Trombosis Vena Dalam
-
Upload
yosheena-viswenaden -
Category
Documents
-
view
972 -
download
1
Transcript of Trombosis Vena Dalam
5/12/2018 Trombosis Vena Dalam - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/trombosis-vena-dalam 1/19
Trombosis Vena Dalam
Pendahuluan:
Patogenesis trombosis pada pembuluh darah (arteri dan vena) dapat diterangkan oleh
teori Virchow (1856), yaitu terdiri dari interaksi antara faktor trauma pada dinding pembuluh
darah (trauma pada endotel), faktor abnormalitas aliran darah, dan faktor abnormalitas darah
(gangguan keseimbangan fungsi koagulasi dan fungsi fibrinolitik). Semua faktor tersebut penting
pada pembentukan trombosis pada vena, walaupun sesungguhnya penyebab timbulnya trombosis
vena dalam ditentukan oleh multifaktor. Tidak dapat disangkal bahwa kebanyakan pembentukan
trombus vena berasal dari daerah dimana terdapat pelambatan aliran darah. Trombus pada vena
didasarkan atas aliran darah vena yang relatif lambat, kaya eritrosit dan fibrin, dengan sejumlah
kecil trombosit, karenanya disebut trombus merah (red thrombus). Bandingkanlah dengan
trombus putih (white thrombus) yang kaya trombosit yang biasanya terjadi pada lumen pembuluh
arteri. Proses terjadinya trombus diawali pada kantung-kantung katup atau pada daerah vena
yang menderita trauma.
Trombosis vena dalam dijumpai tersering didaerah vena cruris (vena daerah soleus),
kemudian berturut-turut pada V.Femoralis, V Iliaca communis dan Vena cava inferior. Lebih
sering terjadi pada tungkai kiri, yaitu berhubungan dengan tekanan (kompresi) pada V.Iliaca
communis kiri oleh A. Iliaca communis kanan (disebut sindroma May-Thurner).
Sekitar 80% kasus trombus menetap (tidak mengalami propagasi atau tidak merambat keproksimal) pada daerah cruris (trombosis vena dalam bagian distal) . Sedangkan pada 20% kasus
trombus merambat ( propagation) ke V.Poplitea, V.Femoralis, sampai V.Iliaca (trombosis vena
dalam bagian proksimal). Bila tidak diobati pada 10-20% kasus trombosis proksimal tersebut
akan mengalami emboli paru-paru.
Phlegmasia adalah keadaan trombosis vena iliaka-femoralis yang luas, ditandai
pembengkakan (pembengkakan akibat gangguan aliran vena dan limfe) ekstremitas inferior, dan
stasis pada vena-dalam tersebut dapat menimbulkan gangguan aliran arteri sehingga terjadi
tanda-tanda iskhemia pada kaki.
Phlegmasia alba dolens, adalah keadaan yang lebih ringan , yaitu tidak terjadi iskhemia,
fungsi saraf masih normal. Bila tidak segera ditangani dapat timbul gangren kaki yang merambat
ke proksimal. Phlegmasia cerulea dolens, adalah keadaan phlegmasia yang lebih berat ,
5/12/2018 Trombosis Vena Dalam - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/trombosis-vena-dalam 2/19
ditandai ekstremitas berwarna biru, bengkak, petechiae, bullae, insufisiensi arteri (iskemia),
gangguan saraf sensoris dan motoris pada bagian distal.
Faktor risiko:
Usia diatas 40 tahun. Varises tungkai
Kehamilan atau kadar estrogen tinggi. Penyakit mieloproliferatif.
Obesitas atau immobilitas lama. Hiperlipidemi.Penyakit jantung. Diabetes mellitus
Keganasan. Sindroma hemolitik-uremik.
Trauma. Purpura thrombotik-thrombositopeni.Sepsis. Antikoagulan lupus.
Hypercoagulable state. Homosistinuria
Pernah trombosis vena dalam atau emboli paru. Sindroma Cushing.
Cryofibrinogenemia Colitis ulcerativa.
Sindroma Behcet.
Pemeriksaan klinis :
Pemeriksaan fisik:
Pada pemerisaan fisik sering tidak ditemukan tanda-tanda klinis. Tanda klinis yang pertama kali
muncul adalah nyeri (50% kasus). Pembengkakan terjadi distal dari letak anatomis oklusi total
vena dalam, timbul dalam beberapa jam setelah oklusi total .
Phlegmasia alba dolens: palpasi denyut arteri kaki dan fungsi saraf sensoris dan motoris masih
normal, ekstremitas bengkak dan berwarna pucat.
Phlegmasia cerulea dolens: ekstremitas bengkak dan berwarna biru, sering dijumpai petechiae
dan bullae, perabaan nadi dan fungsi saraf mungkin masih normal pada awalnya tetapi akhirnya
cenderung menurun dan menghilang dimulai pada kaki. Bila oklusi vena dalam menetap, akan
terjadi tanda-tanda gangguan aliran darah pada arteri berupa iskhemia, nekrosis dan gangren.
Pemeriksaan radiologis:
1. Ascending venografi (invasif) merupakan gold standard untuk diagnosis thrombosis vena
dalam, walaupun membutuhkan fasilitas peralatan dan teknik pemeriksaan, dan timbulnyakomplikasi (nyeri, ekstravasasi zat kontras, dan thrombosis). Oleh karena alasan tersebut
maka untuk keperluan diagnosis saat ini berpindah pada penggunaan peralatan yang non-
invasif.
2. Impedance plethysmography:
5/12/2018 Trombosis Vena Dalam - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/trombosis-vena-dalam 3/19
Jenis pemeriksaan ini tergolong non-invasif, indirek, mengukur perubahan volume tungkai,
untuk mengukur thrombus pada popliteal atau arteri proksimal, bila dibandingkan dengan
ascending venografphy, memiliki spesifisitas 88%, sensitivity 92%, tetapi tidak akurat
untuk mendeteksi bekuan darah dibagian distal tungkai (vena betis).
3. Doppler ultrasonografi:
Walaupun teknik gelombang kontinyu (continuous-wave) ultrasonografi ini merupakan cara
termudah, murah, non-invasif, dan dibandingkan dengan ascending venography memiliki
specificity 88%, sensitivity 83%, tenik ini tidak baik untuk evaluasi trombosis yang
berulang/rekuren karena tidak dapat membedakan trombosis lama dengan yang baru pada
sindroma postrombotik.
