Cerpen Bahasa Indonesia

27
Cerpen Bahasa Indonesia Karya : Chanivia Roichatul Jannah Kelas : IX-A SMP Negeri 6 Batu Jl. Raya Giripurno 284 Kec. Bumiaji Kota Batu

Transcript of Cerpen Bahasa Indonesia

Page 1: Cerpen Bahasa Indonesia

Cerpen Bahasa Indonesia

Karya :

Chanivia Roichatul Jannah

Kelas :

IX-A

SMP Negeri 6 Batu

Jl. Raya Giripurno 284 Kec. Bumiaji Kota Batu

2013-2014

Page 2: Cerpen Bahasa Indonesia

Hai, teman-teman. Perkenalkan aku Chanivia Roichatul Jannah, aku

adalah salah satu murid di SMP Negeri 6 Batu. Kalian dapat memanggilku

dengan nama Chanivia, Chanvii, atau apalah yang penting kalian suka.

Sekarang aku duduk di kelas IX, tepatnya di kelas IX A.

Aku bingung harus memulai cerita ini dari mana. Awal aku duduk di kelas

IX, aku menerima tugas pertama dari Bu Elis, guru Bahasa Indonesia ku.

Cerpen???, itu tugas dari Bu Elis, dengan tema jati diri aku menulis sebuah

tulisan tentang diriku sendiri.

Aku mengenal kata jati diri, namun aku tak mengerti makna jati diri yang

sesungguhnya. Aku bertanya pada Bu Elis, namun Bu Elis hanya diam dan

menyuruh kami untuk bertanya kepada guru-guru yang lain. Hingga suatu saat

aku mulai bertanya kepada Bapak/Ibu guru yang mengajar dikelasku.

“Bu Yuli, menurut Bu Yuli arti jati diri itu apa seh Bu?”, tanyaku pada Bu

Yuli, guru IPA dikelasku. Dengan hembusan nafas yang besar dan sedikit

tersenyum beliau menjawab, “Jati diri adalah proses remaja menuju kearah

dewasa. Di dalam proses itu kita akan mencari prinsip hidup kita”.

Keesokan harinya aku bertanya kembali kepada guru SENI dikelasku,

yaitu Bu Arvi. Dengan pertanyaan yang sama aku mulai bertanya, “Bu Arvi,

menurut Bu Arvi arti jati diri itu apa seh Bu?”. Dengan pelan beliau menjawab,

“Jati diri adalah kemampuan atau karakter yang kita punya dan berbeda

dengan kemampuan atau karakter yang dimiliki orang lain”.

Setelah pergantian pelajaran, aku bertanya kepada wali kelasku, Bu

Henu sekaligus guru Bahasa Inggris dikelasku. Dengan pertanyaan yang sama

lagi, aku mulai bertanya, “Bu Henu, menurut Bu Henu arti jati diri itu apa seh

Bu?”.

Dengan senyum, beliau menjawab, “Ini menurut Bu Henu sendiri lho ya,

gak tahu kalau menurut orang lain”. “Iya Bu”, jawabku. Sambil merangkai kata-

kata akhirnya beliau menjawab, “jati diri menurut saya adalah ciri yang

membedakan diri kita dengan orang lain. Ciri ini cenderung pada nonfisik”.

Nah, sekarang arti jati diri guru paling kocak menurutku lho ya, gak tahu

kalau menurut kalian, Pak Risa, guru PLH ku. Dengan pertanyaan yang sama

Page 3: Cerpen Bahasa Indonesia

lagi, lagi dan lagi, aku mulai bertanya, “Pak, menurut Pak Risa arti jati diri itu

apa seh pak?”.

Sambil berjalan meninggalkan kelas beliau menjawab, “Sebentar saya

mau ke kantor dulu, saya ambilkan kertas terus nanti saya tuliskan”. “Iya Pak”,

jawabku bersama teman-temanku.

Sesaat kemudian, Pak Risa masuk kedalam kelas dan menyerahkan

kertas berisi arti jati diri menurut beliau kepada kami. Bergegas kami

mengambil kertas itu, dan segera membacanya. Dalam kertas tersebut

bertuliskan, “Jati diri adalah kemantapan hati seseorang untuk melangkah ke

hidup yang lebih baik. Jati diri berhubungan dengan karier atau pencapaian

cita-cita seseorang”.

Dan akhirnya aku dapat mengambil kesimpulan dari pendapat Bapak/Ibu

guru. Menurutku jati diri adalah ciri, proses, kemampuan, kemantapan hati

untuk menuju keberhasilan.

Bicara tentang keberhasilan, aku ingin menjadi seseorang yang berhasil,

dan tentunya bisa sukses untuk membahagian kedua orangtuaku. Aku akan

bersemangat untuk mencapai cita-cita ku demi kehidupanku dimasa yang akan

datang, demi membalas pengorbanan kedua orang tuaku yang telah

menyekolahkan aku, demi sahabat-sahabat ku yang selalu disisiku, demi

membuktikan kepada kakekku bahwa aku bisa menjadi orang sukses, dan demi

pembuktian janjiku kepada kamu.

Haha , ujung-ujungnya cinta dehh. Gak papalah sambil mengenang

indahnya masa-masa itu saat aku bersamamu. Masa yang paling indah dan

masih ku ingat sampai saat ini adalah dimana kita saling berjanji akan berjuang

keras untuk mengejar cita-cita kita dan suatu saat nanti, kita akan saling

menunjukkan hasil kerja keras, hasil keringat kita akan keberhasilan.

