HALAMAN PERSYARATAN GELAR SARJANA HUKUM … filekredit macet dan penerapan mediasi perbankan dalam...
Transcript of HALAMAN PERSYARATAN GELAR SARJANA HUKUM … filekredit macet dan penerapan mediasi perbankan dalam...
0
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………….…………….……………………........ i
HALAMAN PERSYARATAN GELAR SARJANA HUKUM………. ii
HALAMAN LEMBARAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...…...... iii
HALAMAN PENGESAHAN PANITIA PENGUJI…………………. iv
KATA PENGANTAR………………………………………………... v
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN……………………………… viii
DAFTAR ISI………………………………………………………... ix
ABSTRAK…………………………………………………………... xiii
ABSTRACT…………………………………………………………. xiv
BAB I PENDAHULUAN……………………………………….... 1
1.1. LatarBelakangMasalah…….………………..……………… 1
1.2. Rumusan Masalah…………...……..……....……………..... 5
1.3. Ruang Lingkup Masalah…………………………………… 5
1.4. Orisinalitas Penelitian .……………………………………. 6
1.5. Tujuan Penelitian…………………………………………… 7
1.5.1 Tujuan umum……………………………………….. 7
ix
1
1.5.2 Tujuan khusus……………………………………… 8
1.6. Manfaat Penelitian………………………………………… 8
1.6.1 Manfaat teoritis…………………………………..... 8
1.6.2 Manfaat praktis……………………………………. 8
1.7. Landasan Teoritis…………………………………………. 9
1.8. Metode Penelitian………………………………………… 22
1.8.1 Jenis penelitian……………………………………. 23
1.8.2 Jenis pendekatan…………………………………... 24
1.8.3 Sifat penelitian……………………………………. 24
1.8.4 Data dan sumber data hukum…...….….…………. 25
1.8.5 Teknik pengumpulan data hukum………………... 26
1.8.6 Teknik pengolahan dan analisis data hukum……... 26
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MEDIASI PERBANKAN
DAN MEDIASI PERBANKAN……………………….... 28
2.1. Tinjauan Umum Tentang Mediasi Perbankan……………. 28
2.1.1 Pengertian Mediasi Perbankan…………………….. 28
x
2
2.1.2 Manfaat Dan Tujuan Mediasi Perbankan…………... 33
2.1.3Unsur-Unsur Mediasi Perbankan…………………… 37
2.1.4 Dasar Hukum Mediasi Perbankan………………….. 41
2.2. Tinjauan Umum Tentang Kredit Macet…………………… 43
2.2.1 Pengertian Kredit Macet…………………………… 43
2.2.2 Unsur-Unnsur Kredit Macet……………………….. 47
2.2.3 Faktor-Faktor Penyebab Kredit Macet…………….. 47
BAB III PENGATURAN TENTANG MEDIASI DALAM
PENYELESAIAN KREDIT MACET................................ 50
3.1 Pengaturan Tentang Mediasi Dalam Penyelesian
Kredit Macet …………………………………………….. 50
3.1.1 Pengaturan Tentang Mediasi Dalam
PERMA No. 1 Tahun 2008 …………………………..... 50
3.1.2 Pengaturan Mengenai Penyelenggaraan Mediasi Perbankan
Oleh Bank Indonesia …………………………………… 52
3.2 Penyelesaian Sengketa Perbankan Melalui
Mediasi Perbanakan……………..………………………... 56
xi
3
BAB IV PENERAPAN MEDIASI PERBANKAN DALAM
PENYELESAIAN KREDIT MACET PADA PT. BPR
DEWANGGA BALI ARTHA…………………………… 62
4.1 Tata Cara Dan Proses Mediasi Perbankan Berdasarkan
Peraturan Bank Indonesia……………..……………...... 62
4.1.1 Tahap Pra Mediasi……………………………...... 62
4.1.2 Tahap Mediasi…………………..……………….. 65
4.1.3 Tahap Hasil Mediasi………………………........... 66
4.2 Penerapan Mediasi Perbankan Dalam Penyelesaian Kredit
Mecet Pada PT. BPR Dewangga Bali Artha……..…… 68
BAB V PENUTUP………………………………………………. 71
5.1 Kesimpulan…………………….………………………... 71
5.2 Saran…………………………………………………….. 72
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………….. 73
DAFTAR INFORMAN…………………………………………… 76
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
4
PENERAPAN MEDIASI PERBANKAN DALAM PENYELESAIAN
KREDIT MACET PADA PT. BPR DEWANGGA BALIARTHA
Oleh :
Ni Putu Maya Kartika Dewi
ABSTRAK
Perbankan di Indonesia dalam memenuhi fungsi dasarnya masihmenghadapi berbagai permasalahan-permasalahan yang mendasar hingga saat ini.Mengingat kondisi perekonomian Indonesia yang masih dibawah standar, dimanapendapatan masyarakat masih dibawah rata-rata, maka dalam hal ini peranan bankdalam bidang penyaluran kredit sangat penting keberadaannya. Upayapenanganan kredit selayaknya dilakukan dari berbagai segi, salah satunya denganmelalui penerapan mediasi perbankan. Permasalahan yang diteliti adalahbagaimana pengaturan mediasi perbankan dalam kaitannya dengan penyelesaiankredit macet dan penerapan mediasi perbankan dalam penyelesaian kredit macetpada PT. BPR Dewangga Baliartha. Penelitian ini penting dilakukan dikarenakanmasyarakat yang mempunyai permasalahan perbankan dapat mengetahui danmenyelesaikan permasalahannya dengan salah satu alternative yaitu melaluimediasi perbankan karena lebih efektif dan efisien untuk semua kalangan.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian hukumempiris. Adapun sumber data dalam penelitian ini yaitu data primer yangdiperoleh secara langsung dari penelitian lapangan yang berupa keterangan-keterangan atau wawancara dari pihak-pihak terkait dalam penelitian inisedangkan data sekunder berasal dari penelitian pustaka melalui peraturanperundang-undangan, literatur, buku-buku dan dokumen-dokumen resmi.
Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa pengaturan tentang mediasiperbankan diatur dalam Peraturan Bank Indonesia. Dalam penyelesaian sengketakredit macet penerapan mediasi perbanakan harus mendatangkan mediatorsebagai penengah dan pada PT. BPR Dewangga Baliartha menyelesaikansengketa kredit macet dengan cara negosiasi dimana hanya dihadiri oleh pihakinternal bank dan nasabah. Saran yang diperoleh dalam penelitian ini adalahdalam penerapan penyelesaian sengketa perbankan, untuk menjamin tumbuhnyakesadaran dan partisipasi yang luas dari masyarakat maka perlunya sosialisasi danedukasi tentang mediasi perbankan yang harus lebih diperluas.
Kata Kunci : nasabah, mediasi perbankan, kredit macet
xiii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pembangunan nasional merupakan pencerminan kehendak untuk terus
menerus meningkatkan kesejahteraan kehidupan masyarakat dan penyelenggaraan
Negara yang maju dan demokrasi. Hakikat pembangunan nasional adalah
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat.
Pembangunan nasional dilaksanakaan untuk mewujudkan tujuan nasional yang
tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945 Alenia ke IV, yang diharapkan dapat mewujudkan masyarakat yang
adil dan makmur baik materiil maupun spiritual berdasarkan Pancasila.
Sebagai lembaga keuangan, bank memiliki fungsi pokok yang tercantum
dalam Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan yang selanjutnya
disebut UU Perbankan. Sektor Perbankan merupakan jantung dalam system
perekonomian Negara. Perbankan di Indonesia dalam memenuhi fungsi dasarnya
masih menghadapi berbagai permasalahan-permasalahan yang mendasar hingga
saat ini. Berbagai Lembaga keuangan telah membantu pemenuhan kebutuhan
dana bagi kegiatan perekonomian dengan memberikan pinjaman uang antara lain
dalam bentuk kredit perbankan.
Kegiatan pinjam-meminjam uang telah dilakukan sejak lama dalam
kehidupan masyarakat yang telah mengenal uang sebagai alat pembayaran. Dapat
1
2
diketahui bahwa hampir semua masyarakat telah menjadikan kegiatan pinjam-
meminjam uang sebagai sesuatu yang sangat diperlukan untuk mendukung
perkembangan kegiatan perekonomiannya dan untuk meningkatkan taraf
kehidupannya.1 Kegiatan pinjam-meminjam uang sudah merupakan bagian dari
kehidupan masyarakat saat ini.
Mengingat kondisi perekonomian Indonesia yang masih dibawah standar,
dimana pendapatan masyarakat masih dibawah rata-rata, maka dalam hal ini
peranan bank dalam bidang penyaluran kredit sangat penting keberadaannya.
Peranan bank sangat penting selaku lembaga keuangan dengan tugas pokok yaitu
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali pada
masyarakat, pengusaha (entrepreneur) untuk membiayai sector riil melalui
pemberian kredit.2 Kegiatan usaha bank tersebut antara lain dalam bentuk
pemberian kredit3, penanaman dalam surat-surat berharga, kegiatan devisa,
penempatan dana kepada bank-bank lain dan penyertaan modal usaha yang
dilakukan oleh badan hukum lain yang kesemuanya tidak terlepas dari resiko yaitu
tidak kembalinya sebagian atau bahkan seluruh dana yang disalurkan itu (kredit
macet), sehingga dalam pelaksanaannya bank harus dapat memperhatikan asas-
asas perkreditan yang sehat.
Kredit yang diberikan secara selektif dan terarah oleh bank kepada
nasabah dapat menunjang terlaksananya pembangunan sehingga bermanfaat bagi
kesejahteraan masyarakat. Kredit yang diberikan oleh bank sebagai sarana untuk
1 M. Bahsan, 2007, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, RajawaliPers, Jakarta, h. 1.
2 M. Bahsan, 2003, Pengantar Analis Kredit Perbankan Indonesia, CV. Rejeki Agung,Jakarta, h. 1.
3 Ibid, h. 2.
3
mendorong pertumbuhan ekonomi baik secara umum maupun khusus untuk sector
tertentu. Perkreditan merupakan salah satu usaha terpenting bagi bank dalam
memberikan keuntungan dan dengan permasalahannya juga harus dihadapi oleh
bank.
Lembaga keuangan seperti bank sangat tergantung pada dana masyarakat
yang disimpan pada bank. Agar nasabah bersedia menyimpan dananya, nasabah
harus memiliki kepercayaan kepada bank yang bersangkutan. Bank juga harus
dapat mempertanggungjawabkan kepercayaan nasabah kepada bank. Beberapa
tahun silam terjadi keterpurukan akibat krisis politik, krisis ekonomi dan moneter
yang tidak kunjung selesai yang membawa dampak bagi dunia perbankan
khususnya yang paling dirasakan adalah dengan terjadinya kredit bermasalah
bahkan sampai kredit macet dibeberapa bank dalam jumlah yang sangat besar.
Peran masyarakat luas merupakan sesuatu yang sangat penting bagi industri
perbankan maupun kesejahteraan masyarakat itu sendiri dalam pembangunan.
Bank sebagai lembaga keuangan yang menghimpun dan menyalurkan dana
kepada masyarakat yang membutuhkan wajib memberikan informasi mengenai
resiko kerugian akibat transaksi apapun kepada nasabah. Nasabah hanya
mempercayakan uangya kepada bank atau memanfaatkan jasa bank apabila bank
memberikan jaminan bahwa pengetahuan bank tentang simpanan dan keadaan
tidak akan disalahgunakan.4
Dalam ketentuan pasal 1 ayat 11 UU Perbankan disebutkan pengertian
kredit yaitu “penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
4 Ketut Ridjin, 2000, Pengantar Perbankan dan Lembaga Keuangan Bukan Bank,Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, h. 13.
4
berdasarkan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan
pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
pemberian bunga.” Istilah kredit banyak dipakai dalam system perbankan
konvensional yang berbasis pasar bunga.
