Transplantasi Hati New
-
Upload
yuppie-uppi -
Category
Documents
-
view
1.170 -
download
5
Transcript of Transplantasi Hati New
TRANSPLANTASI HATI
(Makalah Kapita Selekta Biokimia)
Oleh
1. Fitriyanti (0917011029)
2. Miftahul Jannah (0917011012)
3. Rizki Yuliandari (0917011013)
4. Stephanie Oktiana (0917011057)
5. Adek purnawati (0817011014)
6. Miftasani (0817011041)
7. Musrifatun (0817011044)
Jurusan Kimia
Fakutas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Lampung
2012
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh yang terletak di bagian atas rongga
perut sebelah kanan, tepatnya di bawah diafragma. Hati mempunyai tugas penting
yang rumit demi kelangsungan seluruh fungsi kesehatan tubuh. Dalam sistem
pencernaan, hati berperan mensekresikan empedu yang memegang peranan
penting dalam metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein. Sedangkan dalam
sistem eksresi, hati berperan membantu fungsi ginjal dengan cara memecah
beberapa senyawa yang bersifat racun yang dikeluarkan dalam bentuk amonia,
urea, dan asam urat. Proses pemecahan senyawa racun oleh hati disebut
proses detoksifikasi.
Penting bagi kita untuk selalu menjaga kesehatan hati karena terdapat beberapa
jenis penyakit yang dapat menyerang hati diantaranya hepatitis, sirosis, dan
kanker hati. Ketiga penyakit ini termasuk penyakit hati yang sering terjadi.
Penyembuhan sirosis bisa ditangani dengan melakukan transplantasi hati atau
cangkok hati.
Transplantasi hati pada dasarnya adalah mengganti hati yang rusak dengan hati
yang sehat, bisa dari donor cadaver (mayat) maupun dari donor living (hidup).
Hati pendonor diambil sebagian dan didonorkan kepada yang sakit. Sementara
organ hati si penerima donor harus diangkat seluruhnya karena sudah tidak
berfungsi dengan baik. Transplantasi hati ditempuh untuk menghindari ancaman
kematian. Proses transplantasi akan memperpanjang daya tahan hidup dan
produktivitas pasien sampai perpanjangan usia 1 tahun atau bahkan mencapai 3-8
tahun. Hal ini tergantung perawatan sebelum, selama, maupun sesudah
transplantasi hati .
B. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk memberikan informasi tentang transplantasi
hati.
II. ISI
1. Hati
Hati (bahasa Yunani:hēpar) merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh. Hati
adalah organ tunggal dalam tubuh yang berukuran paling besar dan kompleks
dengan bobot sekitar 2 kg. Hati berfungsi mengatur komposisi darah, terutama
jumlah gula, protein, dan lemak yang masuk dalam peredaran darah. Hampir
semua zat makanan yang diserap melalui usus diproses dalam hati. Selain untuk
mengubah zat makanan menjadi bentuk yang dapat digunakan tubuh.
Organ hati dapat mendetoksifikasi darah dengan cara memisahkan obat-obatan
dan bahan kimia atau metabolit yang berpotensi merusak dari aliran darah. Hati
juga menyingkirkan bilirubin (senyawa pigmen berwarna kuning yang merupakan
produk katabolisme enzimatik biliverdin oleh biliverdin reduktase) dari darah lalu
mengubahnya sehingga dapat dikeluarkan ke empedu dan akhirnya lewat feses.
Gambar 1. Hati manusia
Sebagai kelenjar, hati menghasilkan:
empedu yang mencapai ½ liter setiap hari. Empedu merupakan cairan
kehijauan dan terasa pahit, berasal dari hemoglobin sel darah merah yang
telah tua, yang kemudian disimpan di dalam kantong empedu atau
diekskresi ke duodenum. Empedu mengandung kolesterol, garam mineral,
garam empedu, pigmen bilirubin, dan biliverdin. Sekresi empedu berguna
untuk mencerna lemak, mengaktifkan lipase, membantu daya absorpsi
lemak di usus, dan mengubah zat yang tidak larut dalam air menjadi zat
yang larut dalam air. Apabila saluran empedu di hati tersumbat, empedu
masuk ke peredaran darah sehingga kulit penderita menjadi kekuningan.
