Asuhan Keperawatan Tuberkulosis Paru Aplikasi Nanda

40
ASUHAN KEPERAWATAN TUBERKULOSIS PARU APLIKASI NANDA, NOC, NIC Diposkan oleh Rizki Kurniadi 1. Pengertian Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tubeculosis. 2. Etiologi Jenis kuman berbentuk batang, ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3-0,6/um. Sebagian besar kuman berupa lemak/lipid sehingga kuman tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap kimia , fisik. Sifat lain dari kuman ini adalah aerob yang menyukai daerah yang banyak oksigin, dalam hal ini lebih menyenangi daerah yang tinggi kandunagn oksiginnya yaitu. daerah apikal paru, daerah ini yang menjadi prediksi pada penyakit Tuberkulosis 3. Proses Penularan Tuberkulosis tergolong airborne disease yakni penularan melalui droplet nuclei yang dikeluarkan ke udara oleh individu terinfeksi dalam fase aktif. Setiapkali penderita ini batuk dapat mengeluarkan 3000 droplet nuclei. Penularan umumnya terjadi di dalam ruangan dimana droplet nuclei dapat tinggal di udara dalam waktu lebih lama. Di bawah sinar matahari langsung basil tuberkel mati dengan cepat tetapi dalam ruang yang gelap lembab dapat bertahan sampai beberapa jam. Dua faktor penentu keberhasilan pemaparan Tuberkulosis pada individu baru yakni konsentrasi

description

A

Transcript of Asuhan Keperawatan Tuberkulosis Paru Aplikasi Nanda

Page 1: Asuhan Keperawatan Tuberkulosis Paru Aplikasi Nanda

ASUHAN KEPERAWATAN TUBERKULOSIS PARU APLIKASI NANDA, NOC, NIC

Diposkan oleh Rizki Kurniadi

1.  Pengertian Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tubeculosis.

2.  Etiologi

Jenis kuman berbentuk batang, ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3-0,6/um. Sebagian besar

kuman berupa lemak/lipid sehingga kuman tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap kimia ,

fisik. Sifat lain dari kuman ini adalah aerob yang menyukai daerah yang banyak oksigin, dalam

hal ini lebih menyenangi daerah yang tinggi kandunagn oksiginnya yaitu. daerah apikal paru,

daerah ini yang menjadi prediksi pada penyakit Tuberkulosis

3.    Proses Penularan

Tuberkulosis tergolong airborne disease yakni penularan melalui droplet nuclei yang

dikeluarkan ke udara oleh individu terinfeksi dalam fase aktif. Setiapkali penderita ini batuk

dapat mengeluarkan 3000 droplet nuclei. Penularan umumnya terjadi di dalam ruangan dimana

droplet nuclei dapat tinggal di udara dalam waktu lebih lama. Di bawah sinar matahari langsung

basil tuberkel mati dengan cepat tetapi dalam ruang yang gelap lembab dapat bertahan sampai

beberapa jam. Dua faktor penentu keberhasilan pemaparan Tuberkulosis pada individu baru

yakni konsentrasi droplet nuclei dalam udara dan panjang waktu individu bernapas dalam udara

yang terkontaminasi tersebut di samping daya tahan tubuh yang bersangkutan.

Di   samping    penularan    melalui    saluran    pernapasan    (paling   sering),  M.

tuberculosis juga dapat masuk ke dalam tubuh melalui saluran pencernaan dan luka terbuka pada

kulit (lebih jarang).

   4. Patofisiologi

Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveoli biasanya diinhalasi sebagai suatu unit

yang terdiri dari satu sampai tiga basil karena gumpalan yang lebih besar cenderung tertahan di

rongga hidung dan dan tidak menyebabkan penyakit (Dannenberg, 1981 dikutip dari Price,

1995). Setelah berada dalam ruang alveolus (biasanya di bagian bawah lobus atas atau di bagian

Page 2: Asuhan Keperawatan Tuberkulosis Paru Aplikasi Nanda

atas lobus bawah) basil tuberkulosis ini membangkitkan reaksi peradangan. Lekosit

polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan mefagosit bakteri tetapi tidak membunuh

organisme tersebut. Sesudah hari-hari pertama maka lekosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang

terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala-gejala pneumonia akut. Pneumonia

seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya tanpa menimbulkan kerusakan jaringan paru atau

proses dapat berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Basil

juga menyebar melalui kelenjar limfe regional. Makrofag yang mengalami infiltrasi menjadi

lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi

oleh limfosit. Reaksi ini biasanya berlangsung selama 10-20 hari.

Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat seperti keju, lesi

nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan

granulasi disekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblas menimbulkan respon berbeda.

Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa, membentuk jaringan parut yang akhirnya membentuk

suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel.

Lesi primer paru-paru disebut fokus Ghon dan gabungan terserangnya kelenjar limfe

regional dan lesi primer dinamakan kompleks Ghon. Kompleks Gohn yang mengalami

perkapuran ini dapat dilihat pada orang sehat yang kebetulan menjalani pemeriksaan radiogram

rutin.

Respon lain yang terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan dimana bahan cair lepas

ke dalam bronkus dan menimbulkan kavitas. Materi tuberkular yang dilepaskan dari dinding

kavitas akan masuk ke percabangan trakeobronkial. Proses ini dapat terulang kembali pada

bagian lain dari paru atau basil dapat terbawa ke laring, telinga tengah atau usus.

Kavitas kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan jaringan

parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen bronkus dapat menyempit dan tertutup oleh

jaringan parut yang terdapat dekat dengan perbatasan bronkus. Bahan perkejuan dapat mengental

sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran yang ada dan lesi mirip dengan lesi berkapsul

yang tidak terlepas. Keadaan ini dapat tidak menimbulkan gejala dalam waktu lama atau

membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif.

Penyakit dapat menyebar melalui saluran limfe atau pembuluh darah (limfohematogen).

Organisme yang lolos dari kelenjar limfe akan mencapai aliran darah dalam jumlah yang lebih

kecil yang kadang-kadang dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain (ekstrapulmoner).

Page 3: Asuhan Keperawatan Tuberkulosis Paru Aplikasi Nanda

Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena akut yang biasanya menyebabkan

tuberkulosis milier. Ini terjadi bila fokus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak

organisme masuk ke dalam sistem vaskuler dan tersebar ke dalam sistem vaskuler ke organ-

organ tubuh.

