TUGAS ARKOM

46
MAKALAH MATA KULIAH ARSITEKTUR KOMPUTER Mekanisme Kerja Sistem RAID (Redundant Array of Independent/Inexpensive Disk) Pada Media Penyimpanan Hard Disk Nama : Agustinus Adolf Tumundo NIM : 1111510069 Periode : 0512 Mata Kuliah : Komunikasi Data Dosen : Ir. Yan Everhard, MT

Transcript of TUGAS ARKOM

Page 1: TUGAS ARKOM

MAKALAH MATA KULIAH ARSITEKTUR KOMPUTER

Mekanisme Kerja Sistem RAID

(Redundant Array of Independent/Inexpensive Disk)

Pada Media Penyimpanan Hard Disk

Nama : Agustinus Adolf Tumundo

NIM : 1111510069

Periode : 0512

Mata Kuliah : Komunikasi Data

Dosen : Ir. Yan Everhard, MT

FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI

UNIVERSITAS BUDI LUHUR

JAKARTA

2012

Page 2: TUGAS ARKOM

ABSTRAK

Sebuah media penyimpanan data memiliki resiko untuk mengalami kerusakan,

baik dan waktu yang relatif singkat ataupun jangka waktu lama. Bahkan hampir

semua vendor yang memproduksi media penyimpanan pun mampu

memperkirakan berapa lama produk media penyimpanan mereka akan mengalami

kerusakaan. Kerusakan ini dapat berakibat turunnya kinerja atau pun hilangnya

data/informasi. Meski pun terdapat backup data, tetap saja ada kemungkinan data

yang hilang karena adanya perubahan setelah terakhir kali data di-backup.

Disamping itu, kebutuhan akan media penyimpanan dan performa suatu media

penyimpanan meningkat dengan cepat. Oleh karena itu kemampuan performa

proses membaca atau menulis data pada suatu media penyimpanan harus semakin

baik dan juga reliabilitas data pun harus tetap terjaga.

Pada makalah ini, penulis akan membahas cara/mekanisme dilakukan untuk

meningkatkan kinerja dan juga reliabilitas dari penyimpanan data pada makalah

ini penulis membatasi pada salah satu contoh media penyimpanan data yaitu

Hard Disk. Biasanya untuk meningkatkan kinerja, dilibatkan banyak disk sebagai

satu unit penyimpanan. Tiap-tiap blok data dipecah ke dalam beberapa sub blok,

dan dibagi-bagi ke dalam disk-disk tersebut. Ketika mengirim data disk-disk

tersebut bekerja secara paralel, sehingga dapat meningkatkan kecepatan transfer

dalam membaca atau menulis data. Ditambah dengan sinkronisasi pada rotasi

masing-masing disk, maka kinerja dari disk dapat ditingkatkan. Cara ini dikenal

sebagai RAID (Redundant Array of Independent/Inexpensive Disks). Dengan

adanya RAID ini, maka segala masalah yang berhubungan dengan masalah

kecepatan, reliabilitas dan backup sebuah media penyimpanan dapat diatasi.

Page 3: TUGAS ARKOM

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan komputer dewasa ini semakin meningkat terutama dalam bidang

teknologi, bisnis dan sains. Hampir seluruh bidang usaha melakukan aktifitasnya

dengan bantuan komputer sebagai alat bantu untuk mempermudah dalam

mengerjakan suatu pekerjaan. Karena memang komputer mempunyai kelebihan-

kelebihan seperti  mengolah, menyimpan data atau informasi dalam waktu yang

lama dan dalam jumlah besar ataupun membuka data yang tersimpan tersebut.

Sehingga informasi yang dihasilkan cepat, tepat dan akurat.

Dengan pesatnya perkembangan teknologi terutama dibidang Teknologi

Informasi, maka dituntut adanya kemudahan, kecepatan, keakuratan dan reabilitas

dari suatu data atau informasi maka diperlukan suatu alat atau metode yang dapat

membantu manusia dalam mengolah data atau informasi yang dibutuhkan.

Perkembangan Teknologi Informasi saat ini, pengolahan data baik pada tingkat

corporate maupun tingkat personal sangat dibutuhkan. Data yang diolah oleh

komputer dapat menghasilkan informasi-informasi yang berguna. Perkembangan

penyimpanan data pun berkembang pesat. Dalam makalah yang penulis buat akan

akan mengulas perkembangan teknologi penyimpanan data.

Perkembangan teknologi generasi mainboard saat ini, banyak sekali yang sudah

dilengkapi dengan fitur RAID, terutama pada mainboard hi-end. RAID

merupakan singkatan dari Redundant Array of Independent/Inexpensive Disk

merujuk kepada sebuah teknologi didalam penyimpanan data komputer yang

digunakan untuk mengimplementasikan fitur toleransi kesalahan pada media

penyimpanan komputer umumnya adalah hard disk. Dengan menggunakan cara

Page 4: TUGAS ARKOM

redundansi (penumpukan) data, baik itu dengan menggunakan perangkat lunak,

maupun unit perangkat keras RAID terpisah.

Terdapat beberapa singkatan untuk RAID adalah Redundant Array of Inexpensive

Disks, Redundant Array of Independent Disk, dan juga Redundant Array of

Inexpensive Drives. Dengan adanya teknologi ini kita dapat membagi atau

mereplikasi data ke dalam beberapa hard disk terpisah. RAID juga didesain untuk

meningkatkan keandalan data dan/atau meningkatkan kinerja I/O dari hard disk.

