HALAMAN PERSYARATAN GELAR SARJANA HUKUM … filekredit macet dan penerapan mediasi perbankan dalam...

32
0 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL………….…………….……………………........ i HALAMAN PERSYARATAN GELAR SARJANA HUKUM………. ii HALAMAN LEMBARAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...…...... iii HALAMAN PENGESAHAN PANITIA PENGUJI…………………. iv KATA PENGANTAR………………………………………………... v SURAT PERNYATAAN KEASLIAN……………………………… viii DAFTAR ISI………………………………………………………... ix ABSTRAK…………………………………………………………... xiii ABSTRACT…………………………………………………………. xiv BAB I PENDAHULUAN……………………………………….... 1 1.1. LatarBelakangMasalah…….………………..……………… 1 1.2. Rumusan Masalah…………...……..……....……………..... 5 1.3. Ruang Lingkup Masalah…………………………………… 5 1.4. Orisinalitas Penelitian .……………………………………. 6 1.5. Tujuan Penelitian…………………………………………… 7 1.5.1 Tujuan umum……………………………………….. 7 ix

Transcript of HALAMAN PERSYARATAN GELAR SARJANA HUKUM … filekredit macet dan penerapan mediasi perbankan dalam...

0

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………….…………….……………………........ i

HALAMAN PERSYARATAN GELAR SARJANA HUKUM………. ii

HALAMAN LEMBARAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...…...... iii

HALAMAN PENGESAHAN PANITIA PENGUJI…………………. iv

KATA PENGANTAR………………………………………………... v

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN……………………………… viii

DAFTAR ISI………………………………………………………... ix

ABSTRAK…………………………………………………………... xiii

ABSTRACT…………………………………………………………. xiv

BAB I PENDAHULUAN……………………………………….... 1

1.1. LatarBelakangMasalah…….………………..……………… 1

1.2. Rumusan Masalah…………...……..……....……………..... 5

1.3. Ruang Lingkup Masalah…………………………………… 5

1.4. Orisinalitas Penelitian .……………………………………. 6

1.5. Tujuan Penelitian…………………………………………… 7

1.5.1 Tujuan umum……………………………………….. 7

ix

1

1.5.2 Tujuan khusus……………………………………… 8

1.6. Manfaat Penelitian………………………………………… 8

1.6.1 Manfaat teoritis…………………………………..... 8

1.6.2 Manfaat praktis……………………………………. 8

1.7. Landasan Teoritis…………………………………………. 9

1.8. Metode Penelitian………………………………………… 22

1.8.1 Jenis penelitian……………………………………. 23

1.8.2 Jenis pendekatan…………………………………... 24

1.8.3 Sifat penelitian……………………………………. 24

1.8.4 Data dan sumber data hukum…...….….…………. 25

1.8.5 Teknik pengumpulan data hukum………………... 26

1.8.6 Teknik pengolahan dan analisis data hukum……... 26

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MEDIASI PERBANKAN

DAN MEDIASI PERBANKAN……………………….... 28

2.1. Tinjauan Umum Tentang Mediasi Perbankan……………. 28

2.1.1 Pengertian Mediasi Perbankan…………………….. 28

x

2

2.1.2 Manfaat Dan Tujuan Mediasi Perbankan…………... 33

2.1.3Unsur-Unsur Mediasi Perbankan…………………… 37

2.1.4 Dasar Hukum Mediasi Perbankan………………….. 41

2.2. Tinjauan Umum Tentang Kredit Macet…………………… 43

2.2.1 Pengertian Kredit Macet…………………………… 43

2.2.2 Unsur-Unnsur Kredit Macet……………………….. 47

2.2.3 Faktor-Faktor Penyebab Kredit Macet…………….. 47

BAB III PENGATURAN TENTANG MEDIASI DALAM

PENYELESAIAN KREDIT MACET................................ 50

3.1 Pengaturan Tentang Mediasi Dalam Penyelesian

Kredit Macet …………………………………………….. 50

3.1.1 Pengaturan Tentang Mediasi Dalam

PERMA No. 1 Tahun 2008 …………………………..... 50

3.1.2 Pengaturan Mengenai Penyelenggaraan Mediasi Perbankan

Oleh Bank Indonesia …………………………………… 52

3.2 Penyelesaian Sengketa Perbankan Melalui

Mediasi Perbanakan……………..………………………... 56

xi

3

BAB IV PENERAPAN MEDIASI PERBANKAN DALAM

PENYELESAIAN KREDIT MACET PADA PT. BPR

DEWANGGA BALI ARTHA…………………………… 62

4.1 Tata Cara Dan Proses Mediasi Perbankan Berdasarkan

Peraturan Bank Indonesia……………..……………...... 62

4.1.1 Tahap Pra Mediasi……………………………...... 62

4.1.2 Tahap Mediasi…………………..……………….. 65

4.1.3 Tahap Hasil Mediasi………………………........... 66

4.2 Penerapan Mediasi Perbankan Dalam Penyelesaian Kredit

Mecet Pada PT. BPR Dewangga Bali Artha……..…… 68

BAB V PENUTUP………………………………………………. 71

5.1 Kesimpulan…………………….………………………... 71

5.2 Saran…………………………………………………….. 72

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………….. 73

DAFTAR INFORMAN…………………………………………… 76

LAMPIRAN-LAMPIRAN

xii

4

PENERAPAN MEDIASI PERBANKAN DALAM PENYELESAIAN

KREDIT MACET PADA PT. BPR DEWANGGA BALIARTHA

Oleh :

Ni Putu Maya Kartika Dewi

ABSTRAK

Perbankan di Indonesia dalam memenuhi fungsi dasarnya masihmenghadapi berbagai permasalahan-permasalahan yang mendasar hingga saat ini.Mengingat kondisi perekonomian Indonesia yang masih dibawah standar, dimanapendapatan masyarakat masih dibawah rata-rata, maka dalam hal ini peranan bankdalam bidang penyaluran kredit sangat penting keberadaannya. Upayapenanganan kredit selayaknya dilakukan dari berbagai segi, salah satunya denganmelalui penerapan mediasi perbankan. Permasalahan yang diteliti adalahbagaimana pengaturan mediasi perbankan dalam kaitannya dengan penyelesaiankredit macet dan penerapan mediasi perbankan dalam penyelesaian kredit macetpada PT. BPR Dewangga Baliartha. Penelitian ini penting dilakukan dikarenakanmasyarakat yang mempunyai permasalahan perbankan dapat mengetahui danmenyelesaikan permasalahannya dengan salah satu alternative yaitu melaluimediasi perbankan karena lebih efektif dan efisien untuk semua kalangan.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian hukumempiris. Adapun sumber data dalam penelitian ini yaitu data primer yangdiperoleh secara langsung dari penelitian lapangan yang berupa keterangan-keterangan atau wawancara dari pihak-pihak terkait dalam penelitian inisedangkan data sekunder berasal dari penelitian pustaka melalui peraturanperundang-undangan, literatur, buku-buku dan dokumen-dokumen resmi.

