PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

137
PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA PT. BANK SYARIAH MANDIRI KANTOR CABANG PEMBANTU GRAHA HELVETIA, MEDAN) Disusun Oleh: 090907051 WISNU RAYHAN ADHITYA DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI BISNIS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013 Universitas Sumatera Utara

Transcript of PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

Page 1: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET

(STUDI PADA PT. BANK SYARIAH MANDIRI KANTOR CABANG PEMBANTU GRAHA HELVETIA, MEDAN)

Disusun Oleh:

090907051

WISNU RAYHAN ADHITYA

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI BISNIS

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2013

Universitas Sumatera Utara

Page 2: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NIAGA/BISNIS

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan oleh :

Nama : Wisnu Rayhan Adhitya

NIM : 090907051

Departemen : Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis

Judul : PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT

MACET (STUDI PADA PT. BANK SYARIAH

MANDIRI KANTOR CABANG PEMBANTU

GRAHA HELVETIA, MEDAN)

Medan, Juli 2013

Pembimbing Ketua Departemen

Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis Anggiasari Lubis SE. M.Si NIP. 196805251992031002

Prof. Dr. Marlon Sihombing M.a

Dekan FISIP USU

NIP.196805251992031002 Prof. Dr. Badaruddin, M.Si

Universitas Sumatera Utara

Page 3: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAUKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMI ADMINISTRASI NEGARA

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan panitia penguji

Skripsi Departemen Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara

Oleh :

Nama : Wisnu Rayhan Adhitya

NIM : 090907051

Departemen : Ilmu Administrasi Bisnis

Judul : Pelaksanaan Penyelesaian Kredit Macet (Studi Pada PT. Bank

Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Graha Helvetia,

Medan)

Yang dilaksanakan pada,

Hari/Tanggal :

Pukul :

Tempat :

TIM PENGUJI

Ketua Penguji : Prof. Dr Marlon Sihombing M.a ( )

Penguji I : Muhammad Arifin Nasution S.Sos M.Sp ( )

Penguji II : Anggia Sari Lubis S.E M.Si ( )

Universitas Sumatera Utara

Page 4: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas segala

limpahan nikmat dan karunia-Nya penulis dapat menyeleasikan karya ilmiah yang

berjudul “Pelaksanaan Penyelesaian Kredit Macet (Studi Pada Bank Syariah

Mandiri Kantor Cabang Pembantu Graha Helvetia, Medan)”.

Karya ilmiah ini merupakan laporan yang diperlukan untuk melengkapi

persyaratan melengkapi gelar sarjana serta sebagai wahana untuk melatih diri dan

mengembangkan wawasan berfikir dalam penulisan karya ilmiah.

Penulis mengakui bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman

penulis dalam penelitian, pengumpulan literature, maupun penulisan karya ilmiah.

Namun berkat bimbingan dan arahan semua pihak, kesulitan yang ada dapat

diatasi dan karya ilmiah inipun dapat diselesaikan .

Untuk itu penulis ingin mengucapkan terimakaih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M. Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Rudi Purwanto, selaku Kepala Cabang Bank Syariah Mandiri

Kantor Cabang Pembantu Graha Helvetia, Medan yang telah memberikan

izin kepada penulis untk melakukan penelitian Skripsi.

3. Bapak Prof. Dr. Marlon Sihombing M.a, selaku Ketua Departemen Ilmu

Administrasi Niaga/Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Universitas Sumatera Utara dan sebagai dosen penguji yang memberikan

masukan kepada penulis.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

4. Bapak Muhammad Arifin Nasution S.Sos M.Sp, selaku Sekretaris

Departemen Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara dan sekaligus sebagai dosen

penguji yang telah memberikan masukan, saran dan mengarahkan penulis

dalam proses penyelesaian Skripsi ini.

5. Ibu Anggia Sari Lubis SE. M.Si, selaku dosen pembimbing penulis yang

telah memberikan arahan dan membimbing penulis serta meluangkan

waktu dan tempat untuk penulis dalam penulisan tugas akhir ini .

6. Ibu Siswati Saragih S.Sos. M.Sp, selaku dosen wali yang telah

menggantikan dosen penguji utama yang berhalangan hadir dalam

pelaksanaan seminar proposal penulis.

7. Untuk dosen-dosen Departemen Ilmu Administrari Niaga/Bisnis yang

telah berperan besar dalam membimbing dan berbagi ilmu pendidikan

yang telah penulis dapat dari awal hingga akhir.

8. Untuk Abang Ahmad Farid SH yang telah membantu penulis dalam

urusan surat menyurat hingga akhirnya Skripsi ini selesai dan juga kepada

seluruh Pegawai Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Universitas Sumatera Utara.

9. Untuk Karyawan Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Graha

Helvetia, Medan. Abang Galih Pribadi, Abang M. Ayatullah Zulfi,

Kakak Kiki Handayani dan Kakak Nurjannah yang telah membantu

Penulis ketika melakukan penelitian dan wawancara yang telah

meluangkan waktu dan tempatnya.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

10. Untuk paling teristimewa ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada kedua orang tua. Drs. Sriadhi ST. M.Pd. M.Kom (Papa) dan Dra.

Asnah (Mama) yang telah memberikan kasih sayang dan banyak memberi

pelajaran dan juga memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

Tiada kata-kata yang bisa mengungkapkan betapa besar rasa terima kasih

yang ananda sampaikan.

11. Untuk Adinda Tiara Reiza Adhitya selaku Adik Perempuan Penulis, dan

yang paling terutama adalah untuk Adinda Rifqi Fachreza Adhitya

selaku Adik Laki-laki paling teristimewa untuk penulis yang memberikan

motivasi dan semangat dalam menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini

12. Untuk semua Sahabat Administrasi Niaga/Bisnis 2009. Terimakasih

untuk kesempatan pernah melangkah bersama dan satu pemikiran. Satu

pembelajaran bahwa sahabat bukanlah kawan apalagi lawan, tapi satu hal

yang membuat langkah ini benar-benar akan sangat merindukan

keberadaan kalian.

13. Untuk Kelompok Magang PT. Telkom Indonesia. Terimakasih untuk

kebersamaan dan berbagi semangatnya dalam pelaksanaan magang yang

penuh cobaan, kesabaran dan tanpa menyerah untuk mencapai yang

terbaik.

14. Untuk Administrasi Niaga/Bisnis 2010, 2011, dan 2012. Terimakasih

untuk semua kebersamaan, pengalaman dan klasiknya sebuah kisah selama

duduk dan berbagi pengalaman bersama di kampus tercinta ini.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

15. Untuk abang dan kakak senior di Adminsitrasi Negara. Terimakasih untuk

bimbingan dan pengalamannya. Sukses buat semua karier dan masa

depannya.

Medan, Juli 2013

Penulis

Wisnu Rayhan Adhitya

Universitas Sumatera Utara

Page 8: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ i DAFTAR ISI ............................................................................................................... v DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. viii DAFTAR TABEL ...................................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. x ABSTRAK .................................................................................................................. xi BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1

1.2. Rumusan Masalah ......................................................................... 8

1.3. Batasan Masalah............................................................................ 9

1.4. Tujuan Penelitian .......................................................................... 9

1.5. Manfaat Penelitian ........................................................................ 10

BAB II. KERANGKA TEORI

2.1. Bank .............................................................................................. 11

2.1.1. Pengertian Bank .................................................................. 11

2.1.2. Pengertian Bank Syariah ..................................................... 12

2.1.3. Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional ........ 13

2.1.4. Sejarah Bank Syariah .......................................................... 14

2.2. Kredit .......................................................................................... 16

2.2.1. Pengertian Kredit ................................................................ 16

2.2.2. Unsur-unsur Kredit.............................................................. 18

2.2.3. Pihak-pihak dalam Kredit ................................................... 22

2.2.4. Jenis Kredit ......................................................................... 24

2.2.5. Dasar-dasar Pemberian Kredit ............................................ 27

2.2.6. Produk Kredit Bank Syariah ............................................... 32

Universitas Sumatera Utara

Page 9: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

2.2.7. Proses Pemberian Kredit Bank ........................................... 37

2.2.8. Fungsi dan Manfaat Kredit ................................................. 41

2.2.9. Jaminan Kredit .................................................................... 46

2.2.10. Kredit Macet ...................................................................... 49

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1. Bentuk Penelitian .......................................................................... 58

3.2. Lokasi Penelitian ........................................................................... 57

3.3. Sumber Data/Informan Penelitian ................................................. 56

3.4. Definisi Konsep ............................................................................. 60

3.5. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 62

3.6. Metode Analisa Data ..................................................................... 64

3.7. Metode Penyajian Data ................................................................. 63

BAB IV. HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian .......................................................... 65

4.1.1. Sejarah Perusahaan .............................................................. 65

4.1.2. Logo Instansi ....................................................................... 69

4.1.3. Visi dan Misi Perusahaan .................................................... 69

4.1.4. Nilai Operasional Perusahaan ............................................. 70

4.1.5. Struktur Organisasi Perusahaan ........................................... 71

4.1.6. Job Description ................................................................... 72

4.1.6.1. Kepala Cabang ........................................................ 72

4.1.6.2. Marketing ................................................................ 73

4.1.6.3. Operational Officer ................................................. 74

4.1.6.3.1. Customer Service ................................... 74

Universitas Sumatera Utara

Page 10: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

4.1.6.3.2. Teller ...................................................... 75

4.1.6.4. Back Officer ............................................................ 77

4.1.6.4.1. Office Boy .............................................. 77

4.1.6.4.2. Security .................................................. 78

4.2. Penyajian Data ............................................................................... 79

4.2.1. Sumber Data Primer ............................................................ 81

4.2.2. Hasil Wawancara ................................................................. 81

4.2.3. Bapak Rudi Purwanto Kepala Cabang ................................ 81

4.2.4. Bapak Galih Pribadi Marketing ........................................... 85

4.2.5. Bapak M. Ayatullah Zufri Marketing .................................. 89

4.2.6. Ibu Kiki Handayani Marketing ............................................ 92

4.3. Analisa Data .................................................................................. 99

4.2.1. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Kredit Macet ............... 99

4.3.2. Penyelesaian yang dilakukan Bank dalam Mengatasi

Kredit Macet ....................................................................... 107

4.3.3. Kesulitan dan Hambatan yang dihadapi Bank dalam

Mengatasi Kredit Macet ...................................................... 116

BAB IV. PENUTUP

5.1. Kesimpulan .................................................................................... 119

5.1. Saran .............................................................................................. 120

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................

Universitas Sumatera Utara

Page 11: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.

Dana dan Penyaluran Jasa Bank Syariah ..................................................................... 14

Gambar 2.

Unsur-Unsur Kredit ...................................................................................................... 21

Gambar 3.

Logo Instansi ................................................................................................................ 70

Gambar 4.

Struktur Organisasi Perusahaan ................................................................................... 72

Universitas Sumatera Utara

Page 12: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

DAFTAR TABEL

Tabel 1.

Perbedaan Antara Bank Syariah dengan Bank Konvensional ..................................... 14

Tabel 2.

Karakteristik Informan Penelitian ................................................................................ 81

Tabel 3.

Data Permohonan Kredit .............................................................................................. 84

Tabel 4.

Data Kredit Macet ........................................................................................................ 101

Tabel 5.

Data Penyelesaian Kredit Macet .................................................................................. 115

Universitas Sumatera Utara

Page 13: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Surat Pengajuan Judul Skripsi ......................................................................................

Lampiran 2

Surat Permohonan Pengajuan Judul Skripsi ................................................................

Lampiran 3

Surat Penugasan Membimbing Skripsi ........................................................................

Lampiran 4

Daftar Hadir Peserta Seminar Proposal........................................................................

Lampiran 5

Berita Acara Seminar Proposal ....................................................................................

Lampiran 6

Kartu Kendali Bimbingan Skripsi ................................................................................

Lampiran 7

Surat Persetujuan Riset Mahasiswa .............................................................................

Lampiran 8

Surat Pemberitahuan Selesai Riset Mahasiswa ............................................................

Lampiran 9

Daftar Pertanyaan Wawancara Penelitian ....................................................................

Lampiran 10

Foto Kegiatan Riset Penelitian .....................................................................................

Universitas Sumatera Utara

Page 14: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

ABSTRAK

PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (Studi pada PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Graha Helvetia,

Medan)

Nama : Wisnu Rayhan Adhitya NIM : 090907051 Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen : Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis Pembimbing : Anggia Sari Lubis SE. MS.i Perbankan bekerja untuk membantu dan mendorong kegiatan ekonomi. Karena itu, bank digunakan untuk memberi kemudahan dalam pelayanan akan jasa-jasa bagi para nasabah. Perkembangan dunia perbankan merupakan bagian utama dari sisi keuangan, tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pemerintah dalam menggalakkan sistem perkreditan bagi masyarakat. Melalui bank nasabah dapat memperoleh kredit atau pinjaman uang untuk kegiatan operasi usaha kecil dan menengah atau investasi yang dijalankan. Dalam praktek perbankan salah satu masalah yang pasti ditemui dan harus dihadapi adalah masalah kredit macet, di mana debitur tidak dapat mengembalikan kredit tepat pada waktunya sehingga hal tersebut menyebabkan kesulitan terhadap pihak bank sebagai kreditur yang berupa kesulitan menyangkut tingkat kesehatan bank tersebut.

Setiap bank yang pernah atau sedang beroperasi, pasti pernah mengalami permasalahan kredit. Demikian juga dengan PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Graha Helvetia, Medan. Dalam skripsi ini dibahas mengenai permasalahan yaitu Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kredit macet, kemudian Penyelesaian Kredit Macet pada PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pemabntu Graha Helvetia, Medan dan kesulitan serta hambatan dalam mengatasi kredit macet tersebut.

Dalam penulisan skripsi ini, metode yang digunakan adalah kulitatif deskriptif dengan studi eksplorasi. Kemudian penelitian dilakukan berdasarkan penelitian di lapangan, dimana penelitian dilakukan secara langsung ke lapangan dengan mendatangi objek penelitian untuk melakukan pengamatan dan wawancara terhadap karyawan PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Graha Helvetia, Medan untuk mendapatkan data-data, informasi dan keterangan-keterangan yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini. Hasil penelitian menemukan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kredit macet bukan hanya terdapat pada diri nasabah sebagai debitur yang meminjam kredit, tetapi juga terdapat pada kesalahan dari kreditur yaitu pihak bank yang telah memberikan kredit tersebut kepada nasabah sehingga munculnya kasus kredit macet. Kemudian Penyelesaian yang dilakukan oleh bank dalam mengatasi kredit macet nya dengan memulai cara pendekatan yang baik kepada setiap nasabah yang mengalami masalah dalam pengembalian kreditnya Kata Kunci (Key Words) : Kredit Macet

Universitas Sumatera Utara

Page 15: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan ekonomi suatu negara menjadikan perbankan sebagai

lembaga yang sangat dibutuhkan. Bagi negara maju yang sudah kuat pun bank

sangat berperan dalam perkembangan ekonomi negaranya. Hal ini disebabkan

karena didalam mengisi kebutuhan pembangunan, bank memiliki fungsi vital

dalam mendukung perekonomian. Salah satu produk bank yang memiliki peran

penting dalam pengembangan dan pembangunan sector ekonomi adalah kredit.

Perbankan bekerja untuk membantu dan mendorong kegiatan ekonomi.

Karena itu, pihak bank diminta untuk memberi kemudahan dalam pelayanan akan

jasa-jasa bagi para debitur. Perkembangan dunia perbankan merupakan bagian

utama dari sisi keuangan, tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pemerintah dalam

menggalakkan sistem perkreditan bagi masyarakat. Jasa yang diberikan bank

adalah jasa lalu lintas peredaran uang. Melalui bank kita dapat memperoleh kredit

atau pinjaman uang untuk kegiatan operasi usaha kecil dan menengah yang

dijalankan.

Kredit adalah bentuk pinjaman yang diberikan baik berupa uang ataupun

barang oleh kreditur kepada debitur. Perbankan sebagai salah satu sektor ekonomi

merupakan lembaga keuangan yang sangat penting dalam membantu dunia usaha

kecil dan menengah. Hal ini terutama disebabkan oleh peranan uang yang sangat

berhubungan sekali dengan dunia perbankan. Pemberian kredit merupakan salah

Universitas Sumatera Utara

Page 16: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

satu tugas pokok perbankan, di mana bank menyalurkan dana yang diperoleh dari

masyarakat.

Perkembangan dunia bisnis saat ini terlihat semakin maju

perkembangannya di setiap negara. Hal ini tentu sangat membantu bagi para

pelaku bisnis, oleh sebab itu pemerintah perlu melakukan perubahan-perubahan

strategi agar dapat meningkatkan perkembangan dunia bisnis di negara tersebut.

Peran dari bank akan sangat penting dan sangat membantu dalam kelancaran

operasional usaha kecil dan menengah, sehingga para pengusaha atau penerima

kredit dapat mengembangkan usahanya.

Bank yang dikelola pemerintah oleh badan usaha milik Negara dan bank

yang dikelola pihak swasta juga mengambil bagian dalam pemberian kredit pada

usaha kecil dan menengah ataupun masyarakat. Peranan bank sangat penting

untuk menunjang kelancaran usaha kecil dan menengah atau pihak yang

memerlukan. Semakin tinggi tingkat pelayanan pemberian kredit yang dilakukan

oleh bank, maka semakin lancar pula prosedur pemberian kredit dan semakin

cepat pula terpenuhinya kebutuhan dana yang diperlukanoleh usaha kecil dan

menengah ataupun masyarakat.

Pada dasarnya pemberian kredit dapat diberikan oleh siapa saja yang

memiliki kemampuan untuk melalui perjanjian utang piutang antara pemberi

utang (kreditur) disatu pihak dan penerima pinjaman (debitur) dilain pihak.

Setelah perjanjian tersebut disepakati, maka lahirlah kewajiban pada diri kreditur

untuk menyerahkan uang yang diperjanjikan kepada debitur, dengan hak untuk

menerima kembali uang itu dari debitur pada waktunya, disertai dengan bunga

Universitas Sumatera Utara

Page 17: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

yang disepakati oleh para pihak pada saat perjanjian pemberian kredit terebut

disetujui oleh para pihak. Hak dan kewajiban debitur adalah bertimbal balik

dengan hak dan kewajiban kreditur.

Dalam praktek perbankan salah satu masalah yang pasti ditemui dan harus

dihadapi adalah masalah kredit macet, di mana debitur tidak dapat

mengembalikan kredit tepat pada waktunya sehingga hal tersebut menyebabkan

kesulitan terhadap pihak bank sebagai kreditur yaitu berupa kesulitan terutama

yang menyangkut tingkat kesehatan bank tersebut. Fenomena kredit macet yang

sering terjadi adalah nasabah yang menyalahgunakan kredit yang diterima dari

pihak bank untuk kepentingan memperkaya diri sendiri, bukan untuk modal kerja,

investasi maupun membeli aset. Ketika jatuh tempo pembayaran kredit sudah

datang maka nasabah ini akan kebingungan mencari cara untuk membayar kredit

tersebut kepada bank. Disinilah terjadi penunggakan pembayaran kredit yang

menyebabkan kredit macet bagi perusahaan bank yang memberikan kredit.

Sejarah kredit yang macet tidak dapat dihapus, juga merupakan kendala utama

untuk mendapatkan pinjaman pribadi. Alasan pinjaman pribadi untuk orang-orang

yang memiliki catatan sejarah dalam kredit macet di satu bank sulit untuk didapat

kembali pada bank lainnya.

Dari uraian diatas, maka salah satu bentuk bank yang akan di bahas oleh

penulis dalam penyusunan tugas akhir ini adalah PT Bank Syariah Mandiri Kantor

Cabang Pembantu Graha Helvetia Medan. Bagi PT Bank Syariah Mandiri Kantor

Cabang Pembantu Graha Helvetia Medan pemberian kredit merupakan salah satu

bentuk penanaman modal sehingga dapat meningkatkan kualitas bank, dan

pemberian kredit juga merupakan suatu penilaian yang tertuju kepada kualitas dari

Universitas Sumatera Utara

Page 18: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

pinjaman yang diberikan PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu

Graha Helvetia Medan sebagai salah satu bank yang diharapkan dapat memenuhi

kebutuhan pelayanan-pelayanan jasa perbankan bagi masyarakat. Namun dalam

realisasinya kredit yang disalurkan oleh bank belum tentu berjalan lancar karena

tidak semua nasabah mampu mengembalikan kredit pada bank dikarenakan

berbagai macam masalah yang dihadapi sehingga terjadi masalah kredit macet

yang merugikan pihak bank sebagai kreditur.

Hasil penelitian tentang kredit macet antara lain pernah dilakukan oleh

peneliti sebelumnya, diantaranya adalah:

1. Zaenal Fanani, 2010 dalam Skripsi yang berjudul ‘Strategi Penanganan

Kredit Macet terhadap Usaha pada PT BPR Tunas Artha Jaya Pare

Kediri’.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan serta hasil analisis pada

penelitian ini maka strategi yang telah ditempuh dalam upaya penanganan

kredit macet guna kelangsungan hidup BPR adalah :

1) Manajemen puncak memberikan memberikan peluang bagi mereka

yang berpresttasi terutama berkaitan dengan kredit macet.

2) Pimpinan selalu mengikut sertakan karyawan untuk ikut

menentukan dan memikirkan solusi apa yang nantinya diambil jika

terjadi kondisi hutang yang tidak dapat dibayar.

3) Menambah sarana dan prasarana sesuai kemajuan tehnologi

4) Perlu dilaksanakan pelatihan guna memperkecil tingkat

ketergantungan

Universitas Sumatera Utara

Page 19: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

5) Peningkatan penghargaan bagi karyawan berprestasi

6) Peningkatan pembinaan yang lebih intensif

7) Perlu adanya ekstra kerja yang lebih prima

8) Peningkatan kualitas karyawan guna mengatasi sikap masyarakat

yang tidak membayar

9) Meningkatkan sikap kehati-hatian dalam melakukan persetujuan

atas kredit yang diajukan

10) Meningkatkan koordinasi antar karyawan

11) Meningkatkan pembinaan guna mengurangi tingkat kemacetan

kredit.

12) Meningkatkan kepercayaan terhadap masyarakat.

2. Nandasari Ikhwana, 2009 dalam Tesis yang berjudul ‘Penyelesaian Kredit

Macet dengan Hak Tanggungan pada PT Bank Pembangunan daerah

Sumatera Selatan di Palembang’.

Menyatakan bahwa Apabila kredit yang diberikan mengalami kemacetan,

maka langkah yang dilakukan untuk penyelamatan kredit tersebut

beragam, hal ini karena akan dilihat terlebih dahulu penyebab terjadinya

kredit macet tersebut, apabila memang masih dapat di selamatkan maka

dilakukan dengan cara restrukturisasi kredit, tetapi apabila kredit tersebut

sudah tidak dapat diselamatkan kembali maka tindakan terakhir yang

dilakukan oleh bank adalah melakukan eksekusi terhadap jaminan kredit

yang telah dijaminkan oleh nasabah.

Universitas Sumatera Utara

Page 20: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

3. Sudiman Sidabuke, 2012 dalam Jurnal yang berjudul ‘Kredit Macet dan

Novasi Subjektif Pasif’.

Penyelesaian kredit macet yang telah diambil oleh Kantor Pelayanan

Piutang dan Lelang Negara (KP2LN), membawa implikasi tugas dan

tanggung jawab kreditor (bank) dalam hubungan perjanjian kredit telah

berakhir. Pada kondisi ini, masih dimungkinkan penyelesaian pembayaran

dengan mekanisme novasi, yakni dengan pembaharuan utang (peralihan

debitor).

4. Hastoni dan Andi Nugraha, 2006 dalam Jurnal yang berjudul ‘Penerapan

Sistem Pengendalian Intern dalam meminimalkan Kredit Macet, Studi

Kasus pada PT Sinar Sosro Kp Sawangan’.

Prosedur dan sistem pengendalian penjualan kredit yang telah dilakukan

pada PT Sinar Sosro Kp Sawangan jika dilihat dari perbandingan analisa

umur piutang selama tiga semester terdahulu yang mana mengalami

kemajuan yang signifikan. Maka menunjukkan system pengendalian yang

dilakukan tersebut sudah cukup baik. Untuk memperkuat pengendalian

intern penjualan kredit tersebut, pihak perusahaan melakukan suatu

metode berkesinambungan agar tidak terjadi piutang macet.

Metode tersebut antara lain sebagai berikut:

a. Melakukan penyaringan pelanggan

b. Penentuan/penaksiran resiko kredit

c. Ketetapan dan ketentuan dalam menghadapi pelanggan yang

melakukan tunggakan(penunggak)

Universitas Sumatera Utara

Page 21: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

d. Aktivitas pengendalian

e. Pelaksanaan administrasi yang berhubungan dengan penarikan kredit

5. Joko Saptono, 2008 dalam Skripsi yang berjudul ‘Standar Operasional

Prosedur Pengajuan Kredit dan Sistem Pengawasan Intern untuk

mencegah Kredit Macet pada PT Bank Tabungan Negara cabang Malang’.

