Tugas 1 - Wacana Global Warming

11
WACANA TENTANG GLOBAL WARMING Oleh: Erstayudha Hayyu N. Wacana mengenai global warming terus menjadi topik pembicaraan yang serius di masyarakat. Naiknya suhu permukaan bumi mengakibatkan mencairnya daratan es di Benua Antartika dan memicu kenaikan muka air laut. Salah satu akibat adalah fenomena sea level rise. Laporan dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) memperkirakan bahwa pada kurun waktu 100 tahun terhitung mulai tahun 2000 permukaan air laut akan meningkat setinggi 15-90 cm dengan kepastian peningkatan setinggi 48 cm (Mimura, 2000). Dewasa ini, 65% penduduk Pulau Jawa hidup di pesisir pantai dengan tingkat pertumbuhan Penduduk Pesisir Jawa mencapai angka 2,2% per tahun (di atas pertumbuhan penduduk rata-rata nasional (Miladan,2009). Berbagai bencana kerap terjadi bersamaan dengan pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi. Salah satu bencana yang sering terjadi di wilayah pesisir pantai adalah banjir akibat sea level rise. Beberapa indikasi dari meningkatnya muka air laut seperti garis pantai yang makin berkurang, Hilangnya pulau-pulau kecil, hilangnya kawasan hutan bakau, abrasi, sedimentasi, meluasnya intrusi air laut, meningkatnya frekuensi dan intensitas banjir, perubahan arus laut dan meluasnya kerusakan

Transcript of Tugas 1 - Wacana Global Warming

Page 1: Tugas 1 - Wacana Global Warming

WACANA TENTANG GLOBAL WARMING

Oleh: Erstayudha Hayyu N.

Wacana mengenai global warming terus menjadi topik pembicaraan yang

serius di masyarakat. Naiknya suhu permukaan bumi mengakibatkan mencairnya

daratan es di Benua Antartika dan memicu kenaikan muka air laut. Salah satu

akibat adalah fenomena sea level rise. Laporan dari Intergovernmental Panel on

Climate Change (IPCC) memperkirakan bahwa pada kurun waktu 100 tahun

terhitung mulai tahun 2000 permukaan air laut akan meningkat setinggi 15-90 cm

dengan kepastian peningkatan setinggi 48 cm (Mimura, 2000).

Dewasa ini, 65% penduduk Pulau Jawa hidup di pesisir pantai dengan

tingkat pertumbuhan Penduduk Pesisir Jawa mencapai angka 2,2% per tahun (di

atas pertumbuhan penduduk rata-rata nasional (Miladan,2009). Berbagai bencana

kerap terjadi bersamaan dengan pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi. Salah

satu bencana yang sering terjadi di wilayah pesisir pantai adalah banjir akibat sea

level rise. Beberapa indikasi dari meningkatnya muka air laut seperti garis pantai

yang makin berkurang, Hilangnya pulau-pulau kecil, hilangnya kawasan hutan

bakau, abrasi, sedimentasi, meluasnya intrusi air laut, meningkatnya frekuensi dan

intensitas banjir, perubahan arus laut dan meluasnya kerusakan mangrove,

terganggunya kegiatan sosial- ekonomi masyarakat pesisir.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Walhi (2006), Faktanya hampir

3.000 desa atau kelurahan di Pesisir Jawa mengalami bencana banjir setiap

tahunnya dan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, setidaknya terdapat 90 lokasi

pesisir Jawa mengalami abrasi pantai hingga puluhan kilometer. Hal tersebut

sesuai dengan apa yang telah diwacanakan oleh mantan wakil presiden Amerika

Al Gore dalam film dokumenternya “An Inconvenient Truth” (2006). Wacana

yang dikemukakan oleh Al Gore tersebut digunakan oleh peneliti sebagai

landasan teori baru bahwa Bumi sedang sekarat karena ulah Manusia. Dia adalah

pria pemimpin gerakan isu pemanasan global di dunia barat yang menyuarakan

bahwa manusia telah menjadi tokoh utama dibalik pemanasan global.

Sejak beredarnya mahakarya dari Al Gore ini, mata dunia seakan

‘terbuka’. Manusia merasa menjadi aktor dibalik hilangnya bongkahan-bongkahan

Page 2: Tugas 1 - Wacana Global Warming

es di kutub, dan pemeran utama dibalik bencana-bencana alam yang timbul.