Yaaaa, meski kini hubungan itu tak seindah dulu, dan kita tak sedekat

waktu itu, tapi kamu adalah semangatku. Aku masih bertahan disini untuk

kamu, kebencianmu padaku tak pernah aku pedulikan. Bahkan meski kini kamu

sering mengolok-olok ku dengan kata-kata yang tidak pantas, semua itu tak

pernah aku pedulikan kembali, aku masih tegar disini. Dan suatu saat aku akan

Page 4: Cerpen Bahasa Indonesia

buktikan padamu, bahwa semua perkataanmu itu salah, aku bisa menjadi yang

lebih baik lagi, meski itu bukan saat ini.

Yang penting aku tahu, bahwa kamu pernah berkata bahwa kamu

menyayangi aku. Dan kamu tahu bahwa aku juga menyayangi kamu. Dan

sampai kapanpun itu, rasa sayang itu tak akan pernah berubah. Sejak saat itu

hingga saat ini, aku masih menyayangi kamu, dan itu akan bertahan sampai

aku bisa mendapatkan sosok orang yang seperti kamu.

Karena kamu adalah orang yang mampu membuatku bangkit dari

keterpurukan, bangkit dari masa laluku yang suram, dan kamu selalu

membuatku semangat untuk menjalani hari-hariku. Haha , jatuh cinta berat

niiih.

Sayang seribu kali sayang, semua itu hanya bertahan sementara. Aku

rindu teguran darimu, aku rindu panggilan sayang darimu, dan yang paling aku

rindukan darimu adalah pipi chubby mu, haha .

Hanya satu yang aku herankan dari kamu, dari dulu hingga sekarang.

Kamu tak pernah mau aku anggap sebagai teman, sahabat, musuh, kakak,

adek atau apalah itu. Kamu selalu marah jika aku mempunyai seorang

tambatan hati. Namun, kamu selalu menggantungkan perasaanku.

Kini, aku merasa kita seperti orang yang tak pernah kenal sama sekali,

kita tak pernah berkomunikasi, tak pernah menyapa, bahkan kita tak pernah

bertemu lagi. Gak papalah yang penting kamu selalu dihatiku, menemaniku dan

selalu menguatkan aku meski kamu tak lagi disisiku.

Kamis, 08 Agustus adalah hari ulang tahunmu, malam itu pertengakaran

kita mulai terjadi, saling mementingkan ego kita sendiri-sendiri hingga

mengakibatkan perpisahan yang berujung dengan kebencian.

Di saat itu aku ingin menghadiahkan sesuatu untukmu, namun apa yang

terjadi Allah berkehendak lain. Sebuah tulisan nama kita berdua masih

tersimpan di kotak kenanganku, dan sebuah gambaran mawar penuh cintaku

untukmu masih tersimpan dan terpajang rapi dikamarku.

Hanya satu yang ingin aku ucapkan untukmu, maafkan aku. Sedih, sedih

dan hanya sedih yang kurasa. Kini ku lewati hari-hari ku tanpamu, masih

Page 5: Cerpen Bahasa Indonesia

berjuang untuk buktikan kepadamu, dan masih bertahan untuk tetap

menyayangimu.

Semua itu sudah berlalu, kini ku jalani hari-hariku tanpamu. Dari dulu

hingga sekarang hanya satu yang ku tunggu, pintu maaf darimu yang tak akan

mungkin pernah ada di genggamanku.

Ceria, aku selalu ceria untuk semua orang disisiku meski terkadang aku

masih mengingatmu. Senyum, aku selalu mencoba tersenyum lepas untuk

mereka meski terkadang aku masih terbayang senyum manismu.

Kini aku sudah tak sendiri lagi, aku sudah memiliki teman hati. Meskipun

begitu aku masih teringat dengan kata-katamu, “Aku tak pernah suka

diselingkuhi”. Aku tak pernah berpacaran denganmu. Namun apa yang kau

ucapkan itu, membuatku memilih dan terus memilih mana orang yang pantas

untukku.

Semua itu sudah berlalu, hidupku adalah hidupku dan hidupmu adalah

hidupmu. Percuma bila aku hidup hanya untuk kamu, toh nanti aku mati juga

tanpamu. Smile .

Dan sekitar satu minggu kemudian, aku relakan bangun tengah malam

untuk mengucapkan selamat ulang tahun kepada mantanku, Ari. 15 Agustus

menjadi ulang tahunnya. Dimana, hari itu menjadi satu minggu perpisahanku

dengan dia.

Sampai akhirnya bulan November, 12 November hari ulang tahun pacar

pertamaku, Zuhri. Aku ingin menjadi yang pertama untuk mengucapkan

selamat kepada dia. Tengah malam aku bangun untuk mengucapkan semua itu

dan ku lakukan semua itu hanya untuk dia. Aku tak mau menjadi yang terakhir

lagi, karena saat aku bersama dia dulu aku menjadi orang yang terakhir yang

mengucapkan selamat ulang tahun kepadanya.

Berlalu lagi, maju dan terus maju. Hingga tiba saatnya sekolahku menjadi

tuan rumah lomba bola voli se-kecamatan bumiaji. Ketika lomba voli itu

berlangsung, di sekolahku hanya kelasku kelas IX-A yang mengisi pelajaran

dijam terkahir.

Page 6: Cerpen Bahasa Indonesia

Pelajaran itu diisi oleh Bu Nancy, guru BK ku. Beliau mengajak kita

mengisi suatu lembaran yang akan berguna untuk kita, ketika kita akan

melanjutkan sekolah.