Orang yang demikian dikatakan menderita penyakit kuning.
sebagian besar asam amino
faktor koagulasi I, II, V, VII, IX, X, XI
protein C, protein S dan anti-trombin
kalsidiol
trigliserida melalui lintasan lipogenesis
kolesterol
insulin-like growth factor 1 (IGF-1), sebuah protein polipeptida yang
berperan penting dalam pertumbuhan tubuh dalam masa kanak-kanak dan
tetap memiliki efek anabolik pada orang dewasa.
enzim arginase yang mengubah arginina menjadi ornitina dan urea.
Ornitina yang terbentuk dapat mengikat NH³ dan CO² yang bersifat racun.
trombopoietin, sebuah hormon glikoprotein yang mengendalikan produksi
keping darah oleh sumsum tulang belakang.
Pada triwulan awal pertumbuhan janin, hati merupakan organ utama
sintesis sel darah merah, hingga mencapai sekitar sumsum tulang belakang
mampu mengambil alih tugas ini.
albumin, komponen osmolar utama pada plasma darah.
angiotensinogen, sebuah hormon yang berperan untuk meningkatkan
tekanan darah ketika diaktivasi oleh renin, sebuah enzim yang disekresi
oleh ginjal saat ditengarai kurangnya tekanan darah oleh juxtaglomerular
apparatus.
enzim glutamat-oksaloasetat transferase, glutamat-piruvat transferase dan
laktat dehidrogenase
Selain melakukan proses glikolisis dan siklus asam sitrat seperti sel pada
umumnya, hati juga berperan dalam metabolisme karbohidrat yang lain:
Glukoneogenesis, sintesis glukosa dari beberapa substrat asam amino,
asam laktat, asam lemak non ester dan gliserol. Pada manusia dan
beberapa jenis mamalia, proses ini tidak dapat mengkonversi gliserol
menjadi glukosa. Lintasan dipercepat oleh hormon insulin seiring dengan
hormon tri-iodotironina melalui pertambahan laju siklus Cori.[17]
Glikogenolisis, lintasan katabolisme glikogen menjadi glukosa untuk
kemudian dilepaskan ke darah sebagai respon meningkatnya kebutuhan
energi oleh tubuh. Hormon glukagon merupakan stimulator utama kedua
lintasan glikogenolisis dan glukoneogenesis menghindarikan tubuh dari
simtoma hipoglisemia. Pada model tikus, defisiensi glukagon akan
menghambat kedua lintasan ini, namun meningkatkan toleransi glukosa.[18]
Lintasan ini, bersama dengan lintasan glukoneogenesis pada saluran
pencernaan dikendalikan oleh kelenjar hipotalamus.[19]
Glikogenesis, lintasan anabolisme glikogen dari glukosa.
Dan pada lintasan katabolisme:
degradasi sel darah merah. Hemoglobin yang terkandung di dalamnya
dipecah menjadi zat besi, globin, dan heme. Zat besi dan globin didaur
ulang, sedangkan heme dirombak menjadi metabolit untuk diekskresi
bersama empedu sebagai bilirubin dan biliverdin yang berwarna hijau
kebiruan. Di dalam usus, zat empedu ini mengalami oksidasi menjadi
urobilin sehingga warna feses dan urin kekuningan.
degradasi insulin dan beberapa hormon lain.
degradasi amonia menjadi urea
degradasi zat toksin dengan lintasan detoksifikasi, seperti metilasi.
Hati juga mencadangkan beberapa substansi, selain glikogen:
vitamin A (cadangan 1–2 tahun)
vitamin D (cadangan 1–4 bulan)
vitamin B12 (cadangan 1-3 tahun)
zat besi
zat tembaga.
2. Penyakit pada hati
Hati merupakan organ yang menopang kelangsungan hidup hampir seluruh organ
lain di dalam tubuh. Oleh karena lokasi yang sangat strategis dan fungsi multi-
dimensional, hati menjadi sangat rentan terhadap datangnya berbagai penyakit.
Contoh-contoh kelainan pada hati adalah :
Hepatitis (Radang hati), biasanya disebabkan oleh virus seperti hepatitis
A, B, dan C. Hepatitis dapat memiliki penyebab non-infeksi seperti minum
alkohol, obat-obatan, reaksi alergi, atau obesitas.
Fibrosis adalah lanjutan dari radang hati. Setelah meradang, hati mencoba
memperbaiki dengan membentuk bekas luka atau parut kecil. Parut ini
disebut “fibrosis”, yang membuat hati lebih sulit melakukan fungsinya.
Sirosis merupakan kerusakan hati jangka panjang yang mengakibatkan
jaringan parut semakin banyak terbentuk dan mulai menyatu (permanent)..
Hati kemudian menjadi tidak dapat berfungsi dengan baik.
