TRIGGER5 PENELUSURAN1
description
Transcript of TRIGGER5 PENELUSURAN1
Definisi dari PIKUN adalah terus menurunnya kemampuan berpikir secara drastis, akibat menurunnya fungsi jaringan otak. Penyebab utamanya belum diketahui secara pasti. Gejala pikun biasanya meningkat seiring pertambahan usia. Akan tetapi perlu diketahui, pikun bukan merupakan gejala normal dari proses penuaan.
Well, friend..sampai disini dulu ya entar disambung lagi...^_^
Sumber : info-sehat.com
Definisi dari PIKUN adalah terus menurunnya kemampuan berpikir secara drastis, akibat menurunnya fungsi jaringan otak. Penyebab utamanya belum diketahui secara pasti. Gejala pikun biasanya meningkat seiring pertambahan usia. Akan tetapi perlu diketahui, pikun bukan merupakan gejala normal dari proses penuaan.
Nah, ada beberapa hal yang menjadi gejala - gejala PIKUN antara lain :
1. Penurunan Kemampuan Berpikir, terutama menurunnya kinerja memori dan kemampuan memecahkan masalah sehari-hari.
2. Alzheimer, . Di negara-negara maju, sekitar 60 persen dari penyebab pikun adalah penyakit Alzheimer. Dalam kasus ini, penurunan kemampuan berpikir terjadi akibat rusaknya jaringan otak. Yang juga amat menarik, perempuan lebih banyak mengidap pikun akibat penyakit Alzheimer dibanding laki-laki. Penyakit ini biasanya menyerang secara pelan-pelan dan diam-diam, kebanyakan pada usia di atas 60 tahun. Seiring dengan perjalanan waktu, penyakitnya terus bertambah parah.
3. Tidak Mau Mengakui, Pikun sejak lama sudah menjadi penyakit umum di kalangan manula. Akan tetapi, biasanya kalau dokter mendiagnosa seseorang menderita pikun, ibaratnya dimulai semacam permainan petak umpet. Dalam arti, penderitanya terus berusaha memungkiri penyakitnya.
4. Penyuluhan Dini, Menimbang cukup banyaknya penderita pikun, Füsgen menuntut agar penyakit itu lebih diperhatikan. Untuk itu sebaiknya sejak kanak-kanak harus ditanamkan pengertian, bahwa dalam usia tua, kemampuan kita dapat menurun.
5. Tidak Bisa Diobati, Penyakit pikun menggeregogoti kepribadian penderitanya. Seringkali mereka menjadi agresiv. Atau sebaliknya menjadi sangat derpresiv. Menurut professor Ingo Füsgen, penyakit pikun memang tidak dapat disembuhkan, akan tetapi lajunya dapat direm.
6. Kemampuan Regenerasi, Penelitian para pakar menunjukkan bahwa sel-sel saraf pada penderita Alzheimer tidak memiliki kemampuan memulihkan synapse yang sudah aus, atau lebih jauh lagi membentuk jaringan synapse baru. Padahal, kemampuan stabilisasi atau regenerasi synapse, dalam kondisi normal, tetap ada pada sel saraf manusia lanjut usia. Pada penderita pikun akibat penyakit Alzheimer, penurunan drastis
kemampuan regenerasi sel saraf, sebagian diakibatkan mutasi genetika dan sebagian lagi akibat pengerasan protein tertentu di dalam otak.
7. Pencegahan Munculnya Gejala, Dalam ilmu kedokteran aktual terdapat tiga pilar pengobatan pikun akibat Alzheimer. Pada dasarnya pengobatan ini hanya memerangi gejalanya, bukan penyebab penyakitnya. Pilar pertama, adalah yang berbasis pengobatan penyakit dalam. Di sini, dilakukan pengobatan penyakit lain yang memperparah gejala Alzheimer. Antara lain pengobatan tekanan darah tinggi, penyakit gula atau penyakit gangguan metabolisme. Metode berikutnya, adalah pemberian obat-obatan untuk meningkatkan kinerja sel saraf. Biasanya diberikan obat-obatan yang mengandung unsur aktiv yang memicu perbaikan kinerja saraf. Sedangkan pilar ketiga adalah pemberian obat-obatan psiko-farmaka, untuk menekan gejala gangguan perilaku, seperti sikap gelisah, agresiv atau juga terpecahnya kepribadian.
8. Menghambat Kemunduran, Namun para dokter juga memperingatkan, pemberian obat penenang semacam itu, juga dapat memicu reaksi yang sebaliknya. Dalam kondisi tertentu, para penderita penyakit Alzheimer, malahan dapat bersikap lebih agresiv lagi. Selain itu, kemampuan berfikir para penderita yang sudah menurun menjadi macet samasekali. Semua cara pengobatan, pada intinya hanya bertujuan untuk menjaga stabilitas fungsi otak. Terutama agar penderita tetap dapat melaksanakan kegiatan sehari-hari. Selain itu juga dapat dihambat kemunduran fungsi otak yang lebih parah.
Semoga bermanfaat ya friend...