Teknologi RAID memiliki banyak Level berdasarkan mekanisme dan

penggunaannya. Oleh sebab itu, kita harus mengetahui mekanisme kerja dari

teknologi RAID ini agar penggunaan teknologi RAID dapat tepat guna dan

optimal.

1.2 Tujuan

Berdasarkan latar belakang diatas, tujuan dari makalah ini adalah mengetahui

mekanisme kerja dari RAID dan menerapkannya pada media penyimpanan data

(Hard Disk) sehingga reliabilitas data/informasi dapat ditingkatkan serta ancaman

kerusakkan data pada penyimpanan menyebabkan hilangnya data atau rusaknya

data dapat teratasi dengan baik serta penulisan makalah ini bertujuan melengkapi

nilai tugas dalam mata kuliah Arsitektur Komputer yang sedang penulis pelajari.

1.3 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah dengan

menggunakan buku literatur dan sumber-sumber dari internet. Dengan metode

tersebut penulis mengumpulkan berbagai informasi yang berhubungan dengan

pokok pembahasan pada tulisan makalah ini.

Page 5: TUGAS ARKOM

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Sejarah Hard Disk

Gambar 2.1 : Hard Disk

Hard Disk atau Hard Disk Drive (HDD) atau Hard Driver (HD) adalah sebuah

komponen perangkat keras yang menyimpan data sekunder dan berisi piringan

magnetis. Hard Disk diciptakan pertama kali oleh insinyur IBM, Reynold Johnson

ditahun 1952. HDD pertama tersebut terdiri dari 50 piringan berukuran 2 kaki (0.6

meter) dengan kecepatan rotasi mencapai 1.200 rpm (rotasion per minute) dengan

kapasitas penyimpanan 5 MB. Saat ini ukuran Hard Disk ada yang hanya selebar

0,6 cm dengan kapasitas 750 GB.

Dalam perkembangannya, kini HDD secara fisik menjadi semakin tipis dan kecil

namum memiliki daya tampung yang sangat besar. HDD kini juga tidak hanya

dapat terpasang di dalam tetapi ada juga dapat dipasang di luar dengan

menggunakan kabel USB ataupun FireWire.

Page 6: TUGAS ARKOM

Hard Disk terdiri atas piringan-piringan seperti CD. Kedua permukaan piringan

diselimuti oleh bahan bahan magnetis. Permukaan dari piringan di bagi-bagi

menjadi track yang memutar yang kemudian di bagi lagi menjadi beberapa sector.

Sebuah hard disk biasanya terdiri lebih dari satu piringan atau lempengan yang

dilapisi oksida besi. Lempengan ini disebut denga platter. Setiap platter terdiri

dari dua sisi. Cara penyimpanan data sama dengan cara penyimpanan pada disket.

2.1.1 Perkembangan Hard Disk

Hard Disk Drive atau yang sering disebut sebagai ‘Hard Disk’ saja merupakan

salah satu komponen terpenting dalam komputer. Hard Disk Drive mempunyai

nama lain yang secara umum disebut recording media yang berfungsi untuk

menyimpan data/informasi. Banyak dari kita yang menggunakan hard disk, tetapi

mungkin sedikit sekali orang yang mengetahui asal usul dari Hard Disk Drive.

Oleh karena itu dalam forum ini saya mencoba untuk membahas asal usul dari

Hard Disk terlebih dahulu.

Hard Disk Drive pertama kali dibuat dan diproduksi oleh perusahaan IBM pada

tahun 1956 yang kemudian disebut sebagai HDD Generasi pertama. HDD

pertama ini ditemukan dan diciptakan oleh Reynold Johnson. HDD ini berlabel

RAMAC 305 yang mempunyai kapasitas 5 Mega Bits atau 5.000.000 bits dan

berukuran 24 inch dan menggunakan single head dalam pengaksessaanya.

Pada tahun 1961 IBM menciptakan HDD dengan menggunakan head yang

terpisah dalam setiap komponen datanya yang disebut juga Disk Storage Unit

Control System Meganical International System dan HDD pertama yang dapat

removable ( dapat dicopot atau dipasang lagi ) adalah IBM 1311, yang

menggunakan IBM 1316 untuk menyimpan 2 juta karakter.

Di tahun 1973, IBM mengenalkan IBM 3340, yang merupakkan HDD pertama

yang menggunakan sistem disk “Whincester“, yang pertama menggunakan sealed

Page 7: TUGAS ARKOM

head/disk assembly ( HDA ). Teknologi ini didesign oleh Kenneth Haughton.

Sebelum tahun 1980-an, kebanyakkan HDD berurukuran 8 INCH atau 14 INCH,

sehingga membutuhkan banyak tempat untuk menyimpan HDD tersebut. Sampai

pada tahun 1980, ketika Seagate teknologi mengenalakan ST-506 yang

merupakan HDD pertama yang berukuran 5,25 inch dengan kapasitas 5

megabites.

Dan sekarang ini bahkan, HDD sudah mencapai capasita Terrabites dalam ukuran

3,5 inch, untuk itu dibawah ini saya menyediakan timeline yang saya dapat dari

suatu web tentang perkembangan HDD sampai saat ini.