Kanker Hati merupakan tahap lanjutan dari sirosis. Ada beberapa jenis
kanker hati, yaitu:
1. Hepatoseluler Karsinoma (HCC) merupakan bentuk paling umum dari
kanker hati pada orang dewasa. Pasien Hepatitis C kronis memiliki
resiko lebih tinggi untuk menderita kanker jenis ini. Kanker ini dimulai
dalam hepatosit, yaitu jenis sel hati utama. HCC dapat memiliki pola
pertumbuhan yang berbeda. Beberapa bermula sebagai tumor tunggal
yang tumbuh membesar dan pada akhirnya penyakit ini tidak menyebar
ke bagian lain dari hati. Sedangkan lainnya bermula di banyak tempat
di seluruh hati, bukan sebagai tumor tunggal. Hal ini paling sering
terlihat pada orang dengan sirosis hati dan merupakan pola yang paling
umum terlihat, khususnya di negara-negara maju dimana konsumsi
alkohol tinggi.
2. Kanker saluran empedu (cholangiocarcinomas) merupakan kanker
saluran empedu. Kanker ini dimulai pada saluran empedu.
3. Kanker yang dimulai di pembuluh darah di hati (angiosarcomas dan
hemangiosarcomas) adalah jenis kanker langka yang dimulai di dalam
pembuluh darah hati. Tumor ini tumbuh cepat. Seringkali pada saat
ditemukan mereka sudah menyebar sehingga tidak dapat diangkat.
Pengobatan mungkin membantu memperlambat penyakit, tetapi
kebanyakan pasien tidak tinggal lebih dari setahun setelah kanker ini
ditemukan.
4. Hepatoblastoma merupakan kanker yang sangat jarang terjadi, biasanya
ditemukan pada balita. Pengobatan utamanya adalah dengan operasi
dan kemoterapi. Penyakit ini memiliki kelangsungan hidup hingga 90%
bila ditemukan pada stadium awal.
Stadium Kanker Hati
Sebelum menyarankan opsi pengobatan dokter biasanya perlu mengetahui
stadium kanker hati Ada empat tahap kanker hati:
# Stadium I: Kanker hati bersifat lokal dan bisa diangkat/dioperasi. Tumor
berukuran 2 cm atau kurang, terletak di daerah tunggal hati dan dapat
dilakukan pembedahan. Tumor jinak hati yang umum adalah
Hemangioma, Hepatik adenoma, Focal nodular, hyperplasia, Kista,
Lipoma, Fibroma, dan Leiomyoma.
# Stadium II: Kanker hati masih bersifat lokal dan dapat dioperasi. Pada
tahap ini, kanker hadir dalam satu atau lebih lokasi di hati dan berukuran
> 2 cm,tetapi tidak menyebar ke kelenjar getah bening atau pembuluh
darah yang berdekatan.
# Stadium III: Pada tahap ini, kanker belum menyebar ke organ tubuh
lainnya atau kelenjar getah bening. Biasanya ukuran tumor sudah 6 cm.
# Stadium IV: Pada tahap ini, kanker hadir di lebih dari satu lobus hati,
berukuran > 6cm, dan mungkin sudah menyebar ke kelenjar getah bening
yang berdekatan, organ lain (kecuali kantong empedu) dan struktur
(seperti peritoneum), serta tumbuh ke dalam atau di sekitar pembuluh
darah utama.
Gambar 2. Tahapan Penyakit Hati
Gambar 3. Hati yang Terkena Kanker
Kegagalan hati: Sewaktu sirosis bertambah parah, hati tidak dapat
menyaring kotoran, racun, dan obat yang ada dalam darah. Hati tidak lagi
dapat memproduksi “clotting factor” untuk menghentikan pendarahan.
Cairan tubuh terbentuk pada abdomen dan kaki dan pendarahan pada usus
sering terjadi. Pada titik ini, transplantasi hati adalah pilihan satu-satunya.
Ascites adalah dampak dari sirosis. Ascites merupakan kebocoran cairan
dari hati ke dalam perut yang menyebabkan perut buncit dan berat.
Batu empedu, jika batu empedu terjebak dalam saluran empedu yang
mengeringkan hati, akibatnya dapat terjadi hepatitis dan infeksi saluran
empedu (kolangitis).
Hemochromatosis, yaitu adanya besi yang terdeposit dalam hati sehingga
dapat merusak hati.
Kolangitis sclerosing Primer merupakan sebuah penyakit langka dengan
penyebab yang tidak diketahui, kolangitis sclerosing primer menyebabkan
peradangan dan jaringan parut pada saluran empedu di hati.