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa pelaksanaan Standar

Operasional Prosedur Kredit di PT Bank Tabungan Negara (Persero)

Cabang Malang dapat memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk

mengajukan permohonan kredit serta memberikan kemudahan pihak bank

untuk mengontrol atau mengawasi kredit yang telah tersalurkan kepada

nasabah. Adapun penerapan pengawasan kredit dengan cara pemeriksaan

data dokumen calon nasabah dengan teliti dan cermat serta pengawasan

secara langsung ketempat nasabah bekerja. Sedangkan untuk pencegahan

kredit macet PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Malang

menerapkan kebijakan yaitu penetapan kebijakan dan prosedur manajemen

risiko kredit, penentuan limit-limit risiko kredit yang bisa ditolerir oleh

bank, identifikasi risiko kredit, pengukuran risiko kredit sehingga

diperoleh kebutuhan modal untuk menyerap risiko yang ada, pemantauan

dan pengendalian risiko kredit.

Permasalahan aktual yang dihadapi PT Bank Syariah Mandiri yaitu dalam

memasarkan kredit. Kinerja perusahaan dinilai berdasarkan pencapaian realisasi

terhadap target kredit yang telah ditetapkan sebelumnya. Apabila target tidak

tercapai, permasalahan aktual ini lah yang masih menjadi pekerjaan rumah bagi

bank syariah mandiri dalam sehari-seharinya. Penilaian kinerja tersebut

Universitas Sumatera Utara

Page 22: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

merupakan bagian dari kegiatan evaluasi kinerja yang selalu dilakukan pada akhir

triwulan atau setiap tiga bulan sekali. Sesuaikah kredit yang diberikan kepada

nasabah, dan bagaimana laporan pengembalian dana kredit yang diberikan

tersebut lancar tidaknya atau malah menyebabkan masalah yang menjadi kredit

macet. Hal ini dapat dijadikan informasi sebagai perbaikan periode berikutnya

selama kegiatan operasional PT Bank Syariah Mandiri.

Disini pastinya pihak bank memiliki kebijakan untuk mengantisipasi dan

mengatasi masalah terjadinya kredit macet yang selalu di hadapi. Sehingga

penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian dengan judul “Pelaksanaan

Penyelesaian Kredit Macet pada PT Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang

Pembantu Graha Helvetia, Medan”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa sajakah faktor-faktor yang menyebabkan kredit macet pada Bank

Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Graha Helvetia Medan?

2. Bagaimana cara penyelesaian bank terhadap masalah kredit macet di Bank

Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Graha Helvetia Medan?

3. Hambatan-hambatan apakah yang ditemui dalam penyelesaian kredit

macet di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Graha Helvetia

Medan?

Universitas Sumatera Utara

Page 23: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

1.3 Batasan Masalah

Mengingat luasnya permasalahan tentang perkreditan, maka perlu

dilakukan pembatasan masalah. Produk kredit pada bank Syariah Mandiri banyak

macamnya, yaitu kredit modal kerja, kredit investasi, kredit pembelian rumah dan

lain-lain. Dalam hal ini penelitian dibatasi hanya pada kredit modal kerja dan

kredit investasi.

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian yang dilakukan terhadap suatu masalah pada dasarnya memiliki

tujuan penelitian, dalam maksud memberikan arahan ataupun jalur tertentu

terhadap penelitian itu sendiri. Penelitian ini memilki tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui faktor-faktor dominan yang menyebabkan kredit macet

pada Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Graha Helvetia

Medan.

2. Untuk mengatahui cara penyelesaian bank terhadap masalah kredit macet

di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Graha Helvetia

Medan.

3. Untuk mengetahui hambatan-hambatan apakah yang ditemui dalam

penyelesaian kredit macet di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang

Pembantu Graha Helvetia Medan.

Universitas Sumatera Utara

Page 24: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara

teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk

mengembangkan khasanah keilmuan tentang perbankan khususnya menyangkut

sistem perkreditan. Sedangkan manfaat praktis penelitian ini antara lain :

1. Bagi penulis bermanfaat untuk meningkatkan dan mengembangkan

kemampuan penulis dalam melakukan penelitian dan menulis karya ilmiah

bidang perbankan khususnya mengenai aspek perkreditan.

2. Bagi penulis di masa mendatang sebagai bahan referensi untuk penelitian

relevan khususnya penelitian dalam bidang kredit perbankan syariah.

3. Bagi perusahaan untuk memberikan informasi kepada pihak instansi

tentang kebijakan mengatasi kredit macet.

4. Bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Penelitian ini menjadi bahan

masukan untuk fakultas dan menjadi referensi tambahan bagi mahasiswa/i

masa mendatang.

Universitas Sumatera Utara

Page 25: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

BAB II

KERANGKA TEORI

2.1 Bank

2.1.1 Pengertian Bank

Verryn Stuart dalam (Hermansyah, 2005: 8) berpendapat bahwa Bank

adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik

dengan alat-alat pembayarannya sendiri atau dengan uang yang diperolehnya dari

orang lain, maupun dengan jalan mengedarkan alat-alat penukar baru berupa uang

giral.

Bank menghimpun dana dari masyarakat kemudian menyalurkan dananya

kepada masyarakat dengan tujuan untuk mendorong peningkatan taraf hidup

rakyat banyak. Dua fungsi pokok bank yaitu penghimpunan dana masyarakat dan

penyaluran dana kepada masyarakat, oleh karena itu disebut Financial

Intermediary.

Sedangkan menurut Andreae dalam (Untung, 2000: 13) bank dalam arti

luas adalah orang atau lembaga yang dalam pekerjaannya secara teratur

menyediakan uang untuk pihak ketiga.

Berkaitan dengan pengertian bank, pasal 1 butir 2 Undang-undang nomor

10 tahun 1998 tentang perbankan (Hermansyah, 2005: 8) merumuskan bahwa

bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

simpanan dan memyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau

bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Universitas Sumatera Utara

Page 26: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

Kasmir menyatakan dalam bukunya yang berjudul Pemasaran bank (2010:

8) bahwa secara sederhana bank diartikan sebagai lembaga keuangan yang

kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan

kembali dana tersebut kepada masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank

lainnya.

2.1.2 Pengertian Bank Syariah

Bank syariah merupakan bank yang kegiatannya mengacu pada hukum

islam, dan dalam kegiatannya tidak membebankan bunga maupun tidak

membayar Bunga kepada nasabah. Imbalan yang diterima oleh bank syariah

maupun yang dibayarkan kepada nasabah tergantung dari akad dan perjanjian

antara nasabah dan bank. Perjanjian (akad) yang terdapat diperbankan syariah

harus tunduk pada syarat dan rukun akad sebagaimana diatur dalam syariah islam.

Undang-undang perbankan syariah no. 21 tahun 2008 (Ismail, 2011: 33)

menyatakan bahwa perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut

tentang bank syariah dan unit usaha syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan

usaha, serta cara dan proses melaksanakan kegiatan usahanya. Bank syariah

adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan

menurut jenisnya terdiri atas bank umum syariah (BUS), unit usaha syariah

(UUS), dan bank pembiayaan rakyat syariah (BPRS).

Universitas Sumatera Utara

Page 27: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

Gambar 2.1 Dana dan penyaluran jasa pada Bank Syariah Sumber : Ismail (2011: 39)

2.1.3 Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional

Bank syariah merupakan bank yang dalam sistem operasionalnya tidak

menggunakan sistem bunga, akan tetapi menggunakan prinsip dasar sesuai dengan

syariah islam. Dalam menentukan imbalannya, baik imbalan yang diberikan

maupun diterima, bank syariah tidak menggunakan system bunga, akan tetapi

menggunakan konsep imbalan sesuai dengan akad yang diperjanjikan.

Berikut ini adalah perbedaan antara bank syariah dengan bank

konvensional:

Tabel 2.1 Perbedaan antara Bank Syariah dan Bank Konvensional

No. Bank Syariah No. Bank Konvensional

1. Invetasi, hanya untuk proyek dan produk yang halal serta menguntungkan

1. Tidak mempertimbangkan halal atau haram asalkan proyek yang dibiayai menguntungkan.

2. Return yang dibayar dan/atau diterima berasal dari bagi hasil atau pendapatan lainnya berdasarkan prinsip syariah

2. Return yang dibayar kepada nasabah penyimpan dana dan return yang diterima dari nasabah pengguna berupa bunga

BANK SYARIAH

Penghimpunan Dana Penyaluran Dana Pelayanan Jasa

Universitas Sumatera Utara

Page 28: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

3. Perjanjian dibuat dalam bentuk akad sesuai dengan syariah islam

3. Perjanjian menggunakan hokum positif

4. Orientasi pembiayaan tidak hanya untuk keuntungan tetapi juga falah oriented, yaitu berorientasi pada esejahteraan masyarakat

4. Orientasi pembiayaan, untuk memperoleh keuntungan atas dana yang dipinjamkan

5. Hubungan antara bank dan nasabah adalah mitra

5. Hubungan antara bank dan nasabah adalah kreditur dan debitur

6. Dewan pengawas terdiri dari BI, Bapepam, Komisaris, dan Dewan pengawas syariah (DPS)

6. Dewan pengawas terdiri dari BI, Bapepam, dan Komisaris

7. Penyelesaian sengketa/masalah, diupayakan diselesaikan secara musyawarah antara bank dan nasabah, melalui peradilan agama

7. Penyelesaian sengketa/masalah melalui pengadilan negeri setempat

Sumber : Ismail (2011: 38)

2.1.4 Sejarah Bank Syariah di Indonesia

Industri perbankan yang pertama menggunakan system syariah adalah PT

Bank Muamalat Indonesia Tbk yang didirikan pada tahun 1991 dan memulai

kegiatan operasionalnya pada bulan Mei 1992. Pendirian bank dimaksud,

diprakarsai oleh majelis ulama Indonesia (MUI), pemerintah Indonesia, serta

mendapatkan dukungan nyata dari eksponen ikatan cendekiawan muslim se-

Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha muslim.

Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan, bank

muamalat berhasil menyandang predikat sebagai bank devisa. Pengakuan ini

semakin memperkokoh posisi perseroan sebagai bank syariah pertama dan

Universitas Sumatera Utara

Page 29: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa dan produk yang terus

dikembangkan.

Pada akhir tahun 1990-an, Indonesia dilanda oleh krisis moneter yang

memporak-porandakan sebagian besar perekonomian Asia tenggara. Sektor

perbankan nasional dilanda oleh kredit macet di segmen korporasi. Bank

muamalat pun terimbas dampak krisis. Di tahun 1998, rasio pembiayaan macet

mencapai lebih 60%. Perseroan mencatat rugi sebesar Rp. 105 miliar.

Perkembangan industri keuangan syariah secara informal telah dimulai

sebelum dikeluarkannya kerangka hokum formal sebagai landasan operasional

perbankan syariah di Indonesia. Hal dimaksud berarti secara yuridis empiris telah

diakui keberadaannya oleh warga masyarakat islam di Indonesia. Sebelum tahun

1992, telah didirikan beberapa badan usaha pembiayaan nonbank yang telah

menerapkan konsep bagi hasil (mudharabah) dalam kegiatan operasionalnya. Hal

ini menunjukkan kebutuhan warga masyarakat tentang kehadiran institusi-

institusi keuangan yang dapat memberikan jasa keuangan yang sesuai dengan

ajaran islam bagi pemeluknya.

Saat ini Indonesia mempunyai peran penting dalam dunia keuangan

syariah. Jumlah bank dan asuransi yang menawarkan layanan syariah dan emiten

obligasi syariah telah jauh meninggalkan Malaysia. Riset-riset yang berpuncak

pada Islamic banking outlook 2005 hanya dapat ditemui di Indonesia. Islamic

banking award dan Islamic banking quality award secara regular telah digelar

sejak tahun 2003. Oleh karena itu tidak heran kantor ekonomi di Singapura

kebanjiran permintaan regulasi perbankan syariah dan fatwa-fatwa dewan syariah

Universitas Sumatera Utara

Page 30: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

nasional (DNS) dalam bahasa Inggris. Berbagai wawancara melalui radio, TV,

Koran dan majalah singapura dengan ketua bidang fatwa MUI menunjukkan

tingginya minat komunitas bisnis singapura terhadap industri keuangan syariah.

Di Indonesia bank syariah mandiri merupakan salah satu lembaga perbankan yang

diperhitungkan kinerja dan pelayanannya yang terbaik terhadap masyarakat.

Pedirian bank syariah mandiri (BSM) menjadi pertaruhan bagi bankir

syariah. Bila BSM berhasil, maka bank syariah di Indonesia dapat berkembang.

Sebaliknya, bila BSM gagal, maka besar kemungkinan bank syariah di Indonesia

akan gagal. Hal ini disebabkan karena BSM merupakan bank syariah yang

didirikan oleh bank BUMN milik pemerintah. Ternyata BSM cepat mengalami

perkembangannya. Pendirian bank syariah diikuti oleh pendirian beberapa bank

syariah atau unit usaha syariah lainnya.

2.2 Kredit

2.2.1 Pengertian Kredit

Kredit berasal dari bahasa yunani, credere,yang berarti kepercayaan.

Dengan demikian istilah kredit memiliki arti khusus, yaitu meminjamkan uang

(atau penundaan pembayaran). Apabila orang mengatakan membeli secara kredit

maka hal itu berarti si pembeli tidak harus membayarnya pada saat itu juga. Kredit

adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau mengadakan suatu

pinjaman dengan suatu janji pembayarannya akan dilakukan ditangguhkan pada

suatu jangka waktu yang disepakati. Kohler dalam (Rahman, 2000: 19)

Berdasarkan pengertian diatas menunjukkan bahwa prestasi yang wajib

dilakukan oleh debitur atas kredit yang diberikan kepadanya adalah tidak semata-

Universitas Sumatera Utara

Page 31: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

mata melunasi utangnya tetapi juga disertai dengan bunga sesuai dengan

perjanjian yang telah disepakati sebelumnya.

Sedangkan yang dimaksud dengan kredit (pembiayaan) menurut bank

syariah adalah suatu aktivitas bank syariah dalam menyalurkan dananya kepada

pihak nasabah yang membutuhkan dana (Ismail, 2011: 105). Pembiayaan sangat

bermanfaat bagi bank syariah, nasabah, dan pemerintah. Pembiayaan memberikan

hasil yang paling besar diantara penyaluran dana lainnya yang dilakukan oleh

bank syariah. Sebelum menyalurkan dana melalui pembiayaan, bank syariah perlu

melakukan analisis pembiayaan yang mendalam.

Didalam perbankan syariah, istilah kredit tidak dikenal, karena bank

syariah memiliki skema yang berbeda dengan bank konvensional dalam

menyalurkan dananya kepada pihak yang membutuhkan. Bank syariah

menyalurkan dananya kepada pihak yang membutuhkan. Bank syariah

menyalurkan dana kepada nasabah dalam bentuk pembiayaan yang disebut oleh

bank konvensional sebagai kredit. Sifat pembiayaan, bukan merupakan hutang-

piutang tetapi merupakan investasi yang diberikan bank kepada nasabah dalam

melakukan usaha (Ismail, 2011: 106).

Menurut Undang-undang perbankan no. 10 tahun 1998 dalam (Ismail,

2011: 106), pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat

dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank

dan pihak lain yang dibiayi untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut

setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Didalam perbankan

Universitas Sumatera Utara

Page 32: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

syariah, pembiayaan yang diberikan kepada pihak pengguna berdasarkan pada

prinsip syariah. Aturan yang digunakan yaitu sesuai dengan hukum islam.

Kredit yang dimaksud dalam penelitian ini adalah masalah mengenai

kredit macet. Karena kredit macet bagi dunia perbankan merupakan “penyakit”

berbahaya yang dapat membuat lumpuhnya suatu bank.

Angka kredit macet yang cukup tinggi, merupakan macetnya suatu produk

bank. Jika macetnya produk bukan bank, maka hal ini akan mengancam

kelangsungan hidup perusahaan tersebut, yang dimiliki para pemilik saham.

Sedangkan pada bank, masalahnya akan lain. Karena kredit macet tidak saja akan

merugikan para pemilik saham bank tersebut, tetapi juga akan merugikan para

pemilik dana, yang sebagian besar adalah anggota masyarakat, dari berbagai

lapisan dan tingkat kehidupan, yang dapat meresahkan masyarakat, bahkan

merusak sendi perekonomian suatu Negara.

2.2.2 Unsur-unsur Kredit

Intisari dari kredit adalah unsur kepercayaan. Unsur lainnya adalah

mempunyai pertimbangan tolong-menolong. Selain itu, dilihat dari pihak kreditur,

unsur penting dalam kegiatan kredit sekarang ini adalah untuk mengambil

keuntungan dari modal dengan mengambil kontraprestasi; sedangkan dipandang

dari segi debitur, adalah adanya bantuan dari kreditur untuk menutupi kebutuhan

yang berupa prestasi. Hanya saja antara prestasi dengan kontraprestasi tersebut

ada suatu masa yang memisahkannya. Kondisi ini mengakibatkan adanya resiko

yang berupa ketidaktentuan, sehingga oleh karenanya diperlukan suatu jaminan

dalam pemberian kredit tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Page 33: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

Menurut Suyatno dalam (Hermanyah, 2005: 58) bahwa unsur-unsur kredit

terdiri atas :

1. Kepercayaan, yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang

diberikannya baik dalam bentuk uang, barang atau jasa, akan benar benar

diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan

datang.

2. Tenggang waktu, yaitu suatu masa yang memisahkan antara pemberian

prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima pada masa yang akan

datang. Dalam unsur waktu ini, terkandung pengertian nilai agio dari uang,

yaitu uang yang ada sekarang lebih tinggi nilainya dari uang yang diterima

pada masa yang akan datang.

3. Degree of risk, yaitu tingkat resiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari

adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan

kontraprestasi yang akan diterima dikemudian hari. Semakin lama kredit

diberikan semakin tinggi pula tingkat resikonya, karena sejauh-jauh

kemampuan manusia untuk menerobos masa depan itu, maka masih selalu

terdapat unsur ketidaktentuan yang tidak dapat dipehitungkan.

4. Prestasi, atau objek kredit itu tidak saja diberikan dalam bentuk uang,

tetapi jg dapat berbentuk barang, atau jasa. Namun, karena kehidupan

ekonomi modern sekarang ini didasarkan kepada uang, maka transaksi-

transaksi kredit yang menyangkut uanglah yang setiap kali kita jumpai

dalam praktik perkreditan.

Universitas Sumatera Utara

Page 34: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

Gambar 2.2 Unsur-unsur kredit Sumber : (Untung, 2000: 2)

Bertitik tolak dari pendapat diatas, maka bisa dikemukakan bahwa selain

unsur kepercayaan tersebut, dalam permohonan dan pemberian kredit juga

mengandung unsur lain, yaitu unsur waktu, unsur resiko dan unsur prestai.

Dalam bank syariah, unsur-unsur pembiayaan (kredit) terbagi lagi jadi

bermacam macam unsur pembiayaan, yaitu:

1. Bank syariah, merupakan usaha yang memberikan pembiayaan kepada

pihak lain yang membutuhkan dana.

2. Mitra usaha/partner, merupakan pihak yang mendapatkan pembiayaan dari

bank syariah, atau pengguna dana yang disalurkan oleh bank syariah.

3. Kepercayaan, bank syariah memberikan kepercayaan kepada pihak yang

menerima pembiayaan bahwa mitra akan memenuhi kewajiban untuk

mengembalikan dana bank syariah sesuai dengan jangka waktu tertentu

yang diperjanjikan. Bank syariah memberikan pembiayaan kepada mitra

usaha sama artinya dengan bank memberikan kepercayaan kepada pihak

Kepercayaan

Waktu

Resiko

Prestasi

Unsur Kredit

Universitas Sumatera Utara

Page 35: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

penerima pembiayaan, bahwa pihak penerima pembiayaan akan dapat

memenuhi kewajibannya.

4. Akad, merupakan suatu kontrak perjanjian atau kesepakatan yang

dilakukan antara bank syariah dan pihak nasabah/mitra.

5. Resiko, setiap dana yang disalurkan/diinvestasikan oleh bank syariah

selalu mengandung resiko tidak kembalinya dana. Resiko pembiayaan

merupakan kemungkinan kerugian yang akan timbul karena dana yang

disalurkan tidak dapat kembali.

6. Jangka waktu, merupakan periode waktu yang diperlukan oleh nasabah

untuk membayar kembali pembiayaan yang telah diberikan oleh bank

syariah. Jangka waktu dapat bervariasi antara lain jangka pendek, jangka

panjang, jangka menengah, dan jangka panjang. Jangka pendek adalah

jangka waktu pembayaran kembali pembiayaan hingga 1 tahun. Jangka

menengah merupakan jangka waktu yang diperlukan dalam melakukan

pembayaran kembali antara 1 hingga 3 tahun. Jangka panjang adalah

jangka waktu pembayaran kembali pembiayaan yang lebih dari 3 tahun.

7. Balas jasa, sebagai balas jasa atas dana yang disalurkan oleh bank syariah,

maka nasabah membayar sejumlah tertentu sesuai dengan akad yang telah

disepakati antara bank dan nasabah.

Menurut Subekti dalam (Hermansyah, 2005: 59), bahwa yang dimaksud

dengan resiko adalah kewajiban memikul kerugian yang disebabkan karena suatu

kejadian di luar kesalahan salah satu pihak. Berkaitan dengan pemberian kredit

oleh bank kepada debitur tentu pula mengandung resiko usaha bagi bank. Resiko

Universitas Sumatera Utara

Page 36: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

disini adalah resiko kemungkinan ketidakmampuan dari debitur untuk membayar

angsuran atau melunasi kreditnya karena sesuatu hal tertentu yang tidak

dikehendaki. Oleh karena itu, semakin lama jangka waktu atau tenggang waktu

yang diberikan untuk pelunasan kredit, maka semakin besar juga resiko bagi bank.

Bank sebagai kreditor berkewajiban untuk memberikan kredit sesuai

dengan jumlah yang disetujui, dan atas prestasinya tersebut bank berhak untuk

memperoleh pelunasan kredit dan bunga dari debitur sebagai kontraprestasinya.

2.2.3 Pihak-Pihak Dalam Kredit

Para pihak dalam kredit pada dasarnya hanya ada dua, yaitu pihak kreditur

(bank) dan pihak debitur (Untung, 2000: 3). Namun masalahnya akan menjadi

lain apabila barang jaminan diberikan oleh pihak ketiga yang turut serta

mendatangani perjanjian kredit (hutang-piutang) atau personal guarantee

diberikan oleh pihak ketiga. Jadi disini pihak ketiga bertindak sebagai penjamin.

Debitur adalah nasabah perorangan/perusahaan yang meminjam kredit

kepada pihak bank. Kreditur adalah pihak bank yang meminjamkan kredit kepada

nasabah sesuai dengan perjanjian pengembalian dan aspek tertentu yang telah

disepakati bersama. Sedangkan pihak ketiga adalah penjamin dalam perjanjian

kredit di pihak debitur untuk menjamin unsur kepercayaan dalam kredit kepada

pihak kreditur.

Hal tersebut akan berdampak luas apabila debitur wanprestasi. Dalam

kasus ini peran pihak ketiga akan terlihat sekali. Dalam praktek, bank di dalam

memberikan kredit selalu meminta barang jaminan; apakah barang bergerak

ataupun barang tidak bergerak. Hal ini sangat tergantung dari nilai kredit yang

Universitas Sumatera Utara

Page 37: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

diminta. Bank biasanya hanya memberikan kredit sebesar 60 sampai 70% dari

nilai jaminan yang diberikan.

Menurut Soebakti dalam (Untung, 2005: 53), jaminan yang ideal (baik)

dapat terlihat dari:

1. Dapat membantu memperoleh kredit bagi pihak yang memerlukannya.

2. Tidak melemahkan potensi (kekuatan) si penerima kredit untuk melakukan

(meneruskan) usahanya.

3. Memberikan kepastian kepada kreditur dalam arti bahwa apabila perlu

maka mudah diuangkan untuk melunasi hutang si debitur.

Untuk memperoleh keyakinan tersebut, sebelum memberikan kredit bank

harus melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, odal,

agunan dan prospek usaha dari debitur.

Mengingat bahwa agunan menjadi salah satu unsur jaminan pemberian

kredit, maka apabila berdasarkan unsur-unsur lain telah dapat diperoleh keyakinan

atas kemampuan debitur untuk mengembalikan hutangnya, agunan hanya dapt

berupa proyek atau hak tagih yang dibiayai dengan kredit bersangkutan.

Pada prinsipnya kreditur dapat menyita dan melaksanakan penjualan

benda mana saja milik debitur. Debitur pada asasnya tak berhak untuk menuntut

agar yang disita dan dijual meja kursinya saja, jangan lemari pakaiannya. Karena

semua barang yang menjadi jaminan sepenuhnya adalah milik kreditur ketika

debitur tidak bisa melunasi hutangnya, jadi debitur tidak berhak mengatur atau

meminta barang mana yang menjadi jaminan untuk di jual atau disita.