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa pengaturan tentang mediasiperbankan diatur dalam Peraturan Bank Indonesia. Dalam penyelesaian sengketakredit macet penerapan mediasi perbanakan harus mendatangkan mediatorsebagai penengah dan pada PT. BPR Dewangga Baliartha menyelesaikansengketa kredit macet dengan cara negosiasi dimana hanya dihadiri oleh pihakinternal bank dan nasabah. Saran yang diperoleh dalam penelitian ini adalahdalam penerapan penyelesaian sengketa perbankan, untuk menjamin tumbuhnyakesadaran dan partisipasi yang luas dari masyarakat maka perlunya sosialisasi danedukasi tentang mediasi perbankan yang harus lebih diperluas.

Kata Kunci : nasabah, mediasi perbankan, kredit macet

xiii

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pembangunan nasional merupakan pencerminan kehendak untuk terus

menerus meningkatkan kesejahteraan kehidupan masyarakat dan penyelenggaraan

Negara yang maju dan demokrasi. Hakikat pembangunan nasional adalah

pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat.

Pembangunan nasional dilaksanakaan untuk mewujudkan tujuan nasional yang

tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

tahun 1945 Alenia ke IV, yang diharapkan dapat mewujudkan masyarakat yang

adil dan makmur baik materiil maupun spiritual berdasarkan Pancasila.

Sebagai lembaga keuangan, bank memiliki fungsi pokok yang tercantum

dalam Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan yang selanjutnya

disebut UU Perbankan. Sektor Perbankan merupakan jantung dalam system

perekonomian Negara. Perbankan di Indonesia dalam memenuhi fungsi dasarnya

masih menghadapi berbagai permasalahan-permasalahan yang mendasar hingga

saat ini. Berbagai Lembaga keuangan telah membantu pemenuhan kebutuhan

dana bagi kegiatan perekonomian dengan memberikan pinjaman uang antara lain

dalam bentuk kredit perbankan.

Kegiatan pinjam-meminjam uang telah dilakukan sejak lama dalam

kehidupan masyarakat yang telah mengenal uang sebagai alat pembayaran. Dapat

1

2

diketahui bahwa hampir semua masyarakat telah menjadikan kegiatan pinjam-

meminjam uang sebagai sesuatu yang sangat diperlukan untuk mendukung

perkembangan kegiatan perekonomiannya dan untuk meningkatkan taraf

kehidupannya.1 Kegiatan pinjam-meminjam uang sudah merupakan bagian dari

kehidupan masyarakat saat ini.

Mengingat kondisi perekonomian Indonesia yang masih dibawah standar,

dimana pendapatan masyarakat masih dibawah rata-rata, maka dalam hal ini

peranan bank dalam bidang penyaluran kredit sangat penting keberadaannya.

Peranan bank sangat penting selaku lembaga keuangan dengan tugas pokok yaitu

menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali pada

masyarakat, pengusaha (entrepreneur) untuk membiayai sector riil melalui

pemberian kredit.2 Kegiatan usaha bank tersebut antara lain dalam bentuk

pemberian kredit3, penanaman dalam surat-surat berharga, kegiatan devisa,

penempatan dana kepada bank-bank lain dan penyertaan modal usaha yang

dilakukan oleh badan hukum lain yang kesemuanya tidak terlepas dari resiko yaitu

tidak kembalinya sebagian atau bahkan seluruh dana yang disalurkan itu (kredit

macet), sehingga dalam pelaksanaannya bank harus dapat memperhatikan asas-

asas perkreditan yang sehat.

Kredit yang diberikan secara selektif dan terarah oleh bank kepada

nasabah dapat menunjang terlaksananya pembangunan sehingga bermanfaat bagi

kesejahteraan masyarakat. Kredit yang diberikan oleh bank sebagai sarana untuk

1 M. Bahsan, 2007, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, RajawaliPers, Jakarta, h. 1.

2 M. Bahsan, 2003, Pengantar Analis Kredit Perbankan Indonesia, CV. Rejeki Agung,Jakarta, h. 1.

3 Ibid, h. 2.

3

mendorong pertumbuhan ekonomi baik secara umum maupun khusus untuk sector

tertentu. Perkreditan merupakan salah satu usaha terpenting bagi bank dalam

memberikan keuntungan dan dengan permasalahannya juga harus dihadapi oleh

bank.

Lembaga keuangan seperti bank sangat tergantung pada dana masyarakat

yang disimpan pada bank. Agar nasabah bersedia menyimpan dananya, nasabah

harus memiliki kepercayaan kepada bank yang bersangkutan. Bank juga harus

dapat mempertanggungjawabkan kepercayaan nasabah kepada bank. Beberapa

tahun silam terjadi keterpurukan akibat krisis politik, krisis ekonomi dan moneter

yang tidak kunjung selesai yang membawa dampak bagi dunia perbankan

khususnya yang paling dirasakan adalah dengan terjadinya kredit bermasalah

bahkan sampai kredit macet dibeberapa bank dalam jumlah yang sangat besar.

Peran masyarakat luas merupakan sesuatu yang sangat penting bagi industri

perbankan maupun kesejahteraan masyarakat itu sendiri dalam pembangunan.

Bank sebagai lembaga keuangan yang menghimpun dan menyalurkan dana

kepada masyarakat yang membutuhkan wajib memberikan informasi mengenai

resiko kerugian akibat transaksi apapun kepada nasabah. Nasabah hanya

mempercayakan uangya kepada bank atau memanfaatkan jasa bank apabila bank

memberikan jaminan bahwa pengetahuan bank tentang simpanan dan keadaan

tidak akan disalahgunakan.4

Dalam ketentuan pasal 1 ayat 11 UU Perbankan disebutkan pengertian

kredit yaitu “penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,

4 Ketut Ridjin, 2000, Pengantar Perbankan dan Lembaga Keuangan Bukan Bank,Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, h. 13.

