TUGAS AKHIR MATA KULIAH SISTEM INFORMASI MANAJEMEN...

13
TUGAS AKHIR MATA KULIAH SISTEM INFORMASI MANAJEMEN MB-IPB Dosen: Dr. Ir. Arif Imam Suroso, MSc (CS) Oleh: Jenny Emile Marpaung Angkatan: 60 PENGEMBANGAN DAN URGENCY MAINTENANCE SISTEM INFORMASI A. PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI DENGAN CARA OUTSOURCING a. Definisi Secara umum, pengertian outsourcing SI adalah sebuah proses dimana terjadi pengalihan pekerjaan kepada pihak ketiga dalam hal pengelolaan maupun pengembangan sistem informasi di suatu organisasi. Dengan berbagai pertimbangan kemampuan dan biaya, pengalihdayaan sistem informasi perusahaan masih akan meningkat, baik insourcing maupun offshore outsourcing. Strategi alihdaya ini, selain mampu menghemat biaya, juga memberikan penyelesaian solusi TI-nya kepada yang benar-benar ahli, sementara perusahaan bisa lebih fokus pada core competency-nya saja. b. Alasan Pengembangan System dengan cara Outsourcing Secara garis besar terdapat beberapa alasan yang menjadikan dilakukannya penerapan outsourcing sistem informasi di suatu organisasi, yakni sebagai berikut: 1. Reduce and control operating costs, penerapan outsourcing sistem informasi diharapkan dapat mengurangi biaya tetap dalam kegiatan operasional perusahaan karena dianggap lebih efisien 2. Improve company focus, perusahaan dapat meningkatkan fokus dalam mencapai tujuannya dengan men-share pekerjaaan yang terkait dengan sistem informasi tersebut sehingga untuk hal-hal tertentu seperti core competencies perusahaan yang memang dianggap penting dapat lebih fokus untuk dikembangkan 3. Gain Access to world class capabilities, perusahaan menyerahkan kepada perusahaan outsource yang sudah terpercaya dan dianggap kompeten dalam bidangnya 4. Free internal resources for other purposes, dengan dilakukannya outsourcing sistem informasi ke sebuah perusahaan diharapkan dapat membawa sumber daya yang dapat bermanfaat untuk tujuan lain dari perusahaan 5. Necessary resources are not available internally, perusahaan melakukan outsourcing sistem informasi karena perusahaan tersebut tidak memiliki kemampuan ataupun sumber daya yang dianggap mampu untuk menjalankan hal tersebut 6. Accelerate reenginering benefits, maksudnya adalah dapat mempercepat memperoleh manfaat dari reenginering sistem informasi tersebut bagi perusahaan 7. Function is difficult to manage internally ori s out of control , perusahaan yang melakukan outsourcing sistem informasi tersebut kesulitan dalam mengelola sumber daya internal yang ada sehingga membutuhkan bantuan dari ekternal perusahaan melalui outsource

Transcript of TUGAS AKHIR MATA KULIAH SISTEM INFORMASI MANAJEMEN...

  • TUGAS AKHIR

    MATA KULIAH SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

    MB-IPB

    Dosen: Dr. Ir. Arif Imam Suroso, MSc (CS)

    Oleh: Jenny Emile Marpaung Angkatan: 60

    PENGEMBANGAN DAN URGENCY MAINTENANCE SISTEM INFORMASI

    A. PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI DENGAN CARA OUTSOURCING

    a. Definisi

    Secara umum, pengertian outsourcing SI adalah sebuah proses dimana terjadi pengalihan

    pekerjaan kepada pihak ketiga dalam hal pengelolaan maupun pengembangan sistem informasi di

    suatu organisasi. Dengan berbagai pertimbangan kemampuan dan biaya, pengalihdayaan sistem

    informasi perusahaan masih akan meningkat, baik insourcing maupun offshore outsourcing.

