehabis hujan menjadi kegiatan yang wajib untuk aku dan

Mekar, setelah hujan berhenti aku pasti mengajak Mekar ke tempat di mana dulu

Bunga ngajak aku ngelihat pelangi, aku sangat beruntung memiliki sahabat seperti

Bunga walau bagaimana juga yang bisa memberi aku kebahagiaan yang tiada tara

ini adalah Bunga tanpa dia mungkin sekarang aku nggak bisa melihat keindahan

alam ciptaan tuhan ini, dan mungkin mama nggak akan pernah nemuin papa dan

aku nggak akan pernah bisa merasakan mempunyai adik seperti Mekar, aku sangat

senang sekali.

“eh kak Farah kok dari tadi diam terus ada apa sih kak lihat kak bunga-bunga yang

bermekaran itu menginggatkan Mekar pada kak Bunga yang mungkin lagi bersama

malaikat di sana, dulu kak Bunga pernah bilang ke Mekar kalau dia ingin bersama

mama dan ingin bermain bersama malaikat di langit sana kak, apa mungkin

sekarang kak Bunga sedang bersama mama dan bermain bersama malaikat ya kak”

tanya Mekar yang kemudian menyadarkanku dari lamunanku,

“iya Mekar sayang mungkin sekarang kak Bunga sedang menari-nari bercanda tawa

dengan para malaikat di langit sana” jawabku sambil menatap wajah polos Mekar,

“kak apa kak Bunga juga melihat pelangi bersama mama kak, aku pengen kak

Bunga merasakan apa yang Mekar rasakan sekarang Mekar dah punya mama dan

kakak baru tapi Mekar nggak akan pernah melupakan mama dan kak Bunga dari

hati Mekar kak Bunga akan jadi kakak Mekar yang Mekar sayangi selalu”

“iya Mekar pasti kak Bunga merasakan apa yang Mekar rasakan”

Page 7: Cerpen Tugas Bahasa Indonesia

“aku kangen kak Bunga kak”

“kakak juga kangen banget sama kak Bunga”

Sejenak suasana di sana menjadi haru dan setelah muncul pelangi yang indah

suasana jadi ceria lagi. Bunga aku janji aku nggak akan pernah netesin air mata ini

dengan kebahagiaan yang telah kamu beri kepadaku, aku akan jadi yang terbaik

untuk Mekar dan papamu walau aku tau aku nggak mungkin bisa menggantikan

posisimu di hati mereka tapi aku akan mencoba untuk menjadi yang terbaik bagi

mereka, kini kusadari bahwa dengan kepergian dirimu itu sama halnya dengan

setangkai bunga yang mati, jika setangkai bunga itu mati pasti membuat orang yang

ada di sekitar menjadi sedih, tapi wanginya akan selalu di simpan dalam hati, seperti

kamu Bunga saat kamu pergi semua orang yang menyayangimu akan merasa sedih

tapi kamu akan di kenang dan tak akan pernah dari hati mereka, dan kamu juga

meninggalkan wangi yang begitu berarti untuk orang yang menyayangimu, kamu

meninggalkan kebahagiaan yang sudah di rindukan dari dulu, dan kamu

mewujudkan keinginan walau tak semua keinginan itu kamu penuhi tapi itu sudah

lebih dari cukup untuk mereka, begitu juga untuk diriku yang masih merasa

beruntung bisa kenal ma kamu bahkan bisa bersahabat dengan kamu, terima kasih

Bunga, sampai kapanpun wangimu akan kusimpan dalam hatiku.

Page 8: Cerpen Tugas Bahasa Indonesia

Buku Resep Sahabat

Pada suatu hari, ada seorang anak yang gemar memasak. Namanya Lilyana syahputri. Biasa dipanggil Lily. Lily gemar sekali memasak, sampai-sampai dia mempunyai resep buatannya sendiri lho… Lily mempunyai 2 orang sahabat. 2 sahabatnya ini juga suka sekali memasak. Namanya adalah Nisrina dan Annisa.