5. Gambaran Klinik

Tuberkulosis sering dijuluki “the great imitator” yaitu suatu penyakit yang mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan gejala umum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah penderita gejala yang timbul tidak jelas sehingga diabaikan  bahkan kadang-kadang asimtomatik.

Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, gejala respiratorik dan gejala sistemik:

1.      Gejala respiratorik, meliputi:

1.1  Batuk

Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling sering dikeluhkan. Mula-

mula bersifat non produktif kemudian berdahak bahkan bercampur darah bila sudah ada

kerusakan jaringan.

1.2  Batuk darah

Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak berupa garis atau bercak-

bercak darak, gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah sangat banyak. Batuk darak terjadi

karena pecahnya pembuluh darah. Berat ringannya batuk darah tergantung dari besar kecilnya

pembuluh darah yang pecah.

1.3  Sesak napas

Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada hal-hal yang

menyertai seperti efusi pleura, pneumothorax, anemia dan lain-lain.

1.4  Nyeri dada

Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Gejala ini timbul apabila sistem

persarafan di pleura terkena.

2.      Gejala sistemik, meliputi:

2.1  Demam

Page 4: Asuhan Keperawatan Tuberkulosis Paru Aplikasi Nanda

Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan malam hari mirip demam

influeza, hilang timbul dan makin lama makin panjang serangannya sedang masa bebas serangan

makin pendek.

2.2  Gejala sistemik lain

Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan serta malaise.

Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa minggu-bulan, akan tetapi

penampilan akut dengan batuk, panas, sesak napas walaupun jarang dapat juga timbul

menyerupai gejala pneumonia.

6.  Klasifikasi

Klasifikasi TB Paru dibuat berdasarkan gejala klinik, bakteriologik, radiologik dan riwayat pengobatan sebelumnya. Klasifikasi ini penting karena merupakan salah satu faktor determinan untuk menetapkan strategi terapi.

Sesuai dengan program Gerdunas P2TB klasifikasi TB Paru dibagi sebagai berikut:

1.      TB Paru BTA Positif dengan kriteria:

-     Dengan atau tanpa gejala klinik

-     BTA positif: mikroskopik positif 2 kali, mikroskopik positif 1 kali disokong biakan positif 1 kali

atau disokong radiologik positif 1 kali.

-     Gambaran radiologik sesuai dengan TB paru.

2.      TB Paru BTA Negatif dengan kriteria:

-     Gejala klinik dan gambaran radilogik sesuai dengan TB Paru aktif

-     BTA negatif, biakan negatif tetapi radiologik positif.

3.      Bekas TB Paru dengan kriteria:

-     Bakteriologik (mikroskopik dan biakan) negatif

-          Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan paru.

-          Radiologik menunjukkan gambaran lesi TB inaktif, menunjukkan serial foto yang tidak

berubah.

-          Ada riwayat pengobatan OAT yang adekuat (lebih mendukung).

 

Page 5: Asuhan Keperawatan Tuberkulosis Paru Aplikasi Nanda

7. Terapi

Tujuan pengobatan pada penderita TB Paru selain untuk mengobati juga mnecegah

kematian, mencegsah kekambuhan atau resistensi terhadap OAT serta memutuskan mata rantai

penularan.

Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase

lanjutan (4-7 bulan). Paduan obat yang digunakan terdiri dari obat utama dan obat tambahan.

Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisin, INH,

Pirasinamid, Streptomisin dan Etambutol. Sedang jenis obat tambahan adalah Kanamisin,

Kuinolon, Makrolide dan Amoksisilin + Asam Klavulanat, derivat Rifampisin/INH. Cara kerja,

potensi dan dosis OAT utama dapat dilihat pada tabel berikut:

Obat Anti TB

EsensialAksi Potensi

Rekomendasi Dosis (mg/kg BB)

Per HariPer Minggu

3 x 2 x

Isoniazid (H)

Rifampisin (R)

Pirasinamid (Z)

Streptomisin (S)

Etambutol (E)

Bakterisidal

Bakterisidal

Bakterisidal

Bakterisidal

Bakteriostatik

Tinggi

Tinggi

Rendah

Rendah

Rendah

5

10

25

15

15

10

10

35

15

30

15

10

50

15

45

Untuk keperluan pengobatan perlu dibuat batasan kasus terlebih dahulu berdasarkan

lokasi tuberkulosa, berat ringannya penyakit, hasil pemeriksaan bakteriologik, hapusan dahak

dan riwayat pengobatan sebelumnya. Di samping itu perlu pemahaman tentang strategi

penanggulangan TB yang dikenal sebagai Directly Observed Treatment Short Course  (DOTS)

yang direkomendasikan oleh WHO yang terdiri dari lima komponen yaitu:

1.    Adanya komitmen politis berupa dukungan pengambil keputusan dalam penanggulangan TB.

2.   Diagnosis TB melalui pemeriksaan dahak secara mikroskopik langsung sedang pemeriksaan

penunjang lainnya seperti pemeriksaan radiologis dan kultur dapat dilaksanakan di unit

pelayanan yang memiliki sarana tersebut.

3.   Pengobatan TB dengan paduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung oleh Pengawas

Menelan Obat (PMO) khususnya dalam 2 bulan pertama dimana penderita harus minum obat

setiap hari.

4.   Kesinambungan ketersediaan paduan OAT jangka pendek yang cukup.

Page 6: Asuhan Keperawatan Tuberkulosis Paru Aplikasi Nanda

5.   Pencatatan dan pelaporan yang baku.

8. Komplikasi Pneumothorax pada Tuberkulosis Paru

Pneumothorax adalah keadaan dimana terdapat udara dalam rongga pleura. Normalnya

pleura tidak berisi udara, supaya paru-paru leluasa mengembang terhadap rongga dada. Udara

masuk dalam rongga pleura melalui 3 jalan, yakni:

1.   Udara atmosfir masuk ke dalam rongga pleura melalui penetrasi di dinding dada misalnya pada

trauma (pneumothorax traumatik).

2.  Pembentukan gas oleh mikroorganisme dalam dinding pleura pada penyakit ifeksi paru

(pneumothorax spontan)

3.  Pneumothorax artifisial yang sengaja dilakukan melalui tidakan pembedahan  pada trauma.

Penumothorax pada TB paru merupakan pneumothorax spontan yang timbul akibat

nekrosis jaringan yang menjalar sampai pinggir jaringan parut parenkim paru, membentuk bulla

yang selanjutnya robek ke dalam pleura.