    Strategi alihdaya ini, selain mampu menghemat biaya, juga memberikan penyelesaian solusi TI-nya

    kepada yang benar-benar ahli, sementara perusahaan bisa lebih fokus pada core competency-nya

    saja.

    b. Alasan Pengembangan System dengan cara Outsourcing

    Secara garis besar terdapat beberapa alasan yang menjadikan dilakukannya

    penerapan outsourcing sistem informasi di suatu organisasi, yakni sebagai berikut:

    1. Reduce and control operating costs, penerapan outsourcing sistem informasi diharapkan dapat mengurangi biaya tetap dalam kegiatan operasional perusahaan

    karena dianggap lebih efisien

    2. Improve company focus, perusahaan dapat meningkatkan fokus dalam mencapai tujuannya dengan men-share pekerjaaan yang terkait dengan sistem informasi

    tersebut sehingga untuk hal-hal tertentu seperti core competencies perusahaan yang

    memang dianggap penting dapat lebih fokus untuk dikembangkan

    3. Gain Access to world class capabilities, perusahaan menyerahkan kepada perusahaan outsource yang sudah terpercaya dan dianggap kompeten dalam

    bidangnya

    4. Free internal resources for other purposes, dengan dilakukannya outsourcing sistem informasi ke sebuah perusahaan diharapkan dapat membawa sumber daya yang

    dapat bermanfaat untuk tujuan lain dari perusahaan

    5. Necessary resources are not available internally, perusahaan melakukan outsourcing sistem informasi karena perusahaan tersebut tidak memiliki kemampuan ataupun

    sumber daya yang dianggap mampu untuk menjalankan hal tersebut

    6. Accelerate reenginering benefits, maksudnya adalah dapat mempercepat memperoleh manfaat dari reenginering sistem informasi tersebut bagi perusahaan

    7. Function is difficult to manage internally ori s out of control, perusahaan yang melakukan outsourcing sistem informasi tersebut kesulitan dalam mengelola sumber

    daya internal yang ada sehingga membutuhkan bantuan dari ekternal perusahaan

    melalui outsource

  • 8. Make capital funds available, outsourcing sistem informasi dilakukan sehubungan dengan kemampuan dan keinginan perusahaan dalam mengelola sumber dana yang

    ada

    9. Share risks, outsourcing sistem informasi diharapkan dapat membagi kemungkinan atas resiko yang dapat timbul sehingga resiko yang ada dapat diminimalisir

    10. Cash infusion, perusahaan melakukan outsourcing sistem informasi untuk tujuan menambah pemasukan kas perusahaan

    c. Tahap-tahap pengembangan sistem informasi

    1. Pemilihan Vendor.

    Dalam tahap ini setiap vendor yang merupakan perusahaan IT developer harus

    menyerahkan proposal awal berupa gambaran sistem yang pernah dibuat dan

    perkiraan harga untuk setiap modul aplikasi. Gambaran yang detail dari vendor

    kepada user sangat diharapkan dalam tahap ini agar perusahaan mendapatkan data

    yang jelas mengenai kualitas vendor dan sistem yang ditawarkan.

    2. Pertimbangan vendor.

    Setelah beberapa vendor mempresentasikan sistem dan harga dari sistem yang

    dibuat, user dapat segera mempertimbangkan vendor mana yang ingin dipilih dengan

    mempertimbangkan beberapa hal diantaranya benefit and risk, analisa proses dan

    evaluasi terhadap vendor. Jika semua telah dilakukan, langkah berikutnya adalah

    menentukan vendor mana yang ditunjuk untuk mengerjakan sistem tersebut

    3. Survey sistem / preliminary.

    Dalam tahap ini, tim IT akan melakukan investigasi awal untuk mengetahui

    kebutuhan pengguna, ruang lingkup aplikasi, pembuatan proposal dan yang meliputi

    gambaran umum pelaksanaan proyek, aplikasi yang dikembangkan, serta biaya yang

    dibutuhkan. Setelah proposal dipaparkan dan disetujui, maka dapat dilakukan tahap

    berikutnya.

    4. Analisis sistem

    Analisis sistem diperlukan untuk mengetahui apakah sistem yang lama perlu

    diperbaharui atau harus dimatikan untuk diganti dengan yang baru. Analisis ini

    sangat diperlukan agar aplikasi yang dikembangkan benar – benar dapat

    memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan. Beberapa aspek yang

    dianalisis dalam analisis sistem diantaranya adalah business user, analisis jabatan,

    proses bisnis, business rules, problem solving, business tool, dan business plan.

