Tugas Adat Fix
-
Upload
hardi-geron -
Category
Documents
-
view
20 -
download
4
Transcript of Tugas Adat Fix
BUDAYA KALIWIRO TRACAP
A. Latar Belakang
Slametan berasal dari kata slamet (Arab: salamah) yang berarti
selamat, bahagia, sentausa. Selamat dapat dimaknai sebagai keadaan lepas
dari kejadian yang tidak dikehendaki. Sementara itu, slamet juga berarti gak
ana apa-apa (tidak ada apa-apa), atau lebih tepat “tidak akan terjadi apa-apa”
(pada siapa pun).
Konsep tersebut dimanifestasikan melalui praktik-praktik slametan.
Slametan adalah kegiatan- kegiatan komunal Jawa yang biasanya
digambarkan oleh ethnografer sebagai pesta ritual, baik upacara di rumah
maupun di desa, bahkan memiliki skala yang lebih besar, mulai dari tedak siti
(upacara menginjak tanah yang pertama), mantu (perkawinan), hingga
upacara tahunan untuk memperingati ruh penjaga. Dengan demikian,
slametan merupakan memiliki tujuan akan penegasan dan penguatan kembali
tatanan kultur umum. Di samping itu juga untuk menahan kekuatan
kekacauan (talak balak).
Slametan dalam skala kecil yang dilakukan oleh individu atau kelauarga
tampak ketika mereka mulai membangun rumah, pindahan, ngupati (slametan
mendoakan calon bayi yang masih umur empat bulan dalam kandungan),
mithoni (slametan untuk calon bayi yang masih umur tujuh bulan dalam
kandungan), puputan (lepas pusar), dan masih banyak lainnya. Skala yang
lebih besar dapat dijumpai praktik-praktik seperti bersih desa, resik kubur,
dan lainnya. Menurut Pamberton16 praktik yang sarat dengan makna
slametan dengan sajen (sesaji) tersebut dilaksanakan dengan maksud agar
dapat membangun kembali hubungan dengan roh, terutama dengan ruh
penunggu desa (dhanyang). Dengan kata lain, bersih desa bertujuan untuk
NAMA : LINAJAH
KELAS : 1C
NIM : 1112041
menjalin hubungan damai dengan dunia ruh setempat.
Dapat dipahami bahwa slametan seringkali merupakan pesta komunal
sebagaimana disebutkan pada slametan dalam skala besar. Hanya saja,
slametan bentuk ini (skala) besar justru tidak tampak nilai kebersamaannya,
tetapi yang menonjol adalah pesta ritual pembagian “buah tangan”, jajan
pasar, dalam bentuk makanan. Yang menarik adalah ketika warga desa
mendatangi slametan bukanlah kemungkinan untuk makan bersama —
sebagai wujud kebersamaan—, tetapi justru keinginan untuk membawa
pulang makanan bertuah (berkat).
Slametan dimaknai sebagai sebuah konsep dan ritual yang selanjutnya
dimaknai dalam bingkai yang lebih luas, yakni penciptaan tata, tertib, aman
(selamat), dan wilujeng (selamat). Bahkan, Orde Baru yang syarat dengan
tradisi Jawa, menginterpretasikan konsep ini dengan menciptakan satuan-
satuan pengamanan dengan maksud menciptakan ketertiban, in order
condition, dengan dalih keselamatan bangsa.
B. Teknik Pelaksanaan
1. Ngupat
Ngupat atau ngupati adalah salah satu upacara adat yang dilakukan
saat calon ibu mengandung ( mbobot ) 4 bulan. Kata ”ngupat ” berasal
dari kata papat ( 4 ) atau kupat. Tujuannya adalah untuk keselamatan
calon bayi dan ibu atau untuk tolak bala jadi hampir sama seperti mitoni.
Yang membedakan dengan upacara adat ”meteng” lainnya yaitu ada
sajian kupat yang ditaruh didalam tempat yang biasa disebut ”besek”
yang dibawa pulang oleh orang yang hadir pada acara kenduren.
Ngupati ini mengandung maksud sebagai lambang bahwa ”jabang
bayi” sudah masuk dalam tahap keempat dalam proses penciptaan
manusia. Waktunya harus diselenggarakan pada hari yang baik menurut
hitungan hari Jawa.
2. Ngliman
Ngliman adalah salah satu upacara adat ”wetwngan” yang
diselenggarakan ketika calon ibu mengandung lima bulan. Kata ”ngliman”
berasal dari kata lima ( 5 ). Tujuan dari upacara adat ini adalah sama
dengan ngupati yaitu upacara untuk keselamatan bayi dan calon ibu atau
juga untuk tolak bala.
Upacara adat ini kurang dikenal pada daerah-daerah tertentu,
berbeda dengan upacara adat ”mitoni” yang sudah umum dikenal oleh
masyarakat Jawa dan juga dikenal oleh masyarakat nusantara.
3. Mitoni atau Tingkeban
Mitoni berasal dari kata ”pitu”(7).Upacara adat ini diselenggarakan
saat calon ibu mengandung 7 bulan. Tujuannya adalah untuk keselamatan
calon bayi dan calon ibu dan juga untuk tolak bala. Di daerah tertentu
upacara ini juga disebut tingkeban.
Jabang bayi yang berumur tujuh bulan itu sudah mempunyai raga
yang sempurna. Jadi menurut orang Jawa ”wetengan” umur tujuh bulan itu
proses penciptaan manusia itu sudah nyata dan sudah sempurna atau
Sapta Kawasa Jati.
Rangkaian acara untuk upacara mitoni ini lebih banyak daripada
upacara ngupati, yaitu:
1) Siraman
2) Memasukkan telur ayam kampung didalam kain calon ibu oleh
calon bapak.
3) Salin rasukan ( ganti baju )
4) Brojolan ( memasukkan kelapa gading muda ).
5) Memutus lawe atau lilitan benang ( janur ).
6) Memecahkan wajan dan gayung.
7) Mencuri telur.
8) Kenduren.
Waktu pelaksanaannya menurut orang Jawa mitoni itu harus
diselenggarakan pada hari yang benar-benar bagus, yaitu hari senin siang
sampai malam. Atau hari jumat siang sampai malam.
C. Analisis
Menurut pendapat saya dengan adanya slametan membawa dua sisi,yaitu
negatif dan positif.
Negatif;
Menurut islam nggak ada karna itu Cuma adat saja
Bagi orang yang tidak mampu menjadi beban, tertekan dan
keberatan,hingga akhirnya berhutang.
Masyarakat juga menjadi boros atau membuang-buang uang
Positif;
Mewujudkan rasa syukur terhadap alloh swt karna telah memberikan
karunia berupa anak
Menjaga silaturahim dengan warga karna mengadakan selamatan warga
menjadi kumpul
Apabila ada pengumuman atau informasi bisa cepat tersampaikan.
Di percaya sebagai tolak bala
Mempertemukan atau mempersatu anggota keluarga.
Kita mendapat pahala karna sudah memberikan berkat.