Sirosis bilier Primer adalah kelainan yang terjadi akibat rusaknya saluran
empedu di hati yang menyebabkan sirosis.
3. Penyebab Kanker Hati dan Gejala-Gejalanya
Penyebab kanker hati sampai sekarang belum diketahui secara pasti. Namun
kanker hati kanker hati primer (karsinoma hepatoseluler) cenderung terjadi pada
hati yang rusak karena cacat lahir, infeksi kronis akibat penyakit seperti hepatitis
B dan C, hemochromatosis (terlalu banyaknya kadar besi dalam hati) dan sirosis
hati. Lebih dari 50% orang yang terdiagnosa kanker hati primer, telah mengalami
sirosis hati. Mereka yang menderita kondisi genetik yang disebut
hemochromatosis memiliki risiko yang lebih besar.
Selain dari virus hepatitis, kanker hati dapat disebabkan oleh zat-zat berikut antara
lain herbisida, aflatoksin (sejenis jamur tanaman pada gandum & palawija), dan
bahan kimia tertentu seperti vinil klorida dan arsen. Faktor lainnya penyebab
kanker hati, adalah:
Jenis kelamin (pria/wanita), biasanya pria lebih beresiko tinggi kanker hati
daripada wanita.
Pola hidup, misalnya tidur terlalu malam dan bangun terlalu siang, tidak
buang air besar pada pagi hari, tidak makan pagi, terlalu banyak
mengkonsumsi obat-obatan atau narkoba, terlalu banyak mengkonsumsi
bahan pengawet, zat tambahan (penyedap rasa), zat pewarna, pemanis
buatan, mengkonsumsi masakan mentah atau dimasak ½ matang, merokok
atau menjadi perokok pasif, juga mengkonsumsi alkohol.
Berat badan atau Obesitas dapat meningkatkan resiko terkena kanker hati.
Ras, umumnya kanker hati terjadi pada ras Asia dan Oceania.
Penggunaan steroid anabolic, hormon yang disalahgunakan oleh para atlet
untuk mengembangkan otot ini, sedikit dapat meningkatkan resiko kanker
hati dalam jangka panjang.
Riwayat diabetes, studi telah menyatakan adanya hubungan antara diabetes
dan kanker hati.
Penyakit metabolik yang diwariskan terbukti dapat meningkatkan resiko
kanker hati
Penyakit langka, penelitian telah menemukan hubungan antara kanker hati
dan beberapa penyakit langka seperti defisiensi alfa-1-antitrypsin,
tyrosinemia, dan penyakit Wilson.
Kanker hati seringkali tidak menimbulkan gejala. Ketika kanker bertambah besar,
mungkin akan trelihat satu atau lebih dari gejala umum ini:
Rasa sakit di perut bagian atas di sisi kanan
Sebuah benjolan atau rasa berat di perut bagian atas
Bengkak (kembung) pada perut
Kehilangan nafsu makan dan perut terasa penuh
Penurunan berat badan tanpa sebab jelas
Kelelahan kronis
Mual dan muntah
Kulit dan mata berwarna kuning, tinja pucat, dan urine berwarna gelap
Demam
4. Jenis- jenis Pemeriksaan pada Hati
Pemeriksaan fungsi hati adalah salah satu item pemeriksaan hati yang paling
dikenal oleh masyarakat. Hasil indeks pemeriksaan fungsi hati (Liver Function
Index) berupa SGOT dan SGPT . SGOT dan SGPT adalah enzim yang paling
banyak ditemui didalam sel-sel hati. Tidak adanya peningkatan angka SGOT dan
SGPT bukan berarti tidak terjadi pengerasan hati atau tidak adanya kanker hati.
Bila terjadi radang hati atau karena satu atau sebab lain sehingga sel-sel hati mati,
maka SGOT dan SGPT akan lari ke luar. Hal ini menyebabkan kandungan SGOT
dan SGPT didalam darah meningkat. Pada stadium awal kanker hati, indeks hati
juga tidak akan mengalami kenaikan, karena pada masa-masa pertumbuhan
kanker, hanya sel-sel di sekitarnya yang diserang sehingga rusak dan mati.
Kerusakan ini hanya secara skala kecil sehingga angka SGOT dan SGPT mungkin
masih dalam batas normal. Hal ini sering menyebabkan terjadinya
kesalahpahaman tentang kondisi hati. Untuk itu perlu dilakukan tes lanjutan,
yaitu:
a. Tes Darah:
Panel Fungsi hati, terdiri dari berbagai pemeriksaan darah untuk
meneliti seberapa baik hati bekerja.
