Trauma Uretra Jadi

22
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih). Trauma uretra posterior yang paling sering dikaitkan dengan patah tulang panggul, dengan kejadian 5% - 10%. Dengan tingkat tahunan sebesar 20 patah tulang panggul per 100.000 penduduk. Trauma uretra anterior kurang sering didiagnosis kegawatdaruratan, dengan demikian, kejadian yang sebenarnya sulit untuk ditentukan. Namun, banyak pria dengan striktur uretra bulbar mengingat cedera tumpul yang terjadi di perineum atau cedera kangkang ( straddle injury ), membuat frekuensi sebenarnya dari trauma uretra anterior jauh lebih tinggi. Cedera penetrasi ke uretra jarang terjadi, dengan pusat-pusat trauma besar melaporkan hanya sedikit per tahun. Trauma saluran kemih sering tak terdiagnosa atau terlambat terdiagnosa karena perhatian penolong sering tersita oleh jejas-jejas ada di tubuh dan anggota gerak saja, kelambatan inidapat menimbulkan komplikasi yang berat seperti perdarahan hebat dan peritonitis, oleh karenaitu pada setiap kecelakaan trauma saluran kemih 1 |TRAUMA URETRA KELOMPOK 7 /VI-C

Transcript of Trauma Uretra Jadi

Page 1: Trauma Uretra Jadi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya

proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan

oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang

tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air

kemih).

Trauma uretra posterior yang paling sering dikaitkan dengan patah tulang

panggul, dengan kejadian 5% -10%. Dengan tingkat tahunan sebesar 20 patah tulang

panggul per 100.000 penduduk. Trauma uretra anterior kurang sering didiagnosis

kegawatdaruratan, dengan demikian, kejadian yang sebenarnya sulit untuk

ditentukan. Namun, banyak pria dengan striktur uretra bulbar mengingat cedera

tumpul yang terjadi di perineum atau cedera kangkang (straddle injury), membuat

frekuensi sebenarnya dari trauma uretra anterior jauh lebih tinggi. Cedera penetrasi ke

uretra jarang terjadi, dengan pusat-pusat trauma besar melaporkan hanya sedikit per

tahun.

Trauma saluran kemih sering tak terdiagnosa atau terlambat terdiagnosa karena

perhatian penolong sering tersita oleh jejas-jejas ada di tubuh dan anggota gerak saja,

kelambatan inidapat menimbulkan komplikasi yang berat seperti perdarahan hebat

dan peritonitis, oleh karenaitu pada setiap kecelakaan trauma saluran kemih harus

dicurigai sampai dibuktikan tidak ada.Trauma saluran kemih sering tidak hanya

mengenai satu organ saja, sehingga sebaiknyaseluruh sistem saluran kemih selalu

ditangani sebagai satu kesatuan. Juga harus diingat bahwakeadaan umum dan tanda-

tanda vital harus selalu diperbaiki/dipertahankan, sebelummelangkah ke pengobatan

yang lebih spesifik

Dalam makalah ini kami akan mengangkat masalah tentang trauma uretra. Karena

di lapangan trauma uretra lebih sering terjadi dari pada trauma yang lain. Karena

apabila terlambat akan menimbulkan komplikasi yang berat.

1.2. Rumusan Masalah

1.2.1. Bagaimana asuhan kepererawatan pada trauma uretra?

1 |TRAUMA URETRA KELOMPOK 7 /VI-C

Page 2: Trauma Uretra Jadi

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan umum

Mahasiswa mampu memahami bagaimana asuhan keperawatan sistem

perkemihan pada pasien dengan trauma uretra

1.3.2. Tujuan khusus

1. Mengetahui anatomi dan fisiologi uretra

2. Mengetahui pengertian trauma uretra

3. Mengetahu klasifikas trauma uretra

4. Mengetahui etiologi trauma uretra

5. Mengetahui patofisologi trau uretra

6. Mengetahui manifestasi klinis trauma uretra

7. Mengetahui pmeriksaan penunjang trauma uretra

8. Mengetahui komplikasi pada trauma uretra

9. Mengetahui penatalaksanaaan trauma uretra

10. Memahami asuhan keperwatan pada pasien trauma uretra

1.4. Mamfaat

2. Untuk mahasiswa: diharapkan makalah ini bisa bermamfaat sebagai bahan

pembanding dalam pembuatan tugas serupa

3. Untuk tenaga kesehatan: makalah ini bisa dijadikan bahan acuan untuk melakukan

tindakan asuhan keperawatan pada kasus yang serupa

4. Untuk instansi: agar tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal

5. Untuk masyarakat: sebagai bahan informasiuntuk menambah pengetahuan

kesehatan.