2.1.2 Jenis Hardisk

a. Hard Disk IDE

Harddisk ini biasanya dihubungkan kekomputer melalui kabel bus Integrate Drive

Electronic (IDE). Sebenarnya nama asli harddisk ini adalah ATA (AT

Attachment) yang berarti interface awalnya pertama kali dikembangkan oleh

Perusahaan IBM AT, tetapi dalam perkembangannya mungkin karena

dihubungkan dengan socket IDE maka orang lebih mengenalnya dengan HDD

b. Hard Disk SATA

Page 8: TUGAS ARKOM

Biasa juga disebut Hard Disk Serial ATA adalah pengembangan dari ATA tetapi

dengan menggunakan jumlah kabel data yang lebih sedikit. Keuntungan utamanya

adalah ecepatan transfer data. Demikian pula pada kabel catu dayanya.

c. Hard Disk SCSI

Hampir mirip dengan Hard Disk IDE tetapi dengan jumlah kabel bus data yang

berbeda jumlahnya. Dari segi controller sebenarnya hard disk jenis ini lebih

unggul dari pada jenis IDE karena satu controller IDE hanya dapat mengontrol

dua drive sedangkan untuk jenis SCSI satu kontroller dapat mengontrol 8 drive.

Page 9: TUGAS ARKOM

2.1.3 Komponen Hard Disk

a. Platter

Sebuah hardisk biasanya memiliki satu atau lebih platter, atau disk, atau

dalam bahasa Indonesia disebut dengan piringan. Ada beberapa ukuran disk

yang biasa digunakan adalah:

5.25" (130 mm, atau 5.12 inchies)

2.5”

3.5” (95 mm atau 3.74 inchies)

1.8"

Pada komputer desktop dan beberapa komputer portable biasa digunakan disk

yang berukuran 3.5". Sedangkan disk 2.5" biasa digunakan pada komputer

portable dan notebook. Hard drive kebanyakan memiliki dua atau lebih disk.

Pada hard disk 3.5", maksimum disknya adalah 11 buah disk. Disk atau

platter terbuat dari bahan aluminium alloy untuk ketahanan dan ringan. Pada

Page 10: TUGAS ARKOM

saat ini banyak digunakan bahan glass-ceramic, yang memilki ketahanan

yang lebih baik dari alumunium dan biasanya berbentuk lebih tipis

b. Media perekam

Sebuah platter dilapisi oleh lepisan tipis bahan magnetic yang disebut media

yang mana informasi magnetic disimpan. Ada dua tipe media yang biasa

digunakan pada platter hardisk, yaitu :

Oxide Media

oxside media berwarna kecoklatan dan terbuat dari berbagai bahan yang

mengandung iron oxide sebagai bahan aktifnya. Media ini mudah tergores

oleh head karena sangat halus.

Thin-film Media

Thin-film media bentuknya lebih tipis , lebih keras, dan lebih sempurna

daripada oxide media. Proses pelapisannya mirip dengan pengkroman besi.

Media ini berwarna keperakan dan terbuat dari bahan cobalt alloy. Apabila

platter tergores akan meyebabkan bad sector.

c. Logic Boards

Semua hardisk mempunyai sebuah board logic. Board logic ini merupakan

circuit electronic yang bertugas rnengontrol spindle drive, head actuator dan

rnengatur lalu lintas data.

d. Read / Write Heads

Biasanya sebuah hardisk mempunyai satu read/write head untuk tiap sisi

platter dan terhubung pada satu mekanik penggerak. Pada saat drive sedang

istirahat, head akan meyentuh platter, namun ketika drive berputar pada

kecepatan penuh, tekanan udara akan mengangkat head dari permukaan

platter.

Page 11: TUGAS ARKOM

e. Head Slider

Head slider merupakan tempat head berada. Slider akan rnengantarkan head

ke sektor yang dituju, Berta membawa head pada jarak yang tepat dari media

untuk proses baca dan tulis.

f. Head Actuator Mechanisms

Suatu mekanisme yang menggerakkan head dan menempatkannya secara

akurat diatas silinder yang diinginkan. Ada dua jenis mekanisme aktuator

stepper motor actuators

voice coil actuators

g. Motor spindle

Salah satu faktor utama yang berperan untuk performa hardisk adalah

kecepatan media yang memutar platter pada tingkat kecepatan yang tinggi

sedikiotnya 3600 RPM. Motor spindle inilah yang bertugas untuk memutar

platter.

Hardisk lama menngunakan karet atau bantalan gabus untuk rnernperlambat

spindle sebagai penghentian seteleh power drive dipindahkan, tetapi drive

terbaru rnengunakan teknik pengeraman dinamis. Waktu power dipindahkan

tenaga rnagnetis menyimpan coil dilepaskan sebagai denyut nadi voltase

pembalik. Pengereman dinamis menggalienergi voltase pembalik untuk

berhenti lebih cepat dibandingkan dengan pengereman fisik.

h. Voice Coil

Komponen ini menggunakan sinyal feedback dari drive untuk menentukan

posisi head secara akurat. Cara kerja voice coil hampir sama dengan audio

speaker, yang mana rnerupakan asal nama voice coil diambil. Audio speaker

menggunakan magnet diam yang dikelilingi voice coil yang terhubung

dengan membrane speaker. Pemberian arus pada coil akan mengakibatkan

coil bergerak relative terhadap magnet diam. Pada sistem voice coil harddisk,

Page 12: TUGAS ARKOM

coil elektromagnet disimpan di dekat magnet statis. Narnun, tidak ada kontak

antara coil dengan magnet. Pada saat coil elektromagnet diberi arus, maka

akan menarik atau menolak magnet statis dan mengerakkan lengan head

sehingga sistem ini cepat dan efisien.

i. Air Filters

Kebanyakan hardisk memiliki dua filter udara. Filter yang satu disebut

recirculating filter sedang yang lainnya disebut barometric or breather filter.