Saat aku maju kemeja guru, Bu Nancy bertanya kepadaku, “Mau

melanjutkan dimana, SMA atau SMK”. “Ya kalau menurut kata hati saya, saya

ingin di SMA bu, tapi kalau menurut orangtua saya mereka maunya saya

sekolah di SMK”,jawabku.

“Ya sudah tulis di sini, terus seumpama kamu mau melanjutkan ke SMA,

mau ambil jurusa apa”, tanya Bu Nancy. “MATEMATIKA Bu”, jawabku. “Berarti

di IPA, tulis disini, terus selain MATEMATIKA kamu mau ambil dibidang apa,

kemarin saya sudah menjelaskan ada empat bidang”, perjelas Bu Nancy.

“FISIKA sama BIOLOGI”, jawabku.

“Ya sudah tulis, terus lintas minat yang kamu inginkan dijurusan lain apa,

di IPS ya, mau ambil yang mana, ada empat juga yang sudah Bu Nancy

jelaskan kemarin”, perjelas lagi oleh BU Nancy. “AKUNTANSI sama EKONOMI

Bu”, jawabku.

“Ya sudah tulis disini. Terus seumpama kamu sekolah di SMK mau ambil

jurusan apa???”, tanya Bu Nancy. “Akuntansi bu”, jawabku. “Ya sudah tulis

disini, terus kamu bantu teman-teman kamu yang belum selesai ya”, kata Bu

Nancy. “Iya Bu”, jawabku.

Ketika semua sudah selesai, kami diperbolehkan untuk menonton

pertandingan lomba voli disekolah kami. Kami bersorak sorai, mendukung tim

voli perempuan dan laki-laki dari sekolah kami.

Saat aku sedang asyik menonton lomba voli, aku menjadi rebutan

adekku, Dinda dan pacar kakakku. Tanganku menjadi merah semua. Tapi gak

papa aku dapat hiburan 4x lipat.

Pertama, aku dapat hiburan lomba voli. Kedua, kakakku, Charles

semakin berani menunjukkan cintanya kekasihnya. Ketiga, aku baru pertama

kali melihat adekku berani bergandengan tangan selama itu didepanku.

Keempat, aku menemukan suara kelas VIII-Che tahun 2012-2013 yang dulu

Page 7: Cerpen Bahasa Indonesia

selalu menyoraki kelasnya ketika kita berjuang mendapatkan juara

classmeeting.

Sampai akhirnya, aku berhasil melepaskan tangan ku dari mereka.

Kemudian aku duduk disebelah pacar Kak Les sambil mengerjakan tugas

Bahasa Indonesia. Sambil bergurau, bercanda tawa bersama kita membahas

cinta, cinta dan cinta.

Sekitar habis adzan Asyar, aku bersama temanku pulang. Aku tak

mengerti bahwa begitu khawatirnya ibu dan ayahku yang mencariku hingga

kemana-kemana. Cinta ayah dan ibu begitu besar, namun aku belum bisa

membahagiakan mereka.

Habis sholat maghrib, aku diberi kabar oleh temanku Angga, Vivi dan

Ainun, bahwa SMP Negeri 06 pada lomba bola voli putri, kita mendapat juara III

sedangkan untuk lomba bola voli putra kita mendapat juara II. Sungguh kabar

yang membahagiakan.

Keesokan harinya, kelasku mendapat teguran dari Bu Elis. Pasalnya,

anak-anak mencoba dan terus mencoba menunda pengoreksian soal. Hingga

akhirnya Bu Elis memutuskan untuk mengorkesi dua soal secara bersamaan.

Ketika, pelajaran Bahasa Indonesia hampir berakhir, Bu Elis berkata

“Coba kalian tulis target nilai kalian di UAN nanti, kemudian kalian ingin

melanjutkan sekolah kemana, dan tempel di dinding kamar kalian”. “Sudah Bu”,

jawabku.

Target nilai UAS ku memang cukup tinggi, aku ingin mendapat nilai 9 dan

jika bisa aku ingin semua mendapat nilai 10. Yahhh, berjuanglah menuju

kesuksesan.

Keesokan harinya lagi, dikelasku sedang berlangsung ulangan

matematika. Namun seperti bukan ulangan, karena teman-temanku terus

memanggil dan memanggilku.

Sepulang dari sekolah, aku pergi kerumah temanku, niatnya siih mau

belajar kelompok, ehh ndak taunya malah bermain. Tapi aku tak ikut bermain,

aku malah memilih menyepi bersama kakakku Ainun, didekat pohon alpukat di

SD yang berada di dekat rumah temanku.

Page 8: Cerpen Bahasa Indonesia

Disitu aku bercerita kepada kakakku, keadaan hatiku. Aku mulai bertanya

dengan semua yang ingin ku katakan. Aku merasa nyaman bila curhat

kepadanya. Karena dia mampu memberiku solusi dan dia juga sudah pernah

merasakannya.

3-4 Desember 2013 aku dan teman-temanku melaksanakan ujian yang

menentukan pembagian kelas Bimbel (Bimbingan Belajar) untuk persiapan

UAN. Aku merasa takut, karena kali ini soal yang kami terima berasal dari

bimbingan belajar GO (Ganesha Operation).

Berjuang itu yang sedang kita lakukan. Beberapa hari kemudian aku dan

teman-temanku melaksanakan ujian semester ganjil. Masih dengan keadaan

yang sama, aku dan teman-temanku sering kali bekerja sama dengan bertanya

dengan suara yang pelan.

Hingga suatu saat, kami menerima soal ujian Agama. Kaget, yang ku

rasa saat aku mengetahui soal tersebut. Aku merasa semua soal tidak ada

dikelas IX. Hingga temanku berkata “Bu Yuli, ini soal kelas VIII bu, bukan kelas

IX”.