2 |TRAUMA URETRA KELOMPOK 7 /VI-C

Page 3: Trauma Uretra Jadi

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. ANATOMI DAN FISIOLOGI

Dalam anatomi, uretra adalah saluran yang menghubungkan kantung kemih ke

lingkungan luar tubuh. Uretra berfungsi sebagai saluran pembuang baik pada sistem

kemih atau ekskresi dan sistem seksual. Pada pria, berfungsi juga dalam sistem

reproduksi sebagai saluran pengeluaran air mani.

a. Uretra pada wanita

Pada wanita, panjang uretra sekitar 2,5 sampai 4 cm dan terletak di

antara klitoris dan pembukaan vagina. Pria memiliki uretra yang lebih panjang

dari wanita. Artinya, wanita lebih berisiko terkena infeksi kantung kemih atau

sistitis dan infeksi saluran kemih.

b. Uretra pada pria

Pada pria, panjang uretra sekitar 20 cm dan berakhir pada akhir penis.

Uretra pada pria dibagi menjadi 4 bagian, dinamakan sesuai dengan

letaknya:

1) Pars pra-prostatica, terletak sebelum kelenjar prostat.

2) Pars prostatica, terletak di prostat, Terdapat pembukaan kecil,

dimana terletak muara vasdeferens.

3) Pars membranosa, sekitar 1,5 cm dan di lateral terdapat kelenjar

bulbouretralis.

4) Pars spongiosa/cavernosa, sekitar 15 cm dan melintas di corpus

spongiosum penis.

Histologi

Sel epitel dari uretra dimulai sebagai sel transisional setelah

keluar dari kantung kemih. Sepanjang uretra disusun oleh sel epitel

bertingkat torak, kemudian sel bertingkat kubis di dekat lubang keluar.

Terdapat pula kelenjar uretra kecil yang menghasilkan lendir untuk

membantu melindungi sel epitel dari urin yang korosif. tampak ada

ekstravasasi kontras keluar dari lumen uretra. pasien diputuskan untuk

dilakukan cystostomi untuk diversi urin.

3 |TRAUMA URETRA KELOMPOK 7 /VI-C

Page 4: Trauma Uretra Jadi

2.2. DEFINISI

Truma uretra adalah suatu cedera yang mengenai uretra sehingga

menyebabkan ruptur pada uretra (Arif Muttaqin:2011)

Ruptur uretra adalah ruptur pada uretra yang terjadi langsung akibat trauma

dan kebanyakan disertai fraktur tulang panggul, khususnya os pubis (simpiolisis).

Gambar: hematoma akibat trauma uretra

Sumber: google.com

2.3. KLASIFIKASI

Ruptur uretra dibagi menjadi 2 macam:

1. Ruptur uretra anterior : 

Paling sering pada bulbosa disebut Straddle Injury, dimana robekan uretra

terjadi antara ramus inferior os pubis dan benda yang menyebabkannya.

Terdapat daerah memar atau hematoma pada penis dan scrotum

(kemungkinan ekstravasasi urine Penyebab tersering : straddle injury

( cedera selangkangan )

Jenis kerusakan :

o    Kontusio dinding uretra.

o    Ruptur parsial.

o    Ruptur total.

2. Ruptur uretra posterior : 

-  Paling sering pada membranacea.

-  Ruptur utertra pars prostato-membranasea

-  Terdapat tanda patah tulang pelvis.

-  Terbanyak disebabkan oleh fraktur tulang pelvis.

4 |TRAUMA URETRA KELOMPOK 7 /VI-C

Page 5: Trauma Uretra Jadi

-  Robeknya ligamen pubo-prostatikum.

-  Pada daerah suprapubik dan abdomen bagian bawah dijumpai jejas,

hematom dan nyeri tekan.

-  Bila disertai ruptur kandung kemih bisa ditemukan tanda rangsangan

peritoneum.

