Transformator 1 Fasa.doc
-
Upload
gilang-rizky-l -
Category
Documents
-
view
380 -
download
17
description
Transcript of Transformator 1 Fasa.doc
BAB II
PERCOBAAN 1
TRANSFORMATOR 1 FASA
Tujuan Percobaan1. Mengetahui parameter transformator satu fasa (Ro,Xo, Rek, Xek) sebagai
salah satu alat konversi AC-AC melalui :
- Percobaan beban nol
- Percobaan hubung singkat
- Percobaan berbeban untuk jenis beban resistif
2. Mengetahui kurva karakteristik magnetisasi
3. Mengetahui regulasi dan efisiensi trafo dalam keadaan berbeban
4. Membuat diagram kapp dari suatu trafo satu fasa
5. Mengetahui polaritas transformator 1 fasa
6. Mengetahui rugi-rugi yang terdapat dalam trafo satu fasa
7. Mengetahui karakteristik kerja paralel dua buah trafo 1 fasa
Dasar TeoriTrafo adalah alat yang berfungsi untuk mengkonversi suatu arus atau tegangan
bolak-balik dari nilai tertentu menjadi nilai yang lain. Jika trafo menerima energi
pada tegangan rendah dan mengubahnya menjadi tegangan tinggi disebut trafo step
up. Dan jika trafo diberi tegangan tinggi dan mengubahnya menjadi tegangan rendah
disebut trafo step down.
Konstruksi dasar trafo adalah terdiri dari 2 kumparan yang dililitkan pada inti
besi tertutup. Energi disatukan pada satu lilitan yang disebut lilitan primer dan
diberikan pada beban lainnya yang disebut lilitan sekunder.
Prinsip kerja trafo tanpa beban adalah bila tegangan bolak-balik yang ada pada
lilitan primer dan lilitan sekunder tanpa beban mengalir arus ideal yang disebut arus-
arus eksitasi menyebabkan terbentuknya fluks bolak-balik dalam inti trafo. Fluks
bolak-balik ini memotong lilitan primer dan lilitan sekunder dan harganya naik turun
sehingga terjadi induksi dan timbul GGL pada kedua lilitan tersebut.
Karena kedua lilitan dipotong fluksi yang diinduksi pada kedua lilitan yang
sama, rumus trafo adalah:
,
Pada dasarnya trafo 1 fasa melakukan konversi pada tegangan atau arus bolak-
balik(AC)
Macam-macam rugi pada trafo yaitu:
1. Rugi yang timbul akibat dispersi energi untuk mendorong domain ke depan
dan ke belakang selama magnetisasi dan demagnetisasi ketidaksempurnaan
menyebabkan hambatan pergesekan dinding domain sehingga menaikan
rugi-rugi histerisis.
2. Rugi-rugi Eddy current
Fluktuasi medan magnet pada satu material magnet oleh tegangan AC atau
menghasilkan tegangan induksi sesuai persamaan maxwell:
Atau dalam domain frekuensi dapat dinyatakan :
3. Rugi-rugi pihak
Rugi yang ditimbulkan akibat adanya arus yang mengalir melewati beban
sehingga berbanding lurus terhadap tegangan. Secara matematis dapat
dituliskan:
Simbol transformator :
Gambar 2.1 Simbol trafo
Pada percobaan ini trafo yang digunakan adalah trafo step down yaitu
tegangan primer lebih besar dari tegangan sekunder.