Gejala Klinis Pneumothorax:

Keluhan dan gejala penumothorax tergantung pada besarnya lesi dan ada tidaknya

komplikasi penyakit paru. Gejala bervariasi dari asimtomatik yang hanya dapat dideteksi melalui

foto thorax sampai timbulnya gejala utama berupa rasa nyeri tiba-tiba dan bersifat unilateral.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan perkusi yang hipersonor, fremitus melemah sampai

menghilang, suara napas melemah sampai menghilang pada sisi yang sakit.

Pada lesi yang lebih besar atau pada tension pneumothorax trakea dan mediastinum dapat

terdorong ke sisi kontralateral. Diafragma tertekan ke bawah, pada sisi yang sakit gerakan

pernapasan terbatas. Fungsi respirasi menurun sehingga dapat terjadi hipoksemia arterial dan

curah jantung menurun.

Di samping berdasarkan gambaran klinis di atas, diagnosis dapat lebih meyakinkan

melalui foto thorax dengan tampaknya bayangan udara dari pneumothorax yang berbentuk

cembung dan memisahkan pleura parietalis dengan pleura viseralis.

           

           

Page 7: Asuhan Keperawatan Tuberkulosis Paru Aplikasi Nanda

9.         Tes Diagnostik

         Tes diagnostik yang dilakukan diuraikan pada tabel berikut:

Jenis Pemeriksaan Interpretasi Hasil

Sputum:

-Kultur

-Ziehl-Neelsen

Tes Kulit (PPD, Mantoux, Vollmer)

Foto thorax

Histologi atau kultur jaringan

(termasuk bilasan lambung, urine,

cairan serebrospinal, biopsi kulit)

Biopsi jarum pada jaringan paru

Darah:

Mycobacterium tuberculosis positif pada

tahap aktif, penting untuk menetapkan

diagnosa pasti dan melakukan uji kepekaan

terhadap obat.

BTA positif

Reaksi positif (area indurasi 10 mm atau

lebih) menunjukkan infeksi masa lalu dan

adanya antibodi tetapi tidak berarti untuk

menunjukkan keaktivan penyakit.

Dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada

area paru, simpanan kalsium lesi sembuh

primer, efusi cairan, akumulasi udara, area

cavitas, area fibrosa dan penyimpangan

struktur mediastinal.

Hasil positif dapat menunjukkan serangan

ekstrapulmonal

Positif untuk gralunoma TB, adanya giant cell

menunjukkan nekrosis. 

Indikator stabilitas biologik penderita, respon

Page 8: Asuhan Keperawatan Tuberkulosis Paru Aplikasi Nanda

-LED

-Limfosit

-Elektrolit

-Analisa Gas Darah

Tes faal paru

terhadap pengobatan dan predeksi tingkat

penyembuhan. Sering meningkat pada proses

aktif.

Menggambarakan status imunitas penderita

(normal atau supresi)

Hiponatremia dapat terjadi akibat retensi

cairan pada TB paru kronis luas.

Hasil bervariasi tergantung lokasi dan

beratnya kerusakan paru

Penurunana kapasitas vital, peningkatan ruang

mati, peningkatan rasio udara residu dan

kapasitas paru total, penurunan saturasi

oksigen sebagai akibat dari infiltrasi

parenkim/fibrosis, kehilangan jaringan paru

dan penyaki pleural

PENATALAKSANAAN :         Penyuluhan

         Pencegahan

         Pemberian obat-obatan :

1.      OAT (obat anti tuberkulosa) :

2.      Bronchodilatator

3.      Expektoran

4.      OBH

5.      Vitamin

         Fisioterapi dan rehabilitasi

         Konsultasi secara teratur

Page 9: Asuhan Keperawatan Tuberkulosis Paru Aplikasi Nanda

ASUHAN KEPERAWATANPENGKAJIAN a. Pola aktifitas dan istirahat : Fatique, Aktivitas berat timbul sesak (nafas pendek), Sulit tidur, Berkeringat pada malam harib. Pola Nutrisi : Anorexia, Mual, tidak enak diperut, BB menurunc. Respirasi :Batuk produktif (pada tahap lanjut), sesak nafas, Nyeri dada.d. Riwayat Keluarga :Biasanya keluarga penderita ada yang mempunyai kesulitan yang sama (penyakit yang sama)e. Riwayat lingkungan :Lingkungan kurang sehat (polusi, limbah), pemukiman padat, ventilasi rumah yang kurang, jumlah anggauta keluarga yang banyak. f. Aspek Psikososial :

         Merasa dikucilkan

         Tidak dapat berkomunikasi dengan bebas, menarik diri.

         Biasanya pada keluarga yang kurang mampu.

         Masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu yang lama dan

biaya yang bayak.

         Masalah tentang masa depan/pekerjaan pasien.

         Tidak bersemangat, putus harapan.

g. Riwayat Penyakit sebelumnya :         Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh sembuh.

         Pernah berobat, tetapi tidak sembuh.

         Pernah berobat tetapi tidak teratur (drop out).

Pengobatan:

1. Nama obat : INH

    Dosis           : 1 x 400 mg

     Farmakokinetik:

         Diabsorbsi : dari saluran pencernaan, makanan mengurangi kecepatan dan tingkat absorbsi

         Puncak         :   1 - 2 jam

         Distribusi    :   Keseluruh jaringan tubuh dan cairan termasuk CNS, melewati plasenta

         Metabolisme  : Tidak diaktifkan oleh acetylation  di  dalam hati

         Eliminasi  : waktu paruh 1 - 4 jam, 75 - 96% diekresikan dalam urin dalam 24 jam,

diekskresikan  dalam air  susu

Efek samping : biasanya dihubungkan dengan dosis

Page 10: Asuhan Keperawatan Tuberkulosis Paru Aplikasi Nanda

CNS :  parestesias, perifeal neuropaty, nyeri kepala, kelemahan, tinitus, pusing, vertigo, ataxia,

somnolen, insomnia, amnesia,euphoria, toxis psikosis, perubahan tingkah laku, depresi,

kerusakan memori, hyperpireksia, halusinasi, konvulsi, otot kejang, mimpi yang berlebihan ,

menstruasi

Mata  : Penglihatan kabur, terganggunya penglihatan, optik neuritis, atropi

GI  : Mual , muntah , epigastrium distress, mulut kering, konstipasi

Hematologi : Agranulositosis, hemolitik atau anemia aplastik, trombositopenia, eosinophilia,

methemoglobinemia

Hepatotoksisitas: panas dingin, kulit yang melepuh (mosbiliform, macula papular, purpura,

urticaria) limpadenitis, vaskulitis

Metabolik endokrin : Penurunan absorbsi vitamin B12, defisiensi  pridoksin  (vitamin B6),

pellagra, gynecomastia, hyperglikemia, glikosuria, hyperkalemia, hipophosphathemia,

hipokalsemia, acetonia, asidosis metabolik, proteinemia

Lain-lain : dyspnea, retensi urine, demam yangdisebabkan obat-obat, rematik, lupus

erythromatosus syndrome, iritasi di tempat  bekas injeksi.