ALT (Alanin aminotransferase), adanya peningkatan level ALT
dapat membantu dalam mengidentifikasi penyakit ataupun
kerusakan hati dari berbagai penyebab, termasuk hepatitis.
AST (aspartate aminotransferase), adanya kenaikan ALT
mengharuskan pemeriksaan AST dilakukan untuk mengecek
kerusakan hati yang lain.
Alkali fosfatase, adanya alkali fosfatase dengan kadar tinggi dalam
sel-sel yang mensekresi empedu pada hati menyebabkan aliran
empedu dari hati terblokir.
Bilirubin, adnya tingkat bilirubin yang tinggi menunjukkan adanya
masalah dengan hati.
Albumin, sebagai bagian dari tingkat protein total, albumin
membantu menentukan seberapa baik hati bekerja.
Amonia, kadar amonia dalam darah meningkat menunjukkan hati
tidak berfungsi dengan baik.
Hepatitis A tes sebagai pengujian fungsi hati serta antibodi untuk
mendeteksi virus hepatitis A.
Hepatitis B tes sebagai pengujian antibodi untuk menentukan
apakah terinfeksi virus hepatitis B.
Hepatitis C tes sebagai tes darah untuk menentukan apakah
terinfeksi virus hepatitis C.
Prothrombin Time (PT) and Partial tromboplastin Time (PTT),
biasanya dilakukan untuk memeriksa adanya masalah pembekuan
darah.
b. Tes Imaging:
USG Abdomen, berfungsi untuk menguji banyak kondisi hati,
termasuk kanker, sirosis, atau batu empedu.
CT scan abdomen dapat memberikan rincian gambar mengenai hati
dan organ perut lainnya.
Biopsi hati biasanya dilakukan setelah tes-tes lainnya, seperti tes
darah ataupun USG, tujuannya adalah untuk mengecek adanya
massa tumor pada hati.
Scan Hati dan pankreas menggunakan bahan radioaktif untuk
membantu mendiagnosis sejumlah kondisi, termasuk abses, tumor,
dan masalah fungsi hati lainnya.
5. Transplantasi Hati
Berbagai penyakit hati mulai dari sirosis hingga kanker hati terus meningkat.
Transplantasi hati atau cangkok hati menjadi salah satu alternatif penyembuhan
untuk meningkatkan harapan hidup penderitanya. Transplantasi hati adalah
pengangkatan total hati yang sakit dan menggantinya dengan organ donor yang
lebih sehat. Pengangkatan hati yang sakit akan menyediakan tempat bagi hati
yang baru dan memungkinkan rekonstruksi anatomis vaskuler hati serta saluran
bilier mendekati keadaan normal.
Dewasa ini, transplantasi hati dilakukan hanya pada saat hati telah memasuki
jenjang akhir suatu penyakit, atau telah terjadi disfungsi akut yang disebut
fulminant hepatic failure. Kasus transplantasi hati pada manusia umumnya
disebabkan oleh sirosis hati akibat dari hepatitis kronis, ketergantungan
alkohol,atau hepatitis otoimun. Transplantasi hati digunakan untuk mengatasi
penyakit hati stadium terminal yang mengancam jiwa penderita setelah bentuk
terapi yang lain tidak mampu menanganinya. Sebelum transplantasi hati
dilakukan,diperlukan terapi imunosupresif yang intensif yang disebut preparative
regimen atau conditioning untuk mencegah penolakan organ donor oleh sistem
kekebalan inang.
Teknik umum transplantasi hati yang digunakan adalah transplantasi ortotopik,
yaitu penempatan organ donor pada posisi anatomik yang sama dengan posisi
awal organ sebelumnya. Transplantasi hati berpotensi dapat diterapkan, hanya jika
penerima organ donor tidak memiliki kondisi lain yang memberatkan,
seperti kanker metastatis di luar organ hati, ketergantungan pada obat-obatan atau
alkohol. Organ donor, disebut allograft, biasanya berasal dari manusia lain yang
baru saja meninggal dunia akibat cedera otak traumatik (cadaverik). Teknik
transplantasi lain menggunakan organ manusia yang masih hidup,
operasi hepatektomi yaitu dengan mengangkat 20% hati pada segmen Coinaud 2
dan 3 dari organ donor dari orang dewasa untuk didonorkan kepada seorang anak.