“Tok…Tok…Tok…” Terdengar suara orang yang mengetuk pintu kamar Lily dari luar. Lily segera beranjak dari kasur untuk membukakan pintu. “Eh, kalian! ada apa?” Tanya Lily saat tahu yang datang adalah Nisrina dan Annis. “Kita mau main aja, ly” kata Annisa. “Oh… ayo masuk!” Kata Lily mempersilahkan Annisa dan Nisrina masuk. “Eh, kita mau main apa niy…?” Tanya Nisrina. “Gimana kalau baca buku aja, kan, Lily pasti punya buku baru kan?” Kata Annisa sambil melirik Lily yang terkejut. “Eh…K… Kok… ka… kamu… bi…sa… tau…?” Tanya Lily terbata-bata. “Ya iyalah tau ly, kan kamu yang bilang ke aku sendiri tadi pagi waktu kita ketemu di masjid.” Kata Annisa santai. “Oh… masa sih… aku kok gak ingat ya…” Kata Lily bingung “udahlah, gak usah dipikirin!” Kata Nisrina. Lily pun segera mengambil buku-buku baru koleksinya. mereka segera membaca buku yang mereka pilih. Lily memilih buku KKPK Luks Magic cookies, Nisrina membaca buku KKPK berjudul Eiffel Cooking Battle, sedangkan Annisa membaca buku KKPK berjudul I Love Cooking.

Setelah lama membaca buku, perut mereka terasa lapar. Lily pun mengajak Nisrina dan Annisa memasak sandwich keju. Setelah matang, mereka segera menyantapnya.Selesai makan, mereka segera kembali ke kamar Lily. “Teman teman, aku punya ide!” Seru Nisrina saat berada di kamar Lily. “Apa?” Tanya Lily dan Annisa kompak. “Jadi, kita buat buku resep persahabatan, caranya, buku tulis yang kosong kita tulis dengan daftar isi dan resep makanan dan minuman ciptaan kita, gimana?” Usul Nisrina. Lily dan Annisa mengangguk mengerti. “Oh iya, aku punya satu buku tulis yang gak terpakai. itu untuk buku resepnya saja!” Usul Lily. “Ok” kata Annisa setuju.

Mereka segera bergantian mengisi buku resep tersebut. Lily menulis resep buatannya, yaitu cheese stick dan es teh susu. Nisrina menulis resep cokelat meses krim dan mangga meses cantik. Sedangkan Annisa menulis resep roti bakar gulung isi dan susu coklat segar. Setelah menulis, Nisrina dan Annisa pulang bersama.

Keesokan harinya di sekolah, Lily melihat di Mading terdapat pegumuman bahwa seminggu lagi akan diadakan lomba memasak per tim. satu tim terdiri dari 3 orang. Tema memasaknya bebas. yang penting ada makanan, minuman, dan makanan penutupnya. Lily segera ke kelas dan memberitahu Nisrina dan Annisa yang sedang mengobrol di kelas. “Teman-teman, aku punya kabar baik buat kita!” Kata Lily mengagetkan kedua sahabatnya. “Eh, kamu ly, kabar apaan sih?” Tanya Nisrina penasaran. “Itu lho, ada lomba memasak minggu depan di sekolah ini, lombanya per kelomok. satu kelompok 3 orang, kalian mau ikut? kalau aku sih mau!” Tawar Lily kepada kedus sahabatnya. “Mau dong ly, masa enggak!” Teriak Nisrina dan Annisa kompak di telinga Lily.

Pada waktu istirahat, Lily segera mendaftar ke Bu Shila, guru Tata Usaha. “Bu, saya ingin memdaftar lomba mamasak” kata Lily. “Oh, iya. apa nama kelompok kalian dan siapa saja anggotanya?” Tanya Bu Shila “nama kelompoknya Cooking Forever,

Page 9: Cerpen Tugas Bahasa Indonesia

anggotanya Lily Syahputri, Nisrina Hafidza, dan Annisa jannita.” Jelas Lily pada Bu Shila. ok, terima kasih ya, Lily” kata Bu Shila kepada Lily. “Sama-sama bu” jawab Lily sambil keluar dari ruang TU.

Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba, Lily, Nisrina dan Annisa sudah siapa untuk berlomba. Lomba pun dimulai. Kelompok Lily memasak spagheti naeepolitan, milkshake anggur dan frozen yogurt. setelah selesai memasak, mereka pun dibolehan keluar oleh Bu Teti, guru memasak yang menjadi jurinya.

Saat pengumuman pun tiba, Bu Fania, kepala sekolah membacakan pengumuman. “Sebelum itu, ibu akan membacakan hadiah lomba memasak dulu. Juara III akan mendapatkan uang 300.000, piala, dan voucher Gramedia sebesar 500.000, Juara ke II akan mendapatkan uang 1.500.000, piala, dan voucher belanja di ITC sebesar 750.000, dan Juara I akan mendapatkan uang 3.000.000, piala, dan jalan-jalan ke Jungleland gratis!!!” Kata Bu Fania. langsung saja, juara 3 adalah… kelompok I Love Cooking, juara ke 2 adalah… Kelompok Cooking Is The Best, dan… juara 1 adalah… beri tepuk tangan yang meriah untuk kelompok Cooking Forever!!!” Kata Bu Fania. Plok… Plok… Plok… tepuk tangan mengiringi Lily, Nisrina, dan Annisa yang naik ke atas panggung. Mereka seakan tidak percaya kalau mereka meraih juara ke 1. Mereka sangat… senang.