Secara permanen, kedua filter ini berada didalam drive dan dibuat tidak ubah

seumur hidup drive tersebut.

2.2 RAID (Redundant Array of Independent Disks)

Pada tahun 1978, Norman Ken Ouchi dari International Business Machines

(IBM) dianugerahi paten Amerika Serikat, dengan nomor 4092732 dengan

judul "System for recovering data stored in failed memory unit." Klaim untuk

paten ini menjelaskan mengenai apa yang kemudian dikenal sebagai RAID 5

dengan penulisan stripe secara penuh. Patennya pada tahun 1978 tersebut juga

menyebutkan bahwa disk mirroring atau duplexing (yang kini dikenal sebagai

RAID 1) dan juga perlindungan dengan paritas khusus yang didedikasikan

(yang kini dikenal dengan RAID 4) bisa digunakan, meskipun saat itu belum ada

implementasinya.

Istilah "RAID" pertama kali didefinisikan oleh David A. Patterson, Garth A.

Gibson dan Randy Katz dari University of California, Berkeley, Amerika

Serikat pada tahun 1987, 9 tahun berselang setelah paten yang dimiliki oleh

Norman Ken Ouchi. Mereka bertiga mempelajari tentang kemungkinan

penggunaan dua hard disk atau lebih agar terlihat sebagai sebuah perangat

tunggal oleh system yang menggunakannya, dan kemudian mereka

mempublikasikannya ke dalam bentuk sebuah paper berjudul "A Case for

Redundant Arrays of Inexpensive Disks (RAID)"

Page 13: TUGAS ARKOM

Pada bulan Juni 1988 pada saat konferensi SIGMOD. Spesifikasi tersebut

menyodorkan beberapa purwarupa RAID level, atau kombinasi dari drive-drive

tersebut. Setiap RAID level tersebut secara teoritis memiliki kelebihan dan juga

kekurangannya masing-masing. Satu tahun berselang, implementasi RAID pun

mulai banyak muncul ke permukaan. Sebagian besar implementasi tersebut

memang secara substansial berbeda dengan RAID level yang asli yang dibuat

oleh Patterson dan kawan-kawan, tapi implementasi tersebut menggunakan

nomor yang sama dengan apa yang ditulis oleh Patterson. Hal ini bisa jadi

membingungkan, sebagai contoh salah satu implementasi RAID 5 dapat berbeda

dari implementasi RAID 5 yang lainnya. RAID 3 dan RAID 4 juga bisa

membingungkan dan sering dipertukarkan, meski pada dasarnya kedua jenis

RAID tersebut berbeda.

RAID, singkatan dari Redundant Array of Independent Disks merujuk

kepada sebuah teknologi di dalam penyimpanan data komputer yang digunakan

untuk mengimplementasikan fitur toleransi kesalahan pada media penyimpanan

komputer (utamanya adalah hard disk) dengan menggunakan cara redundansi

(penumpukan) data, baik itu dengan menggunakan perangkat lunak, maupun

unit perangkat keras RAID terpisah. Kata "RAID" juga memiliki beberapa

singkatan Redundant Array of Inexpensive Disks, Redundant Array of

Independent Drives, dan juga Redundant Array of Inexpensive Drives. Teknologi

ini membagi atau mereplikasi data ke dalam beberapa hard disk terpisah. RAID

didesain untuk meningkatkan keandalan data dan/atau meningkatkan kinerja

I/O dari hard disk.

Sejak pertama kali diperkenalkan, RAID dibagi ke dalam beberapa skema, yang

disebut dengan "RAID Level". Pada awalnya, ada lima buah RAID level yang

pertama kali dikonsepkan, tetapi seiring dengan waktu, level-level tersebut

berevolusi, yakni dengan menggabungkan beberapa level yang berbeda dan juga

mengimplementasikan beberapa level proprietary yang tidak menjadi standar

RAID.

Page 14: TUGAS ARKOM

RAID menggabungkan beberapa hard disk fisik ke dalam sebuah unit logis

penyimpanan, dengan menggunakan perangkat lunak atau perangkat keras

khusus. Solusi perangkat keras umumnya didesain untuk mendukung

penggunaan beberapa hard disk secara sekaligus, dan sistem operasi tidak perlu

mengetahui bagaimana cara kerja skema RAID tersebut. Sementara itu, solusi

perangkat lunak umumnya diimplementasikan di dalam level sistem operasi, dan

tentu saja menjadikan beberapa hard disk menjadi sebuah kesatuan logis yang

digunakan untuk melakukan penyimpanan.

Page 15: TUGAS ARKOM

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Konsep RAID

Ada beberapa konsep kunci di dalam RAID: mirroring (penyalinan data ke lebih

dari satu buah hard disk), striping (pemecahan data ke beberapa hard disk)

dan juga koreksi kesalahan, di mana redundansi data disimpan untuk

mengizinkan kesalahan dan masalah untuk dapat dideteksi dan mungkin

dikoreksi (lebih umum disebut sebagai teknik fault tolerance/toleransi

kesalahan).