Implikasi perawatan :

Pengelolaan :

         Obat oral INH lebih baik diberikan sebelum makan 1 - 2 jam sebelum makanan diabsorbsi,

jika terjadi iritasi  GI, obat  boleh diberikan bersama makanan

         Isoniazid dalam  bentuk larutan disimpan dalam bentuk kristal dan disimpan dalam temperatur

yang rendah. Jika hal ini terjadi obat disimpan ditempat  yang hangat atau dalam  temperatur

ruangan.

         Nyeri  lokal  sementara setelah injeksi IM, massage daerah injeksi dengan cara memutar

daerah injeksi 

         Obat disimpan harus ditutup rapat, temperatur 15 - 30  C kecuali diberikan secara sebaliknya

Pengkajian /efek obat :

         Tes adanya kelemahan yang tepat, sebelum pemberian therapy untuk  mendeteksi

kemungkinan bakteri yang resisten

         Efek therapetik biasanya menjadi jelas dalam 2 - 3 minggu pertama pemberian therapi. Lebih

dari 90% pasien yang diberikan therapi mempunyai  sputum yang  berkurang setelah  6 bulan

         Pemeriksaan mata

Page 11: Asuhan Keperawatan Tuberkulosis Paru Aplikasi Nanda

         Monitor Tekanan darah selama pemberian obat

         Pasien seharusnya secara hati-hati  dengan interview dan diperiksa dalam interval bulanan 

untuk mendeteksi dini dari tanda dan gejala hepatotoksisitas

         Therapi INH yang kontinyu setelah onset dari disfungsi hepatik meningkatkan resiko

kerusakan hati yang lebih berat

         Isoniazid hepatitis (kadang-kadang  fatal) biasanya berkembang selama 3 - 6 bulan pertama,

tetapi mungkin terjadi setiap waktu selama pemberian therapi, hal ini lebih banyak frekwensinya

pada pasien dengan umur 35 tahun atau lebih atau terutama yang meminum alkohol setiap hari

         Cek berat badan 2 kali seminggu, di bawah kondisi standart

         Pasien DM seharusnya diabsorbsi untuk hilangnya kontrol diabetes antara glikosuria yang

nyata dan tes benedik positif; yang palsu segera dilaporkan

         Neuritis peripheral lebih banyak menimbulkan afek toksik seringkali  didahului oleh

parestesikaki dan tangan. Pasien yang bebas kerentanan meliputi (termasuk) alkoholik atau

pasien denga penyakit liver, malnutrisi, diabetik, inaktivator lambat, wanita hamil dan kekuatan.

Pendidikan kesehatan kepada keluarga dan pasien

         Memeperingatkan  pasien  terhadap makanan yang mengandung tyramine (keju, ikan) yang

menjadi penyebab dari palpitasi, peningktan tekanan darah.

         Instruksi pasien  untuk  melapor kepada medis bila ada tanda dan gejala dari perkembangan

hepatotoksik

         Memperingatkan pasien terhadap makanan yang mengandung histamin (ikan tuna) yang bisa

menjadi penyebab  dari palpitasi memperbesar respon obat (nyeri kepala,

hipotensi,palpitasi,berkeringat, diare)

         Umumnya therapi INH  diberikan 6 bulan - 2 tahun untuk pengobatan TBC yang aktif, bila

digunakan untuk terapi preventif, INH diberikan 12 bulan.

2. Nama obat : Ethambutol hydrochloride

Dosis: Dewasa 15 mg/kgBB (oral), untuk pengobatan ulang mulai dengan 25 mg kg/BB/hari atau

60 hari, kemudian diturunkan sampai 15 mg/kgBB/hr

Anak: : 6 - 12 tahun: 10 - 15 mg/kgBB/hari

Farmakokinetik:

         Absorbsi : 70% - 80% diabsorbsi di saluran pencernaan

         Puncak 2 - 4 jam

Page 12: Asuhan Keperawatan Tuberkulosis Paru Aplikasi Nanda

         Distribusi: diodistribusi ke seluruh jaringan tubuh, konsentrasi tertinggi dalam eritrosit, ginjal,

paru-paru, saliva, melalui plasenta, didistribusi kedalam air susu.

         Metabolisme: dimetabolisme dalam hati

Eliminasi : waktu paruh 3 - 4 jam, 50% diekresikan dalam urin selama 24 jam, 20 - 22 %  dikeluarkan

dalam feses

Efek samping :

         CNS : Nyeri kepala , pening/pusing, kebingungan, halusinasi, parestesia, neuritis peripheral,

nyeri tulang sendi, kelemahan pada ekstremitas bagian bawah

         Mata : Toksisitas bola mata : neuritis retrabulbar optik, kemungkinan neuritis anterior optik

dengan penurunan dalam ketajaman penglihatan, menyempitnya luas lapang pandang, kebutaan

pada warna merah-hijau, skotoma pada bagian pusat dan periferal, mata nyeri, fotophobia,

perdarahan dan edema retina.

         Saluran pencernaan : anoreksia, mual, muntah, nyeri  abdomen

         Hypersensitifitas :  pruritis , dermatitis, anafilaktis

         Hyperuresemia, demam , malaise, leukopenia (jarang), sputum yang mengandung darah,

gangguan sementara dalam fungsi liver (kemungkinan hepatotoksisitas), nefrotoksisitas, gout

artritis akut, abnormalitas EKG, pengeluaran keringat

Implikasi Perawatan

         Ethambutol mungkin diberikan  setelah makan jika iritasi saluran pencernaan terjadi. Absorpsi

tidak begitu dipengaruhi oleh makanan dalam perut.

         Lindungi ethambutol dari cahaya, kelembaman dan panas. Letakan dalam kemasan yang 

tertutup rapat-rapat pada suhu 15 - 30 C kecuali kalau diberikan langsung .

Pengkajian  dan  efek obat

         Kultur dan tes kerentanan seharusnya seharusnya ditentukan sebelum dimulainya

tindakan/dan pengulangan secara periodik pada terapi secara keseluruhan .