Prosedur yang akan dilalui penerima dalam proses transplantasi hati yaitu evaluasi
sebelum dan sesudah transplantasi (termasuk prosedur dan tes yang berhubungan
dengan medis dan psikososial). Setelah itu,penerima dan pendonor akan dioperasi
secara bersamaan oleh dua tim transplantasi termasuk dokter ahli bedah, ahli bius,
suster dan teknisi pada dua ruangan operasi yang terpisah. Dokter ahli bedah akan
mengambil satu bagian dari hati – antara 40% - 60 % – tergantung usia penerima.
Bagian hati yang sudah diambil itu akan dibersihkan dengan bahan pengawet dan
didinginkan pada es.
Hati yang sudah dicangkok kemudian ditransplantasikan kepada penerima
sesegera mungkin untuk memastikan bahwa hati tersebut akan berfungsi dengan
baik setelah ditransplant. Proses operasi untuk pendonor – dari ketika
pembedahan dilakukan untuk memindahkan liver dan penjahitan kembali
memerlukan waktu enam sampai delapan jam.
Dokter bedah yang lain akan mengeluarkan hati yang sudah rusak dari penerima,
membiarkan pembuluh darah utama dijepit dan ditaruh pada tempatnya. Ketika
cangkokan hati telah tersedia, dokter bedah akan meletakkannya ke dalam rongga
perut dan memprosesnya untuk dihubungkan dengan pembuluh darah utama.
Setelah ini siap dilakukan, dokter radiologi akan melakukan ultrasound scan untuk
memastikan bahwa darah mengalir ke dalam hati yang baru. Operasi transplantasi
pada penerima memerlukan waktu sebanyak delapan sampai dua belas jam.
Setelah transplantasi, penerima organ harus mendapat obat penekan sistem
kekebalan (imunosupresan) yang kuat untuk mencegah penolakan organ baru.
Proses operasi transplantasi hati
Selain itu, ada pula teknik transplantasi hati parsial yang baru bernama auxiliary
partial orthotopic liver transplantation (APOLT). Teknik transplantasi baru
tersebut juga memungkinkan beberapa pasien tertentu untuk tidak perlu lagi
menjalani terapi imunosupresan yang dilakukan untuk mencegah sistem
kekebalan menyerang dan merusak organ hati yang didonorkan kepada mereka.
Karena, dalam teknik tersebut organ hati yang rusak cukup dihilangkan setengah
hingga tiga perempat bagian saja untuk kemudian digantikan dengan organ hati
yang didonorkan ke si pasien. Namun, keterbatasan teknik tersebut adalah pasien
yang menderita gagal hati kronis, sirosis, dan luka di organ hati tidak dapat
menjalani teknik itu.
Ada beberapa kendala yang ditemui ketika melakukan transplantasi hati, yaitu
sulitnya mencari donor yang mau menyumbangkan organ hatinya, ada atau
tidaknya kecocokan organ donor dengan pertahanan tubuh penerima
(kompatibilitas), dan rumitnya teknik pemasangan organ hati. Transplantasi hati
juga akan disertai dengan komplikasi yang menyertai prosedur bedah yang lama,
terapi imunosuperesif, infeksi dan berbagai kesulitan teknis yang dihadapi selama
melakukan rekonstruksi pembuluh darah dan saluran empedu. Keberhasilan
transplantasi hati bergantung pada kebersihan terapi imunosupresi, preparatrin,
kortikosteroid, azathioprin,dan antibodi monoklonal. Oleh karena itu, pasien
kanker hati dianjurkan untuk menjalani kemoterapi sistemik atau terapi radiasi
bersama dengan transplantasi hati.
Keberhasilan pencangkokan organ terletak pada kendali sistem imun untuk
mengizinkan proses adaptasi pencangkokan tersebut dan mencegah proses
penolakan. Gen-gen merupakan alasan utama pengenalan antigen-antigen asing.
Major Histocompatibility Complex (MHC), berada pada lengan pendek
kromosom 6. Gen-gen MHC manusia mencerminkan molekul-molekul
permukaan sel disebut alloantigen atau dikenal sebagai HLA. Molekul-molekul
permukaan sel bersifat bersifat polimorfik dan memungkinkan sistem imun untuk
mengenal antigen sendiri dan asing.
Gen-gen MHC, diwariskan menurut model Mendelian klasik, terdiri dari MHC
kelas I dan MHC kelas II. Berikut penjelasannya:
HLA kelas I yaitu HLA-A, HLA-B & HLA-C ditemukan pada semua
permukaan sel. HLA kelas I mengikat antigen protein asing, termasuk
jaringan/tissu yang dicangkok, dikenal oleh sel T antigen spesifik.