Universitas Sumatera Utara

Page 38: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

Yang dimaksud dengan jaminan itu sendiri adalah tanggungan yang

diberikan oleh debitur kepada kreditur karena pihak kreditur mempunyai suatu

kepentingan, yaitu bahwa debitur harus memenuhi kewajibannya dalam suatu

perikatan.

2.2.4 Jenis Kredit

Kredit terdiri dari beberapa jenis bila dilihat dari berbagai pandangan.

Dalam hal ini macam atau jenis kredit yang ada juga tidak bias dipisahkan dari

kebijaksanaan perkreditan yang digariskan sesuai tujuan pembangunan. Pada

mulanya kredit didasarkan atas kepercayaan murni, yaitu berbentuk kredit

perorangan karena kedua belah pihak saling mengenal. Dengan berkembangnya

waktu maka berkembang pula unsur-unsur lain yang menjadi landasan kredit,

kelengkapan dokumen perdagangan, atau dari berbagai kriteria lainnya.

Jenis kredit dapat dibedakan menurut berbagai kriteria, yaitu dari kriteria

lembaga pemberian-penerima kredit, jangka waktu serta penggunaan kredit,

kelengkapan kredit, kelengkapan dokumen perdagangan, atau dari berbagai

kriteria lainnya (Untung, 2000: 5).

Dari segi lembaga pemberi-penerima kredit yang menyangkut struktur

pelaksanaan kredit di Indonesia, maka jenis kredit dapat digolongkan menjadi

sebagai berikut:

1. Kredit perbankan kepada masyarakat untuk kegiatan usaha, dan atau

konsumsi.

2. Kredit likuiditas.

3. Kredit langsung.

Universitas Sumatera Utara

Page 39: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

Dari segi tujuan penggunaannya, kredit dikelompokkan menjadi :

1. Kredit konsumtif.

2. Kredit produktif.

3. Perpaduan antara kredit konsumtif dan kredit produktif (semi konsumtif

dan semi produktif).

Dari segi dokumen, kredit sangat terikat dengan dokumen-dokumen

berharga yang memiliki substitusi nilai sejumlah uang, dan dokumen tersebut

merupakan jaminan pokok pemberian kredit. Kredit ini banyak digunakan oleh

orang yang mengadakan transaksi dagang jarak jauh. Jenis kredit ini terdiri dari:

1. Kredit ekspor.

2. Kredit impor.

Dari segi besar-kecilnya aktivitas perputaran usaha, yaitu melihat

dinamika, sektor yang digeluti, asset yang dimiliki, dan sebagainya, maka jenis

kredit dikelompokkan menjadi:

1. Kredit kecil.

2. Kredit menengah.

3. Kredit besar.

Dari segi waktunya, kredit dikelompokkan menjadi:

1. Kredit jangka pendek (short term loan).

2. Kredit jangka menengah (medium term loan).

3. Kredit jangka panjang.

Dari segi jaminannya, kredit dapat dibedakan menjadi:

Universitas Sumatera Utara

Page 40: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

1. Kredit tanpa jaminan, atau kredit blanko (unsecured loan).

2. Kredit dengan jaminan (secured loan).

Berdasarkan jangka waktu dan penggunaannya kredit dapat di golongkan

menjadi sebagai berikut:

1. Kredit investasi.

2. Kredit modal kerja.

3. Kredit konsumsi.

Sedangkan menurut pembiayaan bank syariah dibedakan menjadi

beberapa jenis, antara lain:

1. Pembiayaan dilihat dari tujuan penggunaan.

2. Pembiayaan dilihat dari jangka waktunya.

3. Pembiayaan dilihat dari sektor usaha.

4. Pembiayaan dilihat dari segi jaminan.

5. Pembiayaan dilihat dari jumlahnya.

2.2.5 Dasar-dasar Pemberian Kredit

Dalam pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip bank

syariah, bank wajib nenerhatikan hal-hal sebagai mana ditentukan dalam pasal 8

ayat (1) dan (2) Undang-undang no. 10 tahun 1998 dalam (Hermansyah, 2005: 62)

yang berbunyi:

Pasal 8 ayat (1):

Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah,

bank umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang

Universitas Sumatera Utara

Page 41: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

mendalam atas iktikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur

untuk melunasi hutangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud

sesuai

Pasal 8 ayat (2):

Bank umum wajib memiliki dan menerapkan pedoman perkreditan dan

pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan yang

ditetapkan oleh bank Indonesia.

Berkaitan dengan itu, menurut penjelasan pasal 8 ayat (2) dikemukakan

bahwa pedoman perkreditan dan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang

ditetapkan oleh bank Indonesia yang wajib dimiliki dan diterapkan oleh bank

dalam pemberian kredit dan pembiayaan adalah sebagai berikut:

1. Pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dibuat

dalam bentuk perjanjian tertulis.

2. Bank harus memiliki keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan

nasabah debitur yang antara lain diperoleh dari penilaian yang seksama

terhadap watak, kemampuan, modal agunan, dan proyek usaha dari

nasabah debitur.

3. Kewajiban bank untuk menyususn dan menerapkan prosedur pemberian

kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip perbankan syariah.

4. Kewajiban bank untuk memberikan informasi yang jelas mengenai

prosedur dan persyaratan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip

syariah.

Universitas Sumatera Utara

Page 42: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

5. Larangan bank untuk memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan

prinsip syariah dengan persyaratan yang berbeda kepada nasabah debitur

dan/atau pihak-pihak terafiliasi.

6. Penyelesaian sengketa

Ketentuan pasal 8 ayat (1) dan (2) di atas merupakan dasar atau landasan

bagi bank dalam menyalurkan kreditnya kepada nasabah debitur. Lebih dari itu,

karena pemberian kredit merupakan salah satu fungsi utama dari bank, maka

dalam ketentuan tersebut juga mengandung dan menerapkan prinsip kehati-hatian

sebagaimana dimaksud dalam ketentuan pasal 2 Undang-undang no. 7 tahun 1992

tentang perbankan.

Untuk mencegah terjadinya kredit bermasalah di kemudian hari, penilaian

suatu bank untuk memberikan persetujuan terhadap suatu permohonan kredit

dilakukan dengan berpedoman kepada formula 4P dan formula 5C (Hermansyah,

2005: 63).

Formula 4P adalah sebagai berikut:

1. Personality

Dalam hal ini pihak bank mencari data secara lengkap mengenai

kepribadian si pemohon kredit, antara lain mengenai riwayat hidupnya,

pengalamannya dalam berusaha, pergaulan dalam masyarakat, dan lain-

lain. Hal ini diperlukan untuk menentukan persetujuan kredit yang

diajukan oleh pemohon kredit.

Universitas Sumatera Utara

Page 43: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

2. Purpose

Selain mengenai kepribadian (personality) dari pemohon kredit, bank juga

harus mencari data tentang tujuan atau penggunaan kredit tesebut sesuai

line of business kredit bank yang bersangkutan.

3. Prospect

Dalam hal ini bank harus melakukan analisis secara cermat, tepat, teliti

dan mendalam tentang bentuk usaha yang akan dilakukan oleh pemohon

kredit. Misalnya, apakah usaha yang dijalankan oleh pemohon kredit

mempunyai prospek dikemudian hari ditinjau dari aspek ekonomi dan

kebutuhan masyarakat. Sehingga kredit yang diberikan bank nantinya

tidak sia-sia ketika dikeluarkan.

4. Payment

Bahwa dalam penyaluran kredit, bank harus mengetahui dengan jelas

mengenai kemampuan dari pemohon kredit untuk melunasi kredit dalam

jumlah dan jangka waktu yang ditentukan.

Mengenai formula 5C dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Character

Bahwa calon nasabah debitur memiliki watak, moral, dan sifat-sifat

pribadi yang baik. Penilaian terhadap karakter ini dilakukan untuk

mengetahui tingkat kejujuran integritas, dan kemauan dari calon nasabah

debitur untuk memenuhi kewajiban dan menjalankan usahanya. Informasi

Universitas Sumatera Utara

Page 44: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

ini dapat diperoleh oleh bank melalui riwayat hidup, riwayat usaha, dan

informasi dari usaha-usaha yang sejenis.

2. Capacity

Yang dimaksud dengan capacity dalam hal ini adalah kemampuan calon

nasabah debitur untuk mengelola kegiatan usahanya dan mamnpu melihat

prospektif masa depan, sehingga usahanya akan dapat berjalan dengan

baik dan memberikan keuntungan yang menjamin bahwa ia mampu

melunasi hutang kreditnya dalam jumlah dan jangka waktu yang telah

ditentukan.

3. Capital

Dalam hal ini bank harus terlebih dahulu melakukan penelitian terhadap

modal yang dimiliki oleh pemohon kredit. Penyelidikan ini tidaklah

semata-mata didasarkan pada besar kecilnya modal, akan tetapi lebih

difokuskan kepada bagaimana distribusi modal ditempatkan oleh

pengusaha tersebut, sehingga segala sumber yang telah ada dapat berjalan

efektif.

4. Collateral

Collateral adalah jaminan untuk persetujuan pemberian kredit yang

merupakan sarana pengaman (back up) atas resiko yang mungkin terjadi

atas wanprestasinya nasabah debitur dikemudian hari, misalnya terjadi

kredit macet. Jaminan ini diharapkan mampu melunasi sisa hutang kredit

baik hutang pokok maupun bunganya.

Universitas Sumatera Utara

Page 45: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

5. Condition of economy

Bahwa dalam pemberian kredit oleh bank, kondisi ekonomi secara umum

dan kondisi sector usaha pemohon kredit perlu memperoleh perhatian dari

bank untuk memperkecil resiko yang mungkin terjadi yang diakibatkan

oleh kondisi ekonomi tersebut.

Berkaitan dengan prinsip pemberian kredit diatas, pada dasarnya

pemberian kredit oleh bank kepada nasabah debitur berpedoman kepada 2 prinsip

(Hermansyah, 2005: 65), yaitu:

1. Prinsip kepercayaan

Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa pemberian kredit oleh bank kepada

nasabah debitur selalu didasarkan kepada kepercayaan. Bank mempunyai

kepercayaam bahwa kredit yang diberikannya bermanfaat bagi nasabah

debitur sesuai dengan peruntukannya, dan terutama sekali bank percaya

nasabah debitur yang bersangkutan mampu melunasi hutang kredit beserta

bunga dalam jangka waktu yang telah ditentukan.

2. Prinsip kehati-hatian (prudential principle)

Bank dalam menjalankan kegiatan usahanya, termasuk pemberian kredit

kepada nasabah debitur harus selalu berpedoman dan menerapkan prinsip

kehati-hatian. Prinsip ini antara lain diwujudkan dalam bentuk penerapan

secara konsisten berdasarkan iktikad baik terhadap semua persyaratan dan

peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pemberian kredit oleh

bank yang bersangkutan.

Universitas Sumatera Utara

Page 46: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

2.2.6 Produk Kredit Bank Syariah

Terdapat dua jenis pembiayaan (kredit) dalam bank syariah, yang dimana

pembiayaan tersebut merupakan aktivitas bank syariah dalam menyalurkan

dananya kepada pihak nasabah yang membutuhkan dana. Jenis-jenis pembiayaan

(kredit) tersebut dalam situs resmi (www.syariahmandiri.co.id) adalah sebagai

berikut:

1. Kredit modal kerja, digunakan untuk memenuhi kebutuhan modal kerja

yang biasanya habis dalam satu siklus usaha. Bagian-bagian dari kredit

modal kerja ini adalah:

a. Musyarakah

Pembiayaan khusus untuk modal kerja, dimana dana dari bank

merupakan bagian dari modal usaha nasabah dan keuntungan dibagi

sesuai dengan nisbah yang disepakati.

Manfaat:

1) Lebih menguntungkan karena berdasarkan prinsip bagi hasil

2) Mekanisme pengembalian yang fleksibel sesuai dengan

realisasi usaha.

Fasilitas:

1) Mekanisme pengembalian pembiayaan yang fleksibel (bulanan

atau sekaligus diakhir periode)

2) Bagi hasil berdasarkan perhitungan revenue sharing

3) Pembiayaan dapat dalam berupa Rupiah dan US Dollar.

b. Pembiayaan dana berputar

Universitas Sumatera Utara

Page 47: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

Pembiayaan Dana Berputar adalah fasilitas pembiayaan modal kerja

dengan prinsip musyarakah yang penarikan dananya dapat dilakukan

sewaktu-waktu berdasarkan kebutuhan riil nasabah.

Akad Pembiayaan:

1) Akad yang digunakan adalah akad musyarakah

2) Akad musyarakah adalah akad kerja sama usaha patungan dua

pihak atau lebih pemiliki modal (syarik/shahibul maal) untuk

membiayai suatu jenis usaha (masyru) yang halal dan

produktif.

Manfaat:

1) Membantu menanggulangi kesulitan likuiditas nasabah

terutama kebutuhan dana jangka pendek

2) Nasabah dapat memanfaatkan pembiayaan bank secara optimal

sesuai dengan kebutuhan riil dengan cara melakukan penarikan

sesuai dengan kebutuhan.

Fitur:

1) Jenis pembiayaan adalah pembiayaan modal kerja

2) Peruntukan pembiayaan adalah perorangan dan perusahaan

3) Jangka waktu pembiayaan 1 tahun dan dapat diperpanjang

4) Menggunakan 2 (dua) rekening, yaitu rekening giro dan

rekening pembiayaan

5) Penarikan dapat dilakukan sewaktu-waktu dengan

menggunakan cek/BG. Transfer dengan menyertakan cek/BG.

c. Mudharabah

Universitas Sumatera Utara

Page 48: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

Pembiayaan Mudharabah BSM adalah pembiayaan dimana seluruh

modal kerja yang dibutuhkan nasabah ditanggung oleh bank.

Keuntungan yang diperoleh dibagi sesuai dengan nisbah yang

disepakati.

Manfaat:

1) Membiayai total kebutuhan modal usaha nasabah

2) Nisbah bagi hasil tetap antara Bank dan Nasabah

3) Angsuran berubah-ubah sesuai tingkat revenue atau realisasi

usaha nasabah (revenue sharing).

Fasilitas:

1) Pembiayaan dalam valuta rupiah atau US Dollar

2) Keuntungan dibagi sesuai kesepakatan

3) Mekanisme pengembalian pembiayaan yang fleksibel (bulanan

atau sekaligus diakhir periode)

4) Bagi hasil berdasarkan perhitungan revenue sharing

5) Pembiayaan dapat dalam berupa Rupiah dan US Dollar.

d. Pembayaran resi gudang

Pembiayaan Resi Gudang adalah pembiayaan transaksi komersial dari

suatu komoditas/produk yang diperdagangkan secara luas dengan

jaminan utama berupa komoditas/produk yang dibiayai dan berada

dalam suatu gudang atau tempat yang terkontrol secara independen

(independently controlled warehouse).

Peruntukkan:

1) Perorangan

Universitas Sumatera Utara

Page 49: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

2) Badan Usaha.

Akad Pembiayaan:

1) Murabahah

2) Mudharabah

3) Musyarakah.

Benefit/manfaat bagi nasabah:

1) Meningkatkan bankable, karena persediaan barang menjadi

eligible security

2) Meningkatkan perputaran persediaan barang dan profitabilitas

3) Outsourcing control atas manajemen persediaan di lapangan

4) Meningkatkan modal kerja untuk ekspansi bisnis dan

pengembangan usaha, meskipun kondisi fixed asset terbatas.

Karakteristik Pembiayaan Resi Gudang:

1) Pembiayaan untuk transaksi komersial (modal kerja)

2) Pembiayaan untuk suatu komoditas/produk yang

diperdagangkan secara luas (bersifat tradeable) dan komoditas

tersebut merupakan jaminan utama

3) Pembiayaan untuk menutup finance gap dari nasabah yang

bertransaksi, dengan pencairan dana, tenor, dan

cicilan/pembayarannya, disesuaikan dengan siklus pembelian-

produksi/penyimpanan-penjualan (cash-to-cash cycle)

4) Pembiayaan dengan keberadaan Pengelola Agunan (Collateral

Manager) yang independen dan credible.

Universitas Sumatera Utara

Page 50: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

2. Kredit investasi

Pemibiayaan investasi diberikan oleh bank syariah kepada nasabah untuk

pengadaan barang-barang modal (aset tetap) yang mempunyai nilai

ekonomis lebih dari satu tahun. Berikut ini adalah bagian dari kredit

investasi:

a. Murabahah

Pembiayaan Murabahah BSM adalah pembiayaan berdasarkan akad

jual beli antara bank dan nasabah. Bank membeli barang yang

dibutuhkan dan menjualnya kepada nasabah sebesar harga pokok

ditambah dengan keuntungan margin yang disepakati.

Manfaat:

1) Membiayai kebutuhan nasabah dalam hal pengadaan barang

konsumsi seperti rumah, kendaraan atau barang produktif

seperti mesin produksi, pabrik dan lain-lain

2) Nasabah dapat mengangsur pembayarannya dengan jumlah

angsuran yang tidak akan berubah selama masa perjanjian.

Fasilitas:

1) Periode kontrak ditentukan nasabah

2) Pembiayaan dalam valuta rupiah atau US dollar

2.2.7 Proses Pemberian Kredit Bank

Sebagai lembaga keuangan peranan bank dalam perekonomian sangatlah

penting. Hampir semua kegiatan perekonomian masyarakat membutuhkan bank

dengan fasilitas kreditnya.

Universitas Sumatera Utara

Page 51: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

Untuk memperoleh kredit bank seorang debitur harus melalui beberapa

tahapan, yaitu dari tahap pengajuan aplikasi kredit sampau dengan tahap

penerimaan kredit. Tahapan-tahapan tersebut merupakan suatu proses baku yang

berlaku bagi setiap debitur yang membutuhkan kredit bank.

Proses pemberian kredit oleh suatu satu bank dengan bank lainnya tidak

jauh berbeda. Kalaupun ada perbedaan hanya terletak pada persyaratan dan

ukuran penilaian yang ditetapkan oleh bank dengan pertimbangan masing-masing

dengan tetap memperhitungkan unsur persaingan atau kompetisi.

Untuk memperoleh kredit dari bank, maka tahap pertama yang dilakukan

adalah mengajukan permohonan aplikasi kredit kepada bank yang bersangkutan

(Hermansyah, 2005: 68). Permohonan aplikasi kredit tersebut harus dilampiri

dengan dokumen yang dipersyaratkan.

Dalam pengajuan permohonan/aplikasi kredit oleh perusahaan sekurang-

kurangnya memuat hal-hal sebagai berikut:

1. Profil perusahaan beserta pengurusnya

2. Tujuan dan manfaat kredit

3. Besarnya kredit dan jangka waktu pelunasan kredit

4. Cara pengembalian kredit

5. Agunan atau jaminan kredit

Permohonan/aplikasi kredit tersebut dilampirkan dengan dokumen-

dokumen pendukung yang di persyaratkan, yaitu:

1. Akta pendirian perusahaan

2. Identitas kartu tanda penduduk (KTP) para pengurus

Universitas Sumatera Utara

Page 52: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

3. Tanda daftar perusahaan (TDP)

4. Nomor pokok wajib pajak (NPWP)

5. Neraca dan laporan rugi laba 3 (tiga) tahun terakhir

6. Fotokopi sertifikat yang dijadikan jaminan

Sedangkan untuk permohonan/aplikasi perorangan adalah sebagai berikut:

1. Mengisi aplikasi kredit yang telah disediakan oleh bank

2. Tujuan dan manfaat kredit

3. Besarnya kredit dan jangka waktu pelunasan kredit

4. Cara pengembalian kredit

5. Agunan atau jaminan kredit (kalau diperlukan)

Permohonan/aplikasi kredit tersebut dilengkapi dengan melampirkan

semua dokumen pendukung yang dipersyaratkan, yaitu:

1. Fotokopi identitas (KTP) yang bersangkutan

2. Kartu keluarga (KK)

3. Slip gaji yang bersangkutan

Setelah permohonan/aplikasi kredit tersebut diterima oleh bank, maka

bank akan melakukan penelitian secara mendalam dan mendetail terhadap berkas

aplikasi kredit yang diajukan. Apabila dari hasil penelitian yang dilakukan itu,

bank berpendapat bahwa berkas aplikasi tersebut telah lengkap dan memenuhi

syarat, maka bank akan melakukan tahap selanjutnya yaitu penilaian kelayakan

kredit.

Universitas Sumatera Utara

Page 53: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

Sedangkan apabila ternyata berkas aplikasi kredit yang diajukan tersebut

belum lengkap dan belum memenuhi persyaratan yang ditentukan, maka bank

akan meminta kepada pemohon kredit untuk melengkapinya.

Dalam tahap penilaian kelayakan kredit ini, banyak aspek yang dinilai

(Hermansyah, 2005: 70), yaitu:

1. Aspek hukum

Yang dimaksud dengan aspek hokum di sini adalah penilaian terhadap

keaslian dan keabsahan dokumen-dokumen yang diajukan oleh pemohon

kredit. Penilaian terhadap dokumen-dokumen tersebut dilakukan oleh

pejabat atau lembaga yang berwenang untuk itu.

2. Aspek pasar dan pemasaran

Dalam aspek ini yang akan dinilai adalah prospek usaha yang akan

dijalankan oleh pemohon kredit untuk masa sekarang dan masa akan

datang.

3. Aspek keuangan

Dalam aspek ini yang dinilai dengan menggunakan analisis keuangan

adalah aspek keuangan perusahaan yang dilihat dari laporan keuangan

yang termuat dalam neraca dan laporan laba rugi yang dilampirkan dalam

aplikasi kredit.

Universitas Sumatera Utara

Page 54: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

4. Aspek teknis/operasional

Selain aspek-aspek sebagaimana telah dikemukakan diatas, aspek lain

yang jga dilakukan penilaian adalah aspek teknis atau operasional dari

perusahaan yang mengajukan aplikasi kredit, misalnya mengenai lokasi

tempat usaha, kondisi gedung beserta sarana, dan prasarana pendukung

lainnya.

5. Aspek manajemen

Penilaian terhadap aspek manajemen ini adalah untuk menilai pengalaman

dari perusahaan yang memohon kredit dalam mengelola kegiatan

usahanya, termasuk sumber daya manusia yang mendukung kegiatan

usaha tersebut.

6. Aspek sosial ekonomi

Untuk melakukan penilaian terhadap dampak dari kegiatan usaha yang

dijalankan oleh perusahaan yang memohon kredit khususnya bagi

masyarakat baik secara ekonomis maupun social.

7. Aspek AMDAL (Analisis Dampak Lingkungan)

Penilaian terhadap aspek AMDAL ini sangat penting karena merupakan

salah satu persyaratan pokok untuk dapat beroperasinya suatu perusahaan.

Oleh karena kegiatan usaha yang dijalankan oleh suatu perusahaan pasti

mempunyai dampak terhadap lingkungan baik darat, air dan udara.

Universitas Sumatera Utara

Page 55: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

2.2.8 Fungsi dan manfaat kredit

Dalam buku Kredit perbankan di Indonesia (Untung, 2000: 4) Kredit pada

awal perkembangannya mengarahkan fungsinya untuk merangsang kedua belah

pihak untuk tujuan pencapaian kebutuhan baik dalam bidang usaha maupun

kebutuhan sehari-hari. Pihak yang mendapatkan kredit harus dapat menunjukkan

prestasi yang lebih tinggi pada kemajuan usahanya itu, atau mendapatkan

pemenuhan atas kebutuhannya. Adapun bagi pihak yang memberikan kredit,

secara material dia harus mendapatkan rentabilitas berdasarkan perhitungan yang

wajar dari modal yang dijadikan objek kredit, dan secara spiritual mendapatkan

kepuasan karena dapat membantu pihak lain untuk mencapai kemajuan.

Suatu kredit mencapai fungsinya, baik bagi debitur, kreditur, maupun

masyarakat, apabila secara social ekonomis membawa pengaruh yang lebih baik.

Bagi pihak debitur dan kreditur, mereka sama-sama memperoleh keuntungan, dan

juga mengakibatkan tambahan penerimaan Negara dari pajak, serta membawa

dampak kemajuan ekonomi yang besifat mikro maupun makro.

Kredit dalam kehidupan perekonomian sekarang, dan juga dalam

perdagangan (Untung, 2000: 4), mempunyai fungsi sebagai berikut:

1. Meningkatkan daya guna uang

2. Meningkatkan peredaran dan lalu-lintas uang

3. Meningkatkan daya guna dan peredaran barang

4. Sebagai salah satu alat stabilitas ekonomi

Universitas Sumatera Utara

Page 56: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

5. Meningkatkan kegairahan berusaha

6. Meningkatkan pemerataan pendapatan

7. Meningkatkan hubungan internasional

Manfaat perkreditan itu sendiri akan dapat ditinjau dari masing-masing

pihak yang mempunyai kepentingan terhadap perkreditan itu sendiri (Rahman,

2000: 21), yaitu:

1. Manfaat perkreditan ditinjau dari sudut kepentingan debitur

a. Debitur dapat memperluas dan mengembangkan usahanya dengan

lebih leluasa.

b. Dengan memperoleh kredit dari bank, debitur sekaligus juga akan

memperoleh berbagai manfaat yang lain, yaitu:

1) Fasilitas perbankan yang lebih murah dalam transfer, kliring,

pembukaan L/C impor, bank garansi dan lain-lain.