Bu Yuli terkaget dan langsung pergi keluar bertemu dengan pengawas-

pengawas diruang lain. Sedangkan dikelas teman-temanku bercanda dengan

begitu asyiknya. Ya begitulah IX-A, selalu ramai dalam keadaan apapun.

Beberapa saat kemudian Bu Yuli memasuki ruangan, dan berkata “Anak-

anak sudah ya dikerjakan apa adanya”. Kami pun menjawab, “ya gak bisa ta

bu”. “Kalian kan sudah kelas IX pasti kalian juga pernah mempelajari semua

itu”, jawab Bu Yuli. “Sudah lupa ta bu”, serentak aku bersama teman-temanku.

“Pokok kerjakan apa adanya”, jelas Bu Yuli. Kesal dan kesal yang kami

rasa, sudah belajar sampai menghafal namun yang kami terima adalah

kesalahan soal. Kerja sama yang aku lakukan bersama teman-teman, tak

peduli salah atau benar yang penting kami kerjakan.

Ujian sudah berlalu, sehari setelah ujian teman-temanku berekreasi ke

Bali, aku tak ikut karena keadaan ekonomi. Sepi yang aku rasa bersama

teman-teman. Namun kita tetap jalani dengan senyuman.

Page 9: Cerpen Bahasa Indonesia

Berbagai acara classmeeting mulai hari ini sudah dilakukan, pendapatku

classmeeting semester ini tak begitu asyik. Hanya sepi yang ada dibenakku dan

teman-temanku.

Hingga keesokan harinya temanku Charles berkata, “Chan, iku lho terno

Angga, wes kepingin lho arek e”. Dan Angga pun menyahut, “Orha lho, Charles

iku lho seng kepingin”. Aku hanya diam dan bergegas pergi ke kelas VII B.

Disana aku menemui Lydia, adek kelasku sekaligus pacarnya Angga

siihh. Aku memanggilnya dan berkata, “Lydia, Angga kepingin sama kamu

boleh a??”. Dengan malu dia menjawab, “te lapo kak, akeh arek-arek lho”.

Kemudian Anggapun datang, aku mengajak Lydia kepojok bangku. Meski

masih dengan malu-malu dia mau menuruti aku. Angga dan Lydia duduk

berdampingan. Dengan segala usaha Angga mencoba mengajak Lydia untuk

berbicara.

Eiits, mereka tak sendiri ada dua pasangan lain, yaitu Kak Les dengan

pacarnya, dan juga Dinda dan Khusunul. Senang rasanya aku melihat mereka

semua. Meski aku hanya sebagai perantara dan aku tak ada kekasih namun

hatiku juga ikut tentram.

Semenjak itu, setiap ada classmeeting mereka selalu seperti itu. Hingga

aku melihat acara classmeeting, tiba-tiba temanku merangkulku dari belakang.

Nadya namanya, dia menangis sambil memelukku.

“opo ow Nad???’, tanyaku. Dia hanya diam dan menangis. Kemudian aku

mengajaknya masuk keruang kelas, aku mencoba bertanya kepadanya namun

dia hanya diam. Hingga Andik kekasihnya datang.

Andik mencoba bertanya kepadanya namun Nadya diam dan terus

menangis, hingga Andik pun meninggalkannya.

Kemudian setelah Andik pergi, Nadya mau bercerita kepadaku. “Andik

ngamuk Chan mbek aku, gara-gara mangko arek lanang-lanang nyopo aku.

Arek e ngonkon aku cuek Chan, tapi aku gak iso. Aku wes berusaha tapi te

yokpo, aku yo aku gak iso berubah Chan”, katanya.

Setelah itu aku mencoba menenangkannya, dan menghiburnya. Tapi aku

tak sendiri, aku menghibur Nadya bersama adek-adek kelasku di VII B.

Page 10: Cerpen Bahasa Indonesia

Hari penerimaan raport telah tiba, aku merasa kurang dengan hasil

nilaiku. Karena nilaiku di tahun ini banyak yang turun. Tapi aku berjanji akan

lebih giat lagi di semester dua nanti.

Kini aku sudah memasuki hari libur, hari libur pertamaku aku ikuti dengan

acara gerak jalan didesaku sebagai peringatan hari Ibu. Sorenya, aku

mengucapkan hari Ibu kepada ibuku dan aku menangis sambil menciumnya.

Dua Minggu akan ku jalani dengan liburan, namun bagiku tak asyik. Aku

merasa kesepian karena tiada teman. Hingga hari kamis, aku pergi kerumah

temanku Dinda, bercerita tentang semuanya.

Hari Sabtu, aku melihat acara bantengan disekitar rumahku, awalnya aku

merasa semangat untuk menonton acara bantengan tersebut. Namun, ketika

beberapa saat kemudian, aku bertemu dengan Kak Les. Yahh, senang siih bisa

lihat canda tawanya lagi setelah sekian lama liburan berlangsung.

Namun, yang aku kecewakan dia berdiri dibelakang Viola adek kelasku,

kalau berdiri saja siih gak papa namun kelihatannya Viola seperti bersandar di

dada Kak Les. Bukannya aku suka atau apa sama Kak Les, tapi Kak Les pernah

berbicara kepadaku, “Siji yo siji ganok seng liyo maneh”. Namun kini yang aku

lihat hanya dusta dan kekesalan.

