1 Proposal Tugas Akhir Diajukan untuk Memenuhi Tugas-tugas dan ...
TUGAS
-
Upload
yuda-won-bin -
Category
Documents
-
view
9 -
download
3
description
Transcript of TUGAS
Tugas
Tuliskan bentuk bentuk kebijakan pertanahan yang harus dilakukan BPN menyangkut:
Persediaan tanah (inventarisasi/identifikasi asset/tanah)
Mengatur penguasaan dan hak atas tanah
Mencegah dan mengatasi sengketa/konflik pertanahan baik secara fisik dan yuridis
Bersinergi dengan institusi terkait
Jawaban :
Berdasarkan pada TAP MPR No. IX Tahun 2001 dikeluarkan satu kebijakan
tentang penataan pertanahan nasional, yaitu Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 2003
tentang Kebijakan Nasional di Bidang Pertanahan yang ditandatangani pada Tanggal 31
Mei 2003. Kebijakan ini dikeluarkan dalam rangka melaksanakan TAP MPR No. IX
Tahun 2001, dengan memandatkan kepada Badan Pertanahan Nasional (BPN) untuk
menyusun RUU Penyempurnaan UUPA 1960 dan RUU Hak Atas Tanah serta peraturan
perundang-undangan lainnya di bidang pertanahan; Menyusun pembangunan sistem
informasi dan manajemen pertanahan untuk menunjang landreform dan pemberian hak
atas tanah; Menyusun norma-norma dan/atau standarisasi mekanisme ketatalaksanaan,
kualitas produk dan sumber daya manusia yang diperlukan dalam rangka
pemberian sebagian besar kewenangan pemerintah di bidang pertanahan kepada
pemerintah propinsi/kabupaten/kota.
Dalam hal ini BPN melakukan kegiatan untuk mengatur peruntukan, penggunaan dan
persediaan tanah secara berencana dan teratur sehingga diperoleh manfaat yang lestari,
optimal, seimbang dan serasi untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dan negara. Pasal
16 UUPA mewajibkan pemerintah untuk menyusun rancangan umum mengenai persediaan,
peruntukan, dan penggunaan tanah untuk berbagai macam keperluan pembangunan. Dalam
UUPA sendiri tidak ada penegasan arti dari persediaan, peruntukan, dan penggunaan tanah
tersebut. Namun, nampak dari tujuan dari setiap rencana itu tidak lain adalah untuk
mewujudkan cita-cita yang terkandung dalam pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945, yakni
untuk kemakmuran rakyat. Rencana umum persediaan tanah adalah suatu usaha pemenuhan
kebutuhan tanah untuk berbagai pembangunan, yang dikaitkan dengan rencana umum
peruntukan tanah. Persediaan tanah untuk pembangunan yang baik adalah persediaan tanah
yang didasarkan pada kondisi obyektif fisik tanah.
Implementasi kegiatan adalah salah satunya berdasar Peraturan Pemerintah No. 16
Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah tujuan dari penatagunaan tanah ialah pemanfaatan
tanah sebagai satu kesatuan sistem untuk kepentingan masyarakat secara adil. Secara rinci
penatagunaan tanah bertujuan untuk:
1. Mengatur penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah bagi berbagai kebutuhan
agar dapat digunakan sesuai dengan fungsinya.
2. Mewujudkan tertib pertanahan yang meliputi penguasaan, penggunaan dan
pemanfaatan tanah serta pengendalian pemanfaatan tanah.
3. Menjamin kepastian hukum untuk memanfaatkan tanah bagi masyarakat yang
mempunyai hubungan hukum dengan tanah.
Sedangkan dalam hal penanganan sengketa konflik pertanahan peran dari BPN antara
lain. Agar penanganan dan penyelesaian konflik pertanahan dapat diwujudkan dan agenda
kebijakan BPN RI dapat dilaksanakan untuk mencapai sasaran strategis yang diinginkan,
maka dirumuskan strategi sebagai berikut :
a) Memantapkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Kedeputian Bidang Pengkajian
dan Penanganan Sengketa dan Konflik Pertanahan dengan membangun standar
mekanisme dan prosedur operasional pengkajian dan penanganan sengketa
pertanahan;
b) Mengintensifkan penyelesaian sengketa, konflik dan perkara pertanahan melalui
mediasi dengan mendasarkan pada kajian akar permasalahan;
c) Membangun sistem basis data dan sistem informasi kasus pertanahan yang valid guna
mendukung percepatan penanganan dan penyelesaian sengketa, konflik dan perkara
pertanahan secara sistematis;
d) Memprakarsai terwujudnya konsep strategis penyelesaian sengketa, konflik dan
perkara pertanahan dengan melibatkan pakar, akademisi serta Pengamat Agraria;
e) Meningkatkan kualitas dan profesionalisme sumber daya manusia di lingkungan
Kedeputian Bidang Pengkajian dan Penanganan Sengketa dan Konflik Pertanahan.
Dalam hal sinergi dengan instansi terkait ini menyangkut sektoralisme kebijakan agraria
di dalam tubuh pemerintahan dimana hal tersebut sebagai sandungan dalam penyelesaian
masalah pertanahan sehingga perlu dieliminir. Kewenangan BPN yang mencakup “nasional”,
“regional”, dan “sektoral” perlu penjabaran dan kelugasan dalam meletakkan sinergi antara
kebijakan pertanahan dengan sektor terkait –semisal kehutanan, perkebunan, pertambangan,
pesisir, dst.
Mengacu pada pasal 3 Perpres, BPN memiliki 21 fungsi, diantaranya; melaksanakan
reformasi agraria (poin h), pemberdayaan masyarakat (poin m), dan penanganan konflik
pertanahan (poin n). Ketiga tugas/fungsi ini dapat menjadi pintu masuk bagi pelaksanaan
agenda penataan ulang struktur agraria sebagai problem pokok agraria.
Reforma agraria membutuhkan kebijakan nasional. Karena itulah, tidak bisa semua
kewenangan bidang pertanahan diberikan kepada daerah. Pemerintah perlu membagi
kewenangan secara proporsional. Berhentilah tarik-menarik kepentingan pusat dan daerah,
lupakan kepentingan internal pemerintahan. Mulailah memikirkan solusi terbaik kondisi
agraria di lapangan sehingga berbagai persoalan agraria yang banyak memakan korban dapat
segera diselesaikan. Diperlukan sinergi antara BPN bersama seluruh unsur pemerintahan
terkait lainnya dengan berbagai komponen sosial menuju penataan agraria menyeluruh. Para
pelaku gerakan reforma agraria –seperti gerakan tani, nelayan, masyarakat adat dan kaum
kiskin kota bersama para pendukungnya, hendaknya meletakkan Perpres 10/2006 ini sebagai
tantangan untuk menyiapkan pra-kondisi sosial di lapangan menuju implementasi reforma
agraria sejati.