4. Duplex scanning:
Teknik B-mode ultrasonografi ini mampu melihat aliran, gerakan katup, adanya bekuan
darah/thrombus, membedakan bekuan lama atau baru, perubahan dinding pada sistim vena.
Duplex scanning , adalah kombinasi dari real-time dan Doppler ultrasonografi, memiliki
angka spesifisitas 86-95%, sensitifitas 88-98% dalam mendeteksi trombosis vena dalam.
Walaupun demikian harus diingat hasil pemeriksaan Dupplex scanning tergantung
operatornya (operator dependent , hasil pemeriksaan seorang operator ahli dapat berbeda
dengan hasil operator ahli lainnya).
Sindroma hiperkoagulabilitas:
Kongenital: Didapat:
Defisiensi antitrombin III Sindroma antifosfolipid Defisiensi Protein C&S.
Defisiensi Protein C. Keganasan. Defisiensi antithrombin III.Defisiensi Protein S. Sepsis. Trauma/trauma panas.
Defisiensi heparin cofactor II. Kehamilan/estrogen. Trauma operasi besar.
Plasminogen abnormal. Diabetes.Fibrinogen abnormal. Vaskulitides.
Homosistinuria. Penyakit mieloproliferatif.
Hiperlipidemia. Heparin-induced thrombocytopenia.
Terapi :
Medikal:
Heparin:
Diberikan 5000-20.000 U (100-200 U/kgbb.) bolus intravena, diikuti infus intravena secara
kontinyu 600-2000 U heparin per jam selama 4-6 hari. Dosis heparin dipertahankan sesuai
5/12/2018 Trombosis Vena Dalam - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/trombosis-vena-dalam 4/19
dengan hasil pemeriksaan aPTT (activated thromboplastin time) minimal 1,5 X harga/nilai
kontrol untuk mencegah thromboembolisme rekuren. Heparin dihentikan setelah prothrombin
time minimal 1,5 X harga/nilai kontrol. Warfarin oral (induksi 10-15mg selama 2-3 hari sesuai
hasil pemeriksaan prothrombin time, kemudian dosis dipertahankan 2-10mg perhari; pemberian
warfarin dimulai pada hari ke2 – 3 pengobatan heparin) dilanjutkan sampai 3-6 bulan lamanya,
atau dapat sebagai alternatif adalah penyuntikkan diri sendiri dengan heparin 5000 U (1 cc)
subkutan sekali sehari selama 3-6 bulan. Bila cara pengobatan dilakukan dengan cara tersebut
maka kemungkinan trombosis rekuren hanya sekitar kurang dari 5%. Walaupun demikian
terdapat penelitian yang menunjukkan bahwa lebih dari 80% pasien trombosis vena dalam yang
diobati dengan heparin menderita ulkus stasis dalam waktu 4 -7 tahun kemudian. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa heparin dapat mengurangi thrombosis rekuren tetapi tidak dapat
mencegah kerusakkan dinding dan katup vena yang akan menimbulkan morbiditas pada jangka
panjang.
Komplikasi pemberian heparin adalah perdarahan dan trombositopeni. Periksalah jumlah
sel trombosit sebelum pemberian heparin. Perdarahan terjadi bila aPTT (activated partial
thromboplastin time) lebih dari 2-3 kali nilai kontrol untuk beberapa jam lamanya, tetapi
perdarahan lebih sering terjadi bila terdapat penyakit yang mendasarinya seperti uremia,
trombositopeni. Pada usia lanjut, terutama perempuan, mempunyai risiko lebih besar terjadi
perdarahan.Sindroma trombositopeni yang terjadi akibat pemberian heparin, yaitu disebut Heparin-
induced thrombocytopenia syndrome, bila ditemukan jumlah thrombosit darah <100.000/mm3,
sehingga dapat memudahkan terjadi perdarahan. Keadaan tersebut adalah suatu reaksi kepekaan
berlebih (idiosyncratic) terhadap heparin yang menimbulkan lebih sering reaksi trombosis dari
pada perdarahan. Reaksi tubuh ini dapat terjadi pada saat kedua kalinya atau kesekian kalinya
heparin disuntikkan (re-exposure) pada tubuh penderita, yaitu umumnya pada hari ke 2 sampai
hari ke15 (dimana heparin disuntikkan sekali sehari dan tidak tergantung dosisnya) setelah
pemberian heparin.
Kontraindikasi absolut pemberian heparin adalah pada perdarahan aktif, operasi bedah
saraf yang baru dialami, hipertensi maligna, perdarahan serebral/subarachnoid. Kontraindikasi
relatif adalah operasi yang baru dialami, perdarahan gastrointestinal, diatesis hemoragik dan
stroke yang baru terjadi.
5/12/2018 Trombosis Vena Dalam - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/trombosis-vena-dalam 5/19
Terapi trombolitik:
Kontraindikasi absolut: perdarahan aktif, lesi akibat trauma serebrovaskular yang baru
dialami, kelainan atau penyakit intrakranial yang mudah berdarah, pembedahan mata yang baru
dialami.
Kontraindikasi relatif: trauma atau pembedahan besar yang baru dialami, penyakit ulkus
peptikum aktif, hipertensi tak terkontrol, kehamilan, perdarahan pada retinopati diabetika.
Urokinase maupun streptokinase dapat menimbulkan lisis thrombus secara lengkap pada
penelitian yang dilakukan eksperimental maupun klinis. Kedua jenis obat tersebut dapat secara
efektif bekerja pada pasien yang menderita thromboemboli kurang dari 5-7 hari, tetapi hasil
terbaik pada pasien bergejala kurang dari 48 jam.