2) Bank juga menyediakan faisilitas-fasilitas konsultasi pasar,

manajemen, keuangan, teknis, yuridis kepada para debiturmya.

c. Jangka waktu kredit dapat disesuaikan dengan kebutuhan dana bagi

perusahaan debitur.

d. Rahasia keuangan debitur akan lebih terlindungi karena adanya

ketentuan rahasia bank dalam Undang-undang pokok perbankan.

Universitas Sumatera Utara

Page 57: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

2. Manfaat perkreditan ditinjau dari sudut kepentingan perbankan

a. Memperoleh pendapatan bunga kredit, yaitu selisih antara bunga kredit

dengan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh bank baik dalam rangka

untuk memperoleh dana masyarakat amupun biaya-biaya overhead

dalam rangka pengelolaan kredit tersebut.

b. Menjaga solvabilitas usaha bank, dalam arti bahwa dengan adanya

pendapatan bunga kredit tersebut di atas (spread bunga), maka bank

akan dapat memenuhi kewajibannya untuk mengembalikan dana

masyarakat beserta bunganya kepada pemiliknya sebagaimana yang

telah diperjanjikan/dipersyaratkan.

c. Membantu memasarkan jasa-jasa perbankan yang lain. Hal ini

dimungkinkan dengan ditetapkannya oleh bank kepada debiturnya

suatu persyaratan agar semua kegiatan keuangan yang ada harus

disalurkan lewat bank yang bersangkutan, sehingga dengan demikian

secara otomatis jasa-jasa lain yang ditawarkan oleh bank dapat

dipasarkan untuk menampung kegiatan keuangan debitur tersebut.

d. Mempertahankan dan mengembangkan usahanya. Setiap bentuk dari

kegiatan usaha agar tetap dapat mengembangkan usahanya, maka

harus mampu memperoleh surplus guna sarana bagi pembentukan

suatu cadangan yang kuat.

e. Untuk merebut pasar (market share) dalam industri perbankan, dalam

arti bahwa suatu fasilitas kredit yang diberikan dapat digunakan

Universitas Sumatera Utara

Page 58: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

sebagai suatu alat penetrasi pasar untuk merebut market share dari

industry perbankan yang ada disuatu daerah.

f. Memungkinkan perbankan untuk mendidik para stafnya untuk

mengenal kegiatan-kegiatan industri yang lain secara mendetail.

Karena dengan suatu pembeian kredit ini bank akan mengumpulkan

dan meminta informasi yang selengkap-lengkapnya tentang berbagai

jenis usaha.

3. Manfaat perkreditan ditinjau dari sudut kepentingan pemerintah

a. Perkreditan dapat digunakan sebagai alat untuk memacu pertumbuhan

ekonomi, baik secara umum maupun untuk pertumbuhan sektor-sektor

ekonomi tertentu.

b. Sebagai alat untuk mengendalikan kegiatan moneter. Sebagai ilustrasi;

dalam rangka pengendalian inflasi, pemerintah tentunya akan sangat

berkepentingan terhadap kegiatan perkreditan secara makro, antara lain

dengan membatasi plafond kredit serta mengarahkan perkreditan pada

sektor-sektor tertentu yang masih mampu menyerap kenaikan

kebutuhan permodalan dan mampu untuk membayar kembali kredit

yang telah diberikan.

c. Perkreditan sebagai alat untuk menciptakan lapangan usaha/kegiatan,

alat peningkatan dan pemerataan pendapatan masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

Page 59: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

d. Perkreditan sebagai sumber pendapatan Negara, dalam arti bahwa

pendapatan dari pemberian kredit oleh bank-bank milik Negara juga

akan merupakan sumber pendapatan bagi Negara.

4. Manfaat perkreditan ditinjau dari kepentingan masyarakat luas

a. Dengan adanya kelancaran dari proses perkreditan diharapkan akan

diperoleh adanya pertumbuhan ekonomi yang pesat dan memvuka

lapangan usaha atau lapangan kerja baru, sehingga akan menimbulkan

kenaikan tingkat pendapatan dan pemerataan pendapatan di

masyarakat.

b. Terbukanya kemungkinan keterlibatan golongan profesi tertentu atas

suatu proses pemberian kredit oleh bank, yang tentunya juga dapat

meningkatkan penghasilannya, seperti; konsultan, akuntan public,

notaris, assets appraisal dan sebagainya

c. Masyarakat dapat menikmati hasil dari pada proyek yang dibiayai oleh

kredit bank. Bahkan dengan dibukanya atau didirikannya perusahaan

baru akan menimbulkan tumbuhnya usaha-usaha lain yang mempunyai

kaitan erat dengan perusahaan tersebut, antara supplier, penginapan

bagi para pekerja, warung makan dan perusahaan jasa lainnya.

2.2.9 Jaminan Kredit

Kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang diberikan oleh

bank mengandung resiko, sehingga dalam pelaksanannya bank harus

memerhatikan asas-asas perkreditan atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah

Universitas Sumatera Utara

Page 60: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

dalam arti keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan nasabah debitur untuk

melunasi kewajibannya sesuai dengan yang diperjanjikan merupakan factor

penting yang harus diperhatikan oleh bank.

Untuk memperoleh keyakinan tersebut, sebelum memberikan kredit,bank

harus melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal,

agunan dan prospek usaha dari nasabah debitur.

Mengingat bahwa agunan sebagai salah satu unsur pemberian kredit, maka

apabila berdasarkan unsur-unsur lain telah dapat diperoleh keyakinan atas

kemampuan nasabah debitur mengembalikan hutangnya, agunan dapat hanya

berupa barang, proyek, atau hak tagih yang dibiayai dengan kredit yang

bersangkutan.

Selain apa yang telah dikemukakan di atas, bank dalam memberikan kredit

atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah harus pula memerhatikan hasil

Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) bagi perusahaan yang ber skala besar

dan/atau beresiko tinggi agar proyek yang dibiayai tetap menjaga kelestarian

lingkungan.

Menurut ketentuan pasal 2 ayat (1) surat keputusan direksi bank Indonesia

no. 23/69/KEP/DIR tanggal 28 februari 1991 dalam (Hermansyah, 2005: 73)

tentang jaminan pemberian kredit, bahwa yang dimaksud dengan jaminan adalah

suatu keyakinan bank atas kesanggupan debitur untuk melunasi kredit sesuai

dengan yang diperjanjikan. Sedangkan menurut ketentuan pasal 1 butir 23 yang

dimaksud dengan agunan adalah jaminan tambahan yang diserahkan nasabah

Universitas Sumatera Utara

Page 61: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

debitur kepada bank dalam rangka pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan

berdasarkan pronsip syariah.

Berdasakan pada pengertian jaminan di atas, maka dapat dikemukakan

bahwa fungsi utama dai jaminan adalah untuk meyakinkan bank atau kreditur

bahwa debitur mempunyai kemampuan untuk melunasi kredit yang diberikan

kepadanya sesuai dengan perjanjian kredit yang telah disepakati bersama.

Macam-macam jaminan (Hermansyah, 2005 74):

1. Jaminan perorangan (personal guaranty)

Jaminan perorangan atau jaminan pribadi adalah jaminan seorang pihak

ketiga yang bertindak untuk menjamin dipenuhinya kwajiban-kewajiban

dari debitur. Dalam pengertian lain dikatakan bahwa jaminan

perseorangan adalah suatu perjanjian antara seorang berpiutang (kreditur)

dengan seorang pihak ketiga, yang menjamin dipenuhinya kewajiban-

kewajiban si berhutang (debitur). Ia bahkan dapat diadakan di luar (tanpa)

pengetahuan si berhutang tersebut.

Dalam jaminan perorangan selalu dimaksudkan bahwa untuk pemenuhan

kewajibanm-kewajiban si berutang, yang dijamin pemenuhan seluruhnya

atau sampai suatu bagian (jumlah) tertentu, harta benda si penanggung

(penjamin) bias disita dan dilelang menurut ketentuan-ketentuan perihal

pelaksanaan (eksekusi) putusan-putusan pengadilan.

Universitas Sumatera Utara

Page 62: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

2. Jaminan kebendaan

Jaminan kebendaan merupakan suatu tindakan berupa suatu penjaminan

yang dilakukan oleh kreditur terhadap debiturnya, atau antara kreditur

dengan seorang pihak ketiga guna menjamin dipenuhinya kewajiban-

kewajiban dari debitur.

Jaminan kebendaan dapat diadakan antara kreditur dengan debiturnya,

tetapi juga dapat diadakan antara kreditur dengan seorang pihak ketiga

yang menjamin dipenuhinya kewajiban-kewajiban dari si berhutang

(debitur)

Pemberian jaminan kebendaan selalu berupa menyendirikan suatu bagian

dari kekayaan seseorang, si pemberi jaminan dan menyediakannya guna

pemenuhan (pembayaran) kewajiban hutang dari seorang debitur.

Kekayaan tersebut dapat berupa kekayaan si debitur sendiri atau kekayaan

seorang pihak ketiga. Penyendirian atau penyediaan secara khusus itu

diperuntukkan bagi keuntungan seorang kreditur tertentu yang telah

memintanya, karena bila tidak ada penyendirian atau penyediaan khusus

itu, bagian dari kekayaan tadi, seperti halnya dengan seluruh kekayaan si

debitur dijadikan jaminan untuk pembayaran semua hutang debitur.

Oleh karena itu, pemberian jaminan kebendaan kepada seorang kreditur

tertentu, memberikan kepada kreditur tersebut suatu privilege atau

kedudukan istimewa terhadap kreditur lainnya.

Universitas Sumatera Utara

Page 63: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

2.2.10 Kredit Macet

Jika suatu kredit sudah dicairkan, maka bank hendaklah melakukan

pembinaan dan pengawasan secara tertib. Pemantauan terhadap perusahaan

nasabah dan perkembangannya dapat memberikan masukan secara dini atas gejaa

kemungkinan terjadinya kredit macet. Gejala ini merupakan tanda bahaya yang

sangat berguna bagi bank dalam mengantisipasi terjadinya kredit macet, dan tanda

bahaya merupakan upaya pengenalan secara dini akan situasi kredit yang dapat

menimbulkan masalah.

Jadi ada tiga kunci utama dalam menangkal terjadinya kredit macet

(Mahmoeddin, 1995: 23), yaitu:

1. Ketatnya banker memegang faktor penilaian kredit

2. Tajamnya banker melakukan analisis aspek kredit

3. Teguhnya banker dalam memegang prinsip pemberian kredit

Dari keterangan diatas kredit macet bisa ditangkal terlebih dahulu sebelum

terjadi, namun tidak bisa dipungkiri bahwa kredit macet pasti akan terjadi

walaupun sudah dilaksanakan tindakan penangkalan untuk mengatasi kredit macet

tersebut sebelum terjadi. Kredit macet terjadi dikarenakan kesalahan dari pihak

bank sebagai (kreditur) dan kesalahan nasabah sebagai (debitur).

Universitas Sumatera Utara

Page 64: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

Gejala kredit macet tersebut adalah sebagai berikut (Mahmoeddin, 1995:

49) :

1. Nasabah mulai ingkar janji

Antara bank dan nasabah selalu terikat dengan suatu janji yang dituangkan

dalam perjanjian kredit. Antara lain kewajibannya membayar bunga tiap

bulan, atau melakukan angsuran pokok pinjaman secara periode tertentu.

Namun kenyataannya nasabah tidak mampu memenuhi janjinya. Berarti

nasabah sudah mulai kesulitan likuiditas. Suatu gejala tanda bahaya bahwa

perusahaan akan mengalami kesulitan.

2. Nasabah membuat laporan fiktif

Dalam rangka pembinaan dan pengawasan, terdapat kewajiban nasabah

untuk memberikan laporan keuangan secara benar dan teratur kepada bank

pemberi kredit. Jika dalam pengecekan ternyata laporan keuangan tersebut

tidak tepat bahkan fiktif, maka hal ini perlu diwaspadai sebagai suatu

gejala yang tidak sehat.

3. Nasabah tidak terbuka

Setiiap perusahaan mempunyai hak untuk merahasiakan hal yang sangat

penting demi kemajuan perusahaannya. Tetapi jika nasabah merahasiakan

sesuatu hal yang erat kaitannya dengan penggunaan kredit, maka berarti

ada suatu hal yang tidak wajar telah dilakukan oleh nasabah.

Universitas Sumatera Utara

Page 65: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

4. Nasabah menolak wawancara

Nasabah yang berhasil dan jujur akan senang diwawancarai oleh petugas

bank, sebaliknya jika nasabah mengelak dan tidak mau diwawancarai

berarti nasabah tersebut sudah melakukan suatu kesalahan yang tidak ingin

diketahui oleh bank, dengan kata lain ini merupakan suatu gejala dan tanda

bahaya yang perlu diwaspadai.

Jika bank menemukan tanda bahaya tersebut di atas, perlu diambil tindak

lanjut untuk penyelamatan kredit secara lebih awal. Jika perusahaan masih

bisa diharapkan untuk dikembangkan mungkin perlu dilakukan

penambahan kredit (suplesi), perpanjangan kredit, atau perubahan jadwal

angsuran (rescheduling) agar nasabah tidak terlanjur terjerat dalam

kesulitan likuiditas, dan bank terlambat memberikan bantuan.

Sebaliknya jika tanda bahaya tersebut menunjukkan ketidak mampuan,

maka pemecahan dapat dilakukan dengan pencairan harta benda nasabah

secara dini atau penjualan di bawah tangan, sehingga masalah jadi tidak

berlarut-larut.

Berdasarkan pengamatan (Mahmoeddin, 1995: 52) penyebab timbulnya

kredit macet adalah sebagai berikut:

1. Bank memiliki kemampuan teknis yang kurang

Semakin canggih usaha nasabah, semakin tertantang bank dalam

melakukan analisisnya. Jika nasabah memiliki usaha yang sederhana,

maka petugas bank tentu saja secara mudah mempelajari lika-liku bisnis

Universitas Sumatera Utara

Page 66: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

tersebut. Tetapi jika bisnis tersebut sangat kompleks, maka sering para

petugas bank tertinggal jauh pengetahuannya disbanding dengan para

nasabahnya. Hal ini dapat menyulitkan bagi bank dalam memberikan

keputusannya.

Pemberian kredit kepada perusahaan yang high technology, seperti industri

komputer, industri otomotif, industri baja, secara teknis sudah dipastikan

pengetahuan petugas bank jauh ketinggalan. Karena itu diperlukan tenaga

konsultan untuk melakukan penilaian terhadap proyek tersebut. Jika tidak,

maka bank akan dibohongi secara mentah-mentah oleh nasabahnya.

Masalah ini pernah ditulis oleh Kwik Kian Gie dalam (Mahmoeddin,

1995: 57) bahwa kelicikan nasabah menaikkan biaya proyek dari $ 500

juta, menjadi $ 600 juta. Jika kredit direalisir maka sisa uang $ 100 juta

dapat ditabung di bank Swis.

Jika terjadi kredit macet, maka bank menyita besi tua ditambah barang

agunan ala kadarnya. Sementara si nasabah sudah menikmati simpanan

sebesar $ 100 juta secara aman.

2. Bank lemah dalam melakukan pengawasan

Selesainya pemberian kredit kepada nasabah bukanlah berarti selesainya

sebuah masalah, justru dimulainya suatu tugas rutin bagi bank, khususnya

petugas pengawasan kredit. Bank seyogyanya menerima laporan keuangan

nasabah secara rutin tiap bulan atau tiap periode tertentu, yang harus

dilanjutkan dengan pemeriksaan on the spot secara mendadak, untuk

memastikan kebenaran laporan tertulisnya.

Universitas Sumatera Utara

Page 67: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

Jika bank tidak mempunyai tenaga yang cukup, atau tenaga pengawas

tidak mempunyai kemampuan dalam meneliti kebenaran angka-angka

dalam laporan keuangan, maka lambat laun bank akan dibohongi oleh

nasabahya. Akhirnya bank terlambat mengetahui secara dini masalah yang

mungkin menimbulkan kesulitan dalam pengembalian kredit.

3. Bank terlalu melihat riwayat nasabah

Memang benar bahwa riwayat pinjaman seseorang nasabah merupakan

faktor penting dalam penilaian karakternya. Tetapi tidak jarang, bahwa

suatu waktu seseorang tersebut karakternya tidak teruji pada masa-masa

yang suit, dan tidak jarang para pengusaha akan maju usahanya, jika ia

berusaha dalam skala kecil-kecilan namun begitu usahanya membesar ia

menjadi tidak mampu mengelolanya.

Pengalaman bank sering menjumpai pengusaha kecil yang dibina bank

bertahun-tahun dapat berubah menjadi nakal, atau gagal setelah usahanya

membesar. Sebagai contoh banyak pengusaha kecil yang bergerak di

warung sate, berupa bangunan darurat di pinggir jalan. Kemajuan

usahanya, membuat ia mampu membeli sebuah restoran dengan bangunan

gedung bertingkat, namun ternyata ia tidak memiliki kemampuan utnuk

mengelolanya.

4. Petugas bank atau banker sendiri minta hadiah dari nasabah

Hal ini adalah menyangkut karakter petugas bank yang sangat merugikan

nasabah dan bank itu sendiri. Budaya ini mungkin masih terdapat di

beberapa instansi di Negara kita ini, termasuk instansi atau lembaga

Universitas Sumatera Utara

Page 68: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

perbankan. Adanya pemotongan kredit nasabah ini sangat merusak citra

bank. Bentuk hadiah itu antara lain:

a. Insan perbankan minta bagian uang dengan presantase tertentu

b. Pimpinan perbankan minta dilayani (entertainment) misalnya

kunjungan pemeriksaan oleh pejabat yang lebih atas, minta pelayanan

yang membutuhkan biaya cukup besar, bahkan minta disediakan oleh-

oleh, yang muaranya pemerasan kepada nasabah.

5. Nasabah memiliki karakter yang diragukan

Dengan kata lain, nasabah memang berwatak nakal. Mungkin saja saat ia

mengajukan permohonan kredit, semua sudah memenuhi syarat dan

melalui prosedur yang wajar, namun setelah kredit dicairkan timbul

keinginannya untuk mengkhianati perjanjian yang telah disepakatinya

dengan bank.

6. Nasabah menyimpankan kredit modal kerja ke investasi

Penyimpangan penggunaan dana (side streaming of founds) dari kredit

modal kerja yang identic dengan kredit jangka pendek, menjadi kredit

modal tetap yang identik dengan kredit jangka panjang, akan

menimbulkan bencana ‘mati langkah’ bagi perusahaan, yang bermuara

kepada kemacetan usaha, karena akan merusak tatanan pembelanjaan yang

sudah direncanakan, dan disepakati dengan pihak bank.

Jika hal ini ketahuan oleh pihak bank, yang dilanjutkan dengan teguran

bahwa nasabah tersebut tentu akan mengalami kesulitan dalam

Universitas Sumatera Utara

Page 69: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

pengembalian kredit, biasanya nasabah menantang, bahwa bank tidak usah

kawatir, karena nilai agunan akan semakin tinggi. Suatu jawaban yang

memang terasa naïf.

7. Nasabah memalsukan catatan dan pembukuan

Pemalsuan catatan dan pembukuan, baik pada saat pengajuan kredit,

maupun pada saat selama kredit berjalan, dapat memberikan masukan

yang menipu bank. Akibatnya bank akan terjebak dalam kasus kredit yang

boleh dikatakan mendekati fiktif.

Catatan dan pembukuan nasabah merupakan sumber utama dalam

meneliti perjalanan bisnis nasabah. Catatan tersebut berbicara banyak,

mengenai keadaan dan prospek usaha nasabah. Jika catatan tersebut palsu,

maka si pembaca catatan akan dibohongi oleh nasabah. Cepat atau lambat

catatan ini akan bermuara pada ketidakberesan kredit nantinya.

8. Nasabah memakai agunan milik orang lain

Pemakaian agunan milik oang lain, bukanlah merupakan barang tabu

dalam pemberian kredit. Apalagi sebagai agunan tambahan untuk

memenuhi persyaratan. Namun agunan milik orang lain dipakai sebagai

jaminan utama, apalagi jaminan tunggal, perlu dipertanyakan kebenaran

dan keikhlasan si pemiliknya. Jika pemilik masih kerabat dekat mungkin

bank dapat mempercayainya, apalagi pemilik tersebut isteri/suami, atau

anaknya sendiri. Tetapi jika pemilik adalah orang tuanya, perlu diteliti

keikhlasan para ahli waris yang lain.

Universitas Sumatera Utara

Page 70: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

9. Nasabah menggunakan nama orang lain

Penggunaan nama orang lain oleh seseorang dalam pengajuan kredit oleh

sebuah bank pemerintah disebut “topengan”, karena wajah pemakai kredit

sebenarnya, bersembunyi dibalik wajah nasabah formal. Berbagai motivasi

dilakukan oleh peminjam dalam kredit topengan ini.

10. Nasabah melarikan diri

Kasus ini merupakan kasus yang lebih ekstrim. Pada kasus ini nasabah

sesudah memperoleh kredit, langsung meninggalkan alamat tempat

keberadaan secara formal. Jika perlu nasabah menghilang dari kota tempat

ia memperoleh kredit.

Selanjutnya ada beberapa faktor-faktor penyebab terjadinya kredit macet

(Mahmoeddin, 1995: 14), diantaranya sebagai berikut:

1. Faktor kelemahan

a. Kelemahan bank dalam melakukan analisis, sehingga terjadi kesalahan

dalam mengambil keputusan.

b. Kelemahan nasabah dalam mengelola perusahaan terjadi kerugian.

2. Faktor kenakalan

a. Rendahnya moral para banker yang sengaja melakukan pelanggaran

terhadap etika perbankan.

b. Rendahnya moral nasabah yang dengan sengaja memanfaatkan

kelemahan bank.

Universitas Sumatera Utara

Page 71: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

3. Faktor keadaan

a. Adanya ketentuan pemerintah yang meugikan bisnis nasabah

b. Adanya resiko bisnis yang sulit dielakkan

c. Adanya musibah yang harus diterima.

Universitas Sumatera Utara

Page 72: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Bentuk Penelitian

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode penelitian

kualitatif deskriptif dengan studi eksplorasi. Menurut Bogdan dan Taylor dalam

(Moleong, 2006: 4) mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian

yang berdasarkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-

orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian deskriptif berusaha mencari

fakta dengan interprestasi yang tepat. Penelitian deskriptif ekpslorasi adalah

penelitian yang difokuskan untuk mendeskripsikan tentang permasalahan dan

aktivitas penelitian, karena itu penelitian ini tidak dimaksudkan untuk menguji

suatu teori sehingga tidak menggunakan hipotesis (Supranto, 1997: 41).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang

Pembantu Graha Helvetia Medan, yang beralamat di Jalan Kapten Sumarsono

Nomor 13-14 Komplek Brayan Trade Centre Medan. Penelitian ini dilaksanakan

selama satu bulan, terhitung dari bulan Juni hingga Juli 2013.

3.3 Informan Penelitian

Subjek penelitian menjadi informan yang akan memberikan berbagai

informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Informan penelitian ini

meliputi dua macam yaitu :

Universitas Sumatera Utara

Page 73: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

1. Informan kunci, (key informan), yaitu mereka yang mengetahui dan

memiliki informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian

2. Informan biasa, yaitu mereka yang terlibat secara langsung dalam interaksi

sosial yang diteliti (Hendarso dalam Suyanto, 2005: 171).

Dari penjelasan yang sudah diterangkan diatas, maka peneliti

menggunakan teknik Purposive Sampling dalam menentukan informannya.

Purposive sampling merupakan penentuan informan tidak didasarkan atas strata,

kedudukan, pedoman, atau wilayah tetapi didasarkan pada adanya tujuan dan

pertimbangan tertentu yang tetap berhubungan dengan permasalahan penelitian.

Sampling Purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan

tertentu (Sugiyono, 2005: 96). Seperti didalam penelitian ini yang akan meneliti

tentang penyelesaian kasus kredit macet maka sampel sumber datanya adalah

orang yang ahli dalam kredit perbankan dan yang menjadi informan penelitinya

adalah :

1. Informan kunci yaitu terdiri dari Kepala Cabang Bank Syariah Mandiri

Kantor Cabang Pembantu Graha Helvetia Medan.

2. Informan biasa yaitu para karyawan dari Bank Syariah Mandiri Kantor

Cabang Pembantu Graha Helvetia Medan.

Data-data dalam penelitian ini diperoleh dari empat orang sumber.

Pimpinan dan karyawan bank syariah mandiri kantor cabang pembantu graha

Helvetia Medan yang berwenang dalam pekerjaan kredit merupakan sumber

utama untuk mendapatkan data primer. Sedangkan data sekunder penulis dapatkan

Universitas Sumatera Utara

Page 74: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

melalui studi dokumen, seperti laporan kredit dan dokumen-dokumen relevan

lainnya.

