TUBERKULOSIS PARU

13
TUBERKULOSIS PARU A. Definisi Tuberculosis merupakan penyakit infeksi bakteri menahun yang disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis yang ditandai dengan pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi. Mycobacterium tuberculosis merupakan kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru / berbagai organ tubuh lainnya yang bertekanan parsial tinggi. Penyakit tuberculosis ini biasanya menyerang paru tetapi dapat menyebar ke hampir seluruh bagian tubuh termasuk meninges, ginjal, tulang, nodus limfe. Infeksi awal biasanya terjadi 2-10 minggu setelah pemajanan. Individu kemudian dapat mengalami penyakit aktif karena gangguan atau ketidakefektifan respon imun. B. Etiologi TB paru disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis yang merupakan batang aerobic tahan asam yang tumbuh lambat dan sensitive terhadap panas dan sinar UV. Bakteri yang jarang sebagai penyebab, tetapi pernah terjadi adalah M. Bovis dan M. Avium. C. Tanda Dan Gejala 1. Tanda a. Penurunan berat badan

Transcript of TUBERKULOSIS PARU

Page 1: TUBERKULOSIS PARU

TUBERKULOSIS PARU

A. Definisi

Tuberculosis merupakan penyakit infeksi bakteri menahun yang disebabkan oleh

Mycobakterium tuberculosis yang ditandai dengan pembentukan granuloma pada

jaringan yang terinfeksi. Mycobacterium tuberculosis merupakan kuman aerob yang

dapat hidup terutama di paru / berbagai organ tubuh lainnya yang bertekanan parsial

tinggi. Penyakit tuberculosis ini biasanya menyerang paru tetapi dapat menyebar ke

hampir seluruh bagian tubuh termasuk meninges, ginjal, tulang, nodus limfe. Infeksi awal

biasanya terjadi 2-10 minggu setelah pemajanan. Individu kemudian dapat mengalami

penyakit aktif karena gangguan atau ketidakefektifan respon imun.

B. Etiologi

TB paru disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis yang merupakan batang

aerobic tahan asam yang tumbuh lambat dan sensitive terhadap panas dan sinar UV.

Bakteri yang jarang sebagai penyebab, tetapi pernah terjadi adalah M. Bovis dan M.

Avium.

C. Tanda Dan Gejala

1. Tanda

a. Penurunan berat badan

b. Anoreksia

c. Dispneu

d. Sputum purulen/hijau, mukoid/kuning.

2. Gejala

a. Demam

Biasanya menyerupai demam influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya

tahan tubuh penderita dengan berat-ringannya infeksi kuman TBC yang masuk.

b. Batuk

Terjadi karena adanya infeksi pada bronkus. Sifat batuk dimulai dari batuk kering

kemudian setelah timbul peradangan menjadi batuk produktif (menghasilkan

Page 2: TUBERKULOSIS PARU

sputum). Pada keadaan lanjut berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah

yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada ulkus dinding bronkus.

c.Sesak nafas.

Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana infiltrasinya

sudah setengah bagian paru.

d. Nyeri dada

Timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura (menimbulkan pleuritis)

e.Malaise

Dapat berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, berat badan turun, sakit kepala,

meriang, nyeri otot, keringat malam.

D. Patofisiologi

Pada tuberculosis, basil tuberculosis menyebabkan suatu reaksi jaringan yang

aneh di dalam paru-paru meliputi : penyerbuan daerah terinfeksi oleh makrofag,

pembentukan dinding di sekitar lesi oleh jaringan fibrosa untuk membentuk apa yang

disebut dengan tuberkel. Banyaknya area fibrosis menyebabkan meningkatnya usaha otot

pernafasan untuk ventilasi paru dan oleh karena itu menurunkan kapasitas vital,

berkurangnya luas total permukaan membrane respirasi yang menyebabkan penurunan

kapasitas difusi paru secara progresif, dan rasio ventilasi-perfusi yang abnormal di dalam

paru-paru dapat mengurangi oksigenasi darah.