Semua orang yang menyaksikan bagaimana piawainya Al Gore

mendokumentasikan bagaimana longsornya bongkahan-bongkahan es yang

kemudian mengatakan ternyata manusia yang menghancurkan alam. Di film itu

hanya menunjukkan bagaimana gunung-gunung es itu mulai runtuh, lalu diberikan

gambaran bagaimana asap-asap rumah industri dan pengaruhnya terhadap

mencairnya gunung es itu kemudian bagaimana hubungannya dengan bencana

alam lainnya.

Fakta-fakta baru muncul untuk memperkuat wacana bahwa sekarang telah

terjadi Global Warming. IPCC melaporkan penelitiannya bahwa 0,15 – 0,30 C.

Dari data tersebut muncul wacana bahwa jika peningkatan suhu itu terus berlanjut,

diperkirakan pada tahun 2040 (33 tahun dari sekarang) lapisan es di kutub-kutub

bumi akan habis meleleh. Dan jika bumi masih terus memanas, pada tahun 2050

akan terjadi kekurangan air tawar, sehingga kelaparan pun akan meluas di dunia.

Udara akan sangat panas, jutaan orang berebut air dan makanan. dan ke mana lagi

kita akan tinggal, apabila bumi ini semakin lama dan semakin lama manusia tidak

dapat bertahan hidup di bumi, Napas tersengal oleh asap dan debu. Rumah-rumah

di pesisir terendam air laut. Luapan air laut makin lama makin luas, sehingga

akhirnya menelan seluruh pulau. Harta benda akan lenyap, begitu pula nyawa

manusia.

Bumi semakin panas, mereka menyebutnya Pemanasan Global dan mulai

menyalahkan manusia sebagai penyebab dari rusaknya tatanan iklim dunia. Jauh

dibalik itu semua, semua konspirasi tingkat tinggi sedang berlangsung, Amerika

tidak menandatangani protokol Kyoto, negara-negara lain langsung bangkit untuk

mengecam. Segera setelah Konvensi Kerangka Kerjasama Persatuan Bangsa-

bangsa mengenai Perubahan Iklim (UNFCCC - United Nations Framework

Convention on Climate Change) disetujui pada KTT Bumi (Earth Summit) tahun

1992 di Rio de Janeiro, Brazil, negara-negara peserta konvensi mulai melakukan

negosiasi-negosiasi untuk membentuk suatu aturan yang lebih detil dalam

mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (selanjutnya disebut GRK).

Pada saat pertemuan otoritas tertinggi tahunan dalam UNFCCC ke-3

(Conference of Parties 3 - COP) diadakan di Kyoto, Jepang, sebuah perangkat

Page 3: Tugas 1 - Wacana Global Warming

peraturan yang bernama Protokol Kyoto diadopsi sebagai pendekatan untuk

mengurangi emisi GRK. Kepentingan protokol tersebut adalah mengatur

pengurangan emisi GRK dari semua negara-negara yang meratifikasi. Protokol

Kyoto ditetapkan tanggal 12 Desember 1997, kurang lebih 3 tahun setelah

Konvensi Perubahan Iklim mulai menegosiasikan bagaimana negara-negara

peratifikasi konvensi harus mulai menurunkan emisi GRK mereka.

Sepanjang COP 1 dan COP 2 hampir tidak ada kesepakatan yang berarti

dalam upaya penurunan emisi GRK. COP 3 dapat dipastikan adalah ajang

perjuangan negosiasi antara negara-negara ANNEX I (negara-negara

berkembang) yang lebih dulu mengemisikan GRK sejak revolusi industri dengan

negara-negara berkembang yang rentan terhadap perubahan iklim. Negara-negara

maju memiliki kepentingan bahwa pembangunan di negara mereka tidak dapat

lepas dari konsumsi energi dari sektor kelistrikan, transportasi, dan industri.

Untuk mengakomodasikan kepentingan antara kedua pihak tersebut Protokol

Kyoto adalah satu-satunya kesepakatan internasional untuk berkomitmen dalam

mengurangi emisi GRK yang mengatur soal pengurangan emisi tersebut dengan

lebih tegas dan terikat secara hukum (legally binding).

Dalam Protokol Kyoto disepakati bahwa seluruh negara ANNEX I wajib

menurunkan emisi GRK mereka rata-rata sebesar 5.2% dari tingkat emisi tersebut

di tahun 1990. Tahun 1990 ditetapkan dalam Protokol Kyoto sebagai acuan dasar

(baseline) untuk menghitung tingkat emisi GRK. Bagi negara NON ANNEX I

Protokol Kyoto tidak mewajibkan penurunan emisi GRK, tetapi mekanisme

partisipasi untuk penurunan emisi tersebut terdapat di dalamnya, prinsip tersebut

dikenal dengan istilah "tanggung jawab bersama dengan porsi yang berbeda"

(common but differentiated responsbility). Protokol Kyoto mengatur semua

ketentuan tersebut selama periode komitmen pertama yaitu dari tahun 2008

sampai dengan 2012. Beberapa mekanisme dalam Protokol Kyoto yang mengatur

masalah pengurangan emisi GRK, seperti dijelaskan di bawah ini:

1. Joint Implementation (JI), mekanisme yang memungkinkan negara-negara

maju untuk membangun proyek bersama yang dapat menghasilkan kredit

penurunan atau penyerapan emisi GRK.