Molekul MHC/HLA kelas I biasanya dikenal oleh CD8+ sel T sitotoksik.
HLA kelas II yaitu HLA-DR,HLA-DP, HLA-DQ, ditemukan hanya pada
sel-2 yang mengenali antigen seperti limfosit B, makrofag,sel-2 dendrit
dari organ-organ limfoid. Molekul HLA kelas II dominan mengawali
respon imun terhadap antigen pengcangkokan asing.
Penolakan dari pencangkokan merupakan proses dari sistem imun si penerima
pencangkokan menyerang organ yang dicangkok. Hal ini dikarenakan sistem
imun yang normal dan sehat dapat membedakan organ asing untuk
menghancurkannya, misalnya sistem organisme menghancurkan bakteri dan virus
yang menginfeksinya.
Antigen MHC/HLA merupakan alasan utama penolakan secara genetik dari
penerima cangkokan terhadap organ asing. Alloantigen ini dibawa
ke sel T oleh HLA kompleks yang menentukan kecepatan penolakan ini
akan terjadi.
1. Hiperakut merupakan respon mediasi komplemen pada penerima dengan
antibodi yang telah ada pada donor (antibodi tipe darah ABO) terjadi
dalam hitungan menit sehingga cangkokan tersebu.harus segera dibuang.
Hal ini berfungsi untuk mencegah respons inflamasi sistemik yang parah.
2. Penolakan Akut umumnya terjadi 5-10 hari setelah pencangkokan dan
dapat menghancurkan cangkokan tesebut apabila tidak diketahui dan
dirawat. Obat penekan sistem imun sangat efektif mencegah tipe
penolakan ini. Hal ini berhasil 60-75% pencangkokan ginjal pertama dan
50-60% pada pencangkokan hati.
3. Penolakan Kronis
Penolakan jangka panjang diakibatkan oleh respons imun alloreaktif
penerima. Hal ini dapat terjadi pada semua tipe cangkokan seperti
pengcangkokan jantung, paru, ginjal,dan lain-lain.
Mekanisme penolakan Sel T berperan utama dalam proses penolakan. Setelah
distimulasi, efektor CD4+ sel T menghasilkan sitokin (antara lain interleukin -2
yang menyediakan signal untuk Sel T sitotoksik dan sel T helper. IL-2 juga
meningkatkan ekspansi klonal sel T ,yang membantu dalam proses penolakan
Sitokin yang lain juga dihasilkan dalam proses respons untuk mendeteksi antigen
asing. Pengenalan antigen transplantasi oleh sel T Helper
disebut“allorecognition”.
Penyembuhan dari penolakan biasanya menggunakn terapi Imunosupresif.
Tujuan terapi imunosupresif setelah transplantasi berfungsi untuk mencegah
“Alloregnition” dan menyerang terus menerus kepada organ transplantasi. Ada 4
imunosupresif yang dipakai, yaitu Antilimfosit, Antimetabolit,Glucocorticoids ,
dan inhibitor kalsineurin.
Obat-obat ini banyak digunakan untuk mempertahankan organ hati,yaitu:
1.Kortikosteroid
Diberikan setelah revaskularisasi jaringan hati donor. Turunkan secara
tapering dosis obat ini sampai mencapai baseline yang dapat
mempertahankan jaringan hati donor
2. Siklosporin dan Takrolimus
Diberikan sebelum memulai dan setelah tindakan transplantasi. Jika tidak
dapat mentoleransi obat ini dapat ditambahkan azatioprin untuk mencapai
efek imunosupresi yang adekuat. Beberapa bulan setelah kondisi jaringan
hati donor stabil, turunkan dosis obat secara gradual.
3.Imunosupresan lainnya
Dapat digunakan mycophenolat mofetil, serolimus, antilymphocyte
antibody, dan specific monoclonal antibody sebagai alternative kombinasi
atau jika terdapat kontraindikasi pemberian obat diatas.
Gambar 4. Keadaan hati sebelum dan sesudah transpalntasi
Proses transplantasi akan memperpanjang daya tahan hidup dan produktivitas
pasien. Sampai saat ini ,perpanjangan usia 1 tahun yang dicapai dengan
transplantasi hati mengalami peningkatan (50%), bahkan perpanjangan usia
mencapai 3-8 tahun. Hal ini tergantung dari banyak faktor, terutama perawatan
dan manajemen sebelum, selama, maupun sesudah transplantasi hati oleh tim ahli
hepatologi dan ganstroenterologis.