    5. Desain sistem.

    Jika analisis sistem dipergunakan untuk menjawab pertanyaan sistem apa yang ingin

    dibuat, desain sistem dipergunakan untuk menjawab pertanyaan bagaimana sistem

    tersebut di buat. Desain sistem memberikan gambaran kepada programmer tentang

    garis besar sistem yang ingin dibuat. Beberapa hal yang dilakukan dalam desain

    sistem adalah pemodelan sistem, desain basis data, desain aplikasi, desain perangkat

    keras, dan deskripsi dari masing masing penggguna.

    6. Pembuatan sistem.

  • Setelah desain selesai dibuat, langkah berikutnya adalah pembuatan sistem. Dalam

    pembuatan sistem turut pula dilakukan pengujian terhadap aplikasi yang

    dikembangkan dan pembuatan instruksi manual serta melakukan training terhadap

    pengguna.

    7. Implementasi sistem

    Ketika hardware telah dipersiapkan dengan matang, aplikasi telah selesai dibuat,

    langkah berikutnya adalah implementasi sistem. Dalam tahap ini, sistem yang telah

    dibuat benar benar diimplementasikan di dalam perusahaan. Tahap ini merupakan

    tahap yang paling kritis dalam pengembangan sebuah sistem. Ada yang

    implementasinya dilakukan dengan paralel sebelum sistem lama dimatikan, ada yang

    langsung mematikan sistem yang lama dan berganti dengan sistem yang baru.6

    8. Pemeliharaan sistem.

    Sahfat sistem berhasil di implementasikan, langkah terakhir adalah pemeliharaan

    sistem yang dilakukan oleh seorang programmer untuk melihat kelemahan –

    kelemahan atau kekurangan yang tidak terdeteksi saat sistem tersebut dilakukan

    pengetesan. Pemeliharaan meliputi pemantauan pengoperasian oleh user,

    penyempurnaan, perbaikan dari gangguan kecil atau bug, dan perbaikan – perbaikan

    akibat kerusakan dari luar seperti virus dan lain – lain.

    d. Faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan Vendor

    1. Commitment to Quality

    2. Price

    3. Reference/reputation

    4. Flexible contract terms

    5. Scope of resources

    6. Additional value added capability

    7. Cultural march

    8. Existing relationship

    9. Location

    e. Keuntungan Sistem Outsourcing

    1. Meningkatkan fleksibilitas untuk melakukan atau tidak melakukan Investasi. 2. Walaupun biaya untuk mengembangkan sistem secara outsource tergolong mahal,

    namun jika dibandingkan secara keseluruhan dengan pendekatan in-sourcing ataupun

    self-sourcing, out-sourcing termasuk pendekatan dengan cost yang rendah.

    3. Memiliki akses ke jaringan para ahli dan profesional dalam bidang SI/TI. 4. Dapat mengeksploitasi skill dan kepandaian dari perusahaan outsource dalam

    mengembangkan produk yang diinginkan perusahaan.

    5. Mempersingkat waktu proses karena beberapa outsourcer dapat dipilih sekaligus untuk saling bekerja sama menyediakan layanan yang dibutuhkan perusahaan.

    6. Fleksibel dalam merespon perubahan SI yang cepat sehingga perubahan arsitektur SI berikut sumberdayanya lebih mudah dilakukan karena perusahaan outsource SI pasti

    memiliki pekerja TI yang kompeten dan memiliki skill yang tinggi, serta penerapan

    teknologi terbaru dapat menjadi competitive advantage bagi perusahaan outsource.

  • 7. Perusahaan dapat mengkonsentrasikan diri dalam menjalankan dan mengembangkan bisnis intinya, karena bisnis non-inti telah didelegasikan pengerjaannya melalui

    outsourcing.

    f. Kerugian Sistem Outsourcing

    1. Adanya perbedaan kompensasi dan manfaat antara tenaga kerja internal dengan

    tenaga kerja outsourcing.

    2. Jika menandatangani kontrak outsourcing yang berjangka lebih dari 3 tahun, maka

    dapat mengurangi fleksibilitas seandainya kebutuhan bisnis berubah atau

    perkembangan teknologi yang menciptakan peluang baru dan adanya penurunan

    harga, maka perusahaan harus merundingkan kembali kontraknya dengan pihak

    outsourcer.

    3. Ketergantungan dengan perusahaan pengembang SI akan terbentuk karena perusahaan

    kurang memahami SI/TI yang dikembangkan pihak outsourcer sehingga sulit untuk

    mengembangkan atau melakukan inovasi secara internal di masa mendatang.

