Tren Terkini Dalam Pengajaran Bahasa Inggris

9
1 Tren Terkini Dalam Pengajaran Bahasa Inggris Parlindungan Pardede Universitas Kristen Indonesia Abstract Owing to the use of English as a global lingua franca, the trends in English teaching could probably be well perceived by considering the language’s inseparability from globalization. First of all, since globalization has affected almost the whole aspects of life in the world, English, which is used as the main means of communication those sectors, is also closely connected to them. Consequently, any consideration of the teaching of English should be linked to them. Secondly, with its multiple forms or uses in some specific locations, has emerged the phenomena of Englishes and been challenged as the only one type to be learned. Finally, the massive use of ICT has also contributed to many new possibilities of using technology for teaching English. Kata kunci: globalisasi, Englishes, pengajaran bahasa Inggris Pendahuluan Status bahasa Inggris sebagai bahasa internasional utama membuat pembahasan tentang tren yang sedang berlangsung dalam pengajaran bahasa Inggris tidak dapat dipisahkan dengan globalisasi. Penggunaannya yang masif dalam banyak bidang kehidupan di seluruh dunia, sektor, upaya-upaya intensif sektor pendidikan negeri maupun swasta untuk memampukan peserta didik menguasainya, perannya yang sangat dominan di media global, forum-forum internasional, bisnis, politik, keuangan, diplomasi, hiburan dan olah raga internasional menunjukkan bahwa bahasa Inggris tidak hanya digunakan secara global tapi juga fakta bahwa bahasa Inggris merupakan bagian integral dari seluruh proses globalisasi. Akibatnya, segala hal yang terkait dengan bahasa Inggris, termasuk tren pengajaran bahasa Inggris menjadi topik yang sangat kompleks, dan sebaiknya diawali dengan membahas hakikat globalisasi. Dalam kesempatan ini, pembahasan tentang globalisasi difokuskan pada berbagai sisi globalisasi yang berimplikasi pada bahasa Inggris. Pertama, globalisai tidak hanya berhubungan dengan ekonomi global tetapi juga proses politik, teknologi dan budaya. Oleh karena itu globalisasi sering dipandang sebagai interkoneksi dan aliran perdagangan dan orang diantara bangsa-bangsa yang berdampak langsung pada transformasi kehidupan dalam sisi sosial, ekonomi, politik, teknologi, ideologi, ekologi, dan individu. Dalam setiap

Transcript of Tren Terkini Dalam Pengajaran Bahasa Inggris

Page 1: Tren Terkini Dalam Pengajaran Bahasa Inggris

1

Tren Terkini Dalam Pengajaran Bahasa Inggris

Parlindungan Pardede

Universitas Kristen Indonesia

Abstract

Owing to the use of English as a global lingua franca, the trends in English teaching could probably be well perceived by considering the language’s inseparability from globalization. First of all, since globalization has affected almost the whole aspects of life in the world, English, which is used as the main means of communication those sectors, is also closely connected to them. Consequently, any consideration of the teaching of English should be linked to them. Secondly, with its multiple forms or uses in some specific locations, has emerged the phenomena of Englishes and been challenged as the only one type to be learned. Finally, the massive use of ICT has also contributed to many new possibilities of using technology for teaching English. Kata kunci: globalisasi, Englishes, pengajaran bahasa Inggris

Pendahuluan

Status bahasa Inggris sebagai bahasa internasional utama membuat pembahasan

tentang tren yang sedang berlangsung dalam pengajaran bahasa Inggris tidak dapat

dipisahkan dengan globalisasi. Penggunaannya yang masif dalam banyak bidang

kehidupan di seluruh dunia, sektor, upaya-upaya intensif sektor pendidikan negeri maupun

swasta untuk memampukan peserta didik menguasainya, perannya yang sangat dominan di

media global, forum-forum internasional, bisnis, politik, keuangan, diplomasi, hiburan dan

olah raga internasional menunjukkan bahwa bahasa Inggris tidak hanya digunakan secara

global tapi juga fakta bahwa bahasa Inggris merupakan bagian integral dari seluruh proses

globalisasi. Akibatnya, segala hal yang terkait dengan bahasa Inggris, termasuk tren

pengajaran bahasa Inggris menjadi topik yang sangat kompleks, dan sebaiknya diawali

dengan membahas hakikat globalisasi.