Klasifikasi rupture uretra menurut Collapinto & Mc Collum :

1. Stretching/teregang. Tidak ada ekstrvasasi.

2. Uretra putus diatas prostato membranasea. Diafragma urogenital

utuh. Ekstravasasi terbatas pada diafragma urogenital.

3. Uretra posterior, diafragma uretra, dan uretra pars bulbosa

proksimal rusak, ekstravasasi sampai perineum.

Ruptur Uretra Total

•    Penderita mengeluh tidak bisa buang air kecil sejak terjadi ruda

paksa.

•    Nyeri perut bagian bawah dan daerah supra pubic.

•    Pada perabaan mungkin dijumpai kandung kemih yang penuh

2.4. ETIOLOGI

Adanya trauma pada perut bagian bawah, panggul, genetalia eksterna maupun

perineum.

  Cedera eksternal 

-    Fraktur pelvis : rupture uretra pars membranasea.

-    Trauma selangkangan : ruptur uretra pars bulbosa.

-    Iatrogenik : pemasangan kateter folley yang salah.

-    Persalinan lama.

-    Ruptur yang spontan

2.5. PATOFISIOLOGI

Ruptur uretra sering terjadi bila seorang penderita patah tulang panggul karena

jatuh atau kecelakaan lalu lintas. Ruptur uretra dibagi menjadi 2 yaitu ; rupture uretra

posterior dan anterior.

5 |TRAUMA URETRA KELOMPOK 7 /VI-C

Page 6: Trauma Uretra Jadi

Ruptur uretran posterior hampir selalu disertai fraktur pelvis. Akibat fraktur

tulang pelvis terjadi robekan pars membranaseae karena prostat dan uretra prostatika

tertarik ke cranial bersama fragmen fraktur. Sedangkan uretra membranaseae terikat

di diafragma urogenital. Ruptur uretra posterior dapat terjadi total atau inkomplit.

Pada rupture total, uretra terpisah seluruhnya dan ligamentum puboprostatikum robek,

sehingga buli-buli dan prostat terlepas ke cranial. 

Rupture uretra anterior atau cedera uretra bulbosa terjadi akibat jatuh terduduk

atau terkangkang sehingga uretra terjepit antara objek yang keras seperti batu, kayu

atau palang sepeda dengan tulang simpisis. Cedera uretra anterior selain oleh cedera

kangkang juga dapat di sebabkan oleh instrumentasi urologic seperti pemasangan

kateter, businasi dan bedah endoskopi. Akibatnya dapat terjadi kontusio dan laserasi

uretra karena straddle injury yang berat dan menyebabkan robeknya uretra dan terjadi

ekstravasasi urine yang biasa meluas ke skrotum, sepanjang penis dan ke dinding

abdomen yang bila tidak ditangani dengan baik terjadi infeksi atau sepsis.

2.6. MANIFESTASI KLINIS

1. Perdarahan per-uretra post trauma.

2. Retensi urine.

3. Lebih khusus:   Pada Posterior dan Anterior :

a. Pada Posterior

•  Perdarahan per uretra

•  Retensi urine.

•   Pemeriksaan Rektal Tuse : Floating Prostat.

•   Ureterografi: ekstravasasi kontras dan adanya fraktur pelvis.

b. Pada Anterior:

•  Perdarahan per-uretra/ hematuri.

•  Sleeve Hematom/butterfly hematom.

•  Kadang terjadi retensi urine.

2.7. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan radiologik:

Tampak adanya defek uretra anterior daerah bulbus dengan ekstravasasi

bahan kontras uretografi retrograd.

6 |TRAUMA URETRA KELOMPOK 7 /VI-C

Page 7: Trauma Uretra Jadi

Gambar: hasil ronsen pada trauma uretra

Sumber : google.com

2.8. KOMPLIKASI 

1. Komplikasi dini setelah rekonstruksi uretra

•    Infeksi

•    Hematoma

•    Abses periuretral

•    Fistel uretrokutan

•    Epididimitis

2. Komplikasi lanjut

•    Striktura uretra

•    Khusus pada ruptur uretra posterior dapat timbul :

-    Impotensi

-    Inkontinensia

2.9. PENATALAKSANAAN 

1. Pada ruptur anterior

a)   Pada ruptur anterior yang partial cukup dengan memasang kateter dan

melakukan drainase bila ada.

b)   ruptur yang total hendaknya sedapat mungkin dilakukan penyambungan

dengan membuat end-to-end, anastomosis dan suprapubic cystostomy.