Aku sudah bicara padanya, “Lek nemplek ojo cidek-cidek eleng pacar

mbek Malla Kak”. Namun jawabnya mengecewakan, “Opoh se, aku mangko

disurung Kiran”. “Mosok e Kak, lha aku ngwasnone kamu koyok seneng”,

lanjutku. “Mboh wes, pacarku dewe yo koyok ngono ae nang aku, arek e mbek

arek lanang liyo aku gak ngamuk”, jawab Kak Les.

Hingga, suatu ketika ada orang yang kesurupan menghampiri Kak Les,

Viola, dan Ari. Dengan enak Viola menolehku sambil tersenyum, karena dia

berlindung dibelakang Ari. Jujur siih, aku merasa cemburu, tapi aku sadar Ari

bukan milikku lagi.

Hingga, ada orang lagi yang kesurupan mengampiri mereka kembali,

dengan enak Ari merangkul Viola didepanku. Sakit yang kurasakan saat itu, aku

merasa menyesal bertemu denga dia.

Page 11: Cerpen Bahasa Indonesia

Hingga akhir acara, aku baru bertemu dengan sosok orang yang mampu

menarik perhatianku, aku terus memandanginya meski dia tak menyadarinya.

Aku mulai mampu tersenyum kembali karena wajahnya yang lucu.

Hari itu sudah berlalu, 30 Desember 2013 kakakku Ainun, curhat

kepadaku. Pasalnya dia lagi galau karena pacarnya yang lagi-lagi membuat dia

menangis. Hingga akhirnya dia memilih putus.

Selasa, 31 Desember 2013 hari terakhir di tahun 2013, yang aku lewati

dengan penuh kesuraman. Siang itu, temanku Dinda dan Ainun datang

kerumahku. Diwajah Ainun hanya air mata dan kesedihan yang aku lihat.

Hingga Dinda berkata, “Kak obate kak, di gawe Inun”. “Obat opo ew, obat

sakit hati aw”, jawabku. “Haha haha...iyo ya kak ya”, kata Dinda dan Inun. Dan

disaat itu Dinda berkata kepadaku, “Kak, samean wes putus, Inun yo wes putus,

Viola yo wes putus. Aku tak putus mbek kotak pisan yo kak”. “Hustt ngawor ae,

sakno kotak ta”, jawabku. “Lha mbek an kabeh wes jomblo mosok aku kudu

tetep pacaran”, kata Dinda. “Oalah yo sakkarep wes dekk, seng ngejalani guduk

aku, tapi lek engkok nyesel yo guduk salahku lo”, jawabku.

Hingga setelah pulang dari rumahku, Dinda benar-benar mengucapkan

kata putus kepada Khusnul. Namun, karena Dinda takut dengan apa yang

dikatakan Kak Les, dia akhirnya mau kembali mengajak balikan Khusnul. Lucu

bagiku, putus karena ikut-ikutan pengen jomblo, balikan karena takut dimusuhi.

Dinda dinda .

Malam harinya, aku pergi untuk menonton acara bantengan. Kali ini yang

main ada teman-temanku, diantaranya Kak Les, Khusnul, Pebrika, Anugerah

Wahyu, dan Ari.

Ketika aku baru datang aku sudah disambut dengan acara kembangan

dari Ari dan Kakak kelasku yang dulu, Enggal. Baru saja aku tiba temanku

sudah berkata, “Dek vi iku lo Ari”. Ibuku langsung menoleh kepada acara

pencak silat itu dan langsung bertanya kepadaku.

“Ari iku sopo”, tanya ibuku. “Koncoku”, jawabku. Namun karena mulut

adekku yang tak bisa dijaga, dia berkata. “Guduk bude, iku lo mantan e mbak

Page 12: Cerpen Bahasa Indonesia

via”. “Akhirnya ibuku mengetahui semuanya, tamatlah riwayatku”, kataku dalam

hati.

Hari itu sudah berlalu, libur sekolah telah berakhir, awal masuk sekolah

aku dan teman-temanku harus melengkapi bangku-bangku yang ada dikelas.

Aku merasa kesal bagaimana tidak anak-anak tidak ada yang mau

membantuku untuk mengangkat meja, hanya Sholivia, Angga, Sodiq, Robbi,

Agung, dan Surya untuk mengambil bangku dikelas VIII.

Jujur aku paling kesal sama laki-lakinya karena tak mau bekerja, mereka

hanya duduk dan berkeluyuran dengan enak. Begitupun dengan ketua

kelasnya dia hanya berbicara dan membantu sedikit. Capek aku berkata pada

mereka panjang lebar, namun tak ada yang mendengarkan.

Esoknya, aku mendapat tantangan dari Ari, katanya aku harus bisa

menyapa dia disetiap aku bertemu dengannya. Sepulang sekolah dia melihatku

dengan tersenyum tapi aku tak menyapanya namun aku malah menjawab

dengan kata, “Iyo Iyo”.

Dan ketika aku sampai di jalan masuk gapura menuju rumahku, Ari

mengklaksonku dengan keras dan tersenyum, lagi aku hanya menjawab “iyo

Iyo”. Aku sampai dimarahi temanku Sofiah, katanya “Ngonoku sopo o tala

Chan”.

Sampai dirumah, aku dapat SMS darinya, dia marah karena tak kusapa.

Akhinya aku berjanji akan menyapa dia di esok hari. Ketika dia lagi duduk di

kantin dia menoleh kepadaku, dan memandangiku. Tapi kali ini aku sempatkan

untuk menyapanya. Dengan gugup aku mengeluarkan sepatah kata, “Aaaa ri”.

Aku langsung lari meninggalkannya, karena aku malu kepadanya.