Dalam kesempatan ini, pembahasan tentang globalisasi difokuskan pada berbagai

sisi globalisasi yang berimplikasi pada bahasa Inggris. Pertama, globalisai tidak hanya

berhubungan dengan ekonomi global tetapi juga proses politik, teknologi dan budaya. Oleh

karena itu globalisasi sering dipandang sebagai interkoneksi dan aliran perdagangan dan

orang diantara bangsa-bangsa yang berdampak langsung pada transformasi kehidupan

dalam sisi sosial, ekonomi, politik, teknologi, ideologi, ekologi, dan individu. Dalam setiap

Page 2: Tren Terkini Dalam Pengajaran Bahasa Inggris

2

sisi kehidupan itu, bahasa Inggris merupakan media komunikasi utama. Bahkan, bahasa ini

berperan sebagai gerbang utama untuk memperoleh pekerjaan yang lebih, khususnya di

perusahaan-perusahaan multinasional (Cooke dalam Pennycook, 2001).

Implikasi utama dari fenomena ini adalah peningkatan kebutuhan akan penguasaan

bahasa Inggris bagi seluruh bangsa yang tidak ingin tersisih dari pergaulan internasional.

Menurut Guardian (2004), bidang pengajaran bahasa Inggris sedang dan akan terus

meroket karena di tahun 2005 separuh dari penduduk dunia akan menggunakan bahasa

Inggris. Dua miliar orang akan mempelajari bahasa Inggris dalam kurun waktu 2010—

2015. Namun ‘booming’ ini akan berakhir pada tahun 2050. Diperkirakan orang yang

pelajar bahasa Inggris pada saat itu akan turun dari 2 miliar hingga 500 juta orang. Efek

langsung dari peningkatan kebutuhan ini, adalah peningkatan kebutuhan guru dan fasilitas

pengajaran bahasa Inggris yang tinggi hingga 2050.

Kedua, arus globalisasi tidak hanya berlangsung satu arah dari negara ‘kuat/maju’

(AS atau Dunia Barat) ke bagian dunia lainnya, tetapi juga sebaliknya. Sebagai contoh,

Kentucky Fried Chicken, McDonald, dan Levis memang menyebar dari AS ke seluruh

dunia. Akan tetapi, Toyota, Sony, dan Hanamasa dari Jepang, kungfu dari China, dan

musik Keroncong dari Indonesia juga menyebar ke Amerika, Dunia Barat, dan bagian

dunia lainnya. Dihubungkan dengan bahasa Inggris dan pengajarannya, jelaslah bahwa di

satu sisi bahasa Inggris dan pengajarannya mempengaruhi seluruh bahasa di dunia dan

pengajarannya. Namun, disisi lain, masing-masing bahasa (dan pengajarannya) di dunia

juga berpotensi mempengaruhi bahasa Inggris dan pengajarannya. Menurut (Baumgardner

& Brown, 2003) sewaktu bahasa Inggris diajarkan di luar wilayah penutur asli, konteks

lokal pasti terlibat. Hal ini mendorong terjadinya diversifikasi dan keragaman bahasa

Inggris, baik dalam aspek kosa kata, tata-bahasa, maupun lafal (McKay, 2002: 53-55). Bahasa

Inggris yang digunakan di Hongkong memiliki keunikan, dan demikian pula halnya

dengan bahasa Inggris di India, Filipina, Australia, Afrika Selatan, dan tempat-tempat

lainnya. Oleh karena itu, saat ini bahasa Inggris pada hakikatnya tidak lagi ditulis dalam

nomina “English”, melainkan “Englishes”.

Keberagaman bahasa Inggris pada dasarnya sudah tercermin dalam pengelompokan

penutur bahasa Inggris di akhir abad ke-20, dibedakan ke dalam tiga kelompok. Kelompok

pertama adalah kelompok “inner-cicle”, atau pengguna bahasa Inggris sebagai bahasa ibu

(first language), yang oleh Graddol (2000) diperkirakan berjumlah 375 juta penutur.