Page 4: Tugas 1 - Wacana Global Warming

2. Emission Trading (ET), mekanisme yang memungkinkan sebuah negara

maju untuk menjual kredit penurunan emisi GRK kepada negara maju

lainnya. ET dapat dimungkinkan ketika negara maju yang menjual kredit

penurunan emisi GRK memiliki kredit penurunan emisi GRK melebihi

target negaranya.

3. Clean Development Mechanism (CDM), mekanisme yang memungkinkan

negara non-ANNEX I (negara-negara berkembang) untuk berperan aktif

membantu penurunan emisi GRK melalui proyek yang diimplementasikan

oleh sebuah negara maju. Nantinya kredit penurunan emisi GRK yang

dihasilkan dari proyek tersebut dapat dimiliki oleh negara maju tersebut.

CDM juga bertujuan agar negara berkembang dapat mendukung

pembangunan berkelanjutan, selain itu CDM adalah satu-satunya

mekanisme di mana negara berkembang dapat berpartisipasi dalam

Protokol Kyoto.

Bagi negara-negara ANNEX I mekanisme-mekanisme di atas adalah

perwujudan dari prinsip mekanisme fleksibel (flexibility mechanism). Mekanisme

fleksibel memungkinkan negara-negara ANNEX I mencapai target penurunan

emisi mereka dengan 3 mekanisme tersebut di atas.

Ada dua syarat utama agar Protokol Kyoto berkekuatan hukum, yang

pertama adalah sekurang-kurangnya protokol harus diratifikasi oleh 55 negara

peratifikasi Konvensi Perubahan Iklim, dan yang kedua adalah jumlah emisi total

dari negara-negara ANNEX I peratifikasi protokol minimal 55% dari total emisi

mereka di tahun 1990. Pada tanggal 23 Mei 2002, Islandia menandatangani

protokol tersebut yang berarti syarat pertama telah dipenuhi. Kemudian pada

tanggal 18 November 2004 Rusia akhirnya meratifikasi Protokol Kyoto dan

menandai jumlah emisi total dari negara ANNEX I sebesar 61.79%, ini berarti

semua syarat telah dipenuhi dan Protokol Kyoto akhirnya berkekuatan hukum 90

hari setelah ratifikasi Rusia, yaitu pada tanggal 16 Februari 2005.

Dibalik semua itu satu hal yang membuat dunia gelisah yaitu, Amerika

Serikat, Jepang dan Kanada dan beberapa negara Eropa lainnya menolak untuk

menandatangani protokol tersebut. Hal ini langsung membuat munculnya

berbagai kecaman dari berbagai pihak yang menuduh Amerika Serikat terlalu

Page 5: Tugas 1 - Wacana Global Warming

egois dengan industrinya bahkan dari masyarakat Amerika itu sendiri. Hal inilah

yang kemudian membuat keanehan. Suatu negara besar seperti Amerika tidak

akan main-main dengan kesepakatan antar negara apalagi jika mencakup

kepentingan banyak negara bahkan kelangsungan bumi.

Noel Sheppard yang juga penyelidik media-media barat memberitahukan,

bahwa usaha menekan polusi adalah ide yang bagus, namun tak ada sangkut-

pautnya dengan pemanasan global.

“Ini semua hanyalah rekayasa untuk mendapatkan kekuasaan, mendapatkan uang dan keuntungan serta mendapatkan kekuatan untuk mengontrol populasi dunia oleh para elite-elit dunia yang selama ini membuat mitos tentang terjadinya pemanasan global!”, jelas Noel Sheppard.