Sumber : www.Info-sehat.com
Alzheimer, Salah Satu Penyebab pikun
Gejala pikun biasanya meningkat seiring pertambahan usia. Akan tetapi perlu diketahui, pikun bukan merupakan gejala normal dari proses penuaan. Di negara-negara maju, sekitar 60 persen dari penyebab pikun adalah penyakit Alzheimer. Dalam kasus ini, penurunan kemampuan berpikir terjadi akibat rusaknya jaringan otak. Penyebabnya hingga kini masih dicari.
Yang juga amat menarik, perempuan lebih banyak mengidap pikun akibat penyakit Alzheimer dibanding laki-laki. Penyakit ini biasanya menyerang secara pelan-pelan dan diam-diam, kebanyakan pada usia di atas 60 tahun. Seiring dengan perjalanan waktu, penyakitnya terus bertambah parah.
Tidak Bisa Diobati
Penyakit pikun menggeregogoti kepribadian penderitanya. Seringkali mereka menjadi agresif. Atau sebaliknya menjadi sangat derpresif. Menurut professor Ingo Füsgen, penyakit pikun memang tidak dapat disembuhkan, akan tetapi lajunya dapat direm.
Füsgen mengatakan, “Kita sekarang memiliki sarana yang cukup bagus. Misalnya dengan pemberian obat-obatan. Itu berarti, meningkatkan kualitas kehidupan, dan mencegah terbuangnya waktu bagi perawatan.“
Untuk pemberian obat-obatan atau terapi lainnya, tentu saja harus dilibatkan tenaga ahli medis. Pasalnya, penyebab penyakit pikun, khususnya akibat penyakit Alzheimer, sejauh ini baru sebagian yang diketahui. Selain faktor genetika, juga terus diteliti gangguan fungsi pada jaringan saraf pengantar pesan di otak yang disebut synapse. Dalam proses penuaan yang normal, jumlah synapse di otak memang berkurang. Akan tetapi, dalam kasus penyakit Alzheimer, jumlah synapse berkurang secara dramatis.
Pencegahan Munculnya Gejala
Dalam ilmu kedokteran aktual, terdapat tiga pilar pengobatan pikun akibat Alzheimer. Pada dasarnya pengobatan ini hanya memerangi gejalanya, bukan penyebab penyakitnya. Pilar pertama, adalah yang berbasis pengobatan penyakit dalam. Di sini, dilakukan pengobatan penyakit lain yang memperparah gejala Alzheimer. Antara lain pengobatan tekanan darah tinggi, penyakit gula atau penyakit gangguan metabolisme.
Metode berikutnya, adalah pemberian obat-obatan untuk meningkatkan kinerja sel saraf. Biasanya diberikan obat-obatan yang mengandung unsur aktiv yang memicu perbaikan kinerja saraf. Sedangkan pilar ketiga adalah pemberian obat-obatan psiko-farmaka, untuk menekan gejala gangguan perilaku, seperti sikap gelisah, agresif atau juga terpecahnya kepribadian.
Dari berbagai sumber
Foto : www.horticulturaltherapy.info
Penurunan Kemampuan Berpikir
Gejalanya juga mudah dikenali. Misalnya saja, manula yang sering kelabakan mencari kunci rumah yang hilang. Jika kunci rumah ditemukan di kotak tempat gula, atau di tempat lain yang tidak lazim, ini merupakan pertanda pikun. Definisi dari pikun adalah, terus menurunnya kemampuan berpikir secara drastis, akibat menurunnya fungsi jaringan otak. Penyebab utamanya belum diketahui secara pasti. Dampaknya, terutama menurunnya kinerja memory dan kemampuan memecahkan masalah sehari-hari.
Alzheimer, Salah Satu Penyebab
Gejala pikun biasanya meningkat seiring pertambahan usia. Akan tetapi perlu diketahui, pikun bukan merupakan gejala normal dari proses penuaan. Di negara-negara maju, sekitar 60 persen dari penyebab pikun adalah penyakit Alzheimer. Dalam kasus ini, penurunan kemampuan berpikir terjadi akibat rusaknya jaringan otak. Penyebabnya hingga kini masih dicari. Yang juga amat menarik, perempuan lebih banyak mengidap pikun akibat penyakit Alzheimer dibanding laki-laki. Penyakit ini biasanya menyerang secara pelan-pelan dan diam-diam, kebanyakan pada usia di atas 60 tahun. Seiring dengan perjalanan waktu, penyakitnya terus bertambah parah.
Tidak Mau Mengakui
Pikun sejak lama sudah menjadi penyakit umum di kalangan manula. Akan tetapi, biasanya kalau dokter mendiagnosa seseorang menderita pikun, ibaratnya dimulai semacam permainan petak umpet. Dalam arti, penderitanya terus berusaha memungkiri penyakitnya. Dokter Ingo Füsgen, direktur Klinik Ilmu Penuaan di Wuppertal mengatakan:
"Banyak yang masih berkilah, memang begitulah kalau sudah tua. Tapi dengan pernyataan seperti itu, penyakit menjadi tidak dapat diobati. Kita tidak lagi menganggap tema itu tabu, atau merasa malu membicarakannya. Karena itulah, bersama dengan para dokter umum, saya berusaha membuat panduan pengobatan penyakitnya secara terstruktur.“
Penyuluhan Dini
Menimbang cukup banyaknya penderita pikun, Füsgen menuntut agar penyakit itu lebih diperhatikan. Hal ini juga telah ditanggapi oleh para tokoh politik. Misalnya saja menteri sosial di negara bagian Jerman, Thüringen, Klaus Zeh, mengimbau dilakukannya penyuluhan terhadap generasi muda. Menteri Zeh juga mengatakan, sejak kanak-kanak harus ditanamkan pengertian, bahwa dalam usia tua, kemampuan kita dapat menurun.