Penutur yang termasuk dalam kelompok ini mencakup pengguna yang sejak lahir

Page 3: Tren Terkini Dalam Pengajaran Bahasa Inggris

3

menggunakan bahasa Inggris di Kanada, Amerika, Inggris, Australia, dan beberapa negara

lain. Kelompok kedua disebut “outer-circle”, atau pengguna bahasa Inggris sebagai bahasa

kedua (second language), yang oleh Graddol (2000) diperkirakan berjumlah 375 juta

penutur. Penutur yang termasuk dalam kelompok ini mencakup pengguna yang sejak lahir

menggunakan bahasa Inggris di Nigeria, Singapura, Filipina, dan berbagai negara lain.

Penutur kelompok kedua inilah yang cenderung menambahkan unsur lokal ke dalam

bahasa Inggris dan menciptakan ragam bahasa Inggris tersendiri sebagai akibat code-

switching. Pada umumnya penutur di kelompok ini mahir menggunakan bahasa Inggris

ragam internasional bila berhadapan dengan orang dari luar kelompoknya. Namun ketika

berhadapan dengan penutur dari kelompoknya, mereka cenderung menggunakan bahasa

Inggris mereka tersendiri. Kelompok ketiga disebut “expanding-circle”, atau pengguna

bahasa Inggris sebagai bahasa asing (foreign language). Menurut Graddol (2000), penutur

dalam kelompok ini sekitar 375 juta penutur. Penutur yang termasuk dalam kelompok ini

mencakup pengguna yang sejak lahir menggunakan bahasa Inggris di Indonesia, Thailand,

Jepang, dan berbagai negara lain. Fenomena pembentukan ragam bahasa Inggris yang unik

juga berlangsung di kelompok ketiga ini. Di kelompok ini terjadi pembentukan “creole”—

yang terbentuk menjadi sebuah bahasa yang stabil dari “pidgin” (ragam bahasa yang

dikembangkan oleh sekelompok penutur yang sama-sama tidak sepenuhnya menguasai

bahasa tersebut).

Seiring dengan perubahan jumlah penduduk (karena kelahiran) di masing-masing

kelompok, komposisi jumlah penutur di setiap kelompok penutur bahasa Inggris terus

mengalami perubahan. Hal ini terlihat dari perbandingan estimasi jumlah penutur antara

tahun 1990-an (Crystal, 1997) dan tahun 2000 (Graddol, 2000: 10) dalam tabel berikut.

Tabel 1: Jumlah Penutur Bahasa Inggris Berdasarkan Kelompok

Kelompok Tahun 1990-an Tahun 2000

“inner-cicle” 320-380 juta 375 juta

“outer-circle” 150-300 juta 375 juta

“expanding-circle” 100-1000 juta 750 juta

Pertumbuhan jumlah penduduk karena kelahiran di negara-negara kelompok

“expanding-circle” memberikan tantangan dan kesempatan besar tersendiri kepada bidang

pengajaran bahasa Inggris. Tingginya kebutuhan penguasaan bahasa Inggris telah

Page 4: Tren Terkini Dalam Pengajaran Bahasa Inggris

4

375 mil.

Speakers L1

750 mil.

EFL Speakers

375 mil.

Speakers L2

Gambar 1:

Model perpindahan antar

kelompok penutur bahasa Inggris

mendorong banyak negara memulai pengajaran bahasa ini lebih dini. Korea Selatan

memulai pengajaran bahasa Inggris sejak sekolah dasar mulai 1982 (Lee, 2001). Di

Indonesia, pengajaran bahasa Inggris sejak sekolah dasar mulai pada tahun 1994.

Sedangkan pemerintah Taiwan secara resmi mengizinkan pengajaran bahasa Inggris mulai

tahun 2002. (Wang, 2008). Sebagai sub-bagian baru, pengajaran bahasa Inggris kepada

anak-anak (Teaching English to Young Learners) perlu dikembangkan melalui penelitian

lintas disiplin yang relevan.