Level-level RAID yang berbeda tersebut menggunakan salah satu atau beberapa

teknik yang disebutkan di atas, tergantung dari kebutuhan sistem. Tujuan utama

penggunaan RAID adalah untuk meningkatkan keandalan/reliabilitas yang

sangat penting untuk melindungi informasi yang sangat kritis untuk beberapa

lahan bisnis, seperti halnya basis data, atau bahkan meningkatkan kinerja, yang

sangat penting untuk beberapa pekerjaan, seperti halnya untuk menyajikan

video on demand ke banyak penonton secara sekaligus.

Konfigurasi RAID yang berbeda-beda akan memiliki pengaruh yang berbeda

pula pada keandalan dan juga kinerja. Masalah yang mungkin terjadi saat

menggunakan banyak disk adalah salah satunya akan mengalami kesalahan,

tapi dengan menggunakan teknik pengecekan kesalahan, sistem komputer

secara keseluruhan dibuat lebih andal dengan melakukan reparasi terhadap

kesalahan tersebut dan akhirnya "selamat" dari kerusakan yang fatal.

Teknik mirroring dapat meningkatkan proses pembacaan data mengingat

sebuah sistem yang menggunakannya mampu membaca data dari dua disk atau

lebih, tapi saat untuk menulis kinerjanya akan lebih buruk, karena memang data

Page 16: TUGAS ARKOM

yang sama akan dituliskan pada beberapa hard disk yang tergabung ke dalam

larik tersebut. Teknik striping, bisa meningkatkan performa, yang mengizinkan

sekumpulan data dibaca dari beberapa hard disk secara sekaligus pada satu waktu,

akan tetapi bila satu hard disk mengalami kegagalan, maka keseluruhan hard

disk akan mengalami inkonsistensi. Teknik pengecekan kesalahan juga pada

umumnya akan menurunkan kinerja sistem, karena data harus dibaca dari

beberapa tempat dan juga harus dibandingkan dengan checksum yang ada.

Maka, desain sistem RAID harus mempertimbangkan kebutuhan sistem secara

keseluruhan, sehingga perencanaan dan pengetahuan yang baik dari seorang

administrator jaringan sangatlah dibutuhkan. Larik-larik RAID modern

umumnya menyediakan fasilitas bagi para penggunanya untuk memilih

konfigurasi yang diinginkan dan tentunya sesuai dengan kebutuhan.

Beberapa sistem RAID dapat didesain untuk terus berjalan, meskipun terjadi

kegagalan. Beberapa hard disk yang mengalami kegagalan tersebut dapat diganti

saat sistem menyala (hot-swap) dan data dapat diperbaiki secara otomatis. Sistem

lainnya mungkin mengharuskan shutdown ketika data sedang diperbaiki.

Karenanya, RAID sering digunakan dalam sistem-sistem yang harus selalu on-

line, yang selalu tersedia (highly available), dengan waktu down-time yang,

sebisa mungkin, hanya beberapa saat saja.

Pada umumnya, RAID diimplementasikan di dalam komputer server, tapi bias

juga digunakan di dalam workstation. Penggunaan didalam workstation

umumnya digunakan dalam komputer yang digunakan untuk melakukan

beberapa pekerjaan seperti melakukan penyuntingan video/audio.

2.2.2 Karakteristik RAID

Menurut Stallings [Stallings2001], RAID adalah sebuah sebuah set dari

beberapa physical drive yang dipandang oleh sistem operasi sebagai sebuah

logical drive. Data didistribusikan ke dalam array dari beberapa physical drive.

Page 17: TUGAS ARKOM

Kapasitas disk yang berlebih digunakan untuk menyimpan Informasi paritas,

yang menjamin data dapat diperbaiki jika terjadi kegagalan pada salah satu disk.

Selain data stripping dan mirroring, ada satu tindakan lagi yaitu kombinasi

stripping dan mirroring. Tindakan ini membutuhkan banyak biaya karena harus

mengadakan lebih dari dua buah disk sebagai pembagi dan back-up data.

RAID juga sebagai alternatif sekuriti kerusakan data, karena disk memiliki resiko

yang tinggi mengalami kerusakan. Kerusakan disk dapat berakibat turunnya

kinerja atau hilangnya sejumlah data. Walaupun sudah dibuatkan sistem

backup data, tetap saja kemungkinan itu ada, karenanya reliabilitas dari suatu

disk harus dapat terus ditingkatkan.

2.2.3 Mekanisme Kinerja RAID

Redudansi

Peningkatan kehandalan disk dapat dilakukan dengan redundansi, yaitu

menyimpan informasi tambahan yang dapat dipakai untuk membentuk kembali

informasi yang hilang jika suatu disk mengalami kegagalan. Salah satu teknik

untuk redundansi ini adalah dengan cara mirroring atau shadowing, yaitu dengan

membuat duplikasi dari tiap - tiap disk. Jadi, sebuah disk logical terdiri dari 2

disk physical, dan setiap penulisan dilakukan pada kedua disk, sehingga jika

salah satu disk gagal, data masih dapat diambil dari disk yang lainnya, kecuali

jika disk kedua gagal sebelum kegagalan pada disk pertama diperbaiki. Pada

cara ini, berarti diperlukan media penyimpanan yang dua kali lebih besar

daripada ukuran data sebenarnya. Akan tetapi, dengan cara ini pengaksesan disk

yang dilakukan untuk membaca dapat ditingkatkan dua kali lipat. Hal ini

dikarenakan setengah dari permintaan membaca dapat dikirim ke masing-masing

disk. Cara lain yang digunakan adalah paritas blokinterleaved, yaitu menyimpan

blok-blok data pada beberapa disk dan blok paritas pada sebuah (atau sebagian

kecil) disk.