4

berdasarkan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan

pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan

pemberian bunga.” Istilah kredit banyak dipakai dalam system perbankan

konvensional yang berbasis pasar bunga.

Setiap bank pasti akan menghadapi kredit bermasalah (macet). Kemacetan

kredit ialah merupakan penyebab kesulitan bagi bank itu sendiri yang menyangkut

tingkat kesehatan bank dan bank harus menghindari diri dari kredit bermasalah

(macet). Kredit bermasalah merupakan suatu keadaan dimana nasabah sudah tidak

sanggup membayar sebagian atau seluruh kewajibannya kepada bank seperti yang

telah diperjanjiakan. Apabila kredit bermasalah dalam perbankan tidak ditangani

secara tuntas maka dikhawatirkan akan menjadi salah satu penghambat

pertumbuhan perkreditan dalam perbankan yang pada akhirnya dapat

mengganggu pertumbuhan perekonomian.5

Penyelesaian kredit bermasalah yang belum jelas akan mengganggu

terciptanya sistem perbankan yang sehat. Oleh karena itu, upaya penanganan

kredit bermasalah selayaknya dilakukan dari berbagai segi, salah satunya dengan

melalui penerapan mediasi perbankan. Berdasarkan uraian tersebut, maka saya

sebagai penulis tertarik untuk membuat karya tulis dalam bentuk skripsi dengan

judul “ Penerapan Mediasi Perbankan Dalam Penyelesaian Kredit Macet

Pada PT. BPR Dewangga Bali Artha ”

5 Eko B.Supriyanto, 2007, 10 Tahun Krisis Moneter, InfoBank Publishing, Jakarta, h. 12

5

1.2 Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan apa yang telah dikemukakan dalam latar belakang

masalah, maka dapat dirumuskan beberapa pokok permasalahan untuk dijadikan

pedoman dalam tulisan ini agar mencapai sasarannya. Adapun permasalahan-

permasalahan yang akan diteliti ialah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaturan tentang mediasi dalam penyelesaian kredit macet ?

2. Bagaimana penerapan mediasi perbankan dalam penyelesaian kredit macet

pada PT. BPR Dewangga Bali Artha ?

1.3 Ruang Lingkup Masalah

Dalam penelitian perlu adanya penegasan serta pembatasan ruang lingkup

masalah, hal ini dilakukan untuk menghindari adanya dan mencegah pembahasan

atau materi yang menyimpang dari pokok-pokok permasalahan yang

dikemukakan di dalam tulisan. Berikut merupakan ruang lingkup yang akan

dibahas :

Ruang lingkup masalah dalam pokok permasalahan yang pertama dalam

penulisan ini akan membahas mengenai pengaturan tentang mediasi perbankan

dalam kaitannya dengan penyelesaian kredit macet. Sedangkan pokok

permasalahan yang kedua akan membahas mengenai bagaimana penerapan

mediasi perbankan dalam penyelesaian kredit macet pada bank tersebut dalam

melaksanakan kewajibannya sesuai Uandang-Undang yang berlaku.

Permasalahan-permasalahan ini akan dibahas dan diuraikan selanjutnya pada sub-

sub bab dalam pembahasan.

6

1.4 Orisinalitas Penelitian

Dengan ini penulis menyatakan bahwa penulisan skripsi ini merupakan

hasil buah karya asli dari penulis, merupakan suatu buah pemikiran penulis yang

dikembangkan sendiri oleh penulis. Sepanjang pengetahuan penulis dan setelah

melakukan pengecekan atau pemeriksaan (baik dalam ruangan gudang skripsi

Fakultas Hukum Universitas Udayana dan didalam internet) tidak ditemukan

adanya suatu karya ilmiah atau skripsi yang membahas atau menyangkut

permasalahan tentang Penerapan Mediasi Perbankan dalam penyelesaian kredit

macet pada PT. BPR Dewangga Bali Artha. Adapun tuliasan atau penelitian

terkait yang dijumpai dapat disimak pada table berikut.

Tabel 1.1 Daftar Penelitian Sejenis

NO JUDUL NAMAPENULIS

RUMUSAN MASALAH

1 PenyelesaianKredit Macet(Bermasalah) AtasPinjaman NasabahBank Pada PT.Bank MandiriCabang Balige

Melisa N.Sihotang

1. Bagaimana proses pemberian

kredit di PT. Bank Mandiri Cabang

Balige ?

2. Faktor-faktor apa yang dapat

memperngaruhi terjadinya kredit

bermasalah atau kredit macet atas

pinjaman nasabah di PT. Bank

Mandiri Cabang Balige ?

3. Bagaimana proses penyelesaian

kredit bermasalah atau kredit

macet atas pinjaman bank nasabah

bank di PT. Bank Mandiri Cabang

Balige ?

7

2 PenyelesaianKredit MacetDalam PerjanjianKredit Di BankBRI Cabang MlatiYogjakarta

Dwi Antoro 1. Bagaimana proses penyelesaian

kredit macet yang terjadi pada

Bank BRI cabang mlati Yogjakarta

?

2. Apa kendala yang dihadapi dalam

proses penyelesaian kredit macet

Bank BRI cabang mlati Yogjakarta

?

1.5 Tujuan Penelitian

Dalam penulisan berbentuk skripsi, tulisan atau penelitian harus

mempunyai tujuan yang jelas yang harus dicapai. Tujuan dari penulisan skripsi ini

adalah :

a. Tujuan Umum

1. Untuk menambah cakrawala berfikir agar mampu menggabungkan

teori dan praktek secara tertulis, agar dapat meningkatkan

kemampuan terhadap permasalahan yang ada;

2. Untuk mendapatkan ketegasan yang pasti dari data-data

permasalahan yang ada untuk dipakai sebagai landasan hukum di

dalam penerapannya;

3. Untuk memberikan konstribusi secara ilmiah terkait permasalahan

hukum dalam rangka melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi;

4. Untuk mengamalkan Ilmu dalam bidang Ilmu Hukum dalam karya

tertulis (skripsi) yang nyata mengenai Hukum Perbankan dalam hal

penerapan mediasi perbankan dalam penyelesaian kredit macet;

8

5. Sebagai salah satu syarat dalam memenuhi kewajiban selaku

mahasiswa/mahasiswi untuk memperoleh gelar sarjana hukum.

b. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengaturan tentang mediasi perbankan dalam

kaitannya dengan penyelesaian kredit macet;

2. Untuk mengetahui bagaimana penerapan mediasi perbankan dalam

penyelesaian kredit macet pada PT. BPR Dewangga Bali Artha.