Streptokinase dan urokinase menimbulkan lisis tromboemboli pada sebanyak 26-57%
pasien. Pada kelompok pasien deep vein trombosis yang diberi antikoagulant dan trombolitik,
dijumpai hasil pada 4% pasien yang diberi anticoagulant terjadi lisis dan 82% pasien ternyata
thrombus tidak menghilang; sedangkan yang diberikan trombolitik terdapat 45% resolusi
trombus yang lengkap, dan 18% tidak lengkap.Teknik terbaru dalam pemberian trombolitik untuk menghancurkan penyumbatan
trombus pada daerah iliaka-femoral adalah dengan menyuntikkan cairan trombolitik, setelah
ujung kateter yang dimasukkan kedalam lumen A. Femoralis superfisialis berada didalam masa
trombus (catheter-directed thrombolysis), tetapi mengenai angka keberhasilannya masih
menunggu penelitian lebih lanjut. Komplikasi utama pada pemberian trombolitik adalah
perdarahan yang frekwensinya 2 - 5 kali lebih sering dibandingkan dengan pemberian heparin.
Mengingat hal tersebut maka heparin tetap merupakan the agent of choice untuk manajemen
tromboembolisme.
Terapi dengan teknik bedah:
Trombektomi vena daerah iliaka-femoral dilakukan bila pemberian obat-obatan tidak
berhasil. Jika dijumpai kontraindikasi pemberian antikoagulan atau trombolitik, dan
5/12/2018 Trombosis Vena Dalam - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/trombosis-vena-dalam 6/19
tromboemboli yang terjadi terus-menerus dari distal, maka dilakukan pemasangan saringan
(filter) dari Greenfield pada vena cava inferior yang berguna untuk menahan emboli.
Penyakit Buerger
Pendahuluan:
Penyakit ini disebut juga dengan nama tromboangiitis obliterans, yaitu tergolong
penyakit inflamasi yang non-aterosklerosis (inflammatory non-atherosclerotic). Pada umumnya
penyakit ini menyerang arteri berukuran sedang dan kecil serta vena pada ekstremitas. Penyakit
ini berhubungan erat dengan kebiasaan merokok. Di RSU Dr.Hasan Sadikin penderita penyakit
Buerger yang tercatat datang berobat adalah sebanyak 44 orang dalam periode 5 tahun, antara
1986 sampai dengan 1991 (Wahid, Yuwono 1991); 22 orang dalam periode 8 tahun, antara 1993
sampai dengan April 1996; 51 orang dalam periode 1997 sampai dengan 2001 (Ismail 2002).
Umumnya berusia umumnya dibawah 50 tahun, dengan diantaranya terdapat penderita yang
berusia dibawah 20 tahun. Jumlah mayoritas penderitanya adalah pria, sedangkan penderita
perempuan hanya ditemukan 1 atau 2 orang saja dalam setiap periode penelitian. Hampir seluruh
penderita datang berobat setelah terdapat luka iskhemi pada ujung jari kakinya, yaitu nekrosis
pada jaringan lunak jari kaki atau gangren. Luka pada penyakit Buerger lebih sering dijumpai
pada kaki, sedangkan pada jari tangan sangat jarang dijumpai. Hal tersebut dapat diterangkankarena kaki yang iskhemi lebih mudah mengalami trauma benturan (misalnya tertendang
sesuatu, menginjak benda tajam) pada saat berjalan. Penderita penyakit Buerger yang datang
untuk berobat pada umumnya berasal dari golongan ekonomi lemah.
Penyakit inflamasi arteri lainnya, yaitu arteritis Takayasu, akan dibicarakan pada Bab
selanjutnya.
Ciri diagnosis penyakit Buerger:
Onset penyakit biasanya pada usia muda atau sebelum berusia 45-50 tahun, walaupun
dapat pula dijumpai pada usia yang lebih tua.
Iskhemi pada ekstremitas inferior atau superior khususnya di bagian distal. Seringkali
dijumpai pulsasi arteri di bagian distal yang menghilang sehingga menimbulkan nekrosis
jaringan atau bahkan dapat terjadi gangren pada jari.
5/12/2018 Trombosis Vena Dalam - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/trombosis-vena-dalam 7/19
Kebiasaan merokok merupakan faktor risiko tunggal yang menimbulkan penyakit ini, dan
tidak dijumpai faktor risiko lainnya seperti peninggian kadar lemak, peninggian kadar
sakar darah, atau hypercoagulable state . Bila kebiasaan merokok disertai dengan faktor
risiko lain seperti misalnya peninggian kadar lemak, maka penyakit ini tidak dapat
disebut penyakit Buerger melainkan harus disebut aterosklerosis. Demikian pula bila
pada penderita yang perokok tersebut dijumpai peninggian kadar sakar darah, maka
penyakitnya harus dinyatakan sebagai Diabetes mellitus.
Jenis kelamin penderita mayoritas pria. Jumlah penderita wanita sangat jarang ditemukan.
Biasanya diawali dengan gejala-gejala dari sindroma Raynaud.
Tromboflebitis superfisialis migrans, adalah peradangan pada suatu segmen vena
superfisial di ekstremitas yang berpindah setelah sembuh dari peradangannya secara
spontan ke segmen vena lainnya. Fase akut dari peradangan terjadi selama 2-3 minggu
pertama dengan gambaran segmen vena yang menderita berwarna merah gelap, dan nyeri
pada perabaan. Setelah lebih dari 2-3 minggu nyeri menjadi berkurang atau menghilang,
warna segmen vena yang semula meradang tersebut menjadi lebih gelap, tetapi biasanya
pembuluh vena tersebut masih teraba mengeras seperti kawat.
Penyakit ini dapat diderita oleh perokok pasif (perokok pasif yaitu seseorang yang
tanpa disengaja sering menghisap asap rokok dari lingkungan dekatnya yang terdiri dari orang-
orang yang memiliki kebiasaan merokok). Walaupun seorang perokok pasif dapat menderita
penyakit Buerger, tetapi biasanya dengan gejala yang jauh lebih ringan (pegal/nyeri otot atau
akral terasa dingin) dibandingkan dengan seorang perokok berat. Penyakit Buerger dapat
muncul saat penderita telah berusia lebih tua dari 50 tahun, walaupun kejadian tersebut lebih
jarang dijumpai. Penderita penyakit Buerger yang berjenis kelamin wanita lebih jarang
ditemukan, biasanya memiliki gejala penyakit yang relatif lebih ringan dibandingkan dengan
penderita pria.