7 |TRAUMA URETRA KELOMPOK 7 /VI-C

Page 8: Trauma Uretra Jadi

c)   Kontusio : observasi, 4-6 bulan kemudian dilakukan uretrografi ulang.

d)    istosomi, 2 minggu kemudian dilakukan uretrogram dan striktura sache jika

timbul stiktura uretra.

e)    Debridement dan insisi hematom untuk mencegah infeksi.

2. Pada ruptur uretra posterior

a)    Pada rupture yang total suprapubic cystostomy 6-8 minggu. 

b)    Pada ruptur uretra posterior yang partial cukup dengan memasang

douwer kateter.

c)    Operasi uretroplasti 3 bulan pasca ruptur.

8 |TRAUMA URETRA KELOMPOK 7 /VI-C

Page 9: Trauma Uretra Jadi

BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TRAUMA URETRA

3.1. PENGKAJIAN

1. Identitas pasien:

Meliputi nama, alamat,

jenis kelamin: trauma uretra bisanya terjadi pada pria karena uretra pria

lebih panjang sehingga resiko terjadi trauma lebih besar).

Umur: usia produktif lebih beresiko karnena rentan terjadi kecelakaan

Pekerjaan: pekerja lapangan atau pekerja berat lebih beresiko terjadi

kecelakaan dalam pekerjaan.

2. Keluhan utama

Hal yang paling dirasakan pasien seperti:

Nyeri akut

Perdarahan per-uretra post trauma

Fraktur pelvis

Hematom penis dll.

3. Riwayat penyakit sekarang

Menceritakan tentang perjalanan penyakitdari pasien dirumah sampai

dibawa ke rumahsakit. Biasanya pasien mengeluh Perdarahan per-uretra post

trauma, hematoma dll (kaji riwayat trauma)

4. Riwayat penyakit dahulu

Kaji pasien memiliki riwayat fraktur pelvis

5. Riwayat penyakit keluarga

Biasanya tidak ditemukan adanya hubungan riwayat penyakit keluarga

dengan trauma uretra.

6. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan.

Misalnya kebiasaan mengendarai sepedah beresiko untuk terjadinya

trauma atau cidera uretra

7. Pengkajian Bio, Psiko, Sosial dan Spiritual

Pola Kebutuhan Dasar (Virginia Handerson)

a. Oksigenasi

Meliputi fungsi pernafasan (RR, alat bantu pernafasan)

9 |TRAUMA URETRA KELOMPOK 7 /VI-C

Page 10: Trauma Uretra Jadi

b. Nutrisi

Dikaji riwayat diit makan dan minum sebelum sakit yang meliputi jenis,

frekuensi., dikaji kepatuhan klien terhadap diitnya. Kaji apakah terjadi mual

dan muntah

c. Eliminasi ( BAB & BAK )

Perhatikan apakah terjadi retensio urine, anuria, hematuria dll.

d. Aktivitas / mobilitas fisik

Pola aktifitas terganggu.

e. Istirahat dan Tidur

Adakah gangguan pola tidur

f. Pola Berpakaian

Dilakukan secara mandiri / tidak

g. Kebutuhan bekerja

Dikaji masih dapat bekerja atau tidak setelah sakit

h. Pola Mempertahankan Temperatur Tubuh

Apabila terjdi infeksi maka kaji suhu tubuh (akan meningkat)

i. Personal hygiene

Mandi, Cuci rambut, Gunting kuku, Gosok gigi, Dilakukan secara mandiri /

tidak

j. Rekreasi

Jenis rekreasi yang dilakukan

k. Pola rasa aman dan nyaman

Merasa nyaman bersama keluarga, merasa nyaman dengan perawat,

merasa nyaman jika dirumah, gangguan rasa nyaman dengan nyeri (jika

ada) dan sesak.

l. Pola berkomunikasi

Bahasa, lancar / tidak.

m. Pola sepiritual

Harapan klien dengan penyakitnya, bagaimana menjalankan ibadahnya.

n. Pola belajar

Kondisi penyakit klien sudah mengerti atau belum tentang penyakit, diit,

terapi yang dijalani, pembatasan cairan, prognosis penyakit.