Page 18: TUGAS ARKOM

Paralelisme

Peningkatan kinerja dapat dilakukan dengan mengakses banyak disk

secaraparalel. Pada disk mirroring, di mana pengaksesan disk untuk membaca

data menjadi dua kali lipat karena permintaan dapat dilakukan pada kedua disk,

tetapi kecepatan transfer data pada setiap disk tetap sama. Kita dapat

meningkatkan kecepatan transfer ini dengan cara melakukan data striping ke

dalam beberapa disk. Data striping, yaitu menggunakan sekelompok disk sebagai

satu kesatuan unit penyimpanan, menyimpan bit data dari setiap byte secara

terpisah pada beberapa disk (paralel).

Patterson menulis lima buah RAID level di dalam papernya, pada bagian 7

hingga 11, dengan membagi ke dalam beberapa level, sebagai berikut:

RAID level pertama: mirroring

RAID level kedua : Koreksi kesalahan dengan menggunakan kode Humming

RAID level ketiga : Pengecekan terhadap disk tunggal di dalam sebuah

kelompok disk.

RAID level keempat: Pembacaan dan penulisan secara independen

RAID level kelima : Menyebarkan data dan paritas ke semua drive (tidak

ada pengecekan terhadap disk tunggal)

Page 19: TUGAS ARKOM

2.2.4 Level dan Jenis-Jenis RAID

1. Raid level 0

Raid level 0. Menggunakan kumpulan disk dengan striping pada level

blok,tanpa redundansi. jadi hanya melakukan striping blok data kedalam

beberapa disk. Kelebihan level ini antara lain akses beberapa blok bisa

dilakukan secara paralel sehingga bisa lebih cepat kemudian kapasistas harddisk

yang dimiliki untuk penyimpanan data adalah total dari keseluruhan harddisk

yang dimiliki, tanpa ada pengurangan kekurangan antara lain akses perblok sama

saja seperti tidak ada peningkatan, kehandalan kurang karena tidak adanya

pembackup-an data dengan redundancy. jika salah satu harddisk fails dalam RAID

0, maka data akan hilang tanpa ada penggantinya karena tidak proses back up

dalam sistem tersebut. Berdasarkan definisi RAID sebagai redudancy array maka

level ini sebenarnya tidak termasuk kedalam kelompok RAID karena tidak

menggunakan redundansi untuk peningkatan kinerjanya.

Page 20: TUGAS ARKOM

2. RAID level 1

RAID level 1. Merupakan disk mirroring, menduplikat data tanpa striping. Cara

ini dapat meningkatkan kinerja disk, tapi jumlah disk yang dibutuhkan menjadi

dua kali lipat kelebihannya antara lain memiliki kehandalan (reliabilitas) yang

baik karena memiliki back up untuk tiap disk dan perbaikan disk yang rusak

dapat dengan cepat dilakukan karena ada mirrornya. Jika salah satu Harddisk

yang berfungsi sebagai penyimpanan data fails/bermasalah, maka harddisk mirror

akan secara otomatis menggantikan fungsinya sampai harddisk yang fails tersebut

di ganti dengan yang baru, tanpa penurunan performance dari keseluruhan

harddisk. Contoh : 4 Harddisk SCSI berkapasitas 72GB di configure dengan

RAID 1, maka hanya 2 Harddisk (2 x 72 GB) yang dapat digunakan sebagai

penyimpanan data, dan 2 harddisk lagi (2 x 72 GB) lagi digunakan sebagai Mirror

dari data tersebut. Kekurangannya antara lain biaya yang menjadi sangat mahal

karena membutuhkan disk 2 kali lipat.

Page 21: TUGAS ARKOM

3. RAID level 2

RAID level 2. Merupakan pengorganisasian dengan error correction code (ECC).

Seperti pada memory dimana pendeteksian mengalami error mengunakan paritas

bit. Sebagai contoh, misalnya misalnya setiap byte data, memiliki paritas bit yang

bersesuaian yang mempresentasikan jumlah bit "1" didalm byte data tersebut

dimana paritas bit = 0 jika bit genap atau paritas bit = 1 jika bit ganjil. Jadi, jika

salah satu bit pada salah satu data berubah dan tidak sesuai dengan paritas bit

yang tersimpan. Dengan demikian, apabila terjadi kegagalan pada salah satu disk,

data dapat dibentuk kembali dengan membaca error correction bit pada disk lain.

Kelebihannya antara lain kehandalan yang bagus karena dapat membentuk

kembali data yang rusak dengan ECC tadi, dan jumlah bit redundancy yang

diperlukan lebih sedikit jika dibandingkan dengan level 1 (mirroring).

Kelemahannya antara lain prlu adanya perhitungan paritas bit, sehingga menulis

atau perubahan data memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan

yang tanpa menggunakan paritas bit, level ini memerlukan disk khusus untuk

penerapannya yang harganya cukup mahal.

Page 22: TUGAS ARKOM

4. RAID level 3

RAID level 3. Merupakan pengorganisasian dengan paritas bit yang interleaved.

Pengorganisasian ini hamper sama dengan RAID level 2, perbedaanya adalah

pada level 3 ini hanya memerlukan sebuah disk redudan, berapapun kumpulan

disknya, hal ini dapt dilakukan karena disk controller dapat memeriksa apakah

sebuah sector itu dibaca dengan benar atau tidak (mengalami kerusakan atau

tidak). Jadi tidak menggunakan ECC, melainkan hanya membutuhakan sebuah

bit paritas untuk sekumpulan bit yang mempuntai sekumpulan bit yang

mempunyai posisi yang sama pada setiap dis yang berisi data. Selain itu juga

menggunakan data striping dan mengakses disk-disk secara parallel.