1.6 Manfaat Penelitian

Setiap penelitian harus dapat memberikan manfaat untuk berbagai pihak.

Manfaat dari penelitian ini adalah :

a. Manfaat Teoritis

Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran di bidang hukum

yang berhubungan dengan Hukum Perbankan khususnya dalam

pengaturan mediasi perbankan dalam penyelesaian kredit macet pada

bank serta dapat mengetahui dan dapat menambah informasi mengenai

penerapan mediasi perbankan dalam penyelesaian kredit macet pada

PT. BPR Dewangga Bali Artha.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat membantu dan memberikan masukan

bagi pihak-pihak yang terkait dengan materi penulisan ini khususnya

dalam permasalahan mediasi perbankan, serta diharapkan bisa

memberikan informasi dan menambah wawasan bagaimana

pengaturan dan penerapan mediasi perbankan pada bank dan dapat

9

memberikan referensi atau pedoman untuk penelitian-penelitian

berikutnya.

1.7 Landasan Teoritis

1. Mediasi

Mediasi adalah proses negosiasi pemecahan masalah di mana pihak luar

yang tidak memihak (impartial) dan netral bekerja sama dengan pihak yang

bersengketa untuk membantu mereka memperoleh kesepakatan dengan

memutuskan. Tidak seperti halnya dengan para hakim dan arbiter, mediator

mempunyai wewenang untuk memutuskan sengketa antara para pihak, malahan

para pihak memberi kuasa pada mediator untuk membantu mereka menyelesaikan

problem diantara mereka.6

Secara etimologi, istilah mediasi berasal dari bahasa latin, mediare yang

berati ada ditengah. Makna ini menunjuk pada peran yang ditampilkan pihak

ketiga sebagai mediator dalam menjalankan tugasnya menengahi dan

menyelesaikan sengketa antar pihak. Berada ditengah juga bermakna mediator

harus berada dalam posisi netral dan tidak memihak dalam menyelesaikan

sengketa. Ia harus mampu menjaga kepentingan para pihak yang bersengketa

secara adil dan sama, sehingga menumbuhkan kepercayaan (trust) dari para pihak

yang bersengketa.7

Mediasi merupakan kegiatan menjembatani antara dua pihak yang

bersengketa guna menghasilkan kesepakatan (agreement). Kegiatan ini dilakukan

6 Gary Goodpaster, 1995, Tinjauan terhadap Penyelesaian Sengketa, dalam Agnes M.Toar, et al, Seri Dasar Hukum Ekonomi 2, Arbitrase di Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta, h.241

7 Rachmadi Usman,SH, 2003, Pilihan Penyelesaian Sengketa Diluar Pengadilan, CitraAditya Bakti, Bandung, h.79

10

oleh mediator sebagai pihak yang ikut membantu mencari berbagai alternatif

penyelesaian sengketa. Posisi mediator dalam hal ini adalah mendorong para

pihak untuk mencari kesepakatan-kesepakatan yang dapat mengakhiri perselisihan

dan persengketaan. Penjelasan mediasi dari sisi kebahasaan (etimologi) lebih

menekankan kepada keberadaan pihak ketiga yang menjembatani para pihak

bersengketa untuk menyelesaikan perselisihannya, dimana hal ini sangat penting

untuk membedakan dengan bentuk-bentuk lainnya seperti arbitrase, negosiasi,

adjudikasi dan lain-lain. Penjelasan kebahasaan ini masih sangat umum sifatnya

dan belum menggambarkan secara konkret esensi dan kegiatan mediasi secara

menyeluruh.

Kemudian dalam pengertian mediasi secara terminology yang banyak

diungkapkan para ahli resolusi konflik. Dimana para ahli resolusi konflik juga

beragam dalam memberikan definisi mediasi sesuai dengan sudut pandang

masing-masing. Yang antara lain: Laurence Bolle menyatakan ”mediation is a

decision making process in the which the parties are assisted by a meediator; the

mediator attempt to improve the process of decision making and to assist the

parties the reachan outcome to which of them can assent”. Pengertian yang

diberikan lebih menggambarkan esensi kegiatan mediasi dan peran mediator

sebagai pihak ketiga. Bolle menekankan bahwa mediasi adalah proses

pengambilan keputusan yang dilakukan para pihak dibantu pihak ketiga sebagai

mediator. Pernyataan Bolle menunjukkan bahwa kewenangan pengambilan

keputusan sepenuhnya berada ditangan para pihak, dan mediator hanyalah

membantu para pihak dalam proses pengambilan keputusan tersebut. Kehadiran

11

mediator menjadi amat penting karena ia dapat membantu dan mengupayakan

proses pengambilan keputusan menjadi lebih baik, sehingga menghasilkan

outcome yang dapat diterima oleh mereka yang tertikai.8

J. Folberg dan A. Taylor memaknai mediasi dengan “the process by which

the participant, together with the assistance of a neutral person, systematically

isolate dispute in order to develop option, consider alternative, and reach

consensual settlement that will accommodate their need”.9 Pengertian yang

diberikan menggambarkan esensi kegiatan mediasi dan peran mediator sebagai

pihak ketiga. Menekankan bahwa mediasi adalah proses pengambilan keputusan

yang diambil para pihak dibantu pihak ketiga sebagai mediator. Pernyataan ini

menunjukan bahwa kewenangan pengambilan keputusan sepenuhnya berada

ditangan para pihak, dan mediator hanyalah membantu para pihak dalam proses

pengambilan keputusan tersebut. Kehadiran mediator menjadi amat penting

karena dapat membantu dan mengupayakan proses pengambilan keputusan

menjadi lebih baik, sehingga menghasilkan outcome yang dapat diterima.