Telah diketahui bahwa jumlah orang yang memiliki kebiasaan merokok cukup besar
jumlahnya didalam masyarakat Indonesia. Sedangkan penderita penyakit Buerger berjumlah
relatif kecil. Timbul pertanyaan: mengapa penyakit Buerger tidak selalu menimpa para pecandu
rokok dan yang tidak memiliki faktor risiko lainnya kecuali merokok ? Hasil penelitian dibawah
ini mengindikasikan kemungkinan terdapat predisposisi genetik yang mengawali munculnya
penyakit Buerger tersebut.
5/12/2018 Trombosis Vena Dalam - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/trombosis-vena-dalam 8/19
Pada penelitian karyotipe dari sampel darah 10 penderita (Yuwono HS, Yatim W. 1999)
di Bandung, ditemukan aberasi primer yang sama yaitu t(2;6)(q33;q24) dan aberasi sekunder
yang bervariasi. Pemeriksaan tissue typing penderita penyakit Buerger di Inggris oleh
McLaughlin pada tahun1976 menghasilkan mayoritas penderita memiliki HLA-A9 dan HLA-B5.
Pemeriksaan yang sama di Jepang oleh Ohtawa pada tahun 1974 menghasilkan HLA-A9, BW10;
sedangkan Numano 1986 menemukan HLA-AW24, HLA-Bw40, HLA-Bw54, HLA-Cw1, HLA-
DR2 dan yang tersering ditemukan adalah HLA-Bw54-DR2 (Shionoya 1990) pada para
penderita penyakit Buerger.
Pengobatan:
Penderita harus segera menghentikan kebiasaan merokok dan selanjutnya dilarang untuk
merokok kembali dan menghindarkan diri pula sebagai perokok pasif, karena menghisap
asap rokok akan berpengaruh menimbulkan progresifitas penyakit atau kekambuhan.
Perfusi jaringan yang menderita iskhemia di ekstremitas bagian distal harus diperbaiki
lebih dahulu dengan pemberian obat-obatan vasodilator dan antiaggregasi trombosit,
sebelum dilakukan operasi amputasi, sehingga garis batas (level) amputasi dapat
diusahakan sedistal mungkin. Tetapi bila sudah terjadi sepsis yang mengancam jiwaakibat infeksi berat didaerah iskhemia, dan perbaikan perfusi jaringan di bagian distal
tidak memungkinkan, maka amputasi harus dilakukan secepatnya (amputasi cito).
Amputasi harus cepat dilakukan mengingat bahaya jaringan yang nekrosis menghasilkan
toksin, oksidator-oksidator yang masuk kedalam tubuh melalui aliran darah vena yang
mendrenase jaringan tersebut, sehingga dapat menimbulkan kerusakan ginjal dan organ
lainnya.
Contoh jenis obat-obatan adalah: 1) Alprostadil, adalah sejenis Prostaglandine-E1 yang
diberikan secara parenteral, berbentuk serbuk berwarna putih yang memiliki efek sebagai
vasodilator dan antiagregasi trombosit, yang diberikan dengan dosis untuk orang dewasa :
sehari 1 kali 10 - 20 g dilarutkan ke dalam 10 ml NaCl dalam semprit untuk disuntikkan
intravena secara perlahan-lahan (minimum selama 10 menit) sebanyak minimum 21 hari
5/12/2018 Trombosis Vena Dalam - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/trombosis-vena-dalam 9/19
(3 minggu) berturut-turut ; 2) Cilostazol, yaitu berupa tablet kecil berwarna putih yang
memiliki efek sebagai antiaggregasi trombosit dan vasodilator. Dosis untuk orang dewasa:
sehari 3 kali 1 tablet 50 mg yang diberikan selama 3-6 bulan (bila terdapat keluhan sakit
kepala setelah memakan obat ini, dosis dapat diturunkan atau diganti dengan obat
vasodilator lainnya); dipyridamole, tablet 25 mg, 50 mg dan 75 mg, dosis sehari 3 kali 50-
75 mg. Dipyridamol memiliki efek vasodilator, dan dapat diberikan bersama tablet asam
salisilat (antikoagulan). Dengan pemberian obat-obatan diatas diharapkan pembuluh arteri
kolateral akan terbuka dan aliran darah ke distal akan bertambah, sehingga mampu
mengurangi iskemia dan keluhan nyeri akan berkurang atau menghilang, luka akan
menjadi cepat kering, menutup dan sembuh. Pada penelitian dapat ditemukan perubahan
tekanan sistolik A.Dorsalis pedis dan atau A.Tibialis posterior yang meningkat secara
nyata setelah pemberian Alprostadil secara intravena setiap hari selama minimum 3
minggu, atau setelah pemberian tablet Cilostazol selama minimum 4-6 minggu.
Terdapat indikasi untuk melakukan tindakan operasi bedah rekonstruksi pada arteri, bila pada
gambar arteriografi, tampak arteri yang tersumbat ( proximal run-in), sedangkan arteri bagian
distal masih ada yang cukup terisi cairan kontras (distal run-off ) oleh pembuluh-pembuluh
kolateral yang masih terbuka. Bahan pembuluh darah untuk tindakan operasi bedah
rekonstruksi (graft untuk operasi by pass) adalah dari pembuluh vena (V.Saphena magna sisiyang sehat) atau bila kualitas pembuluh vena tidak ada yang baik (varises), diperlukan
protesa pembuluh darah ( polytetrafluoroethylene disingkat PTFE). Pada penyakit Buerger,
jarang dijumpai distal run-off yang memadai untuk tindakan operasi by-pass, karena pada
penyakit ini pembuluh kolateral yang tampak pada arteriografi biasanya sangat sedikit,
sehingga tidak cukup aliran darah untuk mengisi pembuluh darah arteri dibagian distal yang
tidak mengalami trombosis.
Menentukan batas (level) amputasi pada ekstremitas inferior dengan pemeriksaan fisik:
1. Meraba (palpasi) denyutan arteri. Pada kasus iskhemia berat dengan gangren jempol
kaki kiri: bila nadi tak teraba, periksalah tekanan sistolik A.Dorsalis pedis dan A.Tibialis
posterior pada pergelangan kaki dengan bantuan alat doppler.