.

10 |TRAUMA URETRA KELOMPOK 7 /VI-C

Page 11: Trauma Uretra Jadi

8. Pemeriksan Fisik

Keadaan umum pasien

Kesadaran

TTV

Pemeriksaan Head to Toes

Kepala: normal

Mata:

inspeksi: konjungtiva anemis

Hidung: normal

Dada & axila: normal

Pernafasan: normal

Sirkulasi jantung:

Palpasi : apabila terdapat perdarahan perureta, pasien beresiko syok

hipovolemik. TD

Abdomen:

Inspeksi: abdomen tampak kembung (distensi abdomen)

Palpasi: nyeri tekan pada abdomen

Auskultasi: bising usus

Genitouary:

Inspeksi: terdapat hematum pada perivesika, hematum pada penis &

inguinal. Iritasi kulit penis / inguinal. Terdapat perdarahan per uretra.

Palpasi: terdapat edema pada daerah genetalia (hematum)

Ekstremitas (integumen & muskuluskletal):

Inspeksi: kemerahan/iritasi pada kulit penis, kulit tampak

pucat ,spasmeotot peritonem.

Palpasi: tugor kilit jelek. Kulit tampak pucat

3.2. DIAGNOSA

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan akibat ruptur pada

uretra

2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan pengaktifan mediator nyeri

akibat spasme otot

3. Ganggua perfusi jaringan berhubungan dengan suplay oksigen ke jaringan

berkurang akibat perdarahan

11 |TRAUMA URETRA KELOMPOK 7 /VI-C

Page 12: Trauma Uretra Jadi

4. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan retensi urin akibat obstruksi saluran

kencing

5. Resiko infeksi berhubungan dengan invasi bakteri akibat tidak ditangani dengan

baik

3.3. INTERVENSI

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan akibat ruptur pada uretra

Tujuan: setelah dilakukan asuhan keperwatan selama 1 x 24 jam volume cairan pasien

dapat seimbang

KH: Intake dan output seimbang

TD: 120/80 MmHg

Nadi : 60 – 100x/menit

RR : 16 – 24

INTERVENSI RASIONAL

1. Awasi tanda – tanda vital

2. Dorong peningkatan pemasukan

oral berdasarkan kebutuhan

3. Berikan cairan IV

4. Awasi pemasukan dan pengeluaran

cairan

1. Indikator hidrasi dan kebutuhan

intervensi

2. Pengurangan cadangan dan

peningkatan resiko deihdrasi

3. Menggatikan kehilangan cairan dan

natrium untuk mencegah dehidrasi

4. Membandingkan keluaran aktual

2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan pengaktifan mediator nyeri

akibat spasme otot

Tujuan: dengan di lakukan asuhan keperawatan 1 x 24 jam nyeri pada pasien

dapat terkontrol dan berkurang

KH : Skala nyeri = 3

Wajah nampak rileks

TD = 120/80 MmHg

INTERVENSI RASIONAL

1. Beri tindakan nyaman, contoh

pijatan punggung

1. Meningkatkan relaksasi

menurunkan tegangan otot

12 |TRAUMA URETRA KELOMPOK 7 /VI-C

Page 13: Trauma Uretra Jadi

2. Dorong penggunaan tekhnik

relaksasi

3. Berikan kompres hangat pada

punggung

4. Berikan analgesik

5. Kaji skala nyeri, lokasi dan

intensitas nyeri

2. Membantu pasien istirahat dengan

tenang dan efektif

3. Menghilangkan tegangan otot dan

dapat menurunkan reflek spasme

4. Membantu meringakan nyeri dari

dalam tubuh.

5. Mengobservasi tindakan yang telah

dilakukan

3. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan retensi urin akibat obstruksi saluran

kencing

Tujuan: setelah dilakukan asuhan keperawatan 3 x 24 jam pasien dapat berkemih

secara normal.