Setiap bank pasti akan menghadapi kredit bermasalah (macet). Kemacetan
kredit ialah merupakan penyebab kesulitan bagi bank itu sendiri yang menyangkut
tingkat kesehatan bank dan bank harus menghindari diri dari kredit bermasalah
(macet). Kredit bermasalah merupakan suatu keadaan dimana nasabah sudah tidak
sanggup membayar sebagian atau seluruh kewajibannya kepada bank seperti yang
telah diperjanjiakan. Apabila kredit bermasalah dalam perbankan tidak ditangani
secara tuntas maka dikhawatirkan akan menjadi salah satu penghambat
pertumbuhan perkreditan dalam perbankan yang pada akhirnya dapat
mengganggu pertumbuhan perekonomian.5
Penyelesaian kredit bermasalah yang belum jelas akan mengganggu
terciptanya sistem perbankan yang sehat. Oleh karena itu, upaya penanganan
kredit bermasalah selayaknya dilakukan dari berbagai segi, salah satunya dengan
melalui penerapan mediasi perbankan. Berdasarkan uraian tersebut, maka saya
sebagai penulis tertarik untuk membuat karya tulis dalam bentuk skripsi dengan
judul “ Penerapan Mediasi Perbankan Dalam Penyelesaian Kredit Macet
Pada PT. BPR Dewangga Bali Artha ”
5 Eko B.Supriyanto, 2007, 10 Tahun Krisis Moneter, InfoBank Publishing, Jakarta, h. 12
5
1.2 Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan apa yang telah dikemukakan dalam latar belakang
masalah, maka dapat dirumuskan beberapa pokok permasalahan untuk dijadikan
pedoman dalam tulisan ini agar mencapai sasarannya. Adapun permasalahan-
permasalahan yang akan diteliti ialah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaturan tentang mediasi dalam penyelesaian kredit macet ?
2. Bagaimana penerapan mediasi perbankan dalam penyelesaian kredit macet
pada PT. BPR Dewangga Bali Artha ?
1.3 Ruang Lingkup Masalah
Dalam penelitian perlu adanya penegasan serta pembatasan ruang lingkup
masalah, hal ini dilakukan untuk menghindari adanya dan mencegah pembahasan
atau materi yang menyimpang dari pokok-pokok permasalahan yang
dikemukakan di dalam tulisan. Berikut merupakan ruang lingkup yang akan
dibahas :
Ruang lingkup masalah dalam pokok permasalahan yang pertama dalam
penulisan ini akan membahas mengenai pengaturan tentang mediasi perbankan
dalam kaitannya dengan penyelesaian kredit macet. Sedangkan pokok
permasalahan yang kedua akan membahas mengenai bagaimana penerapan
mediasi perbankan dalam penyelesaian kredit macet pada bank tersebut dalam
melaksanakan kewajibannya sesuai Uandang-Undang yang berlaku.
Permasalahan-permasalahan ini akan dibahas dan diuraikan selanjutnya pada sub-
sub bab dalam pembahasan.
6
1.4 Orisinalitas Penelitian
Dengan ini penulis menyatakan bahwa penulisan skripsi ini merupakan
hasil buah karya asli dari penulis, merupakan suatu buah pemikiran penulis yang
dikembangkan sendiri oleh penulis. Sepanjang pengetahuan penulis dan setelah
melakukan pengecekan atau pemeriksaan (baik dalam ruangan gudang skripsi
Fakultas Hukum Universitas Udayana dan didalam internet) tidak ditemukan
adanya suatu karya ilmiah atau skripsi yang membahas atau menyangkut
permasalahan tentang Penerapan Mediasi Perbankan dalam penyelesaian kredit
macet pada PT. BPR Dewangga Bali Artha. Adapun tuliasan atau penelitian
terkait yang dijumpai dapat disimak pada table berikut.
Tabel 1.1 Daftar Penelitian Sejenis
NO JUDUL NAMAPENULIS
RUMUSAN MASALAH
1 PenyelesaianKredit Macet(Bermasalah) AtasPinjaman NasabahBank Pada PT.Bank MandiriCabang Balige
Melisa N.Sihotang
1. Bagaimana proses pemberian
kredit di PT. Bank Mandiri Cabang
Balige ?
2. Faktor-faktor apa yang dapat
memperngaruhi terjadinya kredit
bermasalah atau kredit macet atas
pinjaman nasabah di PT. Bank
Mandiri Cabang Balige ?
3. Bagaimana proses penyelesaian
kredit bermasalah atau kredit
macet atas pinjaman bank nasabah
bank di PT. Bank Mandiri Cabang
Balige ?
7
2 PenyelesaianKredit MacetDalam PerjanjianKredit Di BankBRI Cabang MlatiYogjakarta
Dwi Antoro 1. Bagaimana proses penyelesaian
kredit macet yang terjadi pada
Bank BRI cabang mlati Yogjakarta
?
2. Apa kendala yang dihadapi dalam
proses penyelesaian kredit macet
Bank BRI cabang mlati Yogjakarta
?
1.5 Tujuan Penelitian
Dalam penulisan berbentuk skripsi, tulisan atau penelitian harus
mempunyai tujuan yang jelas yang harus dicapai. Tujuan dari penulisan skripsi ini
adalah :
a. Tujuan Umum
1. Untuk menambah cakrawala berfikir agar mampu menggabungkan
teori dan praktek secara tertulis, agar dapat meningkatkan
kemampuan terhadap permasalahan yang ada;
2. Untuk mendapatkan ketegasan yang pasti dari data-data
permasalahan yang ada untuk dipakai sebagai landasan hukum di
dalam penerapannya;
3. Untuk memberikan konstribusi secara ilmiah terkait permasalahan
hukum dalam rangka melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi;
4. Untuk mengamalkan Ilmu dalam bidang Ilmu Hukum dalam karya
tertulis (skripsi) yang nyata mengenai Hukum Perbankan dalam hal
penerapan mediasi perbankan dalam penyelesaian kredit macet;
8
5. Sebagai salah satu syarat dalam memenuhi kewajiban selaku
mahasiswa/mahasiswi untuk memperoleh gelar sarjana hukum.
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengaturan tentang mediasi perbankan dalam
kaitannya dengan penyelesaian kredit macet;
2. Untuk mengetahui bagaimana penerapan mediasi perbankan dalam
penyelesaian kredit macet pada PT. BPR Dewangga Bali Artha.
1.6 Manfaat Penelitian
Setiap penelitian harus dapat memberikan manfaat untuk berbagai pihak.