Bila tekanan sistolik di pergelangan kaki kurang dari 35 mmhg pada saat dilakukan
5/12/2018 Trombosis Vena Dalam - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/trombosis-vena-dalam 10/19
amputasi digiti, maka akan mengakibatkan luka amputasi tersebut tidak dapat sembuh,
karena daerah luka tersebut masih mengalami iskhemi berat. Selanjutnya periksalah
A.Poplitea, bila dengan palpasi teraba denyutan dengan jelas, maka amputasi yang akan
dilakukan adalah dibawah lutut (below knee amputation), yaitu bila akan dilakukan
amputasi segera dan tanpa melalui masa pemberian obat vasodilator lebih dahulu.
Keputusan tersebut dilakukan karena keadaan jaringan kaki yang tidak dapat
diselamatkan lagi oleh adanya infeksi berat yang menimbulkan sepsis. Pada batas
tersebut aliran darah masih cukup baik untuk penyembuhan luka operasi amputasi.
Bila A.Poplitea di fossa poplitea tidak teraba, tetapi A. Femoralis communis di inguinal
teraba dengan jelas, maka batas amputasi adalah diatas lutut (pada paha, above knee
amputation), yaitu apabila dengan bantuan alat Doppler didapatkan tekanan sistolik
pada A.Poplitea 35mmHg.
Gambar 3.1. Arteriografi A.Femoralis kanan dari penderita penyakit Buerger. Setelah pemberian PGE1
intravena 21 kali (20 µgram sekali sehari) terjadi perbaikan kolateral yang nyata. Keterangan: A1-
menunjukkan ujung dari arteri Femoralis yang tersumbat, dan A2-ujung dari arteri Poplitea yang masih terisi darah; B-menunjukkan pengisian cairan kontras pada pembuluh arteri yang menghubungkan A1 dan A2.
Operasi simpatektomi lumbal dilakukan untuk membuang ganglion simpatis segmen Lumbal
ke-2 dan Lumbal ke-3. Kerugiannya: vasodilatasi hanya timbul pada kulit dermatom segmen
Lumbal ke-2 dan ke-3, tetapi tidak terbukti menimbulkan vasodilatasi arteri pada otot.
Pengaruh vasodilatasi akibat simpatektomi lumbal akan terhambat secara fisiologis oleh
ORGANISASI
SISWA
INTRA
SEKOLAH
SMU NEGERI
8 BANDUNG
Jalan SolontonganNo.3 Buahbatu
No :
B
A2
A1
5/12/2018 Trombosis Vena Dalam - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/trombosis-vena-dalam 11/19
adanya epinephrin (simpatomimetik, menimbulkan vasokonstriksi) yang beredar didalam
darah, sehingga dapat mengakibatkan vasodilatasi hanya berlangsung pendek (< 6 bulan).
Perlu diketahui pula bahwa simpatektomi merupakan tindakan operatif (prosedur yang
invasif). Indikasi simpatektomi lumbal adalah : 1) Indeks ankle-brachial (perbandingan
tekanan sistolik arteri pada pergelangan kaki dan tekanan sistolik pada A.Brachialis) > 0,3 ;
2)tidak dijumpai gangguan neropati ;3)ulkus superfisial atau gangren kulit berukuran kecil
yang terbatas pada sebuah jari; 4) tidak dijumpai infeksi jaringan yang luas dan dalam.
Mengingat keterbatasan indikasi tersebut pada masa kini tindakan simpatektomi lumbal
selain sangat selektif, juga sudah jarang dikerjakan. Belakangan ini teknik simpatektomi atau
blok ganglion saraf simpatik mulai diperkenalkan menggunakan teknik
laparoskopi/endoskopi (minimally invasive surgery) dengan menggunakan injeksi alkohol
absolut.
Bandingkanlah tindakan simpatektomi tersebut dengan pemberian obat vasodilator
Prostaglandin-E1, yang diberikan melalui intravena, yang telah terbukti menimbulkan
vasodilatasi arteri pada jaringan otot dan kulit yang berlangsung selama 6 bulan (Gruss 1996)
bila diberikan dengan dosis sekali sehari selama tiga minggu berturut-turut. Setelah
pemberian PGE1 intravena, dapat dilanjutkan dengan tablet Cilostazol selama 3-6 bulan terus
menerus untuk mempertahankan perfusi jaringan yang sudah terjadi, atau diberikan dalam
waktu yang bersamaan dengan Prostaglandin-E1 karena efeknya yang saling menunjang(sinergis).
Protese tungkai bawah dapat digunakan setelah 4 - 8 minggu pasca amputasi setelah luka
sembuh, didahului latihan menggunakan protese, dengan bekerja sama dengan Bagian
Rehabilitasi Medik .
Perawatan luka iskemik di ruang rawat-inap: tidak boleh melakukan pembersihan luka atau
nekrotomi, karena akan menimbulkan nyeri pada waktu dilakukan manipulasi pada luka
walaupun telah diberikan analgetika sebelumnya. Harus diingat bahwa penderita dengan luka
iskemik (klasifikasi Fountaine derajat IV), akan mengalami kesulitan tidur akibat nyeri yang
amat sangat yang akan dialaminya terus-menerus selama belum ada perbaikan perfusi
jaringan iskemik. Luka iskemik tersebut cukup dilapisi salep antibakteri yang tidak
merangsang (tidak nyeri) dan ditutup dengan kasa steril. Manipulasi pada luka iskemik akan
5/12/2018 Trombosis Vena Dalam - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/trombosis-vena-dalam 12/19
menimbulkan nyeri yang traumatis pada penderitanya, sehingga menimbulkan rasa takut
setiap akan mengganti kasa pembalut.
Gambar 3.2. Lesi gangren jari ke-2 sampai dengan jari ke-5 pada kaki kiri seorang penderita
penyakit Buerger.
3.4.Tirotoksikosis pada penderita thromboangiitis obliterans.
Beberapa penderita penyakit Buerger di RSU Dr. Hasan Sadikin ditemukan dengan tanda-tanda
tirotoksikosis (pembesaran kelenjar, kadar TSH yang lebih rendahdari normal, T3 dan T4 yangmeninggi). Penelitian mengenai pengaruh kebiasaan merokok terhadap fungsi kelenjar tiroid
dan prevalensi penyakit tiroid telah dilakukan pada 2 kelompok kohort, terdiri dari lelaki dan
perempuan di Swedia. Peserta yang diteliti terdiri dari 1555 orang perokok, 1048 orang yang
pernah perokok (ex-smokers), 1497 orang bukan perokok (non-smokers). Hasilnya
menunjukkan konsentrasi TSH serum yang rendah pada kelompok perokok, yang secara
statistik nyata dibandingkan dengan konsentrasi TSH kelompok ex-smoker (p=0,05) dan non-
smoker (p=0,001), tetapi tidak menunjukkan perbedaan nyata pada nilai konsentrasi T3 serum.