KH : periode berkemih pasien normal 5x sehari

TD = 120/80mmHg

RR= 16-24x/menit

Nadi = 60 – 100 x/menit

Suhu= 36,5 C

INTERVENSI RASIONAL

1. Awasi pemasukan dan

pengeluaran dan karakteristik urin

2. Tentukan pola berkemih normal

dan perhatikan variasi

3. Dorong meningkatkan

pemsasukan cairan

4. Awasi pemeriksaan laboratorium

ex. Elektrolit, BUN, kreatinin

1. Memberikan informasi tentang

fungsi ginjal dan adnya

komplikasi

2. Kalkulus dapat menyebabkan

eksitabilitas saraf yang

menyebabkan sensasi kebutuhan

berkemih segera.

3. Peningkatan hidrasi dapat

membilasi bakteri, darah dan

debris dan dapat membatu

lewatnya batu

4. Peninggian BUN, Kreatinindan

elektrolit mengindikasikan

disfungsi ginjal.

13 |TRAUMA URETRA KELOMPOK 7 /VI-C

Page 14: Trauma Uretra Jadi

3.4. IMPLEMENTASI

Lakukan sesuai dengan intervensi

3.5. EVALUASI

1. Melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan

2. Menemtukan apakah tujuan keperawatan telah tercai atau belum

3. Mengkaji ulang penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum tercapai

14 |TRAUMA URETRA KELOMPOK 7 /VI-C

Page 15: Trauma Uretra Jadi

BAB 4

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Truma uretra adalah suatu cedera yang mengenai uretra sehingga menyebabkan

ruptur pada uretra (Arif Muttaqin:2011)

Ruptur uretra adalah ruptur pada uretra yang terjadi langsung akibat trauma dan

kebanyakan disertai fraktur tulang panggul, khususnya os pubis (simpiolisis).

Ruptur uretra dibagi menjadi 2 macam:

1. Ruptur uretra anterior

2. Ruptur uretra posterior

Penatalaksanaan 

1. Pada ruptur anterior

a)   Pada ruptur anterior yang partial cukup dengan memasang kateter dan

melakukan drainase bila ada.

b)   ruptur yang total hendaknya sedapat mungkin dilakukan penyambungan

dengan membuat end-to-end, anastomosis dan suprapubic cystostomy.

c)   Kontusio : observasi, 4-6 bulan kemudian dilakukan uretrografi ulang.

d)    istosomi, 2 minggu kemudian dilakukan uretrogram dan striktura sache jika

timbul stiktura uretra.

2. Pada ruptur uretra posterior

a)    Pada rupture yang total suprapubic cystostomy 6-8 minggu. 

b)    Pada ruptur uretra posterior yang partial cukup dengan memasang douwer

kateter.

c)    Operasi uretroplasti 3 bulan pasca ruptur

4.2 Saran:

Setelah membaca makalah ini diharapkan:

1. Untuk mahasiswa: diharapkan makalah ini bisa bermamfaat sebagai bahan

pembanding dalam pembuatan tugas serupa

2. Untuk tenaga kesehatan: makalah ini bisa dijadikan bahan acuan untuk melakukan

tindakan asuhan keperawatan pada kasus yang serupa

3. Untuk instansi: agar tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal

4. Untuk masyarakat: sebagai bahan informasiuntuk menambah pengetahuan

kesehatan.

15 |TRAUMA URETRA KELOMPOK 7 /VI-C

Page 16: Trauma Uretra Jadi

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo

Agung., Yasmin Asih., Juli, Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.

Carpenito, L.J., 2000, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis, alih bahasa: Tim

PSIK UNPAD Edisi-6, EGC, Jakarta

Depkes RI, ASKEP Pasien dengan Gg Penyakit Sistem Urologi , 1996 , Jakarta

Doenges,M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C., 1993, Rencana Asuhan Keperawatan untuk

perencanaan dan pendukomentasian  perawatan  Pasien, Edisi-3, Alih bahasa;

Kariasa,I.M., Sumarwati,N.M., EGC, Jakarta

Mutaqin, Arif. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta Selemba

Medika.

Hidayat Samsul , Ilmu Bedah , Edisi revisi, EGC , 1998 , Jakarta

Tucker Susan Martin, Et all , Standar Perawatan Pasien , volume 3 , EGC, PeterMowschenson , Ilmu Bedah Untuk Pemula , Edisi 2 , Bina Rupa aksara , 1983 Jakarta

16 |TRAUMA URETRA KELOMPOK 7 /VI-C