3.4 Definisi Konsep

Konsep merupakan istilah yang digunakan dalam menggambarkan secara

abstrak tentang kejadian dan keadaan yang menjadi pusat perhatian. Konsep

teoritis diajukan untuk menjawab permasalahan yang diteliti oleh penulis, karena

itu perlu adanya definisi konsep, khususnya tentang kredit.

1. Pengertian Kredit

a. Menurut OP Simorangkir (Untung, 2000: 1) Kredit adalah

pemberian prestasi (misalnya uang, barang) dengan balas prestasi

(kontra prestasi) yang akan terjadi pada waktu yang akan datang.

b. Menurut Eric L Kohler (Rahman, 2000: 19) Kredit adalah

kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau

mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji pembayarannya

akan dilakukan, ditangguhkan pada suatu jangka waktu yang

disepakati.

2. Kredit bermasalah

Kredit macet bisa ditangkal terlebih dahulu sebelum terjadi, namun tidak

bisa dipungkiri bahwa kredit macet pasti akan terjadi walaupun sudah

dilaksanakan tindakan penangkalan untuk mengatasi kredit macet tersebut

sebelum terjadi. Kredit macet terjadi dikarenakan kesalahan dari pihak

bank sebagai (kreditur) dan kesalahan nasabah sebagai (debitur).

Universitas Sumatera Utara

Page 75: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

Gejala kredit macet tersebut adalah sebagai berikut (Mahmoeddin, 1995:

49) :

a. Nasabah mulai ingkar janji

Antara bank dan nasabah selalu terikat dengan suatu janji yang

dituangkan dalam perjanjian kredit. Antara lain kewajibannya

membayar bunga tiap bulan, atau melakukan angsuran pokok

pinjaman secara periode tertentu. Namun kenyataannya

nasabah tidak mampu memenuhi janjinya. Berarti nasabah

sudah mulai kesulitan likuiditas. Suatu gejala tanda bahaya

bahwa perusahaan akan mengalami kesulitan.

b. Nasabah membuat laporan fiktif

Dalam rangka pembinaan dan pengawasan, terdapat kewajiban

nasabah untuk memberikan laporan keuangan secara benar dan

teratur kepada bank pemberi kredit. Jika dalam pengecekan

ternyata laporan keuangan tersebut tidak tepat bahkan fiktif,

maka hal ini perlu diwaspadai sebagai suatu gejala yang tidak

sehat.

c. Nasabah tidak terbuka

Setiap perusahaan mempunyai hak untuk merahasiakan hal

yang sangat penting demi kemajuan perusahaannya. Tetapi jika

nasabah merahasiakan sesuatu hal yang erat kaitannya dengan

penggunaan kredit, maka berarti ada suatu hal yang tidak wajar

telah dilakukan oleh nasabah.

Universitas Sumatera Utara

Page 76: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

d. Nasabah menolak wawancara

Nasabah yang berhasil dan jujur akan senang diwawancarai

oleh petugas bank, sebaliknya jika nasabah mengelak dan tidak

mau diwawancarai berarti nasabah tersebut sudah melakukan

suatu kesalahan yang tidak ingin diketahui oleh bank, dengan

kata lain ini merupakan suatu gejala dan tanda bahaya yang

perlu diwaspadai.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua macam data yaitu:

1. Pengumpulan data primer.

Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara

langsung dari sumber asli dan tidak melalui media perantara (Indriantoro

dan Supomo, 2002: 147).

Instrument dari data primer tersebut adalah:

a. Observasi, yaitu kegiatan tentang apa yang dilakukan (pengamatan)

ketika berada di lapangan. Sutrisno (Sugiyono, 2005: 166)

mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang

kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan

psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses

pengamatan dan ingatan.

Topiknya adalah mengamati dengan cermat bagaiamana proses

pemberian kredit tersebut diberikan oleh pihak bank sebagai kreditur

dan melihat nasabah sebagai debitur yang mengajukan permohonan

untuk permintaan kredit tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Page 77: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

b. Wawancara, digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila

peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan

permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin

mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah

respondennya sedikit/kecil (Sugiyono, 2005: 157). Wawancara dapat

dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat

dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun dengan

menggunakan telepon.

Topiknya adalah untuk pengumpulan data mengenai kredit dan kasus

kredit macet yang di dapat dari informan dan mengetahui informasi

mengenai kredit macet dari seluruh informan di bank syariah mandiri

kantor cabang pembantu Graha Helvetia Medan.

2. Pengumpulan data sekunder.

Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti

secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh

pihak lain).

Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang

telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan

yang tidak dipublikasikan (Indriantoro, Supomo, 2002: 147).

Universitas Sumatera Utara

Page 78: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

3.6 Metode Analisa Data

Setelah semua data yang diperlukan terkumpul secara lengkap dan

disusun secara sistematis, selanjutnya akan dianalisis dalam penelitian ini. Penulis

memilih metode analisis data secara kualitatif, yaitu analisis berupa kalimat dan

uraian. Dengan metode kualitatif akan diperoleh suatu gambaran dan jawaban

yang jelas mengenai pokok permasalahan dan menemukan kebenaran yang dapat

diterima oleh akal sehat manusia dan terbatas pada masalah yang diteliti.

Analisis data akan disfokuskan kepada tiga aspek, yaitu:

1. Faktor-faktor yang menyebabkan kredit macet

2. Cara penyelesaian yang dilakukan bank untuk mengatasi kredit macet

3. Hambatan-hambatan yang dihadapi dalam mengatasi kredit macet

Dengan demikian akan terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap data

yang diperoleh selama penelitian, kemudian dipadukan dengan teori yang

melandasinya untuk mencari dan menemukan hubungan / relevansi antara data

yang diperoleh dengan landasan teori yang digunakan.

3.7 Metode Penyajian Data

Setelah semua data yang diperlukan terkumpul dan dirasa cukup,

kemudian disusun secara teratur untuk selanjutnya diolah dan disajikan dalam

bentuk uraian. Terhadap data yang mendukung akan diuraikan sedemikian rupa,

sedangkan terhadap data yang kurang relevan akan diabaikan. Hal ini

dimaksudkan agar data yang telah diperoleh lebih mudah dipahami dan

dimengerti, yang kemudian disusun dalam sebuah laporan penelitian.

Universitas Sumatera Utara

Page 79: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1 Sejarah Perusahaan

Kehadiran Bank Syariah Mandiri sejak tahun 1999, sesungguhnya

merupakan hikmah sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter 1997-

1998. Sebagaimana diketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, yang

disusul dengan krisis multi-dimensi termasuk di panggung politik nasional, telah

menimbulkan beragam dampak negatif yang sangat hebat terhadap seluruh sendi

kehidupan masyarakat, tidak terkecuali dunia usaha. Dalam kondisi tersebut,

industri perbankan nasional yang didominasi oleh bank-bank konvensional

mengalami krisis luar biasa. Pemerintah akhirnya mengambil tindakan dengan

merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia.

Salah satu bank konvensional, PT Bank Susila Bakti (BSB) yang dimiliki

oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang Negara dan PT

Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB berusaha keluar dari situasi

tersebut dengan melakukan upaya merger dengan beberapa bank lain serta

mengundang investor asing.

Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan penggabungan (merger)

empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim, dan 93

Bapindo) menjadi satu bank baru bernama PT Bank Mandiri (Persero) pada

tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan tersebut juga menempatkan dan

Universitas Sumatera Utara

Page 80: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. sebagai pemilik mayoritas baru

BSB.

Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri melakukan

konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan Perbankan Syariah.

Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan perbankan syariah

di kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon atas diberlakukannya UU

No. 10 tahun 1998, yang memberi peluang bank umum untuk melayani transaksi

syariah (dual banking system).

Tim Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa pemberlakuan

UU tersebut merupakan momentum yang tepat untuk melakukan konversi PT

Bank Susila Bakti dari bank konvensional menjadi bank syariah. Oleh karenanya,

Tim Pengembangan Perbankan Syariah segera mempersiapkan sistem dan

infrastrukturnya, sehingga kegiatan usaha BSB berubah dari bank konvensional

menjadi bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah dengan nama PT Bank

Syariah Mandiri sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris: Sutjipto, SH, No. 23

tanggal 8 September 1999.

Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah dikukuhkan

oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No. 1/24/ KEP.BI/1999,

25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior

Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/ 1999, BI 94menyetujui perubahan nama

menjadi PT Bank Syariah Mandiri. Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal

tersebut, PT Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin

tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999.

Universitas Sumatera Utara

Page 81: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank yang

mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang melandasi

kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani

inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah Mandiri dalam

kiprahnya di perbankan Indonesia. BSM hadir untuk bersama membangun

Indonesia menuju Indonesia yang lebih baik.

Sedangkan Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Graha

Helvetia Medan berdiri pada bulan November 2011. Awal berdirinya respon

masyarakat tidak begitu bagus terhadap bank yang berbasis syariah, dikarenakan

sebelum bank ini berdiri terjadi penipuan terhadap nasabah oleh lembaga

keuangan yang berlabel syariah.

Melalui strategi-strategi yang dijalankan oleh Bank Syariah Mandiri dalam

mendapatkan nasabah, lama-kelamaan kepercayaan dari masyrakat ada kembali

terhadap bank berbasis syariah. Sehingga pada akhir Desember 2010 aset yang

masuk di Bank Syariah Mandiri sejumlah 1,3 M. Disini menunjukkan bahwa

terjadi perkembangan yang signifikan.

Bank Syariah Mandiri didirikan dengan aturan perjanjian berdasarkan

hukum Islam antara bank dan pihak lain. Kedekatan nasabah akan diimbangi

dengan keterbukaan dalam layanan produk BSM sesuai syariah, modern, dan

universal. Lima tahun belum bisa dibilang lama dalam dunia perbankan. Bank

Syariah Mandiri (BSM) tahu persis hal itu. Meski sudah menjadi bank syariah

terbesar dengan jaringan terluas di Tanah Air, BSM masih terus berupaya

mewujudkan visi untuk menjadi bank syariah tepercaya pilihan mitra usaha.

Universitas Sumatera Utara

Page 82: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

Layanan perbankan yang real time dan online di 91 kantor cabang yang tersebar di

19 provinsi di Indonesia cuma menjadi salah satu upaya buat meraih predikat

sebagai bank syariah tepercaya.

Presiden Direktur BSM Nurdin Hasibuan menjelaskan, BSM memiliki

sembilan produk berteknologi. Di antara adalah SMS Banking, Sistem

Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) yang online dengan Departemen Agama

RI, dan intercity clearing atau kliring lokal, serta Real-Time Gross Settlement

(RTGS). Direktur BSM Muhammad Haryoko menambahkan, BSM juga memiliki

training master plan yang selalu menempa sumber daya manusia dengan latihan-

latihan intensif agar siap sedia. "Kalau memang ada produk-produk di bank

konvensional, Insya Allah kami di Bank Syariah Mandiri juga akan selalu

memprovide sehingga kita tidak akan ketinggalan dengan bank-bank

konvensional," kata M. Haryoko.

BSM didirikan dengan dasar aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam

antara bank dan pihak lain. Terutama berkaitan dengan penyimpanan dana dan

atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang sesuai dengan

syariah. Sejumlah prestasi pernah diraih bank yang menganut prinsip keadilan,

kesederajatan, dan ketentraman ini. Di antaranya pernah mendapat predikat Bank

Sehat dari Bank Indonesia, Bank Sangat Bagus selama tiga tahun berturut-turut

versi Infobank Award, Sepuluh Bank Terbaik kategori aset 1 hingga Rp 10 triliun

versi Majalah Investor. Selain itu BSM pernah ditetapkan sebagai bank syariah

dengan pertumbuhan paling cepat serta The Best Customer Satisfaction Karim

Business Consulting, hasil survei Majalah Modal dan Karim Business Consulting.

Universitas Sumatera Utara

Page 83: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

4.1.2 Logo Instansi

Gambar 3.1 : Logo Instansi Sumber : PT Bank Syariah Mandiri 2013

Logo di atas memiliki arti :

Zona Ekonomi Islam terdapat keterkaitan yang erat dalam upaya

pengembangan institusi keuangan syariah. Begitu juga dengan instrumentasi-

instrumentasi keuangannya. Satu institusi akan membutuhkan institusi dan

instrumen-instrumen lainnya. Ketika bank syariah dikembangkan, muncullah

kebutuhan mendesak untuk membuat pasar uang syariah. Pada saat reksa dana

syariah dimunculkan, perlu instrumen-instrumen halal untuk penyaluran

penempatan portfolio nya, reksa dana syariah memerlukan bank syariah,

membutuhkan saham halal, dan memunculkan juga kemungkinan peluang

obligasi syariah.

4.1.3 Visi dan Misi Perusahaan

1. Visi : Menjadi bank syariah terpercaya pilihan mitra usaha.

2. Misi :

a. Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan yang

berkesinambungan.

Universitas Sumatera Utara

Page 84: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

b. Mengutamakan penghimpunan dana konsumer dan penyaluran

pembiayaan pada segmen UMKM (Usaha Mikro Kecil dan

Menengah)

c. Merekrut dan mengembangkan pegawai profesional dalam

lingkungan kerja yang sehat.

d. Mengembangkan nilai-nilai syariah universal.

e. Menyelenggarakan operasional bank sesuai standar perbankan

yang sehat

4.1.4 Nilai Operasional Perusahaan

Bank Syariah mandiri dalam menjalankan usaha komersilnya mempunyai

tiga prinsip operasional, yaitu:

1) Sistem Bagi Hasil

Sistem ini adalah suatu sistem yang meliputi tata cara pembagian usaha

antara penyedia dana dengan pengelola dana. Pembagian hasil usaha ini

dapat terjadi antara bank dengan penyimpan dana, maupun antara bank

dengan nasabah penerima dana.

2) Sistem Jual Beli Dengan Margin Keuntungan

Sistem ini merupakan suatu sistem yang menerapkan tata cara jual beli,

dimana bank mengangkat nasabah sebagai agen bank dan nasabah dalam

kapasitasnya sebagai agen bank melakukan pembelian barang atas nama

bank, kemudian bank akan bertindak sebagai penjual akan menjual barang

Universitas Sumatera Utara

Page 85: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

tersebut kepada nasabah dengan harga sejumlah harga beli di tambah

keuntungan bagi bank (margin/mark up).

3) Sistem Fee (jasa)

Sistem ini meliputi seluruh layanan non pembiayaan yang diberikan oleh

bank.

4.1.5 Struktur Organisasi Perusahaan

BANK SYARIAH MANDIRI KANTOR CABANG PEMBANTU

GRAHA HELVETIA MEDAN

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Graha Helvetia Medan

Sumber : PT. Bank Syariah Mandiri 2013

Kepala Cabang

Operational Officer Marketing

Teller Customer Service Back Office

Office Boy Security

Universitas Sumatera Utara

Page 86: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

4.1.6 Job Description

4.1.6.1 Kepala Cabang

Tugas dan tanggung jawab pemimpin cabang Bank Syariah Mandiri

Kantor Cabang Pemabntu Graha Helvetia Medan adalah :

1. Melaksanakan misi Kantor Cabang secara keseluruhan, yaitu membantu

Direksi untuk memperoleh laba yang wajar melalui penyediaan produk

dan jasa perbankan yang dibutuhkan masyarakat di daerah kerja Cabang,

mendorong pemberdayaan ekonomi serta berfungsi sebagai pengelola

uang daerah, dalam rangka mewujudkan Bank yang berkembang secara

Sehat, Dinamis, Mandiri dan Terpercaya, dan memberikan kontribusi yang

nyata

2. Mengelola pelaksanaan sistem dan prosedur kerja

3. Merencanakan, mengembangkan, melaksanakan serta mengelola bisnis di

wilayah kerja cabang

4. Merencanakan, mengembangkan, melaksanakan serta mengelola layanan

unggul kepada nasabah

5. Memberikan kontribusi laba yang nyata terhadap upaya pencapaian laba

Bank secara keseluruhan

6. Memberikan kontribusi yang nyata untuk mendorong pemberdayaan

ekonomi

Universitas Sumatera Utara

Page 87: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

7. Melaksanakan kepatuhan terhadap sistem dan prosedur, peraturan Bank

Indonesia serta peraturan perundang-undangan yang berlaku

8. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pokok, fungsi serta

kegiatannya

4.1.6.2 Marketing

Tugas dan tanggung jawab Marketing Bank Syariah Mandiri Kantor

Cabang Pemabntu Graha Helvetia Medan adalah :

1. Menyebarluaskan informasi mengenai produk Commercial Banking &

Consumer Banking kepada nasabah maupun calon nasabah.

2. Mengumpulkan informasi dan data untuk menyusun daftar potensial

nasabah sebagai target pemasaran

3. Menyusun rencana aktivitas pemasaran KCP secara reguler (mingguan &

bulanan)

4. Melayani dan melakukan kontak secara reguler dengan nasabah

inti/dominan baik secara formal maupun informal

5. Melakukan kontak/mengunjungi dan menawarkan produk jasa Bank

dengan calon-calon nasabah potensial baik secara formal maupun

informal

Universitas Sumatera Utara

Page 88: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

6. Mewakili/bersama Sub Branch Manager / Sub Branch Supervisor hadir

dalam acara yang diselenggarakan oleh pihak eksternal untuk membina

hubungan baik

7. Mengajukan usulan sponsorship kepada Sub Branch Manager agar secara

aktif terlibat dalam kegiatan publik untuk membangun citra positif Bank

8. Menyusun & mengajukan permohonan pengadaan barang cetak dan

material lain yang dibutuhkan untuk kegiatan pemasaran produk jasa

Bank

9. Melakukan kontak dengan Kantor Induk untuk koordinasi persiapan dan

pelaksanaan program pemasaran dari Kantor Pusat

10. Melakukan kontak dengan pihak-pihak eksternal untuk koordinasi

persiapan dan pelaksanaan program pemasaran dari Kantor Pusat

11. Menyusun laporan aktivitas dan evaluasi pencapaian target KCP secara

reguler bulanan

12. Menyerahkan laporan ke Sub Branch Manager untuk diperiksa dan

ditandatangani

4.1.6.3 Operational Officer

4.1.6.3.1 Customer Service

Tugas dan tanggung jawab Customer Service Bank Syariah Mandiri

Kantor Cabang Pembantu Graha Helvetia Medan adalah :

Universitas Sumatera Utara

Page 89: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

1. Sebagai Resepsionis, Artinya sebagai penerima tamu yang datang ke

Bank. Tamu yang dimaksud adalah nasabah yang datang ke bank.

Fungsinya dalam hal melayani pertanyaan yang diajukan nasabah dan

memberikan informasi yang diinginkan selengkap mungkin.

2. Sebagai Deskman, artinya sebagai orang yang melayani berbagai macam

aplikasi yang diajukan nasabah atau calon nasabah.

3. Sebagai Salesman, artinya sebagai orang yang menjual produk

perbankan,maksudnya menawarkan produk bank kepada setiap calon

nasabah yang datang ke bank.

4. Sebagai Customer Relation Officer, yaitu sebagai seseorang yang dapat

membina hubungan baik dengan seluruh nasabah, termasuk merayu atau

membujuk agar nasabah tetap bertahan tidak lari dari bank yang

bersangkutan.

5. Sebagai Komunikator, artinya sebagai orang yang menghubungi nasabah

dan memberikan informasi tentang segala sesuatu yang ada hubungannya

antara bank dengan nasabah.

4.1.6.3.2 Teller

Tugas dan tanggung jawab Teller Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang

Pembantu Graha Helvetia Medan adalah :

1. Melayani transaksi perbankan nasabah di Kantor Kas

2. Menerima modal awal untuk membuka transaksi dari Kepala Operasional

Universitas Sumatera Utara

Page 90: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

3. Menghitung jumlah modal awal

4. Mencocokkan jumlah modal awal secara fisik dengan yang tertulis di form

tanda terima modal awal Membuka dan mengaktifkan sistem untuk

operasional transaksi

5. Melayani transaksi nasabah yang datang secara tunai/kas, dan warkat bank

lain,serta transaksi online sesuai kewenangannya

6. Meminta approval untuk transaksi di atas kewenangannya Melayani

setoran Pajak / Penerimaan Negara, Pengiriman Uang, pelayanan dan jasa

bank lainnya

7. Melakukan entry data transaksi ke dalam sistem Menyelesaikan semua

laporan harian setelah aktivitas transaksi tutup

8. Menghitung total transaksi cash yang dilakukan hari itu juga

9. Membandingan jumlah uang fisik dan jumlah uang yang tercatat, baik di

form maupun di dalam sistem, menandatangani laporan harian cash,

menyerahkan laporan harian kepada Kepala Operasional Menyerahkan

uang, form, warkat secara fisik kepada Kepala Operasional

10. Melakukan pengisian Automated Teller Machine (ATM) bersama-sama

Kepala Operasional

Universitas Sumatera Utara

Page 91: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

4.1.6.4 Back Officer

4.1.6.4.1 Office Boy

Tugas Rutin :

1. Membersihkan dan merapikan meja, kursi, komputer dan

perlengkapan lainnya

2. Membersihkan/vacuum karpet/lantai

3. Menyediakan minuman untuk karyawan

4. Mengirim/mengambil dokumen antar Divisi/Bagian

5. Melayani permintaan fotokopi/faksimili

6. Membelikan dan menyiapkan makan siang karyawan

7. Membereskan piring, gelas, dan perlengkapan makan siang

karyawan

8. Mengambil dan membereskan gelas minum dan perlengkapan

makan/minum karyawan

9. Membuang sampah yang ada di ruang kerja dan areal tanggung

jawabnya

10. Membersihkan/vacuum karpet/lantai

11. Mencuci piring, gelas & perlengkapan makan/minum lain

Tugas Berkala :

1. Membersihkan kaca ruang kerja

2. Menyiram/merawat tanaman

Universitas Sumatera Utara

Page 92: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

Tugas Insidental :

1. Menyediakan minuman/makanan dan melayani keperluan

tamu-tamu perusahaan

2. Menyediakan minuman/makanan dan melayani keperluan

rapat/pertemuan/training

3. Mengangkat/memindahkan meja, kursi dan perabotan lainnya

4. Melaksanakan tugas tertentu sesuai permintaan karyawan

Divisi yang dilayani

4.1.6.4.2 Security

Tugas Security / Satpam di dalam Bank :

1. Mengawasi seluruh lingkungan didalam yang menjadi tanggung jawabnya

2. Membukakan pintu pada saat nasabah masuk ke area banking hall

3. Menyambut kedatangan nasabah

4. Memberikan nomor antrian

5. Mengarahkan nasabah dalam bertransaksi

6. Sigap terhadap nasabah yang terlihat kebingungan

Tugas Security / Satpam di luar Bank :

1. Mengawasi seluruh lingkungan didalam yang menjadi tanggung jawabnya

2. Mengatur antrian parkir mobil dan motor

3. Mengawasi kegiatan keluar masuknya kendaraan

4. Mengawasi kondisi didalam area banking hall

5. Memberikan pertolongan terhadap nasabah yang kebingungan

Universitas Sumatera Utara

Page 93: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

4.2 Penyajian Data

Pada dasarnya setiap bank menyalurkan atau memberikan kredit kepada

nasabahnya tentu tidak menghendaki akan terjadinya kemacetan dalam

pengembalian kredit tersebut. Namun sesuai dengan keadaan dan kondisi tertentu

kemacetan kredit ini akan terjadi juga. Berdasarkan penelitian yang dilakukan,

diperoleh data dengan menggunakan metode wawancara secara langsung dan

mendalam kepada pihak yang berhubungan dengan judul penelitian. Serta juga

pemaparan yang sesuai dengan apa yang peneliti peroleh dilapangan.

Dalam penelitian ini, penulis mendapatkan subjek penelitian yang terdiri

dari satu kelompok saja yaitu kepala cabang dan karyawan yang terdiri dari kepala

cabang dan marketing officer Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu

Graha Helvetia Medan. Subjek penelitian hanya terdiri dari satu kelompok saja

dikarenakan pihak bank tidak membenarkan adanya nasabah yang menjadi subjek

penelitian sebagai informan kredit karena privasi dari standard kerahasian

operasional perusahaan.

Kepala cabang merupakan jabatan paling tertinggi dalam setiap kantor

perbankan, baik di cabang utama maupun cabang pembantu. Kepala cabang juga

telibat langsung dalam penanda tanganan permohonan dan pencairan dana kredit

terhadap nasabah, kemudian kepala cabang juga ikut berperan langsung apabila

terjadi kasus kredit macet di bank tersebut dengan menghubungi nasabah yang

mengalami kredit macet untuk menanyakan apa sebab nasabah tidak membayar

kreditnya tersebut. Sebagai informan kunci kepala cabang menjadi sumber utama

informasi dalam penelitian untuk meneliti mulai dari proses permhononan kredit,

Universitas Sumatera Utara

Page 94: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

pencairan kredit dan penyebab kredit macet serta cara mengatasi kasus kredit

macet tersebut.

