TUGAS 1,PP
-
Upload
maifadiapatijan387 -
Category
Documents
-
view
43 -
download
2
Transcript of TUGAS 1,PP
Tugas 1
Makalah
PERPINDAHAN PANAS
OLEH :
MAIFA DIAPATI JANNA
0922090008
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNILOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2012
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia juga menghasilkan kalor atau panas, sama halnya dengan
peralatan mekanis seperti mesin atau peralatan eletronika. Panas yang dihasilkan
adalah berdasarkan jenis aktivitas yang dilakukannya. Jika panas yang dihasilkan
berlebih karena proses aktivitas yang terus menerus maka harus segera didinginkan.
Bila ini terjadi pada peralatan mekanis maka pendinginan dapat dilakukan dengan
cara pemberian fan atau kipas untuk mengeluarkan panas dengan segera jika tidak
maka akan rusaklah peralatan mekanik tersebut. Jika panas yang berlebih terjadi pada
tubuh manusia maka hal ini akan mengganggu kenyamanan kita dalam beraktivitas,
keseimbangan suhu pada manusia harus dipertahankan atau dikendalikan agar
kenyamanan suhu dapat tercapai.
Tubuh manusia mempunyai mekanisme alam untuk mempertahankan
keseimbangan suhu tersebut, mekanisme itu adalah berkeringat atau menggigil. Bila
laju perpindahan panas tubuh terlalu lambat maka tubuh akan memberi peringatan
kepada kita melalui keringat yang berlebih sedangkan bila perpindahan panas terlalu
cepat maka yang terjadi adalah menggigil.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kalor
Ada suatu perbedaan antara kalor (heat) dan energi dalam dari suatu bahan.
Kalor hanya digunakan bila menjelaskan perpindahan energi dari satu tempat ke yang lain.
Kalor adalah energi yang dipindahkan akibat adanya perbedaan temperature sedangkan
energi dalam (termis) adalah energi karena temperaturnya.Kalor merupakan salah satu
bentuk energi dan kalor merupakan transfer energi dari satu benda ke benda lain
karena adanya perbedaan temperatur (Masytitah dan Haryanto 2006).
Kalor mengalir dengan sendirinya dari suhu yang tinggi ke suhu yang
rendah. Akan tetapi, gaya dorong untuk aliran ini adalah perbedaan suhu. Bila
sesuatu benda ingin dipanaskan, maka harus dimi1iki sesuatu benda lain yang
lebih panas, demikian pula halnya jika ingin mendinginkan sesuatu, diperlukan
benda lain yang lebih dingin (Kern 1950). Perpindahan suhu tersebut disebut
driving force yang memungkinkan panas berpindah. Tanpa adanya perbedaan suhu
tidak mungkin terjadi perpindahan panas. Panas mengalir dari bahan yang lebih
panas ke bahan yang lebih dingin. Proses pengeluaran panas akan banyak dijumpai
dalam proses pendinginan produk pangan (Winarno 2007).
Secara umum untuk mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu
benda yaitu dengan mengukur suhu benda tersebut. Jika suhunya tinggi maka kalor
yang dikandung oleh benda sangat besar, begitu juga sebaliknya jika suhunya
rendah maka kalor yang dikandung sedikit.
Berdasarkan hasil percobaan yang sering dilakukan dapat diketahui bahwa
besar kecilnya kalor yang dibutuhkan suatu benda(zat) bergantung pada 3 faktor
yaitu massa zat, jenis zat (kalor jenis) dan perubahan suhu sehingga secara
matematis dapat dirumuskan :
Q = m.c.(t2 – t1)
Dimana :
Q adalah kalor yang dibutuhkan (J)
m adalah massa benda (kg)
c adalah kalor jenis (J/kg 0C)
(t2-t1) adalah perubahan suhu (C)
Pemindahan panas merupakan gabungan ilmu teknik fisik dan kimia, dan
bila diterapkan pada bahan pangan akan banyak mempengaruhi mutu bahan
pangan dan makanan yang dihasilkan. Aplikasi pemberian panas ke dalam bahan
pangan, dapat diatur supaya prosesnya dapat dikehendaki sebaik mungkin (Tanaka
1980).