Prevalensi non-toxic goitre dan toxic diffuse goitre meninggi secara nyata (p=0.005) pada
kelompok perokok perempuan dibandingkan kelompok perempuan bukan perokok (p=0,04).
Peneliti menyatakan hipotesanya bahwa peninggian aktivitas simpatis pada perokok dapat
merangsang pembentukkan tirotoksikosis pada individu yang telah memiliki predisposisi.
Selain itu gangguan imunologik akibat merokok merupakan kemungkinan lainnya
Gangren digiti
5/12/2018 Trombosis Vena Dalam - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/trombosis-vena-dalam 13/19
(Ericsson,Lindgärde 1991). Mekanisme kejadian tersebut secara skematik dapat dilihat pada
Bagan 1.1 dibawah ini.
Bagan 3.1:
Kebiasaan merokok (khususnya perokok berat) meningkatkan aktivitas simpatis dan
mengganggu sistim immunitas khususnya pada pasien yang memiliki predisposisi genetik.
Akan muncul Immunoglobulin-G yaitu Long Acting Thyroid Stimulator (LATS) yangmerangsang hiperplasia kelenjar tiroid dan tirotoksikosis
Tirotoksikosis menimbulkan rangsang simpatis/adrenergik yang selanjutnya akan
menimbulkan vasokonstriksi arteri sehingga memperberat iskhemia.
Rangsang
simpatis .
Vasokonstriksi arteri kecil dan medium akan menimbulkan gangguan perfusi, iskhemia, rest
pain , nekrosis, dan gangren.
Luka iskhemik tersebut menimbulkan gangguan sukar tidur akibat nyeri (rest pain) sehingga
merupakan ketegangan (stress) yang memperberat gangguan metabolisme tubuh,
dan dalam jangka panjang dapat menurunkan daya tahan tubuhserta memudahkan terjadi infeksi berat (sepsis).
Tindakan operasi yang dilakukan dalam keadaan struma toksis dapat menimbulkan
serangan krisis tiroid. Mortalitas thyroid crisis adalah sekitar 10-20% (terutama pada penyakit
Graves), tetapi dengan perawatan yang adekwat mortalitas tirotoksikosis pada saat ini telah
mampu dicegah atau ditekan serendah mungkin. Tanda-tanda serangan tirotoksikosis: demam
tinggi dapat cepat mencapai 39 derajat Celsius, keringat yang banyak, mual-mual dan muntah-
muntah, nyeri perut, delirium, apatis, stupor, coma, dehidrasi, tahikardia, kegagalan fungsi
jantung, hipotensi. Penemuan tanda-tanda krisis tidak boleh menunggu penegasan dari hasil
fungsi tiroid ( Kim Lyerly, 1990).
5/12/2018 Trombosis Vena Dalam - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/trombosis-vena-dalam 14/19
Kaki Diabetes
Pendahuluan:
Infeksi pada kaki penderita diabetes merupakan penyebab morbiditas terpenting yang sering
dijumpai di klinik-klinik umum dan merupakan indikasi untuk rawat-inap, karena penyembuhan
luka tergantung pada perbaikan kadar sakar darahnya. Kaki adalah bagian tubuh yang tersering
terkena trauma (seperti terantuk benda keras, terinjak benda tajam). Pada penderita diabetes
trauma tersebut dapat disusul terjadinya luka dan menimbulkan komplikasi infeksi sulit sembuh,
sehingga membutuhkan perawatan yang lama. Infeksi luka pada kaki penderita diabetes mellitus
disebut sebagai kaki diabetes. Hasil penelitian retrospektif selama setahun (2001) menunjukkan
angka jumlah penderita kaki diabetes yang dirawat inap di RSU Dr.Hasan Sadikin adalah
sebanyak 66 orang atau 44,2% dari seluruh penderita diabetes mellitus yang dirawat inap (Nurul
2002). Sering luka pada kaki menjadi sulit sembuh dan bahkan akhirnya harus dilakukan
tindakan operasi memotong (amputasi) bagian dari jari, kaki atau tungkai penderita, akibat dari
kerusakan jaringan yang tidak dapat diselamatkan dan membahayakan nyawa penderita oleh
adanya bakteri patogen dalam darah (sepsis) yang berasal dari infeksi kaki diabetes. Penderita
diabetes memiliki risiko menderita ulkus yang terinfeksi jauh lebih tinggi dibandingkan pada
penderita non-diabetes, dan diabetes merupakan penyebab dari 50% kasus amputasi kaki pada
kelompok kasus non-trauma. Lebih dari 2/3 bagian dari seluruh kasus amputasi disebabkan oleh
penyakit kaki diabetes (LoGerfo,1995).
Ciri diagnosis:
Tanda-tanda diabetes mellitus.
Infeksi pada ulkus pada kaki yang sukar sembuh.
Tanda-tanda iskhemi dan neropati.