Aku tersadar dari kegelapan yang entah berapa lama mengedap di mataku. Dan saat itu ketika pusing menyerangku, tiba-tiba jemari seseorang membuka kelopak mataku, dan memeriksannya dengan sebuah senter kecil dan menyorot mataku. Entahlah aku tidak tahu nama alat itu. Tekanan darahku di periksa, dan hal medis lainnya. Dan yang terakhir, sebuah jarum suntik merasuk dibalik kulit pergelangan tanganku. cairannya merambah pada pembuluh darahku.

Setelah terjadi percakapan kecil dengan Mama yang sejak tadi berada di sampingku, dokter itu berpamit pulang. Kemudian Mama menghampiriku“Aku kenapa Mam?” Tanyaku parau. Dengan sedikit prihatin, Mama mengelus lembut ujung puncak kepalaku.Sebelum aku bertanya lanjut, beliau sudah menyahut. “Kamu cuman sedikit demam kok, kemarin kata Mamang, kamu habis hujan-hujanan ya? Benar Nadia?” jelas Mama membuatku sedikit legah. Dan pertanyaannya membuat raut wajahku mengendur.Akhirnya aku mengangguk setelah ingat kemarin aku terkena buliran air hujan saat pulang sekolah. Saat itu Mamang, supir pribadiku lama tidak menjemputku. Hingga ssampai sore aku menunggunya di pelataran sekolah. Dan hujan itu datang mengguyurku tanpa sadar. Seketika aku segera melindungiku kepalaku dengan tas sekolahku, dan aku putuskan untuk menuju pos satpam. Dan berteduh disana. Tapi naas, rambutku basah karena hujan.“Ya sudah istirahat yaa..” Pesannya lalu mengecup keningku, dan kemudian dirinya menghilang di balik pintu kamarku.Ku lirik sekilas jam yg ada di samping lemari pakaian. Menunjukkan pukul 7 pm. Sudah berapa lama aku pingsan? Entahlah. Rasanya berat sekali untuk bangun. Di tambah penyakit kecanduan kasur. Alias tidur Dan lama kelamaan aku tertidur akibat suntik bius dari dokter tadi.

Aku masih terbaring di kasur, dan aku putuskan aku tak ingin masuk sekolah hari ini. Flu dan cuaca di luar yang hujan membuat semangat putus. Apalagi kalau nanti

Page 10: Cerpen Tugas Bahasa Indonesia

ketemu cowok itu, eh.. namanya Nata. Dia cowok yang sudah jadi penolong aku.Saat aku menunggu Mamang di pos satpam, ia datang secara tiba-tiba dengan seragamnya yang terbungkus jaket. Setelah lama beragumen dan beradu mulut, karena ia mengajakku untuk ikut dengannya. Akhirnya aku mau dibonceng motor dengannya, kelihatannya dia anak baik, ramah dan perhatian. Aku yang super cuek ini hampir larut dengan kepiawaiannya bicara. Dan satu alasan aku mau di boncengnya ternyata rumahnya hanya berjarak limabelas langkah dengan rumahku, dan artinya kita tetanggaan. Dan kita satu sekolah, satu kelas! Sebangku denganku. Huff.. Sebenarnya aku sangat jutek dengannya, tapi dia selalu sabar dengan sifatku. Dan tadi, saat aku menunggu di trotoar luar sekolah, aku hanya merasakan gelap saat terakhir aku mendengarnya meneriaki namaku. Dan kemudian aku pingsan. Hingga seperti saat ini. Dan kemudian aku tersadar. Saat itu Mama ku sedang berdebat dengan seseorang. Aku mengintipnya dari belakang. Dan sedikit mendengar pembicaraannya. Mamaku mengusirnya hanya karena aku di bawa pulang dalam keadaan pingsan. Tapi lebih tepatnya ia menolongku. Mama salah paham. Oh iya, dia kemana? Apa… Nata.. Aduuhh.. harus gimana aku ini… dia mungkin akan menjauhiku..

“Nadia!!” pekik seseorang dari balik pintu, suaranya berpadu dengan jemarinya yang terketuk pada dinding pintu. Tak lama lagi. Seseorang menyembul dari bailknya. Bella dan Salsha, tersenyum ke arahku dengan berpakaian masih seragam dan sebuah kantong plastik tertenteng di tangannya.“Nadia apa kabar?” Tanya Bella ramah, kemudian duduk di sampingku “baik, kalian?” Baik? Baik di luar saja, aku tersenyum pada mereka, selain keadaanku yang belum stabil aku juga lara batin. Dan seperti biasa, ketika menjawab pasti bertanya balik. Hanya basa-basi saja.

Mereka kesini karena ijin gak ikut satu jam pelajaran hanya karena menjengukku siang ini. Aku sedikit lega bisa bercengkrama dengan nya, mengusir penat yang mengikat rasa bebasku di dada. Mama pasti sudah pergi sejak tadi pagi, dan keluar kota dan mulai sibuk dengan lembar-lembar kerjanya.Aku biasa mengusik kepenatanku dengan mengobrol santai dengan Bi Kanni selaku adeknya Mamang, dia juga kerja disini sebagai pembantu.Disaat seperti ini, aku jadi teringat Nata. Dia gak ngejenguk aku. Dan di balik kesenda gurauanku dengan Bella dan Salsha, aku murung dan merasa sangat begitu bersalah padanya – Nata

Sudah dua hari aku tidak masuk sekolah. Dan selama itu pula mereka – Salsha dan Bella – rutin menjengukku, walau hanya sekedar berbincang – bincang tentang topik di sekolahan, tentang materi pelajaran, pengalaman mereka dan lain sebagainya. Mereka mengalaminya bertiga dengan Nata, dan tanpa ada aku. Walaupun begitu Aku merasa terhibur. Ingin rasanya Aku menanyakan Nata. Tapi aku jadi merasa engga enak sama Bella dan Salsha. ah ya sudah aku buang jauh-jauh saja lah ya.. Hari ini hari pertama aku masuk sekolah –eh– maksudnya hari pertama aku berangkat sekolah tanpa menggunakan kacamata seperti biasanya, walaupun sebenarnya di rumah juga aku sudah tidak menggunakannya, pasti mereka akan menganggapku memakai softlens – lensa kontak. Kata mereka, mataku rada kecoklat-coklatan mirip bule, padahal gak satu pun keluargaku ada yang blasteran atau sedarah dengan orang asing. Haa… andai aku bisa berjalan dengan menutup mata pasti akan kulakukan agar tidak mendapat kritikan dari mereka.

Page 11: Cerpen Tugas Bahasa Indonesia

“Non… ayoo!!” panggil Mamang dari bawah. Aku mengerjap tersadar di depan cermin dan kemudian meneriakinya “iyaaa” dari atas sini melalui jendela.Aku menghela nafas, dan mengatakan, aku siap, dalam hati.

“ini bener lo Nadia?” “Waa lo cantik kalo kaya gini” “halo mata bule balik lagi deh!” Pertanyaan dan sapaan sepanjang perjalanan menuju kelas itu aku balas dengan senyuman saja. hari yang sudah siang ini membuatku gugup segera ke kelas. Dan segera menelungkupkan wajahku di meja? Atau mungkin bertemu Nata. Haa.. rasanya aku tak sabar… Tak sabar ingin meminta maaf dan rasa salahku akan segera hilang.“Nadya!!” seru seseorang ketika baru saja aku melangkah melewati ambang pintu, Salsha dan Bella sudah menyambutku di situ. Dan aku segera duduk. Aku tersenyum legah, Nata sudah duduk manis disana, tapi.. dia tidak merespon kehadiranku sama sekali. dia memalingkan wajahnya ke arah lain ketika aku duduk di sampingnya. Yaa karena aku dengannya sebangku.

Di waktu yang terus bergulir yang tiba-tiba kekuatannya hilang untuk berjalan cepat, sang surya yang tadinya menampakkan sinarnya di ufuk timur merangkak lamban. Aku hanya diam sambil mendengarkan penjelasan dari Mr. Azam, ia mengajar Kimia kali ini. Di tambah beban rumus-rumus yang mulai menghantuiku sejak kedatangan Mr. Azam dan pikiranku mengenai Nata aku jadi semakin ruwet.. dan tidak enak hati padanya. Wajahnya yang kemarin-kemarin cerah berubah menjadi murung pucat. Wajahnya yang selalu berseri-seri seakan seperti buah cery saat ia tersenyum kini bertambah valuenya. Aku berhati-hati bergerak di sampingnya, takut jika tingkahku kali ini akan menambah sakit yang mungkin ada di hatinya.Oh Nata… maaf!

Tak ada yang spesial, hanya keadaan seperti biasa di sekolah. 2 hari tidak sekolah membuatku harus hardwork untuk menyusul pelajaran yang tertinggal. Dan tadi saat bel terakhir berbunyi, aku tak sempat berbicara dengan Nata. Dia hanya kikuk, ia malah dingin terhadapku, dengan Bella dan Salsha ia bergurau tak karuan. Tapi kali ini tidak, tak sepatah kata pun di lontarkan kepadaku, walau hanya sekedar tegur sapa.

Sore ini ku beranikan diriku beranjak dari rumahnya, walaupun sebelumnya Mamang melarangku keluar rumah.Sesaat aku terdiam, tiba-tiba kakiku kaku untuk melangkah. Ku tatap baik-baik pekarangan rumahnya, sepi. Hanya semilir angin sebagai penghuninya. Dan aku yakin itu pasti rumahnya, toh minggu lalu aku melihatnya masuk kesitu. Penuh tekad bin niat, akhirnya aku masuk. Menuju pekarangan rumahnya. Di gazebo samping dekat taman, aku melihat punggung seseorang. Aku lihat perawakannya sih seperti Nata. Huff.. aku menghela nafas dalam-dalam. Dan kemudian ku beranikan kakiku bertapak di sampingnya.“ada apa?” sebelum aku sempat menepuk bahunya, ia sudah membuatku salah tingkah. Suaranya yang dingin nan berat menjadi canggung untuk aku berbicara. Terlebih ia tak menoleh sedikit pun. Satu tangannya dimasukkan dalam saku celana, dan yang satunya lagi memegang sesuatu.. entahlah, aku tak bisa melihatnya, karena berada dalam genggamannya“ee..” hff.. aku mencoba menetralkan keadaan. “gue kesini pengen minta maaf sama lo!” ujarku parau menunduk, tak berani menatapnya. Tapi inilah sifat asliku, masih mencoba jutek saat-saat seperti ini.

Page 12: Cerpen Tugas Bahasa Indonesia

“maaf buat apa?!” tanyanya, lagi-lagi lebih dingin. Dan sejurus kemudian benda yang tadi di genggamnya itu di terbangkan menancap pada dinding yang di lapisi Sterofoam. Sebuah paku payung berhasil menancap di tengah-tengah lingkaran warna merah. Aku terganga di buatnya, bagaimana bisa ia melakukannya hanya dengan sepersekian nano detik? Atau mungkin jaraknya yang hanya berkisar 4 m dari hadapannya.“karena kemarin, nyokap gue sempet ngebentak ke lo! Dia gak tau masalahnya, wajar kalo dia marah sama lo! Dan..”“dan apa?” saat aku menjedanya, ia memotong tak sabaran dan menoleh dengan wajah datar. Postur tingginya yang melebihiku membuatku menengadah untuk melihatnya“makasih kemarin lo udah nolongin gue!” ucapku terlontar begitu saja tanpa terpikir lebih lanjut. Tiba-tiba senyuman miring di sunggingkannya.“lo tau? Lo punya 3 kesalahan ke gue!” balasnya, aku tertegun. Apa Nata? Bicara!!Seakan mengerti isi hatiku ia menarik nafas dalam-dalam. Kemudian tangannya yang menggenggam memekar menunjukkan payu payung itu. Apa? Aku mengerenyitkan alis. “do the same” – lakukan hal yang sama. Dengan ragu-ragu akhirnya aku mengambil 2 paku itu. Dan melakukan hal seperti yang tadi Nata lakukan. Tepat pada dugaaan. Aku bisa menancapkannya di area lingkaran merah.“lo tau paku itu! 3 paku itu kesalahan lo!” dua buah paku yang tadi aku tancapkan dan sisa Nata yang tadi. Tapi, aku masih gak paham. Apa salah karena gak pas titik tengah hitam itu? Atau..

“pertama, lo udah cuek sama gue!” Haa? kali ini aku lebih melongo, memang bener aku cuek banget sama Nata. Tapi kan gak harus sombong gitu bahasanya. Emang lo siapa? Semua orang juga gue gituin kali!!“kedua, elo udah buat gue gak bisa main sama lo minggu ini!” aku hanya mendengarkannya dengan menunduk. Melipat kedua tanganku di atas perut. Malas!“ketiga, nyokap lo salah paham sama gue!!” Naahh yang ini bener! Memang ini tujuan gue dari tadi.

“gue minta maaf! Please lo maafin gue!!” mohonku merasa bersalah, ku tampakkan raut cemas yang terukir di wajahku.Nata terdiam, dan aku sejenak berpikir. Kemudian kakiku menuntun dekat dinding berlapis sterofoam itu. Dan mengambil tiga paku tersebut. Oke! Nata mungkin akan mengajarkanku sebuah arti hidup atau apa.. entahlah aku masih penasaran, semoga terkaanku kali ini benar!