2.2 Perpindahan Panas
Panas telah diketahui dapat berpindah dari tempat dengan temperatur lebih
tinggi ke tempat dengan tempeatur lebih rendah. Hukum percampuran panas juga
terjadi karena panas itu berpindah, sedangkan pada kalorimeter, perindahan panas
dapat terjadi dalam bentuk pertukaran panas dengan luar sistem.Jadi pemberian
atau pengurangan panas tidak saja mengubah temperatur atau fasa zat suatu benda
secara lokal, melainkan panas itu merambat ke atau dari bagian lain benda atau
tempat lain. Peristiwa ini disebut perpindahan panas, transfer panas merupakan
bentuk mendasar dari interaksi atmosfer dan hidrosfer. Dimana seluruh gejala-
gejala alam yang terjadi didalam interaksi atmosfer dan hidrosfer merupakan
fenomena dari dampak adanya transfer panas antara dua karakteristik alam.
Menurut penyelidikan, perpindahan tenaga panas dapat dibagi dalam
beberapa golongan cara perpindahan. Panas itu dapat merambat dari suatu bagian
ke bagian lain melalui zat atau benda yang diam. Panas juga dapat dibawa oleh
partikel-partikel zat yang mengalir.
Beberapa cara yang digunakan oleh tubuh untuk memindahkan panas tubuh ke
udara sekitarnya adalah :
a. Konduksi (Conduction), Perpindahan panas melalui kontak langsung antara
permukaan
Contoh, Ketika tangan kita kedinginan kita akan merasa nyaman memegang
gelas panas atau pada saat panas kita berbaring diatas lantai yang sejuk.
b. Konveksi (Convection), Perpindahan panas berdasarkan gerakan fluida dalam
hal ini adalah udara, artinya panas tubuh dapat dihilangkan bergantung pada
aliran udara yang melintasi tubuh manusia.
Contoh, Kita akan merasa nyaman bila terkena hembusan angin pada saat kita
berkeringat.
c. Radiasi (Radiation), perpindahan panas berdasarkan gelombang
eletromagnetik, tubuh manusia mendapat panas dari pancaran panas yang
lebih tinggi dan tubuh manusia dapat akan memancarkan panasnya secara
radiasi ke setiap objek yang mempunyai suhu lebih dingin dari manusia,
Contoh, Kita akan merasa lebih panas berada di bawah atap seng saat
matahari terik, hal ini disebabkan suhu seng jauh diatas suhu tubuh manusia
sehingga akan memancarkan panasnya ke tubuh kita melalui rambatan panas.
d. Penguapan ( Evaporation), perpindahan panas karena perbedaan lapisan udara
(steck effect) yaitu lapisan udara panas akan terdorong naik oleh lapisan
udara dingin.
Pada radiasi panas, tenaga panas berpindah melalui pancaran yang
merupakan juga satu cara perindahan panas. Umumnya perindahan panas
berlangsung sekaligus dengan ketiga cara ini. Perpindahan panas melalui cara
pertama disebut perpindahan panas melalui konduksi. Cara kedua, perpindahan
panas melalui konveksi dan cara ketiga melalui radiasi.
Di sini kita menyelidiki peristiwa berlangsungnya perindahan panas itu.
Kalau kita menganggap perindahan panas berlangsung secara mengalir analogi
dengan aliran listrik atau aliran fluida, maka aliran panas ini kita namakan arus
panas. Kita definisikan arus panas ini sebagai jumlah tenaga panas per satuan
waktu atau daya panas melalui penampang tegak lurus kepada arah arus. Oleh
sebab itu arus panas rata-rata adalah
H=∆ Q∆ τ
………(2.1)
dengan ∆ τsebagai waktu perpindahan panas yang dipandang. Karena arus panas
dapat berubah-ubah menurut waktu, maka arus panas pada setiap saat adalah
H= lim∆τ → 0
∆ Q∆ τ
=dQdτ
……… (2.2)
Perindahan panas dapat kita ketahui melalui perubahan temperatur. Oleh
karenanya perlu ditentukan hubungan antara arus panas dan perubahan atau
perbedaan temperatur. Bagi kalorimeter yang mengalami pertukaran panas
dengan luar sistem, akibat perpindahan panas, Newton memberikan suatu koreksi
yang dikenal sebagai hukum pendinginan atau pemanasan Newton.