Selain karena faktor kelahiran, perubahan komposisi jumlah penutur di atas juga

disebabkan oleh perpindahan penutur dari satu kelompok “expanding-circle” ke kelompok

“outer-circle” dan kelompok “outer-circle” ke “inner-cicle” sebagai akibat peningkatan

intensitas komunikasi antar-

bangsa maupun migrasi.

Fenomena ini diungkapkan

Graddol (2000: 10) melalui

model pada Gambar 2 berikut.

Model pada ini memperlihatkan

bahwa jumlah penutur bahasa

Inggris di abad ke-21

kemungkinan besar akan

didominasi pengguna bahasa

Inggris sebagai bahasa kedua

(ESL), karena banyak penutur

EFL berubah status menjadi penutur ESL. Perubahan status ini diakibatkan oleh adanya

kecenderungan bagi keturunan penutur EFL menggunakan bahasa Inggris sebagai ESL

sejak mereka lahir. Akibatnya, ragam bahasa Inggris akan semakin banyak.

Paparan di atas memperlihatkan dua sisi bahasa Inggris yang kontras namun sama-

sama berkembang. Di satu sisi, bahasa Inggris semakin memantapkan posisinya sebagai

bahasa utama penghubung masyarakat internasional. Disisi lain, bahasa Inggris juga

menjadi penghubung kelompok masyarakat tertentu dalam skala yang lebih kecil, yang

menggunakan bahasa itu sebagai ESL atau EFL. Dengan demikian, bahasa Inggris yang

tidak mungkin lagi diakui sebagai milik ekslusif bangsa tertentu saja. Bahasa ini sudah

menjadi milik bersama para penutur di seluruh dunia.

Page 5: Tren Terkini Dalam Pengajaran Bahasa Inggris

5

Status bahasa Inggris sebagai milik dunia ini, terutama dalam konteks ESL dan EFL,

menimbukan paling tidak tiga isu pokok bagi bidang pengajaran dan para guru bahasa

Inggris di kelompok ESL dan EFL. Pertama, standar tata-bahasa Inggris yang mana yang

akan diajarkan kepada siswa? Kedua, pelafalan (pronunciation) yang mana yang harus

diajarkan? Ketiga, perlukah unsur budaya penutur asli dimasukkan dalam kurikulum? Isu

tentang standar tata-bahasa Inggris yang harus diajarkan masih sering menjadi perdebatan.

Namun, menurut (Kachru, 1985: 30), penutur asli bahasa Inggris tidak lagi memiliki hak

prerogatif eksklusif untuk mengontrol standardisasi bahasa Inggris. Yang harus dilakukan

adalah melakukan penelitian linguistik dan pengajaran dengan menggunakan paradigma

dan perspektif baru untuk menemukan formulasi pengajaran yang tepat dalam situasi

multingual dan multikultural tersebut. Dalam hal ini, penggunaan kajian tindakan kelas

(Action Research)—yang dapat memberikan pemahaman kepada guru tentang

keyakinannya sendiri, suasana hati dan persepsi siswa, kelemahan-kelemahan yang perlu

diperbaiki dan solusinya, sangat direkomendasikan. Selain itu, tujuan pembelajaran juga

harus dijadikan prioritas. Jika tujuan seorang pelajar Indonesia mempelajari bahasa Inggris

adalah agar bisa memperoleh skor yang tinggi, yang harus diajarkan padanya adalah

tatabahasa standar Amerika.