Tidak Bisa Diobati
Penyakit pikun menggeregogoti kepribadian penderitanya. Seringkali mereka menjadi agresiv. Atau sebaliknya menjadi sangat derpresiv. Menurut professor Ingo Füsgen, penyakit pikun memang tidak dapat disembuhkan, akan tetapi lajunya dapat direm. Füsgen mengatakan, “Kita sekarang memiliki sarana yang cukup bagus. Misalnya dengan pemberian obat-obatan. Itu berarti, meningkatkan kualitas kehidupan, dan mencegah terbuangnya waktu bagi perawatan.“
Untuk pemberian obat-obatan atau terapi lainnya, tentu saja harus dilibatkan tenaga ahli medis. Pasalnya, penyebab penyakit pikun, khususnya akibat penyakit Alzheimer, sejauh ini baru sebagian yang diketahui. Selain faktor genetika, juga terus diteliti gangguan fungsi pada jaringan saraf pengantar pesan di otak yang disebut synapse. Dalam proses penuaan yang normal, jumlah synapse di otak memang berkurang. Akan tetapi, dalam kasus penyakit Alzheimer, jumlah synapse berkurang secara dramatis.
Kemampuan Regenerasi
Penelitan para pakar menunjukan, sel-sel saraf pada penderita Alzheimer tidak memiliki kemampuan memulihkan synapse yang sudah aus, atau lebih jauh lagi membentuk jaringan synapse baru. Padahal, kemampuan stabilisasi atau regenerasi synapse, dalam kondisi normal, tetap ada pada sel saraf manusia lanjut usia. Pada penderita pikun akibat penyakit Alzheimer, penurunan drastis kemampuan regenerasi sel saraf, sebagian diakibatkan mutasi genetika dan sebagian lagi akibat pengerasan protein tertentu di dalam otak.
Pencegahan Munculnya Gejala
Dalam ilmu kedokteran aktual, terdapat tiga pilar pengobatan pikun akibat Alzheimer. Pada dasarnya pengobatan ini hanya memerangi gejalanya, bukan penyebab penyakitnya. Pilar pertama, adalah yang berbasis pengobatan penyakit dalam. Di sini, dilakukan pengobatan penyakit lain yang memperparah gejala Alzheimer. Antara lain pengobatan tekanan darah tinggi, penyakit gula atau penyakit gangguan metabolisme. Metode berikutnya, adalah pemberian obat-obatan untuk meningkatkan kinerja sel saraf. Biasanya diberikan obat-obatan yang mengandung unsur aktiv yang memicu perbaikan kinerja saraf. Sedangkan pilar ketiga adalah pemberian obat-obatan psiko-farmaka, untuk menekan gejala gangguan perilaku, seperti sikap gelisah, agresiv atau juga terpecahnya kepribadian.
Menghambat Kemunduran
Namun para dokter juga memperingatkan, pemberian obat penenang semacam itu, juga dapat memicu reaksi yang sebaliknya. Dalam kondisi tertentu, para penderita penyakit Alzheimer,
malahan dapat bersikap lebih agresiv lagi. Selain itu, kemampuan berfikir para penderita yang sudah menurun menjadi macet samasekali. Semua cara pengobatan, pada intinya hanya bertujuan untuk menjaga stabilitas fungsi otak. Terutama agar penderita tetap dapat melaksanakan kegiatan sehari-hari. Selain itu juga dapat dihambat kemunduran fungsi otak yang lebih parah.
[]
URL : http://www2.dw-world.de/indonesia/
Kemunduran daya ingat
Alzheimer merupakan penyakit yang menyebabkan kemunduran daya ingat dan daya pikir akibat kematian sel-sel saraf secara cepat. Saat ini diperkirakan ada sekitar 500.000 kasus Alzheimer di Indonesia.
Gejala Alzheimer bervariasi pada setiap orang, tetapi bisa ditandai dengan terjadinya penurunan daya ingat, misalnya lupa nama, lupa tempat menaruh benda, gangguan aktivitas sehari-hari, perubahan suasana hati dan perilaku, disorientasi, dan sering nyasar. Pada tahap tertentu, penderita Alzheimer tidak ingat apa-apa lagi mengenai diri, keluarga, dan lingkungannya.
Mereka yang berisiko terkena Alzheimer adalah orang lanjut usia (lebih dari 60 tahun), punya riwayat keluarga terkena Alzheimer, penderita stroke, gangguan jantung, diabetes, dan cedera kepala/otak.
Obat Alzheimer yang ada saat ini adalah penghambat kolinesterase. Obat ini untuk memperbaiki daya ingat dan menekan gangguan perilaku, serta peningkatan kualitas hidup.(kmp) www.suaramedia.com
Penyakit Pikun dan Pencegahannya
Penyakit Alzheimer (PA) atau pikun dimulai dengan penurunan kemampuan otak seperti pemikiran, daya ingat, dan penggunaan bahasa. Meskipun penelitian berjalan secara kontinu namun penyebab pikun yang sebenarnya belum diketahui secara pasti.