2.3 Hukum pendinginginan atau pemanasan newton
Perubahan temperatur akibat pertukaran panas seperti pada kalorimeter
menurut Newton pada tahun 1701, adalah berbanding lurus dengan waktu. Bila
temperatur sistem lebih tinggi daripada tempeatur sekitarnya, maka akan terjadi
pendinginan pada sistem atau penurunan temperatur dan demikian pun
sebaliknya. Perbandingan ini dapat dijadikan persamaan dengan membubuhi
suatu faktor konstanta k, sehingga
∆ t∆ τ
=−K (t−t s ) ……… (2.3)
dengan t dan ts. masing-masing merupakan temperatur sistem dan temperatur
sekitarnya. Tanda negatif menunjukkan terjadinya penurunan temperatur bila t >
ts. Karena perubahan temperatur ini dapat berbeda menurut waktu, maka
perubahan temperatur setiap saat adalah
dtdτ
=−K (t−t s ) ………(2.4 )
atau dapat juga ditulis:
dt(t−t s)
=−Kdτ ……… (2.5)
sehingga setelah diintegrasikan diperoleh temperatur sistem setelah waktu τ ,
sebesar
ln (t−t s¿)=−Kτ+C ………(2.6 )¿
jika temperatur pada waktu τ=0 adalah to maka konstanta integrasi C dapat
ditentukan, sehingga diperoleh
lnt−t
t0−t s
=−Kτ ……… (2.7)
Atau
t=t 0+(t 0−t s ) e−kτ ……… (2.8)
Apabila perbedaan temperatur sistem dan sekitarnya kecil maka dengan
sendirinya perubahan temperatur pada sistem adalah kecil juga karena perubahan
temperatur maksimum dari sistem adalah menyamai temperatur sekitarnya. Oleh
sebab itu dalam hal ini nampak dari (2.8) bahwa k 'τ akan kecil juga harganya.
Untuk k 'τ« 1 dapat diadakan pendekatan dari (2.8) dengan menguraikan dulu ke
dalam deret
t=t 0+(t 0−t s )¿
Dengan mengabaikan faktor k τ dengan pangkat dua dan lebih, pendekatan ini
menjadi
t=t 0+(t 0−t s ) Kτ ……… (2.10)
atau perubahan temperatur sistem selama waktu τ adalah kira-kira
t−t 0=−(t¿¿0−t s)Kτ ………(2.11)¿
Bagi to > ts terjadi pendinginan yakni penurunan temperatur sistem dan
bagi to <ts terjadi pemanasan atau kenaikan temperatur. Jadi untuk perbedaan
temperatur sistem dan sekitarnya yang kecil hubungan( 2.3) dapat dipergunakan
sebagai suku koreksi. Suhu koreksi ini dapat dipergunakan misalnya untuk
koreksi temperatur pada kalorimeter.
2.4 Cara Perpindahan Panas
A. Konduksi
Konduksi adalah perpindahan kalor melalui satu jenis zat sehingga
konduksi merupakan satu proses pendalaman karena proses perpindahan kalor
ini hanya terjadi di dalam bahan. Arah aliran energi kalor adalah dari titik
bersuhu tinggi ke titik bersuhu rendah (Dewitt 2002). Proses perpindahan
kalor secara konduksi bila dilihat secara atomik merupakan pertukaran energi
kinetik antar molekul (atom), dimana partikel yang energinya rendah dapat
meningkat dengan menumbuk partikel dengan energi yang lebih tinggi.
Konduktivitas termal untuk beberapa bahan :
Bahan k (W/m.Co) Bahan k (W/m.Co)
Aluminium 238 Asbestos 0,08
Tembaga 397 Concrete 0,8
Emas 314 Gelas 0,8
Besi 79,5 Karet 0,2
Timbal 34,7 Air 0,6
Perak 427 Kayu 0,08
Udara 0,0234
Jika sebuah logam yang salah satu ujungnya dipanaskan dalam selang
waktu tertenu, ujung lainnya pun akan terasa panas. Hal ini menunjukkan
bahwa pada batang logam tersebut terjadi aliran atau perpindahan kalor dari
bagian logam yang bersuhu tinggi ke bagian logam yang bersuhu rendah.
