Tugas 2 Perjanjian Kredit

14
LINGKUNGAN BISNIS DAN HUKUM KOMERSIAL Perjanjian Kredit dan Jaminannya Nama :Dian Permata Sari NIM : (1406515021)

description

Tugas 2 Perjanjian Kredit

Transcript of Tugas 2 Perjanjian Kredit

Page 1: Tugas 2 Perjanjian Kredit

LINGKUNGAN BISNIS DAN HUKUM KOMERSIAL

Perjanjian Kredit dan Jaminannya

Nama :Dian Permata Sari

NIM : (1406515021)

MAGISTER AKUNTASI FAKULTAS EKONOMIUNIVERSITAS INDONESIA

JULI 2015

Page 2: Tugas 2 Perjanjian Kredit

Statement of Authorship

“Kami yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas terlampir adalah murni hasil pekerjaan saya/kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang saya/kami gunakan tanpa menyebut sumbernya.

Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk makalah/tugas pada mata ajaran lain, kecuali kami menyatakan dengan jelas bahwa kami menggunakannya.

Kami memahami bahwa tugas yang kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.”

Mata Ajaran : Lingkungan Bisnis dan Hukum Komersial

Judul Makalah/Tugas : Perjanjian Kredit dan Jaminannya

Tanggal : 09 Juli 2015

Dosen : Yunus Husein

Nama : Dian Permatasari

NPM : 1406515021

Tanda Tangan:

Lingkungan Bisnis dan Hukum Komersial Page 2

Page 3: Tugas 2 Perjanjian Kredit

Kredit dan Pembiayaan

Mengacu pada perjanjian kredit yang diatur dalam UU No.10 tahun 1998 UU Perbankan, kredit

adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan

persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang

mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan

pemberian bunga.

Perjanjian kredit juga merupakan bagian dari perjanjian pinjam meminjam yang diatur dalam

KUH Perdata pasal 1754. Pinjam meminjam merupakan suatu perjanjian, yang menentukan

pihak pertama menyerahkan sejumlah barang yang dapat habis terpakai kepada pihak kedua

dengan syarat bahwa pihak kedua itu akan mengembalikan barang sejenis kepada pihak

pertama dalam jumlah dan keadaan yang sama.

Pembiayaan berdasarkan prisnsip Syariah merupakan penyediaan uang atau tagihan yang

dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan

pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan utang atau tagihan

tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil dengan menggunakan

prinsip hukum Islam.

Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan perbedaan antara kredit dengan pembiayaan

(menurut prinsip Syariah) diantaranya adalah:

1. Bentuk keuntungan yang didapat :

- Kredit : Pendapatan dan keuntungan yang diperoleh berupa bunga. Besarnya jumlah

pengembalian pinjaman yang harus dibayarkan oleh debitur sebesar jumlah

pinjaman yang diterima beserta jumlah bunga kredit yang ditetapkan pihak bank.

- Pembiayaan : Pendapatan yang diterima dalam bentuk bagi hasil yang telah

disetujui sebelumnya melalui akad atau perjanjian di awal. Kerugian juga menjadi

tanggungan bersama antara bank dengan debitur.

2. Akad/ Perjanjian:

- Kredit : Tidak ada perjanjian yang disepakati diawal dengan debitur. Bank

menetapkan bunga atas jumlah kredit yang dipinjam oleh debitur dengan jumlah

presentase pasti dan wajib dibayar oleh debitur dalam jangka waktu yang telah

ditetapkan. Jika terjadi keterlambatan pembayaran, maka debitur akan dikenakan

denda berupa bunga tambahan. Tingkat bunga ditetapkan dengan menggunakan

asumsi selalu untung dan berdasarkan jumlah uang (modal) yang dipinjamkan.

Lingkungan Bisnis dan Hukum Komersial Page 3

Page 4: Tugas 2 Perjanjian Kredit

- Pembiayaan : Perjanjian terjadi di awal pembiayaan yang juga menjadi kontrak

antara pihak bank dengan calon debitur. Perjanjian tersebut meliputi perhitungan

bagi hasil yang dilakukan tanpa unsur paksa. Besarnya bagi hasil tetap

memperhitungkan kemungkinan untung dan rugi. Tidak ada unsur bunga dalam

pembiayaan.

Namun, pada dasarnya baik kredit dan pembiayaan mempunyai tujuan yang sama, yaitu untuk

menyalurkan dana ke masyarakat.