Patogenesis:
Akibat peninggian abnormal kadar gula darah yang khronik akan terjadi proses non-ensimatik
glikosilasi (non-enzymatic glycosylation atau glycation, yaitu penggabungan glukosa dengan
protein dalam lingkungan kadar glukosa yang tinggi tanpa bantuan ensim) protein dalam bentuk
advanced glycation end products (AGE). Proses tersebut akan menghasilkan radikal bebas yang
selanjutnya akan menimbulkan dampak pada percepatan aterosklerosis (makroangiopati) dan
5/12/2018 Trombosis Vena Dalam - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/trombosis-vena-dalam 15/19
mikroangiopati yang merupakan perubahan-perubahan patologis yang biasa ditemukan pada
penderita penyakit diabetes mellitus yang menimbulkan gangguan fungsi (disfungsi) sel endotel
pembuluh darah (LoGerfo,1995; Bouskela, Bottino, Tavares 2003). Kecepatan pembentukan
radikal bebas sangat tergantung pada kecepatan terjadinya proses glikosilasi protein. (Jennings
and Belch 2000)
Terdapat 3 gejala patologis yang bekerja saling berinteraksi bersama secara kompleks dan
jarang sekali muncul sendirian, yaitu : (1) neuropati, (2) infeksi, (3) iskhemia. Penyebab dari
iskemia pada kaki diabetik adalah oklusi arteri akibat gangguan aterosklerosis. Proses terjadinya
gangguan aterosklerosis lebih cepat dan lebih berat pada penderita diabetes dibandingkan dengan
penderita aterosklerosis non-diabetes. Infark miokardium yang disebabkan aterosklerosis pada
arteri Coronaria merupakan penyebab kematian yang tersering. Gangren pada kaki lebih sering
timbul hampir 100 kali dibandingkan pada populasi penderita non-diabetes. Dijumpai
peningkatan adesi trombosit kepada lapisan endotel pembuluh arteri, yang mungkin disebabkan
oleh peningkatan sintesa tromboxan-A2 dan penurunan produksi prostasiklin ( prostacycline).
Selain bahwa hipertensi, yang sering dijumpai pada penderita diabetes, merupakan faktor risiko
aterosklerosis. Semua jenis ukuran arteri akan dikenai oleh proses aterosklerosis tersebut. Lokasi
anatomik oklusi arteri pada diabetes menurut hasil penelitian prospektif dari Strandness dan
Conrad adalah biasanya menyangkut arteri bagian distal dari arteri Poplitea dan arteri Tibialis.
Selain itu hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa walaupun sering dijumpai oklusi padaarteri Tibialis dan arteri Peroneus , tetapi lebih jarang dijumpai oklusi arteri pada kaki terutama
arteri dorsalis pedis sebagai outflow (atau disebut distal run-off , yaitu pembuluh darah yang
menerima aliran darah dari protesa pembuluh) untuk operasi bedah pintas (by pass) . Hasil-hasil
tersebut diperkuat oleh hasil penelitian arteriografi dari Menzoian pada tahun 1989. Pada
penderita diabetes, terutama yang bukan perokok sering dijumpai arteri Femoralis superfisialis
atau arteri Poplitea yang tidak tersumbat, sehingga arteri tersebut dapat digunakan sebagai
inflow (arteri proksimal) yang mengalirkan darah ke distal (outflow) melalui pembuluh darah
pengganti (graft , dapat berupa vena Saphena magna atau sejenisnya atau pembuluh darah
buatan) pada tindakan operasi rekonstruksi arteri. Pada percabangan arteri Tibialis, termasuk
pembuluh arteri arkus pedis dan metatarsal, umumnya dijumpai peningkatan kalsifikasi disekitar
lamina elastika interna, tetapi keadaan ini seringkali tidak menimbulkan oklusi (LoGerfo,1995).
5/12/2018 Trombosis Vena Dalam - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/trombosis-vena-dalam 16/19
Mikrosirkulasi:
Hasil penelitian prospektif dengan menggunakan mikroskop elektron , pengukuran tahanan
pembuluh kapilar (vascular resistance), dan pengukuran menggunakan alat pletismograf
( plethysmograph, alat yang dapat mengukur perubahan volume suatu organ), ternyata tidak
dijumpai adanya proses oklusi pada arteriola atau kapilar. Pengertian adanya oklusi ditingkat
mikrosirkulasi pada penderita diabetes akan berdampak menurunkan usaha untuk melakukan
tindakan rekonstruksi arteri. Mikroangiopati pada penderita diabetes mellitus adalah adanya
penebalan yang difus pada membrana basalis pembuluh kapilar yang antara lain ditemukan pada
kapilar kulit, kapilar otot skelet, kapilar retina dan kapilar glomeruli dan medula ginjal. Tetapi
penebalan tersebut tidak menimbulkan penyempitan (stenosis) lumen. Walaupun terjadi
penebalan membrana basalis, kapilar penderita diabetes lebih mudah mengalami kebocoran
albumin plasma, meski tidak terbukti kebocoran protein plasma tersebut mengakibatkan
gangguan nutrisi. Penebalan membrana basalis tersebut tampak dibawah mikroskop dengan
ditandai oleh penebalan lapisan hialin. Gangguan pengangkutan oksigen barulah terjadi bila
terdapat pertumbuhan hipertrofi lapisan sel endotel yang akan menimbulkan penyempitan lumen
arteri sehingga menghambat aliran darah ke distal(Crawford dan Cotran 1999).
Neropati:
Komplikasi tersering adalah polineropati pada sistim persarafan otonom dan somatis.Adanya gangguan persarafan otonom akan menimbulkan aliran darah melalui hubungan
langsung antara arteriola dan venula (arterio-venous shunt atau hubungan pendek dari arteriola
ke venula menyebabkan aliran darah tidak memasuki kapilar), mengakibatkan gangguan perfusi
jaringan menjadi tidak efisien.