Hingga menjelang akhir abad ke-20, pengajaran bahasa Inggris masih sangat

menekankan esensi penguasaan pelafalan yang sama dengan penutur asli. Akan tetapi,

eksistensi ragam bahasa Inggris lokal (khususnya dalam konteks ESL) yang sudah

melembaga, seperti Filipino English dan Singapore English membuyarkan penekanan

tersebut. Dalam konteks EFL, pembelajaran pelafalan bahasa Inggris yang berorientasi

pada ragam bahasa Inggris Amerika, British, atau Australia cenderung diserahkan pada

individu yang mempelajarinya. Sangatlah aneh untuk memaksakan semua pelajar

mengadop model Amerika atau British jika bahasa Inggris yang dipelajari akan digunakan

untuk berkomunikasi dengan penutur ESL/EFL lain. Jenkins (2000) menegaskan:

“received pronunciation (RP) is an unattainable and an unnecessary target for second

language learners.” Dia mengusulkan bahwa silabus pelafalan bahasa Inggris memang

harus mempertahankan pelatihan bunyi-bunyi pembeda pokok namun tidak perlu

diarahkan untuk memproduksi ujaran yang identik dengan penutur asli. Selama ujaran

yang dihasilkan jelas dan mudah dipahami pendengar, hal itu sudah memadai.

Isu tentang pengintegrasian unsur budaya penutur asli ke dalam pengajaran bahasa

Inggris sangat tergantung pada tujuan pembelajaran. Dalam konteks ini, guru perlu

Page 6: Tren Terkini Dalam Pengajaran Bahasa Inggris

6

merekonseptualisasikan hubungan bahasa dengan budaya serta menyesuaikannya dengan

kebutuhan pelajar. Jika pembelajaran bahasa Inggris dimaksudkan untuk memampukan

pelajar tinggal di negeri penutur asli, kurikulum yang dipakai harus memasukkan unsur

budaya penutur asli. Dalam situasi seperti ini, guru perlu dan harus memiliki pemahaman

yang baik tentang budaya maupun sastra Amerika, Inggris atau Australia. Akan tetapi, jika

pembelajaran diarahkan untuk memampukan pelajar berkomunikasi dengan orang lain dari

berbagai negara, pengintegrasian unsur budaya penutur asli tidak lagi relevan. Dalam

situasi seperti ini, guru tidak perlu menjadi ahli tentang budaya penutur asli.

Sisi ketiga globalisasi yang tidak terlepaskan dari tren pengajaran bahasa Inggris

adalah kemajuan dan intensitas penggunaan teknologi komunikasi dan informasi (ICT/

information and communications technology). ICT yang berkembang dengan pesat ini

merupakan kontributor dan sekaligus hasil dari perkembangan sektor ekonomi dan sosial

masyarakat dunia. Perkembangan ICT juga merasuk dan mempengaruhi bidang pengajaran

bahasa Inggris dewasa ini. Berikut ini adalah pembahasan singkat tentang ICT dan

hubungannya dengan pengajaran bahasa Inggris.

Oleh banyak orang, internet dianggap sebagai armada utama bahasa Inggris global.

Pertumbuhan pemakaian komputer dan internet yang begitu pesat sangat mempermudah

pengaksesan informasi—yang menurut Mc Crum R. et al. (1986) 80% ditulis dalam

bahasa Inggris. Kecepataan pertumbuhan internet dapat dilihat dari data bahwa di Amerika

saja 3,4 triliun pesan e-mail dikirim selama tahun 1998, yang berarti rata-rata setiap orang

Amerika, mulai dari anak-anak hingga orang tua mengirimkan lebih dari 10.000 email

pada tahun itu (eMarketer, 1999). Penelitian American Management Association

International (1998) mengungkapkan e-mail telah mulai mengatasi jumlah komunikasi

bisnis secara tatap muka dan via telepon. Lebih dari 95% mahasiswa di Amerika

menggunakan internet untuk mengerjakan penelitian, mencari pekerjaan, atau berhubungan

dengan teman (Diederich, 1998). Walaupun AS cukup lama menjadi pengguna internet

utama di dunia, Negara-negara industry mulai menyusul. Pada tahun 2010, jumlah

pengguna internet di China diperkirakan akan lebih banyak daripada di AS (NUA Internet

Surveys, 1999).