    4. Mengurangi keunggulan kompetitif perusahaan karena pihak outsourcer tidak dapat

    diharapkan untuk menyediakan semua kebutuhan perusahaan karena harus

    memikirkan klien lainnya juga.

    5. Kehilangan kendali terhadap SI dan data karena bisa saja pihak outsourcer menjual

    data dan informasi perusahaan ke pesaing.

    g. Hal-hal yang mempengaruhi kesuksesan pendekatan outsourcing:

    1. Perusahaan dapat memilih vendor yang tepat

    2. Memahami tujuan Perusahaan

    3. Terdapat kontrak yang jelas antara perusahaan dengan vendor yang dipilih oleh perusahaan.

    4. Pengembangan sistem terdokumentasi dengan lengkap dan jelas.

    5. Terdapat jangka waktu pengerjaan yang jelas.

    6. Perusahaan mampu menyampaikan kebutuhan sistem yang diperlukan.

    B. PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI DENGAN CARA INSOURCING

    a. Definisi

    Pendekatan Insourcing, adalah pengembangan dan penerapan sistem informasi

    manajemen dilakukan oleh internal perusahaan yang dilakukan oleh pegawai perusahaan itu

    sendiri dan biasanya terdapat divisi atau departemen information and communication

    technology yang bertugas untuk mengurus hal ini. Pendekatan ini biasanya dilakukan oleh

    perusahaan yang memiliki sumber daya manusia yang memadai untuk pengembangan

    sistem informasi ini, namun terbatas dari sisi biaya. Hal ini dikarenakan biaya untuk

    pengembangan suatu sistem informasi cukup mahal jika harus membeli dari pihak lain.

    Kelemahan dari sistem ini waktu pengembangan dan penerapan menjadi lama biasanya.

    b. Keuntungan Sistem Insourcing

  • 1. Umumnya sistem informasi yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan perusahaan

    karena karyawan yang ditugaskan mengerti kebutuhan sistem dalam perusahaan;

    2. Biaya pengembangannya relatif lebih rendah karena hanya melibatkan pihak perusahaan;

    3. Sistem informasi yang dibutuhkan dapat segera direalisasikan dan dapat segera melakukan

    perbaikan untuk menyempurnakan sistem tersebut;

    4. Sistem informasi yang dibangun sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan dan

    dokumentasi yang disertakan lebih lengkap;

    5. Mudah untuk melakukan modifikasi dan pemeliharaan (maintenance) terhadap sistem

    informasi karena proses pengembangannya dilakukan oleh karyawan perusahaan tersebut;

    6. Adanya insentif tambahan bagi karyawan yang diberi tanggung jawab untuk mengembangkan sistem informasi perusahaan tersebut; Pengambilan keputusan yang

    dapat dikendalikan oleh perusahaan sendiri tanpa adanya intervensi dari pihak luar 7. Lebih mudah melakukan pengawasan (security access) dan keamanan data lebih terjamin

    karena hanya melibatkan pihak perusahaan;

    8. Sistem informasi yang dikembangkan dapat diintegrasikan lebih mudah dan lebih baik

    terhadap sistem yang sudah ada.

    c. Kerugian Sistem Insourcing

    1. Pengembangan sistem informasi membutuhkan waktu yang lama karena konsentrasi

    karyawan harus terbagi dengan pekerjaan rutin sehari-hari sehingga pelaksanaannya menjadi

    kurang efektif dan efisien

    2. Perubahan dalam teknologi informasi terjadi secara cepat dan belum tentu perusahaan

    mampu melakukan adaptasi dengan cepat sehingga ada peluang teknologi yang digunakan

    kurang canggih (tidak up to date);

    3. Membutuhkan waktu untuk pelatihan bagi operator dan programmer sehingga ada

    konsekuensi biaya yang harus dikeluarkan;

    4. Adanya demotivasi dari karyawan ditugaskan untuk mengembangkan sistem informasi

    karena bukan merupakan core competency pekerjaan mereka;

    5. Kurangnya tenaga ahli (expert) di bidang sistem informasi dapat menyebabkan kesalahan

    persepsi dalam pengembangan sistem;

    6. Kesalahan/resiko yang terjadi menjadi tanggung jawab perusahaan.

    d. Hal-hal yang mempengaruhi kesuksesan pendekatan insourcing:

    1. Perusahaan memiliki sumber daya manusia yang memadai untuk pengembangan sistem

    informasi.