Penyakit ini biasanya mulai sesudah umur 60 tahun dengan resiko meningkat sesuai dengan pertambahan umur. Penyakit ini merupakan bagian dari Demensia. Lima puluh sampai 60% demensia adalah penyakit Alzheimer. Pada penderita dijumpai kelainan fungsi intelek yang bersifat menetap yakni adanya gangguan paling sedikit 3 dari 5 komponen fungsi saraf yaitu berbahasa, mengingat, melihat, emosi dan memahami.
PenyebabPenyakit ini merupakan penyakit degenerasi saraf yang secara epidemiologi terbagi 2 kelompok yaitu kelompok yang menderita pada usia kurang 58 tahun dan usia lebih dari 58 tahun (96%).
Berdasarkan jenis kelamin, prevalensi wanita lebih banyak tiga kali dibandingkan laki-laki. Hal ini mungkin refleksi dari usia harapan hidup wanita lebih lama dibandingkan laki-laki.
Ada beberapa faktor pencetus yang dicurigai sebagai penyebab, seperti (1) Faktor genetik:Beberapa peneliti mengungkapkan 50% kasus diturunkan melalui gen autosomal dominan. Individu keturunan garis pertama pada keluarga penderita mempunyai resiko menderita demensia, enam kalilebih besar dibandingkan kelompok kontrol normal. (2) Faktor infeksi, Ada penelitian yang menyatakan pada keluarga penderita ditemukan antibodi reaktif. Diperkirakan terdapat infeksi virus yang menyebabkan infeksi menahun pada susunan saraf pusat identik dengan penyakitCreutzfeldt-Jacob dan kuru yang diduga berkaitan dengan penyakit Alzheimer. (3) Faktor lingkungan, antara lain aluminium, silicon, mercury, zinc. (4) Faktor imunologis. (5) Faktor trauma: Adanya hubungan penyakit Alzheimer dengan trauma kepala, dihubungkan dengan petinju yangmenderita demensia, dimana pada otopsinya ditemukan banyak serabut neurofibrillary. (6) Faktor neurotransmitter (enzim), perubahan neurotransmitter pada jaringan otak penderita Alzheimermempunyai peranan yang sangat penting.
Pemberian obat stimulan, vitamin B, C, dan E belum mempunyai efek yang menguntungkan. Penyakit Alzheimer merupakan penyakit yang perkembangannya lambat. Mulai dengan masalah daya ingat yangberakhir dengan kerusakan saraf. Perjalanan penyakit dan bagaimana kecepatannya akan berbeda dari orang per orang. Rata-rata pasien dapat hidup 8-10 tahun setelah diagnosa walaupun ada yangmampu sampai 20 tahunan.
Tindakan PencegahanDelapan tindakan pikun. (1) Berikan selalu tantangan hidup. Perangsangan yang terus menerus merupakan kunci membangun dan mempertahankan sel saraf, mengurangi kehilangan ingatan ataupun Alzheimer. Carilah pekerjaan yang menarik, dibayar atau sukarela, punya hobi, aktif dalam kehidupan sosial, belajar musik atau bahasa asing, program computer. Kedua, dosis kecil aspirin. (3) Supplemen vitamins C dan E. (4) Dosis harian asam folat dan vitamin B. (5) Gunakan bumbu masak tradisional: Jahe, Turmeric, dan cabe merah. (6) Lemak omega-3s, (salmon, sardines). (7) Buah dan sayur segar dalam makanan. Dan kedelapam, gunakan minyak nabati tidak jenuh (minyak bunga matahari, jagung). (H Azwar Agoes, DAFK, SpFK (K)). (sumber: Sriwijaya Post)
Untuk itu Astuti pun memberikan beberapa kiat mengatasi kemunduran daya ingat atau memperlambat kepikunan. Intinya, jangan biarkan otak Anda berhenti bekerja. Berikut kiatnya:
1. Selalu belajar, berarti aktifkan otak Anda. Bangkitkan minat memakai pikiran dengan cara misalnya membiasakan membaca buku-buku yang bermanfaat, seperti membaca Al-Qur’an secara rutin, belajar matematika, berhitung, merancang, atau memasak.
2. Ulangi informasi yang baru untuk disimpan dalam ingatan
3. Melatih memusatkan perhatian/konsentrasi, misalnya: dengan berdzikir, shalat yang khusuk, yoga, dan lain-lain.
4. Melakukan kegiatan rekreasi.
5. Ikut kegiatan sosial.
6. Konseling ke spesilis saraf, untuk deteksi dini demensia.
7. Membuat catatan atau biografi merupakan aktifitas lansia yang paling baik dan sangat berharga.
8. Menjaga kesehatan tubuh dengan pola hidup sehat seperti makan-makanan sehat, istirahat/tidur cukup, hindari rokok dan alkohol.