Alat dan Bahan1. 2 buah transformator 1 fasa
2. Multipowermeter
3. Tangmeter
4. Voltmeter
5. Sumber tegangan
6. Ampermeter
7. Bahan resistif (lampu pijar)
8. Saklar hubung singkat
9. Jumper
10. Regulation
Rangkaian Percobaan2.4.1 Rangkaian Percobaan Beban Nol
Gambar 2.2 Rangkaian percobaan beban nol
2.4.2 Rangkaian percobaan berbeban
Gambar 2.3 Rangkaian percobaan berbeban
2.4.3 Rangkaian percobaan hubung singkat
Gambar 2.4 Rangkaian percobaan hubung singkat
2.4.4 Rangkaian percobaan polaritas transformator
Gambar 2.5 Rangkaian percobaan polaritas transformator
2.4.5 Rangkaian percobaan kerja paralel
Gambar 2.6 Rangkaian kerja paralel
Langkah Percobaan2.5.1 Percobaan Beban Nol
1. Membuat rangkaian seperti gambar
2. Menaikan sumber tegangan secara bertahap dari nol hingga mencapai
tegangan nominal trafo dan mencatat hasil pengukuran pada
multipowermeter pada tabel
3. Menurunkan sumber tegangan secara bertahap dari nol hingga mencapati
tegangan nominal trafo dan mencatat hasil pengukuran pada
multipowermeter pada tabel
4. Menentukan konstanta Ro dan Xo
5. Memberikan koreksi dari Ro dan Xo yang di peroleh
6. Menghitung arus yang melewati resistansi inti dan reaktansi pemagnetan
(Ic dan Im) dan sudur Фo
7. Membuat rangkaian ekuivalen trafo tak berbeban
8. Membuat diagram vektor trafo tak berbeban
2.5.2 Percobaan Berbeban
1. Membuat rangkaian sesuai gambar
2. Menaikan sumber tegangan hingga mencapai tegangan nominal
3. Menghidupkan beban secara bertahap hingga beban maksimum
4. Mencatat pengukuran tegangan (V), arus (I1,I2), dan daya (P) tiap kali
terjadi kenaikan beban
5. Melakukan percobaan untuk beban resistif
6. Menghitung efisiensi dan regulasi trafo untuk masing-masing beban.
Menghitung efisiensi sistem dan membuat grafik efisiensi vs arus beban
7. Membuat diagram vektor trafo untuk masing-masing beban
8. Membuat diagram kapp untuk masing-masing beban
9. Membuat grafik regulasi tegangan vs arus beban
2.5.3 Percobaan Hubung Singkat
1. Membuat rangkaian seperti gambar
2. Menaikan sumber tegangan dalam harga tertentu dan lakukan hubung
singkat di sisi sekunder
3. Setiap melakukan hubung singkat mencatat nilai tegangan (V), arus
(I1,I2), dan daya (P)
4. Menentukan Rek dan Xek
2.5.4 Percobaan Hubung Singkat
1. Membuat rangkaian seperti pada gambar
2. Menaikan tegangan sumber secara bertahap
3. Mencatat harga V1, V2, dan V3
2.5.5 Percobaan Kerja Paralel Trafo
1. Membuat rangkaian percobaan seperti gambar
2. Melakukan tes polaritas pada trafo yang akan bekerja paralel dan
memastikan bahwa polaritas kedua trafo adalah sama
3. Setiap kali kenaikan beban, mencatat hasil pengukuran arus, tegangan,
daya pada sisi primer masing-masing trafo juga pengukuran arus,
tegangan, daya pada sisi sekunder masing-masing trafo