Manfaat dari penelitian ini adalah :
a. Manfaat Teoritis
Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran di bidang hukum
yang berhubungan dengan Hukum Perbankan khususnya dalam
pengaturan mediasi perbankan dalam penyelesaian kredit macet pada
bank serta dapat mengetahui dan dapat menambah informasi mengenai
penerapan mediasi perbankan dalam penyelesaian kredit macet pada
PT. BPR Dewangga Bali Artha.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat membantu dan memberikan masukan
bagi pihak-pihak yang terkait dengan materi penulisan ini khususnya
dalam permasalahan mediasi perbankan, serta diharapkan bisa
memberikan informasi dan menambah wawasan bagaimana
pengaturan dan penerapan mediasi perbankan pada bank dan dapat
9
memberikan referensi atau pedoman untuk penelitian-penelitian
berikutnya.
1.7 Landasan Teoritis
1. Mediasi
Mediasi adalah proses negosiasi pemecahan masalah di mana pihak luar
yang tidak memihak (impartial) dan netral bekerja sama dengan pihak yang
bersengketa untuk membantu mereka memperoleh kesepakatan dengan
memutuskan. Tidak seperti halnya dengan para hakim dan arbiter, mediator
mempunyai wewenang untuk memutuskan sengketa antara para pihak, malahan
para pihak memberi kuasa pada mediator untuk membantu mereka menyelesaikan
problem diantara mereka.6
Secara etimologi, istilah mediasi berasal dari bahasa latin, mediare yang
berati ada ditengah. Makna ini menunjuk pada peran yang ditampilkan pihak
ketiga sebagai mediator dalam menjalankan tugasnya menengahi dan
menyelesaikan sengketa antar pihak. Berada ditengah juga bermakna mediator
harus berada dalam posisi netral dan tidak memihak dalam menyelesaikan
sengketa. Ia harus mampu menjaga kepentingan para pihak yang bersengketa
secara adil dan sama, sehingga menumbuhkan kepercayaan (trust) dari para pihak
yang bersengketa.7
Mediasi merupakan kegiatan menjembatani antara dua pihak yang
bersengketa guna menghasilkan kesepakatan (agreement). Kegiatan ini dilakukan
6 Gary Goodpaster, 1995, Tinjauan terhadap Penyelesaian Sengketa, dalam Agnes M.Toar, et al, Seri Dasar Hukum Ekonomi 2, Arbitrase di Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta, h.241
7 Rachmadi Usman,SH, 2003, Pilihan Penyelesaian Sengketa Diluar Pengadilan, CitraAditya Bakti, Bandung, h.79
10
oleh mediator sebagai pihak yang ikut membantu mencari berbagai alternatif
penyelesaian sengketa. Posisi mediator dalam hal ini adalah mendorong para
pihak untuk mencari kesepakatan-kesepakatan yang dapat mengakhiri perselisihan
dan persengketaan. Penjelasan mediasi dari sisi kebahasaan (etimologi) lebih
menekankan kepada keberadaan pihak ketiga yang menjembatani para pihak
bersengketa untuk menyelesaikan perselisihannya, dimana hal ini sangat penting
untuk membedakan dengan bentuk-bentuk lainnya seperti arbitrase, negosiasi,
adjudikasi dan lain-lain. Penjelasan kebahasaan ini masih sangat umum sifatnya
dan belum menggambarkan secara konkret esensi dan kegiatan mediasi secara
menyeluruh.
Kemudian dalam pengertian mediasi secara terminology yang banyak
diungkapkan para ahli resolusi konflik. Dimana para ahli resolusi konflik juga
beragam dalam memberikan definisi mediasi sesuai dengan sudut pandang
masing-masing. Yang antara lain: Laurence Bolle menyatakan ”mediation is a
decision making process in the which the parties are assisted by a meediator; the
mediator attempt to improve the process of decision making and to assist the
parties the reachan outcome to which of them can assent”. Pengertian yang
diberikan lebih menggambarkan esensi kegiatan mediasi dan peran mediator
sebagai pihak ketiga. Bolle menekankan bahwa mediasi adalah proses
pengambilan keputusan yang dilakukan para pihak dibantu pihak ketiga sebagai
mediator. Pernyataan Bolle menunjukkan bahwa kewenangan pengambilan
keputusan sepenuhnya berada ditangan para pihak, dan mediator hanyalah
membantu para pihak dalam proses pengambilan keputusan tersebut. Kehadiran
11
mediator menjadi amat penting karena ia dapat membantu dan mengupayakan
proses pengambilan keputusan menjadi lebih baik, sehingga menghasilkan
outcome yang dapat diterima oleh mereka yang tertikai.8
J. Folberg dan A. Taylor memaknai mediasi dengan “the process by which
the participant, together with the assistance of a neutral person, systematically
isolate dispute in order to develop option, consider alternative, and reach
consensual settlement that will accommodate their need”.9 Pengertian yang
diberikan menggambarkan esensi kegiatan mediasi dan peran mediator sebagai
pihak ketiga. Menekankan bahwa mediasi adalah proses pengambilan keputusan
yang diambil para pihak dibantu pihak ketiga sebagai mediator. Pernyataan ini
menunjukan bahwa kewenangan pengambilan keputusan sepenuhnya berada
ditangan para pihak, dan mediator hanyalah membantu para pihak dalam proses
pengambilan keputusan tersebut. Kehadiran mediator menjadi amat penting
karena dapat membantu dan mengupayakan proses pengambilan keputusan
menjadi lebih baik, sehingga menghasilkan outcome yang dapat diterima.
2. Kredit
Menurut Mohammad Djumhana, dalam perkembangan perbankan modern,
pengertian perkreditan tidak terbatas pada peminjam kepada nasabah semata atau
kredit secara tradisional, melainkan lebih luas lagi serta adanya fleksibilitas kredit
yang diberikannya. Hal tersebut terlihat dari pengertian cakupan kredit yang
terdapat pada lampiran Pedoman Penyusunan Kebijaksanaan Perkreditan Bank,
dimana kredit tidak terbatas hanya pada pemberian fasilitas kredit yang lazim
8 Rachmadi Usman,SH, op.cit, h.799 Syahrizal Abbas, 2011, Mediasi dalam Hukum Syariah, Hukum Adat, dan Hukum
Nasional, Praneda Media Group, Bandung, h.23
12
dibukukan dalam pos kredit pada aktiva dalam neraca bank, namun termasuk pula
pembelian surat berharga yang disertai note purchase agreement atau perjanjian
kredit, pembelian surat berharga lain yang diterbitkan nasabah, pengambilan
tagihan dalam rangka anjak piutang dan pemberian jaminan bank yang
didantaranya meliputi akseptasi, endosemen, dan awal surat-surat berharga.