Adapun karakteristik informan yang diperoleh peniliti di lapangan adalah :

Tabel 4.1 Karakteristik Informan Penelitian

No Nama Usia

(Tahun) Jenis

Kelamin Pekerjaan Jabatan

1. Rudi Purwanto 38 Pria Karyawan Kepala Cabang

2. Galih Pribadi 27 Pria Karyawan Pelaksana

Marketing Support

3. M. Ayatullah Jufri 33 Pria Karyawan Pelaksana

Marketing Support

4. Kiki Handayani 26 Wanita Karyawan Pelaksana

Marketing Support

Sumber : Hasil Penelitian 2013

Data tersebut disusun secara sistematis yang berhasil peneliti ambil

informasinya. Data lain yang mendukung informan tersebut adalah usia, jenis

kelamin, pekerjaan dan jabatan. Diambilnya data para informan ini oleh peneliti

dengan tujuan agar penelitian menjadi lebih struktural dan jelas hasil data yang

didapat sesuai dengan pekerjaaan yang ahli dalam bidannya yaitu topik

permasalahan dalam penelitian ini adalah kasus kredit macet.

Universitas Sumatera Utara

Page 95: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

4.2.1 Sumber Data Primer

4.2.2 Hasil Wawancara

4.2.3 Bapak Rudi Purwanto Kepala Cabang Bank Syariah Mandiri Kantor

Cabang Pembantu Graha Helvetia Medan

Kredit merupakan salah satu cara untuk mendapatkan dana pinjaman

berupa uang yang sangat penting bagi nasabah, tidak lain dikarenakan kredit

menjadi salah satu cara untuk bisa memiliki sesuatu dari apa yang dibutuhkan dan

membangun suatu usaha ketika mengalama msalah kekurangan dana.

Untuk lebih memahami dan memperjelas pentingnya kredit bagi nasabah

maka peneliti memunculkan pertanyaan, Apakah yang menjadi alasan utama dari

nasabah sehingga mengajukan permohonan kredit ?

Bapak Rudi Purwanto (Kepala Cabang) menjawab :

“..alasan dari para nasabah mengajukan permohonan kredit untuk

kebutuhan konsumsi yang bersifat konsumtif seperti pembelian rumah dan

tanah. Kemudian ada juga nasabah yang mengajukan permohonan kredit

untuk kebutuhan produksi yang bersifat produktif seperti modal kerja dan

investasi..” (wawancara Kepala Cabang Bank Syariah Mandiri Kantor

Cabang Pembantu Graha Helvetia Medan, 4 Juni 2013)

Seperti yang diketahui banyak lembaga perbankan yang terdapat di

Indonesia yang dapat dipilih oleh para nasabah dalam mengajukan kredit.

Sehingga peneliti mengajukan wawancara yang dilakukan kepada kepala cabang

dengan pertanyaan, Perbedaan serta keunggulan apakah yang dimiliki Bank

Universitas Sumatera Utara

Page 96: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

Syariah Mandiri sehingga nasabah lebih memilih untuk mengajukan permohonan

kredit pada bank ini dari pada bank konvensional atau bank syariah lainnya ?

Bapak Rudi Purwanto (Kepala Cabang) menjawab :

“..Jadi begini, Bank Syariah Mandiri merupakan anak perusahaan dari PT.

Bank Mandiri sendiri yang merupakan diwewenangi oleh pemerintah.

Tentunya dana yang disimpan oleh nasabah tersebut akan dijamin oleh

Negara. Bank Syariah Mandiri juga murni menerapkan konsep syariah

dalam manajemennya yang terpisah sendiri dengan manajemen Bank

Mandiri sehingga memiliki manajemen perusahaan tersendiri dimana

Bank Syariah Mandiri dengan manajemen Syariah sedangkan Bank

Mandiri dengan manajemen Konvensional..” (wawancara Kepala Cabang

Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Graha Helvetia Medan,

4 Juni 2013)

Keterangan dari kredit yang sudah dijelaskan tersebut mengarah kepada

pertanyaan kembali tentang seberapa besar jumlah nominal kredit yang diminta

oleh para nasabah rata-ratanya dalam mengajukan permohonan kredit ?

Bapak Rudi Purwanto (Kepala Cabang) Menjawab :

“..Untuk Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Graha Helvetia

ini rata rata banyak yang mengajukan sebesar Rp. 500.000.000 - Rp.

1.000.000.000, namun ada juga yang mengajukan untuk kredit mikro yang

tidak terlalu besar jumlahnya mulai dari Rp. 40.000.000 - Rp.

200.000.000. Sedangkan untuk Bank Syariah Kantor Utama Kesawan

Pusat Medan lebih besar rata-rata nominal kredit yang diajukan mulai dari

Rp.12.000.000.0000 - Rp. 30.000.000.000.

Universitas Sumatera Utara

Page 97: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

Tabel 4.2 Data Nasabah Yang Mengajukan Permohonan Kredit Pada Bank Syariah

Mandiri Kantor Cabang Pembantu Graha Helvetia Medan

No Nominal (Rp) Frekuensi Persentasi (%)

1. 0 - 20.000.000 7 11

2. > 20.000.000 – 50.000.000 13 21

3. > 50.000.000 – 100.000.000 28 44

4. > 100.000.000 – 500.000.000 12 19

5. > 500.000.000 – 1.000.000.000 3 5

Total 63 100

Sumber : PT. Bank Syariah Mandiri 2011-2012

” (wawancara Kepala Cabang Bank Shariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu

Graha Helvetia Medan, 4 Juni 2013).

Keterangan dari informan kunci tersebut sama seperti yang peneliti lihat

selama observasi di Bank Syariah Mandiri kantor cabang pembantu graha

Helvetia ini, dalam melayani banyaknya para nasabah yang mengajukan

permohonan kredit maka memunculkan pertanyaan lagi dari peniliti yaitu,

Pernahkah Bank Syariah Mandiri kantor cabang pembantu Graha Helvetia Medan

mengalami kendala terhadap banyaknya nasabah yang mengajukan permohonan

kredit ?

Universitas Sumatera Utara

Page 98: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

Bapak Rudi Purwanto (Kepala Cabang) menjawab :

“..Tidak pernah, karena jumlah pegawai yang dimiliki Bank Syariah

Mandiri kantor cabang pembantu Graha Helvetia Medan sudah mencukupi

dan memiliki pekerjaan serta tanggung jawab masing-masing sesuai

dengan bidangnya, sehingga banyaknya pekerjaan yang ada dapat teratasi

dengan sendirinya, tepat waktu dan hasilnya juga memuaskan baik untuk

perusahaan maupun nasabah..” (wawancara Kepala Cabang Bank Syariah

Mandiri Kantor Cabang Pembantu Graha Helvetia Medan, 4 Juni 2013)

Dengan adanya penjelasan mengenai kendala yang tidak pernah dihadapi

tersebut dalam mengajukan permohonan kredit, maka peneliti juga ingin

mengatuhi syarat dalam mengajukan kredit. Karena itu peneliti memunculkan

pertanyaan, Apa saja syarat atau berkas yang harus disedikan nasabah dalam

proses mengajukan permohonan kredit ?

Bapak Rudi Purwanto (Kepala Cabang) menjawab :

“..Persayaratan dalam mengajukan kredit yang pertama sekali adalah

membuat surat permohonan pembiayaan. Kemudian mengcopy KTP

Pemilik Usaha (Peminjam Kredit), Buku Nikah, Kartu Keluarga,

Legalitias Apotik (SIUP, TDP, NPWP dan lain-lain yang berkaitan dengan

pendirian usaha dan tempat usaha). Syarat berikutnya yaitu laporan

keuangan 2 tahun terakhir, mengcopy jaminan SHM, PBB dan IMB serta

yang terakhir syaratnya adalah fotocopy rekening bank enam bulan

terakhir..” (wawancara Kepala Cabang Bank Syariah Mandiri Kantor

Cabang Pembantu Graha Helvetia Medan, 4 Juni 2013)

Universitas Sumatera Utara

Page 99: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

4.2.4 Bapak Galih Pribadi (Pelaksana Marketing Support)

Setelah persyaratan untuk mengajukan permohonan kredit dijelaskan oleh

bapak kepala cabang, maka selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan

pegawai Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Graha Helvetia Medan

yang bergerak dalam bidang kredit untuk mencari informasi lebih dalam

mengenai kredit. Kemudian muncul pertanyaan yang ingin diajukan peneliti yaitu,

Bagaimana tahapan-tahapan dalam mengajukan permohonan kredit pada Bank

Syariah Mandiri ?

Bapak Galih Pribadi (Marketing) menjawab :

“..Tahap pertama yang dilakukan adalah mengajukan permohonan aplikasi

kredit , permohonan aplikasi kredit tersebut harus dilampiri dengan

dokumen yang dipersyaratkan. Kemudian dalam pengajuan permohonan

aplikasi kredit dilampirkan dengan dokumen pendukung yang di

persyaratkan, seperti untuk perusahaan misalnya harus ada akta pendirian

perusahaan, identitas KTP para pengurus, tanda daftar perusahaan (TDP),

nomor pokok wajib pajak (NPWP), neraca laba rugi perusahaan dan

fotocopy sertifikat yang dijadikan jaminan. Sedangkan untuk permohonan

perorangan harus mengisi aplikasi kredit yang telah disediakan bank, apa

tujuan dan manfaat kreditnya, besarnya kredit dan jangka waktu pelunasan

redit, cara pengembalian kredit serta agunan dan jaminan kredit.

Permohonan kredit tersebut juga harus dilengkapi dengan melampirkan

fotocopy KTP yang bersangkutan, kartu keluarga dan slip gaji. Setelah

permohonan tersebut diterima oleh bank, maka bank akan melakukan

penelitian secara mendalam terhadap berkas pengajuan kredit tersebut

apakah bisa dicairkan atau tidak kreditnya..” (wawancara Marketing Bank

Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Graha Helvetia Medan, 5 Juni

2013)

Universitas Sumatera Utara

Page 100: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

Pengurusan pada waktu proses pemohonan kredit pasti berdampak pada

jaminan dan agunan yang diberikan nasabah kepada pihak bank sebagai penjamin

untuk melengkapi salah satu persayaratan kedit. Maka dari itu peneliti

memunculkan pertanyaan kembali, Bentuk jaminan berupa apa saja yang dapat

dijadikan nasabah ketika proses pengajuan untuk permohonan kredit ?

Bapak Galih Pribadi (Marketing) menjawab :

“..Jaminan terbagi dua, yang pertama adalah fix asset. Yaitu jaminan yang

berupa kebendaan sifatnya seperti rumah, kendaraan dan tanah. Sedangkan

jaminan yang kedua yaitu jaminan surat keputusan, seperti surat keputusan

yang dimiliki pegawai negeri sipil dan pegawai instansi pemerintah

terkait..” (wawancara Marketing Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang

Pembantu Graha Helvetia Medan, 4 Juni 2013)

Setiap persyaratan dan langkah-langkah dalam proses mengajukan

permohonan kredit telah di ketahui, maka masih ada satu lagi tanda Tanya yang

ada didalam benak peneliti yaitu masalah biaya administrasi, sehingga peneliti

memunculkan pertanyaan, Apakah dibebankan biaya administrasi dalam proses

permohonan kredit ?

Bapak Galih Pribadi (Marketing) menjawab :

“..Tentu saja dibebankan biaya administrasi sebesar 1% sesuai akad yang

disetujui antara nasabah sebagai debitur dan pihak bank sebagai kreditur

terhadap besarnya jumah kredit yang diinginkan nasabah..” (wawancara

Marketing Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Graha

Helvetia Medan, 5 Juni 2013)

Universitas Sumatera Utara

Page 101: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

Dengan terjawabnya pertanyaan mengenai proses pengurusan pengajuan

permohonan untuk kredit, maka peneliti merasa perlu adanya kejelasan mengenai

seluruh nasabah yang mengajukan permohonan kredit tersebut dapat diterima dan

dicairkan langsung semuanya oleh bank atau tidak. Maka muncul pertanyaan dari

peneliti yaitu, Apakah semua nasabah yang mengajukan permohonan kredit dapat

diterima dan dicairkan ?

Bapak Galih Pribadi (Marketing) menjawab :

“..Tidak semua nasabah langsung diacirkan permohonan kreditnya, karena

Bank Syariah Mandiri memiliki standard keputusan untuk memberikan

pembiayaan kepada nasabah. Misalnya seperti keputusan dari Bank

Indonesia yaitu BI Checking dalam kolektabilitas satu, kemudian

pendapatan dari nasabah harus mencukupi atau lebih dari nilai angsuran

yang harus dibayarkan perbulannya (40% x pendapatan = maximum

angsuran) karena angsuran tidak boleh lebih besar dari jumlah pendapatan

nasabah, dan yang terakhir yaitu jaminan serta agunan harus menutupi

atau sesuai dengan nilai pembiayaan yang diinginkan nasabah..”

(wawancara Marketing Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu

Graha Helvetia Medan, 5 Juni 2013)

Setiap permohonan kredit pasti memiliki proses pemeriksaan yang

mendalam dan menyeluruh agar tidak terjadi kesalahan nantinya yang

menyebabkan masalah terhadap kredit yang dicairkan kreditur yaitu pihak bank.

Proses tersebut pastinya membutuhkan waktu dalam pemeriksaannya, disini

kembali memunculkan pertanyaan dari penelitiyaitu, Berapa lama waktu yang

dibutuhkan ketika proses permohonan kredit tersebut diajukan hingga kredit

tersbut dicairkan oleh bank kepada nasabah ?

Universitas Sumatera Utara

Page 102: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

Bapak Galih Pribadi (Marketing) menjawab :

“..Secara standard peraturan dari perusahaan semenjak seluruh berkas dari

nasabah sudah lengkap dan sesuai dengan yang diinginkan bank maka

dalam waktu 2 minggu kredit tersebut sudah bisa dicairkan oleh bank

kepada nasabah..” (wawancara Marketing Bank Syariah Mandiri Kantor

Cabang Pembantu Graha Helvetia Medan, 5 Juni 2013)

Seperti yang telah dijelaskan mengenai kredit mulai dari proses

permohonon hingga pencairan tentunya nasabah harus mengembalikan kredit

tersebut sesuai dengan waktu dan jumlah yang disepakati bersama. Kemudian

peneliti memunculkan pertanyaan yaitu, Sebelum kredit dicairkan kepada

nasabah, bagaimana akad penetapan waktu perjanjian untuk mengembalikan

kredit tersebut antara nasabah sebagai debitur dengan bank sebagai kreditur ?

Bapak Galih Pribadi (Marketing) menjawab :

“..Akad dilakukan berdasarkan permintaan nasabah untuk berapa tahun

lamanya jangka waktu yang diinginkan dalam pengembalian kreditnya,

namun pihak bank juga melihat dari segi pendapatan nasabah agar bank

dapat untuk mempertimbangkan permintaan jangka waktu yang diinginkan

nasabah dalam menetapkan keputusan jangka waktu terhadap kredit

tersebut, barulah setelah kedua belah pihak sepakat terhadap jangka waktu

tersebut maka penanda tanganan berkas ketika akad dapat dilakukan

dengan melibatkan tiga pihak, yaitu nasabah, bank dan notaris..”

(wawancara Marketing Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu

Graha Helvetia Medan, 5 Juni 2013)

Universitas Sumatera Utara

Page 103: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

4.2.5 M. Ayatullah Zufri (Pelaksana Marketing Support)

Setiap kredit yang dicairkan pasti nantinya memiliki masalah dalam

pengembalian perbulannya oleh nasabah, hal ini lah yang menjadi salah satu kasus

dalam dunia perbankan yaitu kredit macet yang tentunya selalu terjadi pada setiap

bank. Sehingga peneliti menanyakan bahwa kredit macet adalah masalah

perbankan yang selalui ditemui, apakah pada Bank Syariah Mandiri terdapat

kasus kredit macet dan kenapa kredit macet ini bisa terjadi?

Bapak M. Ayatullah Zufri (Marketing) menjawab :

“..Iya tentu saja ada kasus kredit macet di Bank Syariah Mandiri baik

kantor utama Kesawan Medan maupun di Kantor Cabang Pembantu Graha

Helvetia ini. Kredit macet ini terjadi dikarenakan kesanggupan

pembayaran para nasabah yang mengalami kendala kesulitan, bisnis

nasabah yang mengalami kerugian dan penurunan laba, terjadinya krisis

moneter dalam kehidupan nasabah, nasabah memiliki karakter yang

diragukan, nasabah yang menyimpangkan kredit modal kerja ke kredit

investasi, nasabah memalsukan catatan dan pembukuan, nasabah

menggunakan data identittas orang lain dan yang paling sering terjadi

adalah nasabah yang melarikan diri..” (wawancara Marketing Bank

Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Graha Helvetia Medan, 6 Juni

2013)

Peran bank sebagai pihak kreditur yang memberikan kredit kepada

nasabah sangat penting dalam berlangsungnya kehidupan ekonomi atau usaha

yang ditekuni oleh masyaarakat. Banyaknya kredit nasabah tentunya tidak selalu

lancar dalam pengembaliannya kepada bank, karena adanya kasus kredit macet.

Disini peneliti memunculkan pertanyaan kembali yaitu Seberapa banyak kasus

Universitas Sumatera Utara

Page 104: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

kredit macet yang terjadi setiap tahunnya pada Bank Syariah Mandiri Kantor

Cabang Pembantu Graha Helvetia Medan ?

Bapak M. Ayatullah Zufri (Marketing) menjawab :

“..Dimulai pada tahun 2011 tepatnya akhir bulan desember Bank Syariah

Mandiri Kantor Cabang Pembantu Graha Helvetia Medan diresmikan dan

mulai beroperasi. Hingga sampat akhir tahun 2012 baru terjadi lima kasus

kredit macet di bank ini. Kredit macet ini terjadi dua diantaranya

dikarenakan oleh para nasabah yang melarikan diri dari tanggung

jawabnya terhadap pengembalian kreditnya, kemudian dua lagi

dikarenakan bisnis nasabah yang mengalami kerugian sehingga

menyebabkan usahanya tersebut bangkrut dan satu lagi yang terakhir

disebabkan karena penundaan pembayaran kredit pembelian rumah yang

mengundur jadwal pengembalian setiap bulannya tidak sesuai dengan

yang telah disepakati ketika akad kedua belah pihak laksanakan. Maka

dari itu pihak bank akan memberikan denda setiap bulannya karena

keterlambatan pembayaran sebesar 0,00069% x angsuran perbulan

nasabah..” (wawancara Marketing Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang

Pembantu Graha Helvetia Medan, 6 Juni 2013)

Dalam memberikan kredit pihak bank pasti memiliki keuntungan dan

kerugian yang didapatkan dari para nasabah. Namun peneliti disini tidak

membahas mengenai keuntungan yang didapatkan oleh pihak bank sebagai

kreditur karena sudah dijelaskan dalam bab sebelumnya, sehingga peneliti

memunculkan pertanyaan kembali mengenai kerugian yang didapat yaitu kerugian

apa sajakah yang dialami Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Graha

Helvetia Medan terhadap adanya kasus kredit macet ?

Universitas Sumatera Utara

Page 105: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

Bapak M. Ayatullah Zufri (Marketing) menjawab :

“..Kerugian yang dialami pasti ada, seperti yang diketahui bahwa bisnis

pasti membutuhkan keuntungan baik itu dalam unsur syariah yang ada,

karena dari keuntungan tersebut perusahaan akan terus beroperasi

kedepannya. Modal bank yang tertanam, kualitas analisa pembiayaan bank

yang menyebabkan image (citra perusahaan) menurun di mata kompetitor

perbankan lainnya, keuntungan bank yang mengecil dan sumber daya

manusia yang dimiliki pihak bank menjadi terkesan tidak produktif karena

merugikan perusahaan..” (wawancara Marketing Bank Syariah Mandiri

Kantor Cabang Pembantu Graha Helvetia Medan, 6 Juni 2013)

Pentingnya perhatian dari pihak bank kepada nasabah dalam menjalin

hubungan baik diharapkan dapat meminimalisir nasabah yang ingin

menyalahgunakan kredit yang telah diterima untuk kepentingan pribadi yang

sifatnya merugikan orang lain. Jaminan yang diberikan nasabah kepada pihak

bank juga merupakan hal yang sangat penting dalam mengatasi kredit macet

sehingga peneliti memunculkan pertanyaan lebih lanjut mengenai jaminan ini

yaitu, Apa tindak lanjut yang dilakukan Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang

Pembantu Graha Helvetia terhadap kasus kredit macet yang terjadi ?

Bapak M. Jufri Ayatullah (Marketing) menjawab :

“..Ada beberapa tindakan yang dilakukan pihak bank terhadap jaminan

nasabah terhadap kasus kredit macet ini, yang pertama adalah melakukan

penyitaan asset yang telah dijaminkan nasabah karena telah menjadi hak

milik dari pihak bank, kemudian melakukan pelelangan jaminan dan

agunan nasabah tersebut dan yang terakhir yaitu menjualnya untuk

menutupi sisa hutang dari nasabah yang masih ada dalam kreditnya di

Bank Syariah Mandiri..” (wawancara Marketing Bank Syariah Mandiri

Kantor Cabang Pembantu Graha Helvetia Medan, 6 Juni 2013)

Universitas Sumatera Utara

Page 106: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

4.2.6 Kiki Handayani (Pelaksana Marketing Support)

Seperti yang diketahui bahwa setiap kredit macet yang terjadi dikarenakan

oleh kesalahan dari nasabah yang menghilangkan tanggung jawabnya sebagai

debitur dalam mengembalikan pinjaman kepada bank. Untuk kejelasan ini peniliti

mengajukan pertanyaan, bagaimana pengawasan yang dilakukan Bank Syariah

Mandiri terhadap nasabah yang meminjam kredit pembiayaan ?

Ibu Kiki Handayani (Marketing) menjawab :

“..Pengawasan kredit merupakan langkah pengawasan terhadap fasilitas

kredit yang diberikan secara keseluruhan maupun secara individual kepada

debitur. Bentuk pengawasan yang dilakukan ada dua macam, yang

pertama adalah pengawasan aktif yaitu pengawasan dari pegawai baik

pengurus kredit maupun pejabat yang terjun secara langsung kepada

nasabah untuk melihat perkembangan usaha nasabah memberikan bantuan

manajemen, memberikan dorongan serta memantau alur yang diberikan.

Kemudian pengawasan yang kedua adalah pengawasan pasif, yaitu

pengawasan yang dilakukan melalui laporan-laporan tertulis yang

dilakukan seperti laporan keadaan keuangan (dari neraca dan laporan laba

rugi), laporan penyaluran keuangan (dari mutasi pinjaman), dan

sebagainya. Pengawasan ini merupakan pengawasan yang dilakukan

secara tidak langsung sehingga pegawai tidak perlu terjun langsung

kelapangan..” (wawancara Marketing Bank Syariah Mandiri Kantor

Cabang Pembantu Graha Helvetia Medan, 7 Juni 2013)

Begitu ketatnya pengawasan yang dilakukan oleh pihak bank masih saja

bisa membuat nasabah yang meminjam kredit mengalami kemacetan dalam

pengembaliannya. Namun yang menjadi pertanyaan adalah Bagaimana peran dari

pihak internal Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Graha Helvetia

Universitas Sumatera Utara

Page 107: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

Medan yaitu kepala cabang dan karyawan terhadap kasus kredit macet yang telah

terjadi ?

Ibu Kiki Handayani (Marketing) menjawab :

“..Semua pihak internal memiliki peran masing masing, yang dimulai dari

kepala cabang yang terlibat langsung dalam menghubungi nasabah yang

mengalami kemacetan dalam pengembalian kreditnya, kemudian

mengarahkan para marketing untuk menghubungi nasabah lebih intensif

dan membuat surat peringatan 1,2, dan 3 kepada nasabah. Selanjutnya

melakukan stempel bukti penyitaan terhadap jaminan dan agunan nasabah

yang kreditnya macet untuk dilakukan penjualan dan pelelangan. Debt

collector juga turun tangan untuk kebaikan nasabah, karena terlepas dari

penjualan dan pelelangan yang dilakukan pihak bank terhadap jaminan

para nasabah pastinya membutuhkan waktu dalam prosesnya bukan

langsung dapat terjual dan tertutupi sisa hutang dari nasabah, maka dari itu

alangkah baiknya nasabah melunasi sisa hutang nya kepada pihak bank

ketika debt collector datang mengunjunginya..” (wawancara Marketing

Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Graha Helvetia Medan,

7 Juni 2013)

Seperti permasalahan yang dimunculkan peneliti pada latar belakang

penilitian, salah satu penyebab bank mengalami kredit macet dikarenakan nasabah

yang mengalami situasi kesulitan dalam keuangannya. Karena ini maka peneliti

mengajukan pertanyaan kembali yaitu, Bagaimana usaha pencegahan yang

dilakukan Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Graha Helvetia Medan

untuk meminimalisir terjadinya kredit macet ?