Page 3: TUBERKULOSIS PARU

Web Caution (Pathway)

E. Pemeriksaan Penunjang

Pembacaan hasil tuberkulin dilakukan setelah 48 – 72 jam; dengan hasil positif

bila terdapat indurasi diameter lebih dari 10 mm, meragukan bila 5-9 mm. Uji tuberkulin

bisa diulang setelah 1-2 minggu. Pada anak yang telah mendapt BCG, diameter indurasi

15 mm ke atas baru dinyatakan positif, sedangkan pada anak kontrak erat dengan

penderita TBC aktif, diameter indurasi ≥ 5 mm harus dinilai positif. Alergi disebabkan

oleh keadaan infeksi berat, pemberian immunosupreson, penyakit keganasan (leukemia),

dapat pula oleh gizi buruk, morbili, varicella dan penyakit infeksi lain.

Gambaran radiologis yang dicurigai TB adalah pembesaran kelenjar nilus,

paratrakeal, dan mediastinum, atelektasis, konsolidasi, efusipieura, kavitas dan gambaran

milier. Bakteriologis, bahan biakan kuman TB diambil dari bilasan lambung, namun

memerlukan waktu cukup lama. Serodiagnosis, beberapa diantaranya dengan cara ELISA

Individu dengan penyakit TBC

Paru-paru terinfeksi

Jaringan paru di invasi makrofagMembentuk jaringan fibrosa

Resiko infeksi

Metabolisme meningkat

Berkurangnya luas total permukaan membran

Batuk dan nyeri dada Pola nafas tidak efektif Penurunan kapasitas difusi paru

Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan

cemas

Gangguan keseimbangan cairan kurang dari kebutuhan

Berkurangnya oksigenasi darah

Iritasi jaringan paru Kurang perawatan diriIntoleransi aktivitas

Batuk darah

Gangguan pertukaran gasPeningkatan sekresi Bersihan jalan nafas tidak efektif

malasie

Page 4: TUBERKULOSIS PARU

(enzyime linked immunoabserben assay) untuk mendeteksi antibody atau uji peroxidase –

anti – peroxidase (PAP) untuk menentukan Ig G spesifik. Teknik bromolekuler,

merupakan pemeriksaan sensitif dengan mendeteksi DNA spesifik yang dilakukan

dengan metode PCR (Polymerase Chain Reaction). Uji serodiagnosis maupun

biomolekular belum dapat membedakan TB aktif atau tidak.

Tes tuberkulin positif, mempunyai arti :

1. Pernah mendapat infeksi basil tuberkulosis yang tidak berkembang menjadi penyakit.

2. Menderita tuberkulosis yang masih aktif

3. Menderita TBC yang sudah sembuh

4. Pernah mendapatkan vaksinasi BCG

5. Adanya reaksi silang (“cross reaction”) karena infeksi mikobakterium atipik.

F. Epidemiologi Dan Penularan TBC

Dalam penularan infeksi Mycobacterium tuberculosis hal-hal yang perlu diperhatikan

adalah :

1. Reservour, sumber dan penularan

Manusia adalah reservoar paling umum, sekret saluran pernafasan dari orang

dengan lesi aktif terbuka memindahkan infeksi langsung melalui droplet.

2. Masa inkubasi

Yaitu sejak masuknya sampai timbulnya lesi primer umumnya memerlukan waktu

empat sampai enam minggu, interfal antara infeksi primer dengan reinfeksi bisa

beberapa tahun.

3. Masa dapat menular

Selama yang bersangkutan mengeluarkan bacil Turbekel terutama yang

dibatukkan atau dibersinkan.

4. Immunitas

Anak dibawah tiga tahun paling rentan, karena sejak lahir sampai satu bulan bayi

diberi vaksinasi BCG yang meningkatkan tubuh terhadap TBC.

Page 5: TUBERKULOSIS PARU

G. Stadium TBC

1. Kelas 0

Tidak ada jangkitan tuberkulosis, tidak terinfeksi (tidak ada riwayat terpapar,

reaksi terhadap tes kulit tuberkulin tidak bermakna).

2. Kelas 1

Terpapar tuberkulosis, tidak ada bukti terinfeksi (riwayat pemaparan, reaksi tes

tuberkulosis tidak bermakna)

3. Kelas 2

Ada infeksi tuberkulosis, tidak timbul penyakit (reaksi tes kulit tuberkulin

bermakna, pemeriksa bakteri negatif, tidak bukti klinik maupun radiografik).

Status kemoterapi (pencegahan) :

Tidak ada

Dalam pengobatan kemoterapi

Komplit (seri pengobatan dalam memakai resep dokter)

Tidak komplit

4. Kelas 3

Tuberkuosis saat ini sedang sakit (Mycobacterium tuberkulosis ada dalam biakan,

selain itu reaksi kulit tuberkulin bermakna dan atau bukti radiografik tentang

adanya penyakit). Lokasi penyakit : paru, pleura, limfatik, tulang dan/atau sendi,

kemih kelamin, diseminata (milier), menigeal, peritoneal dan lain-lain.

Status bakteriologis :

a. Positif dengan :

Mikroskop saja

Biakan saja

Mikroskop dan biakan

b. Negatif dengan :

Tidak dikerjakan

Status kemoterapi :

Dalam pengobatan kemoterapi sejak kemoterapi diakhiri, tidak lengkap reaksi tes

kulit tuberkulin :

a. Bermakna

Page 6: TUBERKULOSIS PARU

b. Tidak bermakna

5. Kelas 4

Tuberkulosis saat ini tidak sedang menderita penyakit (ada riwayat mendapat

pengobatan pencegahan tuberkulosis atau adanya temuan radiografik yang stabil

pada orang yang reaksi tes kulit tuberkulinya bermakna, pemeriksaan

bakteriologis, bila dilakukan negatif. Tidak ada bukti klinik tentang adanya

penyakit pada saat ini).

Status kemoterapi :

a. Tidak mendapat kemoterapi

b. Dalam pengobatan kemoterapi

c. Komplit

d. Tidak komplit

6. Kelas 5

Orang dicurigai mendapatkan tuberkulosis (diagnosis ditunda)

Kasus kemoterapi :

a. Tidak ada kemoterapi

b. Sedang dalam pengobatan kemoterapi.

H. Penanganan

a. Promotif

1. Penyuluhan kepada masyarakat apa itu TBC

2. Pemberitahuan baik melalui spanduk/iklan tentang bahaya TBC, cara

penularan, cara pencegahan, faktor resiko

3. Mensosialisasiklan BCG di masyarakat.

b. Preventif

1. Vaksinasi BCG

2. Menggunakan isoniazid (INH)

3. Membersihkan lingkungan dari tempat yang kotor dan lembab.

4. Bila ada gejala-gejala TBC segera ke Puskesmas/RS, agar dapat diketahui

secara dini.

Page 7: TUBERKULOSIS PARU

c. Kuratif

Pengobatan tuberkulosis terutama pada pemberian obat antimikroba dalam

jangka waktu yang lama. Obat-obat dapat juga digunakan untuk mencegah

timbulnya penyakit klinis pada seseorang yang sudah terjangkit infeksi. Penderita

tuberkulosis dengan gejala klinis harus mendapat minuman dua obat untuk

mencegah timbulnya strain yang resisten terhadap obat. Kombinasi obat-obat

pilihan adalah isoniazid (hidrazid asam isonikkotinat = INH) dengan etambutol

(EMB) atau rifamsipin (RIF). Dosis lazim INH untuk orang dewasa biasanya 5-10

mg/kg atau sekitar 300 mg/hari, EMB, 25 mg/kg selama 60 hari, kemudian 15

mg/kg, RIF 600 mg sekali sehari. Efek samping etambutol adalah Neuritis

retrobulbar disertai penurunan ketajaman penglihatan. Uji ketajaman penglihatan

dianjurkan setiap bulan agar keadaan tersebut dapat diketahui. Efek samping INH

yang berat jarang terjadi. Komplikasi yang paling berat adalah hepatitis. Resiko

hepatitis sangat rendah pada penderita dibawah usia 20 tahun dan mencapai

puncaknya pada usia 60 tahun keatas. Disfungsi hati, seperti terbukti dengan

peningkatan aktivitas serum aminotransferase, ditemukan pada 10-20% yang

mendapat INH. Waktu minimal terapi kombinasi 18 bulan sesudah konversi

biakan sputum menjadi negatif. Sesudah itu masuk harus dianjurkan terapi dengan

INH saja selama satu tahun.