Sedangkan untuk bank yang beroperasi dengan prinsip syariah, maka pengertian
kredit tersebut di atas juga meliputi semua bentuk pembiayaan dana atau
penyediaan dana kepada para nasabahnya dengan prinsip bagi hasil (prinsip
syariah) yang lazim bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah10.
Sedangkan menurut Munir Fuadi, kredit berarti kepercayaan. Kata kredit
sendiri berasal dari bahasa Latin yaitu “creditus” yang berarti to trust. Dengan
demikian sungguhpun kata kredit sudah berkembang ke mana-mana, tetapi dalam
tahap apapun dan kemanapun arah perkembangannya, dalam setiap kata “kredit”
tetap mengandung unsur “kepercayaan”. Walaupun sebenarnya kredit itu tidak
hanya sekedar kepercayaan. Dalam dunia bisnis kredit juga mempunyai banyak
arti, salah satunya adalah kredit dalam artian seperti kredit yang diberikan oleh
suatu bank kepada nasabahnya11.
10 Muhamad Djumhana,, 2000, Hukum Perbankan di Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, h. 368
11 Munir Fuady, 1996, Hukum Perkreditan Kontemporer, Citra Aditya Bakti, Bandung,h.5
13
Ciri khas hukum perjanjian atau hukum kontrak yaitu dalam hal
kebebasan, kesetaraan, dan keterikatan kontraktual. Prinsip-prinsip atau asas-asas
fundamental yang menguasai hukum kontrak adalah12 :
1. Prinsip atau asas konsensualitas.
Asas konsensualitas ini diatur dalam Pasal 1320 Kitab Undang-undang
Hukum Perdata yang selanjutnya disebut KUHPerdata yang mengatur mengenai
syarat sahnya suatu perjanjian, dimana salah satu syaratnya adalah kata sepakat
dari mereka/para pihak yang mengikatkan diri dalam suatu perjanjian. Arti asas
konsensualitas ialah pada dasarnya perjanjian dan perikatan yang timbul
karenanya itu sudah dilahirkan sejak detik tercapainya kesepakatan13.
2. Prinsip atau asas kekuatan mengikat persetujuan.
Asas kekuaan mengikat diatur dalam Pasal 1315 KUHPerdata demikian:
“pada umumnya tak seorang dapat mengikatkan diri atas nama diri sendiri atau
meminta ditetapkannya suatu janji dari pada untuk dirinya sendiri.” Subekti
mengatakan bahwa asas tersebut dinamakan asas kepribadian suatu perjanjian.
Mengikatkan diri ditujukan pada memikul kewajiban-kewajiban atau
menyanggupi melakukan sesuatu, sedangkan minta ditetapkan suatu janji,
ditujukan pada memperoleh hak-hak atas sesuatu atau dapat menuntut sesuatu14.
12Johames Ibrahim, 2004, Cross Default & Cross Collateral Sebagai Upaya PenyelesaianKredit Bermasalah, Refika Aditama, Bandung, h.12
13 Subekti, 1979, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, h.1514 Ibid, h.29
14
3. Prinsip atau asas kebebasan berkontrak.
Asas ini memperkenankan para pihak membuat suatu persetujuan sesuai
dengan pilihan bebas masing-masing dan setiap orang mempunyai kebebasan
untuk membuat kontrak dengan siapa saja yang dikehendakinya, selain itu para
pihak dapat menentukan sendiri isi maupun persyaratan-persyaratan suatu
persetujuan dengan pembatasan bahwa persetujuan tersebut tidak boleh
bertentangan dengan sebuah ketentuan undang-undang yang bersifat memaksa,
ketertiban umum, dan kesusilaan. Asas kebebasan berkontrak tersebut tersirat
dalam Pasal 1338 KUHPerdata sebagai berikut : “Semua perjanjian yang dibuat
secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”.
Karena itu sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 1338 ayat (1)
KUHPerdata, maka seluruh pasal-pasal yang ada dalam suatu perjanjian kredit
secara hukum mengikat kedua belah pihak yakni pihak kreditur dan pihak debitur.
Asal tidak ada pasal-pasal dalam perjanjian kredit tersebut yang bertentangan
dengan hukum yang berlaku, maka keterikatan yang sama juga berlaku bagi
perjanjian-perjanjian pendukung lain seperti perjanjian jaminan hutang, teknik
pelaksanaan pembayaran atau pembayaran kembali, atau lain-lainnya yang
biasanya merupakan exhibit atau lampiran dari perjanjian kredit yang
bersangkutan.
15
3. Unsur-unsur Dalam Kredit
Menurut Thomas Suyatno perkreditan mengandung unsur-unsur sebagai
berikut15:
1) Kepercayaan.
Yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikannya baik
dalam bentuk uang, barang, atau jasa, akan benar-benar diterimanya kembali
dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang.
2) Waktu.
Yaitu suatu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan
kontraprestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang. Dalam unsur
waktu ini terkandung pengertian nilai agio dari uang, yaitu uang yang ada
sekarang lebih tinggi nilainya dari uang yang akan diterima pada masa yang
akan datang.
3) Degree of risk.
Yaitu suatu tingkat resiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya
jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan
kontraprestasi yang akan diterima dikemudian hari. Semakin lama kredit
diberikan semakin tinggi pula tingkat resikonya, karena sejauh kemampuan
manusia untuk menerobos hari depan itu, maka masih selalu terdapat unsur
ketidaktentuan yang tidak dapat diperhitungkan. Inilah yang menyebabkan
timbulnya unsur risiko. Dengan adanya unsur risiko inilah maka timbullah
jaminan dalam pemberian kredit.