Universitas Sumatera Utara

Page 108: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

Ibu Kiki Handayani (Marketing) menjawab :

“..Untuk meminimalisir terjadinya kredit macet di bank ini kami sudah

melakukan pendekatan kepada nasabah dengan menjalin hubungan baik

antara pihak kreditur dan debitur sehingga apabila terjadi masalah yang

menyebabkan nasabah kesulitan dalam pengembalian kredit tesebut dapat

terbuka dan memberitahukannya kepada pihak bank, sehingga bisa

mencari jalan tengahnya untuk mengatasi masalah tersebut karena ada

nasabah yang bisa diatasi dengan cara yang lembut dan sedikit keras.

Kemudian kami juga melakukan pemantauan yang insentif kepada para

nasabah dan melakukan analisis aspek kredit kepada setiap nasabah

sebelum kredit vtersebut dicairkan..” (wawancara Marketing Bank

Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Graha Helvetia Medan, 7 Juni

2013)

Berkaitan dengan masalah kredit macet, bank juga memiliki pekerjaan

lainnya yang bukan hanya untuk mengurusi kasus kredit macet tersebut yang

terjadi seperti mencari nasabah yang ingin membuka rekening tabungan, mencari

nasabah yang ingin membuka rekening giro bahkan mencari nasabah yang ingin

mengajukan kredit pinjaman pembiayaan kepada bank baik dalam skala kecil

maupun besar. Dari sinilah peneliti mengajukan pertanyaan kembali mengenai

kebijakan bank ketika mengetahui terdapat nasabah (debitur) yang mengalami

kredit macet, yaitu Apa yang pertama kali dilakukan oleh pihak Bank Syariah

Mandiri Kantor Cabang Pembantu Graha Helvetia Medan ketika mengetahui

nasabah yang mengalami gejala kredit macet ?

Universitas Sumatera Utara

Page 109: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

Ibu Kiki Handayani (Marketing) menjawab :

“..Pertama kali yang dilakukan adalah menghubungi nasabah yang terkait

dengan meneleponnya untuk mengingatkan mengenai penunggakan kredit

yang harus dibayar setiap bulannya, kemudian mengunjungi kediaman

nasabah untuk mempertanyakan perihal masalah yang menyebabkan

pengembalian kredit tersebut terbengkala untuk mencari jalan keluarnya

dan yang terakhir sudah pasti tentunya memberikan surat peringatan

kepada nasabah tersebut..” (wawancara Marketing Bank Syariah Mandiri

Kantor Cabang Pembantu Graha Helvetia Medan, 7 Juni 2013)

Seperti yang diketahui peran bank sebagai kreditur yang telah memberikan

pinjaman pembiayan berupa kredit kepada nasabah yang nantinya kredit tersebut

harus dikembalikan secara teratur tanpa ada penunggakan, disni peneliti juga

merasa perlu adanya penjelasan mengenai alasan nasabah yang tidak membayar

kreditnya. Maka dari itu peneliti memunculkan pertanyaan, Alasan-alasan apa saja

yang diberikan para nasabah (debitur) ketika menunggak pembayaran kredit

sehingga terjadi kasus kredit macet ?

Ibu Kiki Handayani (Marketing) menjawab :

“..Dari banyaknya alasan para nasabah yang telah saya dengar, yang paling

sering diutarakan adalah uang nasabah yang telah terpakai untuk

kebutuhan pokok lainnya sehingga tidak memiliki uang lagi untuk

membayar kredit setiap bulannya dan alasan yang kedua adalah bisnis atau

usaha yang sedang dijalankan oleh nasbah mengalami kerugian dan belum

mencapai titik balik modal sehingga nasabah beralasan tidak mendapatkan

penghasilan dari bisnis dan usahanya tersebut jadi tidak bisa membayar

kredit kepada pihak bank maka terjadilah penunggakan yang

menyebabkan kredit tersebut mengalami kemacetan..” (wawancara

Universitas Sumatera Utara

Page 110: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

Marketing Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Graha

Helvetia Medan, 7 Juni 2013)

Wawancara kembali dilakukan peneliti dengan Kepala Cabang Bank

Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Graha Helvetia Medan yaitu Bapak

Rudi Purwanto. Berbicara mengenai kredit macet pasti terdapat hal-hal yang

menyebabkan kenapa bisa sampai terjadi kredit macet ini. Maka penulis kembali

mengajukan pertanyaan yaitu Faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya

kasus kredit macet pada Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Graha

Helvetia ?

Bapak Rudi Purwanto (Kepala Cabang) menjawab :

“..Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kredit macet terletak pada

nasabah, bukan pada pihak bank yang melakukan kesalahan karena bank

sudah melaksanakan standard operasional yang telah ditetapkan dari pusat

atasan langsung kepada para nasabah. Diantara faktor-faktor tersebut

adalah keuangan nasabah yang mengalami kesulitan pembiyaan dalam

kehidupan sehari-harinya, kemudian usaha yang sedang dijalankan

nasabah mengalami kerugian atau modal yang tidak kunjung kembali

sesuai target yang diharapkan dan faktor yang terakhir yaitu hilangnya rasa

tanggung jawab para nasabah terhadap kewajibannya sebagai debitur

untuk mengembalikan apa yang seharusnya menjadi milik bank karena

nasabah hanya meminjam uang dari bank pada sifatnya..” (wawancara

Kepala Cabang Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Graha

Helvetia Medan, 14 Juni 2013)

Kerika faktor-faktor yang menyebabkan kredit macet tersebut telah

diketahui lewat penjelasan dari bapak kepala cabang tersebut tentunya kredit

macet ini merupakan suatu masalah perbankan yang sangat besar pengaruhnya

bagi kelangsungan perusahaan, baik itu dari segi pendapatan, nama baik

perusahaan dan juga persaingan antara bank syariah lainnya. Maka dari itu

Universitas Sumatera Utara

Page 111: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

peneliti mengajukan pertanyaan kembali kepada bapak kepala cabang yaitu,

Bagaimanakan cara penyelesaian yang dilakukan Bank Syariah Mandiri Kantor

Cabang Pembantu Graha Helvetia Medan terhadap kasus kredit macet yang terjadi

?

Bapak Rudi Purwanto (Kepala Cabang) menjawab :

“..Usaha untuk penyelesaiannya pertama sekali adalah menghubungi

nasabah yang mengalami kredit macet secara insentif, namun apabila

nasabah tersebut tidak bisa dihubungi lagi maka pihak bank akan

mengunjungi kediaman nasabah untuk memberikan keterangan dan

menanyakan perihal masalah kredit macet tersebut. Kemudian pihak bank

juga akan mengeluarkan surat peringatan, dari mulai surat peringatan

pertama, kedua dan ketiga. Apabila peringatan tersebut belum dihiraukan

juga oleh nasabah maka pihak bank mengajukan penawaran untuk

restrukturisasi masalah pembiayaan kredit ini kepada nasabah dengan

tujuan untuk mengecilkan biaya perbulan yang harus dibayarkan nasabah

kepada bank dan melunasi sisa pembiayaan kredit tersebut pada saat bulan

terakhir di jadwal pengembaliaan kredit tersebut. Sebagai contoh nasabah

memiliki cicilan pembiayaan yang harus dibayarkan setiap bulannya

sebesar Rp. 5.000.000, maka pihak bank mengajukan restrukturisasi

kepada nasabah agar lebih memudahkan pengembalian perbulannya

dengan memperkecil nominal jumlah cicilan tersebut menjadi

Rp.2.500.000 untuk dibayar setiap bulannya. Namun pada saat masa

terakhir pengembalian tepatnya di bulan terakhir pembayaran cicilan,

nasabah harus melunasi sisa semuanya jumlah kredit yang masih belum

terlunaskan secara sekaligus. Apabila sampai dengan restrukturisasi yang

telah diberikan bank kepada nasabah juga masih belum bisa

mengembalikannya maka pihak bank akan melakukan penyitaan terhadap

jaminan dan agunan nasbah untuk dilelang dan dijual..” (wawancara

Universitas Sumatera Utara

Page 112: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

Kepala Cabang Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Graha

Helvetia Medan, 14 Juni 2013)

Tentunya dalam proses pelaksanaan penyelesaiaan kredit macet tersebut

tidak selalu berjalan mulus dengan mudah, pastinya ada hambatan dan kesulitan

yang dialami pihak bank sendiri. Peneliti kemudian mengajukan pertanyaan

kembali mengenai masalah kesulitan yang dialami ketika mengatasi kredit macet

yaitu, Hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi Bank Syariah Mandiri Kantor

Cabang Pembantu Graha Helvetia Medan dalam mengatasi kasus kredit macet ini

?

Bapak Rudi Purwanto (Kepala Cabang) menjawab :

“..Kesulitan dan hambatan yang dihadapi tentu saja ada, seperti nasabah

yang tidak bisa dihubungi oleh pihak bank nomor telepon yang

bersangkutan serta nasabah yang melarikan diri ketika pihak bank

berkunjung ke alamat rumahnya untuk menagih kredit yang macet.

Kemudian nasabah yang tidak mampu membayar kredit tersebut

dikarenaan uang yang seharusnya untuk membayar cicilan kredit bank

telah terpakai untuk kebutuhan lainnya seperti keadaan yang tidak

dinginkan, adanya keluarga yang sakit, adanya kebutuhan mendesak yang

harus didahulukan sehingga nasabah tidak memiliki uang lagi untuk

membayar kredit tersebut tepat pada waktunya. Namun untuk nasabah

yang meminjam kredit untuk melakukan usaha/bisnis banyak diantaranya

usaha yang sedang dijalani mengalami kerugian alias profit loss, dimana

bidnis tersebut tidak mendapatkan keuntungan dari yang diharapkan,

bahkan untuk mengembalikan modal saja belum tercapai maka dari itu

nasabah tidak bisa membayar kredit usaha tersebut kepada bank

dikarenakan kondisi bisnis nasabah yang sedang tidak stabil..”

(wawancara Kepala Cabang Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang

Pembantu Graha Helvetia Medan, 14 Juni 2013)

Universitas Sumatera Utara

Page 113: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

4.3 Analisa Data

4.3.1 Faktor-faktor yang menyebabkan Kredit Macet

Salah satu tugas bank terhadap kredit yang paling penting adalah

pengawasan kepada debitur yang menerima kredit, agar kredit tersebut tidak

bermasalah, digunakan secara benar dan teratur dan tidak disalah gunakan oleh

nasabah. Demikian juga dalam perkreditan karena kegiatan pengawasan

merupakan penjagaan dan pengamanan terhadap kekayaan bank yang disalurkan

dan diinvestasikan di bidang perkreditan. Kegiatan pengawasan akan menjadi

lebih penting bila diketahui bahwa kredit merupakan kekayaan yang beresiko atau

risk assets, karena asset tersebut dikuasai oleh pihak dari luar bank.

Pengawasan kredit adalah salah satu fungsi manajemen dalam usahanya

untuk melakukan penjagaan dan pengamanan atas pengelolaan kekayaan bank kea

rah fortofolio perkreditan yang lebih baik dan efisien, guna menghindarkan

terjadinya penyimpangan-penyimpangan dengan cara mendorong dipatuhinya

kebijakan perkreditan yang telah ditetapkan (Djohan, 2000, 167). Namun dari

ketatnya pengawasan yang dilakukan bank terhadap nasabah yang menerima

kredit tetap saja terjadi kasus kredit macet yang merugikan pihak bank. Tentunya

kasus kredit macet ini sangat tidak diinginkan oleh bank, namun banyaknya

pengawasan yang sudah dilakukan membuat dari adanya sepuluh orang nasabah

yang menerima kredit pasti ada dua atau tiga nasabah yang mengalamai

kemacetan dalam kreditnya karena tidak bisa dipungkiri tidak ada kredit di setiap

bank yang tidak mengalami kemacetan,. Karena pasti ada kasus kredit macet

walaupun sedikit jumlah persentasinya pada setiap bank.

Universitas Sumatera Utara

Page 114: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

Tabel 4.3 Data Kredit Macet Pada Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu

Graha Helvetia Medan

No Nasabah Nominal (Rp) Faktor-Faktor

1. A 200.000.000 Kesulitan Ekonomi Menunggak Pengembalian

2. B 40.000.000 Melarikan Diri

3. C 25.000.000 Melarikan Diri

4. D 150.000.000 Bisnis Mengalami Kerugian

5. E 50.000.000 Bisnis Mengalami Kerugian

Sumber : PT. Bank Syariah Mandiri 2011-2012

Kredit macet terjadi dikarenakan beberapa sebab, baik sebab yang

diakibatkan nasabah maupun sebab yang diakibatkan pihak bank. Dari sebab

masalah tersebut maka munculah faktor - faktor yang menyebabkan terjadinya

kredit macet pada bank. Di dalam buku yang ditulis oleh Untung (2000: 122)

faktor yang menyebabkan kredit macet yang tinggi tanpa harus mengemukakan

seberapa besar persentase kredit macet yang dialami oleh perbankan, tidak

seorangpun yang akan membantah pernyataan bahwa dunia perbankan mengalami

kredit macet yang tinggi. Kredit macet yang tinggi telah mengakibatkan beberapa

bank menjadi collapse (bangkrut) yang akhirnya merugikan para nasabah

penyimpan. Mengapa ada kredit macet ? maka faktor-faktor yang

menyebabkannya adalah (Untung, 2000: 12) :

Universitas Sumatera Utara

Page 115: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

1. Kesalahan Apraisal, merupakan kesalahan dalam memberikan penilaian

yang obyektif dan independen terhadap asset atau properti. Kesalahan ini

biasa dilakukan oleh pihak internal dari bank yaitu karyawan yang

bergerak dalam anlisa kredit langsung ketika melakukan survei dan

observasi terhadap jaminan dan agunan nasabah yang mengajukan

permohononan kredit terjadi kesalahan yang tidak disengaja.

2. Membiayai proyek dari pemilik / terafiliasi. Pemegang saham maupun

pihak terafiliasi lainnya dapat dikenai sanksi terhadap Aktiva Produktif

yang digunakan untuk membiayai proyek pribadi, fasilitas penyediaan

dana, agunan, penjamin dan laporan keuangan untuk kepentingan pribadi.

3. Membiayai proyek yang yang direkomendasikan oleh kekuatan dari pihak-

pihak tertentu. Menjelaskan bahwa terdapat pihak-pihak yang terlibat

dalam proyek besar dalam suatu bisnis. Kelompok/kumpulan pihak-pihak

nakan kegiatan tanpa mau tersandung masalah atau mengikuti peraturan

yang telah diberikan yang dapat membebani dan memperlambat proyek

tersebut.

4. Dampak makro ekonomi / Unforecasted Variabel. Makro ekonomi yang

terjadi mempunyai pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan kredit,

maka meskipun selama periode krisis terjadi tetapi pertumbuhan kredit

tetap meningkat. Maka bank harus memperketat analisis terhadap nasabah

yang mengajukan permohonan kredit sebelum krdeit tersebut diterima dan

dicairkan.

Universitas Sumatera Utara

Page 116: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

5. Kenakalan nasabah. Banyaknya nasabah yang menerima kredit tentu

tidaklah semua tingkah laku dan pemikirannya juga sama. Karena setiap

nasabah memiliki kepribadian yang berbeda-beda. Kredit macet terjadi

dikarenakan nasabah yang tidak membayar kreditnya kepada bank

dikarenakan alasan yang bermacam-macam, ada yang disengaja maupun

tidak. Disinilah tugas berat dari bank untuk mengatasinya, melakukan

analisis yang ketat kepada nasabah ketika nasabah tersebut mengajukan

permohonan kredit dan melakukan pengawasan yang juga ketat untuk

meminimalisir terjadinya kredit macet yang tidak diinginkan.

6. Manajemen bank yang tidak profesional sehingga melakukan suatu

kesalahan yang menyebabkan kredit macet. Kinerja bank dalam pemberian

kredit dan juga pengawasannya haruslah seimbang, jangan sampai

banyaknya kredit yang telah dicairkan malah makin menjadi banyak pula

kredit tersebut menjadi macet. Manajemen seharusnya lebih professional

dalam pengawasannya tanpa tebang pilih dalam mencairkan kredit tersebut

kepada pihak-pihak tertentu.

7. Pengawasan dan pembinaan dari Bank Indonesia terhadap lembaga bank

yang banyaknya tersebar di seluruh Indonesia ini masih belum maksimal /

otoritas moneter yang belum memadai.

Nasabah-nasabah yang memperoleh kredit dari bank tidak seluruhnya

dapat mengembalikannya dengan baik tepat pada waktu yang diperjanjikan. Pada

kenyataannya selalu ada sebagian nasabah yang karena suatu sebab tidak dapat

mengembalikan kredit kepada bank yang meminjaminya. Akibat nasabah tidak

Universitas Sumatera Utara

Page 117: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

dapat membayar lunas hutangnya, maka menjadikan perjalanan kredit terhenti

atau macet. Untuk jelasnya yang dinamakan kredit macet adalah suatu keadaan

dimana seorang nasabah tidak mampu membayar lunas kredit bank tepat pada

waktunya (Supramono, 1995, 92).

Yang mempengaruhi terjadinya kredit macet selain berasal dari nasabah,

dapat juga berasal dari bank, karena bank tidak terlepas dari kelemahan yang

dimilikinya. Faktor ini tidak berdiri sendiri tetapi selalu berkaitan dengan nasabah.

1. Yang berasal dari nasabah (Supramono, 1995, 93)

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kredit macet yang

berasal dari nasabah, yaitu :

a. Nasabah menyalahgunakan kredit yang diperolehnya, setiap kredit

yang diperoleh nasabah telah diperjanjikan tujuan pemakaiannya,

sehingga nasabah harus menggunakan kredit sesuai dengan

tujuannya.

b. Nasabah kurang mampu mengelola usahanya, hal ini dapat terjadi

karena nasabah kurang mampu menguasai bidang usahanya diberi

kredit, karena nasabah mampu meyakinkan bank akan keberhasilan

usahanya. Akibatnya usaha yang telah diberika kredit dan

dijalankan tidak berjalan dengan baik.

c. Nasabah beritikad tidak baik, ada sebagian nasabah mungkin

jumlahnya tidak banyak yang sengaja dengn sengaja dengan segala

Universitas Sumatera Utara

Page 118: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

upaya mendapatkan kredit, tetapi setelah kredit diterima untuk

kepentingan yang tidak dapat dipertanggung jawabkan.

2. Yang berasal dari bank (Suramono, 1995, 94)

Bank juga merupakan salah satu penyebab terjadinya kredit macet. Dalam

memberikan kredit kepada nasabah, pejabat bank diwajibkan

melaksanakan prinsip-prinsip perbankan yang sehat. Sebagaimana

diketahui, dalam memberikan kredit, bank wajib mempunyai keyakinan

atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya

sesuai dengan yang diperjanjikan. Keyakinan tersebut diperoleh dari

penilaian bank terhadap watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek

usaha debitur. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pejabat

bank bertindak menyimpang dari prinsip-prinsip perbankan diatas, sebagai

berikut :

a. Kualitas pejabat bank, setiap pejabat bank manapun dituntut untuk

dapat bekerja secara professional. Namun tidak semua pejabat bank

mempunyai kualitas yang baik. Pejabat yang bekerja tidak

professional tentu sulit diharapkan dapat memperoleh hasil kerja

yang memadai. Teutama dibagian kredit, pejabat yang demikian

dapat mempengaruhi penyaluran kredit yang tidak sebagaimana

mestinya.

b. Persaingan antar bank, jumah bank yang beroperasi terus

meningkat, mengakibatkan persaingan antar bank semakin ketat.

Dalam melakukan persaingan ini, setiap bank selalu berusaha untuk

Universitas Sumatera Utara

Page 119: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat, guna

mendapatkan nasabah yang sudah ada tidak pindah kepada bank

yang lain. Dalam situasi dan kondisi demikian, mempengaruhi

bank untuk bertindak spekulatip, dengan memberi fasilitas yang

mudah kepada nasabahnya, dengan mengabaikan prinsip-prinsip

perbankan yang sehat.

c. Hubungan ke dalam, hubungan ini terutama terdapat pada bank

swasta. Yang dimaksud adalah hubungan bank dengan perusahaan-

perusahaan yang tergabung dalam kelompoknya. Selain itu

hubungan bank dengan pengurus maupun pemegang saham. Dari

adanya hubungan tersebut, bank dalam melayani kepentingan-

kepentingan nasabah dari dalam cenderung lebih mudah

dibandingkan dengan nasabah-nasabah lainnya. terkadang proyek

yang dibiayai dengan kredit kurang begitu menguntungkan, tetapi

karena masih satu ikatan, bank dengan setia membantu kesulitan

nasabah bersangkutan. Dalam kasus jatuhnya Bank Sumatera

terungkap sebagian besar kredit macet berasal dari nasabah

kelompoknya.

d. Pengawasan, setiap tindakan bank dalam menyalurkan fasilitas

kredit selalu dibarengi dengan tindakan pengawasan, tindakan

tersebut selain dilakukan dari dalam bank itu sendiri (oleh bagian

pengawas kredit), bank juga diawasi oleh Bank Indonesia.

Universitas Sumatera Utara

Page 120: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

Sedangkan faktor-faktor yang didapat setelah melakukan wawancara

dengan pihak bank sebagaimana yang telah disebutkan didalam bab sebelumnya,

maka faktor-faktor tersebut adalah keuangan nasabah yang mengalami kesulitan

pembiayaan dalam kehidupan sehari-harinya, kemudian usaha yang sedang

dijalankan nasabah mengalami kerugian atau modal yang tidak kunjung kembali

sesuai target yang diharapkan dan faktor yang terakhir yaitu hilangnya rasa

tanggung jawab para nasabah terhadap kewajibannya sebagai debitur untuk

mengembalikan apa yang seharusnya menjadi milik bank karena nasabah hanya

meminjam uang dari bank pada sifatnya

Berdasarkan Hasil Peneltian yang dilakukan oleh peneliti mengenai faktor-

faktor yang menyebabkan kredit mace tersebut yang paling sering ditemui peneliti

dalam melaksanakan riset penelitian di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang

Pembantu Graha Helvetia Medan adalah faktor nasabah yang mengalami kerugian

dalam menjalankan usahanya dan nasabah yang tidak memiliki uang lagi untuk

mengembalikan kredit kepada bank dikarenakan uang tersebut sudah terpakai

untuk kebutuhan lainnya termasuk kebutuhan hidup yang mendesak dan nasabah

yang nakal dengan melarikan diri membawa uang kredit yang telah diberikan oleh

pihak bank sehingga kredit tersebut tidak terlunasi dan dibayarkan oleh nasabah

tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Page 121: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

4.3.2 Penyelesaian yang dilakukan Bank untuk mengatasi Kredit Macet

Sekalipun bank dalam memberikan kredit tidak pernah menginginkan

bahwa kredit yang diberikan menjadi kredit yang bermasalah, dan untuk

keperluan itu pihak bank akan melakukan segala upaya preventif yang mungkin

dilakukan untuk mencegah agar kredit tidak bermasalah, namun tidak mustahil

pada akhirnya kredit tetap juga bermasalah, bahkan keadaan kredit itu bukan saja

sekedar tidak lancer atau diragukan melainkan akhirnya menjadi macet. Setelah

itu, bank akan melakukan upaya-upaya represif. Upaya-upaya represif yang mula-

mula akan dilakukan ialah melakukan upaya penyelamatan kredit. Setelah upaya

yang dilakukan tersebut tidak berhasil juga menyelamatkan kredit maka bank

akan menempuh upaya penagihan. Sjahdeini, dalam (Usman, 2001, 293).

Untuk memperbaiki atau memperlancar kredit yang semula tergolong

diragukan atau macet, bank melakukan tindakan penyelamatan kredit agar kredit

yang semula tergolong diragukan atau macet menjadi lancer lagi. Tindakan

penyelamatan kredit oleh bank dicantumkan atau dituangkan dalam akad

penyelamatan kredit. Bentuk dari penyelamatan kredit tersebut adalah (Usman,

2001, 293) :

1. Penjadwalan kembali (rescheduling), yaitu perubahan syarat kredit yang

hanya menyangkut jadwal pembayaran dan jangka waktunya

2. Persyaratan kembali (reconditioning), yaitu perubahan sebagian atau

seluruh syarat kredit, yang tidak terbatas pada perubahan jadwal

pembayaran, jangka waktu, dan perssyaratan lainnya sepanjang tidak

menyangkut perubahan maksimum saldo kredit

Universitas Sumatera Utara

Page 122: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

3. Penataan kembali (restructuring), yaitu perubahan syarat-syarat kredit

yang menyangkut penambahan dana bank, konversi seluruh atau sebagian

tunggakan bunga menjadi pokok kredit baru dan konversi seluruh atau

sebagian kredit menjadi penyertaan dalam perusahaan, yang dapat disertai

dengan penjadwalan kembali atau persyaratan kembali.