Perpindahan kalor pada logam yang tidak diikuti perpindahan massa ini
disebut dengan perpindahan kalor secara konduksi. Jadi konduksi adalah
perpindahan kalor melalui zat perantara dan selama terjadi perpindahan kalor,
tidak disertai dengan perpindahan partikel-partikel zat perantaranya.
Perpindahan kalor di dalam zat padat dapat dijelaskan dengan teori
atom. Atom atom dalam zat padat yang dipanaskan akan bergetar dengan
kuat. Atom atom yang bergetar akan memindahkan sebagian energinya
kepada atom atom tetangga terdekat yang ditumbuknya. Kemudian atom
tetangga yang ditumbuk dan mendapatkan kalor ini akan ikut bergetar dan
menumbuk atom tetangga lainnya, demikian seterusnya sehingga terjadi
perpindahan kalor dalam zat padat.
Syarat terjadinya konduksi kalor suatu benda adalah adanya perbedaan
suhu antar dua tempat pada benda tersebut. Kalor akan berpindah dari tempat
bersuhu tinggi ke tempat bersuhu rendah. Jika suhu kedua tempat tersebut
menjadi sama, maka rambatan kalor pun akan terhenti
Berdasarkan kemampuan suatu zat menghantarkan kalor secara
konduksi, zat dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu konduktor dan
isolator. Konduktor adalah zat yang dapat menghantarkan kalor dengan baik,
sedangkan isolator adalah kebalikannya, yaitu zata yang sukar menghantarkan
kalor. Dari hasil percobaan diperoleh bahwa perpindahan kalor secara
konduksi bergantung pada jenis logam, luas penampang penghantar kalor,
perbedaan suhu antar ujung-ujung logam, serta panjang penghantar yang
dilalui oleh kalor tersebut. Bersarnya perpindahan kalor secara konduksi tiap
satu satuan waktu dinyatakan dengan persamaan
B. Konveksi
Apabila kalor berpindah dengan cara gerakan partikel yang telah dipanaskan
dikatakan perpindahan kalor secara konveksi. Bila perpindahannya
dikarenakan perbedaan kerapatan disebut konveksi alami (natural
convection) dan bila didorong, misal dengan fan atau pompa disebut konveksi
paksa (forced convection).
Besarnya konveksi tergantung pada :
a. Luas permukaan benda yang bersinggungan dengan fluida (A).
b. Perbedaan suhu antara permukaan benda dengan fluida (T).
c. koefisien konveksi (h), yang tergantung pada :
1. viscositas fluida
2. kecepatan fluida
3. perbedaan temperatur antara permukaan dan fluida
4. kapasitas panas fluida
5. rapat massa fluida
6. bentuk permukaan kontak
Konveksi : H = h x A x ∆T
Proses perpindahan kalor secara aliran atau konveksi merupakan satu
fenomena permukaan. Proses konveksi hanya terjadi di permukaan bahan.
Jadi dalam proses ini struktur bagian dalam bahan kurang penting. Keadaan
permukaan dan keadaan sekelilingnya serta kedudukan permukaan itu adalah
yang utama.
Konveksi hanya dapat terjadi melalui zat yang mengalir, maka bentuk
pengangkutan ka1or ini hanya terdapat pada zat cair dan gas. Pada pemanasan
zat ini terjadi aliran, karena masa yang akan dipanaskan tidak sekaligus
dibawa ke suhu yang sama tinggi. Oleh karena itu bagian yang paling banyak
atau yang pertama dipanaskan memperoleh masa jenis yang lebih kecil
daripada bagian masa yang lebih dingin. Sebagai akibatnya terjadi sirkulasi,
sehingga kalor akhirnya tersebar pada seluruh zat (Dewitt 2002).
Perpindahan kalor secara konveksi, energi kalor ini akan dipindahkan ke
sekelilingnya dengan perantaraan aliran fluida. Oleh karena pengaliran fluida
melibatkan pengangkutan masa, maka selama pengaliran fluida bersentuhan
dengan permukaan bahan yang panas, suhu fluida akan naik.
Gerakan fluida melibatkan kecepatan yang seterusnya akan
menghasilkan aliran momentum. Jadi masa fluida yang mempunyai energi
termal yang lebih tinggi akan mempunyai momentum yang juga tinggi.
Peningkatan momentum ini bukan disebabkan masanya akan bertambah.
Masa fluida menjadi berkurang karena fluida menerima energi kalor
(Winanno 2007).