Pada awal pemunculan internet, guru bahasa Inggris memandangnya hanya sebagai

salah satu media alternatif untuk mengajarkan bahasa. (Warschauer, 1995). Namun saat ini

internet telah menjelma menjadi revolusi keempat dalam komunikasi pengembangan

kebudayaan manusia—setelah revolusi penemuan bahasa, tulisan, dan teknologi

Page 7: Tren Terkini Dalam Pengajaran Bahasa Inggris

7

percetakan. Berbeda dengan ketiga revolusi terdahulu, revolusi yang dipicu oleh internet

berlangsung sangat cepat. Akibat revolusi ini, banyak kegiatan di bidang penggunaan dan

pengajaran bahasa dilakukan dengan cepat dan akurat. Berikut ini adalah beberapa aktivitas

penggunaan dan pengajaran bahasa yang dilakukan dengan menggunakan bantuan ICT.

Mempelajari Bahasa

Sangat kontras dengan pembelajaran bahasa tradisional, saat ini bahasa dapat

dipelajari melalui internet. Menemukan “kelas bahasa” di dunia maya dapat dilakukan

hanya dalam hitungan detik. “Guru bahasa” di kelas-kelas tersebut dapat diminta memberi

pelajaran atau latihan yang sesuai dengan tingkatan dan keinginan siswa setiap saat. Siswa

yang ingin belajar dapat melakukannya dari manapun juga. Ribuan kelas bahasa itu juga

menawarkan pelatihan semua kemahiran berbahasa maupun pelajaran tentang cabang-

cabang ilmu bahasa. Hal ini dimungkinkan oleh ITC yang memuat dan menyajikan data

audio-visual secara kompak dan interaktif.

Membaca

Kebanyakan aktivitas membaca saat ini telah berpindah dari kegiatan melihat

halaman buku ke melihat monitor komputer, khususnya bagi kaum muda yang tumbuh

bersama komputer (Reinking, 1998). Perpindahan ini, disukai atau tidak, mengharuskan

perubahan konsep pengajaran membaca. Aktivitas skimming, scanning, dan menebak

makna kata dengan menggunakan konteks yang begitu penting perannya dalam membaca

halaman buku sekarang harus digantikan kemahiran meng-“klick” wilayah yang tepat di

monitor komputer. (McKenna, 1998). Selain itu, membaca di monitor komputer

membutuhkan keaktifan yang lebih tinggi daripada membaca buku. Bahan bacaan

mengenai sebuah topik (baik yang dapat dipercaya maupun berkelas “sampah”) tersedia

dalam jumlah sangat besar di internet sehingga pembaca harus dapat menimbang sumber

mana yang layak dipercaya, dan mana yang harus diabaikan.

Menulis

Perubahan dramatis yang dialami aktivitas membaca juga terjadi pada aktivitas

menulis. Sebagai gambaran, jika dalam proses menulis tradisional persoalan ejaan dan

tatabahasa sering menjadi masalah, dalam menulis dengan bantuan komputer dan internet

persoalan seperti itu langsung terdeteksi dan dapat segera diperbaiki. Penulis juga dapat

Page 8: Tren Terkini Dalam Pengajaran Bahasa Inggris

8

merujuk kamus, ensiklopedia, tesaurus untuk memilih diksi yang tepat dalam hitungan

detik. Selain itu, terhubungnya penulis dengan sumber data tak terbatas di internet

membuat penelusuran informasi dapat dilakukan seketika sehingga penyelesaian tulisan

dapat dilakukan dalam waktu yang singkat.

Pembangunan Jejaring

Internet membuat pembangunan jejaring tanpa batas, baik yang didasarkan kesamaan

minat atau tujuan maupun untuk sekedar “chatting” dapat dilakukan dengan mudah. Hal ini

dapat dimanfaatkan oleh guru bahasa Inggris untuk berbagi ide dan pengalaman dengan

banyak kolega. Keterlibatan dalam jejaring seperti ini akan sangat membantu dalam upaya

menemukan dan memodifikasi materi pembelajaran yang dibutuhkan. Dengan demikian,

ketergantungan guru bahasa Inggris terhadap materi ajar cetak menjadi semakin kecil.

Kesimpulan

Terpilihnya bahasa Inggris sebagai bahasa utama pergaulan internasional

memberikan peluang dan sekaligus tantangan besar bagi bidang pengajaran bahasa Inggris.