2. Kredit

Menurut Mohammad Djumhana, dalam perkembangan perbankan modern,

pengertian perkreditan tidak terbatas pada peminjam kepada nasabah semata atau

kredit secara tradisional, melainkan lebih luas lagi serta adanya fleksibilitas kredit

yang diberikannya. Hal tersebut terlihat dari pengertian cakupan kredit yang

terdapat pada lampiran Pedoman Penyusunan Kebijaksanaan Perkreditan Bank,

dimana kredit tidak terbatas hanya pada pemberian fasilitas kredit yang lazim

8 Rachmadi Usman,SH, op.cit, h.799 Syahrizal Abbas, 2011, Mediasi dalam Hukum Syariah, Hukum Adat, dan Hukum

Nasional, Praneda Media Group, Bandung, h.23

12

dibukukan dalam pos kredit pada aktiva dalam neraca bank, namun termasuk pula

pembelian surat berharga yang disertai note purchase agreement atau perjanjian

kredit, pembelian surat berharga lain yang diterbitkan nasabah, pengambilan

tagihan dalam rangka anjak piutang dan pemberian jaminan bank yang

didantaranya meliputi akseptasi, endosemen, dan awal surat-surat berharga.

Sedangkan untuk bank yang beroperasi dengan prinsip syariah, maka pengertian

kredit tersebut di atas juga meliputi semua bentuk pembiayaan dana atau

penyediaan dana kepada para nasabahnya dengan prinsip bagi hasil (prinsip

syariah) yang lazim bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah10.

Sedangkan menurut Munir Fuadi, kredit berarti kepercayaan. Kata kredit

sendiri berasal dari bahasa Latin yaitu “creditus” yang berarti to trust. Dengan

demikian sungguhpun kata kredit sudah berkembang ke mana-mana, tetapi dalam

tahap apapun dan kemanapun arah perkembangannya, dalam setiap kata “kredit”

tetap mengandung unsur “kepercayaan”. Walaupun sebenarnya kredit itu tidak

hanya sekedar kepercayaan. Dalam dunia bisnis kredit juga mempunyai banyak

arti, salah satunya adalah kredit dalam artian seperti kredit yang diberikan oleh

suatu bank kepada nasabahnya11.

10 Muhamad Djumhana,, 2000, Hukum Perbankan di Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, h. 368

11 Munir Fuady, 1996, Hukum Perkreditan Kontemporer, Citra Aditya Bakti, Bandung,h.5

13

Ciri khas hukum perjanjian atau hukum kontrak yaitu dalam hal

kebebasan, kesetaraan, dan keterikatan kontraktual. Prinsip-prinsip atau asas-asas

fundamental yang menguasai hukum kontrak adalah12 :

1. Prinsip atau asas konsensualitas.

Asas konsensualitas ini diatur dalam Pasal 1320 Kitab Undang-undang

Hukum Perdata yang selanjutnya disebut KUHPerdata yang mengatur mengenai

syarat sahnya suatu perjanjian, dimana salah satu syaratnya adalah kata sepakat

dari mereka/para pihak yang mengikatkan diri dalam suatu perjanjian. Arti asas

konsensualitas ialah pada dasarnya perjanjian dan perikatan yang timbul

karenanya itu sudah dilahirkan sejak detik tercapainya kesepakatan13.

2. Prinsip atau asas kekuatan mengikat persetujuan.

Asas kekuaan mengikat diatur dalam Pasal 1315 KUHPerdata demikian:

“pada umumnya tak seorang dapat mengikatkan diri atas nama diri sendiri atau

meminta ditetapkannya suatu janji dari pada untuk dirinya sendiri.” Subekti

mengatakan bahwa asas tersebut dinamakan asas kepribadian suatu perjanjian.

Mengikatkan diri ditujukan pada memikul kewajiban-kewajiban atau

menyanggupi melakukan sesuatu, sedangkan minta ditetapkan suatu janji,

ditujukan pada memperoleh hak-hak atas sesuatu atau dapat menuntut sesuatu14.

12Johames Ibrahim, 2004, Cross Default & Cross Collateral Sebagai Upaya PenyelesaianKredit Bermasalah, Refika Aditama, Bandung, h.12

13 Subekti, 1979, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, h.1514 Ibid, h.29

14

3. Prinsip atau asas kebebasan berkontrak.

Asas ini memperkenankan para pihak membuat suatu persetujuan sesuai

dengan pilihan bebas masing-masing dan setiap orang mempunyai kebebasan

untuk membuat kontrak dengan siapa saja yang dikehendakinya, selain itu para

pihak dapat menentukan sendiri isi maupun persyaratan-persyaratan suatu

persetujuan dengan pembatasan bahwa persetujuan tersebut tidak boleh

bertentangan dengan sebuah ketentuan undang-undang yang bersifat memaksa,

ketertiban umum, dan kesusilaan. Asas kebebasan berkontrak tersebut tersirat

dalam Pasal 1338 KUHPerdata sebagai berikut : “Semua perjanjian yang dibuat

secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”.

Karena itu sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 1338 ayat (1)

KUHPerdata, maka seluruh pasal-pasal yang ada dalam suatu perjanjian kredit

secara hukum mengikat kedua belah pihak yakni pihak kreditur dan pihak debitur.

Asal tidak ada pasal-pasal dalam perjanjian kredit tersebut yang bertentangan

dengan hukum yang berlaku, maka keterikatan yang sama juga berlaku bagi

perjanjian-perjanjian pendukung lain seperti perjanjian jaminan hutang, teknik

pelaksanaan pembayaran atau pembayaran kembali, atau lain-lainnya yang

biasanya merupakan exhibit atau lampiran dari perjanjian kredit yang

bersangkutan.

15

3. Unsur-unsur Dalam Kredit

Menurut Thomas Suyatno perkreditan mengandung unsur-unsur sebagai

berikut15:

1) Kepercayaan.

Yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikannya baik

dalam bentuk uang, barang, atau jasa, akan benar-benar diterimanya kembali

dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang.

2) Waktu.

Yaitu suatu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan

kontraprestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang. Dalam unsur

waktu ini terkandung pengertian nilai agio dari uang, yaitu uang yang ada

sekarang lebih tinggi nilainya dari uang yang akan diterima pada masa yang

akan datang.

3) Degree of risk.