4. Menghitung pembagian daya kVA yang dapat dilauyani oleh masing-
masing trafo dengan membandingkan kVA masing-masing trafo terhadap
perbandingan arus dan impedansi
Data Percobaan2.6.1 Data Percobaan Beban Nol
Tabel 2.1 Data percobaan beban nol
V(V) I(A) P(W)
30
50
70
90
120
150
120
90
70
50
30
0.09
0.11
0.13
0.15
0.2
0.31
0.2
0.15
0.13
0.11
0.09
1
4
7
11
18
29
18
11
7
3
1
2.6.2 Data percobaan berbeban
Tabel 2.2 Data percobaan berbeban
Beban(W) V1(V) I1(A) V2(V) I2(A) cosθ
40
60
90
120
150
0.03
0.03
0.04
0.05
17.78
26.24
35.13
42.44
0.056
0.064
0.071
0.077
0.64
0.9
0.99
1.02
60
60
90
120
150
0.03
0.04
0.05
0.06
17.6
26.41
34.92
44.3
0.08
0.093
0.104
0.115
0.709
0.923
0.989
1.014
100 60
90
120
0.05
0.06
0.07
18
25
35
0.12
0.15
0.16
0.791
0.938
0.991
150 0.07 44 0.18 1.007
2.6.3 Data Percobaan Hubung Singkat
Tabel 2.3 Data percobaan hubung singkat
V(V) I1(A) I2(A) P(W)
5
7
9
11
13
1.52
2029
2.88
3.47
4.08
2
4
5.5
7
9
5
14
22
32
45
2.6.4 Data Percobaan Polaritas Trafo
Tabel 2.4 Data percobaan polaritas trafo
Vs(V) V1(V) V2(V) V3(V)
60
90
120
150
60.2
90.9
120.6
150.6
17.72
26.7
35.4
44.6
42.4
64.2
84.9
106.2
2.6.5 Data Percobaan Kerja Paralel Trafo
Tabel 2.5 Data percobaan kerja paralel trado di sisi primer
Beban(W) VT1(V) IT1(A) VT2(V) IT2(A)
100
160
100.6
100.7
0.09
0.11
100.5
100.7
0.1
2.19
Tabel 2.6 Data percobaan kerja paralel trado di sisi sekunder
Beban(W) VT1(V) IT1(A) VT2(V) IT2(A)
100
160
28.65
28.6
0.09
0.1
28.63
28.57
0.1
0.1
Analisa dan Pembahasan2.7.1 Percobaan Beban Nol
Contoh perhitungan :
Tabel 2.7 Perhitungan Ic, Im, cosθ, Ro, dan Xo
V(V) I(A) P(W) Cosθ Sinθ Ic(A) Im(A) Ro(Ω) Xo(Ω)
30
50
70
90
120
150
120
90
70
50
30
0.09
0.11
0.13
0.15
0.2
0.31
0.2
0.15
0.13
0.11
0.09
1
4
7
11
18
29
18
11
7
3
1
0.37
0.73
0.77
0.81
0.75
0.62
0.72
0.81
0.77
0.55
0.37
0.86
0.47
0.4
0.34
0.44
0.61
0.44
0.34
0.4
0.7
0.86
0.03
0.08
0.1
0.12
0.15
0.19
0.15
0.12
0.1
0.06
0.03
0.08
0.05
0.05
0.05
0.08
0.19
0.09
0.05
0.05
0.07
0.07
900
626
700
736
800
775
800
736
700
833
900
386.3
964.9
1318.8
1785.3
1371.4
791.8
1371.4
1785.3
1318.3
647
386
Dari perhitungan data di atas didapat Ro dan Xo rata-rata
Ro rata-rata = 773,35 Ω
Xo rata-rata = 1102,5 Ω
Dan rangkaian ekuivalen trafo tanpa beban dapat digambarkan sebagai
berikut :
Gambar 2.7 Rangkaian ekuivalen trafo tanpa beban
Besarnya Ro dan Xo tak sama, hal ini disebabkan arus yang mengalir pada
masing-masing hambatan berbeda-beda. Pada Ro yang mengalir adalah Ic, sedangkan
pada Xo arus yang mengalir adalah Im.
Gambar 2.8 Grafik hubungan V-Ω
Io
ImIc
V1
Dari grafik di atas terlihat hubungan V-Ω sebanding, lalu pada saat Ω puncak
turun lagi. Seharusnya hubungan V-Ω berbanding lurus, makin besar V makin besar
Ω. Kesalahan ini disebabkan oleh kesalahan pengamatan dan pengukuran.