15 Thomas Suyatno, 2003, Dasar-dasar Perkreditan, PT. Gramedia Pustaka Utama,Jakarta. , hal. 14
16
4) Prestasi atau objek kredit.
Tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi juga dapat bentuk barang atau
jasa. Namun karena kehidupan ekonomi modern sekarang ini didasarkan pada
uang maka transaksi-transaksi kredit yang menyangkut uanglah yang sering
kita jumpai dalam praktek perkreditan. Sedangkan menurut Munir Fuady,
unsur dari kredit adalah sebagai berikut 16:
1) Adanya kesepakatan atau perjanjian antara pihak kreditur dengan
debitur yang disebut dengan perjanjian kredit.
2) Adanya para pihak yaitu pihak kreditur sebagai pihak yang memberikan
pinjaman, seperti bank, dan pihak debitur yang merupakan pihak yang
membutuhkan uang pinjaman/barang atau jasa.
3) Adanya unsur kepercayaan dari kreditur bahwa pihak debitur mau dan
mampu membayar/ mencicil kreditnya.
4) Adanya kesanggupan dan janji membayar hutang dari pihak debitur.
5) Adanya pemberian sejumlah uang/barang/jasa oleh pihak kreditur
kepada pihak debitur.
6) Adanya pembayaran kembali sejumlah uang/barang atau jasa oleh pihak
debitur kepada kreditur, disertai dengan pemberian imbalan/bunga atau
pembagian keuntungan.
7) Adanya perbedaan waktu antara pemberian kredit oleh kreditur dengan
pengembalian kredit dari debitur.
16 Munir Fuady, Op. Cit., h.6
17
8) Adanya risiko tertentu yang diakibatkan karena adanya perbedaan waktu
tadi. Semakin jauh tenggang waktu pengembalian, semakin besar pula
risiko tidak terlaksananya pembayaran kembali suatu kredit. Rimsky
merinci unsur-unsur dari kredit hampir sama dengan pendapatnya
Thomas Suyatno, yaitu17 :
A. Kepercayaan. Yaitu keyakinan dari orang yang memberikan kredit
kepada orang yang menerimanya bahwa di masa yang akan datang
penerima kredit akan sanggup mengembalikan segala sesuatu yang
telah diterima sebagai pinjaman;
B. Waktu. Adalah masa yang menjadi jarak antara pemberian kredit
dan pengembaliannya;
C. Tingkat resiko. Adalah kemungkinan-kemungkinan yang terjadi
akibat adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian
kredit dan pengembaliannya. Semakin lama jangka waktu kredit
yang diberikan, semakin tinggi tingkat risiko yang akan ditanggung
kreditur. Dalam keadaan inilah kredit memerlukan jaminan;
D. Prestasi. Adalah objek yang akan dijadikan sebagai sesuatu yang
dipinjamkan baik dalam bentuk uang, barang, maupun jasa.
4. Jenis-jenis kredit perbankan
Jenis-jenis kredit perbankan yang diberikan oleh perbankan kepada
masyarakat dapat dari berbagai sudut yaitu sebagai berikut18:
17 Rimsky K. Judisseno, 2005, Sistem Moneter dan Perbankan di Indonesia, GramediaPustaka Utama, Jakarta, h.166
18 Ibid. h.25
18
1. Kredit dari sudut tujuannya. Terdiri atas kredit konsumtif dimana kredit
tersebut diberikan denngan tujuan untuk memperlancar jalannya proses
konsumtif. Sedangkan kredit produktif adalah kredit yang diberikan
dengan tujuan untuk memperlancar jalannya proses produksi. Dan ada
pula kredit perdagangan dimana kredit tersebut diberikan dengan tujuan
untuk membeli barang-barang untuk dijual lagi. Kredit perdagangan
tersebut terdiri atas kredit perdagangan dalam negeri dan kredit
perdagangan luar negeri.
2. Kredit dilihat dari sudut jangka waktunya.
a. Terdiri atas kredit jangka pendek (short term loan) yang merupakan
kredit berjangka dalam waktu 1 tahun. Kredit jangka pendek ini juga
termasuk kredit untuk tanaman musiman yang berjangka waktu lebih
dari satu tahun. Dilihat dari segi perusahaan, kredit jangka pendek
dapat berbentuk, rekening Koran yaitu kredit yang diberikan oleh bank
kepada nasabahnya dengan batas platform tertentu, perusahaan tidal
mengambilnya tidak sekaligus melainkan sebagian demi sebagian
sesuai dengan kebutuhannya. Bunga yang dibayar hanya untuk jumlah
yang betul-betul dipergunakan walaupun perusahaan mendapat kredit
lebih dari jumlah yang dipakainya. Kredit penjualan adalah kredit yang
diberikan oleh penjual kepada pembeli, penjual menyerahkan barang-
barangnya terlebih dahulu, baru kemudian menerima pembayarannya
dari pembeli. Kredit pembeli yaitu kredit yang diberikan pembeli
kepada penjual , pembeli menyerahkan uangnya terlebih dahulu
19
sebagai pembayaran terhadap barang-barang yang dibelinya, baru
kemudian (setelah beberapa waktu tertentu) menerima barang-barang
yang dibelinya. Kredit wesel terjadi apabila suatu perusahaan
mengeluarkan Surat Pengakuan Utang yang berisikan kesangguapan
untuk membayar sejumlah uang tertentu kepada pihak tertentu dan
pada saat tertentu, dan setelah ditanda tangani, surat wesel dapat dijual
dan diuangkan kepada bank (surat promes/payable note). Kredit
eksploitasi yaitu kredit yang diberikan oleh bank untuk membiayai
current operation suatu perusahaan.
b. Kredit jangka menengah (medium term loan) yaitu kredit yang
berjangka waktu antara 1 sampai 3 tahun, kecuali kredit untuk tanaman
musiman sebagaimana tersebut di atas, kredit modal kerja dapat
diberikan oleh bank untuk membiayai kegaiatan-kegiatannya, misalnya
untuk membeli bahan baku , upah buruh, suku cadang, dll. Kredit yang
berjangka waktu menengah ini diantaranya adalah kredit modal kerja
permanen (KMKP) yang diberikan oleh bank kepada pengusaha
golongan lemah yang berjangka waktu maksimum 3 tahun.
c. Kredit jangka panjang (long term loan) yaitu kredit yan berjangka
waktu lebih dari 3 tahun. Kredit jangka panjang ini pada umumnya
adalah kredit investasi yang bertujuan menambah modal perusahaan
dalam rangka untuk melakukan rehabilitasi, ekspansi, dan pendirian
proyek baru19.