Prinsip Pemberian Kredit

Dalam memberikan kredit, Bank mempertimbangkan hal-hal yang tercakup dalam prinsip

pemberian kredit atau yang biasa dikenal dengan prinsip 5 C, diantaranya adalah :

1. Character

Dalam memberikan pinjaman, bank memperhitungkan karakter dari calon debitur,

seperti gaya hidup atau hobi untuk mengetahui kemauan calon debitur dalam memenuhi

kewajibannya (willingness to pay.

2. Capacity

Capacity merupakan kemampuan calon debitur dalam membayar kewajibannya. Dapat

dinilai melalui kemampuan calon debitur dalam menjalankan usaha maupun tingkat

pendidikannya.

3. Capital

Capital dapat dinilai melalui laporan keuangan calon debitur dengan valuasi

menggunakan analisis laporan keuangan meliputi analisis likuiditas, solvabilitas,

ataupun profitabilitas.

4. Collateral

Collateral merupakan jaminan yang diberikan oleh calon debitur dan menjadi hal yang

paling penting. Jaminan dapat berupa benda berwujud, dan tidak berwujud, seperti letter

of guarantee ataupun jaminan pribadi.

5. Conditions

Pemberian kredit juga mempertimbangkan kondisi ekonomi yang dapat mempengaruhi

kemampuan calon debitur.

Lingkungan Bisnis dan Hukum Komersial Page 4

Page 5: Tugas 2 Perjanjian Kredit

Kredit Macet

Penilaian mengenai kualitas kredit diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia No.15/28/DPNP

tanggal 31 Juli 2013. Penilaian dilakukan berdasarkan analisis terhadap tiga faktor penilaian,

yaitu prospek usaha, kinerja debitur, dan kemampuan membayar dengan mempertimbangkan

signifikansi dan materialitas dari ketiga faktor penilaian dan masing-masing komponennya serta

relevansinya terhadap karakteristik debitur yang bersangkutan.

Kredit dikatakan macet apabila :

1. Potensi pertumbuhan usaha : Kelangsungan usaha sangat diragukan dan sulit untuk

pulih kembali, serta kemungkinan besar kegiatan usaha akan terhenti

2. Kondisi pasar dan posisi debitur dalam persaingan : Kehilangan pasar sejalan dengan

kondisi perekonomian yang menurun dan operasional tidak kontinyu

3. Kualitas manajemen dan permasalahan tenaga kerja : Manajemen sangat lemah,

tenaga kerja berlebihan dalam jumlah yan besar sehingga menimbulkan keresahan dan

terdapat perselisihan/pemogokan tenaga kerja dengan dampak material bagi kegiatan

usaha debitur

4. Dukungan dari grup atau afiliasi : Perusahaan afiliasi sangat merugikan debitur

5. Upaya yang dilakukan debitur dalam rangka memelihara lingkungan hidup (bagi debitur

berskala besar yang memiliki dampak penting terhadap lingkungan hidup) : Perusahaan

belum melaksanaka upaya pengelolaan lingkungan hidup yang berarti atau yelah

dilakukan upaya pengelolaan namun belum mencapai persyaratan minimum yang

ditentukan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku dan

memiliki kemungkinan untuk dituntut di pengadilan

6. Perolehan laba : Mengalami kerugian yang besar, dan debitur tidak mampu memenuhi

seluruh kewajiban dan kegiata usaha tidak dapat dipertahankan

7. Struktur permodalan : Rasio utang terhadap modal sangat tinggi

8. Arus Kas : Kesulitan likuiditas, analisis arus kas menunjukkan bahwa debitur tidak

mampu menutup biaya produksi, serta tambahan pinjaman baru digunakan untuk

memenuhi kewajiban yang jatuh tempo, secara material

9. Sensitivitas terhadap risiko pasar : Kegiatan usaha terancam karena fluktuasi nilai tukar

valuta asing dan suku bunga

10. Ketepatan pembayaran pokok dan bunga : Terdapat tunggakan pokok dan atau bunga

yang telah melampaui 180 hari

Lingkungan Bisnis dan Hukum Komersial Page 5

Page 6: Tugas 2 Perjanjian Kredit

11. Ketersediaan dan keakuratan informasi keuangan debitur : Hubungan debitur dengan

bank sangat buruk dan informasi keuangan tidak tersedia atau tidak dapat dipercaya