2.7.2 Percobaan Berbeban
Contoh perhitungan :
- Efisiensi
- Nilai Regulasi
Dengan cara yang sama dapat dihitung efisiensi dan nilai regulasi dalam tabel
berikut:
Tabel 2.8 Hasil perhitungan efisiensi dan regulasi
Beban(W
)V1(V) I1(A) V2(V) I2(A) cosθ
Vnl(V) P1(W) P2(W) η(%) ∆V(%)
40
60
90
120
150
0.03
0.03
0.04
0.05
17.78
26.24
35.13
42.44
0.056
0.064
0.071
0.077
0.64
0.9
0.99
1.02
17.37
26.05
34.73
43.42
1.152
2.43
4.752
7.65
0.637
1.511
2.47
3.411
55.3
62.2
52
44.6
-2.31
-0.71
-1.12
-1.98
60 60
90
120
0.03
0.04
0.05
17.6
26.41
34.92
0.08
0.093
0.104
0.709
0.923
0.989
17.37
26.05
34.73
1.276
3.322
5.934
0.998
2.267
3.591
78.2
68.2
60.5
-1.31
-1.35
-0.52
150 0.06 44.3 0.115 1.014 43.42 9.126 5.165 56.6 -1.98
100
60
90
120
150
0.05
0.06
0.07
0.07
18
25
35
44
0.12
0.15
0.16
0.18
0.791
0.938
0.991
1.007
17.37
26.05
34.73
43.42
2.373
5.065
8.324
10.57
1.708
3.517
5.55
7.975
72
69.4
66.7
75.4
-3.51
4.21
-0.75
-1.31
Contoh perhitungan :
- Tegangan
- Arus
Dengan cara yang sama dapat dihitung besar tegangan V2 dan arus I2 dalam tabel
berikut:
Tabel 2.9 Hasil perhitungan I2 dan V2
Beban(W) V1(V) I1(A)V2
ukur(V)
V2
hitung(V)I2 ukur(A)
I2
hitung(A)
40
60
90
120
150
0.03
0.03
0.04
0.05
17.78
26.24
35.13
42.44
17.37
26.05
34.73
43.42
0.056
0.064
0.071
0.077
0.1
0.1
0.1
0.2
60
60
90
120
150
0.03
0.04
0.05
0.06
17.6
26.41
34.92
44.3
17.37
26.05
34.73
43.42
0.08
0.093
0.104
0.115
0.1
0.1
0.2
0.2
100
60
90
120
150
0.05
0.06
0.07
0.07
18
25
35
44
17.37
26.05
34.73
43.42
0.12
0.15
0.16
0.18
0.2
0.2
0.2
0.2
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa besarnya tegangan sekunder dari
pengukuran dan perhitungan hampir sama, sehingga pengukuran pada saat percobaan
sudah benar.
Rangkaian ekuivalen trafo berbeban digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.9 Rangkaian ekuivalen trafo berbeban
Gambar 2.10 Grafik hubungan Vin-η
Dari gambar grafik diatas terlihat bahwa hubungan Vin dengan efisiensi
berbanding terbalik. Makin besar V, efisiensi makin kecil. Namun pada nilai tertentu
hubungan V-η berbanding lurus. Hal ini mungkin disebabkan oleh kesalahan
pengamatan.
Io
ImIcV1
I2
V2
Gambar 2.11 Grafik hubungan Vin-∆V
Dari gambar di atas terlihat bahwa hubungan Vin-∆V seharusnya berbanding
terbalik. Namun pada grafik percobaan tidak sama. Hal ini karena kesalahan
pengamatan dan pengukuran.
Gambar 2.12 Grafik hubungan Vin-Vout
Dari gambar di atas terlihat bahwa hubungan Vin dengan Vout berbanding lurus.
Makin besar Vin makan makin besar pula nilai Vout
Gambar 2.13 Grafik hubungan Vin-Iout
Dari gambar diatas, terlihat hubungan Vin dengan Iout berbanding lurus. Vin
yang naik, maka Iout juga naik. Pada perhitungan grafik cenderung konstan.