    2. Perusahaan melakukan audit secara berkala kepada divisi IT yang bertanggung jawab atas

    pengembangan sistem informasi.

  • C. PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI DENGAN CO SOURCING

    a. Definisi

    Co sourcing merupakan pengembangan sistem informasi yang dilakukan oleh pihak

    internal perusahaan atau departemen TI yang bekerjasama dengan pihak ketiga/vendor.

    Keputusan perusahaan untuk mengembangkan sistem informasi dengan Co sourcing

    berdasarkan beberapa hal, seperti misalnya target pengembangan sistem informasi yang

    ingin dicapai oleh perusahaan. Perusahaan memakai jasa pihak ketiga/vendor ingin

    melengkapi kekurangan-kekurangan sistem informasi yang dimiliki perusahaan, pihak

    ketiga yang memiliki skill lebih dari departemen IT internal perusahaan akan menutupi

    kekurangan-kekurangan tersebut atas informasi yang disampaikan oleh pihak internal

    perusahaan.

    Disamping target yang ingin dicapai, perusahaan harus memperhitungkan budget

    yang telah dianggarkan. Keputusan memakai Co sourcing akan memakan biaya yang sangat

    besar karena melibatkan banyak pihak. Harus diperhitungkan kontribusi aktivitas TI setelah

    dikembangkan terhadap operasi dan posisi bisnis, apakah sesuai dengan jumlah yang telah

    dianggarkan. Apabila pengembangan sistem informasi yang lebih sempurna sangat

    mendesak untuk dilakukan, alasan seperti ini memungkinkan untuk mengambil metode Co

    sourcing dalam pengembangan SI dalam perusahaan.

    Kemampuan sumber daya (resources) dari departemen sistem informasi juga

    merupakan faktor penting dalam mengambil metode pengembangan sistem informasi. Jika

    departemen sistem informasi tidak mempunyai sumber daya yang baik, misalnya tidak

    mempunyai analis dan pemrograman yang berkualitas dan tidak mempunyai teknologi yang

    memadai,

    b. Keuntungan Sistem Co Sourcing

    1. Umumnya sistem informasi yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan perusahaan

    karena karyawan yang ditugaskan mengerti kebutuhan sistem dalam perusahaan.

    2. Biaya pengembangannya relatif lebih rendah karena hanya melibatkan pihak perusahaan.

    3. Sistem informasi yang dibutuhkan dapat segera direalisasikan dan dapat segera melakukan

    perbaikan untuk menyempurnakan sistem tersebut.

    4. Sistem informasi yang dibangun sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan dan

    dokumentasi yang disertakan lebih lengkap.

    5. Mudah untuk melakukan modifikasi dan pemeliharaan (maintenance) terhadap sistem

    informasi karena proses pengembangannya dilakukan oleh karyawan perusahaan tersebut.

    6. Adanya insentif tambahan bagi karyawan yang diberi tanggung jawab untuk

    mengembangkan sistem informasi perusahaan tersebut.

    7. Lebih mudah melakukan pengawasan (security access) dan keamanan data lebih terjamin

    karena hanya melibatkan pihak perusahaan. Sistem informasi yang dikembangkan dapat

    diintegrasikan lebih mudah dan lebih baik terhadap sistem yang sudah ada.

    8. =

  • b. Kerugian Sistem Co Sourcing

    1. Keterbatasan jumlah dan tingkat kemampuan SDM yang menguasai teknologi informasi. 2. Pengembangan sistem informasi membutuhkan waktu yang lama karena konsentrasi

    karyawan harus terbagi dengan pekerjaan rutin sehari-hari sehingga pelaksanaannya menjadi

    kurang efektif dan efisien.

    3. Perubahan dalam teknologi informasi terjadi secara cepat dan belum tentu perusahaan mampu melakukan adaptasi dengan cepat sehingga ada peluang teknologi yang digunakan

    kurang canggih (tidak up to date).