9. Gerak Latih Otak (senam otak) dan olahraga lain sesuai kemampuan.
Gerak dan Latih OtakPada prinsipnya dasar latihan otak adalah ingin otak tetap bugar dan mencegah pikun. Otak adalah satu-satunya organ yang kecanggihannya menurut para peneliti lebih canggih dari tata surya di alam lain. Seumur hidup manusia menurut penelitian, otak hanya terpakai 20 persen dan 80 persen lainnya belum terungkap, kata dr Astuti SpS.
Astuti memberi contoh, tersumbatnya di bagian otak sebelah kiri di atas telinga kita itu pusat berbahasa. Akibatnya, orang akan sulit bicaranya. Jika yang terjadi lesi di atas puncak kepala, pas pusat penggerakan jari tangan atau bibir, bisa cadel, lumpuh, dan sebagainya.
”Kita harus memberi edukasi pada masyarakat untuk memelihara otak tetap bugar. supaya kualitas hidupnya tetap terjaga baik. Karena sedikit lesi (luka), jaringan otak tidak berfungsi sehingga dengan sendiri aktivitas/kualitas hidup seseorang menjadi jelek,”kata Astuti.
Salah satu latihan untuk otak adalah dengan senam otak sehat atau yang diciptakan oleh Asosiasi Alzheimer Indonesia disebut Gerak dan Latih Otak (GLO).
GLO ini bisa dilakukan oleh semua usia. Pada penderita epilepsi anak, anak dengan cerebral palsy, anak yang gerak tangannya tidak terkoordinasi selain difisioterapi, mereka juga bisa dilatih otaknya lewat GLO.
GLO ini gerakannya mudah dan dapat dilakukan saat duduk atau berdiri. dilakukan dengan perasaan senang, rileks, serta tidak menahan napas. ”Bila sedang berada di bus kota, sedang di depan meja komputer, gerakan ini bisa saja dilakukan dalam hanya dalam lima menit.
Biasanya latihan yang dianjurkan tiga kali seminggu, masing-masing sekitar 15-20 menit, harus selalu membayangkan gerak fisiknya, supaya tersambung sirkuit otak dengan gerakan-gerakan yang sedang dilakukan.
1. Latih peregangan leherPosisi badan menghadap lurus ke depan, dengan telapak tangan kanan pada sisi kanan kepala. Tekan kepala ke arah kiri, sementara kepala menghadap lurus ke depan. Otot-otot leher akan terasa teregang melawan dorongan tangan. Lakukan delapan kali hitungan dengan tidak menahan nafas. Lakukan secara bergantian dengan telapak tangan kiri.
2. Peregangan bahu dan lengan atasa. Luruskan tangan kanan ke atas (di samping telinga), telapak tangan menghadap ke depan. Tangan kiri melewati belakang di bawah siku tangan kanan. Tangan yang lurus digerakkan ke belakang, sedangkan tangan yang satunya menahan ke depan.Akan terasa regangan pada bahu dan lengan atas. Hembuskan nafas pada saat otot diaktifkan atau tegang. Kemudian lakukan bergantian dengan tangan yang kiri, masing-masing dua kali.
b. Luruskan tangan kanan ke atas, di samping telinga dengan telapak tangan menghadap ke dalam. Tangan yang lurus digerakkan ke kanan, sedangkan tangan yang satu lagi menarik tangan kanan ke arah dalam. Lakukan bergantian dengan tangan yang kiri, masing-masing dua kali.
c. Posisi tangan kanan lurus menekan ke arah telinga kanan dan tangan yang satu lagi mendorong ke arah keluar. Lakukan bergantian dengan tangan kiri, masing-masing dua kali.
3. Pemanasan sakelar otakGosoklah dua lekukan kiri dan kanan di bawah pertemuan tulang selangka kiri dan kanan dengan tulang dada. Dengan tangan lain gosok daerah perut. Usahakan mata bergerak ke kiri dan ke kanan, ke atas, ke bawah dan memutar dari kiri atas ke kanan atas. Lakukan enam kali pernapasan dengan tangan bergantian.
4. Latihan intia. Delapan tidurBerdiri tegak, kepala lurus ke depan, tangan kanan lurus ke depan, ibu jari menghadap ke atas di depan hidung. Gerakkan tangan ke kiri atas, kiri bawah, kembali ke tengah, lalu ke ke kanan atas, kanan bawah dan kembali ke tengah. Gerakan ini membentuk angka delapan tidur dan lakukan tanpa diikuti gerakan bola mata.