19 Muhamad Djumhana, Op. Cit., h..376
20
3. Kredit dilihat dari sudut jaminannya.
a. Terdiri atas kredit tanpa jaminan (unsecured loan) dalam kredit ini
pinjaman dilakukan terus tanpa adanya agunan. Dalam hal kredit
seperti yang dimaksud dalam Pasal 1 huruf b SK Direksi BI No.
23/69/KEP/DIR tanggal 28 Februari 1991 tentang Jaminan
Pemberian Kredit.
b. Kredit dengan Agunan (secured loan). Dalam kredit ini agunan
dapat berupa agunan barang, baik berupa barang tetap maupun
barang tidak tetap (barang bergerak), agunan pribadi perorangan
(borgtocht), dimana satu pihak menyanggupi untuk menanggung
pihak lainnya manakal si berutang tidak memenuhi kewajibannya,
bahwa ia menjamin pembayarannya. Aguanan efek-efek, saham,
obligasi, dan sertifikat yang di daftar (listed) di bursa efek.
4. Kredit dilihat dari sudut penggunaannya dapat dibagi sebagai berikut,
a. Kredit eksploitasi yaitu kredit yang berjangka waktu pendek yang
diberikan oleh suatu bank kepada perusahaan untuk membiayai
kebutuhan modal kerja perusahaan sehingga dapat berjalan dengan
lancer. Kredit ini sering disebut dengan kredit modal kerja atau
kredit produk karena bantuan modal kerja digunakan untuk
menutup biaya-biaya eksploitasi perusahaan secara luas.
b. Kredit investasi adalah kredit jangka menengah atau jangka
panjang yang diberikan oleh suatu bank kepada perusahaan untuk
melakukan investasi atau penanaman modal. Yang dimaksud disini
21
adalah untuk pembelian barang-barang modal serta jasa yang
diperlukan untuk rehabilitasi atau modernisasi maupun ekspansi
proyek yang sudah ada atau pendirian proyek baru, pembangunan
pabrik, pembelian mesin-mesin yang semuanya itu ditujukan untuk
meningkatkan produktifitas.
Siswanto Sutojo mengelompokkan kredit menjadi lima (5) golongan,
sebagai berikut20:
a. Berdasarkan penggunaan, debitur menggunakan kredit untuk
mendanai kebutuhan yang berbeda-beda.
b. Berdasarkan pengadaan jaminan, kredit dibedakan menjadi kredit
berjaminan (secured loan) dan kredit tanpa jaminan (unsecured
loan).
c. Berdasarkan jangka waktu pelunasan, kredit dapat dibedakan
menjadi kredit jangka pendek, kredit jangka menengah, dan kredit
jangka panjang.
d. Berdasarkan cara pelunasan, kredit dapat dilunasi sekaligus atau
dengan jalan mencicil. Dalam pembayaran kembali kredit secara
mencicil, kreditur dan debitur setuju kredit akan dibayar kembali
dalam jumlah dan jadwal cicilan tertentu.
e. Berdasarkan status hukum debitur, dapat berstatus badan usaha
atau korporasi maupun orang perorangan. Oleh karena itu kredit
20 Siswanto Sutojo, 2007, The Managementof Commercial Bank, Damar MuliaPustaka, Jakarta, h.63
22
bank dapat pula dibedakan menjadi kredit korporasi dan kredit
perorangan atau kredit konsumen.
1.8 Metode Penelitian
Untuk menjamin adanya kebenaran ilmiah dalam skripsi ini maka
dipergunakan metodelogi sebagai satu cara yang dapat membantu dalam
penelitian sehingga dapat diperoleh suatu tujuan yang diharapkan, maka salah satu
cara yang dapat ditempuh untuk memperoleh kebenaran dalam penelitian secara
ilmiah dengan cara mempelajari satu atau beberapa gejala dengan jalan
menganalisa terhadap beberapa fakta tersebut.
Metode dapat diartikan, sebagai cara yang tepat untuk melakukan sesuatu,
sedangkan logi/logos adalah ilmu atau pengetahuan. Dengan demikian metodologi
dapat diartikan sebagai cara melakukan sesuatu dengan menggunakan pikiran
secara seksama untuk mencapai tujuan. Sedangkan penelitian berarti suatu
kegiatan untuk mencari, mencatat, merumuskan dan menganalisa sampai
menyusun laporan.21
Dengan menggunakan beberapa hal tersebut seseorang diharapkan mampu
untuk menemukan dan menganalisa masalah yang diteliti sehingga dapat
mengungkapkan suatu kebenaran, karena metode memberikan pedoman tentang
cara bagaimana seorang ilmuwan mempelajari memahami dan menganalisa
permasalahan yang dihadapi.
21Cholid Narbuko dan H. Abu Achmadi, 2001, Metodologi Penelitian, PT. Bumi Aksara,Jakarta, h.1.
23
Istilah metodelogi berasal dari kata metode yang berarti jalan. Oleh karena
itu yang dimaksud dengan metode ilmiah adalah suatu prosedur atau cara untuk
mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis ataau prosedur
hukum.
Istilah pentingnya arti kata metodelogi dalam memperoleh kebenaran
maka tanpa metodelogi seorang penulis tidak mungkin akan mampu untuk
merumuskan, menganalisa dan memecahkan permasalahannya. Oleh karena itu
dalam penelitian dan penulisan karya ilmiah ini penulis menggunakan suatu
metode untuk mendapatkan data guna menunjang dalam penulisan ini antara lain :
1.8.1 Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
penelitian hukum empiris, Penelitian hukum empiris adalah hukum dikonsepkan
sebagai suatu gejala empiris yang dapat diamati di dalam kehidupan nyata. Dalam
kontek ini hukum tidak semata-mata dikonsepkan sebagai suatu gejala normative
yang otonom, sebagai ius contituendum (law as what ought to be), dan tidak
semata-mata sebagai ius contitutum (law as what it is in the book), akan tetapi
secara empiris sebagai ius operatum (law as what it is in society). Hukum sebagai
“law as what it is in society”, hukum sebagai gejala sosio empiric dapat dipelajari
di satu sisi sebagai suatu independent variable yang menimbulkan efek-efek pada
berbagai kehidupan sosial, dan di lain sisi sebagai suatu dependent variable yang
muncul sebagai akibat berbagai ragam kekuatan dalam proses social (studi
mengenai law in process).