12. Kelengkapan dokumentasi kredit : Tidak terdapat kelengkapan dokumentasi kredit

13. Kepatuhan terhadap perjanjian kredit : Pelanggaran yang sangat prinsipil terhadap

persyaratan pokok dalam perjanjian kredit

14. Kesesuaian penggunaan dana : Sebagian besar penggunaan dana tidak sesuai dengan

pengajuan pinjaman, jumlah dan jenis fasilitas diberikan lebih besar dari kebutuhan,

dengan jumlah yang sangat material, perpanjangan kredit tanpa analisis kebutuhan

debitur

15. Kewajaran sumber pembayaran kewajiban : Tidak terdapat sumber pembayaran yang

memungkinkan, sumber pembayaran tidak sesuai dengan struktur atau jenis pinjaman

16. Kewajaran sumber pembayaran kewajiban : Skema pembayaran kembali yang tidak

wajar dan terdapat pemberian grace period yang tidak sesuai dengan jenis kredit

dengan kurun waktu yang cukup panjang, tidak terdapat penerimaan valas untuk

mendukung pengembalian kredit valas

Berdasarkan keterangan diatas, jika melihat komponen ketepatan pembayaran, kredit dapat

dinyatakan macet apabila terdapat tunggakan pokok dan atau bunga yang telah melampaui 180

hari, namun jika terdapat indikasi debitur mengalami permasalahan pada prospek usaha,

kinerja debitur, dan kemampuan membayar, seperti misalnya kelangsungan usaha debitur

sangat diragukan dan sulit untuk pulih kembali, serta adanya indikasi bahwa kegiatan usaha

debitur akan terhenti, maka kualitas kredit debitur dapat dikatakan macet walaupun kredit

debitur belum jatuh tempo.

Agunan dan Jaminan

Dalam Pasal 1 butir 23 UU Perbankan disebutkan bahwa agunan merupakan jaminan

tambahan yang diserahkan nasabah debitor kepada bank dalam rangka pemberian fasilitas

kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah.

Jika dilihat dari SK Direksi Bank Indonesia No. 23 / 69 / KEP / DIR tanggal 28 Feb 1991,

jaminan mengandung arti sebagai keyakinan dari bank atas kemampuan atau kesanggupan

debitur untuk meluasi utangnya sesuai dengan perjanjian.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa agunan merupakan bagian dari jamninan dimana dibedakan

antara agunan pokok dan agunan tambahan. Jaminan lebih ditekankan kepada keyakinan atas

Lingkungan Bisnis dan Hukum Komersial Page 6

Page 7: Tugas 2 Perjanjian Kredit

kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi kewajibannya, sedangkan agunan

merupakan salah satu unsur jaminan pemberian kredit.

Fungsi dari agunan adalah untuk menjamin pembayaran kredit dan untuk memenuhi ketentuan

perkreditan yang disyaratkan oleh Bank Sentral.

Jenis Jaminan dan Contohnya

1. Jaminan karena UU dan Perjanjian

- Jaminan karena UU dapat dilihat dari pasal 1131 KUHPerdata, dimana jaminan ini

meruoakan segala benda-benda yang dimiliki debitur merupakan jaminan bagi hutang-

hutangya. Contoh : jaminan umum, hak privilege, dan hak retensi

- Jaminan karena perjanjian merupakan jaminan yang dilahirkan atau diadakan oleh

perjanjian yang diadakan para pihak sebelumnya, seperti gadai, hipotik, hak tanggungan dan

fiducia

2. Jaminan umum dan jaminan khusus

- Jaminan umum mencakup mengenai benda bergerak dan tidak bergerak, benda yang sudah

ada dan yang masih ada, semua menjadi jaminan bagi seluruh perutangan debitur, hasil

penjualannya dibagi2 kepada kreditur sesuai dengan kedudukan kreditur (1131, 1132

KUHPerdata)

- Jaminan khusus merupakan benda yang menjadi objek jaminan telah ditentukan dalam

perjanjian. Contoh : hipotik, credietverband, gadai, fidusia, dan borgtocht

3. Jaminan yang bersifat kebendaan dan jaminan perseorangan

- Jaminan bersifat kebendaan merupakan hak mutlak atas benda yg mempunyai

hubungan langsung atas benda tertentu dari debitur, dapat dipertahankan terhadap

siapa pun, selalu mengikuti bendanya dan dapat diperalihkan. Contoh: hipotik, hak

tanggungan, gadai

- Jaminan bersifat perseorangan merupakan jaminan yang memiliki hubungan

langsung pada perseorangan tertentu, hanya dapat dipertahankan terhadap debitur

tertentu, terhadap harta kekayaan debitur pada umumnya. Contoh : borgtoght

4. Jaminan atas benda bergerak dan tidak bergerak

Pembedaan atas benda bergerak dan benda tak bergerak dalam hukum perdata

mempunyai arti penting dalam hal-hal tertentu yaitu mengenai :

Lingkungan Bisnis dan Hukum Komersial Page 7

Page 8: Tugas 2 Perjanjian Kredit

- Cara pembebanan/jaminan

Dalam hal pembebanan, untuk benda-benda bergerak dilakukan dengan lembaga

jaminan gada dan fidusia, dan pada benda tidak bergerak dilakukan pada hak

tanggungan(hipotik).