b. Untuk variasi delapan tidur, gerakkan ibu jari sama seperti gerakan delapan tidur, tetapi gerakan ibu jari diikuti dengan gerakan bola mata. Lakukan latihan ini bergantian dengan tangan kanan, kiri, dan kedua tangan saling berkaitan. Masing-masing dalam hitungan dua kali delapan.(idionline/RoL)
Sepertinya tidak hanya orang tua dan lanjut usia saja yang terserang penyakit pikun. Banyak orang muda juga yang ‘terinfeksi’, padahal pasti setiap orang tidak menginginkan hal itu terjadi. Namun jangan khawatir, ada sedikit solusi yang bisa dicoba untuk mengatasi kepikunan :1.Buat visualisasi kreatifHal ini akan sangat bermanfaat bagi kita yang punya rutinitas super sibuk. Supaya tidak lupa, gabungkan semua hal yang telah terjadwal dalam suatu cerita kreatif. Misalnya, hari ini Anda memiliki janji dengan teman Anda untuk minum kopi di sebuah cafe, namun setelah itu Anda juga harus menyelesaikan tugas pekerjaan untuk esok pagi. Anda bisa membayangkan mengerjakan tugas sambil mengobrol dengan teman Anda di sebuah cafe dengan secangkir kopi di tangan membicarakan atasan Anda yang berpenampilan aneh.2.Semprotkan wewangian favoritDalam sebuah penelitian di Jerman, para mahasiswa menghirup wangi mawar ketika memasangkan kartu dan kemudian mencium wangi lagi ketika akan tidur. Ketika bangun, mahasiswa yang mencium mawar lebih baik dalam mengingat kartu-kartu yang mereka pasangkan. Berdasarkan penelitian tersebut, semprotkan wewangian favorit di ruangan atau kamar Anda sebelum tidur, khususnya jika esok pagi Anda akan menghadapi presentasi penting.3.Senam mataGerakkan mata secara horisontal ke kanan dan kiri selama 30 detik sebelum melakukan tugas penting (misalnya ujian, presentasi) karena hal tersebut dapat membuat belahan otak berinteraksi, yang merupakan hal penting dalam mengingat memori.4.MeditasiPenelitian membuktikan bahwa meditasi dapat meningkatkan kemampuan seseorang untuk berfokus atau berkonsentrasi pada hal tertentu. Belum pernah meditasi? Duduklah di ruangan yang tenang, letakkan kedua tangan di perut, dan bernafaslah dalam. Fokuslah pada ketenangan, tidak perlu memikirkan apa-apa. Lakukan hal ini selama sekitar 10 menit, lihatlah bagaimana hal itu akan bekerja.5.Coba hobi baruDengan melakukan hal-hal yang baru, maka akan terbentuk jalur-jalur baru di otak (meregangkan otak). Hal itu dapat meningkatkan kemampuan mengingat Anda.6.Cukup tidurPerlu digarisbawahi, cukup tidur. Hal itu berarti tidak kurang dan tidak lebih alias pas. Tidur cukup yaitu antara 6-8 jam setiap hari. Penelitian dari Boston’s Beth Israel Deaconess Medical Centre mengatakan bahwa cerebellum, bagian otak yang mengontrol kecepatan dan akurasi sangat aktif setelah Anda cukup tidur.7.Hindari RutinitasMengubah rutinitas dapat merangsang pertumbuhan sel-sel saraf di otak sehingga memori Anda tetap tajam. Misalnya : ambil rute yang berbeda untuk menuju ke kantor atau tempat Anda bekerja, Mengambil sesuatu dengan menggunakan tangan kiri (jika Anda bukan kidal), dsb.8.Olah ragaOlah raga memberikan banyak manfaat, salah satunya mempertajam memori. Aerobik dan angkat beban baik untuk memperkuat memori, tetapi pada dasarnya semua olah raga baik untuk ‘melatih’ memori. Untuk pemula, disarankan olah raga jalan cepat 30 menit tiga kali seminggu.
Sumber : tabloid gaya hidup sehat
Pengertian Lanjut Usia (Lansia)
Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang
berusia 60 tahun ke atas (Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999;8).
Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang terjadi (Constantinides, 1994). Karena itu di
dalam tubuh akan menumpuk makin banyak distorsi metabolik
dan struktural disebut penyakit degeneratif yang menyebabkan
lansia akan mengakhiri hidup dengan episode terminal (Darmojo
dan Martono, 1999;4). Penggolongan lansia menurut Depkes
dikutip dari Azis (1994) menjadi tiga kelompok yakni :
a) Kelompok lansia dini (55 – 64 tahun), merupakan kelompok yang baru memasuki lansia.
b) Kelompok lansia (65 tahun ke atas).
c) Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.
Menurut Hurlock (2002) tahap terakhir dalam
perkembangan ini dibagi menjadi usia lanjut dini yang berkisar
antara usia enampuluh sampai tujuh puluh tahun dan usia lanjut
yang dimulai pada usia tujuh puluh tahun hingga akhir
kehidupan seseorang. Orangtua muda atau usia tua (usia 65
hingga 74 tahun) dan orangtua yang tua atau usia tua akhir (75
tahun atau lebih) (Baltes, Smith&Staudinger,
Charness&Bosmann) dan orang tua lanjut (85 tahun atau lebih)
dari orang-orang dewasa lanjut yang lebih muda
(Johnson&Perlin).
Menurut J.W. Santrock (J.W.Santrock, 2002, h.190), ada dua
pandangan tentang definisi orang lanjut usia atau lansia, yaitu
menurut pandangan orang barat dan orang Indonesia.