         Toksisitas okuli secara umum kelihatan dalam 1 - 7 bulan setelah dimulainya tyerapi. Gejala

biasanya tidak tampak selama beberapa minggu sampai beberapa bulan setelah obat tidak

dilanjutkan

         Uji opthalmoskopik meliputi tes luas lapang pandang , tes untuk ketajaman penglihatan

menggunakan kertas mata, dan tes untuk penggolongan diskriminasi warna seharusnya

Page 13: Asuhan Keperawatan Tuberkulosis Paru Aplikasi Nanda

ditentukan lebih dulu untuk memulai therapi dan dalam interval bulanan selama therapi. Mata

seharusnya dites secara terpisah sama baiknya secara bersama-sama

         Monitor rasio input dan output pada pasien dengan kerusakan ginjal . Laporkan adanya

oliguria atau  perubahan yang penting pada ratio atau dalam laporan laboratorium tentang fungsi

ginjal. Akumulasi sistemik dengan toksisitas dapat dihasilkan dari  ekresi obat-obat yang lambat

         Tes fungsi ginjal dan hepatik, hitung sel darah dan determinan serum asam urat seharusnya

ditentukan dalam interval yang teratur pada terapi secara menyeluruh.

a.         Pendidikan pasien dan keluarga

         Secara umum, therapi dapat berlanjut selama 1-2 terapi lebih lama, meskipun teraturnya

pengobatan yang lebih pendek bisa digunakan dengan baik

         Jika pasien hamil, selama pengobatan sarankan untuk melaporkan pada dokter dengan segera .

Obat seharusnya tersendiri.

         Sarankan pasien untuk melaporkan  dengan tepat pada dokter tentang kejadian mengaburnya

pandangan , perubahan persepsi warna, mengecilnya luas lapang pandang , beberapa gejala

penglihatan lainnya. Pasien seharusnya secara periodik ditanyakan tentang matanya

         Jika dideteksi secara dini, defek visual secara umum tidak kelihatan lebih dari beberapa

minggu sampai beberapa bulan. Pada beberapa instansi (jarang), pemulihan mungkin lambat.

Selama setahun atau lebih atau defek mungkin irreversibel.

3. Nama obat : Rifampisin

         Dosis :   1 x 450 mg

Farmakokinetik:

         Absorbsi:  Dengan  mudah diabsorbsi di saluran pencernaan

         Puncak: 2 - 4 jam

         Distribusi : didistribusikan kemana-mana meliputi CSF, melalui plasenta, didistribusikan ke

dalam air susu

         Metabolisme: Dimetabolisme dalam liver untuk metabolisme aktif dan inaktif siklus

enterohepatik

Eliminasi : Waktu paruh 3 jam. Sampai 30 % diekresikan dalam urin 60% - 65% dalam feses

Efek  samping :

Page 14: Asuhan Keperawatan Tuberkulosis Paru Aplikasi Nanda

         CNS: fatigue, drowsiness, nyeri kepala, ataxia, kebingungan, pusing, ketidak mampuan

berkonsentrasi, mati rasa secara umum, nyeri  pada ekstremitas, kelemahan otot, gangguan

penglihatan , konjungtivitis, hilangnya pendengaran frekuensi rendah, secara sementara.

         GI : heart burn, distress epigastrium, mual, muntah, anoreksia, flaturens, kram, diare, kolitis

pseudomembran

Hematologi : Trombositopenia, leukopeni sementara, anemia, meliputi (termasuk) anemia

hemolitik

Hypersensitivitas : panas, pruritis, urtikaria, erupsi kulit, rasa sakit pada mulut dan lidah,

eosinophilia, hemolisis

Ginjal : hemoglobinuria, hematuria, Akut Renal Failure

Lain-lain:  hemoptisis, light-chain proteinuria, sindrom “flulike”, gangguan menstruasi, sindroma

hepatorenal (dengan terapi intermitten). Peningkatan sementara pada tes fungsi hati (bilirubin,

BSP, alkaline fosfatase,ALT,AST), pankreatitis

Overdosis: Gejala GI, meningkatnya lethargi, pembesaran liver  dan pengerasan, jaundice,

berkeringat, saliva, air mata, feces

Implikasi Perawatan

         Kapsul bisa dibuka diisi dan diminum/diteguk dengan air atau dicampur dengan makanan

         Suspensi oral dapat disiapkan dari kapsul untuk digunakan pada pasien pediatri

         Berikan 1 jam sebelum atau 2 jam setelah makan. Puncak dari tingkat serum  diperlambat dan

mungkin agak rendah ketika diberikan dengan makanan

         Pengawetan seharusnya dijaga dalam kapsul yang dikemas dalam botol , dapat menjadi tidak

stabil dalam keadaan lembab

Pengkajian dan efek obat

         Tes serologi dan kerentanan seharusnya ditentukan paling utama selama dan  dalam keadaan /

waktu kultur positif

         Disarankan tes fungsi hepatik secara periodik . Pasien dengan penyakit hepar harus dimonitor

secara tertutup (closely)

         Jika pasien  juga mendapat anti koagulan , waktu protrombin seharusnya ditentukan secara

harian atau seringkali untuk membuat dan menjaga aktifitas antikoagulan

Pendidikan kepada pasien dan keluarga

Page 15: Asuhan Keperawatan Tuberkulosis Paru Aplikasi Nanda

         Informasikan kepada pasien bahwa obat bisa memberi warna pada urin merah -oranye, feces,

sputum, keringat dan air mata. Terutama yang menggunakan kontak lensa atau kaca berwarna

lainnya yang permanen

         Pasien dengan kontrasepsi oral, seharusnya mempertimbangkan alternatif metode-metode

kontrasepsi. Hal-hal yang sama menggunakan Rimfapisin dan kontrasepsi  oral menurunkan 

keefektifan dari kontrasepsi dan untuk gangguan  menstruasi (spotting, perdarahan)

         Perhatikan pasien agar menjaga obat dari jangkauan anak-anak

4.  Nama obat : Pyrazinamide

       Dosis : 2 x 500 mg

Farmakokinetik :

         Absorbsi  : Langsung diabsorpsi dari saluran pencernaan

         Puncak : 2 jam

         Distribusi : Melewati barier darah otak

         Metabolisme : di metabolisme di hati

         Eliminasi : waktu paruh 9 - 10 jam, diekresikan secara perlahan-lahan di dalam urin

Efek samping :

Astralgia, aktif gout, kesulitan dalam kencing, nyeri kepala, fotosensitif, urtikaria, skin rash

(jarang), anemia hemolitik, splenomegali, limphadenopathy, hemoptisis, peptik ulser, uric asid

dalam serum, hepatotoksik, tes fungsi ginjal yang abnormal, penurunan plasma protrombin.