Page 13: Cerpen Tugas Bahasa Indonesia

“pakunya ada di gue sekarang. Dan itu artinya,” Nata tersenyum mendengarnya, menurutku senyuman yang paling manis. Sampai tak terasa saat ia memberikan senyuman itu kepadaku, ludahku terasa manis saat aku menelannya.“Ya! Itu artinya gue udah maafin lo walaupun bukan gue yang ngambil tuh paku! Tapi lo tau bekas sterofoam itu?” Tanya Nata, dagunya menunjuk ke arah yang dimaksud. Saking bodohnya aku, aku menggeleng. Nata mengajakku mendekat. Menghampiri seksama apa yang beda dari sterofoam itu. Menimbulkan bekas akibat tancapan paku tersebut, aku tahu. Pasti itu meninggalkan luka dalam pada Nata. Dan itu artinya, aku salah dua kali lipat. Aku menunduk.“katanya, salsha sama Bella sahabat lo?! Dan kemarin gue udah jadi sahabatnya! Apa gue bisa jadi sekedar teman?” tawar Nata. Bukan hal yang sulit untuk menebus kesalahan itu. Tapi kenapa Nata menyebutnya “teman”?

Minggu lalu, saat pertama kali Nata bertemu dengan Bella dan Salsha mereka sepakat untuk menjadikannya sahabat, tapi aku hanya diam tak merespect. Apa sebab? Nata terlalu perhatian kepadaku membuatku risih. Dan saat ini dia mengutarakannya sendiri, membuatku menjadi lebih biasa padanya, rasa cuek itu seakan menjadi gas beracun pada tubuhku. “sahabat!” aku meralatnya sambil menengoknya, Nata tersenyum “janji!” katanya lagi, kelilingkingnya di acungkan di depan mataku, hingga saat itu mata kami bertemu pada satu titik. Ujung kelingking. “janji!” seruku sambil mengaitnya, dan kemudian. Senyum kami merekah. Lebih indah dari yang kuduga. ternyata aku bisa dibuat senyum oleh sosok cowok untuk yang pertama kali selain Papaku, dialah Nata.

Page 14: Cerpen Tugas Bahasa Indonesia

MIMPI DAN KHAYALAN

Sejak matahari terbit, Gavyn masih terbaring di tempat tidurnya untuk menghilangkan segala mimpi-mimpinya tadi malam. Baginya mimpi hanyalah sampah hidup untuk terlalu berharap pada ketidaknyataan. Begitu juga dengan khayalan, Gavyn sangat benci untuk bermimpi dan berkhayal walaupun ia mempunyai banyak mimpi juga khayalan yang menghantuinya.

Waktu terus berjalan, mentari meninggi, dan Gavyn belum berkutik dari singgasananya. Berkali-kali memikirkan hal-hal yang ingin dilakukan hari ini, tetapi ia sangat malas untuk bergerak bangun. Dihari libur kali ini, Gavyn berencana pergi bersama teman-temannya ke sebuah tempat nongkrong di selatan kota Jakarta. Ia lihat jam di dinding dan tercengang dua jarum jam menunjukan angka duabelas. Cepat Gavyn berdiri belari ke arah kamar mandi, setelah sebelumnya mengambil handuk dari hanger.

Di sekolah--- tempat awal perjalanan ---teman-teman sudah menunggu lebih dari satu jam. Gavyn meminta maaf kepada teman-temannya."Sorry ya, gue telat bangun.""Woi," Sambut teman-temannya kompak. Sebagiannya menanyakan,"Kemana aja sih lu?""Yaaaa... Telat bangun.""Yaudah, cabut yuk." Ajak salah satu temannya.

Sesampainya di tujuan, mereka memesan semua yang di inginkan. weekend kali ini hampa, Gavyn merasakan kekosongan hati yang harus diisi, entah siapa, pasti akan ada seseorang menghiasinya. Gavyn menyantap makanan yang sudah dipesannya sambil bercanda gurau dan membicangkan segalanya yang terlintas di kepalanya bersama sabahat-sahabatnya. Stevan berada persis di sebelah Gavyn sedang melahap mie ayamnya, menanyakan hal ganjil untuk Gavyn."Gimana sama si Rita?"Dengan muka bingung Gavyn menatap Stevan," Hah?" dengan muka datarnya kembali dia melancarkan pertanyaan."Emang kenapa sama si Rita?""Kan dulu lu pernah suka sama dia, Vyn."Gavyn bungkam. Namun arah matanya berkata, "Terus, apa hubungannya sama gue?"

Perkataan Stevan itu membuat Gavyn terdiam. Dalam pandangan kosong Gavyn kembali ke masa pertama kali kakinya menginjak sekolah SMA elit di sekolahnya saat ini, ia sudah jatuh hati kepada Rita. Gavyn pertama melihatnya ketika hari kedua MOS, karena hari pertama Rita sakit.