24
1.8.2 Jenis pendekatan
Dalam penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan-pendekatan.
Mengenai pendekatan tersebut, peneliti akan mendapatkan informasi dari berbegai
aspek mengenai permasalahan yang sedang dicoba untuk dicari jawabannya.
penelitian hukum empiris umumnya mengenal tujuh jenis pendekatan, yakni:
1. Pendekatan Kasus (The Case Approach)
2. Pendekatan Perundang-undangan (The Statute Approach)
3. Pendekatan Fakta (The Fact Approach)
4. Pendekatan Analisis Konsep Hukum (Analitical and Conseptual
Approach)
5. Pendekatan Frasa (Words and Phrase Approach)
6. Pendekatan sejarah (Historical Approach)
7. Pendekatan Perbandingan (Comparative Approach)
Dalam rangka penyelesaian suatu masalah, dan berdasarkan dari latar
belakang serta rumusan masalah yang penulis sajikan, maka jenis pendekatan
masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pendekatan Perundang-
undangan (The Statute Approach), Pendekatan Fakta (The Fact Approach) dan
Pendekatan Analisis Konsep Hukum (Analitikal & Conceptual Approach).
1.8.3 Sifat Penelitian
Sifat penelitian dalam skripsi ini menggunakan Sifat Penelitian Deskrigtif
yaitu dimana penelitian ini ada penelitian secara umum yang termasuk pula
didalamnya penelitian hokum, bertujuan menggambarkan sifat-sifat suatu
individu, keadaan, gejala atau kelompok, untuk menentukan ada tidaknya
25
hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain daam masyarakat. Penelitian ini
dapat membentuk teori-teori baru atau dappat memperkuat teori yang sudah ada.
1.8.4 Data dan Sumber data hukum
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, data
sekunder dan data tertier. Data primer merupakan data utama sebagai penjelesaian
dengan ditambahkan oleh data sekunder dan data tertier sebagai data penunjang.
1. Data primer
Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber pertama
dilapangan yaitu informan yang berasal dari PT. BPR Dewangga BaliArtha22.
2. Data sekunder
a. Data hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat outoritatif
(mengikat) berupa perundang-undangan yaitu:
- KUHPerdata;
- Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang PerubahanUndang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan
b. Data hukum sekunder berupa semua publikasi tentang hukum yang
bukan merupakan dokumen-dokumen resmi. Publikasi tentang hukum
meliputi buku-buku teks di bidang ilmu hukum Administrasi Negara,
jurnal-jurnal hukum, dan komentar-komentar atas putusan hukum.23
Dalam penelitian ini bahan hukum sekunder yang terutama adalah
buku teks karena buku teks berisi mengenai prinsip-prinsip dasar ilmu
hukum dan perundang-undangan klasik para sarjana yang mempunyai
kualifikasi tinggi.
22Ibid, h. 141.23Peter Mahmud Marzuki, 2008, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, h. 144.
26
3. Data tertier
Data hukum tertier yaitu data yang memberikan petunjuk maupun
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti
kamus (hukum), ensiklopedia yang membahas mengenai hukum perbankan.24
1.8.5 Teknik Pengumpulan Data Hukum
Adapun teknik pengumpulan data hukum yang digunakan dalam penelitian
ini, yaitu teknik pengumpulan data hukum dengan melakukan studi dokumen atau
studi kepustakaan. Studi dokumen atau studi kepustakaan dilakukan dengan
mengumpulkan dokumen-dokumen atau data-data sekunder yang ada dan
dilaksanakan dengan memilih data-data hukum yang relevan dengan objek
penelitian yang dilakukan terhadap bahan hukum primer, sekunder, dan tertier.
Prosedur pengumpulannya dilakukan dengan menempatkan kategorisasi hukum
terhadap kualifikasi hukum yang ditentukan dalam usulan penelitian seperti data
hukum menyangkut Penerapan Mediasi Perbankan Dalam Penyelesaian Kredit
Macet Pada PT. BPR Dewangga Bali Artha, selain itu teknik pengumpulan data
dilakukan juga melalui wawancara.
1.8.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data Hukum
Pengolahan dan analisis data hukum pada dasarnya tergantung pada jenis
data hukumnya. Didalam skripsi ini penulis menggunakan teknik pengolahan dan
analisis data hukum dengan teknik interprestasi. Teknik interprestasi yaitu
penggunaan jenis-jenis penafsiran dalam ilmu hukum, dalam mengolah dan
24Amiruddin dan H. Zainal Asikin,2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta,h.119.
27
menganalisis data hukum tersebut, tidak bisa terlepas dari berbagai penafsiran
yang dikenal dalam ilmu hukum.
Disini penulis menggunakan teknik penafsiran hukum secara sistematis.
Dimana penelitian ini dilakukan pada peraturan perundangan tertentu atau hukum
tertulis yang tujuan pokoknya adalah untuk mengadakan identifikasi terhadap
pengertian-pengertian pokok atau dasar dalam hukum.25 Penulis melakukan
identifikasi terhadap beberapa pasal yang berkaitan dengan Penerapan Mediasi
Perbankan Dalam Penyelesaian Kredit Macet Pada PT. BPR Dewangga Bali
Artha.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara menginventarisir, mempelajari
dan mendalami bahan-bahan hukum yang relevan dengan obyek penelitian.
Kemudian dilakukan pengklasifikasian bahan-bahan yang sejenis, mencatat dan
mengolahnya secara sistematis sesuai dengan tujuan penelitian.
25 Bambang Sunggono, 2003, Metodelogi Penelitian Hukum: Suatu Pengantar, PT.RajaGrafindo Persada, Jakarta, h.96.