Implikasi perawatan

         Obat seharusnya tidak dilanjutkan jika ada reaksi hepar (jaundice,pruritis, sklera ikterik,

yellow skin) atau hyperursemia dan akut gout

         Tempatkan dalam tempat tertutup (suhu 15  - 13 C)

Efek obat

         Pasien harus diobservasi dan mendapat petunjuk dari supervisi medis

         Pasien harus diperiksa secara teratur , dan kemungkinan adanya tanda toksik: pembesaran

hepar, jaundice, kerusakan integritas vaskuler (echymosis, ptekie, perdarahan abnormal)

         Reaksi hepar lebih sering terjadi pada pasien yang diberikan dosis tinggi

         Tes fungsi liver (AST, ALT, serum bilirubin) harus diperiksa 2-4 minggu selama terapi

Pendidikan kesehatan kepada pasien dalam keluarga

         Laporkan adanya kesulitan dalam pengosongan

Page 16: Asuhan Keperawatan Tuberkulosis Paru Aplikasi Nanda

         Pasien  seharusnya berkeinginan untuk intake cairan 2000 ml/hari jika memungkinkan

         Pasien dengan diabetes melitus seharusnya terbuka untuk memonitor dan meminta saran

terhadap kemungkinan kehilangan kontrol glikemia

5.  Nama obat : Aldactone

      Dosis : 2 x 100 mg

      Farmakokinetik :

         Absorbsi : 73% disaluran pencernaan, onset : perlahan-lahan.

         Puncak : 2-3 hari , max. efeknya 2 minggu.

         Durasi : 2-3 hari atau lebih.

         Distribusi : melalui placenta, didistribusikan melalui air susu.

         Metabolisme : di hati dan di ginjal.

         Eliminasi :  Waktu paruh : 1,3 - 2,4 Jam parent kompound, 18 - 32 jam dimetabolisme, 40 -

57% di ekskresikan  didalam urin , 35 - 40% di dalam empedu.

   Efek samping :

         Letargi, Fatique(penurunan BB yang cepat), nyeri kepala dan  ataksia.

         Endokrin :  genekomastik, ketidakmampuan  untuk mempertahankan  ereksi , efek endogenik

(ketidakteraturan mens, hersutisme, suara dalam) , berubahnya para tyroid, menurunnya

glukosetoleransi .

         GI : Kram abdominal, nausea, muntah, anoreksia, diare.

         Kulit : Makulopapular, erythematosus rash, urtikaria.

         Lain-lain: Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit (hiperkalemia, hiponatremia), peningkatan

BUN, asidosis, agranulasitosis, SLE, hipertensi(post sympatectomi) , hiperurecemia, Gout.

Implikasi perawatan :

   Pengelolaan :

         Berikan dengan makanan untuk mempertinggi absorbsi makanan.

         Haluskan tablet sebelum diberikan dengan cairan yang dipilih oleh pasien.

         Obat disimpan dalam tempat tertutup, dalam kemasan tahan cahaya, dalam bentuk suspensi

lebih tahan dalam waktu I bulan dibawah refrigeration.

   Pengkajian dan efek otot :

         Cek tekanan darah sebelum diberikan terapi.

Page 17: Asuhan Keperawatan Tuberkulosis Paru Aplikasi Nanda

         Serum elektrolit harus dimonitor, terutama selama permulaan terapi dan siapkan bila ada

tanda-tanda ketidak seimbangan elektrolit.

         Monitor intake dan output setiap hari dan cek adanya edema, laporkan kekurangan respon

diuretik atau perkembangan odem.

         Laporkan bila ada efek perubahan  mental, letargi, stupor pada pasien dengan penyakit hati.

         Reaksi yang merugikan, terjadi reversibel yang umum dengan tidak dilanjutkan obat.

Ginekomastik yang dihubungkan dengan dosis dan durasi terapi. Ini semua dilakukan walaupun

obat telah dihentikan.

   Pendidikan pasien dan keluarga :

         Informasikan pada pasien dan keluarga  efek obat deuretik yang maksimal mungkin tidak

terjadi sampai 3 hari pemberian terapi. Dan deuretik kontinue untuk 2-3 hari setelah obat

dihentikan.

         Intruksikan pasien untuk melaporkan tanda dari hiponatremi, yang lebih sering terjadi pada

pasien dengan serosis berat.

         Umumnya pasien harus menghindarkan intake yang belebihan dari makanan yang tinggi

potasium dan garam.

DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN TIMBUL :

1.      Bersihan Jalan Nafas tidak Efektif

2.      Pola Nafas tidak efektif

3.      Gangguan Pertukaran gas

4.      Kurang Pengetahuan

5.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Page 18: Asuhan Keperawatan Tuberkulosis Paru Aplikasi Nanda

Daftar Pustaka

Alsagaff Hood, Abdul Mukty, (1995). Dasar – Dasar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University Press. Surabaya.

Amin muhammad, Hood Alsagaff. (1989). Pengantar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University Press. Surabaya.

B.AC,Syaifudin, Anatomi dan fisiologi untuk perawat. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Blac,MJ Jacob. (1993). l.uckman & Sorensen’s Medical surgical Nursing A Phsycopsicologyc Approach. W.B. Saunders Company. Philapidelpia.

Carpenito, Lynda Juall. (1995). Diagnosa keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik. Edisi 6, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Carpenito, Lynda Juall. (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Edisi. 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Diana C. Baughman. ( 2000 ), Patofisiologi, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Page 19: Asuhan Keperawatan Tuberkulosis Paru Aplikasi Nanda

Engram Barbara. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume 1. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Ganong F. William. (1998). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 17. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Gibson, John, MD. (1995). Anatomi Dan Fisiologi Modern Untuk Perawat. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Hudak & Gallo, ( 1997 ). Keperawatan kritis : suatu pendekatan holistic, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Keliat, Budi Anna. (1991). Proses Keperawatan. Arcan. Jakarta.

Laboratorium Ilmu Penyakit Paru FK UNAIR. (1994). Dasar – Dasar Diagnostik Fisik Paru. Surabaya.