Page 15: Cerpen Tugas Bahasa Indonesia

Matanya berbinar, rambutnya bergelombang, dan sikapnya seperti kanak-kanak tapi jalan pikirannya bijak yang membuat Gavyn jatuh cinta. Selain itu apabila gadis ini mengajaknya berdiskusi tentang apapun, Gavyn selalu terpana melihatnya. Matanya hanya terpaku dengan binar mata itu--- seperti bulan menerangi dikala malam dan serbuk bintang menghiasinya ---yang dilihatnya.

Lamunannya membuat pikirannya terlontar jauh dari tempatnya. Yayan yang menyadari bahwa jiwa dari temannya tidak berada disana langsung membangunkannya."Vyn. Vyn. Gavyn!" Seru Yayan sambil memukul pelan pipi Gavyn." Sadar. Sadar. jangan ngelamun terus!"

Terbangun dirinya akan KHAYALAN. Hal yang paling dibenci olehnya sekarang muncul ditengah-tengah ketidakpastian kenangan tersebut. Pasalnya, Rita yang dahulu pernah menjadi teman karibnya itu menghilang secara misterius. menghilang dalam makna konotasi, dalam arti hilang namun masih ditemui di sekitarnya. Rita sudah hampir tiga tahun menjadi classmate Gavyn. Rita juga sudah enam bulan tidak menyandang status "teman karib" dengannya. Gavyn tidak tahu apa yang telah terjadi padanya dan tidak begitu memperdulikan semua hal yang ganjil itu. Namun di tengah-tengah ketidakperduliannya, rasa rindu selalu bersarang di hatinya dikala arah mata mereka saling beradu.

Setelah tersadar Gavyn melihatkan dirinya kepada teman-temannya bahwa ia tidak sedang melamunkan apa pun dengan mengangguk-anggukan kepala.

Kamuflase dari dirinya berhasil. Saat ini ia menikmati makanan di hadapannya dengan pikiran yang keruan. Tersadar dirinya tidak bisa mengejar semua yang dibencinya, mimpi dan khayalan. mimpi untuk mengejar ketidaknyataan akan hidup dan khayalan hanya terlihat impossible di kehidupan nyata seperti fatamorgana di padang gurun.

Langit mengubah warna langitnya menjadi jingga. Gavyn beserta temannya menuju ke sekolah. Lalu semuanya bertujuan untuk pulang. Dibelahnya jalanan kota Jakarta dengan kecepatan penuh setelah sebelumnya meninggalkan teman-temannya di sekolah. Pikiran yang masih membayangi Gavyn tentang dirinya membuat khayalan-khayalan terbentuk dengan sendirinya. Hal yang sangat dibenci tak terbendung lagi olehnya dan membiarkan khayalan menjadi seperti di dalam kenyataan.

Motor Gavyn melewati rumahnya. Rumahnya memang searah dengan rumah Gavyn dari sekolah. jadi, sering didapatinya ia baru sampe di

Page 16: Cerpen Tugas Bahasa Indonesia

rumah. Gavyn melihat rumahnya yang dahulu sering dikunjunginya namun sekarang sudah mustahil untuk masuk ke istana itu lagi.

Sepuluh bulan berlalu begitu saja atas perasaan yang masih melekat di hati seorang Gavyn. Pengumuman untuk masuk perguruan tinggi tinggal beberapa hari lagi. Waktu singkat membuat gundah dirinya akan cinta yang belum terucap sampai detik ini. Gavyn bertekad untuk menyiratkan semua lewat kata-kata, kata hati.

Rencananya akan direalisasikan dirinya sendiri, besok!. Gavyn akan menemuinya--- untuk mengungkapkan rasa yang lama terkubur ---dengan penuh rasa ikhlas apapun hasilnya.

Hari penantian tiba!. Malam Minggu di depan rumahnya, degup jantung mulai berdetak kencang, disiapkannya suara untuk memanggil Rita."Rita!" Seru Gavyn.Tidak lama berselang, Taufik, adiknya keluar dengan mulut ternganga karena sudah lama tidak melihat teman kakaknya dulu." Kak,Gavyn. kak Rita ya? Tunggu sebentar ya kak. KAK RITA ADA KAK GAVYN!!!"

Lengkingan itu membuat Gavyn sedikit menutup telinganya. Seketika itu juga Rita keluar dengan geraian rambut gelombangnya yang sering membuatnya terpaku selain menatap lembut mata dari Rita.