Sedangkan dikelas temanku terus menanyakan, “Yok opo tantangan e wes

dijawab opo gorong”. “Uwes”, jawabku.

Dan keesokan harinya, aku bertemu dengan dia kembali, dia kembali

menoleh kepadaku. Dan aku menyapanya kembali, “Ari”. Dia hanya diam, tapi

aku tak berharap semuanya itu dapat jawaban.

Page 13: Cerpen Bahasa Indonesia

Ketika aku menyapa Ari, Dinda dan Inun meninggalkanku, dan mereka

terbahak-bahak menertawakanku. Aku kesal ditinggalkan didepan dia, tapi

itulah temanku, selalu ada untukku. Meskipun begitu aku menyayangi mereka.

Dan keesokan harinya, ketika jam istirahat disekolah, aku bersama Dinda

pergi kekelas IX-F untuk menemui Sofiah. Kami berbicara sebentar. Dan

kemudian kami kembali kekelas kita sendiri. Dan ketika hampir sampai di kelas

aku dan Dinda berbelok menuju arah kantin. Dan ketika sampai didepan kelas

IX-C, aku bertemu dengan Ari aku hanya bisa menunduk dan tak berkata.

Namun aku seperti mendengar dia mengeluarkan kata dari mulutnya.

“Kak, samean ditakok mbek Ari iku lho”, Kata Dinda.

“Ditakok ii opo”, jawabku.

“Yo gak eroh”, lanjut Dinda.

“lho se aneh kamu dekk”, jawabku.

Kemudian, kami beranjak pergi kekantin dan membeli minum, untuk

melepas dahaga setelah kami lari waktu memenuhi tugas Olahraga. Dan ketika

kami kembali kekelas, aku bertemu lagi dengan Ari. Aku hanya menunduk, tapi

aku merasa dia melihat aku, namun aku gak tau perasaanku itu benar atau

tidak.

“Kak, samean ditakok mbek Ari iku lho”, Kata Dinda.

“Ditakok ii opo”, jawabku.

“Yo gak eroh”, lanjut Dinda.

“lho se aneh kamu dekk”, jawabku.

“tantangan ew kak”, kata Dinda.

“babah, aku emoh nyopo maneh, aku wedi lek tambah sayank nang arek

e”, jawabku.

Kami pun melanjutkan jalan kekelas, dan aku mampir sebentar kekelas

IX-C, yang waktu itu bertukar kelas dengan IX-B. Aku berbicara sejenak

bersama Elinda dan Yuniar, dan setelah itu aku kembali kekelasku sendiri.

Dikelas, aku berbincang-bincang dengan Kak Les, Ainun, dan Dinda.

Waktu itu, Kak Les duduk dimeja menghadap ke timur, Ainun berdiri didepan

Page 14: Cerpen Bahasa Indonesia

meja menghadap ke barat, Dinda duduk berhadapan dengan aku menghadap

ke utara, dan aku duduk menghadap keselatan.

Ketika kita berempat sedang ayik bercerita tiba-tiba ada yang memanggil

Kak Les dengan keras dengan sebutan Malla, yaitu pacar Kak Les yang saat ini.

“He...Malla”, teriak Ari.

“Woi Dina”, jawab Kak Les.

Kemudian Kak Les, menghampiri Ari dan berbincang-bincang.

Sedangkan aku, Ainun, dan Dinda bercerita sendiri ditempat yang tadi. Tiba-tiba

Kak Les datang.

“Chan, koen duwe duwek 1000 a”, kata Kak Les.

“Gawe opo ew”, jawabku.

“Yo iku lo, kiran cek gak ngroweng ae”, lanjut Kak Les.

Aku merogoh saku seragamku dan memberikan uang itu kepada Kak

Les.

“Lha iku mangko, arek e ngomong. Jaokno duek nang sopo ta sopo

ngono lho Put. Terus tak takok i jauk nang sopo, yo iku lo arek seng ngadep

nang kidul, berarti lek awakmu a Chan”, cerita Kak Les.

“Oala iyo wes Kak, yo wes ndang kekno cek ndang ngaleh arek iku”,

jawabku.

Kemudian, bel masuk berbunyi karena Pak Risa masih sibuk mencari

Kyai untuk acara Maulud Nabi hari senin depan, aku dan teman-temanpun asyik

bercerita sendiri-sendiri.

Kemudian Kak Les, mencoba meramal aku, Dinda, Ainun, dan Viola

dengan melihat telapak tangan untuk melihat siapa yang kita sayang.

“Onoh iki seng di sayang, tapi aku gak eroh jenenge”, kata Kak Les

kepada Viola.

“lek iki yo ono ta, wes jelas tambahan, Kotak se”, kata Kak Les kepada

Dinda.

“Lek iki gak onok”, Kata Kak les kepada Ainun.

“Lek iki yo ono, arek adoh pokok e”, kata kak les kepadaku.

“Arek adoh sopo kak???”, tanyaku.

Page 15: Cerpen Bahasa Indonesia

“Yoh ono lo wes”, jawab Kak Les.

Aku terus berfikir, dan bertanya kepada Ainun.

“Kak, sopo e seng dimaksud Kak Les. Arek seng tau tak sayang seng

adoh dewe yo mek arek Singosari iku tok kak”, tanyaku.

“Yo gak eroh aku kak”, jawab Ainun.

Kemudian aku bertanya kepada Kak Les.

“Kak, aku takok e, kedung mbek ngujung iku adoh a”, tanyaku.

“Cidek”, jawab Kak Les.

“Alah aku ngerti sopo seng samean maksud, seng jauk duwek mangko

se”, lanjutku.