Fluida yang panas karena menerima kalor dari permukaan bahan akan
naik ke atas. Kekosongan tempat masa bendalir yang telah naik itu diisi pula
oleh masa fluida yang bersuhu rendah. Setelah masa ini juga menerima energi
kalor dari permukan bahan yang kalor dasi, masa ini juga akan naik ke atas
permukaan meninggalkan tempat asalnya. Kekosongan ini diisi pula oleh
masa fluida bersuhu renah yang lain. Proses ini akan berlangsung berulang-
ulang.
Dalam kedua proses konduksi dan konveksi, faktor yang paling
penting yang menjadi penyebab dan pendorong proses tersebut adalah
perbedaan suhu. Apabila perbedaan suhu .terjadi maka keadaan tidak stabil
termal akan terjadi. Keadaan tidak stabil ini perlu diselesaikan melalui proses
perpindahan kalor (Dewitt 2002).
C. Radiasi
Radiasi adalah perpindahan kalor melalui gelombang dari suatu zat ke
zat yang lain. Semua benda memancarkan ka1or. Keadaan ini baru terbukti
setelah suhu meningkat. Hakekatnya proses perpindahan ka1or radiasi terjadi
dengan perantaraan foton dan juga gelombang elektromagnet. Terdapat dua
teori yang berbeda untuk menerangkan bagaimana proses radiasi itu terjadi.
Semua bahan pada suhu mutlak tertentu akan menyinari sejumlah energi
ka1or tertentu. Semakin tinggi suhu bahan tadi maka semakin tinggi pula
energi kalor yang disinarkan.
Proses radiasi adalah fenomena permukaan. Proses radiasi tidak terjadi
pada bagian da1am bahan. Tetapi suatu bahan apabila menerima sinar, maka
banyak hal yang boleh terjadi. Apabila sejumlah energi ka1or menimpa suatu
permukaan, sebahagian akan dipantulkan, sebahagian akan diserap ke da1am
bahan, dan sebagian akan menembusi bahan dan terus ke luar. Jadi da1am
mempelajari perpindahan ka1or radiasi akan dilibatkan suatu fisik permukaan
(Fust 1980).
Bahan yang dianggap mempunyai ciri yang sempurna adalah jasad
hitam. Disamping itu, sama seperti cahaya lampu, adakalanya tidak semua
sinar mengenai permukaan yang dituju. Jadi dalam masalah ini kita mengena1
satu faktor pandangan yang lazimnya dinamakan faktor bentuk. Maka jumlah
kalor yang diterima dari satu sumber akan berbanding
langsung sebahagiannya terhadap faktor bentuk ini. Lebih dari itu sifat termal
permukaan bahan juga penting. Berbeda dengan proses konveksi, medan
a1iran fluida disekeliling permukaan tidak penting, yang penting ialah sifat
termal saja. Dengan demikian, untuk memahami proses radiasi dari satu
permukaan kita perlu memahami juga keadaan fisik permukaan bahan yang
terlibat dengan proses radiasi yang berlaku (Dewitt 2002).
Proses perpindahan kalor sering terjadi secara serentak. Misa1nya
sekeping plat yang dicat hitam kemudian dikenakan dengan sinar matahari.
Plat akan menyerap sebahagian energi matahari. Suhu plat akan naik ke satu
tahap tertentu. Oleh karena suhu permukaan atas naik maka kalor akan
berkonduksi dari permukaan atas ke permukaan bawah.. Permukaan bagian
atas kini mempunyai suhu yang lebih tinggi dari suhu udara sekeliling, maka
jumlah kalor akan disebarkan secara konveksi. Tetapi energi kalor juga
disebarkan secara radiasi. Dalam hal ini dua hal terjadi, ada kalor yang
dipantulkan dan ada kalor yang dipindahkan ke sekeliling (Kern 1950).
Berdasarkan kepada keadaan terma permukaan, bahan yang di
pindahkan dan dipantulkan ini dapat berbeda. Proses radiasi tidak melibatkan
perbedaan suhu. Keterlibatan suhu hanya terjadi jika terdapat dua permukaan
yang mempunyai suhu yang berbeda. Dalam hal ini, setiap permukaan akan
menyinarkan energi kalor secara radiasi jika permukaan itu bersuhu T
dalamunit suhu mutlak. Lazimnya jika terdapat satu permukaan lain yang
saling berhadapan, dan jika permukaan pertama mempunyai suhu T1 mutlak
sedangkan permukaan kedua mempunyai suhu T2 mutlak, maka permukaan
tadi akan saling memindahkan kalor (Fust 1980).