Yaitu suatu tingkat resiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya

jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan

kontraprestasi yang akan diterima dikemudian hari. Semakin lama kredit

diberikan semakin tinggi pula tingkat resikonya, karena sejauh kemampuan

manusia untuk menerobos hari depan itu, maka masih selalu terdapat unsur

ketidaktentuan yang tidak dapat diperhitungkan. Inilah yang menyebabkan

timbulnya unsur risiko. Dengan adanya unsur risiko inilah maka timbullah

jaminan dalam pemberian kredit.

15 Thomas Suyatno, 2003, Dasar-dasar Perkreditan, PT. Gramedia Pustaka Utama,Jakarta. , hal. 14

16

4) Prestasi atau objek kredit.

Tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi juga dapat bentuk barang atau

jasa. Namun karena kehidupan ekonomi modern sekarang ini didasarkan pada

uang maka transaksi-transaksi kredit yang menyangkut uanglah yang sering

kita jumpai dalam praktek perkreditan. Sedangkan menurut Munir Fuady,

unsur dari kredit adalah sebagai berikut 16:

1) Adanya kesepakatan atau perjanjian antara pihak kreditur dengan

debitur yang disebut dengan perjanjian kredit.

2) Adanya para pihak yaitu pihak kreditur sebagai pihak yang memberikan

pinjaman, seperti bank, dan pihak debitur yang merupakan pihak yang

membutuhkan uang pinjaman/barang atau jasa.

3) Adanya unsur kepercayaan dari kreditur bahwa pihak debitur mau dan

mampu membayar/ mencicil kreditnya.

4) Adanya kesanggupan dan janji membayar hutang dari pihak debitur.

5) Adanya pemberian sejumlah uang/barang/jasa oleh pihak kreditur

kepada pihak debitur.

6) Adanya pembayaran kembali sejumlah uang/barang atau jasa oleh pihak

debitur kepada kreditur, disertai dengan pemberian imbalan/bunga atau

pembagian keuntungan.

7) Adanya perbedaan waktu antara pemberian kredit oleh kreditur dengan

pengembalian kredit dari debitur.

16 Munir Fuady, Op. Cit., h.6

17

8) Adanya risiko tertentu yang diakibatkan karena adanya perbedaan waktu

tadi. Semakin jauh tenggang waktu pengembalian, semakin besar pula

risiko tidak terlaksananya pembayaran kembali suatu kredit. Rimsky

merinci unsur-unsur dari kredit hampir sama dengan pendapatnya

Thomas Suyatno, yaitu17 :

A. Kepercayaan. Yaitu keyakinan dari orang yang memberikan kredit

kepada orang yang menerimanya bahwa di masa yang akan datang

penerima kredit akan sanggup mengembalikan segala sesuatu yang

telah diterima sebagai pinjaman;

B. Waktu. Adalah masa yang menjadi jarak antara pemberian kredit

dan pengembaliannya;

C. Tingkat resiko. Adalah kemungkinan-kemungkinan yang terjadi

akibat adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian

kredit dan pengembaliannya. Semakin lama jangka waktu kredit

yang diberikan, semakin tinggi tingkat risiko yang akan ditanggung

kreditur. Dalam keadaan inilah kredit memerlukan jaminan;

D. Prestasi. Adalah objek yang akan dijadikan sebagai sesuatu yang

dipinjamkan baik dalam bentuk uang, barang, maupun jasa.

4. Jenis-jenis kredit perbankan

Jenis-jenis kredit perbankan yang diberikan oleh perbankan kepada

masyarakat dapat dari berbagai sudut yaitu sebagai berikut18:

17 Rimsky K. Judisseno, 2005, Sistem Moneter dan Perbankan di Indonesia, GramediaPustaka Utama, Jakarta, h.166

18 Ibid. h.25

18

1. Kredit dari sudut tujuannya. Terdiri atas kredit konsumtif dimana kredit

tersebut diberikan denngan tujuan untuk memperlancar jalannya proses

konsumtif. Sedangkan kredit produktif adalah kredit yang diberikan

dengan tujuan untuk memperlancar jalannya proses produksi. Dan ada

pula kredit perdagangan dimana kredit tersebut diberikan dengan tujuan

untuk membeli barang-barang untuk dijual lagi. Kredit perdagangan

tersebut terdiri atas kredit perdagangan dalam negeri dan kredit

perdagangan luar negeri.

2. Kredit dilihat dari sudut jangka waktunya.

a. Terdiri atas kredit jangka pendek (short term loan) yang merupakan

kredit berjangka dalam waktu 1 tahun. Kredit jangka pendek ini juga

termasuk kredit untuk tanaman musiman yang berjangka waktu lebih

dari satu tahun. Dilihat dari segi perusahaan, kredit jangka pendek

dapat berbentuk, rekening Koran yaitu kredit yang diberikan oleh bank

kepada nasabahnya dengan batas platform tertentu, perusahaan tidal

mengambilnya tidak sekaligus melainkan sebagian demi sebagian

sesuai dengan kebutuhannya. Bunga yang dibayar hanya untuk jumlah

yang betul-betul dipergunakan walaupun perusahaan mendapat kredit

lebih dari jumlah yang dipakainya. Kredit penjualan adalah kredit yang

diberikan oleh penjual kepada pembeli, penjual menyerahkan barang-

barangnya terlebih dahulu, baru kemudian menerima pembayarannya

dari pembeli. Kredit pembeli yaitu kredit yang diberikan pembeli

kepada penjual , pembeli menyerahkan uangnya terlebih dahulu

19

sebagai pembayaran terhadap barang-barang yang dibelinya, baru

kemudian (setelah beberapa waktu tertentu) menerima barang-barang

yang dibelinya. Kredit wesel terjadi apabila suatu perusahaan

mengeluarkan Surat Pengakuan Utang yang berisikan kesangguapan

untuk membayar sejumlah uang tertentu kepada pihak tertentu dan

pada saat tertentu, dan setelah ditanda tangani, surat wesel dapat dijual

dan diuangkan kepada bank (surat promes/payable note). Kredit

eksploitasi yaitu kredit yang diberikan oleh bank untuk membiayai

current operation suatu perusahaan.

b. Kredit jangka menengah (medium term loan) yaitu kredit yang

berjangka waktu antara 1 sampai 3 tahun, kecuali kredit untuk tanaman

musiman sebagaimana tersebut di atas, kredit modal kerja dapat

diberikan oleh bank untuk membiayai kegaiatan-kegiatannya, misalnya

untuk membeli bahan baku , upah buruh, suku cadang, dll. Kredit yang

berjangka waktu menengah ini diantaranya adalah kredit modal kerja

permanen (KMKP) yang diberikan oleh bank kepada pengusaha

golongan lemah yang berjangka waktu maksimum 3 tahun.

c. Kredit jangka panjang (long term loan) yaitu kredit yan berjangka

waktu lebih dari 3 tahun. Kredit jangka panjang ini pada umumnya

adalah kredit investasi yang bertujuan menambah modal perusahaan

dalam rangka untuk melakukan rehabilitasi, ekspansi, dan pendirian

proyek baru19.

19 Muhamad Djumhana, Op. Cit., h..376

20

3. Kredit dilihat dari sudut jaminannya.

a. Terdiri atas kredit tanpa jaminan (unsecured loan) dalam kredit ini

pinjaman dilakukan terus tanpa adanya agunan. Dalam hal kredit

seperti yang dimaksud dalam Pasal 1 huruf b SK Direksi BI No.

23/69/KEP/DIR tanggal 28 Februari 1991 tentang Jaminan

Pemberian Kredit.

b. Kredit dengan Agunan (secured loan). Dalam kredit ini agunan

dapat berupa agunan barang, baik berupa barang tetap maupun

barang tidak tetap (barang bergerak), agunan pribadi perorangan

(borgtocht), dimana satu pihak menyanggupi untuk menanggung

pihak lainnya manakal si berutang tidak memenuhi kewajibannya,

bahwa ia menjamin pembayarannya. Aguanan efek-efek, saham,

obligasi, dan sertifikat yang di daftar (listed) di bursa efek.

4. Kredit dilihat dari sudut penggunaannya dapat dibagi sebagai berikut,

a. Kredit eksploitasi yaitu kredit yang berjangka waktu pendek yang

diberikan oleh suatu bank kepada perusahaan untuk membiayai

kebutuhan modal kerja perusahaan sehingga dapat berjalan dengan

lancer. Kredit ini sering disebut dengan kredit modal kerja atau

kredit produk karena bantuan modal kerja digunakan untuk

menutup biaya-biaya eksploitasi perusahaan secara luas.

b. Kredit investasi adalah kredit jangka menengah atau jangka

panjang yang diberikan oleh suatu bank kepada perusahaan untuk

melakukan investasi atau penanaman modal. Yang dimaksud disini

21

adalah untuk pembelian barang-barang modal serta jasa yang

diperlukan untuk rehabilitasi atau modernisasi maupun ekspansi

proyek yang sudah ada atau pendirian proyek baru, pembangunan

pabrik, pembelian mesin-mesin yang semuanya itu ditujukan untuk

meningkatkan produktifitas.

Siswanto Sutojo mengelompokkan kredit menjadi lima (5) golongan,

sebagai berikut20:

a. Berdasarkan penggunaan, debitur menggunakan kredit untuk

mendanai kebutuhan yang berbeda-beda.

b. Berdasarkan pengadaan jaminan, kredit dibedakan menjadi kredit

berjaminan (secured loan) dan kredit tanpa jaminan (unsecured

loan).

c. Berdasarkan jangka waktu pelunasan, kredit dapat dibedakan

menjadi kredit jangka pendek, kredit jangka menengah, dan kredit

jangka panjang.

d. Berdasarkan cara pelunasan, kredit dapat dilunasi sekaligus atau

dengan jalan mencicil. Dalam pembayaran kembali kredit secara

mencicil, kreditur dan debitur setuju kredit akan dibayar kembali

dalam jumlah dan jadwal cicilan tertentu.

e. Berdasarkan status hukum debitur, dapat berstatus badan usaha

atau korporasi maupun orang perorangan. Oleh karena itu kredit

20 Siswanto Sutojo, 2007, The Managementof Commercial Bank, Damar MuliaPustaka, Jakarta, h.63

22

bank dapat pula dibedakan menjadi kredit korporasi dan kredit

perorangan atau kredit konsumen.

1.8 Metode Penelitian

Untuk menjamin adanya kebenaran ilmiah dalam skripsi ini maka

dipergunakan metodelogi sebagai satu cara yang dapat membantu dalam

penelitian sehingga dapat diperoleh suatu tujuan yang diharapkan, maka salah satu

cara yang dapat ditempuh untuk memperoleh kebenaran dalam penelitian secara

ilmiah dengan cara mempelajari satu atau beberapa gejala dengan jalan

menganalisa terhadap beberapa fakta tersebut.

Metode dapat diartikan, sebagai cara yang tepat untuk melakukan sesuatu,

sedangkan logi/logos adalah ilmu atau pengetahuan. Dengan demikian metodologi

dapat diartikan sebagai cara melakukan sesuatu dengan menggunakan pikiran

secara seksama untuk mencapai tujuan. Sedangkan penelitian berarti suatu

kegiatan untuk mencari, mencatat, merumuskan dan menganalisa sampai

menyusun laporan.21

Dengan menggunakan beberapa hal tersebut seseorang diharapkan mampu

untuk menemukan dan menganalisa masalah yang diteliti sehingga dapat

mengungkapkan suatu kebenaran, karena metode memberikan pedoman tentang

cara bagaimana seorang ilmuwan mempelajari memahami dan menganalisa

permasalahan yang dihadapi.

21Cholid Narbuko dan H. Abu Achmadi, 2001, Metodologi Penelitian, PT. Bumi Aksara,Jakarta, h.1.

23

Istilah metodelogi berasal dari kata metode yang berarti jalan. Oleh karena

itu yang dimaksud dengan metode ilmiah adalah suatu prosedur atau cara untuk

mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis ataau prosedur

hukum.