Teman-temanku hanya menertawakanku, sedangkan aku hanya

terbingung.

“haha, kakak ngaku”, Kata Ainun.

“Haduh orha kak, aku sayang e saiki nang iku tok lo”, jawabku.

Kemudian beberapa saat kemudian Pak Risa datang, kami pun segera

mengikuti pelajaran. Namun pelajaran tinggalah pelajaran yang ada hanya

guyonan antara kami dan Pak Risa. Ketika bel pulang berbunyi kami segera

mengemasi buku kedalam tas kami dan segera berdo’a.

Ketika pulang, aku harus mengikuti Kak Les karena aku ingin tahu yang

namanya Malla. Dan ketika pulang, Kak Les, Ari dan Rian merokok. Aku tak

senang dengan bau asap rokok, aku berjalan mendahului mereka bersama

Sofiah. Sedangkan Ainun dan Dinda berada dibelakang mereka bertiga.

Ketika aku sudah tahu Malla, aku berjalan mau pulang. Tapi, sebelum

aku beranjak, Kak Les berbicara, “Chan digolek ii”. Aku tak menjawab dan terus

berjalan pulang. Ketika diperjalanan, Ari menglaksonku dengan keras dan hanya

memandangku.

Dan ketika malamnya, Ari mengirim SMS kepadaku.

“Opo nyopo mek peng pisan”, katanya.

“Karep e yokpo”, balasku.

“Yo lek petuk yokpo ngono lho”, balasnya.

“O iyo aku te njauk ...”, balasnya.

Page 16: Cerpen Bahasa Indonesia

“Njauk opo”, balasnya.

“Aku njok samean hibur”, balasnya.

“Bukan maksud tuk merayu, bila kau pernah berkata kepadamu dengan

memandang bulan kamu akan merasa bahwa ada yang memperhatikan mu.

Tapi tidak untuk saat ini, cukup dengan memandangku maka saat itu pula aku

akan memperhatikanmu”, balasku lagi.

Esoknya setelah peristiwa itu, aku berangkat pagi-pagi karena aku ada

piket. Hari itu sungguh sangat menghibur, pasalnya di hari itu penuh dengan

lelucon.

Apa lagi saat pelajaran MATEMATIKA, karena gurunya membuat kita

gemes. Karena kita membenarkan, beliau malah membahas materi yang disisi

yang ingin kita benarkan. Sampai akhirnyapun Bu Fat berkata, “saya itu gemes

sama kalian” . Kita hanya bisa tertawa terbahak-bahak.

Pulangnya aku berkunjung kerumah temanku, Dinda. Tujuannya siih buat

mengetik cerpen. Sesampainya dirumah Dinda, diantara kami ada yang

mengetik ada pula yang bercerita. Sedangkan aku, Ainun, Kevin mendengarkan

lagu Oplosan sambil bergoyang dengan asyik. Haha lucu .

Di sela-sela itu kevin berkata, “Chan asline aku biyen lo ngerti kabeh pas

koen pacaran mbek Zuhri tapi aku moh kondo-kondo, biyen iku asline Zuhri pas

pacaran mbeg koen arek e gelek telfon Vivi”.

“Oalah yo babah wes vin wes ngerti aku iku yo wes biyen”, jawabku.

Namun aku cukup kecewa, berarti dia dulu menyayangiku hanya

terpaksa. Namun, yang aku rasakan hanyalah pusing. Dan aku hanya terbayang

wajah sesorang yang pernah mengisi kehampaan hati ini.

Namun, itu tak masalah, semua sudah berlalu. Kami terus bercanda dan

bercerita tentang masa lalu kita waktu masih dikelas VII dan dikelas VIII C

tentunya. Semua itu tak akan ku lupa. Semua itu akan selalu ada dalam

memoriku.

Ketika hari Senin, malamnya aku mengikuti acara Maulid Nabi di

Musholla dekat rumahku. Acaranya seru, karena kita harus berloncatan untuk

berebutan kue yang digantung. Dan ketika hari itu ada seseorang yang

Page 17: Cerpen Bahasa Indonesia

mengungkapkan perasaannya, dia mengatakan bahwa dia sedang

merindukanku.

Dan ketika hari Rabunya, itulah hari pertama aku masuk pagi untuk

mengikuti pelajaran tambahan. Guru pertama yang mengajar dikelasku adalah

Mom Diah yang mengajarkanku Bahasa Inggris. Ketika pelajaran tambahan itu,

aku merasa senang, karena kita harus mengikuti gaya Mom Diah sambil

berkata, “I am happy”. Haha, begitu menyenangkan .

Hari selanjutnya, ketika pelajaran Bahasa Jawa, yang membahas tentang

pengumuman ada kata sahur-sahur. Aku jadi teringat A, karena pada Hari Raya

Idul Fitri tahun kemarin, dia selalu membangunkanku dengan kata-kata

manisnya.

“Chan tangi o wayah e sahur”, Smsnya padaku. Terkadang dia juga

menggunakan kata-kata sayangnya untukku.

“Sayank, sahur”, sungguh penuh kenangan. Aku selalu teringat

dengannya dengan puing-puing cerita yang aku alami.

Ketika pulangnya, aku mengantarkan Sofiah pergi ke foto kopi sambil

mem-fotocopy modul Seni Budaya milik kelasku. Di tempat itu terdapat barang

yang mengingatkanku dengan Zuhri.

Perjalanan menuju rumahku, aku bertemu Ari yang menatapku. Sungguh

hari yang bertema teman hati. Aku teringat semua masa laluku.