2.7.3 Percobaan Hubung Singkat
Contoh perhitungan :
-
-
-
-
Tabel 2.10 Hasil perhitungan Rek dan Zek
V(V) I1(A) I2(A) P(W) Rek(Ω) Xek(Ω) Zek(Ω)
5
7
9
11
13
1.52
2029
2.88
3.47
4.08
2
4
5.5
7
9
5
14
22
32
45
2.16
2.67
2.65
2.66
2.77
2.47
1.48
1.65
1.73
1.68
3.289
3.056
3.125
3.170
3.186
Dari perhitungan di atas didapat Rek dan Xek serta Zek rata-rata sebagai berikut:
Rek rata-rata = 2,57 Ω
Xek rata-rata = 1,8 Ω
Zek rata-rata = 3,17 Ω
Sedangkan rangkaian ekuivalen trafo hubung singkat sebagai berikut:
Gambar 2.14 Rangkaian ekuivalen trafo hubung singkat
Gambar 2.15 Grafik hubungan Vin-Ω
Pada grafik terlihat perbandingan dari Vin dengan Ω adalah berbanding lurus.
Semakin besar Vin maka makin besar Ω. Tapi pada grafik hasil percobaan terlihat
mengalami sedikit pernurunan. Hal ini dapat disebabkan karena kesalahan
pengukuran dan pengamatan.
2.7.4 Percobaan Polaritas Trafo
Tabel 2.11 Data percobaan polaritas
Vs(V) V1(V) V2(V) V3(V)
60
90
120
150
60.2
90.9
120.6
150.6
17.72
26.7
35.4
44.6
42.4
64.2
84.9
106.2
Berdasarkan variasi 1
V1 + V2 = 60,2 + 17,72 = 77,92 V
V1 - V2 = 60,2 - 17,72 = 42,48 V
V3 = 42,4 V
Dari perhitungan di atas maka terlihat bahwa :
V3 ≡ V1 - V2
Sehingga trafo adalah substractive polarity atau digambarkan
Gambar 2.16 Polaritas Trafo variasi 1
Berdasarkan variasi 2
V1 + V2 = 90,9 + 26,7 = 117,6 V
V1 - V2 = 90,9 - 26,7 = 64,2 V
V3 = 64,2 V
Dari perhitungan di atas maka terlihat bahwa :
NN
ФФ
V3 ≡ V1 - V2
Sehingga trafo adalah substractive polarity atau digambarkan
Gambar 2.17 Polaritas Trafo variasi 2
Berdasarkan variasi 3
V1 + V2 = 120,6 + 35,4 = 156 V
V1 - V2 = 120,6 - 35,4 = 85,2 V
V3 = 84,9 V
Dari perhitungan di atas maka terlihat bahwa :
V3 ≡ V1 - V2
Sehingga trafo adalah substractive polarity atau di gambarkan
Gambar 2.18 Polaritas Trafo variasi 3
Berdasarkan variasi 4
V1 + V2 = 150,6 + 44,6 = 195,2 V
V1 - V2 = 150,6 - 44,6= 106 V
V3 = 106,2V
Dari perhitungan di atas maka terlihat bahwa :
NN
ФФ
NN
ФФ
V3 ≡ V1 - V2
Sehingga trafo adalah substractive polarity atau digambarkan
Gambar 2.19 Polaritas Trafo variasi 4
Untuk menguji polaritas trafo 1 Ø disisi tegangan tinggi yaitu di hubungkan ke
sumber sedangkan sisi tegangan rendah di hubungkan kemudian mengukur tegangan
pada sisi primer V1 dan sekunder V2. Salah satu terminal primer dan sekunder V3
Gambar 2.20 Rangkain polaritas
Pada pengujian apabila V3= V1 + V2 disebut additive polarity, sedangkan bila
V3= V1 - V2 maka disebut substractive polarity.