Istilah pentingnya arti kata metodelogi dalam memperoleh kebenaran

maka tanpa metodelogi seorang penulis tidak mungkin akan mampu untuk

merumuskan, menganalisa dan memecahkan permasalahannya. Oleh karena itu

dalam penelitian dan penulisan karya ilmiah ini penulis menggunakan suatu

metode untuk mendapatkan data guna menunjang dalam penulisan ini antara lain :

1.8.1 Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis

penelitian hukum empiris, Penelitian hukum empiris adalah hukum dikonsepkan

sebagai suatu gejala empiris yang dapat diamati di dalam kehidupan nyata. Dalam

kontek ini hukum tidak semata-mata dikonsepkan sebagai suatu gejala normative

yang otonom, sebagai ius contituendum (law as what ought to be), dan tidak

semata-mata sebagai ius contitutum (law as what it is in the book), akan tetapi

secara empiris sebagai ius operatum (law as what it is in society). Hukum sebagai

“law as what it is in society”, hukum sebagai gejala sosio empiric dapat dipelajari

di satu sisi sebagai suatu independent variable yang menimbulkan efek-efek pada

berbagai kehidupan sosial, dan di lain sisi sebagai suatu dependent variable yang

muncul sebagai akibat berbagai ragam kekuatan dalam proses social (studi

mengenai law in process).

24

1.8.2 Jenis pendekatan

Dalam penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan-pendekatan.

Mengenai pendekatan tersebut, peneliti akan mendapatkan informasi dari berbegai

aspek mengenai permasalahan yang sedang dicoba untuk dicari jawabannya.

penelitian hukum empiris umumnya mengenal tujuh jenis pendekatan, yakni:

1. Pendekatan Kasus (The Case Approach)

2. Pendekatan Perundang-undangan (The Statute Approach)

3. Pendekatan Fakta (The Fact Approach)

4. Pendekatan Analisis Konsep Hukum (Analitical and Conseptual

Approach)

5. Pendekatan Frasa (Words and Phrase Approach)

6. Pendekatan sejarah (Historical Approach)

7. Pendekatan Perbandingan (Comparative Approach)

Dalam rangka penyelesaian suatu masalah, dan berdasarkan dari latar

belakang serta rumusan masalah yang penulis sajikan, maka jenis pendekatan

masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pendekatan Perundang-

undangan (The Statute Approach), Pendekatan Fakta (The Fact Approach) dan

Pendekatan Analisis Konsep Hukum (Analitikal & Conceptual Approach).

1.8.3 Sifat Penelitian

Sifat penelitian dalam skripsi ini menggunakan Sifat Penelitian Deskrigtif

yaitu dimana penelitian ini ada penelitian secara umum yang termasuk pula

didalamnya penelitian hokum, bertujuan menggambarkan sifat-sifat suatu

individu, keadaan, gejala atau kelompok, untuk menentukan ada tidaknya

25

hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain daam masyarakat. Penelitian ini

dapat membentuk teori-teori baru atau dappat memperkuat teori yang sudah ada.

1.8.4 Data dan Sumber data hukum

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, data

sekunder dan data tertier. Data primer merupakan data utama sebagai penjelesaian

dengan ditambahkan oleh data sekunder dan data tertier sebagai data penunjang.

1. Data primer

Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber pertama

dilapangan yaitu informan yang berasal dari PT. BPR Dewangga BaliArtha22.

2. Data sekunder

a. Data hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat outoritatif

(mengikat) berupa perundang-undangan yaitu:

- KUHPerdata;

- Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang PerubahanUndang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan

b. Data hukum sekunder berupa semua publikasi tentang hukum yang

bukan merupakan dokumen-dokumen resmi. Publikasi tentang hukum

meliputi buku-buku teks di bidang ilmu hukum Administrasi Negara,

jurnal-jurnal hukum, dan komentar-komentar atas putusan hukum.23

Dalam penelitian ini bahan hukum sekunder yang terutama adalah

buku teks karena buku teks berisi mengenai prinsip-prinsip dasar ilmu

hukum dan perundang-undangan klasik para sarjana yang mempunyai

kualifikasi tinggi.

22Ibid, h. 141.23Peter Mahmud Marzuki, 2008, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, h. 144.

26

3. Data tertier

Data hukum tertier yaitu data yang memberikan petunjuk maupun

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti

kamus (hukum), ensiklopedia yang membahas mengenai hukum perbankan.24

1.8.5 Teknik Pengumpulan Data Hukum

Adapun teknik pengumpulan data hukum yang digunakan dalam penelitian

ini, yaitu teknik pengumpulan data hukum dengan melakukan studi dokumen atau

studi kepustakaan. Studi dokumen atau studi kepustakaan dilakukan dengan

mengumpulkan dokumen-dokumen atau data-data sekunder yang ada dan

dilaksanakan dengan memilih data-data hukum yang relevan dengan objek

penelitian yang dilakukan terhadap bahan hukum primer, sekunder, dan tertier.

Prosedur pengumpulannya dilakukan dengan menempatkan kategorisasi hukum

terhadap kualifikasi hukum yang ditentukan dalam usulan penelitian seperti data

hukum menyangkut Penerapan Mediasi Perbankan Dalam Penyelesaian Kredit

Macet Pada PT. BPR Dewangga Bali Artha, selain itu teknik pengumpulan data

dilakukan juga melalui wawancara.

1.8.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data Hukum

Pengolahan dan analisis data hukum pada dasarnya tergantung pada jenis

data hukumnya. Didalam skripsi ini penulis menggunakan teknik pengolahan dan

analisis data hukum dengan teknik interprestasi. Teknik interprestasi yaitu

penggunaan jenis-jenis penafsiran dalam ilmu hukum, dalam mengolah dan

24Amiruddin dan H. Zainal Asikin,2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta,h.119.

27

menganalisis data hukum tersebut, tidak bisa terlepas dari berbagai penafsiran

yang dikenal dalam ilmu hukum.

Disini penulis menggunakan teknik penafsiran hukum secara sistematis.

Dimana penelitian ini dilakukan pada peraturan perundangan tertentu atau hukum

tertulis yang tujuan pokoknya adalah untuk mengadakan identifikasi terhadap

pengertian-pengertian pokok atau dasar dalam hukum.25 Penulis melakukan

identifikasi terhadap beberapa pasal yang berkaitan dengan Penerapan Mediasi

Perbankan Dalam Penyelesaian Kredit Macet Pada PT. BPR Dewangga Bali

Artha.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara menginventarisir, mempelajari

dan mendalami bahan-bahan hukum yang relevan dengan obyek penelitian.

Kemudian dilakukan pengklasifikasian bahan-bahan yang sejenis, mencatat dan

mengolahnya secara sistematis sesuai dengan tujuan penelitian.

25 Bambang Sunggono, 2003, Metodelogi Penelitian Hukum: Suatu Pengantar, PT.RajaGrafindo Persada, Jakarta, h.96.