6. Regenerasi Hati
Hati mempunyai kemampuan yang menakjubkan untuk tumbuh kembali. Hati
pendonor akan tumbuh kembali ke ukuran utuhnya dalam waktu beberapa minggu
setelah operasi tanpa mempengaruhi fungsi normalnya. Hati yang sudah
ditransplantasi juga akan tumbuh menjadi ukuran yang seharusnya dalam tubuh
penerima. Walaupun operasi pada pendonor aman dan sering tidak memerlukan
transfusi darah, tetapi kemungkinan komplikasi tetap ada (sebanyak 15 persen)
dan kematian (sebanyak 0.05 persen) untuk semua pendonor yang potensial.
Kemampuan hati untuk melakukan regenerasi merupakan suatu proses yang
sangat penting agar hati dapat pulih dari kerusakan yang ditimbulkan dari
proses detoksifikasi dan imunologis. Regenerasi tercapai dengan interaksi yang
sangat kompleks antara sel yang terdapat dalam hati, antara lain hepatosit, sel
Kupffer, sel endotelial sinusoidal, sel Ito dan sel punca; dengan organ ekstra-
hepatik, seperti kelenjar tiroid, kelenjar adrenal,pankreas,duodenum,dan
hipotalamus.
Regenerasi hati setelah hepatektomi parsial merupakan proses yang sangat rumit
di bawah pengaruh perubahan hemodinamika, modulasi sitokina , hormon faktor
pertumbuhan dan aktivasi faktor transkripsi, yang mengarah pada proses mitosis.
Hormon PRL yang disekresi olehkelenjar hipofisis menginduksi respon
hepatotrofik sebagai mitogen yang berperan dalam proses proliferasi dan
diferensiasi. PRL memberi pengaruh kepada peningkatan aktivitas faktor
transkripsi yang berperan dalam proliferasi sel, seperti AP-1, c-Jun dan STAT-3;
dan diferensiasi dan terpeliharanya metabolisme, seperti C/EBP-alfa, HNF-1,
HNF-4 dan HNF-3. c-Jun merupakan salah satu protein penyusunAP-1.
Induksi NF-κB pada fase ini diperlukan untuk mencegah apoptosis dan memicu
derap siklus sel yang wajar. Pada masa ini, peran retinil asetat menjadi sangat
vital, karena fungsinya yang menambah massa DNA dan protein yang
dikandungnya.
III. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan pada makalah dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Hati mempunyai tugas penting yang rumit demi kelangsungan seluruh
fungsi kesehatan tubuh yaitu sebagai organ eskresi dan organ
pencernaan.
2. Penyebab penyakit hati yang utama adalah virus (hepatits A,B, dan C)
sedangkan penyakit lainnya sebagian besar merupakan kelanjutan
penyakit hati akibat serangan virus tersebut.
3. Transplantasi hati adalah pengangkatan total atau sebagian hati yang
sakit dan menggantinya dengan organ donor yang lebih sehat.
4. Transplantasi hati digunakan untuk mengatasi penyakit hati stadium
terminal yang mengancam jiwa penderita setelah bentuk terapi yang
lain tidak mampu menanganinya.
5. Terapi imunosupresan pasca operasi perlu dilakukan untuk mencegah
sistem kekebalan menyerang dan merusak organ hati yang didonorkan.
6. Hati mempunyai kemampuan untuk tumbuh kembali baik pada hati
pendonor maupun hati yang sudah ditransplantasi.
DAFTAR PUSTAKA
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2007. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta : EGC
http://jadiberita.com/transplantasi-hati-sejarah-baru-dunia-kedokteran-indonesia/
diakses 20:39 WIB tanggal 14/03/2012
http://detikhealth.com/risiko-kanker-berlipat-ganda-setelah-transplantasi-organ/
diakses 22:41 WIB tanggal 14/03/2012
http://wikipedia.com/pengertian-hati/ diakses 20:00 WIB tanggal 12/03/2012
http://RajaPembalut.com/Pengobatan-Kanker-Hati.html/ diakses 19.20 WIB
tanggal 12/03/2012
http://askep45kesehatan.blogspot.com/transplantasi-hati.html/ diakses 19:00 WIB
tanggal 13/03/2012
http://lifestyle.okezone.com/transplantasi-hati-jalan-terakhir-pengobatan-hati/
diakses 19:10 WIB tanggal 13/02/2012
http://lpkijateng.files.wordpress.com/liver-sequels.jpg/ diakses 20:03 WIB
tanggal 13/03/2012