Lama tidak bertemu, Rit. Gue kangen lu. Ucap Gavyn dalam hati ketika mematung dihadapannya. Tidak ada satu kedipan pun di mata Gavyn untuk melihat gelombang rambut Rita yang sarat akan mahkota sang ratu merefleksikan kilauan berlian. Sekaligus sepasang mata berkaca mencerminkan kerinduan yang mendalam. Dan senyum menyempurnakan segalanya."Hmmm, masuk Vyn. Anggep aja rumah sendiri." Rita membuka percakapan."Iya, Rit.... Gak usah repot-repot."Rita mengacungkan telunjuknya ke bibirnya."Sssst. Kan lu sering kesini,Vyn."Gavyn terlonjak kaget mendengar kalimat Rita. Kapan sih gue kesini? udah hampir tujuh bulan yang lalu!. Lagi-lagi Gavyn mengucapkan dalam hatinya.Gavyn langsung masuk dan duduk di sofa panjang milik Rita. Lalu Rita masuk ke dapur. Tidak lama kemudian membawa dua gelas teh dan aneka cemilan.

Saat itu juga Hening terjadi ketika mata mereka saling beradu."Emang menurut lu gue sering kesini ya?" Gavyn memecah keheningan.

Page 17: Cerpen Tugas Bahasa Indonesia

"Gue ngeliat lu disini dibantu sama khayalan gue, Vyn.""Benci gue sama khayalan. Khayalan itu kayak candu yang ngebuat orang nganggapnya kayak halusinasi atau fatamorgana, cuma sesaat. Setelahnya kita bisa gila karenanya." Gavyn menja-barkan."Siapa bilang khayalan kayak gitu?" Rita langsung menancapkan dimata Gavyn."Lu aja yg menyalahgunakan khayalan itu Vyn.""Tapi masih banyak orang galau karena khayalannya, termasuk gue." Sela Gavyn."Pertamanya juga gitu sih. Tapi setelah gue menerima semua dengan ikhlas. Gue bisa jadiin khayalan kayak semangat untuk segalanya.""Siapa yang lu khayalin,Rit?" tanya Gavyn."Kan gue bilang lu, Vyn." Kali ini tidak hanya matanya yang menatap Gavyn, tapi juga mata hati ikut tersenyum untuknya."lu orangnya,Vyn." Rita meyakinkan.Gavyn menatap Rita kaget. Kenapa lu bisa ngomong kayak gitu?. Tanyanya dalam hati. tapi Gavyn tetap angkat bicara."Gue juga Rit. Enam bulan lu menghilang yang ngebuat gue pupus dan sekarang lu membalikan semuanya."

Diam dalam haru, pandangan mereka bertemu. Kesedihan tidak terbendung, rasa rindu meluapkannya bukan menjadi tangis. Melainkan rengkuhan hangat dari kedua tangan yang merentang menciptakan sebuah kehangatan pelukan dalan rindu. Kedua jiwa yang utuh dengan dilahirkan kecup kecil diatas bibir mereka. Semua bertanda muncul ikatan janji untuk bersama.

Berdua mengurai pelukan. Rita mengambil secarik kertas serta alat tulis dan Gavyn menulis puisi singkat. kata-kata yang memang sudah terbesit diantara mereka.

Mimpi dan Khayalan.

Akan selalu bergandengan,selalu bersama,juga selalu senantiasa melengkapi.

Bersama mimpi, kita akan selalu mengejar.Dengan khayalan,kita selalu saling mengingatkan.

Semua seperti Cinta kita berdua.Inilah akhir cerita manis kita berdua, danakan selalu berdua.

Page 18: Cerpen Tugas Bahasa Indonesia

ULANG TAHUN UNTUK BUNDA

Rentang waktuterkadang membuat kita lupabahwa kita semakin dewasa

Rentang waktuterkadang membuat kita lupabahwa kita telah melanggar titah Yang Kuasa

Rentang waktuterkadang membuat kita sadarbahwa kita hanya manusiayang tak punya apa-apaselain jasad yang tak berguna

Rentang waktuterkadang membuat kita sadarbahwa Tuhan tidak melihat harta dan rupamelainkan hati yang ada di dalam dadadan amal jasad yang lata

Walau Einstein berkata bahwa rentang waktu itu berbedatergantung dalam keadaan apa kita beradaNamun Tuhan telah berkata,“Hanya Akulah yang tahu umur manusia”.

Sekular barat berkata,“Waktu adalah dollar di dalam kantung”Namun Hasan Al-Bana berkata,“Waktu adalah pedang, potong atau terpotong”.

Waktu…..Alam terus menari dalam simfoninyaWaktu…..Umur manusia didikte olehnyaWaktu….. setiap detaknyamemakukan kita di persimpangan jalanjalan Tuhan atau jalan setan

Rentang waktu…..semoga tak melalaikan kitatuk terus berjalan di jalan-Nya