    4. Membutuhkan waktu untuk pelatihan bagi operator dan programmer sehingga ada konsekuensi biaya yang harus dikeluarkan.

    5. Adanya demotivasi dari karyawan ditugaskan untuk mengembangkan sistem informasi karena bukan merupakan core competency pekerjaan mereka.

    c. Alasan yang mendasari pemilihan metode co-sourcing oleh perusahaan :

    1. Perusahaan menginginkan pengawasan langsung untuk membangun fitur dan fungsi sistem

    informasi

    2. Perusahaan ingin tetap mempertahankan pengetahuan korporasi

    3. Perusahaan menginginkan adanya win-win relationship dengan partner yang berkompeten

    dan mampu memberikan nilai tambah bagi perusahaan

    4. Perusahaan menginginkan pengetahuan SI menjadi bagian dari pengetahuan perusahaan

    5. Tidak keberatan dengan adanya negosiasi ulang biaya pengembangan sistem informasi

    seiring dengan perubahan lingkungan bisnis dan teknologi yang cepat

    6. Perusahaan membutuhkan aksi yang efektif, cepat dan fleksibel terhadap strategi bisnisnya

    7. Perusahaan membutuhkan perbaikan dan peningkatan sistem yang berkelanjutan

    8. Perusahaan menginginkan biaya tetap dapat diprediksi dengan baik

  • URGENSY MAINTAINABILITY SISTEM INFORMASI

    a. Definisi Urgensi Maintainability Sistem Informasi

    Urgensi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki definis keharusan yg mendesak

    atau hal sangat penting. Menurut Ebeling (1997), perawatan (maintenance) didefinisikan sebagai

    aktivitas agar komponen/sistem yang rusak akan dikembalikan/diperbaiki dalam suatu kondisi

    tertentu pada periode tertentu. Maintainability didefinisikan oleh Martin dan McClure (1983 dalam

    Schneidewind 1987) sebagai suatu kemudahan dimana sebuah sistem software bisa diperbaiki ketika

    terjadi kesalahan atau kekurangan dan bisa dikembangkan atau disusutkan untuk memenuhi

    kebutuhan yang baru. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa urgensi

    maintainability sistem informasi adalah pentingnya perawatan/pemeliharaan dalam kondisi tertentu

    serta pengembangan suatu sistem informasi untuk memenuhi kebutuhan baru.

    b. Pentingnya maintanability Sistem Informasi

    Software system maintainability menjadi urgen karena pada software system maintenance

    terjadi usaha perbaikan secara berkelanjutan untuk mempertemukan kebutuhan organisasi terhadap

    sistem dengan kinerja sistem yang telah dibangun. Maintainer programmer diharapkan untuk dapat

    memenuhi kebutuhan end-user. Seperti halnya tugas maintenance yang lain, akan lebih mudah jika

    programmer yang bersangkutan juga terlibat dalam pengembangan software tersebut.

    Berdasarkan standar ISO 9126 tentang kualitas software, aspek maintainability sangat

    menentukan kualitas dari suatu software. Suatu software dianggap berkualitas baik apabila software

    tersebut mudah dianalisa, fleksibel, stabil, dan dapat diuji hasil maintenance-nya. Maintainability

    tidak terikat pada kode, maintainability menjelaskan berbagai produk software, termasuk spesifikasi,

    desain, dan test plan documents. Jadi kita membutuhkan suatu ukuran maintainability untuk seluruh

    produk yang kita harapkan dapat di-maintain.

    Selain itu pemeliharaan rutin juga harus dilakukan untuk mendukung software maintenance.

    Pemeliharaan rutin itu terdiri dari pemeliharaan fisik, pemeliharaan sistem operasi server dan

    software aplikasinya, pemeliharaan dan perlindungan data, serta perlindungan software user dari

    virus dan spam, juga hacker dan cracker.

    d. Maintainability sebagai Salah Satu Kriteria Kualitas Produk Perangkat Lunak

    ISO 9126 menjelaskan bahwa terdapat enam karakteristik kualitas perangkat lunak, yaitu

    functionality, reliability, usability, efficiency, maintainability dan portability sebagaimana dijelaskan

    dalam Gambar dibawah ini:

  • Gambar Kriteria Kualitas Perangkat Lunak

    Sumber: ISO/IEC 9126 (2000) hlm. 7

    Terhadap perubahan, serta modifikasi dalam kaitan kebutuhan dan spesifikasi fungsionalnya, ISO