- Cara penyerahan

Benda bergerak dilakukan dengan cara penyerahan nyata, penyerahan

simbolis(penyerahan kunci gudang), tradition brevimanu, constitutum possesorium,

cessi, dan endosemen, sedangkan pada benda benda tidak bergerak dilakukan

dengan cara balik nama yaitu dilakukan dengan penyerahan yuridis yang bermaksud

dengan memperalihkan hak itu dibuat dengan akta otentik dan didaftarkan.

- Dalam hal daluwarsa

Benda bergerak tidak mengenal daluwarsam benda tak bergerak mengenal

daluwarsa

- Dalam hal bezit

Pada benda bergerak berlaku asas pada pasal 1977 KUHPerdata, pada benda tidak

bergerak tidak berlaku asas tersebut.

5. Saham sebagai agunan tambahan

6. Jaminan Konvensional dan Non Konvensional;

7. Jaminan Regulative dan Non Regulative

Pembatasan dan Larangan Perkreditan

Dalam memberikan kredit, Bank memiliki pembatasan dan larangan yang mempertimbangkan:

o BMPK : merupakan presentasi maksimum penyediaan dana yang diperkenankan

terhadap modal bank. Diatur dalam PBI No 7 / 14 / PBI / 2005. Dikatakan bahwa

seluruh portofolio penyediaan dana kepada pihak terkait dengan bank dilakukan paling

tinggi 10% dari modal bank, untuk penyediaan dana kepada seorang peminjam yang

tidak terkait dengan bank paling tinggi 20% dari modal bank, kepada satu kelompok

peminjam yang bukan merupakan pihak terkait paling tinggi 25% dari modal bank

o Kredit kepada Non-Residen : Mengacu PBI No 7 / 14 / PBI / 2005, Bank dilarang

memberikan kredit baik dalam rupiah maupun valuta asing kepada pihak asing

o Kredit Untuk Jual Beli Saham : Mengacu SK Direksi BI No. 26 / 68 / KEP / DIR dan SE

BI No 26 / 1 / UKU masing-masing tanggal 7 September 1993, bank dilarang

Lingkungan Bisnis dan Hukum Komersial Page 8

Page 9: Tugas 2 Perjanjian Kredit

memberikan kredit untuk jual beli saham kepada perorangan atau perusahaan yang

bukan perusahaan sekuritas. Saham boleh dijadikan agunan tambahan dengan syarat

selama 3 bulan terakhir aktif diperdagangkan, harga saham harus diatas nilai nominal

dan nilai saham yang diagunkan adalah 50% dari harga pasar tersebut

o Kredit Untuk Setoran Marjin Deposit Transaksi Derivatif : Mengacu SK Direksi BI No.

28 / 119 / KEP / DIR tanggal 29 Desember 1995, bank dilarang memberikan fasilitas

kredit dan cerukan (overdraft) dalam rangka pemenuhan margin deposit nasabah untuk

keperluan transaksi derivative kepada nasabah.

o Kredit Untuk Pembelian Tanah : Mengacu SK Direksi BI No. 30 / 46 / KEP / DIR

mengenai pembatasan pemberian kredit oleh bank umum untuk pembiayaan

pengadaan dan atau pengelolaan tanah.

o Pelunasan Kredit Dengan Commercial Paper (CP)

o Kredit Untuk Pembiayaan Yang bertentangan Dengan UU

Lingkungan Bisnis dan Hukum Komersial Page 9

Page 10: Tugas 2 Perjanjian Kredit

DAFTAR REFERENSI

Chikmah, Achasih Nur. 2014. Analisis Perbandingan Sistem Pemberian Kredit Bank Konvensional dengan Pembiayaan Bank Syariah Pada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Surabaya : Jurnal Akuntansi UNESA.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan

SE Bank Indonesia No. 15 / 28 / DPNP tanggal 31 Juli 2013 Perihal Penilaian Kualitas Aset Bank Umum

SK Direksi Bank Indonesia No. 23 / 69 / KEP / DIR tanggal 28 Feb 1991

http://www.hukumprodeo.com/

Slide Bapak Yunus Husen “Perjanjian Kredit dan Jaminannya” Lingkungan Bisnis dan Hukum Komersial Fakultas Ekonomi Universitas Indoesia Program Studi Maksi-PPAk.

Pengaturan Pemberian Kredit Bank Umum oleh Dr. Ramlan Ginting, S.H., LL.M. Bandung.

Lingkungan Bisnis dan Hukum Komersial Page 10