Penataan kembali perjanjian kredit dengan cara melakukan konversi kredit

menjadi penyertaan modal dalam perusahaan untuk mengatasi dampak kegagalan

kredit merupakan salah satu usaha bank sebagaimana dimaksud dalam pasal 7

huruf c undang-undang perbankan yang diubah. Dikatakanm bahwa selain

melakukan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam pasal 6, bank umum

dapat pula melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi

akibat kegagalan kredit atau kegagalan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah,

dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya dengan memenuhi ketentuan

yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

Apabila menurut pertimbangan bank, kredit yang bermasalah tidak

mungkin terselamatkan dan menjadi tidak lancar kembali melalui upaya-upaya

penyelamatan sehingga akhirnya kredit tersebut menjadi macet, maka bank akan

melakukan tindakan-tindakan penyelsaian atau penagihan kredit bermasalah atau

macet. Penyelesaian atau penagihan kredit bermasalah itu merupakan upaya bank

untuk memperoleh kembali pembayaran baik dari nasabah debitur dan penjamin

atas kredit bank yang telah menjadi bermasalah atau tanpa melikuidasi

agunannya. Sjahdeini, dalam (Usman, 2001, 296).

Universitas Sumatera Utara

Page 123: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

Walaupun bank tidak mengharapkan terjadinya kredit bermasalah, seluruh

pejabat bank terutama yang berkaitan dengan perkreditan harus memiliki

pandangan dan persepsi yang sama dalam menangani kredit bermasalah tersebut.

karena itu untuk menyelesaikan kredit bermasalah perlu menggunakan pendekatan

sebagai berikut :

1. Bank tidak membiarkan atau bahkan menutup-nutupi adanya kredit

bermasalah. Bank selalu terbuka kepada para nasabahnya, apapun kendala

dan kesulitan yang dialami nasabah seharusnya dapat tukar pikiran serta

konsultasi dengan bank untuk mencari cara atau jalan keluar dari masalah

tersebut. karena tidak menutup kemungkinan bahwa masalah tersebut

adalah kesulitan pembayaran kredit.

2. Bank harus mendeteksi secara dini adanya kredit bermasalah atau diduga

akan menjadi kredit bermasalah. Sebelum terjadinya kredit macet, pasti

terdapat tanda-tanda atau hal-hal yang mencurigakan dalam diri nasabah,

baik dari mulai menunggak pembayaran kredit, tidak bisa hubungi ketika

pihak bank menghubunginya. Maka dari itu bank harus sigap menangkap

gejala seperti ini agar segera ditindak janjutin untuk meminimalisir

muncunya kasus kredit macet yang disebabkan oleh kenakalan nasabah.

3. Penanganan kredit bermasalah atau diduga akan menjadi kredit bermaslah

juga harus dilakukan secara dini dan sesegera mungkin. Setiap kredit

macet atau yang bermasalah harus segera ditindak lanjuti sebelum nasabah

tersebut melarikan diri entah kemana. Karena ketika terjadi kredit macet

Universitas Sumatera Utara

Page 124: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

nasabah mulai menghindar dari pihak bank untuk menutupi kesalahannya

dengan berbagai macam alasan.

4. Bank tidak melakukan penyelesaian kredit bermasalah dengan cara

menambah plafond kredit atau tunggakan-tunggakan bunga dan

mengkapilitasi tunggakan bunga tersebut atau yang lazim dikenal dengan

praktek plafondering kredit. Plafon Kredit adalah batas tertinggi (biaya

kredit) yang disediakan, misalnya pada plafon kredit nasabah adalah

berapa besar maksimum kredit yang dapat diberikan kepada setiap

nasabah yang telah ditentukan pihak bank sesuai dengan kesanggupan dan

kemampuan yang dimiliki oleh nasabah sebagai debitur.

5. Bank tidak boleh melakukan pengecualian dalam penyelesaian kredit

bermasalah, khususnya untuk kredit bermasalah kepada pihak-pihak yang

terkait dengan bank dan debitur-debitur besar tertentu. Bank harus

bertindak secara profesional tanpa pandang bulu dalam memberikan

kreditnya dan juga mengatasi kasus kredit macet yang terjadi.

Dalam rangka menyelesaikan kredit macet atau kredit bbermasalah bank

akan menempuh cara-cara sebagai berikut untuk penyelesaiannya :

1. Penyerahan pengurusan kredit macet kepada Panitia Urusan Piutang

Negara (PUPN). Dengan undang-undang nomor 49/Prp/Tahun 1960

(Usman, 2001, 297) dibentuklah panitia urusan piutang Negara (PUPN)

yang tugasnya antara lain mengurus piutang Negara yang oleh pemerintah

atau badan-badan yang secara langsung atau tidak langsung dikuasai oleh

Negara berdasarkan suatu peraturan, perjanjian, atau sebab lainnya telah

Universitas Sumatera Utara

Page 125: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

diserahkan pengurusannya kepadanya. Piutang Negara yang diserahkan itu

ialah piutang yang adanya dan besarnya telah pasti menurut hokum, akan

tetapi yang menanggung hutangnya (penjamin) tidak melunasinya

sebagaimana mestinya. Berhubung bank-bank milik usaha Negara dan

daerah adalah bada-badan Negara, maka pengurusan atau penyelesaian

piutang macetnya wajib diserahkan kepada PUPN.

2. Proses gugatan perdata. Sejalan dengan klausula yang biasanya tercantum

dalam setiap perjanjian kredit antara bank dan nasabahnya, maka dalam

hal nasabah sebagai debitur tidak dapat memenuhi kewajibannya untuk

melunasi kredit, bank dapat mengajukan gugatan perdata kepada

pengadilan. Penyelesaian kredit macet melalui gugatan perdata oleh bank

kurang menguntungkan. Disamping penyelesaiannya membutuhkan waktu

yang relatif panjang, kenyataan juga menunjukkan tidak jarang pengadilan

membatalkan perjanjian kredit yang telah dibuat oleh bank dan nasabah

debiturnya dengan alasan bahwa bank telah melakukan perbuatan yang

tidak pantas, yakni melakukan penyalahgunaan keadaan pada saat

pembuatan perjanjian kredit bank dan tidak mempunyai itikad baik

sewaktu-waktu bank bisa menghentikan seketika pemberian kredit.

3. Penyelesaian melalui badan arbitrase (perwasitan). Dalam perjanjian

kredit kadang-kadang dicantumkan pula kalusula yang menyebutkan

apabila timbul sengketa sebagai akibat dari perjanjian kredit, maka

penyelesaiannya melalui arbitrase dan keputusan arbritase adalah

keputusan final. Klausula arbitrase menetapkan cara-cara penunjukan

Universitas Sumatera Utara

Page 126: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

arbiter (wasit) dan susunan tim arbiter yang akan memutuskan sengketa.

Tim arbiter dibentuk dengan masing-masing pihak menunjuk seorang

arbiter lainnya sebagai ketua. Adapun manfaat penyelesaian sengketa

melalui arbitrase ini keputusannya lebih cepat diperoleh bila dibandingkan

melalui pengadilan yang sifat penyelesaiannya tertutup dan dapat menjaga

nama baik para pihak. Husein dalam (Usman, 2001, 301).

4. Penagihan oleh penagih hutang (Debt Collector). Beberapa bank swasta

dalam rangka mempercepat penyelesaian penagihan kredit macet,

memanfaatkan jasa penagih hutang swasta, yang lazimnya disebut dengan

debt collector. Pemanfaatan debt collector dalam menagih kredit macet

bank ini ternyata jauh lebih

Sebuah penelitian menunjukkan kurang lebih 75% bank-bank swasta

menggunakan debt collector untuk menagih kredit mereka yang macet. Hal ini

antara lain disebabkan :

a. Karena tidak bekerjanya sarana-sarana hukum dan hukum dianggap

tidak bekerja efisien dan efektif. Seperti yang diketahui dalam

dunia hukum bahwa pihak yang kuat adalah pihak yang akan

memenangkan perkara dari kasus masalah tersebut.

b. Bertele-telenya proses penegakan hukum menimbulkan

kekecewaan masyarakat. Banyaknya prosedur yang dilakukan

langkah demi langkah dalam penuntasan kasus di pengadilan

memakan waktu yang lama untuk penyelesaian hukum tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Page 127: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

c. Pengadilan tidak bisa memberikan jaminan kepastian hukum dan

berjalan singkat. Seperti yang sudah disebutkan penulis diatas

bahwa hukum tidak akan berlaku terhadap pihak yang memiliki

kekuatan di belakangnya, karena hukuman tersebut tetap akan

divonis jatuh namun dengan skala ringan dalam penjeratannya.

d. Debt collector dianggap lebih mampu bekerja dalam waktu relatif

singkat dan tingkat keberhasilannya mencapai 90%. Petrik dalam

(Usman, 2001, 303).

Sedangkan pelaksanaan penyelesaian dalam mengatasi kredit macet yang

didapat setelah melakukan wawancara dengan pihak bank sebagaimana yang telah

disebutkan didalam bab sebelumnya adalah yang pertama kali dilakukan

menghubungi nasabah yang mengalami kredit macet secara insentif, namun

apabila nasabah tersebut tidak bisa dihubungi lagi maka pihak bank akan

mengunjungi kediaman nasabah untuk memberikan keterangan dan menanyakan

perihal masalah kredit macet tersebut. Kemudian pihak bank juga akan

mengeluarkan surat peringatan, dari mulai surat peringatan pertama, kedua dan

ketiga. Apabila peringatan tersebut belum dihiraukan juga oleh nasabah maka

pihak bank mengajukan penawaran untuk restrukturisasi masalah pembiayaan

kredit ini kepada nasabah dengan tujuan untuk mengecilkan biaya perbulan yang

harus dibayarkan nasabah kepada bank dan melunasi sisa pembiayaan kredit

tersebut pada saat bulan terakhir di jadwal pengembaliaan kredit tersebut. Sebagai

contoh nasabah memiliki cicilan pembiayaan yang harus dibayarkan setiap

bulannya sebesar Rp. 5.000.000, maka pihak bank mengajukan restrukturisasi

Universitas Sumatera Utara

Page 128: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

kepada nasabah agar lebih memudahkan pengembalian perbulannya dengan

memperkecil nominal jumlah cicilan tersebut menjadi Rp.2.500.000 untuk dibayar

setiap bulannya. Namun pada saat masa terakhir pengembalian tepatnya di bulan

terakhir pembayaran cicilan, nasabah harus melunasi sisa semuanya jumlah kredit

yang masih belum terlunaskan secara sekaligus. Apabila sampai dengan

restrukturisasi yang telah diberikan bank kepada nasabah juga masih belum bisa

mengembalikannya maka pihak bank akan melakukan penyitaan terhadap jaminan

dan agunan nasabah untuk dilelang dan dijual.

Tabel 4.4 Data Penyelesaian Kredit Macet Pada Bank Syariah Mandiri Kantor

Cabang Pembantu Graha Helvetia Medan

No Nasabah Faktor-Faktor Penyelesaian

1. A Kesulitan Ekonomi Menunggak Pengembalian

Melakukan Restrukturisasi Pengembalian

2. B Melarikan Diri Melelang dan Menjual Jaminan

3. C Melarikan Diri Melelang dan Menjual Jaminan

4. D Bisnis Mengalami Kerugian

Melelang dan Menjual Jaminan

5. E Bisnis Mengalami Kerugian

Melelang dan Menjual Jaminan

Sumber : PT. Bank Syariah Mandiri 2011-2012

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti, maka

pelaksanaan penyelesaian yang dilakukan dalam mengatasi kredit macet pada

Universitas Sumatera Utara

Page 129: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Graha Helvetia adalah yang

pertama sekali menghubungi nasabah yang mengalami kredit macet secara

insentif, mengunjungi kediaman nasabah untuk memberikan keterangan dan

menanyakan perihal masalah kredit macet tersebut. Kemudian mengeluarkan surat

peringatan, dari mulai surat peringatan pertama, kedua dan ketiga, dan yang

terakhir mengajukan penawaran untuk restrukturisasi masalah pembiayaan kredit

ini kepada nasabah dengan tujuan untuk mengecilkan biaya perbulan yang harus

dibayarkan nasabah kepada bank dan melunasi sisa pembiayaan kredit tersebut

pada saat bulan terakhir di jadwal pengembaliaan kredit tersebut.

Sebagai usaha yang penuh resiko, sebelum memberikan kredit, seharusnya

bank melakukan analisis kredit yang seksama, teliti, dan cermat dengan

didasarkan pada data yang aktual dan akurat, sehingga bank tidak akan keliru

dalam mengambil keputusannya. Apabila terjadi masalah dalam kredit yang

diberikan pihak bank juga sudah memiliki cara jitu untuk mengantisipasinya

sebelum terlambat, kareda tidak dapat dipungkiri bahwa kredit macet merupakan

masalah yang sangat tidak diinginkan oleh bank manapun yang ada di dunia ini.

Bank harus meyakini bahwa kredit yang akan diberikannya tersebut dapat

terlunasi kembali pada waktunya oleh nasabah debitur dan tidak akan berkembang

menjadi kredit bermasalah atau macet.

Universitas Sumatera Utara

Page 130: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

4.3.3 Kesulitan dan Hambatan yang dihadapi Bank dalam mengatasi

Kredit Macet

Untuk menentukan apakah suatu kredit dikatakan bermasalah atau macet

didasarkan pada kolektibilitas kreditnya. Kolektibilitas adalah keadaan

pembayaran pokok atau angsuran dan bunga kredit oleh debitur sesuai serta

tingkat kemungkinan diterimanya kembali dana tersebut. Oleh karena itu setiap

pemberian kredit tentunya telah memenuhi ketentuan perbankan dan sesuai

dengan asas perkreditan yang sehat. Demikian pula pemberian kreditnya juga

telah didasarkan pada penilaian yang jujur, objektif, dan terlepas dari pengaruh

pihak-pihak yang berkepentingan dengan pemohon kredit.

Kendala kesulitan dan hambatan yang sering di hadapi dalam

menyelesaikan kredit macet adalah adanya debitur yang beretikad tidak baik, di

mana dengan sengaja tidak memenuhi kewajibannya dalam menyelesaikan

masalah kreditnya, salain itu adanya kendala ekonomi yang dihadapi oleh debitur

juga dapat menjadi kendala dalam menyelesaikan masalah kredit. Kredit macet

dapat disebabkan oleh beberapa kendala baik dari debitur maupun kreditur,

kendala tersebut yaitu sebagai berikut :

1. Dari pihak perbankan. Artinya dalam melakukan analisanya, pihak analisis

kurang teliti, sehingga apa yang seharusnya terjadi, tidak diprediksi

terlebih dahulu sebelulumnya.

2. Dari pihak nasabah. Kemacetan kredit dapat dilakukan akibat adanya

unsur kesengajaan. Dalam hal ini nasabah sengaja untuk tidak membayar

kewajibannya kepada bank sehingga kredit yang diberikan macet. Adanya

Universitas Sumatera Utara

Page 131: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

unsur tidak sengaja, Artinya si debitur mau membayar akan tetapi tidak

mampu untuk membayarkannya kembali kepada pihak bank.

3. Debitur yaitu nasabah sama sekali tidak mampu untuk membayar seluruh

hutang-hutangnya kepada bank sebagai kreditur yang dikarenakan

berbagai macam alasan yang diberikan kepada pihak bank.

4. Usaha yang dijalankan oleh debitur tidak beroperasi lagi atau usaha itu

mengalami kerugian besar sehingga nasabah tidak dapat lagi

mengembalikan kredit yang sudah diberikan.

Menurut data yang diberikan Bapak Kepala Cabang Bank Syariah Mandiri

Kantor cabang pembantu Graha Helvetia Medan dikatakan bahwa kesulitan dan

hambatan yang ditemui dalam mengatasi kredit macet adalah sebagai berikut

(wawancara Kepala Cabang Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu

Graha Helvetia Medan, 14 Juni 2013) :

1. Nasabah yang sudah tidak bisa dihubungi oleh pihak bank melalui telepon

2. Nasabah yang telah melarikan diri dari kredit yang telah diterimanya dari

bank, karena menyulitkan pihak bank ketika mengunjungi kediamannya

untuk menagih kredit tersebut namun nasabah sudah tidak berada di

tempat kediamannya lagi.

3. Nasabah yang tidak memiliki uang lagi untuk mebayar kreditnya kepada

bank dikarenakan uang tersebut telah habis digunakan untuk keperluan

mendesak dalam hidupnya.

Universitas Sumatera Utara

Page 132: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

4. Nasabah yang mengalami kerugian usaha (profit loss) sehingga mengalami

kebangkrutan dalam menjalankan usahanya.

Perkreditan merupakan salah satu usaha penting bagi bank dalam

memberikan keuntungan, tetapi berbagai masalah atas penyaluran kredit harus

dihadapi perbankan. Karena banyak kritikan terhadap kinerja perbankan nasional

akibat banyaknya kasus kredit macet di Negara ini. Hal ini sehubungan dengan

adanya kredit bermasalah yang biasa disebut Non Performance Loan (NPL)

dengan jumlah yang cukup signifikan pada seluruh bank di Indonesia.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, maka kesulitan

dan hambatan dalam mengatasi kredit macet pada Bank Syariah Mandiri Kantor

Cabang Pembantu Graha Helvetia Medan adalah nasabah yang tidak bisa

dihubungi oleh pihak bank, nasabah yang melarikan diri ketika pihak bank

berkunjung ke alamat rumahnya namun nasabah tersebut sudah tidak berada di

lokasi tersebut, Kemudian nasabah yang tidak mampu membayar kredit tersebut

dikarenaan uang yang seharusnya untuk membayar cicilan kredit bank telah

terpakai untuk kebutuhan lainnya, dan nasabah yang meminjam kredit untuk

melakukan usaha/bisnis banyak diantaranya usaha yang sedang dijalani

mengalami kerugian alias profit loss, dimana bisnis tersebut tidak mendapatkan

keuntungan dari yang diharapkan, bahkan untuk mengembalikan modal saja

belum tercapai maka dari itu nasabah tidak bisa membayar kredit usaha tersebut

kepada bank dikarenakan kondisi bisnis nasabah yang sedang tidak stabil.

Universitas Sumatera Utara

Page 133: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kasus kredit macet dalam dunia perbankan bukanlah hal yang baru. Kredit

macet sudah menjadi resiko bagi perbankan sejak lama. Krisis ekonomi yang

dimulai pada tahun 1998 tidak lepas dari andil kredit macet di perbankan yang

harus dibayar mahal dengan obligasi rekapitalisasi dan menjadi beban ekonomi

nasional hingga saat ini. Sebagai usaha yang penuh resiko, sebelum memberikan

kredit sebaiknya pihak bank melakukan analisis kredit dengan teliti, cermat, dan

seksama yang tentunya dengan didasarkan pada data yang aktual dan akurat

sehingga bank tidak akan keliru dalam mengambil keputusan apakah akan

memberikan kredit atau tidak.

Dari uraian-uraian yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya,

maka penulis dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut :

1. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kredit macet bukan hanya

terdapat pada diri nasabah sebagai debitur yang meminjam kredit, tetapi

juga terdapat pada kesalahan dari kreditur yaitu pihak bank yang telah

memberikan kredit tersebut kepada nasabah sehingga munculnya kasus

kredit macet.

2. Penyelesaian yang dilakukan oleh bank dalam mengatasi kredit macet

dengan memulai cara pendekatan yang baik kepada setiap nasabah yang

mengalami kemacetan dalam pengembalian kreditnya, kemudian

Universitas Sumatera Utara

Page 134: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

membantu untuk mencari jalan keluarnya dan jika nasabah tetap tidak

menghiraukan peringatan yang telah diberikan oleh bank maka pihak bank

akan menggunakan cara yang sedikit keras dalam menyelesaikannya

seperti menggunakan jasa dept collector serta kemudian menyita,

melelang dan menjual asset nasabah yang dijadikan jaminan atau agunan

kepada pihak bank.

3. Kesulitan dan hambatan yang dihadapi bank dalam mengatasi kredit macet

tentunya bukan hal yang mudah dalam mengatasinya. Pihak bank

melaksanakan tugasnya secara maksimal untuk menuntaskan kasus kredit

macet, karena banyak nasabah yang tidak bertanggung jawab terhadap

kredit yang diterimanya. Namun kesulitan dan hambatan tersebut dapat

teratasi dengan cara penyelesaian yang efektif yang dilakukan pihak bank

secara rutin dan bertahap sehingga hambatan tersebut sedikit demi sedikit

mulai bisa teratasi dan dapat ditangani.

5.2 Saran

Setelah mempelajari permasalahan-permasalahan yang menjadi

pembahasan dalam skripsi ini, maka penulis mencoba untuk memberikan

beberapa saran sebagai berikut :

1. Sebaiknya ketentuan tentang kriteria dalam pemberian kredit perbankan

dapat ditinjau kembali, karena kredit yang telah diberikan kepada nasabah

tersebut seolah-olah memberikan celah bagi debitur untuk

mempermainkan kredit yang diberikan pihak bank, dimana kemungkinan

debitur nakal dapat melakukan pinjaman ke bank lain sementara pinjaman

Universitas Sumatera Utara

Page 135: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

kredit pada bank sebelumnya belum tentu dapat dilunasi hingga tuntas.

Selain itu ada juga kemungkinan bahwa debitur akan melarikan diri dari

tempat kediamannya dan pindah ke tempat lain demi menghindari

kewajibannya terhadap bank tersebut.

2. Sebaiknya pihak bank sebagai kreditur lebih berhati-hati dalam

memberikan perlakuan/pelayanan yang sama kepada semua debitur dalam

hal analisis pemberian kredit, tidak ada pengaruh dari permohonan besar

kecilnya nominal kredit bahkan adanya hubungan dalam antara nasabah

dengan pihak bank, karena bank harus professional dalam melaksanakan

kinerja dan memberikan pelayanannya.

3. Adanya pengawasan yang lebih ketat dari pihak bank terhadap usaha yang

dilakukan debitur setiap waktu tertentu (misalnya melakukan observasi

langsung ke tempat usaha nasabah) juga dapat membantu pencegahan

kredit macet dan penyalahgunaan kredit yang telah diterima debitur.

4. Terhadap pihak-pihak yang terlibat dalam penyalahgunaan kredit baik itu

dari pemberian maupun penerimaan kredit, pemberian kredit oleh oknum

petugas bank yang bekerja sama dengan nasabah untuk tujuan yang

merugikan tetapi menguntungkan diri sendiri dan kepada nasabah debitur

yang melarikan diri dari pelunasan pinjaman sebaiknya ditindak dengan

sanksi yang tegas, karena perbuatan tersebut dapat merugikan pihak bank

yang bersangkutan.

Universitas Sumatera Utara

Page 136: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Djohan, Warman. 2000. Kredit Bank ‘Alternatif Pembiayaan dan Pengajuannya. Jakarta : PT Mutiara Sumber Widya

El-Diwani, Tarek. 2003. The Problem With Interest “Sistem Bunga dan Permasalahannya”. Jakarta: Akbar Media Eka Sarana

Hermansyah. 2008. Hukum Perbankan Nasional Indonesia. Jakarta: Kencana

Hossain, Akhand Akhtar. 2010. Bank Sentral dan Kebijakan Moneter di Asia Pasifik. Jakarta: Rajawali Pers

Indriantoro, Nur dan Supomo, Bambang. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta

Ismail. 2011. Perbankan Syariah. Jakarta: Kencana

Kasmir, 2010. Pemasaran Bank. Jakarta: Kencana

Mahmoeddin, As. 1995. 100 Penyebab Kredit Macet. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Miles, B.B dan A.M Huberman. 1992. Analisa Data Kualitatif. UI Press Jakarta

Moleong, Lexy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Rahman, Hasanuddin. 2000. Kebijakan Kredit Perbankan yang Berwawasan Lingkungan. Bandung: PT Citra Aditya Bakti

Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: CV Alfabeta

Supramono, Gatot. 1995. Perbankan dan Masalah Kredit. Jakarta: Djambatan

Supranto, J. 2000. Metode Riset, Aplikasinya dalam Pemasaran. Jakarta: Rineka Cipta

Suyanto, Bagong. 2005. Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta : Prenada Media

Untung, Budi. 2000. Kredit Perbankan di Indonesia. Yogyakarta: Andi

Usman, Rachmadi. 2001. Aspek-Aspek Hukum Pebankan di Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Universitas Sumatera Utara

Page 137: PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA …

Zainuddin, Ali. 2008. Hukum Perbankan Syariah. Jakarta: Sinar Grafika

Jurnal, Skripsi, Tesis :

Fanani, Zaenal. 2010. Strategi Penanganan Kredit Macet terhadap Kelangsungan Usaha pada PT BPR Tunas Artha Jaya Pare Kediri

Ikhwana, Nandasari. 2009. Penyelesaian Kredit Macet dengan Hak Tanggungan pada PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Selatan di Palembang

Hastoni dan Nugraha, Andi. 2006. Penerapan Sistem Pengendalian Intern dalam Meminimalkan Kredit Macet. Studi kasus pada PT Sinar Sosro Kp Sawangan

Saptono, Joko. 2008. Standar Operasional Prosedur Pengajuan Kredit dan Sistem Pengawasan Intern untuk Mencegah Kredit Macet pada PT Bank Tabungan Negara cabang Malang

Sidabuke, Sudiman. 2012. Kredit Macet dan Novasi Subjektif Pasif

Website :

Www.syariahmandiri.co.id

Universitas Sumatera Utara