    9126 membagi aspek maintainability ke dalam lima sub kriteria sebagai berikut,

    1. Analysability, yaitu kemampuan suatu produk perangkat lunak untuk dapat dianalisis atas

    terjadinya defisiensi, untuk dapat dipelajari penyebab-penyebab kegagalan di dalam

    perangkat lunak tersebut, atau kapabilitas untuk dapat diidentifikasi bagian-bagian di dalam

    software tersebut bilamana diperlukan modifikasi;

    2. Changeability, yaitu kemampuan suatu produk perangkat lunak untuk boleh menerima

    modifikasi-modifikasi tertentu yang akan diimplementasikan pada software tersebut;

    3. Stability, yaitu kemampuan suatu produk perangkat lunak untuk terhindar dari dampak tak

    terduga akibat modifikasi pada software tersebut;

    4. Testability, yaitu kemampuan suatu produk perangkat lunak untuk dapat dilakukan validasi

    atas perubahan yang telah ditanamkan di dalamnya;

    5. Maintainability compliance, yaitu kemampuan suatu produk perangkat lunak untuk

    mengikuti / sesuai standard dan ketentuan terkait maintainability.

    e. Alur kerja Pemeliharaan Produk Perangkat Lunak

    Saat produk perangkat lunak telah selesai dipasang (installed) dan mulai diimplementasikan,

    beberapa jenis perubahan akan terjadi sejalan waktu penggunaannya. Jones (2010) menyatakan

    bahwa ada tiga aktivitas pemeliharaan produk perangkat lunak, yaitu

    1. perbaikan kerusakan (defect repair),

    2. perluasan atau peningkatan produk perangkat lunak (enhancement), dan

    3. pemugaran (renovation).

    f. Kebutuhan akan Penyesuaian dan Perubahan Perangkat Lunak

    Jones (2010) mengungkapkan bahwa suatu aplikasi perangkat lunak akan mengalami

    beberapa penyesuaian dan perubahan sejak penginstalannya, beberapa di antaranya seperti,

  • semua aplikasi perangkat lunak memiliki “bugs” atau kesalahan dalam baris perintah atau bagian

    lain dalam software tersebut, saat bugs ditemukan (memang biasanya baru diketahui kemudian saat

    program dijalankan) maka kesalahan tersebut perlu diperbaiki;

    1. Dalam pengembangan bisnis perusahaan, fitur dan kebutuhan baru akan muncul, untuk itu

    maka aplikasi lama yang sedang dioperasikan perlu di-update agar tetap sesuai dengan

    kebutuhan pengguna;

    2. Adanya perubahan atau penetapan regulasi yang baru dari pemerintah yang harus dipatuhi

    sehingga perlu diadakan update pada aplikasi perangkat lunak. Kadangkala masa transisi

    menuju pemberlakuan regulasi sangat singkat;

    3. Structural decay yang terjadi sejalan dengan semakin tuanya suatu software akan

    memperlambat performa atau juga meningkatkan bugs/kesalahan. Oleh karena itu, bilamana

    masih memberikan nilai bagi perusahaan, perangkat lunak tersebut perlu di ‘renovasi’.

    Aktivitas renovasi perangkat lunak ini misalnya restrukturisasi atau refaktorisasi untuk

    menyederhanakan kerumitan (contohnya: migrasi ke struktur file yang baru, migrasi ke

    bahasa pemrograman yang baru), mengidentifikasi kemudian membuang modul-modul yang

    error dan memberikan tambahan fitur-fitur pada proses modifikasi ini;

    4. Setelah beberapa tahun penggunaan, aplikasi tersebut mungkin perlu diganti dengan yang

    lebih baru.

    g. Indikator Maintainability Sistem Informasi

    Kapabilitas setiap sistem informasi untuk dapat dipelihara berpadanan dengan kondisi

    tertentu yang memberikan petunjuk atau indikasi apakah SI tersebut ada pada level kurang atau lebih

    mudah untuk bisa dimodifikasi. Swanson (1999) mengungkapkan penaksiran kondisi-kondisi yang

    dimaksud dilihat dari tiga perspektif, yaitu pada pengembangannya (in development), pengoperasian

    (in operation) dan penggunaannya (in use). Tabel 2-2 mengelaborasi deskripsi sugestif untuk

    masing kondisi maintainability dalam tiga perspektif tersebut.