Lismidar H,dkk. (1990). Proses keperawatan. AUP

Mansjoer, Arif., et all. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI : Media Aescullapius Jakarta.

Marylin E doengoes. (2000). Rencana Asuhan keperawatan Pedoman untuk Perencnaan /pendokumentasian Perawatan Pasien. Penerbit Buku Kedokteran EGC.Jakarta.

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo. (1994). Pedoman Diagnosis dan Terapi Lab/UPF Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University Press. Surabaya.

Soeparman, Sarwono Waspadji. (1990). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.

Soedarsono. (2000). Guidelines of Pulmonology. Surabaya.

Susan Martin Tucker. (1998). Standar Perawatan Klien. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Sylvia Anderson Price, Lorraine McCarty Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Yunus Faisal. (1992). Pulmonologi Klinik. Bagian Pulmonologi FKUI. Jakarta.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN TUBERKULOSIS PARU

N Tujuan dan criteria Intervensi

Page 20: Asuhan Keperawatan Tuberkulosis Paru Aplikasi Nanda

oDiagnosa Keperawatan

Hasil

1 Bersihan Jalan Nafas tidak Efektif

Definisi : Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernafasan untuk mempertahankan kebersihan jalan nafas.

Batasan Karakteristik :

          Dispneu, Penurunan suara nafas

          Orthopneu          Cyanosis          Kelainan suara nafas

(rales, wheezing)          Kesulitan berbicara          Batuk, tidak efekotif

atau tidak ada          Mata melebar          Produksi sputum          Gelisah          Perubahan frekuensi

dan irama nafas

Faktor-faktor yang

berhubungan:

          Lingkungan : merokok, menghirup asap rokok, perokok pasif-POK, infeksi

          Fisiologis : disfungsi neuromuskular, hiperplasia dinding bronkus, alergi jalan nafas, asma.

          Obstruksi jalan nafas : spasme jalan nafas, sekresi tertahan, banyaknya mukus, adanya jalan nafas

NOC :   Respiratory status :

Ventilation  Respiratory status :

Airway patency  Aspiration Control

Kriteria Hasil :  Mendemonstrasikan

batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)

  Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)

  Mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor yang dapat menghambat jalan nafas

NIC :Airway suction

   Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning

    Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning.

   Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning

   Minta klien nafas dalam sebelum suction dilakukan.

   Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suksion nasotrakeal

   Gunakan alat yang steril sitiap melakukan tindakan

   Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam setelah kateter dikeluarkan dari nasotrakeal

   Monitor status oksigen pasien   Ajarkan keluarga bagaimana

cara melakukan suksion   Hentikan suksion dan berikan

oksigen apabila pasien menunjukkan bradikardi, peningkatan saturasi O2, dll.

Airway Management          Buka jalan nafas, guanakan

teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu

          Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

          Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan

          Pasang mayo bila perlu          Lakukan fisioterapi dada

jika perlu          Keluarkan sekret dengan

batuk atau suction          Auskultasi suara nafas,

Page 21: Asuhan Keperawatan Tuberkulosis Paru Aplikasi Nanda

buatan, sekresi bronkus, adanya eksudat di alveolus, adanya benda asing di jalan nafas.

catat adanya suara tambahan          Lakukan suction pada mayo          Berikan bronkodilator bila

perlu          Berikan pelembab udara

Kassa basah NaCl Lembab          Atur intake untuk cairan

mengoptimalkan keseimbangan.

          Monitor respirasi dan status O2

2 Pola Nafas tidak efektif

Definisi : Pertukaran udara inspirasi dan/atau ekspirasi tidak adekuat

Batasan karakteristik : -    Penurunan tekanan

inspirasi/ekspirasi -    Penurunan pertukaran

udara per menit -    Menggunakan otot

pernafasan tambahan -    Nasal flaring -    Dyspnea-    Orthopnea -    Perubahan

penyimpangan dada -    Nafas pendek -    Assumption of 3-point

position -    Pernafasan pursed-lip -    Tahap ekspirasi

berlangsung sangat lama -    Peningkatan diameter

anterior-posterior -    Pernafasan

rata-rata/minimal    Bayi : < 25 atau > 60   Usia 1-4 : < 20 atau > 30   Usia 5-14 : < 14 atau > 25   Usia > 14 : < 11 atau > 24

-    Kedalaman pernafasan    Dewasa volume tidalnya

NOC :   Respiratory status :

Ventilation  Respiratory status :

Airway patency  Vital sign Status

Kriteria Hasil :  Mendemonstrasikan

batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)

  Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)

  Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)

NIC :

Airway Management

          Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu

          Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

          Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan

          Pasang mayo bila perlu          Lakukan fisioterapi dada

jika perlu          Keluarkan sekret dengan

batuk atau suction          Auskultasi suara nafas,

catat adanya suara tambahan          Lakukan suction pada mayo          Berikan bronkodilator bila

perlu          Berikan pelembab udara

Kassa basah NaCl Lembab          Atur intake untuk cairan

mengoptimalkan keseimbangan.

          Monitor respirasi dan status O2

Terapi Oksigen  Bersihkan mulut, hidung dan

secret trakea  Pertahankan jalan nafas yang

Page 22: Asuhan Keperawatan Tuberkulosis Paru Aplikasi Nanda

500 ml saat istirahat    Bayi volume tidalnya 6-8

ml/Kg-    Timing rasio -    Penurunan kapasitas

vital

Faktor yang berhubungan :

          Hiperventilasi           Deformitas tulang           Kelainan bentuk

dinding dada           Penurunan

energi/kelelahan           Perusakan/pelemahan

muskulo-skeletal           Obesitas           Posisi tubuh           Kelelahan otot

pernafasan           Hipoventilasi sindrom           Nyeri           Kecemasan           Disfungsi

Neuromuskuler           Kerusakan

persepsi/kognitif           Perlukaan pada

jaringan syaraf tulang belakang

          Imaturitas Neurologis

paten  Atur peralatan oksigenasi  Monitor aliran oksigen  Pertahankan posisi pasien  Onservasi adanya tanda tanda

hipoventilasi  Monitor adanya kecemasan

pasien terhadap oksigenasi

Vital sign Monitoring   Monitor TD, nadi, suhu, dan

RR   Catat adanya fluktuasi tekanan

darah   Monitor VS saat pasien

berbaring, duduk, atau berdiri   Auskultasi TD pada kedua

lengan dan bandingkan   Monitor TD, nadi, RR,

sebelum, selama, dan setelah aktivitas

   Monitor kualitas dari nadi   Monitor frekuensi dan irama

pernapasan   Monitor suara paru   Monitor pola pernapasan

abnormal   Monitor suhu, warna, dan

kelembaban kulit   Monitor sianosis perifer   Monitor adanya cushing triad

(tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)

   Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

3 Gangguan Pertukaran gas

Definisi : Kelebihan atau kekurangan dalam oksigenasi dan atau pengeluaran karbondioksida di dalam

NOC :  Respiratory Status : Gas

exchange  Respiratory Status :

ventilation  Vital Sign Status

Kriteria Hasil :   Mendemonstrasikan

NIC :

Airway Management

          Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu

          Posisikan pasien untuk

Page 23: Asuhan Keperawatan Tuberkulosis Paru Aplikasi Nanda

membran kapiler alveoli

Batasan karakteristik : Gangguan penglihatan Penurunan CO2 Takikardi Hiperkapnia Keletihan somnolen Iritabilitas Hypoxia kebingungan Dyspnoe nasal faring AGD Normal sianosis warna kulit abnormal (pucat, kehitaman) Hipoksemia hiperkarbia sakit kepala ketika bangunfrekuensi dan kedalaman nafas abnormal

Faktor faktor yang berhubungan : ketidakseimbangan perfusi ventilasi perubahan membran kapiler-alveolar

peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat

  Memelihara kebersihan paru paru dan bebas dari tanda tanda distress pernafasan

  Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)

  Tanda tanda vital dalam rentang normal

memaksimalkan ventilasi          Identifikasi pasien perlunya

pemasangan alat jalan nafas buatan

          Pasang mayo bila perlu          Lakukan fisioterapi dada

jika perlu          Keluarkan sekret dengan

batuk atau suction          Auskultasi suara nafas,

catat adanya suara tambahan          Lakukan suction pada mayo          Berika bronkodilator bial

perlu          Barikan pelembab udara          Atur intake untuk cairan

mengoptimalkan keseimbangan.

          Monitor respirasi dan status O2

Respiratory Monitoring

          Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan usaha respirasi

          Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostal

          Monitor suara nafas, seperti dengkur

          Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot

          Catat lokasi trakea          Monitor kelelahan otot

diagfragma (gerakan paradoksis)

          Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak adanya ventilasi dan suara tambahan

Page 24: Asuhan Keperawatan Tuberkulosis Paru Aplikasi Nanda

          Tentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi crakles dan ronkhi pada jalan napas utama

          auskultasi suara paru setelah tindakan untuk mengetahui hasilnya

4 Kurang Pengetahuan

Definisi : Tidak adanya atau kurangnya informasi kognitif sehubungan dengan topic spesifik.

Batasan karakteristik : memverbalisasikan adanya masalah, ketidakakuratan mengikuti instruksi, perilaku tidak sesuai.

Faktor yang berhubungan : keterbatasan kognitif, interpretasi terhadap informasi yang salah, kurangnya keinginan untuk mencari informasi, tidak mengetahui sumber-sumber informasi.

NOC :   Kowlwdge : disease

process   Kowledge : health

Behavior

Kriteria Hasil :  Pasien dan keluarga

menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan

  Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar

  Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya

NIC :Teaching : disease Process

1.        Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifik

2.        Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.

3.        Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat

4.        Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat

5.        Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara yang tepat

6.        Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat

7.        Hindari harapan yang kosong

8.        Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat

9.        Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit

10.     Diskusikan pilihan terapi atau penanganan

11.     Dukung pasien untuk

Page 25: Asuhan Keperawatan Tuberkulosis Paru Aplikasi Nanda

mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan

12.     Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat

13.     Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas lokal, dengan cara yang tepat

14.     Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat

5 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Definisi : Intake nutrisi tidak cukup untuk keperluan metabolisme tubuh.

Batasan karakteristik : -    Berat badan 20 % atau

lebih di bawah ideal -    Dilaporkan adanya

intake makanan yang kurang dari RDA (Recomended Daily Allowance)

-    Membran mukosa dan konjungtiva pucat

-    Kelemahan otot yang digunakan untuk menelan/mengunyah

-    Luka, inflamasi pada rongga mulut

-    Mudah merasa kenyang, sesaat setelah mengunyah makanan

-    Dilaporkan atau fakta adanya kekurangan makanan

NOC :  Nutritional Status : food

and Fluid Intake

Kriteria Hasil :  Adanya peningkatan

berat badan sesuai dengan tujuan

  Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan

  Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi

  Tidak ada tanda tanda malnutrisi

  Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

NIC :Nutrition Management

   Kaji adanya alergi makanan   Kolaborasi dengan ahli gizi

untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.

   Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe

   Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C

   Berikan substansi gula   Yakinkan diet yang dimakan

mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi

   Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)

   Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.

   Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori

   Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi

   Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan

Page 26: Asuhan Keperawatan Tuberkulosis Paru Aplikasi Nanda

-    Dilaporkan adanya perubahan sensasi rasa

-    Perasaan ketidakmampuan untuk mengunyah makanan

-    Miskonsepsi -    Kehilangan BB dengan

makanan cukup -    Keengganan untuk

makan -    Kram pada abdomen -    Tonus otot jelek -    Nyeri abdominal dengan

atau tanpa patologi -    Kurang berminat

terhadap makanan-    Pembuluh darah kapiler

mulai rapuh -    Diare dan atau

steatorrhea -    Kehilangan rambut yang

cukup banyak (rontok) -    Suara usus hiperaktif-    Kurangnya informasi,

misinformasi

Faktor-faktor yang berhubungan : Ketidakmampuan pemasukan atau mencerna makanan atau mengabsorpsi zat-zat gizi berhubungan dengan faktor biologis, psikologis atau ekonomi.

Nutrition Monitoring   BB pasien dalam batas normal   Monitor adanya penurunan

berat badan   Monitor tipe dan jumlah

aktivitas yang biasa dilakukan   Monitor interaksi anak atau

orangtua selama makan   Monitor lingkungan selama

makan   Jadwalkan pengobatan  dan

tindakan tidak selama jam makan

   Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi

   Monitor turgor kulit   Monitor kekeringan, rambut

kusam, dan mudah patah   Monitor mual dan muntah   Monitor kadar albumin, total

protein, Hb, dan kadar Ht   Monitor makanan kesukaan   Monitor pertumbuhan dan

perkembangan   Monitor pucat, kemerahan, dan

kekeringan jaringan konjungtiva

   Monitor kalori dan intake nuntrisi

   Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oral.

   Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet

Hari Kamis, Maret 01, 2012 Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter