PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

123
1 PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT WANPRESTASI BAGI DEBITOR YANG MENINGGAL DUNIA PADA BANK RAKYAT INDONESIA CABANG WAINGAPU, SUMBA TIMUR, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Oleh: I PUTU KRISNA ADI GUNARTHA NIM. P3600211073 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASAR 2013

Transcript of PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

Page 1: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

1

PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT

WANPRESTASI BAGI DEBITOR YANG MENINGGAL DUNIA PADA

BANK RAKYAT INDONESIA CABANG WAINGAPU, SUMBA TIMUR,

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR.

Oleh:

I PUTU KRISNA ADI GUNARTHA

NIM. P3600211073

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASAR

2013

Page 2: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

2

PERSETUJUAN PEMBIMBING

PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT

WANPRESTASI BAGI DEBITOR YANG MENINGGAL DUNIA PADA

BANK RAKYAT INDONESIA CABANG WAINGAPU, SUMBA TIMUR,

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

DISUSUN DAN DIAJUKAN OLEH:

I Putu Krisna Adi Gunartha

P3600211073

DISETUJUI OLEH:

PEMBIMBING I

Prof. Dr. Ahmadi Miru, S.H., M.S

NIP. 196106071 198601 1 003

PEMBIMBING II

Dr. I Nym. Pt. Budiartha S.H., M.H.,

NIP. 1959 1231 199203 1 007

MENGETAHUI

Ketua Program Studi

Magister Kenotariatan

Dr. Nurfaidah Said, S.H., M.H., M.Si.

Nip. 19600621 198601 2 001

Page 3: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

3

ABSTRACT.

I Putu Adi Krisna Gunartha: Credit Loss Due to Settlement

Agreement for Default Debtors Dies at Bank Rakyat Indonesia

Waingapu Branch, East Sumba.

Guided by Ahmadi Miru, as mentors lst (one) and I Nyoman Putu

Budiartha, as mentors 2nd (two).

The research purpose to (1) To determine the precautionary principle

in the provision of credit with Bank Rakyat Indonesia Waingapu

Branch, East Sumba, NTT and (2) To know the efforts made by the

Bank Rakyat Indonesia Waingapu Branch, East Sumba, NTT in Legal

settlement in case of Default if the debtor has died.

This research was done at the Bank Rakyat Indonesia Waingapu

Branch, East Sumba, and NTT. Type of research in the preparation of

this thesis is empirical, population studied are loan resolution

activity due to defaulting debtors who died on BRI Branch Waingapu

and determination of the sample was based on purposive sampling

and to provide data on the samples taken two (2) members of the BRI

Waingapu branch, Heirs, Insurance. The data source in this study

consisted of primary data and secondary data, data collection

techniques performed with Library Studies and interviews. Data

analysis method used is to use a qualitative method.

The results of this study were (1) the principle of prudence in lending

at Bank Rakyat Indonesia Waingapu Branch, East Sumba, NTT was at

the time the credit application, Credit Analysis, Credit Decision,

Realization and Development Credit Loans. (2) While the efforts of

the Judicial Settlement in case of Default if the debtor has died is

restructuring seek, billing efforts with a letter of warning or a

summons and Mortgage Auction through the State Property Office

and Auction.

Keywords: Credit Agreement, Default.

Page 4: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

4

ABSTRAK.

I Putu Krisna Adi Gunartha : Penyelesaian Perjanjian Kredit Macet Akibat

Wanprestasi bagi Debitor yang Meninggal Dunia pada Bank Rakyat

Indonesia Cabang Waingapu, Sumba Timur.

Dibimbing oleh Ahmadi Miru dan I Nyoman Putu Budiartha.

Penulisan ini bertujuan untuk (1) Untuk mengetahui Prinsip kehati-

hatian dalam pemberian kredit pada BRI Cabang Waingapu, Sumba

Timur, NTT dan (2) Untuk mengetahui Upaya-upaya yang dilakukan oleh

BRI Cabang Waingapu, Sumba Timur, NTT dalam Penyelesaian Hukum

jika terjadi Wanprestasi apabila Debitor telah meninggal dunia.

Penelitian ini di laksanakan di BRI Cabang Waingapu, Sumba

Timur, NTT. Tipe Penelitian dalam penyusunan tesis ini adalah Empiris,

Populasi yang diteliti adalah kegiatan penyelesaian kredit macet akibat

wanprestasi bagi debitor yang meninggal dunia pada BRI Cabang

Waingapu serta Penentuan sampel dilakukan berdasarkan Purposive

Sampling dan untuk memberikan data mengenai sampel tersebut diambil

2 (dua) orang dari BRI Cabang Waingapu, Ahli Waris, Asuransi. Sumber

Data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder,

Tehnik Pengumpulan Data dilakukan dengan Studi Pustaka dan

wawancara. Metode analisis data yang digunakan adalah metode

kualitatif.

Hasil dari penelitian ini adalah (1) Prinsip kehati-hatian dalam

pemberian kredit pada BRI Cabang Waingapu, Sumba Timur, NTT ialah

pada saat Permohonan kredit, Analisa Kredit, Putusan Kredit, Realisasi

Kredit dan Pembinaan Kredit. (2) Sedangkan upaya-upaya dalam

Penyelesaian Hukum jika terjadi Wanprestasi apabila Debitor telah

meninggal dunia ialah Restruturisasi, Upaya penagihan dengan surat

peringatan atau somasi dan Lelang Hak Tanggungan melalui Kantor

Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang.

Kata Kunci : Perjanjian Kredit, Wanprestasi.

Page 5: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

5

PRAKATA

Pertama-tama, Penulis mengucapkan Puji Syukur yang sebesar-

besarnya kepada Tuhan yang Maha Esa Ida Sanghyang Widhi Wasa atas

segala Rahmat dan Restunya sehingga penyelesaian tesis ini dapat di

selesaikan.

Penulis menyadari bahwa tesis ini sangat jauh dari kesempurnaan,

sehingga diperlukan usaha, kesabaran dan ketabahan dalam

penmyusunan tesis ini, karena begitu banyaknya tantangan, baik dari segi

kemampuan penulis, bahasa, literatur maupun waktu yang tersedia. Akan

tetapi berkat petunjuk dan arahan dari pembimbing serta pihak-pihak yang

mendukung dan memberi semangat dalam segala hal sehingga

penyusunan tesis ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua tercinta yang telah

mendidik, membesarkan dan membimbing, serta doa yang tulus sehingga

saya dapat mengikuti pendidikan sampai ke jenjang pendidikan magister.

Ucapan terima kasih penulis persembahkan pula kepada:

1. Prof. DR. dr. Idrus Paturussi, Sp. Int. selaku Rektor Universitas

Hasanuddin.

2. Prof. Dr. Aswanto, S.H., M.H., D.F.M sebagai Dekan Fakultas

Hukum Universitas Hasanuddin yang telah memberikan saya

kesempatan menuntut ilmu di Program Studi Magister Kenotariatan

Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Makassar.

Page 6: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

6

3. Dr.Nurfaidah Said, S.H.,M.H,M.Si.sebagai ketua Program Studi

Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin

Makassar yang memberikan pegarahan dalam pembuatan Tesis ini

4. Prof. Dr. Ahmadi Miru, S.H, M.S, dan Dr. I Nyoman Putu Budiartha,

S.H, M.H, selaku dosen pembimbing yang selama ini telah

memberikan bimbingan dan arahan serta saran-saran perbaikan

guna penyempurnaan tesis ini.

5. Prof. Dr. Anwar Borahima, S.H., M.H, Prof. Dr. Irwansyah, S.H.,

M.H., dan Dr. Wiwie Heryani, S.H., M.H., selaku penguji dalam

penyempurnakan penulisan tesis ini.

6. Para Bapak Ibu Guru Besar, Dosen serta Staf Program

Kenotariatan Universitas Hasanuddin Makasar yang telah

membantu dalam penyelesaian Tesis ini.

7. Seluruh Karyawan, Staf dan Pimpinan Kantor Bank Rakyat

Indonesia Cabang Waingapu, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur

yang telah banyak membantu penulis dalam memberikan data dan

informasi guna penyelesaian dan penyempurnaan tesis ini.

8. Istri saya, A.A Sagung Rika Nurcahya dan anak saya Aditya

Danendra Gunartha yang tiada henti-hentinya memberikan

semangat dan dukungan baik moral maupun spiritual.

9. Teman-teman mahasiswa Program Magister Kenotariatan

angkatan 2011 dibali, sebagai teman seperjuangan selama

mengikuti pendidikan.

Page 7: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

7

10. Seluruh keluarga di Sumba dan Bali serta rekan yang tidak bisa

penulis sebutkan satu persatu.

Rasa syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Karena telah diberikan orang-orang yang telah membantu membesarkan

hati dengan kontribusinya masing-masing pada hidup penulis yang sangat

penulis hargai. Terima kasih.

Makasar, Juni 2013

Page 8: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

8

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………

PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………………....

ABSTRAK…………………………………………………………………

KATAPENGANTAR……………………………………………………..

DAFTAR ISI………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………

A. Latar Belakan Masalah…………………………………………

B. Rumusan Masalah……………………………………………….

C. Tujuan Penelitian………………………………………………..

D. Manfaat Penelitian………………………………………………

E. Orisinalitas Penelitian…………………………………………..

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………….

A. Tinjauan Umum Mengenai Perjanjian………………………..

1. Pengertian Perjanjian……………………………………

2. Asas-Asas Perjanjian……………………………………

3. Syarat Sahnya Perjanjian………………………………

4. Prestasi dan Wanprestasi………………………………

5. Berakhirnya Perjanjian………………………………….

B. Tinjauan Umum Perjanjian Kredit Bank……………………...

1. Pengertian Kredit Bank…………………………………

i

ii

iii

v

viii

1

1

7

7

8

9

12

12

12

16

19

21

25

26

26

Page 9: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

9

2. Perjanjian Kredit Bank………………………………….

3. Unsur-unsur Kredit………………………………………

4. Jenis Kredit……………………………………………….

5. Prinsip-Prinsip Kredit Bank…………………………….

C. Tinjauan Umum Mengenai Waris……………………………..

1. Pengertian Hukum Waris……………………………….

2. Sistem Hukum Waris ……………………………………

D. Kerangka Teori…………………………………………………..

E. Kerangka Pemikiran…………………………………………….

F. Definisi Oprasional………………………………………………

BAB III METODE PENILITIAN………………………………………..

A. Jenis Penelitian dan Pendekatan Masalah………………….

B. Populasi dan Sampel……………………………………………

C. Sumber Data……………………………………………………..

D. Tehnik Pengumpulan Data……………………………………..

E. Tehnik Analisa Data………………………………………………

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN………………......

A. Gambaran Umun Perusaha Bank Rakyat Indonesia…….

B. Proses pemberian kredit pada Bank Rakyat Indonesia Cabang

Waingapu, Sumba Timur, NTT............................

C. Upaya-upaya yang dilakukan oleh Bank Rakyat Indonesia

Cabang Waingapu, Sumba Timur, NTT dalam penyelesaian

Hukum jika terjadi Wanprestasi apabila Debitur telah meninggal

31

34

37

39

43

43

45

49

54

55

57

57

58

58

60

61

62

62

75

Page 10: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

10

dunia…………………………………

BAB V KESIMPULAN dan SARAN………………………………….

A. Kesimpulan………………………………………………………

B. Saran…………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….

DAFTAR INFORMAN…………………………………………………..

82

107

107

108

109

113

Page 11: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.

Dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan

makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, maka

pelaksanaan pembangunan nasional harus memperhatikan keserasian,

keselarasan, dan kesinambungan antara unsur-unsur pemerataan

pembangunan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional.

Pembangunan di berbagai bidang memerlukan dana pendukung yang

tidak sedikit terutama dalam bidang usaha dan industri. Salah satu sektor

usaha yang mempunyai peran strategis dalam masalah biaya

pembangunan terutama dalam bidang perekonomian adalah lembaga

perbankan.

Lembaga perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan

yang berperan sebagai perantara bagi pihak-pihak yang memerlukan

dana untuk suatu kegiatan usaha, misalnya untuk memenuhi kebutuhan

modal lancar. Lembaga perbankan bergerak dalam kegiatan perkreditan,

pemberian berbagai jasa, melayani kebutuhan pembiayaan serta

melancarkan mekanisme sistem pembayaran bagi semua sektor

perekonomian. Akibat Dari kegiatan-kegiatan tersebut, memposisikan

bank sebagai salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai

sumber dana utama untuk pembiayaan pembangunan dan kegiatan

Page 12: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

12

usaha. Bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang

keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang

keuangan.1

Berdasarkan Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1998 tentang

Perubahan Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 Pasal 1 angka (2) tentang

Perbankan yang selanjutnya disebut dengan Undang-Undang RI No. 10

Tahun 1998 tentang Perbankan.

“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.

Fungsi dan keberadaan bank sangat penting dalam mendukung

upaya pertumbuhan ekonomi suatu negara. Fungsi bank adalah menjadi

intermediasi bagi masyarakat yang kelebihan dana kepada masyarakat

yang kekurangan dana. Peran yang sangat vital ini menjadikan bank

sebagai pengatur urat nadi perekonomian nasional. Lancarnya aliran uang

sangat diperlukan untuk mendukung kegiatan ekonomi secara legal dan

ditinjau dari sudut pandang perbankan, fasilitas kredit mempunyai

kedudukan yang sangat istimewa terutama dari negara -negara yang

sedang berkembang. Penyediaan dana di negara-negara berkembang

merupakan salah satu yang menentukan bagi pelaksanaan pembangunan

nasional. Kebijaksanaan yang longgar dalam pelaksanaan pemberian

1

Kasmir, 2004, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya , Rajawali Pers,

Jakarta, hal. 23

Page 13: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

13

kredit dapat menjadikan usaha para pengusaha yang menerima kredit

menjadi berkembang dan maju.

Ditinjau dari sudut pandang perbankan, fasilitas kredit mempunyai

kedudukan yang sangat istimewa terutama di daerah-daerah yang sedang

berkembang. Berdasarkan Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1998 Pasal

1 angka (11).

“Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat

dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara pihak bank dengan pihak

lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”.

Dalam Undang-Undang Perbankan, bahwa dalam pemberian kredit

harus ada perjanjian kredit. Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana

seorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang orang itu

saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal. 2 Perjanjian kredit

merupakan ketentuan-ketentuan yang memiliki kepastian hukum dan

berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak yang berkaitan dengan

dalam perjanjian tersebut.3

Semakin banyak perusahaan melaksanakan kegiatan usaha

dengan lancar dan bertambah maju akan membuat perusahaan tersebut

semakin mampu menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat,

terutama bagi para pengusaha kecil dan menengah yang mengalami

hambatan dalam menjalankan usahanya karena kekurangan modal.

Melihat kebutuhan kredit yang tinggi, lembaga perbankan salah satunya

2 R. Subekti, 1992, Hukum Perjanjian, PT Intermasa, Jakarta, hal. 1

3 Kasmir,Op.cit, hal. 93

Page 14: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

14

yaitu Bank Rakyat Indonesia yang menyediakan berbagai fasilitas kredit

yang diantaranya, kredit modal kerja yang di berikan untuk kepentingan

kelancaran modal kerja nasabah.

Pemberian kredit oleh bank dilakukan dengan prinsip kehati-hatian.

Prinsip kehati-hatian dilakukan melalui analisa yang akurat dan mendalam

melalui penyaluran yang tepat, pengawasan dan pemantauan yang baik,

perjanjian yang sah dan memenuhi syarat hukum, serta pengikatan

jaminan yang kuat disertai dokumentasi perkreditan yang teratur dan

lengkap. Semua itu bertujuan agar kredit yang disalurkan tersebut dapat

kembali dengan tepat waktu sesuai dengan perjanjian yang meliputi

pinjaman pokok dan bunga.4

Untuk menghindari risiko dalam pemberian kredit, jaminan

pemberian kredit sangat diperlukan dan merupakan faktor penting yang

harus diperhatikan oleh bank, sebagai keyakinan atas kemampuan dan

kesanggupan nasabah atau debitor untuk melunasi kewajibannya sesuai

dengan perjanjian. Jaminan adalah sesuatu yang diberikan kepada

kreditor untuk menimbulkan keyakinan bahwa debitor akan memenuhi

kewajiban yang dapat dinilai dengan uang yang timbul dari suatu

perikatan.5

4

Sutarno, 2004, Jaminan Aspek-Aspek Hukum Perkreditan pada Bank,

Alfabeta, Bandung, hal. 2

5 Hartono Hadisoeprapto, 1984, Pokok-Pokok Hukum Jaminan, Liberty,

Yogjakarta, hal. 50

Page 15: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

15

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka Bank Rakyat

Indonesia Cabang Sumba Timur merupakan salah satu tempat untuk

memperoleh kredit modal kerja bagi para pengusaha kecil. Bank Rakyat

Indonesia Cabang Sumba Timur merupakan bank yang memberikan

kredit dengan sasaran utama adalah usaha kecil atau usaha kecil mikro

(UKM) dengan syarat yang mudah. Progam pemberian kredit Bank Rakyat

Indonesia Cabang Sumba Timur lebih sering memberikan pemberian

kredit modal kerja, karena syarat-syarat pengajuannya lebih mudah

dibandingkan dengan yang lainnya (lembaga perbankan). Sehingga

banyak diminati masyarakat.

Pemberian kredit oleh Bank Rakyat Indonesia Cabang Sumba

Timur kepada masyarakat dilakukan melalui suatu perjanjian kredit antara

pemberi dengan penerima kredit sehingga terjadi hubungan hukum antara

keduanya. Seringkali yang ditemui di lapangan perjanjian kredit dibuat

oleh pihak kreditor atau dalam hal ini adalah bank, sedangkan debitor

hanya diminta mempelajari dan memahaminya dengan baik, serta

membubuhkan paraf dan tanda tangan persetujuan.

Dengan adanya pertemuan yang berlangsung antara pemberi

kredit dengan penerima kredit maka akan ada kesepakan tertulis yang

dapat dijadikan dasar sehingga ada ketegasan dan kepastian hukum

antara keduanya. Kemudian Kesepakatan tersebut selanjutnya dituangkan

dalam bentuk perjanjian kredit sehingga timbul hak dan kewajiban dari

masing-masing pihak dalam melakukan perbuatan hukum.

Page 16: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

16

Kesepakatan di dalam perjanjian kredit dicapai apabila pihak

pemohon kredit membubuhkan tanda tangannya pada formulir perjanjian.

Hal ini berarti pemohon kredit tersebut telah menyetujui isi perjanjian

tanpa dimintai pendapat terlebih dahulu, karena dalam perjanjian kredit

bank, formulir perjanjiannya sudah baku. Dalam pelaksanaan perjanjian

kredit pada umumnya di bank, tidak lepas dari berbagai permasalahan

yang sering timbul dalam pelaksanaan perjanjian kredit. Khususnya pada

Bank Rakyat Indonesia Cabang Sumba Timur adalah keadaan di mana

debitor lalai untuk melakukan kewajibannya atau wanprestasi. Yang sering

kali terjadi di lapangan adalah debitor terlambat dalam melakukan

pembayaran baik cicilan maupun bunga, sehingga pihak bank perlu

melakukan pengawasan preventif, yaitu pengawasan yang dilakukan

sebelum terjadinya sesuatu hal yang tidak diinginkan oleh pihak bank.

Pengawasan represif juga dilakukan oleh bank, yaitu pengawasan yang

dilakukan setelah terjadinya kredit macet. Oleh karena itu setiap

pemberian kredit yang disalurkan oleh bank, dalam praktiknya bank selalu

meminta kepada nasabah debitor untuk menyerahkan jaminan guna

keamanan dalam pengembalian kredit tersebut.

Page 17: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

17

B. Rumusan Masalah.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan permasalahan

yang akan membawa pada pembahasan yang lebih terarah dari penelitian

yang dilakukan, yaitu :

1. Bagaimana Prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit pada

Bank Rakyat Indonesia Cabang Waingapu, Sumba Timur, NTT ?

2. Bagaimana Upaya-upaya yang dilakukan oleh Bank Rakyat

Indonesia Cabang Waingapu, Sumba Timur, NTT dalam

Penyelesaian Hukum jika terjadi Wanprestasi apabila Debitor telah

meninggal dunia?

C. Tujuan Penelitian.

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin

dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Tujuan Umun

a. Untuk mengetahui Prinsip kehati-hatian dalam pemberian

kredit pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Waingapu,

Sumba Timur, NTT.

b. Untuk mengetahui Upaya-upaya yang dilakukan oleh Bank

Rakyat Indonesia Cabang Waingapu, Sumba Timur, NTT

dalam Penyelesaian Hukum jika terjadi Wanprestasi apabila

Debitor telah meninggal dunia.

Page 18: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

18

2. Tujuan Khusus

a. Prinsip kehati-hatian dalam perjanjian kredit.

b. Penyelesaian Kredit macet.

D. Manfaat Penelitian.

Dalam suatu penelitian diharapkan akan memberikan manfaat yang

berguna, khususnya bagi ilmu pengetahuan di bidang penelitian tersebut.

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain :

1. Manfaat Teoritis.

a. Hasil penelitian ini diharapkan memberi gambaran yang jelas

mengenai perjanjian kredit Bank.

b. Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai acuan

terhadap penelitian-penelitian yang sejenis dikemudian hari.

2. Manfaat Praktis.

a. Untuk mencocokan bidang ilmu hukum yang telah diperoleh

dalam teori dengan kenyataan yang ada dalam praktik.

b. Untuk memberikan informasi pada masyarakat/nasabah

debitor mengenai perjanjian kredit pada bank terutama

berkaitan dengan faktor penghambat dan penyelesaian

kredit macet.

Page 19: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

19

E. Orisinalitas Penelitian.

Berdasarkan penelusuran bahan-bahan hukum didapatkan

beberapa hasil penelitian yang mengambil Penyelesaian Kredit Macet

Akibat Wanprestasi yang dilakukan oleh Debitor:

1. Disusun oleh, Indrareni Gandadinata pada tahun 2007 dengan

judul Tesis Wanprestasi dan penyelesaian dalam Perjanjian Kredit

pemilikan rumah pada PT. Bank Internasional Indonesian kantor

cabang Purwokerto. Dari penelitian ini rumusan masalahnya adalah

(1) Bagaimanakah proses penyelesaian wanprestasi pada

perjanjian kredit pemilikan rumah pada PT. Bank Internasional

Indonesia Kantor Cabang Purwokertodan, (2) Apakah isi dari

perjanjian kredit pemilikan rumah tersebut dijadikan satu-satunya

landasan penyelesaian suatu bentuk wanprestasi dari para pihak.

Dari rumusan masalah tersebut maka penulis menyimpulkan

bahwa Jika Nasabah wanprestasi dalam memenuhi kewajibannya

dalam hal angsuran dan atau pelunasan kredit, maka obyek

jaminan akan dijual, dan uang hasil penjualan digunakan untuk

melunasi hutang Debitor di Bank. Penjualan dapat dengan cara (1)

Penjualan secara dibawah tangan; (2) Penjualan secara lelang.

Serta Isi Perjanjian Kredit Pemilikan Rumah di Purwokerto

Kabupaten Banyumas bukan merupakan satu-satunya landasan

penyelesaian.

Page 20: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

20

2. Disusun oleh, Monalisa Br. Simatupang pada tahun 2004 dengan

judul Tesis Wanprestasi Pada Perjanjian Kredit Umum Pedesaan

(KUPEDES) Dan Upaya Penyelesaiannya (Studi Pada PT. Bank

Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe) Dari penelitian ini rumusan

masalahnya adalah (1) Bentuk-bentuk wanprestasi pada Kupedes,

(2) Upaya yang ditempuh bank terhadap nasabah yang

wanprestasi. Penelitian ini menyimpulkan bahwa Bentuk-bentuk

wanprestasi pada Kupedes adalah keterlambatan membayar

angsuran Kupedes, pada bulan-bulan pertama nasabah membayar

angsurannya tetapi pada bulan-bulan berikutnya sudah tidak

membayar lagi, juga karena nasabah tidak melakukan pembayaran

sama sekali dan Upaya yang ditempuh bank terhadap nasabah

yang wanprestasi dilakukan dengan dua cara yaitu secara damai

(intern) dan penyelesaian melalui PUPN. Bank dalam menerima

permohonan kredit benar-benar meneliti calon nasabah dengan

berpedoman pada prinsip 5C, yaitu character, capacity, capital,

condition of economy dan collateral. Kemudian diharapkan agar

petugas BRI perlu melakukan pengawasan dan pembinaan pada

nasabah Kupedes dalam menjalankan usahanya, dan yang lebih

penting lagi diharapkan kepada nasabah agar mengelola usahanya

dengan sebaik-baiknya, menggunakan Kupedes sesuai dengan

tujuannya dan rajin berkonsultasi dengan petugas BRI.

Page 21: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

21

3. Dari beberapa penelitian tersebut diatas, yang membuat penelitian

ini beda dengan penelitian diatas ialah Penyelesaian Perjanjian

Kredit Macet Akibat Wanprestasi bagi Debitor yang meninggal

dunia pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Waingapu, Sumba

Timur, NTT, dengan rumusan masalah (1) Bagaimana Prinsip

kehati-hatian dalam pemberian kredit pada Bank Rakyat Indonesia

Cabang Waingapu, Sumba Timur, NTT dan (2) Bagaimana Upaya-

upaya yang dilakukan oleh Bank Rakyat Indonesia Cabang

Waingapu, Sumba Timur, NTT dalam Penyelesaian Hukum jika

terjadi Wanprestasi apabila Debitor telah meninggal dunia?

Page 22: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Mengenai Perjanjian.

1. Pengertian Perjanjian.

Perjanjian adalah salah satu bagian terpenting dari hukum

perdata. Sebagaimana diatur dalam buku III Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata yang selanjutnya disebut KUHPerdata. Di

dalamnya diterangkan mengenai perjanjian, termasuk di dalamnya

perjanjian khusus yang dikenal oleh masyarakat seperti perjanjian

jual beli, perjanjian sewa menyewa, dan perjanjian pinjam-

meminjam. Isitilah hukum perjanjian merupakan terjemahan dari

bahasa inggris yaitu contract law, sedangkan dalam Bahasa

Belanda disebut dengan istilah overeenkomst.6

Perjanjian merupakan kesepakatan antara dua orang atau

dua pihak, mengenai hal-hal pokok yang menjadi objek dari

perjanjian. Kesepakatan itu timbul karena adanya kepentingan dari

masing-masing pihak yang saling membutuhkan. Perjanjian juga

dapat disebut sebagai persetujuan, karena dua pihak tersebut

setuju untuk melakukan sesuatu.

Ahmadi Miru menyatakan bahwa suatu perjanjian adalah

“suatu peristiwa hukum dimana seorang berjanji kepada orang lain

6 F. Ibrahim dan Nathaniela, 2009, 160 Contoh Surat Perjanjian (Kontrak),

Generasi Cerdas, Jakarta timur, hal. 14

Page 23: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

23

atau dua orang saling berjanji untuk Melakukan atau tidak

melakukan suatu”.7

Abdulkadir Muhammad mendefinisikan, perjanjian adalah

“suatu persetujuan dengan mana satu orang atau lebih

mengikatkan diri untuk melakukan suatu hal dalam lapangan harta

kekayaan”.8

Menurut M. Yahya Harahap, bahwa perjanjian mengandung

pengertian adalah “suatu hubungan hukum kekayaan atau harta

benda antara dua orang atau lebih, yang memberi kekuatan hak

pada satu pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus

mewajibkan pada pihak lain untuk menunaikan prestasi”.9

Menurut Van Dunne, perjanjian adalah “suatu hubungan

hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk

menimbulkan akibat hukum”.10

Perjanjian adalah suatu peristiwa di mana dua orang atau

dua pihak saling berjanji untuk melakukan suatu hal atau suatu

persetujuan yang dibuat oleh dua pihak atau lebih, masing-masing

7

Ahmadi Miru, Ahmadi Miru, 2007, Hukum Kontrak dan Perancangan

Kontrak, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. 2

8 Abdul Kadir Muhammad, 1992, Hukum Perikatan, PT. Alumni, Bandung,

hal.78

9 Yahya Harahap. M, 1992, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung,

hal.6

10 Salim H.S, 2009, Hukum Kontrak (Teory dan Tehnik Penyusunan Kontrak),

Cetakan Keenam, Sinar Grafika, Jakarta, hal. 26

Page 24: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

24

bersepakat akan mentaati apa yang tersebut dalam persetujuan

itu.11

Perjanjian adalah suatu hal yang sangat penting karena

menyangkut kepentingan para pihak yang membuatnya. Oleh

karena itu hendaknya setiap perjanjian dibuat secara tertulis agar

diperoleh suatu kekuatan hukum, sehingga tujuan kepastian hukum

dapat tercapai. Berdasarkan Pasal 1313 KUHPerdata bahwa:

“suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu

orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang

atau lebih”.

Pengertian perjanjian ini mengandung unsur : 12

a. Perbuatan,

Penggunaan kata “Perbuatan” pada perumusan tentang

perjanjian ini lebih tepat jika diganti dengan kata perbuatan

hukum atau tindakan hukum, karena perbuatan tersebut

membawa akibat hukum bagi para pihak yang

memperjanjikan;

11

Hermansyah, 2011, Hukum Perbankan Nasional Indonesia Ditinjau

Menurut Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan Sebagaimana telah

diubah dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, Undang-Undang No. 23 Tahun

1999 Jo Undang-Undang No. 3 Tahun 2004 Tentang Bank Indonesia , Kencana

Prenada Media Group, Jakarta, hal. 71

12 Kartina Muljadi dan Gunawan Widjaja, 2010, Perikatan Yang Lahir Dari

Perjanjian, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, hal. 7

Page 25: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

25

b. Satu orang atau lebih terhadap satu orang lain atau lebih,

Untuk adanya suatu perjanjian, paling sedikit harus ada dua

pihak yang saling berhadap-hadapan dan saling

memberikan pernyataan yang cocok/pas satu sama lain.

Pihak tersebut adalah orang atau badan hukum. Apabila dua

pihak maka masing-masing pihak menjanjikan untuk

memberikan sesuatu/ berbuat sesuatu kepada pihak lainnya

yang berarti pula masing-masing pihak berhak menerima

apa yang dijanjikan oleh pihak lain.

c. Mengikatkan dirinya,

Di dalam perjanjian terdapat unsur janji yang diberikan oleh

pihak yang satu kepada pihak yang lain. Dalam perjanjian ini

orang terikat kepada akibat hukum yang muncul karena

kehendaknya sendiri. Untuk mengikat pihak yang satu

kepada pihak yang lain, maka perjanjian harus dituangkan

secara tertulis.

Pengertian dari Pasal 1313 KUHPerdata tersebut kurang

lengkap, pengertian ini seharusnya menerangkan juga tentang

adanya dua pihak yang saling mengikat diri tentang suatu hal.

Artinya kalau hanya disebutkan bahwa salah satu pihak

mengikatkan diri kepada pihak lain, maka tampak seolah-olah yang

dimaksud hanyalah perjanjian sepihak, tetapi kalau disebutkan juga

adanya dua pihak yang saling mengikat diri, maka pengertian

Page 26: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

26

perjanjian ini meliputi baik perjanjian sepihak maupun perjanjian

dua pihak.13

2. Asas-Asas Perjanjian.

Asas hukum adalah suatu pikiran dasar yang umum sifatnya

atau merupakan latar belakang dari peraturan yang konkrit yang

terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan putusan hakim

yang merupakan hukum positif dan dapat diketemukan dengan

mencari sifat-sifat umum dalam peraturan konkrit tersebut.14

Dalam hukum dikenal adanya asas hukum yang berkaitan

dengan lahirnya perjanjian. Yang menjadi asas-asas dari perjanjian

ialah didasarkan pada Pasal 1338 KUHPerdata, asas-asas hukum

tersebut adalah :

A. Asas Konsensualisme.

Asas konsensualisme sering diartikan bahwa

dibutuhkan kesepakatan untuk lahinya kesepakatan.

Pengertian ini tidak tepat karena maksud asas

Konsensualisme ini adalah bahwa lahirnya perjanjian ialah

pada saat terjadinya kesepakatan.15

Sesuai Pasal 1320 KUHPerdata, bahwa syarat

sahnya sebuah perjanjian adalah kesepakatan kedua belah

13

Ahmadi Miru dan Sakka Pati, 2011, Hukum Perikatan, Penjelasan makna

pasal 1233 sampai 1456 BW, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, hal. 63 -64

14 Mertokusumo Sudikno, 1985, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty,

Yogyakarta, hal. 3

15 Ahmadi Miru,Op.cit, hal.3

Page 27: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

27

pihak. Maksudnya bahwa perikatan pada umumnya tidak

diadakan secara formal, tetapi cukup dengan adanya

kesepakatan para pihak. Kesepakatan tersebut dapat dibuat

dalam bentuk lisan maupun tulisan sebagai alat bukti.

B. Asas Kebebasan Berkontrak.

Kebebasan berkontrak,16 adalah salah satu asas yang

sangat penting dalam hukum perjanjian. Kebebasan ini

merupakan perwujudan dari kehendak bebas, pancaran hak

asasi manusia. Salim H.S 17 menyatakan, bahwa asas

kebebasan berkontrak adalah suatu asas yang memberikan

kebebasan kepada para pihak untuk : membuat atau tidak

membuat perjanjian; mengadakan perjanjian dengan

siapapun; menentukan isi perjanjian, pelaksanaan dan

persyaratannya; menentukan bentuknya perjanjian, yaitu

tertulis atau lisan.

Sedangkan Abdulkadir Muhammad berpendapat,

kebebasan berkontrak dibatasi dalam :18

1) Tidak dilarang oleh undang-undang;

2) Tidak bertentangan dengan kesusilaan; dan

3) Tidak bertentangan dengan ketertiban umum.

16

Mariam Darus Badrulzaman, 2001, Kompilasi Hukum Perikatan, PT Citra

Aditya Bakti, Bandung, hal. 84

17 Salim, H.S, Op.cit, hal. 9

18 Abdulkadir Muhammad, Op.cit, hal. 84

Page 28: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

28

Kebebasan berkontrak ini oleh sarjana hukum

biasanya didasarkan pada Pasal 1338 angka (1)

KUHPerdata bahwa semua perjanjian yang dibuat secara

sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang

membuatnya. Demikian pula ada yang mendasarkan pada

Pasal 1320 KUHPerdata yang menerangkan tentang syarat

sahnya perjanjian.19

C. Asas Itikad Baik.

Asas ini menghendaki agar suatu perjanjian dilaksanakan

dengan itikad baik. Asas itikad baik dalam pelaksanaan

perjanjian dapat disimpulkan dari Pasal 1338 angka (3)

KUHPerdata yaitu

“Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik”.

Dari bunyi Pasal tersebut dapat diketahui bahwa asas itikad

baik merupakan asas bahwa para pihak yaitu para pihak

kreditor dan debitor harus melaksanakan substansi kontrak

berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang teguh atau

kemauan baik dari para pihak.20

D. Asas Pacta Sunt servanda.

Asas Pacta Sunt servanda atau disebut juga dengan Asas

Kepastian Hukum. Asas ini berhubungan dengan dengan

akibat perjanjian. sehingga merupakan Asas bahwa Hakim

19

Ahmadi Miru, Op.cit. hal. 4

20 Salim, H.S, Op.cit, hal. 11

Page 29: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

29

atau pihak ketiga harus menghormati Substansi perjanjian

yang dibuat oleh para pihak, sebagaimana layaknya sebuah

Undang-undang.

Asas Pacta Sunt servanda dapat disimpulkan dalam Pasal

1338 angka (1) KUHPerdata yaitu

“Perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-

undang”.21

3. Syarat Sahnya Perjanjian.

Berdasarkan Pasal 1320 KUHPerdata, untuk sahnya suatu

perjanjian para pihak harus memenuhi syarat-syarat tersebut di

bawah ini: 22

A. Sepakat mereka yang mengikatkan diri.

Kedua subjek mengadakan perjanjian, harus

bersepakat mengenai hal-hal yang pokok dari perjanjian

yang diadakan. Sepakat mengandung arti, bahwa apa yang

dikehendaki pihak yang satu juga dikehendaki oleh pihak

yang lain.

B. Kecakapan para pihak dalam membuat suatu perjanjian.

Cakap artinya orang-orang yang membuat perjanjian

harus cakap menurut hukum. Seorang telah dewasa atau

21 Salim, H.S, Op.cit, hal. 10

22R.Subekti, R Tjitrosudibio, 2008, Kitab Undang-undang Hukum Perdata,

Undang-Undang Agraria dan Undang-Undang Perkawinan, PT Pradnya Paramita,

Jakarta, hal. 339

Page 30: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

30

akil balik, sehat jasmani dan rohani dianggap cakap menurut

hukum, sehingga dapat membuat suatu perjanjian. Orang-

orang yang dianggap tidak cakap menurut hukum ditentukan

dalam Pasal 1330 KUHPerdata, yaitu :

1) Orang yang belum dewasa;

2) Orang yang ditaruh di bawah pengampuan.

C. Suatu hal tertentu.

Suatu hal atau objek tertentu artinya dalam membuat

perjanjian apa yang diperjanjikan harus jelas, sehingga hak

dan kewajiban para pihak bisa ditetapkan.

D. Suatu sebab yang halal.

Suatu perjanjian adalah sah bila tidak bertentangan

dengan undang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum.

Keempat syarat tersebut di atas merupakan syarat yang

mutlak yang harus ada atau dipenuhi agar suatu perbuatan hukum

dapat disebut dengan perjanjian (yang sah).23 tanpa syarat-syarat

tersebut maka perjanjian dianggap tidak pernah ada. Kedua syarat

yang pertama yaitu kesepakatan para pihak dan kecakapan untuk

membuat suatu perikatan dinamakan syarat subyektif, karena

mengenai orang-orang atau subyek yang mengadakan perjanjian.

Sedangkan dua syarat yang terakhir yaitu suatu hal tertentu dan

23

Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, 2000, Jaminan Fidusia. PT RajaGrafindo

Persada, Jakarta. hal.14

Page 31: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

31

sebab yang halal, dinamakan syarat objektif dari perbuatan hukum

yang dilakukan itu.

Apabila syarat subyektif tidak terpenuhi salah satu atau

keduanya, maka perjanjian dapat dituntut pembatalannya. Dalam

arti, bahwa salah satu pihak mempunyai hak untuk meminta

supaya perjanjian itu dibatalkan. Pihak yang menuntut pembatalan

tersebut, adalah salah satu pihak vang dirugikan atau pihak yang

tidak cakap. sedangkan dalam hal apabila syarat obyektif yang

tidak terpenuhi, maka perjanjian tersebut adalah batal demi hukum.

Dan apabila kata sepakat tidak ada, maka perjanjian dapat

dibatalkan karena melanggar syarat subjektif sahnya perjanjian,

yaitu melanggar Pasal 1320 angka (1) KUHPerdata.24

4. Prestasi dan Wanprestasi.

Sebelum berbicara atau membahas tentang wanprestasi,

terlebih dahulu mengetahui apa itu arti dari prestasi. Prestasi

adalah segala sesuatu yang menjadi hak kreditor dan merupakan

kewajiban bagi debitor. Dalam KUHPerdata Pasal 1234, prestasi

dapat berupa:

a. Memberi sesuatu;

b. Berbuat sesuatu;

c. Tidak berbuat sesuatu.

24

Artadi I Ketut dan Rai Asmara Putra I Dewa Nyoman, 2010, Implementasi

Ketentuan-Ketentuan Hukum Perjanjian kedalam Rancangan Kontrak, Udayana

University Press, Denpasar. hal. 62

Page 32: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

32

Prestasi dari perjanjian harus memenuhi syarat:25

a. Harus diperkenankan, artinya prestasi itu tidak melanggar

ketertiban, kesusilaan, dan undang-undang.

b. Harus tertentu atau dapat ditentukan.

c. Harus memungkinkan untuk dilakukan menurut kemampuan

manusia.

Menurut Ahmadi Miru, 26 penulis tidak sependapat dengan

literatur-literatur yang ada sekarang, membagi prestasi ke dalam

tiga macam, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1234

KUHPerdata, karena apa yang disebut sebagai macam-macam

prestasi tersebut bukan wujud prestasi tetapi hanya cara-cara

melakukan prestasi, yakni:

a. Prestasi yang berupa barang, cara melaksanakannya

adalah menyerahkan sesuatu (barang);

b. Prestasi yang berupa jasa, cara melaksanakannya

adalah dengan berbuat sesuatu;

c. Prestasi yang berupa tidak berbuat sesuatu, cara

pelaksanaannya adalah dengan bersikap pasif yaitu tidak

berbuat sesuatu yang dilarang dalam perjanjian.