Pada proses radiasi, energi termis diubah menjadi energi radiasi. Energi ini
termuat dalam gelombang elektromagnetik, khususnya daerah infrared yang memiliki
panjang gelombang 700 nm - 100 m. Saat gelombang elektromagnetik tersebut
berinteraksi dengan materi energi radiasi berubah menjadi energi termal.
Untuk benda hitam, radiasi termal yang dipancarkan per satuan waktu per satuan
luas pada temperatur T kelvin adalah :
E = e T4.
Dimana:
: konstanta Boltzmann : 5,67 x 10-8 W/ m2 K4.
e : emitansi (0 e 1)
D. Evaporasi
Evaporasi secara umum dapat didefinisikan dalam dua kondisi, yaitu:
1. evaporasi yang berarti proses penguapan yang terjadi secara alami, dan
2. evaporasi yang dimaknai dengan proses penguapan yang timbul akibat
diberikan uap panas (steam) dalam suatu peralatan.
Evaporasi dapat diartikan sebagai proses penguapan daripada liquid
(cairan) dengan penambahan panas (Robert B. Long, 1995). Panas dapat
disuplai dengan berbagai cara, diantaranya secara alami dan penambahan
steam. Evaporasi diadasarkan pada proses pendidihan secara intensif yaitu (1)
pemberian panas ke dalam cairan, (2) pembentukan gelembung-gelembung
(bubbles) akibat uap, (3) pemisahan uap dari cairan, dan (4)
mengkondensasikan uapnya.
Evaporasi atau penguapan juga dapat didefinisikan sebagai
perpindahan kalor ke dalam zat cair mendidih (Warren L. Mc Cabe, 1999).
Evaporasi vs pengeringan Evaporasi tidak sama dengan pengeringan, dalam
evaporasi sisa penguapan adalah zat cair – kadang-kadang zat cair yang sangat
vuskos – dan bukan zat padat. Perbedaan lainnya adalah, pada evaporasi
cairan yang diuapkan dalam kuantitas relatif banyak, sedangkan pada
pengeringan sedikit.
BAB III
KESIMPULAN
Transfer panas merupakan bentuk mendasar dari interaksi atmosfer dan
hidrosfer. Dimana seluruh gejala-gejala alam yang terjadi didalam interaksi atmosfer
dan hidrosfer merupakan fenomena dari dampak adanya transfer panas antara dua
karakteristik alam.
Menurut penyelidikan, perpindahan tenaga panas dapat dibagi dalam beberapa
golongan cara perpindahan. Panas itu dapat merambat dari suatu bagian ke bagian
lain melalui zat atau benda yang diam. Panas juga dapat dibawa oleh partikel-partikel
zat yang mengalir.
Beberapa cara yang digunakan oleh tubuh untuk memindahkan panas tubuh ke udara
sekitarnya adalah :
a. Konduksi (Conduction), Perpindahan panas melalui kontak langsung
antara permukaan
b. Konveksi (Convection), Perpindahan panas berdasarkan gerakan fluida
dalam hal ini adalah udara, artinya panas tubuh dapat dihilangkan
bergantung pada aliran udara yang melintasi tubuh manusia.
c. Radiasi (Radiation), perpindahan panas berdasrkan gelombang
eletromagnetik, tubuh manusia mendapat panas dari pancaran panas yang
lebih tinggi dan tubuh manusia dapat akan memancarkan panasnya secara
radiasi ke setiap objek yang mempunyai suhu lebih dingin dari manusia,
d. Penguapan ( Evaporation), perpindahan panas karena perbedaan lapisan
udara (steck effect) yaitu lapisan udara panas akan terdorong naik oleh
lapisan udara dingin.
DAFTAR PUSTAKA
Buchori, Lukman.2012.Perpindahan Panas.pdf/16 Maret 2012
Perpindahan Panas.pdf/16 Maret 2012
Sulastri,Suhana.2012,Pindah Panas Konveksi Pada Berbagai Jenis Bahan Cair./19
Maret 2012