Neropati dapat terjadi bersama-sama dengan iskhemi. Tindakan operasi rekonstruksi
arteri yang tersumbat harus dilakukan untuk memperbaiki perfusi jaringan bagian distal yang
mengalami iskhemi, walaupun mungkin tidak dapat memperbaiki neropati yang sudah terjadi
(kerusakan sel saraf tepi yang permanen), tetapi dapat membantu memberikan kesembuhan pada
jaringan yang iskhemik. Penyebab kerusakan persarafan tepi diduga disebabkan oleh
penyumbatan (oklusi) vasa vasorum yang mengurus serabut saraf, sehingga dapat mengganggu
saraf sensorik (sensorik lebih dahulu menderita gangguan) maupun motorik. Pada serabut saraf
tepi yang terganggu akan terjadi keadaan bahwa semakin kearah distal tungkai semakin berat
5/12/2018 Trombosis Vena Dalam - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/trombosis-vena-dalam 17/19
kerusakannya, yaitu berupa proses demielinisasi segmental yang terjadi akibat terganggunya
metabolisme sel Schwann. Keadaan tersebut menimbulkan melambatnya kecepatan konduksi
pada saraf. Gangguan neropati yang terjadi biasanya berkembang lambat dengan diawali gejala
kejang otot pada malam hari dan parestesia, kemudian berlanjut dengan gangguan sensasi getar,
gangguan persepsi perabaan halus dan nyeri, dan akhirnya kehilangan refleks tendon. Keadaan
tersebut akan menimbulkan kelemahan mekanisme pertahanan tubuh, yaitu menghilangnya
reaksi terhadap rangsang nyeri, trauma tekanan dan trauma minor lainnya. Sehingga karena
tubuh tidak mengenal rangsang dari trauma tersebut akan memudahkan timbulnya ulkus dan
infeksi tanpa disadari penderita. Neropati motorik akan menimbulkan gangguan fungsi otot-otot
intrinsik kaki, selanjutnya akan melemahkan reaksi terhadap rangsang tekanan pada telapak kaki,
sehingga menimbulkan gangguan keseimbangan fungsi fleksi metatarsal (claw position, yaitu
akibat dari persendian tulang-tulang kecil pada kaki yang menjadi kaku dan otot-otot kaki yang
mengecil dan berkerut, sehingga telapak kaki menjadi melengkung) dan fungsi fleksi dan
ekstensi jari kaki menjadi kaku, sehingga memudahkan timbul ulkus. Pada tingkat lebih lanjut,
akan terjadi kegagalan fungsi sendi antara tulang metatarsalia dan tarsalia, akhirnya
menimbulkan kerusakan tulang pergelangan kaki (ankle) yang terjadi tanpa luka. Kondisi kaki
tersebut dinamai sebagai kaki Charcot (Charcot osteoarthropathy).
Penemuan klinis:Infeksi jaringan lunak.
Bakteri yang berkembang pada infeksi kaki diabetes sering bersifat polimikrobial. Seperti yang
telah dijelaskan dimuka bahwa trauma yang terjadi tidak menimbulkan rasa nyeri, karena
kehilangan refleks nyeri, reaksi inflamasi (nyeri, eritema, indurasi, pembengkakan) menjadi
tumpul, akibat proses neropati. Akibat infeksi yang terlambat ditangani akan menimbulkan
kerusakan jaringan yang berat, sehingga sering harus dilakukan amputasi jari kaki. Kultur
bakteri yang berasal dari cairan nanah pada luka infeksi harus dilakukan disertai pemeriksaan
kepekaan bakteri terhadap antibiotika. Sebelum dilakukan kultur, antibiotika yang berspektrum
luas harus diberikan sejak awal, dan selanjutnya berdasarkan hasil kultur dan tes resistensi.
5/12/2018 Trombosis Vena Dalam - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/trombosis-vena-dalam 18/19
Osteomielitis.
Penderita diabetes mellitus terancam infeksi tulang oleh bakteri yang masuk melalui luka pada
kulit atau ulkus. Infeksi pada tulang dapat diawali oleh infeksi pada permukaan kartilago sendi
yang avaskular atau pada tulang-tulang sesamoid. Diagnosis osteomielitis dilakukan dengan foto
sinar X.
Iskhemi.
Nekrosis kulit terjadi akibat penurunan perfusi jaringan yang bersifat lokal maupun sistemis
akibat trauma tekanan (claw foot) sebagai konsekwensi dari gangguan sensibilitas dan
berkurangnya reaksi aktivitas bakterisidal lekosit terhadap inflamasi akibat peninggian kadar
gula darah, mikrosirkulasi yang terganggu pada daerah tekanan. Keadaan tersebut memperburuk
daya pertahanan tubuh penderita kaki diabetes. Pada daerah yang tidak mengalami neropati
tekanan oksigen (transcutaneous PO2 diperiksa dengan cara menempelkan transducer khusus
pada permukaan kulit ) pada kapilar kulit lebih tinggi pada penderita diabetes mellitus
dibandingkan dengan penderita non-diabetes.
Ulkus yang letaknya superfisial pada penderita kaki diabetes akan sembuh bila tekanan O2
kapilar paling sedikit sama dengan orang non-diabetes. Sebaliknya pada ulkus yang dalam dan
mencapai tulang disertai infeksi, biasanya keadaan mekanisme pertahanan tubuhnya rendah,
membutuhkan perbaikkan perfusi jaringan melalui operasi rekonstruksi arteri untuk penyembuhannya.
Klasifikasi diagnosis tingkat kedalaman luka pada kaki diabetes:
Tabel 9.1. Klasifikasi Wagner untuk kaki diabetes.
Derajat Luka Abses Selulitis osteomielitis gangren
0
1
2
-
Permukaan.
Dalam:
mencapaitendo atau
tulang.
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
5/12/2018 Trombosis Vena Dalam - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/trombosis-vena-dalam 19/19
Terapi:
Perfusi jaringan perlu diperbaiki melalui tindakan operasi rekonstruksi arteri. Seringkali
dilakukan operasi bedah pintas dengan menggunakan vena Saphena magna (berasal dari tungkai
sisi lainnya yang tidak menderita infeksi) yang menghubungkan antara arteri Femoralis
superfisialis (sebagai inflow) ke segmen arteri Poplitea (berlaku sebagai outflow atau distal run-
off ), atau dapat pula ke arteri Tibialis atau ke arteri Dorsum pedis sesuai dengan data hasil
pemeriksaan arteriografi. Perbaikan perfusi jaringan dapat memperbaiki nyeri menetap padawaktu istirahat (rest pain), menyembuhkan ulkus superfisialis yang belum kerusakan pada
tulang, sendi atau tendon. Penelitian menunjukkan bahwa hasil bedah pintas ke arteri dorsalis
pedis (femoro-dorsalis pedis by pass) memiliki angka keberhasilan ( patency and limb salvage
rate) yang sama dengan bila disambungkan ke arteri Poplitea atau ke arteri Tibialis (femoro-
poplitea atau femoro-tibialis by pass). Angka keberhasilan operasi rekonstruksi arteri dan angka
mortalitas pada penderita diabetes adalah sama atau dapat lebih baik dibandingkan pada
penderita non-diabetes.
3
4
5
Dalam
Dalam
Gangren
+
+ atau –
+ atau -
+ atau –
+ atau –
+ atau -
+ atau –
+ atau –
+ atau -
_
Jari kaki.
Seluruh
kaki.