Gambar 2.21 (a) Additive polarity
(b) Substractive polarity
NN
ФФ
H1
H2
X2
X1
(a)
H1
H2
X2
X1
(b)
Gambar 2.22 Grafik perbandingan V-polaritas
Pada grafik di atas terlihat bahwa hubungan V1 dengan V3 berbanding lurus.
Semakin besar V1 maka makin besar juga V3
2.7.5 Percobaan Kerja Paralel Transformator
Syarat-syarat kerja paralel trafo:
- Tegangan primer dan sekunder kedua trafo sama
- Impedansi per unit sama
- Tegangan hubung singkat trafo harus sama
- Polaritas keduanya harus sama
Polaritas trafo merupakan hal yang sangat diperlukan dalam kerja paralel
sehingga polaritas yang sama di hubungkan. Kesalahan polaritas dapat menghasilkan
hubung singkat saat trafo diperkuat.
Tabel 2.12 Data percobaan kerja paralel trafo
Beban(W)Primer Sekunder
VT1(V) IT1(A) VT2(V) IT2(A) VT1(V) IT1(A) VT2(V) IT2(A)
100
160
100.6
100.7
0.09
0.11
100.5
100.7
0.1
2.19
28.65
28.6
0.09
0.1
28.63
28.57
0.1
0.1
Dari tabel diatas tegangan pada 2 trafo primer dan sekunder sama dengan syarat-
syarat kerja paralel trafo satu fasa.
Contoh perhitungang daya
- Sisi primer
ST1 = VT1 . IT1
= 100,6 . 0,09
= 9,054 VA
- Sisi sekunder
ST2 = VT2 . IT2
= 28,63 . 0,1
= 2,863 VA
Dengan cara yang sama diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 2.13 Perhitungan daya
Sisi Beban(W) VT1(V) IT1(A) VT2(V) IT2(A) ST1(VA) VT2(VA)
Primer100
160
100.6
100.7
0.09
0.11
100.5
100.7
0.1
2.19
9.054
11.077
10.05
220.53
Sekunder100
160
28.65
28.6
0.09
0.1
28.63
28.57
0.1
0.1
2.578
2.86
2.863
2.857
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa adanya perbedaan dalam perolehan
daya sisi primer dan sekunder trafo. Hal ini dikarenakan adanya kekurangpresisian pada alat
dalam membaca alat ukur.
Gambar 2.23 rangkaian ekuivalen kerja paralel trafo
Rangkaian ekuivalen parallel trafo 1ɸ
Gambar 2.24 Rangkaian ekuivalen paralel trafo 1ɸ
Gambar 2.25 Rangkaian ekuivalen trafo 1ɸ
Gambar 2.26 Diagram vektor paralel trafo 1ɸ
Kesimpulan1. Pada percobaan beban nol nilai Ro = tak hingga dan Xo = 4981,204 Ω . Nilai Ro tak
hingga karena nilai daya ada yang 0, sehingga menyebabkan cosѳ juga 0
2. Pada percobaan trafo yang digunakan adalah trafo step down, yaitu tegangan primer
lebih tinggi dari tegangan sekunder
3. Perbedaan Ro dan Xo disebabkan magnet sisa pada trafo
4. Efisiensi dipengaruhi oleh keluaran dan masukan. Untuk efisiensi yang baik harus
memiliki daya keluaran hampir sama dengan daya masukan
5. Faktor regulasi dipengaruhi oleh tegangan sekunder saat beban kosong dan keadaan
berbeban, faktor regulasi yang baik memiliki tegangan sekunder yang besar pada saat
beban kosong.
6. Pada percobaan polaritas trafo raa-rata adalah substractifve yaitu dengan V3≡ V1-V2
7. Pada kerja paralel trafo perbedaan daya disebabkan kurang presisinya alat dan kurang
teliti saat pembacaan alat ukur.