Kelebihannya antara lain kehandalan (rehabilitas) bagus, akses data lebih cepat

karena pembacaan tiap bit dilakukan pada beberapa disk (paralel), hanya butuh 1

disk redudan yang tentunya lebih menguntungkan dengan level 1 dan 2.

kelemahannya antara lain perlu adanya perhitungan dan penulisan parity bit

akibatnya performannya lebih rendah dibandingkan yang menggunakan paritas.

Page 23: TUGAS ARKOM

5. RAID level 4

RAID level 4. Merupakan pengorganisasian dengan paritas blok interleaved,

yaitu mengunakan striping data pada level blok, menyimpan sebuah parits blok

pada sebuah disk yang terpisah untuk setiap blok data pada disk-disk lain yang

bersesuaian. Jka sebuah disk gagal. Blok paritas tersebut dapat digunakan

untuk membentuk kembali blok-blok data pada disk yang bisa lebih cepat

karena bisa parlel dan kehandalannya juga bagus karena adanya paritas blok.

Kelemahannya antara lain akses perblok seperti biasa penggunaan 1 disk.,

bahkan untuk penulisan ke 1 blok memerlukan 4 pengaksesan untuk membaca

ke disk data yag bersangkutan dan paritas disk, dan 2 lagi untuk penulisan ke 2

disk itu pula (read-modify-read).

Page 24: TUGAS ARKOM

6. RAID level 5

RAID level 5. Merupakan pengorganisasian dengan paritas blok interleaved

terbesar. Data dan paritas disebr pada semua disk termasuk sebuah disk

tambahan. Pada setiap blok, salah satu dari disk menyimpan paritas dan disk

yang lainnya menyimpan data. Sebagai contoh, jika terdapat kumpulan dari 5

disk, paritas paritas blok ke n akan disimpan pada disk (n mod 5) +1, blok ke n

dari 4 disk yang lain menyimpan data yang sebenarnya dari blok tersebut.

Sebuah paritas blok tidak disimpan pada disk yang sama dengan lok-blok data

yang bersangkutan, karena kegagalan disk tersebut akan menyebabkan data

hilang bersama dengan paritasnya dan data tersebut tidak dapat diperbaiki.

Kelebihannya antara lain seperti pada level 4 ditambah lagi dengan pentebaran

paritas seoerti ini dapat menghindari penggunaan berlebihan dari sebuah paritas

bit seperti pada RAID level 4. kelemahannya antara lain perlunya mekanisme

tambahan untuk penghitungan lokasi dari paritas sehingga akan mempengaruhi

kecepatan dalam pembacaan blok maupun penulisannya.

Page 25: TUGAS ARKOM

7. RAID level 6

RAID level 6. Disebut juga redudansi P+Q, seperti RAID level 5, tetapi

menyimpan informasi redudan tambahan untuk mengantisipasi kegagalan dari

beberapa disk sekaligus. RAID level 6 melakukan dua perhitungan paritas

yang berbeda, kemudian disimpan di dalam blok-blok yang terpisah pada disk-

disk yang berbeda. Jadi. Jika disk data yang digunakan sebanyak n buah disk,

maka jumlah disk yang dibutuhkan pada RAID level 6 ini adalah n+2 disk.

Keuntungan dari RAID level 6 ini adalah kehandalan data yang sangat tinggi,

karena untuk menyebabkan data hilang, kegagalan harus terjadi pada tiga buah

disk dalam interval rata-rata data mean time to repair (MTTR). Kerugiannya yaitu

penalty waktu pada saat penulisan data, karena setiap penulisan yang dilakukan

akan mempengaruhi dua buah paritas blok.

Page 26: TUGAS ARKOM

8. Raid level 0+1 dan 1+0

Raid level 0+1 dan 1+0. Ini merupakan kombinasi dari RAID level 0 dan

RAID level 1. RAID level 0 memiliki kinerja yang baik., sedangkan RAID

level 1 memiliki kehandalan. Namun, dalam kenyataannya kedua hal ini sama

pentingnya. Dalam RAID 0+1, sekumpulan disk di strip, kemudian strip tersebut

di-mirror ke disk-disk yang lain, menghasilkan strip-strip data yang sama.

Kombinasi lainnya adalah RAID 1+0, dimana disk-disk mirror secara

berpasangan, dan kemudian hasil pasangan mirror-nya di-stri. RAID 1+0 ini

mempunyai keuntungan lebih dibandingkan dengan RAID 0+1. sebagai

contoh, jika sebuah disk gagal pada RAID 0+1, seluruh disknya tidak dapat di

Page 27: TUGAS ARKOM

akses, sedangkan pada RAID 1+0, disk yang gagal tersebut tidak dapat

diakses tetapi pasangan stripnya yang lain masih bisa, dan pasangan mirror-nya

masih dapat diakses untuk menggantikannya sehingga disk-disk lain selain yang

rusak masih bisa digunakan.

Page 28: TUGAS ARKOM

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

RAID, singkatan dari Redundant Array of Independent Disks merupakan

organisasi disk memori yang mampu menangani beberapa disk dengan sistem

akses paralel dan redudansi ditambahkan untuk meningkatkan

reliabilitas/kehandalan.