  • h. Urgensi Maintainability Sistem Informasi

    Swanson (1999) mengartikan maintainability dari suatu Sitem Informasi (SI) sebagai

    kapabilitas SI untuk ditingkatkan atau diperluas fungsi-fungsinya, di mana pemakaian sumberdaya

    dalam aktivitas pemeliharaan, pengoperasian dan penggunaannya adalah seekonomis mungkin.

    Alokasi sumberdaya perlu dipertimbangkan dengan cermat, baik biaya maupun effort yang akan

    dikeluarkan kelak dalam pemeliharaan SI. Hal ini perlu dicermati bilamana organisasi menilai

    maintainability SI yang dimilikinya akan memberikan benefit dikemudian hari.

    mengelaborasi deskripsi sugestif untuk masing kondisi maintainability dalam tiga perspektif

    tersebut.

  • Seperti yang telah disinggung di bagian atas, pemeliharaan merupakan pekerjaan yang relatif lebih

    kompleks daripada tahap pengembangan perangkat lunak. Jones (2010) mengungkapkan hal-hal

    yang menjadi kunci keberhasilan suatu perusahaan dalam aktivitas ini. Best practices dalam software

    maintenance di antaranya seperti,

    menggunakan jasa spesialis pemeliharaan dibandingkan orang dengan kualifikasi sebagai

    developer;

    mempertimbangkan opsi outsourcing;

    merekam atau mencatat semua bugs / kesalahan yang pernah dilaporkan pengguna;

    mencatat response time sejak laporan kerusakan/bugs diterima hingga tindakan koreksi

    mulai dilakukan;

    mencatat response time sejak tindakan koreksi mulai dilakukan hingga penanganan selesai;

  • mencatat semua aktivitas pemeliharaan yang dilakukan dan juga biayanya.

    i. Biaya Maintainability Sistem Informasi

    Untuk mendukung keandalan dan yang sesuai dengan kebutuhan, maka perlu diperhatikan

    biaya-biaya dan dipertimbangkan biaya pemeliharaan software yang besar, alokasi sumberdaya perlu

    diperhitungkan dengan baik. Resource yang ditinjau meliputi biaya (maintenace cost) dan usaha

    (maintenance effort) seperti penjelasan berikut ini,

    1. Maintenance Cost

    Swanson (1999) mengungkapkan pemeliharan SI yang berbasis Teknologi Informasi (TI)

    memakan biaya yang relatif mahal. Perubahan atau modifikasi atas suatu perangkat lunak akan

    membutuhkan biaya dalam pelaksanaan kegiatannya. Banker (1993) dalam Huber (2009)

    menyebutkan ada dua tipe biaya dalam modifikasi software, yaitu biaya finansial dan biaya waktu.

    Biaya finansial adalah akumulasi biaya dari komponen pekerja yang terlibat di dalamnya. Semakin

    banyak pekerja yang terlibat maka biaya ini akan semakin tinggi. Biaya waktu adalah akumulasi

    biaya yang timbul dari aktivitas ini sepanjang rentang waktu berlangsungnya aktivitas, di mana

    biaya finansial adalah komponen yang mempengaruhi biaya waktu. Semakin lama proses modifikasi

    software berlangsung untuk mencari tahu (discover), mengimplementasikan (implement), menguji

    (test) dan mendokumentasikan (document), maka komponen biaya ini akan semakin tinggi.

    2. Maintenance Effort

    Jika suatu aplikasi perangkat lunak yang dimiliki oleh sebuah organisasi dalam proses

    pengembangannya dibuat agar lebih mudah untuk dimodifikasi, misalnya dibangun dengan tingkat

    kerumitan yang rendah, maka usaha (effort) yang dicurahkan oleh organisasi tersebut dikemudian

    hari akan lebih ringan (Swanson, 1999). Maintenance effort sebagai input aktivitas pemeliharaan

    terdiri dari sumberdaya yang dialokasikan dan digunakan dalam tugas ini, misalnya sumberdaya

    mesin, workbenches dan sumberdaya manusia atau staff. Sumberdaya manusia sendiri dibedakan

    berdasarkan keterampilan (skills), pengalaman dan motivasinya, yang kemudian dikelompokkan lagi

    sesuai job class serta besaran gaji.