25

Handri Raharjo, 2009, Hukum Perjanjian di Indonesia , Pustaka Yustisia,

Yogyakarta, hal. 79

26 Ahmadi Miru, Op.cit, hal. 69

Page 33: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

33

Prestasi merupakan kewajiban yang harus dipenuhi para

pihak dalam suatu perjanjian dalam bentuk kontrak. Prestasi pokok

tersebut dapat berwujud:

a. Benda;

b. Tenaga atau keahlian;

c. Tidak berbuat sesuatu;

Suatu perjanjian dapat dikatakan dilaksanakan dengan baik

apabila para pihak telah memenuhi syarat yang telah diperjanjikan.

Namun demikian pada kenyataannya sering dijumpai bahwa

pelaksanaan dari suatu perjanjian tidak dapat berjalan dengan baik

karena salah satu pihak wanprestasi. Dapat pula dikemukakan,

bahwa ia lalai atau alpa atau ingkar janji atau bahkan melanggar

perjanjian dengan melakukan sesuatu hal yang tidak boleh

dilakukan.

Perkataan wanprestasi berasal dari bahasa belanda, yang

berarti prestasi buruk. Untuk menentukan apakah seorang itu

bersalah melakukan wanprestasi, maka perlu ditentukan dalam

keadaan bagaimana seorang itu dikatakan sengaja/lalai tidak

memenuhi prestasi. Wanprestasi (default/Non Fulfilment ataupun

yang disebutkan juga dengan istilah Breach of Contract) yang

dimaksudkan adalah tidak dilaksanakan prestasi/ kewajiban

sebagaimana mestinya yang dibebankan oleh kontrak terhadap

Page 34: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

34

pihak-pihak tertentu seperti yang dimaksudkan dalam kontrak yang

bersangkutan.27

Menurut M. Yahya Harahap, pengertian yang umum tentang

“Wanprestasi adalah pelaksanaan kewajiban yang tidak tepat

waktunya atau dilakukan tidak menurut selayaknya. Kalau begitu

seorang debitor disebutkan dan berada dalam keadaan

wanprestasi, apabila debitor melakukan pelaksanaan prestasi”.28

Ada beberapa model bagi para pihak yang tidak memenuhi

prestasinya walaupun sebelumnya sudah setuju untuk

dilaksanakannya. Wanprestasi seorang debitor menurut pendapat

R. Subekti, dapat berupa 4 (empat) macam, yaitu:29

a. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya;

b. Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak

sebagaimana dijanjikan;

c. Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat;

d. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh

dilakukannya.

Dalam kitab undang-undang hukum perdata (KUHPerdata),

Wanprestasi diatur didalam Pasal 1238. yaitu :

“Debitor dinyatakan lalai dengan surat perintah atau dengan Akta sejenis itu atau dengan berdasarkan kekuatan dari

27

Munir Fuadi, 2001, Hukum Kontrak (dari sudut pandang hukum bisnis), Citra

Aditya Bakti, Bandung, hal. 87-88

28 M. Yahya Harahap, Op.cit, hal. 60

29 R. Subekti, Op.cit, hal. 45

Page 35: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

35

perikatan sendiri, yaitu bila perikatan ini mengakibatkan Debitor harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan”.

Maksud dari Pasal diatas menerangkan tentang kapan

seseorang dianggap wanprestasi dalam suatu perjanjian. Namun,

karena pengertian wanprestasi belum disinggung pada Pasal

sebelumnya, terlebih dahulu diterangkan tentang apa yang

dimaksud dengan wanprestasi. Seseorang dikatan wanprestasi,

jika: (1) tidak melakukan apa yang dijanjikan; (2) melakukan apa

yang dijanjikan tetapi terlambat; (3) melakukan apa yang dijanjikan,

tetapi tidak sebagaimana mestinya; atau (4) melakukan apa yang

seharusnya tidak boleh dilakukan berdasarkan perjanjian.30

5. Berakhirnya Perjanjian.

Dalam Pasal 1381 KUHPerdata yang disebutkan perikatan-

perikatan hapus :

a. Karena pembayaran.

b. Karena penawaran pembayaran tunai diikuti oleh

penyimpanan atau penitipan.

c. Karena pembaharuan hutang.

d. Karena perjumpaan hutang atau kompensasi.

e. Karena percampuran hutang.

f. Karena pembebasan hutang.

g. Karena musnahnya barang yang terhutang.

30

Ahmadi Miru dan Sakka Pati, Op.cit. hal. 8

Page 36: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

36

h. Karena kebatalan dan pembatalan.

i. Karena berlakunya suatu syarat batal.

j. Karena lewat waktu atau kadaluarsa.

Sedangkan menurut R. Setiawan, bahwa suatu perjanjian akan

berakhir apabila :31

a. Ditentukan oleh undang-undang;

b. Undang-Undang menentukan batas berlakunya perjanjian;

c. Para pihak atau undang-undang dapat menentukan bahwa

dengan terjadinya peristiwa tertentu maka perjanjian akan

hapus;

d. Adanya pernyataan penghentian persetujuan atau

perjanjian;

e. Perjanjian hapus karena putusan hakim;

f. Tujuan perjanjian telah tercapai.

B. Tinjauan Umum Perjanjian Kredit Bank.

1. Pengertian Kredit Bank.

Istilah kredit bukan merupakan hal yang asing dalam

kehidupan sehari-hari di masyarakat, karena sering dijumpai pada

anggota masyarakat yang melakukan jual beli barang secara kredit.

Jual beli tersebut tidak dilakukan secara tunai (kontan), tetapi

dengan cara mengangsur. Masyarakat pada umumnya

31

R. Setiawan, 1987, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, Bina Cipta, Bandung,

hal. 68

Page 37: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

37

mengartikan kredit sama dengan utang, karena setelah jangka

waktu tertentu mereka harus membayar lunas.

Kata kredit berasal dari bahasa Romawi yaitu credere yang

berarti kepercayaan akan kebenaran, dan apabila dihubungkan

dengan bank, maka terkandung pengertian bahwa pihak bank

selaku kreditor memberikan kepercayaan untuk meminjamkan

sejumlah uang kepada nasabah atau debitor, karena debitor

dipercaya kemampuannya untuk membayar lunas pinjamannya

setelah jangka waktu yang ditentukan.32

Apabila di lihat dari sudut ekonomi, kredit berarti “penundaan

pembayaran” artinya uang atau barang yang diterima sekarang

akan dikembalikan pada masa yang akan datang.33 Bisa 1 minggu,

1 bulan bahkan beberapa tahun. Oleh karena itu dalam pemberian

kredit selalu terkandung resiko, yaitu resiko bagi pemberi kredit

bahwa uang atau barang yang telah diberikan kepada penerima

kredit tidak kembali sepenuhnya. Dalam ruang lingkup kredit maka

kontra prestasi yang akan diterima kreditor berupa sejumlah ni lai

ekonomi tertentu yang dapat berupa uang, barang, dan

sebagainya. Dengan kondisi demikian, maka tidak berlebihan

apabila dari konteks ekonomi, kredit mempunyai pengertian

32

Gatot Supramono, 1996, Perbankan dan Masalah Kredit Suatu Tinjauan

Yuridis, Djambatan, Jakarta, hal. 44

33 Mgs. Edy Putra, 1989, Kredit Perbankan Suatu Tinjauan Yuridis, Liberty,

Yogyakarta, hal. 2

Page 38: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

38

sebagai suatu penundaan pembayaran dari prestasi yang diberikan

sekarang dimana prestasi tersebut pada dasarnya akan berbentuk

nilai uang.34

Pengertian formil mengenai kredit perbankan di Indonesia,

terdapat pada Undang-Undang Perbankan Pasal 1 Angka (11)

disebutkan bahwa :35

”Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat

dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak

lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.”

Berdasarkan Pasal tersebut di atas, unsur- unsur kredit adalah

a. Adanya kesepakatan atau perjanjian antara pihak

kreditor dengan pihak debitor, yang disebut dengan

perjanjian kredit.

b. Adanya para pihak, yaitu pihak kreditor sebagai pihak

yang memberikan jaminan, yang dalam hal ini adalah

bank, dan pihak debitor sebagai pihak yang

membutuhkan uang pinjaman atau barang atau jasa.

c. Adanya unsur kepercayaan dari kreditor bahwa pihak

debitor mau dan mampu membayar atau mencicil

kreditnya.

34

Muhammad Djumhana, 2000, Hukum Perbankan di Indonesia , Penerbit PT

Citra Adiya Bhakti, Bandung, hal. 368

35 M.Bahsan, 2010, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan

Indonesia, Penerbit PT RajaGrafindo, Jakarta, hal. 75

Page 39: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

39

d. Adanya kesanggupan dan janji membayar hutang dari

pihak debitor.

e. Adanya pemberian sejumlah uang atau barang atau jasa

oleh pihak kreditor kepada pihak debitor.

f. Adanya pembayaran kembali sejumlah uang atau barang

atau jasa oleh pihak debitor kepada kreditor disertai

dengan pemberian imbalan atau bunga atau pembagian

keuntungan.

g. Adanya perbedaan waktu antara pemberian kredit oleh

kreditor dengan pengembalian kredit oleh debitor.

h. Adanya risiko tertentu yang diakibatkan karena adanya

perbedaan waktu tadi. Semakin jauh tenggang waktu

pengembalian, semakin besar pula resiko tidak

terlaksananya pembayaran kembali suatu kredit.

R. Subekti berpendapat “kredit berarti kepercayaan. Seorang

nasabah yang mendapat kredit dari bank memang adalah orang

yang mendapatkan kepercayaan dari bank”.36

Sedangkan menurut Muchdarsyah Sinungan, “Kredit adalah

uang bank yang dipinjamkan kepada nasabah dan akan

36

R. Subekti, 1991, Jaminan-Jaminan untuk Pemberian Kredit menurut

Hukum Indonesia. PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hal. 1

Page 40: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

40

dikembalikan pada suatu waktu tertentu di masa mendatang

disertai dengan suatu kontraprestasi berupa bunga”.37

Di dalam pengertian suatu kredit terkandung dua aspek,

yaitu aspek ekonomis dan aspek yuridis. Aspek ekonomis ialah

adanya bunga oleh yang menerima pinjaman sebagai imbalan yang

diterima kreditor sebagai keuntungan. Sedangkan aspek yuridisnya

adalah adanya dua pihak yang mengikatkan diri dalam suatu

perjanjian, dimana masing-masing pihak mempunyai hak dan

kewajiban.

Kredit macet pada bank merupakan suatu keadaan di mana

seseorang nasabah atau debitor tidak mampu membayar lunas

kredit bank tepat pada waktunya. Keadaan demikian dalam hukum

perdata dinamakan wanprestasi atau ingkar janji.

Apabila dihubungkan dengan kredit macet, maka ada tiga macam

perbuatan yang tergolong wanprestasi, yaitu :38

a. Debitor sama sekali tidak membayar angsuran kredit;

b. Debitor membayar sebagian angsuran kredit (beserta

bunganya), akan tetapi yang digolongkan sebagai kredit

macet dalam hal ini adalah jika debitor kurang membayar

satu kali angsuran;

37

Muchdarsyah Sinungan, 1993, Manajemen Dana Bank, Edisi Kedua. Bumi

Aksara, Jakarta, hal. 212

38Irham Fahmi dan Yovi Lavianti Hadi, 2010, Pengantar Manajemen

Perkreditan, Alfabeta, Bandung, hal. 80

Page 41: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

41

c. Debitor membayar lunas kredit setelah jangka waktu

perjanjian berakhir.

2. Perjanjian Kredit Bank.

Perjanjian kredit merupakan perikatan yang termasuk dalam

perjanjian pinjam-meminjam sesuai dengan ketentuan yang

terdapat dalam Pasal 1754 KUHPerdata.

Berdasarkan Pasal 1754 KUHPerdata, pengertian pinjam-

meminjam, yaitu:

“Pinjam-meminjam ialah perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah

tertentu barang-barang yang menghabis karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang belakangan ini akan

mengembalikan sejumlah yang sama dari macam dan keadaan yang sama pula”.

Mariam Darus Badrulzaman, berpendapat bahwa “perjanjian

kredit bank adalah perjanjian pendahuluan (vooroverenkomst) dari

penyerahan uang”. Perjanjian pendahuluan merupakan hasil dari

permufakatan antara pemberi dan penerima pinjaman mengenai

hubungan antara keduanya (kreditor dan debitor). Penyerahan

uangnya adalah bersifat riil. Pada saat penyerahan uangnya

dilakukan, barulah ketentuan yang tertuang dalam model perjanjian

kredit bank tersebut berlaku untuk kedua belah pihak.39

Menurut Rachmadi Usman, bahwa perjanjian kredit bank

mempunyai beberapa fungsi, antara lain : perjanjian kredit

39

Mariam Darul Badrulzaman, 1991, Perjanjian Kredit Bank, PT. Citra Aditya

Bakti, Bandung, hal. 28

Page 42: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

42

berfungsi sebagai perjanjian pokok, artinya perjanjian kredit

merupakan sesuatu yang menentukan batal atau tidak batalnya

perjanjian lain yang mengikutinya, misalnya perjanjian pengikatan

jaminan, dan perjanjian kredit berfungsi sebagai alat untuk

melakukan monitoring kredit.40

Perjanjian kredit adalah perjanjian pokok (prinsipil) yang

bersifat riil. Sebagai perjanjian prinsipil, maka perjanjian jaminan

adalah assessor-nya. Ada dan berakhirnya perjanjian jaminan

bergantung pada perjanjian pokok. Arti riil ialah bahwa terjanjinya

perjanjian kredit ditentukan oleh penyerahan uang oleh bank

kepada nasabah debitor. 41 Perjanjian kredit disebut perjanjian riil

dikarenakan Pada saat penyerahan uangnya dilakukan, barulah

ketentuan yang tertuang dalam model perjanjian kredit bank

tersebut berlaku untuk kedua belah pihak.

Perjanjian kredit merupakan suatu perjanjian yang diadakan

antara Bank dengan calon kreditor untuk mendapatkan kredit dari

bank.42 Perjanjian kredit merupakan perjanjian yang sangat penting

dalam rangka penyaluran kredit dari bank sebagai kreditor kepada

para debitornya. Perjanjian kredit merupakan perjanjian perjanjian

40

Rachmadi Usman, 2001, Aspek-aspek Hukum Perbankan di Indonesia , PT.

Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hal. 273

41 Hermansyah, Loc.cit. hal. 71

42 Djuhaendah Hasan, 1996, Lembaga Jaminan Kebendaan Bagi Tanah dan

Benda Lain yang Melekat Pada Tanah Dalam Konsepsi Penerapan Azas

PemisahanHorisontal, Penerbit PT. Citra Aditya Bhakti, Bandung, hal. 170

Page 43: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

43

pokok yang keberadaannya tidak tergantung pada perjanjian-

perjanjian lainnya, jadi perjanjian kredit merupakan perjanjian

utama apalagi kalau dikaitkan dengan keberadaan perjanjian

pemberian jaminan.

Perjanjian kredit seringkali merupakan suatu perjanjian baku.

Yang dimaksud perjanjian baku adalah perjanjian yang isinya

dibakukan dan dituangkan dalam bentuk formulir, dan kelemahan

dari perjanjian baku ini ialah mengenai sifat, karena ditentukan

secara sepihak dan di dalamnya ditentukan sejumlah klausul yang

membebaskan kredit dari kewajibannya (eksonerasi klausul).

Setidak-tidaknya sementara peraturan tentang perjanjian baku ini

belum diterbitkan, maka perjanjian baku ini perlu diawasi

pemerintah.43

Dilihat dari bentuknya, perjanjian kredit perbankan pada

umumnya menggunakan bentuk perjanjian baku (standard

contract). Berkaitan dengan itu, memang dalam praktiknya

perjanjiannya telah disediakan oleh pihak bank sebagi kreditor

sedangkan debitor hanya mempelajari dan memahaminya dengan

baik. Perjanjian yang demikian itu biasanya disebut perjanjian baku

(standard contract), dimana dalam perjanjian tersebut pihak debitor

hanya dalam posisi menerima atau menolak tanpa ada

kemungkinan untuk melakukan negosiasi atau tawar menawar.

43

Mariam Darus Badrulzaman, Op.cit. hal. 46

Page 44: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

44

Apabila debitor menerima semua ketentuan dan persyaratan

yang ditentukan oleh bank, maka ia berkewajiban untuk

menandatangani perjanjian kredit tersebut, tetapi apabila debitor

menolak ia tidak perlu untuk menandatangani perjanjian kredit

tersebut.44

Perjanjian kredit ini perlu memperoleh perhatian yang sangat

khusus baik oleh bank sebagai kreditor maupun oleh nasabah

sebagai debitor, karena perjanjian kredit mempunyai fungsi yang

sangat penting dalam pemberian, pegelolaan, dan

penatalaksanaan kredit tersebut.

3. Unsur-unsur Kredit.

Unsur-Unsur Kredit adalah sebagai berikut :45

a. Kepercayaan.

kepercayaan (trust) adalah sesuatu yang paling utama dari

unsur kredit yang harus ada karena tanpa ada rasa saling

percaya antara kreditor dan debitor, maka akan sangat sulit

terwujud suatu sinergi kerja yang baik. Karena dalam konsep

sekarang ini kreditor dan debitor adalah mitra bisnis.

b. Waktu.

waktu (time) adalah bagian yang paling sering dijadikan

kajian oleh pihak analis finance khususnya oleh analis kredit.

Ini dapat di mengerti karena bagi pihak kreditor, saat ia

44

Hermansyah, Op.cit. hal. 72

45 Irham Fahmi dan Yovi Lavianti Hadi, Op.cit, Hal. 7-8

Page 45: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

45

menyerahkan uang kepada debitor maka juga harus di

perhitungkan juga saat pembayaran kembali yang akan

dilakukan oleh debitor itu sendiri, yaitu limit waktu yang

tersepakati dalam perjanjian yang telah ditandatangani

kedua belah pihak. Analisis waktu bagi pihak kreditor

menyangkut dengan analisis dalam bentuk calculation of

time value of money (hitungan ni lai waktu dari uang) yaitu

nilai uang pada saat sekarang adalah berbeda dengan ni lai

uang pada saat yang akan datang.

c. Risiko.

risiko disini menyangkut persoalan seperti degree of risk.

Disini yang paling dikaji adalah pada keadaan terburuk yaitu

pada saat timbulnya kredit macet. Ini menyangkut persolan

seperti lamanya waktu pemberian kredit yang menyebabkan

naiknya tingkat risiko yang timbul, karena para pebisnis

menginginnkan adanya ketepatan waktu dalam proses

pemberian kredit ini. Lamanya proses pemberian kredit ini

tidak terlepas dari berbagai masalah seperti menyangkut

dengan kajian dan analisis apakah kredit tersebut layak

diberikan dan ukuran kelayakannya sejauh mana untuk

pantas dicairkan. Jadi sisi kajian risiko disini menjadi bagian

yang paling penting untuk dikaji, sehingga dengan begitu

Page 46: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

46

muncullah penempatan jaminan (colateral) dalam pemberian

kredit.

d. Prestasi.

Prestasi yang dimaksud disini adalah prestasi yang dimiliki

oleh kreditor untuk diberikan kepada debitor. Pada dasarnya

bentuk atau objek dari kredit itu sendiri adalah tidak selalu

dalam bentuk uang, tapi juga boleh dalam bentuk barang

dan jasa (good and service). Namun pada saat sekarang ini

pemberian kredit dalam bentuk uang adalah lebih dominan

terjadi dari pada bentuk barang. Maka bagi pihak kreditor

akan sangat menilai akan bagaimana tindakan yang

dilakukan oleh pihak debitor dalam usahanya atau

prestasinya mengelola kredit yang diberikan tersebut. Jadi

disini dikaji dari segi prestasi dan wanprestasi.

e. Adanya Kreditor.

kreditor yang dimaksud disini adalah pihak yang memiliki

uang (money), barang (goods), atau jasa (service) untuk

dipinjamkan kepada pihak lain, dengan harapan dari hasil

pinjaman itu akan diperoleh keuntungan dalam bentuk

interest (bunga) sebagai balas jasa dari uang, barang, atau

jasa yang telah dipinjam tersebut.

Page 47: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

47

f. Adanya Debitor.

Debitor yang dimaksud di sini adalah pihak yang

memerlukan uang (money), barang (goods), atau jasa

(service) dan berkomitmen untuk mampu

mengembalikannya tepat sesuai dengan waktu yang

disepakati serta bersedia menanggung berbagai risiko jika

melakukan keterlambatan sesuai dengan ketentuan

administrasi dalam kesepakatan perjanjian yang tertera di

sana.

4. Jenis Kredit.

Bahwa berdasarkan jangka waktu dan penggunaannya,

kredit dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu :46

a. Kredit investasi,

yaitu kredit jangka menengah atau panjang yang

diberikan kepada debitor untuk membiayai barang-barang

modal dalam rangka rehabilitasi, modernisasi, perluasan

ataupun pendirian proyek baru, misalnya pembelian tanah

dan bangunan untuk perluasan pabrik, yang pelunasannya

dari hasil usaha dengan barang-barang modal yang dibiayai

tersebut. Jadi, kredit investasi adalah kredit jangka

menengah atau panjang yang tujuannya untuk pembelian

barang modal dan jasa yang diperlukan untuk rehabilitasi,

46

Hermansyah, Op.cit. hal. 60-61

Page 48: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

48

modernisasi, perluasan, proyek penempatan kembali

dan/atau pembuatan proyek baru.

b. Kredit Modal Kerja,

yaitu kredit modal kerja yang diberikan baik dalam

rupiah maupun valuta asing untuk memenuhi modal kerja

yang habis dalam satu siklus usaha dengan jangka waktu

maksimal 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang sesuai

kesepakatan antara para pihak yang bersangkutan. Dapat

juga dikatakan bahwa kredit ini diberikan untuk membiayai

modal kerja, dan modal kerja adalah jenis pembiayaan yang

diperlukan oleh perusahaan untuk operasi perusahaan

sehari-hari.

c. Kredit Konsumsi,

yaitu kredit jangka pendek atau panjang yang

diberikan kepada debitor untuk membiayai barang-barang

kebutuhan atau konsumsi dalam skala kebutuhan rumah

tangga yang pelunasannya dari penghasilan bulanan

nasabah debitor yang bersangkutan. Dengan perkataan lain,

kredit konsumsi merupakan kredit perorangan untuk tujuan

nonbisnis, termasuk kredit pemilikan rumah. Kredit konsumsi

biasanya digunakan untuk membiayai pembelian mobil atau

barang konsumsi barang tahan lama lainnya.

Page 49: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

49

Sedangkan Jenis kredit berdasarkan kualitas yaitu :47

Kajian kelancaran kredit bagi pihak perbankan

memposisikan kredit tersebut berdasarkan pada kualitas kredit.

Sehingga secara umum ada dua jenis kredit berdasarkan kualitas,

yaitu:

a. Kredit Performing.

Performing credit atau kredit performing ini dikategorikan

pada dua kualitas, yaitu pertama adalah kredit dengan

kualitas lancar dan kedua adalah kredit dengan kualitas

yang harus mendapat perhatian khusus.

b. Kredit Nonperforming.

Nonperforming credit ini adalah kredit yang dikategorikan

dalam tiga kualitas, yaitu pertama adalah kredit dengan

kualitas kurang lancar, kedua adalah kredit dengan kualitas

yang diragukan, dan ketiga adalah kredit macet atau yang

biasa disebut dengan bad debt.

5. Prinsip-Prinsip Kredit Bank.

Kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang

diberikan oleh bank mengandung risiko, sehingga dalam setiap

pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah

harus memperhatikan asas-asas prekreditan atau pembiayaan

berdasarkan prinsip kehati-hatian. Untuk itu, sebelum memberikan

47

Irham Fahmi dan Yovi Lavianti Hadi, Op.cit, hal. 11-12

Page 50: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

50

kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, bank harus

melakukan penilaian yang seksama terhadap berbagai aspek

berdasarkan penjelasan Pasal 8 Undang-Undang Perbankan yang

mesti dini lai oleh bank sebelum memberikan kredit atau

pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah watak,

kemampuan, modal, agunan, dan prospek usaha dari nasabah

debitor, yang kemudian dikenal dengan sebutan “the five C of credit

analysis” atau prinsip 5 C‟s.

Pada sasarannya konsep 5 C‟s ini akan memberikan

informasi mengenai itikad baik (willingness to pay) dan kemampuan

membayar (ability to pay) nasabah untuk melunasi kembali

pinjaman beserta bunganya.48

a. Penilaian watak (character).

Penilaian watak atau kepribadian calon debitor

dimaksudkan untuk mengetahui kejujuran dan itikad baik

calon debitor untuk melunasi atau mengembalikan

pinjamannya, sehingga tidak akan menyulitkan bank

dikemudian hari. Hal ini dapat diperoleh terutama didasarkan

kepada hubungan yang telah terjalin antara bank dan calon

(debitor) atau informasi yang diperoleh dari pihak lain yang

mengetahui moral, kepribadian dan peri laku calon debitor

dalam kehidupan kesehariannya.

48

Dahlan Siamat, 1993, Manajemen Bank Umum, Intermedia, Jakarta, hal. 99

Page 51: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

51

b. Penilaian kemampuan (capacity).

Bank harus meneliti tentang keahlian calon debitor

dalam bidang usahanya dan kemampuan manajerialnya,

sehingga bank yakin bahwa usaha yang akan dibiayainya

dikelola oleh orang-orang yang tepat, sehingga calon

debitornya dalam jangka waktu tertentu mampu melunasi

atau mengembalikan pinjamannya.

Jika kemampuan bisnisnya kecil, tentu tidak layak

diberikan kredit dalam skala besar. Demikian juga jika trend

bisnisnya atau kinerja bisnisnya menurun, maka kredit juga

semestinya tidak diberikan. Kecuali jika penurunan itu

karena kekurangan biaya sehingga dapat diantisipasi

dengan tambahan biaya lewat peluncuran kredit, maka trend

atau kinerja bisnisnya tersebut dipastikan akan semakin

membaik.

c. Penilaian terhadap modal.

Bank harus melakukan analisis terhadap posisi

keuangan secara menyeluruh mengenai masa lalu dan yang

akan datang, sehingga dapat diketahui kemampuan

permodalan calon debitor dalam menunjang pembiayaan

proyek atau usaha calon debitor yang bersangkutan.

Dalam praktik selama ini bank jarang sekali

memberikan kredit untuk membiayai seluruh dana yang

Page 52: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

52

diperlukan nasabah. Nasabah wajib menyediakan modal

sendiri, sedangkan kekurangannya itu dapat dibiayai dengan

kredit bank. Jadi bank fungsinya adalah menyediakan

tambahan modal, dan biasanya lebih sedikit dari pokoknya.

d. Penilaian terhadap agunan (collateral).

Untuk menanggung pembayaran kredit macet, calon

debitor umumnya wajib menyediakan jaminan berupa

agunan yang berkualitas tinggi dan mudah dicairkan yang

nilainya minimal sebesar jumlah kredit atau pembiayaan

yang diberikan kepadanya. Untuk itu sudah seharusnya

bank wajib meminta agunan tambahan dengan maksud jika

calon debitor tidak dapat melunasi kreditnya, maka agunan

tambahan tersebut dapat dicairkan guna menutupi

pelunasan atau pengembalian kredit atau pembiayaan yang

tersisa.

e. Penilaian terhadap prospek usaha nasabah debitor

(condition of economy).

Bank harus menganalisis keadaan pasar di dalam

dan di luar negeri baik masa lalu maupun yang akan datang,

sehingga masa depan pemasaran dari hasil proyek atau

usaha calon debitor yang dibiayai bank dapat diketahui.

Selain memperhatikan hal-hal diatas, bank harus pula

mengetahui mengenai tujuan penggunaan kredit dan

Page 53: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

53

rencana pengembangan kreditnya serta urgensi dari kredit

yang diminta.

C. Tinjauan Umum Hukum Waris.

1. Pengertian Hukum Waris.

Pengertian waris timbul karena adanya kematian yang

terjadi pada anggota keluarga, misalnya ayah, ibu atau anak

apabila orang yang meninggal itu mempunyai harta kekayaan.

Menurut Efendi Perangin-angin, Hukum Waris adalah hukum

yang mengatur peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan

seseorang yang meninggal serta akibatnya bagi para ahli

warisnya.49

R. Wirjono Prodjodikoro, Hukum Waris adalah soal apakah

dan bagaimanakah berbagai hak dan kewajiban atas harta

kekayaan seseorang pada waktu ia meninggal dunia akan beralih

kepada orang lain yang masih hidup. Jadi Hukum Waris pada

hakekatnya adalah untuk mengatur pembagian harta warisan

kepada para ahli waris, agar tidak terjadi perselisihan ketika harta

warisan dibagikan.50

49 Effendi Perangin-angin, 2011, Hukum Waris, PT. Raja Grafindo, Jakarta, hal.

3

50

R. Prodjodikoro, Wiryono, 1983, Hukum Warisan di Indonesia , (Bandung:

Sumur Bandung), hal. 13

Page 54: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

54

Menurut Para Sarjana, Hukum Waris pada pokoknya adalah

peraturan yang mengatur perpindahan kekayaan seseorang yang

meninggal dunia kepada satu atau beberapa orang lain.51

Peristiwa kematian yang menjadi penyebab timbulnya

pewarisan kepada ahli waris. Obyek waris adalah harta yang

ditinggalkan oleh almarhum. Jika dirumuskan, maka Hukum Waris

adalah peristiwa hukum yang mengatur tentang beralihnya warisan

dari peristiwa karena kematian kepada ahli waris atau orang yang

ditunjuk.52

Pengertian dari Pewaris ialah orang yang meningal dunia

yang meninggalkan harta kekayaan.53

Sedangkan Ahli Waris menurut kamus lengkap Bahasa

Indonesia ialah anggota keluarga yang berhak menerima warisan

orang yang meninggal dunia.54

51 J. Satrio, Hukum Waris, 1992, Bandung: Alumni, hal. 8

52

Abdul Kadir Muhammad, 1993, Hukum Perdata Indonesia , Citra Aditya Bakti,

Bandung, hal. 266-267.

53

Surini Ahlan Sjarif dan Nurul Elmiyah, 2010, Hukum Kewarisan Perdata

Barat, Pewarisan Menurut Undang-undang, Kencana Renada Media Group, Jakarta,

hal. 10

54

M.B.Ali dan T.Deli, 2000, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia , Ganeca

Grafic, Bandung, hal. 486

Page 55: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

55

2. Sistem Hukum Waris.

Di Indonesia terdapat 3 sistem hukum waris yang berlaku, yakni:55

a. Sistem Hukum Waris Perdata Barat, yang diatur dalam Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata Indonesia, disebut “Waris

Barat”, dan berlaku untuk golongan keturunan Tionghoa dan

Timur Asing. Bahkan, terkadang juga diberlakukan bagi para

ahli waris pribumi yang beragama selain Islam yang memilih

perhitungan menurut Waris Barat dengan alasan

perhitungannya yang simpel.

Adapun dasar Hukum Waris adalah sebagaimana yang

dirumuskan dalam Pasal 830 KUHPerdata, yaitu :

“ Pewarisan hanya berlangsung karena kematian “

Jadi harta peninggalan atau warisan baru terbuka kalau si

pewaris sudah meninggal dunia dan si ahli waris masih

hidup ketika harta warisan terbuka.

Apabila warisan telah terbuka maka ahli waris harus

menentukan sikap yaitu:56

1) Sikap menerima secara keseluruhan. Waris

menerima warisan termasuk hutang piutangnya

pewaris.

55 Irma Devita Purnamasari, 2012, Kiat-kiat Cerda s, Mudah dan Bijak

Memahami Masalah Hukum Waris, Kaifa PT Mizan Pustaka, Bandung. Hal. 18-19

56

Subekti R, 2003, Pokok-pokok Hukum Perdata , PT. Intermasa, Jakarta. hal.

107

Page 56: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

56

2) Sikap menerima dengan syarat. Waris menerima

warisan secara terperinci dan hutang piutang akan

dibayar oleh waris sesuai warisan yang didapatnya.

3) Sikap menolak. Waris menolak mendapat warisan

karena dia tidak tahu sama sekali tentang pengurusan

harta waris.

Setiap ahli waris tidak diwajibkan menerima

warisan, Berdasarkan Pasal 1045 KUHPerdata

disebutkan bahwa:

“Tiada seorang pun diwajibkan menerima suatu

warisan yang jatuh padanya.”

Ahli waris dapat menolak warisan yang terbuka

baginya. Tujuan dari penolakan itu bisa jadi untuk

menghindarkan peralihan hak dan kewajiban tersebut.

Berdasarkan Pasal 1058 KUHPerdata

disebutkan bahwa:

"Si waris yang menolak warisannya, dianggap tidak

pernah menjadi waris.”

Sedangkan Pasal 1057 KUHPerdata disebutkan

bahwa :

“Menolak suatu warisan harus terjadi dengan tegas,

dan harus dilakukan dengan suatu pernyataan yang

Page 57: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

57

dibuat di Kepaniteraan Pengadilan Negeri, yang

dalam daerah hukumnya telah terbuka warisan itu.”

Artinya penolakan warisan harus datang

menghadap Panitera Pengadilan Negeri setempat,

lalu menyatakan keinginannya dan Panitera membuat

Akta penolakan. Apabila si penolak warisan tidak

datang sendiri, ia boleh menguasakan penolakan itu

kepada orang lain. Akan tetapi surat surat kuasa itu

haruslah Notariil.

Pada prinsipnya dalam KUHPerdata menyatakan

bahwa yang diwarisi oleh ahli waris itu tidak hanya berupa

hak atau bagian warisan, tetapi juga kewajiban (utang-utang)

yang ditinggalkan oleh pewaris.

b. Sistem Hukum Waris Islam, yang berlaku bagi Warga

Negara Indonesia yang beragama Islam.

Pada hukum waris islam, yang berhak mewaris

berdasarkan Kompilasi Hukum Islam Pasal 171 Huruf (c),

yaitu mereka yang :

1) Mempunyai hubungan darah dengan pewaris,

2) Mempunyai hubungan perkawinan (dengan pewaris),

3) Beragama Islam,

4) Tidak dilarang Undang-undang selaku Ahli Waris

Page 58: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

58

c. Sistem Hukum Waris Adat, yang diatur berdasarkam hukum

adat pada masing-masing daerah. Berlaku bagi masyarakat

pribumi yang berdiam dan menundukkan diri di wilayah

hukum adat tersebut.

Dalam hukum waris masyarakat adat di Indonesia

terdapat 3 corak sistem kekeluargaan waris adat, yaitu:57

1) Sistem Patrilineal/Sifat Ke Bapakan.

Sistem kekeluargaan yang menarik garis keturunan

pihak nenek moyang laki-laki. Di dalam sistem ini

kedudukan dan pengaruh pihak laki-laki dalam hukum

waris sangat menonjol.

2) Sistem Matrilineal /Sifat Ke Ibu-an.

Sistem kekeluargaan yang menarik garis keturunan

pihak nenek moyang perempuan, di dalam sistem

kekeluargaan ini, pihak laki-laki tidak menjadi pewaris

untuk anak-anaknya, karena anak-anak mereka

merupakan bagian dari keluarga ibunya, sedangkan

ayahnya masih merupakan anggota dari keluarganya

sendiri.

57 Eman Suparman, 1985, Intisari Hukum Waris Indonesia , Armico, Bandung,

hal. 49.

Page 59: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

59

3) Sistem Bilateral/ Parental ( Sifat Kebapakan/ Ke Ibu-

an).

Sistem kekeluargaan yang menarik garis keturunan

dari dua sisi, yaitu dari pihak bapak dan pihak ibu. Di

dalam sistem ini kedudukan anak laki-laki dan

perempuan dalam hukum waris adalah sama dan

sejajar, artinya baik anak laki-laki dan anak

perempuan dalam hukum waris adalah sama dan

sejajar, keduanya merupakan ahli waris dari harta

peninggalan orang tua mereka.

Berdasarkan ke 3 corak sistem hukum waris yang ada di

Indonesia, khususnya pada Masyarakat Waingapu, Sumba Timur

menggunakan sistem hukum waris adat.

D. Kerangka Teori.

Dalam suatu perjanjian Hukum perjanjian menganut sistem

terbuka, yang artinya hukum perjanjian memberikan kebebasan seluas-

luasnya kepada masyarakat untuk membuat perjanjian yang berisi apa

saja yang diinginkan para pihak asal tidak bertentangan dengan Undang-

undang, ketertiban umum dan kesusilaan.

Para pihak yang mengadakan perjanjian diberi kebebasan untuk

menentukan isi dari perjanjian sehingga memungkinkan orang dapat

membuat mengenai perjanjian apapun baik perjanjian yang sudah ada

Berdasarkan Undang-Undang.

Page 60: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

60

Teori-teori yang digunakan dalam penyelesaian perjanjian kredit :

1. Teori Perjanjian.

Untuk tercapai kata sepakat, para pihak harus mempunyai

kemauan dan harus dinyatakan. Dalam hal ini terdapat 4 (empat) teori

yaitu :58

a. Teori kehendak (Wilstheorie).

Menurut teori kehendak, perjanjian itu terjadi apabila ada

persesuaian antara kehendak dan pernyataan. Apabila terjadi

ketidakwajaran, kehendaklah yang menyebabkan terjadinya

perjanjian.

b. Teori pernyataan (Uitingstheorie).

Menurut teori pernyataan, kesepakatan terjadi pada saat pihak

yang menerima penawaran itu menyatakan bahwa ia menerima

penawaran itu. Jadi dilihat dari pihak yang menerima, yaitu pada

saat baru menjatuhkan ballpoint untuk menyatakan menerima,

kesepakan sudah terjadi.

c. Teori kepercayaan (Vertrouwenstheorie).

Menurut teori ini tidak setiap pernyataan menimbulkan

perjanjian, tetapi pernyataan yang menimbulkan kepercayaan

saja yang menimbulkan perjanjian. Kepercayaan dalam arti

bahwa pernyataan itu benar-benar dikehendaki.

58

H.Salim, 2012, Perkembangan Teory dalam Ilmu Hukum , PT RajaGrafindo

Persada, Jakarta, hal. 46

Page 61: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

61

d. Teori Penciptaan Bahaya (Gevaarzetting theorie).

Jika ada Perbedaan antara kehendak dan yang dinyatakan,

maka yang menciptakan keadaan tersebut yang

bertanggungjawab teori ini juga dianggap kurang adil.

Perjanjian antara kreditor dan debitor dengan jangka waktu kredit

yang telah disepakati antara kedua belah pihak, dengan adanya jangka

waktu kredit yang cukup lama sehingga menimbulkan berbagai masalah

bagi debitornya, yaitu biasanya masalah keuangan dari pihak debitor jika

terjadinya wanprestasi.

Wanprestasi yang mungkin dilakukan oleh salah satu pihak yang

mengadakan perjanjian ada 4 (empat) macam yaitu :59

1. Sama sekali tidak memenuhi prestasi;

2. Prestasi yang dilakukan tidak sempurna;

3. Terlambat memenuhi prestasi;

4. Melakukan apa yang dalam perjanjian dilarang untuk dilakukan.

Suatu perjanjian kredit yang dilakukan antara pihak kreditor dalam

hal ini bank sebagai pemberi fasilitas kredit dan debitor sebagai pihak

peminjam atau penerima kredit diperlukan suatu perjanjian tertulis untuk

meminimalkan risiko yang terjadi. Dalam praktik bank ada 2 (dua) bentuk

perjanjian kredit yakni Perjanjin kredit yang dibuat di bawah tangan dan

Perjanjian kredit yang dibuat dihadapan notaris yang dimanakan Akta

otentik atau Akta notariil.

59

Ahmadi Miru, Op.cit, hal. 74

Page 62: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

62

Dalam hal Perjanjian kredit di bawah tangan atau Akta di bawah

tangan yaitu perjanjian kredit hanya dibuat di antara para pihak yaitu bank

dan debitor tanpa di hadapan notaris. Sedangkan Perjanjian kredit yang

dibuat oleh dan di hadapan notaris (Akta autentik) yaitu perjanjian kredit

yang dibuat oleh bank dengan debitor dihadapan notaris yang dalam

praktik semua syarat dan ketentuan perjanjian disiapkan oleh bank

kemudian diberikan kepada notaris untuk dirumuskan dalam bentuk Akta

notariil.60

Dalam ketentuan Pasal 9 dan Pasal 4 huruf b Undang-Undang

Perbankan secara tegas ditentukan bahwa yang memberikan kredit

adalah bank, baik bank umum maupun bank perkreditan rakyat. Dalam

suatu pemberian kredit, bank atau pihak pemberi selalu berharap agar

debitor dapat memenuhi kewajibannya untuk melunasi tepat pada

waktunya terhadap kredit yang sudah diterimanya. Dalam praktik, tidak

semua kredit yang sudah dikeluarkan oleh bank dapat berjalan dan

berakhir dengan lancar. Tidak sedikit pula terjadinya kredit bermasalah

disebabkan oleh debitor tidak dapat melunasi kreditnya tepat pada

waktunya (Wansprestasi) sebagaimana yang telah disepakati dalam

Perjanjian Kredit antara pihak debitor dan perusahaan perbankan.

Untuk menghindari risiko akibat wansprestasi yang dilakukan oleh

debitor maka dalam pemberian kredit, pihak bank harus melakukan

penilaian prinsip 5 C atau “the five C of credit analysis” yang Berdasarkan

60

Rachmadi Usman, Op.cit, hal. 27

Page 63: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

63

penjelasan Pasal 8 Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1998 tentang

Perubahan Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 Undang-Undang

Perbankan.

2. Teori ultilitarian.

Menurut teory Jeremy Bentham, bahwa hukum bertujuan semata-

mata apa yang berfaedah bagi orang banyak. Pendapat ini dititikberatkan

pada hal-hal yang berfaedah bagi orang banyak dan bersifat umun tanpa

memperhatikan soal keadilan.61 sehingga tujuan hukum dari teory ini ialah

untuk memberikan faedah sebanyak-banyaknya, jika dikaitkan dengan

pemberian kredit oleh bank maka dapat diartikan bahwa pemberian kredit

yang dilakukan oleh bank berati dapat menberikan manfaat kebahagian

untuk meningkatkan taraf hidup perekonomian bagi masyarakat

Waingapu, Sumba Timur, NTT.

61

H.Salim, Op.cit. hal. 46

Page 64: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

64

E. Kerangka Pemikiran.

Prinsip kehati-hatian dalam

pemberian kredit oleh Bank

kepada debitur.

- Prinsip 5C

a. Character,

b. Capacity,

c. Capital,

d. Collateral,

e. Condition of Economy.

Upaya Penyelesaian Hukum jika

terjadi Wanprestasi apabila

Debitur telah meninggal dunia.

- Restruturisasi.

- Somasi.

- Lelang.

Penyelesaian Perjanjian Kredit Macet Akibat Wanprestasi

Debitur

Prinsip kehati-hatian Perjanjian Kredit.

Upaya – upaya penyelesaian Kredit Macet.

- Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

- UU RI No. 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-

Undang No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.

- Peraturan Bank Indonesia Nomor : 8/26/PBI/2006 tanggal 8

Nopember 2006 tentang Bank Perkreditan Rakyat, LNRI No. 87

Tahun 2006.

- Surat Edaran Bank Rakyat Indonesia, Nose : S.4 – DIR / HKM

/03/2007. Tentang Legal Manual Bidang Kredit

- Surat Edaran Bank Indonesia, No.14/ 26 /DKBU Tanggal 19

September 2012, Perihal : Pedoman Kebijakan dan Prosedur

Perkreditan Bagi Bank Perkreditan Rakyat.

Page 65: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

65

F. Definisi Oprasional

Pentingnya definisi oprasional adalah untuk menghindari

perbedaan pengertian atau penafsiran mendua (Dubius) dari suatu istilah

yang dipakai. Selain itu, dipergunakan juga untuk memberikan pegangan

kepada proses penelitian ini. Oleh karena itu, dalam penelitian ini

dirumuskan serangkaian kerangka konsepsi atau definisi oprasional

sebagai berikut :

1. Kredit Berdasarkan Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1998 tentang

Perubahan Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 Pasal 1 angka (2)

tentang Perbankan adalah penyediaan uang atau tagihan yang

dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau

kesepakatan pinjam-meminjam antara pihak bank dengan pihak

lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya

setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

2. Perjanjian berdasarkan Pasal 1313 KUHPerdata adalah suatu

perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau

lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih.

3. Wanprestasi berdasarkan Pasal 1238 KUHPerdata ialah Debitor

dinyatakan lalai dengan surat perintah atau dengan Akta sejenis itu

atau dengan berdasarkan kekuatan dari perikatan sendiri, yaitu bila

perikatan ini mengakibatkan Debitor harus dianggap lalai dengan

lewatnya waktu yang ditentukan.

Page 66: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

66

4. Pewaris ialah orang yang meningal dunia yang meninggalkan harta

kekayaan.

5. Ahli Waris menurut kamus lengkap Bahasa Indonesia ialah anggota

keluarga yang berhak menerima warisan orang yang meninggal

dunia.

Page 67: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

67

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian.

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian tesis ini adalah

penelitian hukum Empiris, yakni sebuah metode penelitian hukum yang

berupaya untuk melihat hukum dalam artian yang nyata atau dapat

dikatakan melihat, meneliti bagaimana bekerjanya hukum di masyarakat

yang berhubungan dengan Bagaimana Penyelesaian Hukum Wanprestasi

Debitor Dalam Perjanjian Kredit Bank Rakyat Indonesia Cabang

Waingapu, serta Bagaimana Prosedur pemberian kredit pada Bank

Rakyat Indonesia Cabang Waingapu, Sumba Timur, NTT.

Pendekatan sosiologis disini adalah suatu landasan kajian sebuah

studi atau penelitian untuk mempelajari hidup bersama dalam masyarakat,

yang ada kaitannya dengan penyelesaian perjanjian kredit macet akibat

wanprestasi yang dilakukan oleh debitor.

Sedangkan Pendekatan kasus adalah alasan-alasan hukum yang

digunakan oleh hakim untuk sampai kepada putusannya. dalam hal yang

menyangkut Bagaimana Penyelesaian Hukum Wanprestasi Debitor Dalam

Perjanjian Kredit Bank Rakyat Indonesia Cabang Sumba Timur, serta

Faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya wanprestasi dalam

perjanjian Kredit Tersebut.

Page 68: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

68

Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian, maka

metode pendekatan yang digunakan adalah pendekatan Perundang-

undangan, pendekatan sosiologis dan pendekatan kasus. Pendekatan

perundang-undangan, yaitu memahami hierarki, dan asas-asas dalam

peraturan perundang-undangan serta menjadi referensi dalam

memecahkan isu hukum yang diajukan.62

B. Populasi dan Sampel.

Populasi adalah seluruh obyek atau seluruh individu atau seluruh

gejala atau kejadian atau seluruh unit yang diteliti.63 Dalam penelitian ini,

populasi yang diteliti adalah kegiatan penyelesaian kredit macet akibat

wanprestasi debitor pada BRI Cabang Waingapu.

Penentuan sampel dilakukan berdasarkan Purposive Sampling,

yaitu penarikan sampel bertujuan yang dilakukan dengan cara mengambil

subyek berdasarkan pada tujuan tertentu. Selanjutnya setelah ditemukan

sampel yang dijadikan objek penelitian, maka untuk memberikan data

mengenai sampel tersebut diambil 2 (dua) orang dari BRI Cabang

Waingapu, 1 (satu) Asuransi dan 1 (satu) Ahli Waris.

C. Sumber Data.

Pengumpulan data diperoleh dari penelitian kepustakaan yang

didukung dengan penelitian lapangan, sebagai berikut :

62

Peter Mahmud Marzuki, 2011, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media

Group, Jakarta, hal. 96

63 Soerjono Soekanto, Op. Cit, hal. 172.

Page 69: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

69

1. Studi kepustakaan, yaitu menghimpun data dengan melakukan

penelaahan bahan kepustakaan atau data sekunder yang

meliputi:

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang

mengikat. Yakni : Norma atau kaidah dasar, yaitu

Pembukaan UUD 1945, KUHPerdata, UURI No. 10

Tahun 1998 tentang Perubahan Atas UURI No. 7 Tahun

1992 tentang Perbankan, Peraturan Bank Indonesia

Nomor : 8/26/PBI/2006 tanggal 8 Nopember 2006

tentang Bank Perkreditan Rakyat, LNRI No. 87 Tahun

2006.

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang

memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer,

seperti buku-buku ilmiah bersumber pada buku-buku

yang berisi teori atau pendapat para ahli hukum yang

berhubungan dengan penelitian ini.

c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang

memberikan petunjuk dan penjelasan berupa kamus

hukum, kamus bahasa Indonesia, kamus bahasa Inggris,

kamus bahasa Belanda dan artikel-artikel lainnya yang

bertujuan untuk mendukung bahan hukum primer dan

hukum sekunder.

Page 70: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

70

2. Studi lapangan, yaitu untuk mendapatkan data yang terkait

dengan penyelesaian perjanjian kredit macet akibat wanprestasi

yang dilakukan oleh debitor dengan melakukan wawancara

dengan memberikan pertanyaan yang telah disusun peneliti

terlebih dahulu kepada para responden. Respondennya ialah 2

(dua) orang dari BRI Cabang Waingapu, 1 (satu) Asuransi dan

1 (satu) Ahli Waris.

D. Tehnik Pengumpulan Data.

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan guna melengkapi

penelitian yang dilakukan, maka penulis mempergunakan teknik

pengumpulan data yang terbagi atas :

a. Wawancara

Wawancara adalah suatu pengumpulan data, dengan

mengadakan wawancara ini dilakukan dengan pihak Bank Rakyat

Indonesia cabang waingapu.

Dalam wawancara ini penulis menggunakan sistem bebas

terpimpin yaitu metode pengumpulan data melalui wawancara

dengan menggunakan catatan-catatan pokok.

b. Studi Pustaka

Teknik pengumpulan data dengan jalan membaca, mengkaji

dan menganalisis isi serta mempelajari buku-buku kepustakaan

seperti literatur, perturan perundang-undangan, dokumen serta

tulisan-tulisan lain yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

Page 71: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

71

E. Analisa Data.

Metode analisis data yang digunakan adalah meggunakan metode

kualitatif yaitu analisis yang memadukan data berupa hasil pengamatan,

wawancara, bahan tertulis berupa Undang-Undang, dokumen, buku-buku

dan lain-lain yang kemudian dianalisis secara kualitatif yang akan

memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai permasalahan yang

diteliti, mencari pemecahan dan menarik kesimpulan, maka dapat

diperoleh suatu hasil yang menggambarkan permasalahan yang diteliti.

Page 72: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

72

BAB IV

HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

A. Gambaran Umun Perusahaan PT. Bank Rakyat Indonesia.

PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, merupakan salah satu

bank terbesar dan tertua di Indonesia dirintis dan didirikan di Purwekerto

oleh Raden Aria Wiriatmaja dengan nama De Poerwokertosche Hulp en

Spaarbank der Indlandsche Hoofden, yang pada awalnya adalah lembaga

yang mengelola dana kas masjid untuk disalurkan kepada masyarakat

dengan skema sangat sederhana.

Pada 16 desember 1895 secara resmi dibentuk Hulpen Spaarbank

der Indlandshe Bestuurs Ambtenareen yang kemudian dikenal sebagai

“Bank Perkreditan Rakyat” yang pertama di Indonesia. Kemudian

mengalami beberapa kali perubahan nama, seperti pada tahun 1897

berganti nama menjadi De Poerwokertosche Hulp Spaar-en Landbouw

Credietbank (Volksbank) atau dikenal dengan “Bank Rakjat”, pada tahun

1912 menjadi Centrale Kas Voor Volkscredietwezen Algemene, dan pada

1934 menjadi Algemene Volkscredietbank (AVB). Pada masa pendudukan

Jepang di tahun 1942, AVB berubah menjadi Syomin Ginko. 64

Tanggal 22 Februari 1946, Pemerintah Indonesia mengubah

lembaga ini menjadi Bank Rakjat Indonesia (BRI) berdasarkan Peraturan

64

Bank Rakyat Indonesia Tersebar dan Terbesar, Hal. 1

Page 73: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

73

Pemerintah No. 1 tahun 1946 dan BRI menjadi bank pertama yang dimiliki

Pemerintah Republik Indonesia. Pada tahun 1960, Pemerintah sempat

mengubah nama BRI menjadi Koperasi Tani dan Nelajan (BKTN) yang

merupakan peleburan dari BRI, Bank Tani dan Nelajan (BTN) dan

Nedrlandsche Handels Maatschapij (NHM).

Tahun 1965 diintegrasikan ke dalam Bank Indonesia dengan nama

Bank Indonesia Urusan Koperasi, Tani dan Nelajan (BIUKTN) dan Bank

Negara Indonesia Unit II Bidang Ekspor-Impor. Berdasarkan Undang-

Undang No. 21 Tahun 1968, Pemerintah menetapkan kembali nama Bank

Rakyat Indonesia sebagai Bank Umum.

Ditengah-tengah semakin ketatnya persaingan dan peningkatan

profesionalisme di antara perbankan serta penerapan prinsip kehati-

hatian, lahirlah Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan

tertanggal 25 Maret 1992 dan telah diubah dengan Undang-Undang RI

No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan undang-undang No. 7 Tahun 1992

tentang Perbankan yang menegaskan dan meletakkan dasar bagi bisnis

perbakan di Indonesia.

Sebelum perubahan Undang-Undang Perbankan No. 7 Tahun

1992 menjadi Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1998, bank-bank

pemerintah termasuk BRI mulai mempersiapkan diri guna menyesuaikan

bentuk badan hukumnya menjadi perusahaan yang berstatus sebagai PT.

(persero). Pada tanggal 3 Oktober 2003 berdasarkan akta No. 6 Tanggal

3 Oktober 2003 status BRI berubah menjadi perusahaan Perseroan

Page 74: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

74

Terbatas Terbuka, sehingga untuk selanjutnya ”PT Bank Rakyat Indonesia

(Persero)” berubah menjadi ” PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk”.

Meskipun BRI telah berubah statusnya menjadi PT. (persero), Undang-

Undang RI No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan tidak secara spesifik

menyebutkan suatu fungsi khusus untuk BRI. Oleh karena itu walaupun

berstatus sebagai bank umum, BRI tidak meninggalkan tugasnya dalam

menjalankan misi sebagai agen pembangunan pemerintah. BRI masih

tetap melakukan secara konsisten pengembangan sektor perekonomian

tertentu seperti koperasi, golongan sektor ekonomi lemah, pengusaha

kecil, pinjaman pada para pensiun, dan mereka yang berpenghasilan

tetap yang kesemuanya itu bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup

orang banyak.

Adapun Visi dari BRI adalah sebagi berikut :65

“Menjadi Bank Komersial Terkemuka yang Selalu Mengutamakan

Kepuasan Nasabah”

Sementara itu Misi dari BRI adalah :

1. Melakukan kegiatan perbankan yang terbaik dengan

mengutamakan pelayanan kepada usaha mikro dan menengah

untuk menunjang perekonomian rakyat.

2. Memberikan layanan prima kepada nasabah melalui jaringan kerja

yang tersebar luas dengan didukung oleh sumber daya manusia

yang professional.

65

Bank Rakyat Indonesia Tersebar dan Terbesar, Op.cit. hal 3-4

Page 75: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

75

3. Memberikan keuntungan dan manfaat yang optimal kepada pihak-

pihak yang berkepentingan.

Berdasarkan dari visi dan misi BRI, maka BRI telah memiliki tujuan

yang jelas, khususnya dibidang kredit, yaitu menjadi Bank Komersial

dengan menitikberatkan kepada usaha mikro, kecil, dan menengah. Hal

ini ditunjukkan dengan 80 persen dari jumlah kredit yang disalurkan oleh

Bank BRI mengutamakan kepuasan nasabah dengan memberikan

pelayanan yang prima melalui jaringan kerja yang tersebar luas dan

mengembangkan dukungan teknologi perbankan yang canggih.

Selain visi dan misi serta tujuan BRI, BRI juga memiliki sasaran jangka

panjang, yaitu :66

1. Menjadi bank sehat dan salah satu dari lima bank terbesar dalam

asset dan keuntungan.

2. Menjadi bank terbesar dan terbaik dalam pengembangan usaha

mikro, kecil, dan menengah.

3. Menjadi bank terbesar dan terbaik dalam pengembangan

agribisnis.

4. Menjadi bank go public terbaik.

5. Menjadi bank yang melaksanakan Good Corporate secara

konsisten.

Dalam rangka peningkatan mutu pelayanan guna memberikan

kepuasan kepada nasabah dan masih dalam pembinaan sumber daya

66

Bank Rakyat Indonesia Tersebar dan Terbesar, Op.cit. hal 8

Page 76: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

76

manusia, bagi para pegawai BRI dicanangkan program pembinaan yang

mengarah pada perubahan sikap dan budaya kerja. Sikap dan budaya

kerja tersebut adalah budaya kerja „terampil‟ yang pelaksanaannya

diwajibkan sejak tanggal 17 Agustus 1991.

Budaya „terampil‟ tersebut meliputi :67

1. Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan taat melaksanakan

perintah-Nya, mensyukuri nikmat-Nya, selalu jujur dan ikhlas.

2. Ramah dalam memberikan pelayanan kepada nasabah dengan

senyum serta penampilan budi bahasa yang baik.

3. Andal dalam berbisnis, berorientasi pasar dengan sikap sadar

biaya, semangat bersaing yang tinggi dan bekerja dengan efisien.

4. Mandiri dalam bertugas dan penuh percaya diri, aktif kreatif serta

disiplin dan bertanggungjawab.

5. Piawai dalam bekerja dengan menguasai bidang pekerjaannya dan

selalu meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan.

6. Idealis dalam bereaksi dibidang system kerja dan produk dengan

rasa memiliki perusahaan, bekerja terencana dan menghargai

waktu serta memiliki semangat bekerjasama.

7. Luas dalam wawasan dan tanggap terhadap sekap perkembangan

situasi.

67

Bank Rakyat Indonesia Tersebar dan Terbesar, Op.cit. hal.10

Page 77: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

77

Serta pegawai BRI harus memiliki lima semangat kerja, yaitu:68

1. Integritas.

Kami Bankir yang dapat dipercaya. Karena itu kami harus

bertaqwa, penuh dedikasi, jujur, selalu menjaga kehormatan dan

nama baik, serta taat pada kode etik perbankan dan peraturan

yang berlaku.

2. Profesionalisme.

Kami Bankir handal dan prudent. Karena itu kami harus

bertanggungjawab, efektif, efisien, disiplin, dan berorientasi ke

masa depan dalam mengantisipasi perkembangan, tantangan dan

kesempatan.

3. Kepuasan Nasabah.

Kami yakin keberhasilan BRI sangat dipengaruhi oleh kepuasan

nasabah. Karena itu kami harus memenuhi kebutuhan dan

memuaskan nasabah dengan memberikan pelayanan yang terbaik,

dengan tetap memperhatikan kepentingan perusahaan, dengan

dukungan SDM yang trampil, ramah, senang melayani dan

didukung teknologi unggul.

4. Keteladanan.

Kami sebagai panutan yang konsisten bertindak adil, bersikap

tegas dan berjiwa besar. Karena itu kami tidak memberikan

68

Ibid, hal.11

Page 78: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

78

toleransi terhadap tindakantindakan yang tidak memberikan

keteladanan.

5. Penghargaan Kepada Sumber Daya Manusia (SDM).

Kami menghargai SDM sebagai asset utama perusahaan. Karena

itu, kami selalu merekrut, mengembangkan, dan mempertahankan

SDM yang berkualitas; kami memperlakukan pegawai berdasarkan

kepercayaan, keterbukaan, keadilan, dan saling menghargai

sebagai bagian dari perusahaan dan mengembangkan sikap

kerjasama dan kemitraan; kami memberikan penghargaan

berdasarkan hasil kerja individu dan kerjasama tim yang

menciptakan sinergi untuk kepentingan perusahaan.

Manfaat Struktur Organisasi adalah untuk mempermudah proses

pencapaian tujuan dari suatu lembaga, dalam hal ini Bank atau

Perusahaan pada umumnya dan PT. Bank Indonesia (BRI) Cabang

Waingapu, Sumba Timur, NTT pada khususnya.

Dengan adanya struktur organisasi ini dapat diketahui asal

kesalahan atau penyimpangan di dalam suatu proses kegiatan. Selain itu

juga dengan adanya struktur organisasi ini dapat memberikan ketegasan

dalam hal batas wewenang dan tanggung jawab kepada masing-masing

pejabat atau orang yang akan ditugaskan, maka mereka akan dapat

menjalankan tugasnya dengan baik. Bentuk struktur organisasi pada PT.

Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Waingapu, Sumba Timur, NTT saat

ini terdiri dari : (Daftar Tabel Terlampir).

Page 79: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

79

Di tengah persaingan industri perbankan yang semakin ketat, PT.

Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Waingapu, Sumba Timur, NTT

Sebagai Bank Transaksional terus menerus memperluas ragam

produknya dengan menawarkan rangkaian jasa yang sangat beragam

untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan spesifik para nasabahnya. Adapun

produk dan jasa dari BRI antara lain:69

1. Produk Simpanan.

a. Deposito Berjangka.