Diantara mereka, ada seseorang yang selalu ku sayangi. Namun sayang

semua itu tinggal kenangan. Pernah aku berharap dia kembali, namun aku

sadar harapan itu hanyalah impian yang tak akan pernah terwujud.

Hingga aku pernah berkata kepada dia,

“Bila suatu saat nanti, aku tak pernah menyapamu lagi.

Hingga terlontar kata sombong dari mulutmu untukku.

Sadarlah...

Aku tak pernah mau meninggalkanmu.

Aku tak pernah mau melupakanmu.

Aku hanya ingin menghapus semua rasa yang kurasakan padamu.

Aku hanya ingin rasa ini menjadi rasa yang biasa”.

Page 18: Cerpen Bahasa Indonesia

Terkadang aku bingung kepadanya, karena kadang dia membuat aku

untuk melupakannya, tetapi semua kenanganku dengannya, perhatiannya, dan

sikapnya, mampu membuatku semakin bertahan dengan rasa yang aku punya.

Dia membuat aku sadar, bahwa ada suatu perasaan yang tak mungkin

dapat aku paksakan. Pagiku selalu diisi dengan wajahnya. Hatiku hanya dapat

berkata, “Selamat pagi kenangan, semua yang kamu berikan begitu indah

namun selalu berakhir dengan kesakitan”.

Saat ini, aku begitu merindukannya, sinar matanya mampu hangatkan

dinginnya malam yang selalu ku lewati dengan penuh kesepian. Banyak bintang

yang berkilauan, berharap engkau memperhatikan. Sosok lembutmu,

membuatku semakin rindu. Air mata yang selalu mengalir, menggambarkan rasa

rinduku akan sosok pangeran.

Meski sudah banyak yang mampu mengisi hati ini, namun sosokmu tak

pernah tergantikan. Percuma, bila aku lewati hari-hariku dengan yang lain, bila

hati ini tetap untukkmu.

Aku hanya ingin, kau mengijinkan aku, agar aku bahagia memilikimu

untuk selamanya. Jangan pernah kau jadikan aku sebagai masa lalumu, namun

jadikanlah aku sebagai masa depanmu. Karena tiada arti diriku tanpa hadirmu,

dan tiada arti semua kenangan itu bila itu tanpamu.

Mungkin kesalahan terbesarku adalah terus menunggu kamu yang tak

pernah bisa mengerti betapa besar rasa ini untukmu. Kenalilah aku yang

sekarang. Aku adalah seseorang dari masa lalumu, bagian dari masa lalumu

yang akan tetap mengenangmu meski hubungan itu telah berakhir dan kita tak

akan pernah bersatu lagi.

Kini hari-hariku penuh dengan rasa galau, tetapi mereka selalu

menemaniku disetiap hari-hariku. Mereka adalah sahabatku. Meski terkadang

penuh dengan pertengkaran, tapi itulah awal dari kebersamaan.

Mereka selalu ada untukku, temani aku dalam suka dan dukaku. Aku sulit

menemukan teman seperti mereka, mereka mampu mengerti aku.

Mereka menyayangiku tapi mereka bukan kekasihku. Mereka perhatian

kepadaku tetapi mereka bukan keluargaku. Mereka siap berbagi rasa sakit

Page 19: Cerpen Bahasa Indonesia

denganku tapi mereka tak berhubungan darah dengan ku. Mereka adalah

sahabatku, sahabat sejatiku. Memarahiku seperti ayah, peduli kepadaku seperti

ibu. Menggangguku seperti kakak, mengesalkan seperti adik. Dan terakhir

mereka menyayangiku lebih dari kekasihku.

Kebersamaanku bersama mereka hanya tinggal menunggu waktu, suatu

saat nanti, waktu akan memisahkan kita, demi mencapai tujuan hidup dan cita-

cita. Namun ingatlah teman, aku tak akan pernah melupakan kalian.

Suatu saat nanti kita akan berpisah, aku pergi untuk menggapai cita-cita.

Semua kenangan kita tak akan pernah bisa tuk ku lupa. Kita pernah menangis,

tertawa dan bahagia bersama. Karena kita pernah hidup dalam satu cinta yang

akan tetap abadi untuk selama-lamanya.

Masa-masaku di SMP semakin sedikit, aku harus mengejar cita-citaku

lebih lanjut lagi. Hari-hariku kini terasa semakin indah dengan keramaian

mereka.

Terimakasih kalian sudah memberi cerita, kenangan, pengalaman dalam

hidupku. Tiada yang berharga dalam hidupku tanpa adanya kalian disisiku.

Masa lalu adalah pengalamanku, disetiap lukaku pasti ada suka ku.

Takkan pernah berhenti diri ini untuk selalu menggali pengalaman di setiap

jejak langkahku. Dan tetap jalani hidup ini dengan senyuman dan juga penuh

dengan kesyukuran.

Ijinkanlah aku untuk kembali mencari jati diri dan prinsip hidupku. Dan

coba tuk kenali jati diriku.

Hatiku kecewa tapi ku coba untuk bertahan. Hatiku terluka tapi ku coba

untuk mempertahankan rasa sayang. Hatikupun menangis, tapi aku selalu

mencintai dirimu.

Inilah cinta yang aku punya, tetap bertahan meski telah kau abaikan.

Rasa cinta ini akan tetap ada sampai kapanpun meski diri tak pernah memiliki.

Tak akan pernah bisa ku hapus rasa sayang ini, dan tak akan pernah bisa ku

menghilangkan semua kenangan. Karena diri masih mencintai dan berharap

dirimu kan datang kembali.

TAMAT.

Page 20: Cerpen Bahasa Indonesia