Pandangan orang barat yang tergolong orang lanjut usia atau
lansia adalah orang yang sudah berumur 65 tahun keatas,
dimana usia ini akan membedakan seseorang masih dewasa
atau sudah lanjut. Sedangkan pandangan orang Indonesia, lansia
adalah orang yang berumur lebih dari 60 tahun. Lebih dari 60
tahun karena pada umunya di Indonesia dipakai sebagai usia
maksimal kerja dan mulai tampaknya ciri-ciri ketuaan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut
usia menjadi 4 yaitu : Usia pertengahan (middle age) 45 -59
tahun, Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun, lanjut usia tua (old) 75
– 90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
Ciri-Ciri Lansia
Menurut Hurlock (Hurlock, 1980, h.380) terdapat beberapa
ciri-ciri orang lanjut usia, yaitu :
a. Usia lanjut merupakan periode kemunduran
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik
dan faktor psikologis. Kemunduran dapat berdampak pada
psikologis lansia. Motivasi memiliki peran yang penting
dalam kemunduran pada lansia. Kemunduran pada lansia
semakin cepat apabila memiliki motivasi yang rendah,
sebaliknya jika memiliki motivasi yang kuat maka
kemunduran itu akan lama terjadi.
b. Orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas
Lansia memiliki status kelompok minoritas karena sebagai
akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan
terhadap orang lanjut usia dan diperkuat oleh pendapat-
pendapat klise yang jelek terhadap lansia. Pendapat-
pendapat klise iu seperti : lansia lebih senang
mempertahankan pendadapatnya daripada mendengarkan
pendapat orang lain.
c. Menua membutuhkan perubahan peran
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai
mengalami kemunduran dalam segala hal. Perubahan
peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar
keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari
lingkungan.
d. Penyesuaian yang buruk pada lansia
Perlakuan yang buruk terhadap orang lanjut usia membuat
lansia cenderung mengembangkan konsep diri yang buruk.
Lansia lebih memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk.
Karena perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian
diri lansia menjadi buruk.
Perubahan yang terjadi pada lansia
1. Perubahan fisik
Perubahan fisik pada lansia lebih banyak ditekankan pada
alat indera dan sistem saraf mereka. Sistem pendengaran,
penglihatan sangat nyata sekali perubahan penurunan
keberfungsian alat indera tersebut. Sedangkan pada sistem
sarafnya adalah mulai menurunnya pemberian respon dari
stimulus yang diberikan oleh lingkungan. Pada lansia juga
mengalami perubahan keberfungsian organ-organ dan alat
reproduksi baik pria ataupun wanita. Dari perubahan-perubahan
fisik yang nyata dapat dilihat membuat lansia merasa minder
atau kurang percaya diri jika harus berinteraksi dengan
lingkungannya. (J.W.Santrock, 2002, h.198).
2. Perubahan psikis
Perubahan psikis pada lansia adalah besarnya individual
differences pada lansia. Lansia memiliki kepribadian yang
berbeda dengan sebelumnya. Penyesuaian diri lansia juga sulit
karena ketidak inginan lansia untuk berinteraksi dengan
lingkungan ataupun pemberian batasan untuk dapat beinteraksi
(Hurlock, 1980, h.391).
3. Perubahan sosial
Umumnya lansia banyak yang melepaskan partisipasi
sosial mereka, walaupun pelepasan itu dilakukan secara
terpaksa. Orang lanjut usia yang memutuskan hubungan dengan
dunia sosialnya akan mengalami kepuasan. Pernyataan tadi
merupakan disaggrement theory. Aktivitas sosial yang banyak
pada lansia juga mempengaruhi baik buruknya kondisi fisik dan
sosial lansia. (J.W.Santrock, 2002, h.239).
4. Perubahan kehidupan keluarga
Sebagian besar hubungan lansia dengan anak jauh kurang
memuaskan yang disebabkan oleh berbagai macam hal.
Penyebabnya antara lain : kurangnya rasa memiliki kewajiban
terhadap orang tua, jauhnya jarak tempat tinggal antara anak
dan orang tua. Lansia tidak akan merasa terasing jika antara
lansia dengan anak memiliki hubungan yang memuaskan sampai
lansia tersebut berusia 50 sampai 55 tahun.
Orang tua usia lanjut yang perkawinannya bahagia dan
tertarik pada dirinya sendiri maka secara emosional lansia
tersebut kurang tergantung pada anaknya dan sebaliknya.
Umumnya ketergantungan lansia pada anak dalam hal
keuangan. Karena lansia sudah tidak memiliki kemampuan untuk
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Anak-anaknya pun tidak
semua dapat menerima permintaan atau tanggung jawab yang
harus mereka penuhi.
Perubahan-perubahan tersebut pada umumnya mengarah pada kemunduruan kesehatan fisik dan psikis yang akhirnya akan berpengaruh juga pada aktivitas ekonomi dan sosial mereka. Sehingga secara umum akan berpengaruh pada aktivitas kehidupan sehari-hari.
Hubungan Sosio-Emosional Lansia
Masa penuaan yang terjadi pada setiap orang memiliki
berbagai macam penyambutan. Ada individu yang memang
sudah mempersiapkan segalanya bagi hidupnya di masa tua,
namun ada juga individu yang merasa terbebani atau merasa
cemas ketika mereka beranjak tua. Takut di tinggalkan oleh
keluarga, takut merasa tersisihkan dan takut akan rasa
kesepian yang akan datang.
Keberadaan lingkungan keluarga dan sosial yang
menerima lansia juga akan memberikan kontribusi positif bagi
perkembangan sosio-emosional lansia, namun begitu pula
sebaliknya jika lingkungan keluarga dan sosial menolaknya
atau tidak memberikan ruang hidup atau ruang interaksi bagi
mereka maka tentunya memberikan dampak negatif bagi
kelangsungan hidup lansia.