Semuanya memang terkait dengan karbondioksida dan pencemaran.

namun disitulah inti dari semuanya karena memang ada kaitan yang erat. Para elit

tersebut memproduksi dan menjual segala sesuatunya yang menyangkut untuk

pemberhentian pemanasan global yang mereka cetuskan tersebut sejak sekitar 20

tahun lamanya. Mereka mengumpulkan uang dari penjualan trilyunan dollar dari

semua program tentang pemberhentian pemanasan global ini, termasuk green

product misal pupuk dan lainnya, juga investasi keuangan perusahaan dari pabrik-

pabrik, perusahaan tenaga listrik dan energi lainnya, serta semua barang yang

menyangkut lingkungan hidup diseluruh pelosok dunia, bahkan hingga gaya hidup

masyarakat dunia. Semua itu bisa berdampak buruk, kenapa? Karena jika semua

masyarakat gaya hidupnya berubah, maka takkan pernah bisa normal seperti

semula lagi, dan mereka akan terus mendapat keuntungan yang tak terhingga

untuk modalnya guna mengontrol dunia.

Misalnya, jika suatu industri atau perusahaan telah mencemari lingkungan

(seperti pertambangan dan sejenisnya yang lain) dan mereka tak mungkin untuk

menutup pabrik atau produk tersebut, maka semua perusahaan, industri dan pabrik

diseluruh penjuru dunia tersebut akan dikenakan biaya pinalti yang tinggi dengan

alasan untuk mensubsidi pabrik-pabrik kecil dan pabrik-pabrik yang pro-

lingkungan hidup diseluruh penjuru dunia.

Seorang ilmuwan yang selama ini pro isu pemanasan global versi Al Gore

mengaku jika sebenarnya tidak ada bukti kompleks yang bisa menjelaskan bahwa

pemanasan global memang benar-benar terjadi. Ironisnya jika biasanya para

Page 6: Tugas 1 - Wacana Global Warming

ilmuwan sekaliber dunia tiba-tiba berubah haluan selalu mendapatkan perhatian

publik, maka hal ini tidak berlaku dengan Prof. Mojib Latif yang berasal dari

Jerman. Prof. Latif adalah seorang ilmuwan dari Leibniz Institute of Marine

Sciences di Jerman. Ia adalah seorang pendukung utama teori yang mengatakan

bahwa emisi rumah kaca yang dihasilkan manusia telah menyebabkan

peningkatan suhu global di bumi. Ia turut serta dalam menciptakan model iklim

yang menjadi patokan bagi banyak peneliti di dunia. Ia juga pernah menerima

beberapa penghargaan dalam studi mengenai iklim dan ia adalah seorang peneliti

utama di IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change), sebuah badan

milik PBB yang pada tahun 2007 menerima nobel perdamaian bersama Al Gore.

Pada konferensi itu yang sering membahas apa yang disebut "Scientific

Consensus" mengenai Pemanasan Global yang diakibatkan perbuatan manusia,

Latif mengakui bahwa Bumi ini ternyata tidak mengalami pemanasan selama

hampir satu dekade. Menurutnya, sepertinya kita akan memasuki masa "Satu atau

dua dekade dimana suhu bumi akan mendingin".

Suhu bumi kita sebenarnya hanya berubah sekitar 1 derajat fahrenheit

dalam satu abad terakhir jika matahari tetap stabil dengan suhunya. Salah satu juri

dari American Association for The Advancement of Science Awards, Steven

Milloy, mengatakan bahwa pemanasan global adalah “ibu dari segala ilmu

pengetahuan sampah”. Dia pun berhasil membuktikan bagaimana pemanasan

global telah terjadi tanpa adanya campur tangan manusia. Dia juga menambahkan

bahwa Protokol Kyoto adalah lelucon.

Di Rusia dilakukan suatu penelitian dan didapatkan hasil bahwa

sebenarnya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer berada pada level sekitar 370

PPM (Parts per Million), dan jika Protokol Kyoto diikuti dengan benar, maka

hanya akan merubah sekitar 1 sampai 2 PPM saja di tahun 2012. Yang

menyebabkan bumi kita saat ini semakin panas adalah apa yang disebut oleh para

ilmuwan sebagai ‘badai matahari’. Matahari telah memasuki siklus ‘kembali

memanasnya’ yang telah diklaim para ilmuwan sebagai faktor yang telah

menyebabkan bumi telah beberapa kali memasuki zaman es. Anda juga pasti akan

terkejut dengan fakta yang mengatakan bahwa bukan hanya bumi kita yang

sedang mengalami pemanasan, tetapi sama halnya dengan yang terjadi di bumi,

Page 7: Tugas 1 - Wacana Global Warming

bongkahan-bongkahan es di kutub planet Mars juga mulai mencair. Dengan kata

lain, manusia bukanlah aktor utama dibalik mengenai isu pemanasan global,

matahari yang semakin memanas sehingga menyebabkan Galactic Warming

(pemanasan galaksi) bukan Global Warming (pemanasan dunia).