Deposito merupakan simpanan berjangka, terdiri dari :

1) DepoBRI Rupiah.

DepoBRI Rupiah adalah simpanan berjangka dalam

mata uang rupiah yang dikeluarkan oleh Bank Rakyat

Indonesia, dimana penarikannya hanya dapat dilakukan

dalam jangka waktu tertentu yang telah diperjanjikan

(1,2,3,6,12,18 dan 24 bulan). Deposito Rupiah minimum

Rp 2.500.000.

2) DepoBRI Valas.

DepoBRI Valas adalah simpanan berjangka dalam mata

uang Asing yang dikeluarkan oleh Bank Rakyat

Indonesia, dimana penarikannya hanya dapat dilakukan

dalam jangka waktu tertentu yang telah diperjanjikan

69 Berdasarkan Hasil Wawancara dengan Komang Fery Hermawan, Acount

Officer PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Waingapu, Sumba Timur, NTT. Tanggal 7

Maret 2013.

Page 80: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

80

(1,2,3,6,12,18 dan 24 bulan). Minimal Deposito Valas

saat pembukuan adalah US $ 1,000.

3) Deposito On Call (DOC).

DOC adalah simpanan (deposito) atas nama Bank (atau

pihak III bukan Bank) yang penarikannya dapat

dilaksanakan dengan syarat pemberitahuan sebelumnya.

Jangka waktu 7 (tujuh) hari, dan maksimal 1 (satu) bulan

kurang 1 (satu) hari. Minimal penempatan DOC adalah

Rp 500.000.000.

b. Giro.

Giro merupakan rekening simpanan pihak ketiga, terdiri dari:

1) GiroBRI Rupiah.

Rekening GiroBRI adalah rekening simpanan pihak

ketiga yang penyetoran dan penarikannya dapat

dilakukan diseluruh kantor cabang dengan

mempergunakan cek, bilyet giro, tanda setoran, slip

penarikan, surat perintah pembayaran lainnya atau

dengan cara perintah pemindahan bukuan (over

booking). GiroBRI Rupiah minimum Rp 1.000.000.

2) GiroBRI Valas.

Rekening giro valuta asing adalah rekening simpanan

pihak ketiga dalam mata uang asing yang penyetoran

dan penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan

Page 81: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

81

menggunakan tanda setoran, slip penarikan, surat

perintah pembayaran lainnya atau dengan cara perintah

pemindahan bukuan. GiroBRI Valas minimum adalah US

$ 1,00.

c. Tabungan.

Produk Tabungan terdiri dari :

1) BritAma.

Britama adalah produk tabungan pihak ketiga dalam

mata uang rupiah yang penyetoran dan pengambilannya

tidak dibatasi baik frekwensi maupun jumlahnya

sepanjang memenuhi ketentuan. Setoran pertama

Britama sebesar Rp 200.000 sedangkan setoran

selanjutnya minimal Rp 10.000. Saldo terendah yang

harus tersisa setiap transaksi minimal sebesar Rp

50.000.

2) Simpedes.

Simpedes merupakan simpanan masyarakat dalam

bentuk tabungan yang dilayani di BRI Unit, yang

penyetorannya dapat dilakukan setiap saat dan frekwensi

serta jumlah pengambilan tidak dibatasi sepanjang

saldonya cukup. Setoran pertama Simpedes sebesar Rp

200.000 sedangkan setoran selanjutnya minimal Rp

Page 82: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

82

10.000. Saldo terendah yang harus tersisa setiap

transaksi minimal sebesar Rp 50.000.

3) Simaskot.

Simaskot adalah simpanan masyarakat di BRI Unit

pelaksana Simaskot, yang pengambilan maupun

penyetorannya tidak dibatasi dalam jumlah maupun

frekwensi sepanjang saldonya mencukupi. Setoran

pertama Simaskot Rp 200.000 sedangkan setoran

selanjutnya minimal Rp 10.000. Saldo terendah yang

harus tersisa setiap transaksi minimal sebesar Rp

50.000.

4) Tabungan Haji.

Tabungan Haji adalah tabungan yang dipergunakan

sebagai sarana yang dipergunakan sebagai sarana untuk

mendapatkan kepastian porsi untuk berangkat

menunaikan ibadah haji sesuai keinginan nasabah.

Setoran pertama Tabungan Haji Rp 200.000.

2. Produk Pinjaman.

a. Kredit Mikro.

1) Kupedes.

2) Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro.

b. Kredit Ritel.

1) Kredit Usaha Modal Kerja.

Page 83: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

83

2) Kredit Briguna.

3) Kredit Investasi.

4) Kredit Express.

5) Kredit Konstruksi dalam Rangka BO1.

6) Kredit PPTKI.

7) Kredit Waralaba.

8) Kredit Resi Gudang.

9) Kredit SPBU.

10) Kredit BTS.

11) Bank Garansi.

c. Kredit Konsumer.

1) Kartu Kredit.

2) Kredit Kepemilikan Rumah (KPR).

3) Kredit Kendaraan Bermotor (KKB).

4) Kredit Muliti Guna (KMG).

d. Menengah & Korporasi.

1) Kredit Modal Kerja (KMK).

2) Kredit Modal Kerja Ekspor (KMKE).

3) Kredit Investasi (KI).

4) Kredit Modal Kerja Impor (KMKI).

5) Kredit Modal Konstruksi (KMK-K).

6) Penangguhan Jaminan Impor (PJI).

7) Standby LC (SBLC).

Page 84: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

84

8) Bank Garansi (BG).

9) Kredit Infrastruktur.

10) Pinjaman Sindikasi.

3. Program.

a. Kredit Usaha Rakyat (KUR).

b. Kredit Koperasi Primer untuk Anggotanya (KKPA).

c. Kredit Pengembangan Energi Nabati dan Revitalisasi

Perkebunan (KPEN-RP).

d. Kredit Kepada Kelompok Usaha Kecil (KKUK).

e. Kredit Usaha Mikro dan Kecil Surat Utang Pemerintah

(KUMK-SUP).

f. Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE).

g. Kredit Pemberdayaan Ekonomi Mayarakat Pesisir (PEMP).

4. Jasa Perbankan.

a. Layanan Prioritas.

1) Cash Management System.

2) Salary Crediting.

b. Layanan Treasury.

1) Transaksi Foreign Exchange.

2) Transaksi Swap.

3) Transaksi Forward.

4) Jasa Wali Amana.

5) Jasa Agen Penjual Efek.

Page 85: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

85

6) Jasa Kustodian.

7) Dana Pensiun Lembaga Keuangan BRI (DPLK BRI).

c. Layanan Internasional.

1) Transaksi Ekspor dan Impor.

2) Remittance.

3) Surat Kredit Berdokumen dalam Negeri.

B. Prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit pada Bank Rakyat

Indonesia Cabang Waingapu, Sumba Timur, NTT.

Pemberian kredit merupakan kegiatan utama bank yang

mengandung resiko, yang dapat berpengaruh pada kesehatan dan

kelangsungan usaha bank. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya, bank

harus berdasarkan pada asas- asas atau prinsip-prinsip perkreditan yang

sehat. Timbulnya resiko kredit itu sendiri tergantung pada cara pemberian

dan pengawasannya.

Pada dasarnya prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit pada

Bank Rakyat Indonesia Cabang Waingapu, Sumba Timur, NTT ialah

berdasarkan kriteria prinsip 5 C yaitu :

a. Character,

b. Capacity,

c. Capital,

d. Collateral,

e. Condition of Economy.

Page 86: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

86

Berdasarkan hasil penelitian, Prinsip kehati-hatian dalam

pemberian kredit pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Waingapu, Sumba

Timur, NTT, dilihat dengan beberapa cara yaitu pada saat :70

1. Permohonan kredit.

Dimulai dari nasabah calon debitor yang datang ke Bank

Rakyat Indonesia untuk membuat ataupun mengisi surat

keterangan permohonan kredit dengan melampirkan data

penunjang sebagai berikut :

1. Kartu Tanda Penduduk Suami dan Istri.

2. Kartu Keluarga.

3. Foto.

4. Ijin Usaha.

5. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

Untuk pinjaman lebih dari 50 juta rupiah sedangkan untuk

pinjaman kurang dari 50 juta rupiah tidak diharuskan.

6. Anggunan Kredit.

Tujuan dari kelengkapan data diri dan data penunjang ialah

tahap awal untuk mengetahui karakter atau riwayat hidup dari calon

peminjam kredit tersebut.

70 Berdasarkan Hasil Wawancara dengan Komang Fery Hermawan, Acount

Officer PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Waingapu, Sumba Timur, NTT. Tanggal 7

Maret 2013.

Page 87: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

87

2. Analisa Kredit.

Analisa Kredit dilakukan oleh Account Officer (AO) akan

mengadakan survey lapangan terhadap keadaan usaha nasabah

(calon debitor), jaminan, dan karakter atau perilaku nasabah (calon

debitor) apakah nasabah layak untuk diberikan fasilitas kredit atau

tidak. Apabila dari hasil penilaian nasabah (calon debitor) layak

untuk diberikan fasilitas kredit maka Account Officer (AO) akan

melakukan analisis lebih lanjut yang meliputi :

a. Analisis kualitatif yaitu:

1) Analisis Watak.

Analisis ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran akan

kemauan membayar dari pemohon dan untuk

mengetahui tingkat kejujuran, integritas, serta kemauan

dari calon nasabah untuk memenuhi kewajiban dan

menjalankan usahanya. Untuk mendukung analisa ini,

maka harus diteliti perilaku pemohon dari berbagai

sumber informasi mengenai :

- Reputasi bisnis;

- Catatan kriminal;

- Riwayat hidup dan atau riwayat pernikahan;

- Gaya hidup;

- Tingkat kooperatif selama proses analisis

dilakukan;

Page 88: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

88

- Tingkat hubungan atau kerjasama dengan BRI;

dan

- Legalitas usaha pemohon.

2) Analisis Kemampuan.

Ini bertujuan untuk mengukur tingkat kemampuan

membayar dari pemohon.

3) Analisis Manajemen.

Analisis tentang kemampuan debitor dalam mengelola

usahanya.

4) Analisis Pemasaran.

Bertujuan untuk menilai kemampuan pemohon dalam

memasarkan produknya.

5) Analisis Kondisi dan Prospek Usaha.

Untuk mengetahui prospektif atau tidaknya suatu usaha

yang hendak dibiayai.

6) Analisis Agunan.

Untuk mengetahui aset yang dijanjikan oleh peminjam

terhadap kinerja fasilitas kredit yang menyatakan bahwa

bank (kreditor) bisa menjualnya (agunan) dari dalam hal

terjadi wanprestasi. Tujuan agunan tersebut adalah untuk

medapatkan fasilitas kredit dari bank sehingga jaminan

tersebut diberikan kepada bank.

Page 89: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

89

b. Analisis Kuantitatif meliputi analisis mengenai harta

kekayaan atau kondisi keuangan nasabah (calon debitor),

hutang piutang, dan omset penjualan yang digambarkan

dalam bentuk :

- Neraca.

- Rugi/laba.

- Rasio-rasio keuangan.

Kemudian Account Officer (AO) menganalisis obyek yang

dijadikan jaminan kredit termasuk menaksir nilai jaminan. Adapun

hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menilai suatu jaminan adalah

1) Jika obyek yang dijadikan jaminan berupa Sertifikat

Hak Milik atas tanah maka nilai obyek jaminan

diperoleh dengan membandingkan nilai tanah

berdasarkan harga Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP)

dengan nilai yang berlaku di pasaran (harga pasar)

setempat.

2) Jika obyek jaminan berupa bangunan, maka sebagai

pembanding untuk menentukan ni lai jaminan adalah

harga yang diperoleh dari Dinas Pekerjaan Umum

(DPU) yang dipakai pada perhitungan penetapan Izin

Mendirikan Bangunan (IMB) sesuai dengan Perda

setempat.

Page 90: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

90

Setelah melakukan semua analisis, Account Officer (AO)

menghitung berapa besar kredit yang dibutuhkan nasabah (calon

debitor) yang disesuaikan dengan kemampuan calon debitor

selanjutnya Account Officer (AO) mengadakan negosiasi dengan

calon debitor mengenai jumlah kredit, jangka waktu kredit, dan

suku bunga apabila telah dicapai kesepakatan, maka langkah

selanjutnya adalah penandatanganan Surat Penawaran

(OfferingLetter) oleh nasabah. Account Officer (AO)

merekomendasikan Surat Penawaran tersebut kepada petugas

bagian Administrasi Kredit (ADK) yang kemudian diteruskan

kepada Pimpinan Cabang (Pinca) untuk ditandatangani oleh

Pimpinan Cabang dan Supervisor ADK.

3. Putusan Kredit.

Pemberian putusan kredit harus dilakukan oleh Pejabat

Pemutus Kredit atau Komite Kredit yang berwenang, dalam hal ini

Supervisor Administrasi Kredit (ADK) dan Pimpinan Cabang (Pinca)

serta dilakukan secara tertulis dengan membubuhkan tanda

tangannya pada formulir kredit. Apabila disetujui maka selanjutnya

pembuatan dan penandatanganan perjanjian utang piutang yang

dilakukan di hadapan Notaris/PPAT disertai dengan Pengikatan

Jaminan oleh Notaris/PPAT di Kantor Pertanahan setempat (proses

pemberian dan pendaftaran hak Tanggungan) sampai

dikeluarkannya Sertifikat Hak Tanggungan sebagai bukti yang kuat.

Page 91: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

91

Kemudian Sertifikat Hak Milik dan Sertifikat Hak Tanggungan

diserahkan kembali kepada BRI sampai debitor melunasi kreditnya.

4. Realisasi Kredit.

Realisasi Kredit adalah pelimpahan kredit yaitu merupakan

jumlah pencairan kredit oleh Bank pada bagian Administrasi Kredit

setelah menerima proposal analisa kredit yang telah disetujui oleh

Pimpinan Cabang (Pinca), meminta dokumen-dokumen yang

diperlukan kepada nasabah sesuai dengan jaminan yang akan

diserahkan, setelah dokumen lengkap maka kredit bisa

direalisasikan.

5. Pembinaan Kredit.

Setelah kredit direalisasikan dan dicairkan kepada debitor,

maka tahap berikutnya yaitu pembinaan dan pengawasan oleh

bank kepada debitor. Kelancaran dalam pembayaran pinjaman

merupakan hal yang sangat diharapkan oleh bank terhadap seluruh

debitor pinjaman. Diharapkan dengan melalui pembinaan dan

pengawasan terhadap nasabah dapat mengurangi risiko terjadinya

penunggakan dalam pembayaran angsuran pinjaman sehingga

terhindar dari kemungkinan kemacetan kredit yang diperoleh dari

Bank BRI (nursing of credit).

Bank dalam menjalankan kegiatan usahanya, termasuk pemberian

kredit terhadap nasabah debitor harus selalu berpedoman dan

menerapkan prinsip kehati-hatian. Prinsip ini antara lain diwujudkan dalam

Page 92: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

92

bentuk penerapan secara konsisten berdasarkan itikad baik terhadap

semua persyaratan dan peraturan perundang-undangan yang terkait

dalam pemberian kredit oleh bank yang bersangkutan.

Walaupun pihak bank BRI Cabang Sumba Timur telah menerapkan

prinsip kehati-hatian dengan analisis 5C terhadap nasabah, akan tetapi

masih ada terjadi kredit macet. Ini dikarenakan pihak bank pada saat

Restrukturisasi tidak melihat keinginan dari pihak debitur apakah akan

membayar hutang-hutangnya terhadap bank. Serta dalam Analisis

Agunan yang dijadikan jaminan dalam hal ini tanah besarta bangunan,

pihak bank tidak melihat berdasarkan letak posisi tanah dan bangunan

sehingga dalam pelaksanaan lelang biasanya harga dari jaminan tidak

dapat menutupi kredit macet tersebut.

C. Upaya-upaya yang dilakukan oleh Bank Rakyat Indonesia Cabang

Waingapu, Sumba Timur, NTT dalam Penyelesaian Hukum jika

terjadi Wanprestasi apabila Debitor telah meninggal dunia.

Dalam kasus kredit bermasalah, debitor telah dianggap mengingkari janji

untuk membayar bunga dan/atau kredit yang telah jatuh tempo sehingga

terjadi keterlambatan pembayaran atau sama sekali tidak ada

pembayaran, dengan demikian dapat dikatakan bahwa kredit bermasalah

di dalamnya meliputi kredit macet, meskipun demikian tidak semua kredit

yang bermasalah adalah kredit macet.

Pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Waingapu, Sumba Timur,

terdapat istilah penggolongan kredit yang digunakan untuk menunjukkan

Page 93: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

93

penggolongan kredit berdasarkan kolektibilitas kredit yang

menggambarkan kualitas kredit tersebut.

Kolektibilitas adalah Suatu pembayaran Pokok atau Bunga

Pinjaman oleh nasabah. Mengenai pengaturan penggolongan kolektibilitas

kredit terdapat dalam peraturan Bank Indonesia No. 7/2/PBI/2005 tentang

Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum. Ketentuan tersebut untuk beberapa

pasal telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia No. 8/2/PBI/2006

tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia No. 7/2/PBI/2005

tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum.

Berdasarkan ketentuan Pasal 12 angka (3) Peraturan Bank

Indonesia No. 7/2/PBI/2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank

Umum, kualitas kredit dibagi menjadi 5 (lima) kolektibilitas, yaitu: lancar,

dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan, dan macet. Mengenai

masing-masing kualitas kredit tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:71

1. Kredit Lancar, yaitu apabila memenuhi kriteria:

a. pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga tepat;

b. memiliki mutasi rekening yang aktif; atau

c. bagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai.

2. Kredit dalam Perhatian Khusus, yaitu apabila memenuhi kriteria:

a. terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang

belum melampaui 90 (sembilan puluh) hari; atau

b. kadang-kadang terjadi cerukan (Overdraft); atau

71

Hermansyah, Op.cit. hal.66

Page 94: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

94

c. mutasi rekening relatif rendah; atau

d. jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang

diperjanjikan; atau

e. didukung oleh pinjaman baru.

3. Kredit Kurang Lancar, yaitu apabila memenuhi kriteria:

a. terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang

telah melampaui 90 (sembilan puluh) hari; atau

b. sering terjadi cerukan(Overdraft); atau

c. frekuensi mutasi rekening relatif rendah; atau

d. terjadi pelanggaran kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90

(sembilan puluh) hari; atau

e. terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitor;

atau

f. dokumentasi pinjaman yang lemah.

4. Kredit yang Diragukan, yaitu apabila memenuhi kriteria:

a. terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang

telah melampaui 180 (seratus delapan puluh) hari; atau

b. sering terjadi cerukan (Overdraft) yang bersifat permanen;

atau

c. terjadi wanprestasi lebih dari180 (seratus delapan puluh)

hari; atau

d. terjadi kapitalisasi bunga, atau

Page 95: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

95

e. dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjanjian kredit

maupun peningkatan jaminan.

5. Kredit macet, yaitu apabila memenuhi kriteria:

a. terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang

telah melampaui 270 (dua ratus tujuh puluh) hari; atau

b. kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru; atau

c. dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat

dicairkan pada ni lai wajar.

Berdasarkan hasil penelitian pada Bank Rakyat Indonesia Cabang

Waingapu, Sumba Timur, NTT. Kasus Wanprestasi apabila Debitor telah

meninggal dunia yang menyebabkan kredit macet dalam Perjanjian Kredit

merupakan kasus yang jarang ditemui, ini dikarenakan masyarakat

Sumba Timur khususnya Waingapu apabila telah terjadi kredit macet

masyarakat akan berusaha menutupi hutang-hutangnya kepada bank

dengan cara apapun. 72

Siswanto Sutojo mengatakan bahwa kredit bermasalah dapat

timbul karena hal-hal yang terjadi pada pihak debitor, antara lain :73

1. Menurunnya kondisi usaha bisnis perusahaan yang disebabkan

merosotnya kondisi ekonomi umum dan/ atau bidang usaha

dimana mereka beroperasi.

72 Berdasarkan Hasil Wawancara dengan Nurhadi, Pimpinan Cabang PT. Bank

Rakyat Indonesia Cabang Waingapu, Sumba Timur, NTT. Tanggal 6 Maret 2013

73

Siswanto Sutojo, 2007, The Management of Commercial Bank, Cetakan

kesatu, Damar Mulia Pustaka, Jakarta. hal. 171-172

Page 96: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

96

2. Adanya salah urus dalam pengelolaan usaha bisnis

perusahaan, atau karena kurang berpengalaman dalam bidang

usaha yang mereka tangani.

3. Problem keluarga, misalnya perceraian, kematian, sakit yang

berkepanjangan, atau pemborosan dana oleh salah satu atau

beberapa orang anggota keluarga debitor.

4. Kegagalan debitor pada bidang usaha atau perusahaan mereka

yang lain.

5. Kesulitan likuiditas keuangan yang serius.

6. Munculnya kejadian di luar kekuasaan debitor, misalnya perang

dan bencana alam.

7. Watak buruk debitor (yang dari semula memang telah

merencanakan untuk tidak akan mengembalikan kredit).

Sedangkan dampak apabila terjadinya kredit macet dapat dilihat

dari dua pihak yaitu pihak kreditor dan pihak debitor. Keadaan ini

disebabkan karena pihak-pihak tersebut sama-sama menanggung akibat

dari terjadinya kredit macet ini, yaitu :74

1. Dampak Kredit Macet Bagi Nasabah Debitor.

Kredit macet merupakan perwujudan dari kemacetan kegiatan

usaha debitor. Oleh sebab itu maka dengan terjadinya kredit macet

ini berarti nasabah debitor yang bersangkutan sedang mengalami

kesulitan untuk memenuhi kewajiban kreditnya kepada bank.

74 Berdasarkan Hasil Wawancara dengan Nurhadi, Pimpinan Cabang PT. Bank

Rakyat Indonesia Cabang Waingapu, Sumba Timur, NTT. Tanggal 6 Maret 2013.

Page 97: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

97

Kesulitan yang dihadapi oleh nasabah debitor akan semakin terasa

berat karena ia masih harus menanggung beban bunga tertunggak

hingga semua kewajiban kreditnya tersebut dapat dilunasi.

Sementara itu dilain pihak, nasabah debitor tadi tidak memperoleh

hasil yang cukup atau bahkan tidak memperoleh hasil sama sekali

dari kegiatan usahanya. Dengan begitu, akan terasa sangat sulit

baginya untuk dapat memenuhi seluruh kewajibannya kepada

bank.

2. Dampak Kredit Macet Bagi Bank.

Kredit macet dalam jumlah yang besar tidak hanya sebagai

perwujudan dari kemacetan usaha debitor, akan tetapi juga

membawa pengaruh buruk bagi kinerja suatu bank. Hal ini

disebabkan karena kemampuan bank untuk mengumpulkan

pendapatan bunga yang berasal dari pemberian kredit semakin

berkurang. Dengan berkurangnya kemampuan bank untuk

mengumpulkan bunga kredit, berarti pendapatan bank juga

berkurang. Sementara di lain pihak, kewajiban bank membayar

bunga deposan akan terus meningkat dari hari ke hari. Jika

keadaan ini terjadi terus menerus maka bank akan mengalami

kerugian yang dapat memperburuk kondisi kesehatan usahanya.

Apabila kondisi kesehatan usaha bank tadi sudah sedemikian

buruknya dan dianggap dapat membahayakan dunia perbankan,

Bank Indonesia akan mencabut izin usaha bank tersebut.

Page 98: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

98

Kronologis kasus Wanprestasi apabila Debitor telah meninggal

dunia yang menyebabkan kredit macet pada Bank Rakyat Indonesia

Cabang Waingapu, Sumba Timur, NTT dalam Perjanjian Kredit.

Pada tanggal 16 september 2004, saudara AMA dan INA melaksanakan

perjanjian kredit dengan BRI, dengan jaminan tanah dan bagunan

permanen, setifikat hak milik no. 10 tgl 17-03-1999 terletak di Jl. Ikan Hiu,

Kelurahan Kambajawa, Kabupaten Sumba Timur dan Sertfikat Hak Milik

no 1812 tanggal 16-19-1996. kedua-duanya atas nama AMA. Plafond

Rp.70 jt, Surat Pengakuan Hutang (SPH) No.122-KC/XI/ADK/09/2004

tertanggal 16 September 2004. Selanjutnya bank melakukan 5 kali

Addendum,

1. Addendum I tertanggal 15 September 2005, dengan Plafond

dari 70 jt menjadi 100 jt dengan Akta Notaris No. 30, Tgl 15

September 2005,

2. Addendum II tertanggal 18 April 2006, dengan Plafond dari 100

jt menjadi 275 jt dengan Akta Notaris no.71, tgl 18 April 2006.

3. Addendum III tertanggal 11 Juli 2006, dengan Plafond dari 275

jt menjadi 375 jt dengan Akta Notaris no.59, tgl 11 Juli 2006.

4. Addendum III tertanggal 15 September 2006 , dengan Plafond

375 jt dengan Akta Notaris no.59, tgl 15 September 2006.

5. Addendum IV tertanggal 14 September 2007, dengan Plafond

375 jt dengan Akta Notaris no.17 A tgl 14 September 2007.

Page 99: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

99

6. Addendum V tertanggal 16 September 2008, dengan Plafond

375 jt menjadi 650jt dengan Akta Notaris no.53 tgl 16

September 2008.

Pada tanggal 15 Juli 2009 saudara Ama meninggal dunia dan

mempengaruhi perkembangan usaha sehingga mengakibatkan kredit

menjadi NPL (Non Performing Loan) atau tidak lancar dan Kolektibilitas

kredit tersebut sudah macet.

Tindakan pihak Bank Rakyat Indonesia Cabang Waingapu, Sumba

Timur, NTT dalam usaha menyelesaikan kasus diatas ialah dengan upaya

Penyelamatan Kredit secara damai yaitu penyelesaian atau pelunasan

kredit secara bertahap (angsuran) atau lunas sekaligus, berdasarkan

kesepakatan bersama antara debitor dan kreditor ini adalah upaya yang

dilakukan untuk melancarkan kembali kredit yang sudah tergolong dalam

kredit “tidak lancar”, “diragukan” atau bahkan telah tergolong dalam “kredit

macet” untuk kembali menjadi “kredit lancar” sehingga debitor kembali

mempunyai kemampuan untuk membayar kembali kepada bank segala

utangnya disertai dengan biaya dan bunga.

Dalam perjalanannya pihak Bank BRI telah bernegosiasi dan

berinisiyatif untuk melakukan upaya penyelamatan dengan Restrukturisasi

yaitu Merupakan upaya perbaikan yang dilakukan bank dalam kegiatan

Page 100: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

100

perkreditan terhadap debitor yang mengalami kesulitan untuk memenuhi

kewajibannya, yang dilakukan antara lain melalui :75

1. penurunan suku bunga kredit;

2. perpanjangan jangka waktu kredit;

3. pengurangan tunggakan bunga kredit;

4. pengurangan tunggakan pokok kredit;

5. penambahan fasilitas kredit;

6. konversi kredit menjadi penyertaan modal sementara.

Namun usaha dari bank tidak ditanggapi baik oleh ahli waris INA,

dengan alasan bahwa hutang tersebut adalah hutang dari Almarhum Ama

sudah dibayarkan oleh pihak Asuransi, sehingga ahli waris INA tidak

bersedia menandatangani Addendum perjanjian berikutnya

Dalam suatu perikatan utang piutang, pada prinsipnya utang

tersebut harus dilunasi oleh debitor dan apabila debitor kemudian

meninggal sebelum dilunasinya utang tersebut, maka utang tersebut

dapat diwariskan kepada ahli warisnya. Hal ini berdasarkan pada

ketentuan hukum perdata Pasal 833 Angka (1) KUHPerdata disebutkan

bahwa :

“Sekalian ahli waris dengan sendirinya karena hukum memperoleh

hak milik atas segala barang, segala hak dan segala piutang si

yang meninggal”.

75 Berdasarkan Hasil Wawancara dengan Komang Fery Hermawan, Acount

Officer PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Waingapu, Sumba Timur, NTT. Tanggal 7

Maret 2013.

Page 101: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

101

Pada asasnya yang beralih adalah seluruh kekayaan Pewaris,

semua hak-hak dan kewajiban-kewajiban Pewaris.

Sedangkan jika ahli waris tidak bersedia membayar hutangnya

pada bank, maka bank akan melakukan eksekusi barang jaminan dengan

cara di lelang.

Upaya penagihan telah dilakukan secara intensif baik dengan surat

peringatan 1 s/d 3, maupun penagihan secara langsung dan somasi dari

Pengadilan Negeri Waingapu dengan Surat Panggilan nomor.

75/SOM/PDT/2009/PN.WNP, Agar ia/mereka pada hari JUMAT tanggal

11 Desember 2009 jam 09.00 supaya datang menghadap Ketua

Pengadilan Negeri Waingapu guna diberi teguran oleh Ketua Pengadilan

Negeri Waingapu tersebut agar ia/mereka dalam waktu yang akan

ditetapkan oleh Ketua tersebut, memenuhi kewajibannya/melunasi

hutangnya pada BRI Cabang Waingapu sebesar Rp. 683.286.296,- (Enam

ratus delapan puluh tiga juta dua ratus delapan puluh enam ribu dua ratus

sembilan puluh enam rupiah) sesuai dengan permohonan Pemohon

somasi tertanggal 26 Nopember 2009. Namun tidak pernah mendapat

tanggapan positif untuk penyelesaian tunggakan dari ahli waris dan Sdr.

Ina selaku Istri almarhum.

Untuk penyelesaian pinjaman an. Almarhum Ama, Bank BRI

Waingapu menindak lanjuti dengan Lelang Hak Tanggungan melalui

Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Kupang (KPKLN) dengan

surat permohonan lelang No.B.1960-KC/XI/ADK/08/2010, tanggal 11

Page 102: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

102

Agustus 2010. Setelah ada Penetapan Jadwal Lelang dari Kantor

Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKLN) (Surat KPKNL

No.S.1155/WKN.14/KNL.0505/2010, tanggal 19 Oktober 2010), Bank BRI

menginformasikan rencana pelaksanaan Lelang Kepada Sdr. Ina (Istri

almarhum) sesuai surat Bank BRI No.R.43/KC-XI/ADK/10/2010, tanggal

22 Oktober 2010.

Hasil lelang tanggal 23 November 2010, terjual sebidang tanah

seluas 690 m2 SHM No.10 an. Ama, yang terletak di kelurahan

Kabanjawa Kec. Waingapu Kota Waingapu dengan harga Rp.60.100.000,-

sesuai salinan Risalah Lelang Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan

Lelang (KPKLN) No.162/2010. tanggal 23 November 2010.

Merasa tidak terima akan Pelelangan yang dilakukan oleh Bank

BRI, pada tanggal 14 Januari 2011 diwakili oleh pengacara Matius, SH

Berdasarkan surat kuasa khusus pada semua tingkat Peradilan tertanggal

11 Januari 2011 bertindak untuk dan atas nama Ahli Waris Ina, status istri

dari Ama (almarhum) yang selanjutnya disebut Penggugat. Dengan ini

datang dihadapan bapak Ketua Pengadilan Negeri Waingapu seraya

mengajukan Gugatan masalah kredit Bank terhadap :

PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Waingapu, Sumba Timur; sebagai

Tergugat.

Page 103: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

103

Adapun yang menjadi dasar Gugatan Penggugat ialah

1. Bahwa jika mengacu pada ketentuan dalam Pasal 9 Surat

Pengakuan Hutang (SPH) No. 122-KC/XI/ADK/09/2004 tertanggal

16 September 2004. Menyebutkan bahwa :

“Untuk kepentingan Bank, Bank dapat mempertanggungkan atau mengasuransikan kredit ini dan atau jiwa PENGAMBIL

KREDIT kepada Perusahaan Asuransi Jiwa yang ditunjuk oleh Bank atas beban PENGAMBIL KREDIT/BANK, dengan syarat-syarat asuransi yang berlaku”.

Jika sandainya benar suami Penggugat mengadakan perjanjian

kredit dengan Tergugat, maka berdasarkan ketentuan Pasal 9

Surat Pengakuan Hutang (SPH). Kredit tersebut seharusnya atau

setidak-tidaknya Tergugat menunjuk Perusahaan Asuransi Jiwa

untuk mempertanggungkan atau mengasuransikan kredit ini dan

atau jiwa Pengambil Kredit dalam hal ini suami Penggugat

(Almarhum Ama) sehingga jika Pengambil kredit meninggal dunia

seperti peristiwa yang dialami oleh suami Penggugat, maka Bank

tidak dirugikan dan atau sebaliknya ahli waris Pengambil Kredit

tidak dibebani untuk membayar hutang Pengambil Kredit.76

2. Bahwa sikap Tergugat yang melakukan pelelangan barang-barang

peninggalan almarhum Ama tanpa penyitaan terlebih dahulu adalah

sebagai tindakan perbuatan melawan hukum yang membawa

kerugian bagi Penggugat dan anak-anak Penggugat sebagai Ahli

76 Berdasarkan Hasil Wawancara dengan Ahli Waris Ina, Tanggal 19 Maret 2013

Page 104: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

104

Waris, oleh karena itu pelelangan tersebut patut dinyatakan cacat

hukum dan tidak mempunyai kekuatan hukum.

3. Bahwa sikap Tergugat yang tidak mematuhi isi ketentuan dalam

Pasal 9 Surat Pengakuan Hutang (SPH) No. 122-

KC/XI/ADK/09/2004 tertanggal 16 September 2004 adalah

perbuatan yang melawan hukum yang konsekuensi hukumnya

harus menjadi tanggung jawab Tergugat bukan sebaliknya, sebab

seharusnya atau setidak-tidaknya Tergugat harus sudah

memikirkan dan mempertimbangkan segala kemungkinan yang

akan terjadi sebagai bentuk kehati-hatian Tergugat sehingga Bank

tidak dirugikan dan juga sebaliknya Ahli Waris dari pengambil kredit

tidak dibuat menjadi sengsara sebab tujuan pemberian kredit

adalah untuk kelangsungan usaha demi kesejahteraan peminjam

kredit dan oknum-oknum yang berada dalam tanggungjawabnya

dalam hal ini Ahli Warisnya (Penggugat dan anak-anak

Penggugat).

4. Bahwa tindakan Tergugat tersebut selain sebagai perbuatan

melawan hukum juga sebagai sikap yang tidak berprikemanusiaan

dimana hanya memikirkan kepentingan Bank tanpa memikirkan

kepentingan Penggugat dan anak-anak Ama yang telah kehilangan

suami/ayah sebagai penopang kehidupan Penggugat dan anak-

anak penggugat, dan harus kehilangan harta benda untuk

pembayaran hutang yang sangat besar, sedangkan seandainya

Page 105: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

105

benar terjadinya perjanjian kredit antara Tergugat dengan suami

Penggugat, maka terjadinya kredit macet tersebut bukan hal yang

disengajakan, tetapi karena peristiwa diluar kemampuan suami

Penggugat, sebab dengan meninggalnya suami Penggugat

(almarhum Ama) maka dengan sendirinya usaha yang dijalankan

oleh suami Penggugat (almarhum Ama) tidak berjalan lagi dan

berdampak pada pembayaran kredit;

Berdasarkan hal-hal yang penggugat kemukakan di atas, maka

dengan ini penggugat mohon kepada Bapak Ketua/Majelis yang

memeriksa dan mengadili perkara ini untuk memerintahkan

pemanggilan terhadap para pihak yang berperkara pada hari siding

yang ditetapkan, dan setelah perkara ini diperiksa mohon putusan

yang Amarnya sebagai berikut:

I. DALAM PROVISI

- Memerintah pada Tergugat untuk menghentikan pelelangan

atas harta peninggalan suami penggugat selebihnya;

- Menyatakan putusan dalam provisi ini dapat dilaksanakan

terlebih dahulu meskipun ada bantahan, banding maupun

kasasi sampai diperolehnya putusan yang pas menurut

hukum mengenai pokok perkara;

Page 106: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

106

II. DALAM POKOK PERKARA

1. Mengabulkan gugatan penggugat untuk seluruhnya;

2. Menyatakan Tergugat melakukan perbuatan melawan

hukum dengan karena tidak melaksanakan ketentuan

dalam Pasal 9 Surat Perjanjian Kredit Nomor : 122-

KC/XI/ADK/09/2004 tertanggal 16 September 2004;

3. Membebaskan Penggugat dari segala tanggungjawab

sehubungan dengan Perjanjian Kredit yang cacat hukum

tersebut;

4. Menyatakan perbuatan Tergugat yang telah menjual

lelang sebidang tanah pekarangan seluas 756 m2

dengan sertifikat Hak Milik No.64 atas nama Ama

almarhum adalah cacat hukum dan tidak mempunyai

kekuatan hukum;

5. Menghukum Para Tergugat untuk menanggung segala

biaya yang timbul dalam perkara ini;

6. Menyatakan bahwa putusan dalam peradilan ini dapat

dijalankan terlebih dahulu walau ada bantahan, banding

ataupun kasasi;

dan atau jika pengadilan berpendapat lain mohon putusan yang

seadil-adilnya;

Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak Asuransi Ramayana

yang merupakan salah satu Partner BRI Cabang Waingapu Sumba Timur

Page 107: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

107

bahwa, Asuransi yang harus membayar pertanggungkan pada BRI akibat

dari kredit macet yang diakibatkan debitor meninggal dunia, itu bisa saja

dilakukan akan tetapi Almarhum Ama dalam hal ini tidak menjadi peserta

Asuransi dari kami, sehingga kami menolak untuk membayar pelunasan

sisa pinjaman kredit akibat meninggalnya debitor. Akan tetapi apabila

Almarhum Ama merupakan peserta asuransi dari kami, maka pihak

asuransi akan membayar sisa pinjaman sesuai dengan premi yang di

bayarkan oleh Almarhum Ama.77

Mendapat Gugatan dari pihak Debitor dalam hal ini Ina sebagai ahli

Waris, Pada Tanggal 15 April 2011 Pihak BRI mengajukan Jawaban atas

Gugatan Penggugat Tanggal 13 Januari 2011.78

Jawaban Dalam Esepsi yaitu

1. Bahwa Tergugat Menolak Dengan Tegas pernyataan Penggugat

dalam Gugatannya. Pada Pasal 9 Surat Pengakuan Hutang (SPH)

No.122-KC/XI/ADK/09/2004, tanggal 16 September 2004,

disebutkan bahwa:

“Untuk kepentingan Bank, Bank dapat mempertanggungkan atau

mengasuransikan kredit ini dan atau jiwa Pengambil Kredit kepada Perusahaan asuransi kredit dan perusahaan asuransi jiwa yang

ditunjuk oleh Bank atas beban Pengambil Kredit /Bank, dengan syarat-syarat asuransi yang berlaku”.

77 Berdasarkan Hasil Wawancara dengan Hadi Hariyanto, Bagian Tehnik untuk

Penerbitan Polis Asuransi PT. Asuransi Bringin Sejahtera Arta Makmur. Tanggal 22

Maret 2013.

78

Berdasarkan Hasil Wawancara dengan Nurhadi, Pimpinan Cabang PT. Bank

Rakyat Indonesia Cabang Waingapu, Sumba Timur, NTT. Tanggal 6 Maret 2013

Page 108: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

108

Sesuai dengan isi pasal tersebut disebutkan bahwa Bank

dapat mempertanggungkan atau mengasuransikan tetapi TIDAK

WAJIB (Dapat dipertanggungkan asuransi atas permintaan

peminjam dan biaya ditanggung peminjam).

2. Bahwa Fasilitas Kredit an. Almarhum Ama / Ina merupakan

Fasilitas Kredit Komersial yaitu kredit yang diberikan oleh

perbankan dengan persyaratan-persyaratan yang berlaku umun

atau yang berlaku di pasaran, sehingga penutupan asuransi hanya

untuk asuransi kerugian terhadap objek jaminan kredit dalam hal ini

Bangunan Rumah. Penutupan asuransi kerugian tersebut telah

dilakukan Bank BRI sesuai Pasal 8 Surat Pengakuan Hutang (SPH)

No.122-KC/XI/ADK/09/2004, tanggal 16 September 2004, yang

isinya:

“Pengambil Kredit wajib mempertanggungkan atau mengasuransikan atas beban sendiri dengan banker‟s clause untuk

dan atas nama Bank kepada perusahaan asuransi yang ditunjuk oleh bank, seluruh maupun sebagian barang-barang yang

dipergunakan sebagai jaminan dalam kredit ini baik yang telah ada maupun yang akan ada dikemudian hari minimal selama jangka waktu kredit dengan kemungkinan sewaktu waktu dapat

diperpanjang oleh pengambil kredit sebagaimana disebutkan dalam polis dan disimpan oleh Bank”.