Konsep kunci dari RAID meliputi mirroring (penyalinan data ke lebih dari satu

buah hard disk), striping (pemecahan data ke beberapa hard disk) dan juga koreksi

kesalahan, di mana redundansi data disimpan untuk mengizinkan kesalahan dan

masalah untuk dapat dideteksi dan mungkin dikoreksi (lebih umum disebut

sebagai teknik fault tolerance/toleransi kesalahan).

Tiga karakteristik umum dari RAID ini, yaitu :

1. RAID adalah sekumpulan disk drive yang dianggap sebagai sistem tunggal

disk.

2. Data didistribusikan ke drive fisik array.

3. Kapasitas redundant disk digunakan untuk menyimpan informasi paritas, yang

menjamin recoveribility data ketika terjadi masalah atau kegagalan disk.

RAID dapat dibagi menjadi 8 level, yaitu level 0, level 1, level 2, level 3, level 4,

level 5, level 6, level 0+1 dan 1+0. Setiap level tersebut memiliki kelebihan dan

kekurangannya.

Pada umumnya, RAID diimplementasikan di dalam komputer server, tapi bisa

juga digunakan di dalam workstation. Penggunaan di dalam workstation

umumnya digunakan dalam komputer yang digunakan untuk melakukan beberapa

Page 29: TUGAS ARKOM

pekerjaan seperti melakukan penyuntingan video/audio. Implementasi RAID,

selain secara hardware (dengan RAID controller) juga dapat dilakukan secara

software, misalnya pada Microsoft Windows NT 4.0.

4.2 Saran

Secara garis besar teknologi RAID dibangun dari tiga konsep yaitu mirroring,

stripping dan fault tolerance. Konfigurasi RAID yang berbeda-beda akan memiliki

pengaruh yang berbeda pula pada keandalan dan juga kinerja. Masalah yang

mungkin terjadi saat menggunakan banyak disk adalah salah satunya akan

mengalami kesalahan, tapi dengan menggunakan teknik pengecekan kesalahan,

sistem komputer secara keseluruhan dibuat lebih andal dengan melakukan reparasi

terhadap kesalahan tersebut dan akhirnya “selamat” dari kerusakan yang fatal.

Teknik mirroring dapat meningkatkan proses pembacaan data mengingat sebuah

sistem yang menggunakannya mampu membaca data dari dua disk atau lebih, tapi

saat untuk menulis kinerjanya akan lebih buruk, karena memang data yang sama

akan dituliskan pada beberapa hard disk yang tergabung ke dalam larik tersebut.

Teknik striping, bisa meningkatkan performa, yang mengizinkan sekumpulan data

dibaca dari beberapa hard disk secara sekaligus pada satu waktu, akan tetapi bila

satu hard disk mengalami kegagalan, maka keseluruhan hard disk akan mengalami

inkonsistensi. Teknik pengecekan kesalahan / koreksi kesalahan juga pada

umumnya akan menurunkan kinerja sistem, karena data harus dibaca dari

beberapa tempat dan juga harus dibandingkan dengan checksum yang ada. Maka,

desain sistem RAID harus mempertimbangkan kebutuhan sistem secara

keseluruhan, sehingga perencanaan dan pengetahuan yang baik dari seorang

administrator jaringan sangatlah dibutuhkan. Larik-larik RAID modern umumnya

menyediakan fasilitas bagi para penggunanya untuk memilih konfigurasi yang

diinginkan dan tentunya sesuai dengan kebutuhan.

Page 30: TUGAS ARKOM

Beberapa sistem RAID dapat didesain untuk terus berjalan, meskipun terjadi

kegagalan. Beberapa hard disk yang mengalami kegagalan tersebut dapat diganti

saat sistem menyala (hot-swap) dan data dapat diperbaiki secara otomatis. Sistem

lainnya mungkin mengharuskan shutdown ketika data sedang diperbaiki.

Karenanya, RAID sering digunakan dalam sistem-sistem yang harus selalu on-

line, yang selalu tersedia (highly available), dengan waktu down-time yang, sebisa

mungkin, hanya beberapa saat saja.

 

Kesimpulannya, dengan teknik stripping proses read and write data akan lebih

cepat kemudian dengan teknik mirroring proses backup akan terus berjalan,

sedangkan fault tolerance akan memperkecil peluang terjadi kesalahan pembacaan

maupun penulisan data.

Page 31: TUGAS ARKOM

DAFTAR PUSTAKA

Setiawan, Eko. 2009. Computer Organization. Indonesian Computer University.

Taufan, Dwi. Arsitektur dan mekanisme teknologi raid. blog.ub.ac.id. 2011.

Leurs, Laurens. RAID Technology. www.prepressure.com. 2007.

Dr. Hermawan Wibisono, Sp.OG & Ayu Bulan Febry Kurnia Dewi, S.KM. 2009.

Solusi Sehat Seputar Kehamilan. Jakarta Selatan: PT AgroMedia Pustaka. Hal 52-

54

Lennypuss. Kenapa Bulu Kucing Bisa Menyebabkan Penyakit Toxoplasmosis.

www.lennypuss.wordpress.com. 2011

Subronto. 2006. Penyakit infeksi parasit dan mikroba pada anjing dan kucing.

Yogjakarta: Universitas Gajah Mada. Hal 26-37

Yuliarti, Nurheti. 2010. Hidup Sehat Bersama Kucing Kesayangan. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama. Hal 61