Menurut teori aktivitas (activity theory), semakin orang
dewasa lanjut aktif dan terlibat, semakin kecil kemungkinan
mereka menjadi renta dan semakin besar kemngkinan mereka
merasa puas dengan kehidupannya. Dalam hal ini penting bagi
para dewasa lanjut untuk menemukan peran-peran pengganti
untuk tetap menjaga keaktifan mereka dan keterlibatan
mereka didalam aktivitas kemasyarakatan. Dengan adanya
aktivitas pengganti ini maka dapat menghindari individu dari
perasaan tidak berguna, tersisihkan, yang membuat mereka
menarik diri dari lingkungan.
Dalam teori rekonstruksi gangguan sosial (social
breakdown-reconstruction theory) (Kuypers & Bengston, 1973)
menyatakan bahwa penuaan dikembangkan melalui fungsi
psikologis negative yang dibawa oleh pandangan-pandangan
negatif tentang dunia sosial dari orang-orang dewasa lanjut dan
tidak memadainya penyediaan layanan untuk mereka.
Rekonstruksial dapat terjadi dengan merubah pandangan dunia
sosial dari orang-orang dewasa lanjut dan dengan menyediakan
sistem-sistem yang mendukung mereka. Ketersediaan layanan
bagi dewasa lanjut dapat mengubah pandangan mereka
mengeanai lingkungan sosialnya. Mereka akan tetap mampu
untuk berperan aktif dengan layanan yang ada dan juga mereka
akan mengubah pandangan dunia sosial yang negatif dan
meniadakan pemberian label sebagai seseorang yang tidak
mampu (incompetent). Dorongan untuk berpartisipasi aktif
orang-orang dewasa lajut di masyarakat dapat meningkatkan
kepuasan hidup dan perasaan positif mereka terhadap dirinya
sendiri.
Kesepian
Kesepian adalah dimana orang lanjut usia merasa sendirian,
merasa terisolasi, merasa tidak memiliki seorangpun untuk
dijadikan pelarian saat dibutuhkan serta kurangnya waktu untuk
berhubungan dengan lingkungannya (lingkungan sosial) baik
dalam keluarga ataupun disekitar tempat tinggal mereka
(J.W.Santrock, 2002, h.113).
Kesepian adalah dimana orang lanjut usia merasa sendirian,
merasa terisolasi, merasa tidak memiliki seorangpun untuk
dijadikan pelarian saat dibutuhkan serta kurangnya waktu untuk
berhubungan dengan lingkungannya (lingkungan sosial) baik
dalam keluarga ataupun disekitar tempat tinggal mereka
(J.W.Santrock, 2002, h.113). Menjalin suatu kontak atau
hubungan dengan sesama manusia adalah suatu hal yang
penting. Begitu pentingnya kontak ini sehingga bila tidak
berhubungan dengan orang lain dalam waktu lama akan
menimbulkan rasa tertekan, rasa ragu terhadap diri sendiri
muncul, dan orang menjadi sulit untuk menjalani kehidupannya
sehari-harinya. Empat alasan umum untuk pengembangan
hubungan menurut De Vito 1997: (1) Mengurangi kesepian.
Kontak dengan sesama manusia dapat menguurangi kesepian.
Adakalanya kita mengalami kesepian karena secara fisik kita
sendirian, walaupun kesendirian tidak selalu berarti kesepian.
(2) Mendapat rangsangan. Manusia membutuhkan stimulasi.
Jika kita tidak menerima stimulasi, kita mengalami kemunduran
dan bisa mati. Kontak antar manusia merupakan salah satu cara
terbaik untuk mendapatkan stimulasi ini. (3) Mendapat
pengetahuan-diri. Sebagian besar melalui kontak dengan
sesama manusialah kita belajar mengenai diri kita sendiri. (4)
Memaksimalkan kesenangan. Meminimalkan penderitaan.
Alasan paling utama untuk membina hubungan dan alas an
yang dapat mencakup semua alasan lainya adalah, bahwa kita
berusa berhubungan dengan manusia lain untuk
memaksimalkan kesenangan kita dan meminimalkan
penderitaan.
Kesepian merupakan kondsi yang tidak menyenangkan,
dan berdasarkan pengalaman berhubungan dengan tidak
mencukupinya kebutuhan akan bentuk hubungan yang akrab
atau intimasi (Sullivan dalam Perlman dan Peplau, 1982). Sermat
(dalam Peplau & Perlman, 1982) berpendapat bahwa kesepian
merupakan hasil dari interpretasi dan evaluasi individu terhadap
hubungan sosial yang dianggap tidak memuaskan. Orang akan
merasa kesepian bila intensitas hubungan sosial yang
diharapkannya tidak sesuai atau kurang dari apa yang
merupakan kenyataannya. Sedangkan Peplau dan Perlman
(1982) mndefinisikan kesepian sebagai pengalaman yang tidak
menyenangkan, yang terjadi ketika hubungan sosial individu
tidak berjalan sesuai dengan apa yang diharapkannya. Young
(dalam Peplau & Perlman, 1982) menyatakan bahwa kesepian
merupakan respon individu atas ketidak hadiran yang dirasa
sangat penting dari social reinforcement.