Baru-baru ini CDC dan American Thoracis Societty (ATS) mengeluarkan

pernyataan mengenai rekomendasi kemoterapi jangka pendek bagi penderita

tuberkulosis dengan riwayat tuberkulosis paru pengobatan 6 atau 9 bulan

berkaitan dengan resimen yang terdiri dari INH dan RIF (tanpa atau dengan obat-

obat lainnya), dan hanya diberikan pada pasien tuberkulosis paru tanpa

komplikasi, misalnya : pasien tanpa penyakit lain seperti diabetes, silikosis atau

kanker didiagnosis TBC setelah batuk darah, padahal mengalami batu dan

mengeluarkan keringat malam sekitar 3 minggu.

Page 8: TUBERKULOSIS PARU

I. Nursing Care Plan

1. Pengkajian

a. Riwayat keperawatan : riwayat kontak dengan penderita

b. Manifestasi klinis seperti demam, anoreksia, penurunan berat badan, berkeringat

malam, keletihan, batuk dan pembentukan sputum, fungsi pernafasan, nyeri dada,

bunyi nafas, kesiapan emosional, persepsi dan pengertian tuberkulosis dan

pengobatannya, evaluasi fisik dan laboratorium.

2. Diagnosa keperawatan

a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan permukaan parenkim

paru

Intervensi

1. Kaji dispnea, takipnea, tak normal/menurunnya bunyi nafas, peningkatan

upaya pernafasan, terbatasnya ekspansi dinding dada, dan kelemahan

2. Evaluasi perubahan pada tingkat kesadaran, catat perubahan pada warna kulit,

termasuk membran mukosa dan kuku.

3. Dorong bernafas bibir selama ekshalasi, khususnya untuk pasien dengan

fibrosis atau kerusakan parenkim.

4. Tingkatkan tirah baring/batasi aktivitas dan bantu aktivitas perawatan diri

sesuai keperluan.

5. Kolaborasi periksaan AGD dan pemberian oksigen tambahan yang sesuai.

b. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sputum

Intervensi :

1. Kaji fungsi pernafasan, bunyi nafas, kecepatan, irama dan kedalaman dan

penggunaan otot aksesori.

2. Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukus/batuk efektif, catat karakter,

jumlah sputum, adanya hemoptisis.

3. Berikan pasien posisi semi fowler atau fowler tinggi. Bantu pasien untuk

batuk dan latihan nafas dalam.

4. Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml/hari kecuali kontraindikasi.

5. Kolaborasi pemberian obat-obatan sesuai indikasi (agen mukolitik,

bronkodilator, kortikosteroid).

Page 9: TUBERKULOSIS PARU

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia

Intervensi :

1. Catat status nutrisi pasien pada penerimaan, catat turgor kulit, berat badan,

integritas mukosa oral, riwayat mual/muntah atau diare.

2. Pastikan pola diit biasa pasien, yang disukai/tidak disukai.

3. Awasi masukan/pengeluaran dan berat badan secara periodik.

4. Dorong dan berikan periode istirahat sering.

5. Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernafasan.

6. Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan

karbohidrat.

7. Kolaborasi ahli gizi untuk menentukan komposisi diit.

DAFTAR PUSTAKA

- Barbara, C.L., 1996, Perawatan Medikal Bedah (suatu pendekatan proses

keperawatan), Bandung

- Smeltzer and Bare, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta

- Doengoes, M.E, Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3, EGC, Jakarta.