3. Bahwa Tergugat juga menolak dengan tegas pernyataan

Penggugat, dengan demikian sebenarnya Gugatan a quo

merupakan gugatan yang tidak mempunyai alasan hukum yang

benar, apalagi secara semena-mena menuntut agar Tergugat

(khususnya) dinyatakan melakukan perbuatan melawan hukum;

Page 109: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

109

Bahwa berdasarkan Pasal 1365 KUHPerdata, untuk dapat

dinyatakan seseorang melakukan perbuatan melawan hukum,

maka haruslah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

a. Harus ada perbuatan;

b. Perbuatan itu harus melawan hukum;

c. Ada kerugian;

d. Ada hubungan sebab akibat antara perbuatan melawan

hukum itu dengan kerugian;

e. Ada kesalahan (schuld);

4. Bahwa untuk menjamin agar kredit tersebut dibayar tepat pada

waktunya, terhadap kredit tersebut almarhum suami Penggugat

dalam perkara a quo (almarhum Ama) telah bersedia secara

sukarela menyerahkan agunan kredit yang berupa sebidang tanah

seluas 690 m2 sesuai SHM No.10, sebidang tanah seluas 686 m2

sesuai Surat Hak Milik No.1812, , sebidang tanah pekarangan

seluas 525 m2 sesuai Surat Hak Milik No.336, sebidang tanah

pekarangan seluas 20.000 m2 sesuai Surat Hak Milik No.32,

sebidang tanah seluas 756 m2 sesuai Surat Hak Milik No.649,

kesemuanya atas nama Ama.

5. Bahwa atas penyerahan agunan tersebut, maka almarhum Ama

bersama isteri (Penggugat) dalam perkara a quo (Nyonya Ina)

menandatangani :

Page 110: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

110

a. Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) No.2/Kota

Waingapu/2005 tanggal 04 Januari 2005

b. Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) No.101/Kota

Waingapu/2006 tanggal 23 Mei 2006

c. Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) No.399/Kota

Waingapu/2005 tanggal 13 Nopember 2008

d. Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) No.3/Kota

Waingapu/2005 tanggal 04 Januari 2005

e. Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) No.102/Kota

Waingapu/2006 tanggal 23 Mei 2006

f. Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) No.402/Kota

Waingapu/2008 tanggal 13 Nopember 2008

g. Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) No.401/Kota

Waingapu/2008 tanggal 13 Nopember 2008

h. Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT)

No.109/Pandawai/2008 tanggal 23 Mei 2006

i. Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT)

No.400/Pandawai/2008 tanggal 13 Nopember 2008

j. Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) No.210/Kota

Waingapu/2006 tanggal 21 September 2006

k. Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) No.398/Kota

Waingapu/2008 tanggal 13 Nopember 2008.

Page 111: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

111

6. Bahwa selain upaya-upaya tersebut Tergugat sebelumnya juga

terus berupaya untuk menyelamatkan kredit, yang akan Tergugat

jelaskan sebagai berikut :

a. Surat Bank BRI No.B:2311-KC/XI/ADK/09/2009, tanggal

04/09/2009, surat tagihan Tunggakan Kredit an. Ama.

b. Surat Permohonan saudara tanggal, 02 Oktober 2009,

permohonan agar restrukturisasi Kredit.

c. Laporan Kunjungan Nasabah tanggal 05 Oktober 2009,

sebagai respon dari Pihak Bank untuk menindaklanjuti

permohonan saudara.

d. Berita Acara/ hasil kesepakatan negosiasi/ kesepakatan

untuk restrukturisasi kredit berupa keringanan

pembayaran bunga dan angsuran pokok.

e. Laporan Kunjungan Nasabah tanggal 23 Nopember

2009, pemberitahuan putusan Restrukturisasi Kredit.

f. Surat Penawaran Putusan Kredit (Restrukturisasi Kredit),

melalui Surat Bank BRI No.B:2984-KC/XI/ADK/11/2009,

tanggal 26/11/2009.

7. Bahwa beberapa kali Tergugat bertemu dengan Penggugat untuk

menyelesaikan kewajibannya, akan tetapi Tergugat selalu tidak

memenuhi.

Bahwa karena Penggugat tidak dapat memenuhi janji dan

kewajibannya, maka Tergugat mengirimkan :

Page 112: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

112

a. Surat Peringatan I kepada Penggugat nomor Surat Bank BRI

No.B:2966-KC/XI/ADK/11/2009, tanggal 23/11/2009,

b. Surat Peringatan II kepada Penggugat nomor Surat Bank

BRI No.B:3022-KC/XI/ADK/12/2009, tanggal 04/12/2009

dan,

c. Surat Peringatan III kepada Penggugat nomor Surat Bank

BRI No.B:464-KC/XI/ADK/12/2009, tanggal 16/12/2009.

8. Bahwa namun sampai dengan Surat Peringatan III, Penggugat

tetap tidak dapat menyelesaikan tunggakannya. Hal ini

membuktikan bahwa memang tidak ada itikad baik dari Penggugat

untuk menyelesaikan tunggakannya.

Pada Putusan Pengadilan Negeri Waingapu Nomor :

02/PDT.G/2011/PN.WNP, Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang

Maha Esa.

Pengadilan Waingapu yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara

Perdata Gugatan pada tingkat pertama menjatuhkan putusan sebagai

berikut :

1. Menimbang bahwa penggugat dalam surat gugatannya tertanggal

13 Januari 2011 mengajukan provisi agar Majelis Hakim

memerintahkan pihak tergugat untuk menghentikan pelelangan

atas harta peninggalan suami Tergugat.

2. Memimbang, bahwa terhadap eksepsi Tergugat, tentang Gugatan,

karena seharusnya Penggugat mengajukan perlawanan terhadap

Page 113: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

113

penghentian pelaksanaaan lelang oleh Tergugat, Penggugat dalam

gugatannya telah mengajukan tuntutan untuk menghentikan

pelaksanaan lelang kepada Tergugat, terhadap harta peninggalan

alm. Ama (suami Penggugat) yang berupa sebidang tanah 690 m2

sesuai SHM No.10, sebidang tanah seluas 686 m2 sesuai SHM

No.1812, , sebidang tanah pekarangan seluas 525 m2 sesuai SHM

No.336, sebidang tanah pekarangan seluas 20.000 m2 sesuai SHM

No.32, sebidang tanah seluas 756 m2 sesuai SHM No.649,

kesemuanya atas nama Ama, dalam hal ini menurut Majelis Hakim,

bahwa pelaksanaan lelang yang dilakukan oleh Tergugat terhadap

harta peninggalan milik alm. Ama sebagaimana dalam jawaban

Tergugat bahwa pelaksanaan pelelangan tersebut masih dalam

proses sehingga prosedur yang harus dilakukan oleh Penggugat

untuk menghentikan proses lelang tersebut adalah melakukan

perlawanan terhadap pelaksanaan lelang tersebut dan bukan

mengajukan Gugatan, sebagaimana dalam Yurisprudensi Putusan

MA.RI No.393,K/SIP/1975, berdasarkan pertimbangan tersebut,

eksepsi dari Tergugat beralasan hukum dan dapat diterima;

3. Menimbang, bahwa dari pertimbangan terhadap Eksepsi Tergugat

dan jawaban atas eksepsi dari Penggugat tersebut diatas, Majelis

hakim berkesimpulan bahwa eksepsi dari Tergugat tersebut

dinyatakan dapat diterima, oleh karena itu Gugatan Penggugat

haruslah dinyatakan tidak dapat diterima;

Page 114: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

114

4. Menimbang bahwa oleh karena Gugatan penggugat dinyatakan

tidak dapat diterima (Niet Onvankelijke Verklaard/ NO), maka

Penggugat haruslah dihukum untuk membayar biaya yang timbul

dalam perkara ini yang besarnya akan ditentukan dalam amar

putusan ini;

5. Menimbang bahwa oleh karena eksepsi Tergugat dapat diterima

maka Majelis Hakim tidak lagi mempertimbangkan pokok

perkaranya;

6. Menimbang bahwa oleh karena Gugatan Penggugat tidak dapat

diterima maka kepada Penggugat dibebankan untuk membayar

biaya perkara;

7. Mengingat akan pasal-pasal dari Undang-undang dan segala

peraturan yang bersangkutan dengan perkara i ni :

MENGADILI

DALAM PROVISI:

- Menolak Gugatan Provisi Penggugat untuk seluruhnya;

DALAM EKSEPSI:

- Menyatakan menerima Eksepsi (keberatan) Tergugat;

Dalam Pokok Perkara :

- Menyatakan Gugatan penggugat tidak dapat diterima (Niet

Onvankelijke Verklaard/ NO);

Page 115: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

115

- Menghukum Penggugat untuk membayar biaya dalam perkara ini

yang hingga kini ditaksir sebesar Rp. 911.000,- (Sembilan ratus

ribu sebelas ribu rupiah);

Demikianlah diputus dalam musyawarah Majelis hakim pengadilan

Negeri Waingapu pada hari : Rabu tanggal 20 Juli 2011 oleh kami : selaku

Ketua Majelis, dan didampingi oleh masing-masing Hakim Anggota,

putusan mana diucapkan pada hari : Selasa, tanggal 09 Agustus 2011

dalam persidangan yang terbuka untuk umum oleh Ketua Majelis tersebut

dengan didampingi Hakim-Hakim anggota tersebut dan dibantu Panitera

Pengganti Pengadilan Negeri Waingapu tersebut, dan dihadiri oleh kuasa

Penggugat dan kuasa Tergugat;

Berdasarkan kasus di atas perjanjian kredit jika dilihat dari

bentuknya, perjanjian kredit menggunakan bentuk perjanjian baku

(standard contract) dan dituangkan dalam bentuk formulir. Dalam

pemberian kredit didasarkan pada pririp 5 C, yakni : penilaian watak

(character), penilaian kemanpuan (capacity), penilaian terhadap modal,

penilaian terhadap anggunan (collateral), dan penilaian terhadap prospek

usaha nasabah debitor (condition of economy). Sedangkan proses

tahapan pemberian kredit meliputi : permohonan kredit, analisa kredit,

putusan kredit, realisasi kredit dan pembinaan kredit.

Penyebab terjadinya kredit macet pada kasus diatas adalah karena

debitor telah meninggal dunia dan ahli waris tidak mau membayar

utangnya. Dalam penyelesaian kredit macet yang diakibatkan debitor

Page 116: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

116

meninggal dunia, pihak bank akan terlebih dahulu melakukan

Restruturisasi pada kredit tersebut sehingga debitor dapat dengan mudah

membayar kreditnya kembali. Akan tetapi pada prosesnya terkadang ahli

waris tidak mau bertanggung jawab atas hutang dari debitor (almarhum)

dengan berbagai alasan walaupun ahli waris telah menerima warisan

yang ditinggalkannya, sehingga bank dalam hal ini akan memberi surat

peringatan pada ahli waris untuk segera menyelesaikan hutang-hutang

debitor dan apabila surat peringatan tidak ditanggapi atau sudah benar-

benar tidak punya itikad baik, maka jalan terakir yang diambil oleh bank

yaitu penyitaan jaminan atau eksekusi terhadap anggunan debitor.

Page 117: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

117

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan.

1. Pada dasarnya prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit

pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Waingapu, Sumba Timur,

NTT ialah berdasarkan kriteria prinsip 5 C yaitu : Character,

Capacity, Capital, Collateral, Condition of Economy.

Berdasarkan hasil penelitian, Prinsip kehati-hatian dalam

pemberian kredit pada Bank Rakyat Indonesia Cabang

Waingapu, Sumba Timur, NTT, di lihat dengan beberapa cara

yaitu pada saat : tahap permohonan kredit, tahap analisa kredit,

tahap putusan kredit, tahap realisasi kredit dan tahap

pembinaan kredit.

2. Upaya-upaya yang dilakukan oleh Bank Rakyat Indonesia

Cabang Waingapu, Sumba Timur, NTT dalam Penyelesaian

Hukum jika terjadi Wanprestasi apabila Debitor telah meninggal

dunia dalam Perjanjian ialah upaya restruturisasi yaitu

Merupakan upaya perbaikan yang dilakukan bank dalam

kegiatan perkreditan terhadap debitor yang mengalami kesulitan

untuk memenuhi kewajibannya, Upaya penagihan telah

dilakukan secara intensif baik dengan datang langsung pada

pihak debitor dalam hal ini ahli waris, dan melalui surat

Page 118: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

118

peringatan atau Somasi, upaya penyelesaian pinjaman dengan

Lelang Hak Tanggungan melalui Kantor Pelayanan Kekayaan

Negara dan Lelang merupan jalan terakir apabila debitor atau

ahli waris tidak mempunyai itikat baik.

B. Saran.

1. Bank dalam menjalankan kegiatan usahanya, termasuk

pemberian kredit terhadap nasabah debitor harus selalu

berpedoman dan menerapkan prinsip kehati-hatian atau prinsip

5 C sehingga dapat mengantisipasi terjadinya kredit macet.

2. Dalam menyelesaikan Hukum jika terjadi Wanprestasi apabila

Debitor telah meninggal dunia dalam Perjanjian sebaiknya

upaya-upaya yang dilakukan oleh Bank Rakyat Indonesia

Cabang Waingapu ialah pendekatan secara Personal atau

kekeluargaan dan apabila tidak dapat dilakukan maka jaminan

tersebut dilelang untuk menutupi kredit macet tersebut dan

apabila hasil lelang tersebut melebihi jumlah kredit yang dibayar

maka bank harus mengembalikan uang sisa dari lelang

tersebut.

Page 119: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

119

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Kadir Muhammad, 1992, Hukum Perikatan, Alumni, Bandung.

____________________, 1993, Hukum Perdata Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung.

Ahmadi Miru, 2007, Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak, PT Raja

Grafindo Persada, Jakarta.

__________, Sakka Pati, 2011.Hukum Perikatan, Penjelasan makna Pasal 1233 sampai 1456 bw, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Artadi I Ketut dan Rai Asmara Putra I Dewa Nyoman, 2010, Implementasi Ketentuan-Ketentuan Hukum Perjanjian kedalam Rancangan

Kontrak, Udayana University Press, Denpasar.

Bahsan M, 2010,Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, Penerbit PT RajaGrafindo, Jakarta.

Dahlan Siamat, 1993, Manajemen Bank Umum, Intermedia, Jakarta.

Djuhaendah Hasan, 1996, Lembaga Jaminan Kebendaan Bagi Tanah dan Benda Lain yang Melekat Pada Tanah Dalam Konsepsi Penerapan Azas PemisahanHorisontal, Penerbit PT. Citra Aditya Bhakti,

Bandung.

Effendi Perangin-angin, 2011, Hukum Waris, PT. Raja Grafindo, Jakarta.

Eman Suparman, 1985, Intisari Hukum Waris Indonesia, Armico,

Bandung.

Gatot Supramono. 1996. Perbankan dan Masalah Kredit Suatu Tinjauan Yuridis. Jakarta : Djambatan.

Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, 2000.Jaminan Fidusia. PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.

H.Salim, 2012, Perkembangan Teory dalam Ilmu Hukum, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Hartono Hadisoeprapto, 1984, Pokok-Pokok Hukum Jaminan, Yogjakarta:

Liberty.

Handri Raharjo, 2009, Hukum Perjanjian di Indonesia, Pustaka Yustisia, Yogyakarta.

Page 120: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

120

Hermansyah, 2011, Hukum Perbankan Nasional Indonesia Ditinjau Menurut Undang-Undang No 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan Sebagaimanas telah diubah dengan Undang-Undang No 10 Tahun

1998, Undang-Undang No 23 Tahun 1999 Jo Undang-Undang No 3 Tahun 2004 Tentang Bank Indonesia, Penerbit Kencana Prenada

Media Group, Jakarta.

Ibrahim F dan Nathaniela, 2009, 160 Contoh Surat Perjanjian (Kontrak), Generasi Cerdas, Jakarta Timur.

Idris Djakfar dan Taufik Yahya, 1995, Kompilasi Hukum Kewarisan Islam, PT.Dunia Pustaka Jaya, Jakarta

Irham Fahmi dan Yovi Lavianti Hadi, 2010. Pengantar Manajemen Perkreditan, Alfabeta Bandung.

Irma Devita Purnamasari, 2012, Kiat-kiat Cerdas, Mudah, dan Bijak

Memahami Masalah Hukum Waris , Mizan Pustaka, Bandung.

J. Satrio, 1992, Hukum Waris, Alumni Bandung.

Kartina Muljadi dan Gunawan Widjaja, 2010, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Kasmir, 2004, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta:Rajawali

Pers.

Yahya Harahap. M, 1992, Segi-Segi Hukum Perjanjian, PT. Alumni,

Bandung.

M.B.Ali dan T.Deli, 2000, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Ganeca Grafic, Bandung.

Mariam Darul Badrulzaman, 1991.Perjanjian Kredit Bank, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti.

______________________, 2001. Kompilasi Hukum Perikatan, (Bandung : PT Cira Aditya Bakti).

Mertokusumo Sudikno, 1985, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta.

Mgs. Edy Putra, 1989, Kredit Perbankan Suatu Tinjauan Yuridis,

Yogyakarta, Liberty.

Muchdarsyah Sinungan. 1993. Manajemen Dana Bank. Edisi Kedua. Jakarta : Bumi Aksara.

Page 121: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

121

Muhammad Djumhana, 2000,Hukum Perbankan di Indonesia, Penerbit PT Citra Adiya Bhakti, Bandung.

Munir Fuadi, 2001.Hukum Kontrak (dari sudut pandang hukum bisnis),

(Bandung: PT. Citra Aditya Bakti).

Peter Mahmud Marzuki, 2011, Penelitian Hukum, Kencana Prenada

Media Group, Jakarta.

R. Prodjodikoro, Wiryono, 1983, Hukum Warisan di Indonesia, (Bandung: Sumur Bandung).

Rachmadi Usman, 2001, Aspek-aspek Hukum Perbankan Di Indonesia, (Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama).

Salim H.S, 2009, Hukum Kontrak (Teory dan Tehnik Penyusunan Kontrak), Cetakan Keenam, Sinar Grafika, Jakarta.

Setiawan R, 1987. Pokok-Pokok Hukum Perikatan. Bandung : Bina Cipta.

Siswanto Sutojo, 2007, The Management of Commercial Bank, Cetakan kesatu, Damar Mulia Pustaka, Jakarta.

Subekti R, 2003, Pokok-pokok Hukum Perdata, PT. Intermasa, Jakarta.

________, 1992,Hukum Perjanjian, PT. Intermasa, Jakarta.

________, 1991. Jaminan-Jaminan untuk Pemberian Kredit menurut

Hukum Indonesia. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti.

________, R Tjitrosudibio, 2008. Kitab Undang-undang Hukum Perdata,

Undang-Undang Agraria dan Undang-Undang Perkawinan, PT Pradnya Paramita, Jakarta.

Surini Ahlan Sjarif dan Nurul Elmiyah, 2010, Hukum Kewarisan Perdata Barat, Pewarisan Menurut Undang-undang, Kencana Renada Media Group, Jakarta.

Sutarno, 2004, Jaminan Aspek-Aspek Hukum Perkreditan Pada Bank, Bandung: Alfabeta.

Soerjono Soekanto, 1984, Pengantar Penelitian Hukum, Penerbit UI

Press, Jakarta.

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Page 122: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

122

Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.

Page 123: PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT MACET AKIBAT …

123

DAFTAR INFORMAN

1. Nama : Nurhadi

Umur : 40 Tahun.

Jabatan/ Pekerjaan : Pimpinan Cabang Bank Rakyat Indonesia

Cabang Waingapu.

Alamat : Jalan A.Yani No.36 Waingapu, Sumba Timur.

2. Nama : Komang Fery Hermawan

Umur : 28 Tahun.

Jabatan/ Pekerjaan : Acount Officer (AO) Bank Rakyat Indonesia

Cabang Waingapu.

Alamat : Jalan A.Yani No.36 Waingapu, Sumba Timur.

3. Nama : INA

Umur : 37 TAhun.

Jabatan/ Pekerjaan : Wiraswasta.

Alamat : Jalan Ikan Hiu, Kelurahan Kambajawa,

Sumba Timur.

4. Nama : Hadi Hariyanto

Umur : 38 Tahun.

Jabatan/ Pekerjaan : Bagian Tehnik untuk Penerbitan Polis

Asuransi PT. Asuransi Bringin Sejahtera Arta

Makmur.

Alamat : Jalan Diponegoro No. 129, Denpasar.