Di satu sisi, jumlah orang yang sedang dan akan mempelajari bahasa Inggris yang begitu

besar membuat bidang ini ‘booming’. Di sisi lain, kombinasi antara karakteristik usia,

tujuan, lokasi, budaya para pelajar yang sangat variatif dan perubahan yang berlangsung

akseleratif dalam masyarakat dunia membuat pengajaran bahasa Inggris menjadi kompleks

dan sekaligus dinamis. Kehadiran dan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi

juga semakin membuka berbagai kemungkinan baru dalam pengajaran bahasa Inggris.

Konsekuensi dari seluruh fenomena ini adalah: selama beberapa dekade yang akan datang,

bidang pengajaran bahasa Inggris akan sangat prospektif. Akan tetapi, peluang yang begitu

besar tersebut akan sia-sia jika guru bahasa Inggris tidak terus mengembangkan diri agar

dapat menjawab segala tantangan yang senantiasa berjalan seiring dengan peluang yang

tersebut.

Referensi American Management Association International. (1998). E-Mail tops telephone, say HR

execs at 69th annual human resources conference. [Article Online]. Diunduh pada tanggal 4 Februari 2000 dari: http://www.amanet.org/survey/hrc98.htm..

Baumgardner, R.J. & Brown, K.. World Englishes: Ethics and Pedagogy. World Englishes.

2003. Vol.22, No.3: 245-251.

Page 9: Tren Terkini Dalam Pengajaran Bahasa Inggris

9

Diederich, T. (1998). Web use among students continues to rise. [Article Online]. Diunduh pada tanggal 7 Juni 2000 dari: http://cnn.com/TECH/computing/9808/31/opstud. idg/index.html

eMarketer. (1999). eMarketer tallies the number of e-mail messages sent in 1999. [Article

Online]. Diunduh pada tanggal 7 Juni 2000 dari: http://www.emarketer.com/estats/ 020199_email.html

Graddol, David. 2000. The Future of English? London: British Council. Guardian.co.uk. 2004. “English Teaching Industry Set for Boom”. Published in Guardian

News and Media Limited, Thursday 9 December 2004. [Article Online].Diunduh pada tanggal 15 Agustus 2010 dari http://www.guardian.co.uk/education

Jenkins, Jennifer 2000. The Phonology of English as an International Language. Oxford:

Oxford University Press. Lee, In. 2001. Challenges for the New Millennium in Korea: English Education. A paper,

published in JALT2000 Conference Proceedings. Tokyo: The Japan Association for Language Teaching

Maybin, Janet and Joan Swann (eds). 2010 The Routledge Companion to English

Language Studies. New York: Routledge. McCrum R., Cran W. and McNeil R.1986. The Study of English. London: Faber & Faber. McKay, S.L.. 2002. Teaching English as an International Language: Rethinking Goals

and Approaches. Oxford: Oxford University Press. McKenna, M. C. (1998). Electronic texts and the tranformation of beginning reading. In D.

Reinking, M. C. McKenna, L. D. Labbo, & R. D. Kieffer (Eds.), Handbook of literacy and technology:Transformations in a post-typorgraphic world. Mahwah, NJ: Lawrence Erlbaum Associates.

NUA Internet Surveys. (1999). Chinese users to outnumber US users by 2010, [Article

Online]. Diunduh pada tanggal 12 Desember 2009 dari: http://www.nua.ie/surveys/ ?f=VS&art_id=905355392&rel=true .

Pennycook, A. 2001. English in the World/The World in English. In Burns, A. & Coffin, C. Reinking, D. (Ed.). (1998). Handbook of literacy and technology: Transformations in a

post-typographic world. Mahwah, NJ: Lawrence Erlbaum Associates. Wang, Wei-Pei. 2008. Teaching English to Young Learners in Taiwan: Issues Relating to

Teaching, Teacher Education, Teaching Materials and Teacher Perspectives. An upublished thesis at The University of Waikato.

Warschauer, M. 2000. “The changing global economy and the future of English teaching.”

TESOL Quarterly.