Transform at Or
-
Upload
ridwan-ritonga -
Category
Documents
-
view
103 -
download
4
Transcript of Transform at Or
BAB II
TRANSFORMATOR
II.1 UMUM
Transformator merupakan suatu alat listrik statis yang dapat memindahkan
dan mengubah energi listrik bolak-balik (arus dan tegangan) dari satu atau lebih
rangkaian listrik ke rangkaian listrik yang lain dengan nilai yang sama maupun
berbeda besarnya (lebih kecil atau lebih besar) pada frekuensi yang sama, melalui
suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik. Pada
umumnya transformator satu fasa terdiri atas sebuah inti yang terbuat dari besi
berlapis dan dua buah kumparan, yaitu kumparan primer dan kumparan sekunder.
Rasio perubahan tegangan akan tergantung dari rasio jumlah lilitan pada kedua
kumparan itu. Biasanya kumparan terbuat dari kawat tembaga yang dibelit seputar
inti transformator.
Transformator digunakan secara luas, baik dalam bidang tenaga listrik
maupun elektronika. Penggunaan transformator dalam sistem tenaga
memungkinkan terpilihnya tegangan yang sesuai dan ekonomis untuk tiap-tiap
keperluan, misalnya kebutuhan akan tegangan tinggi dalam pengiriman daya jarak
jauh. Penggunaan transformator yang sangat sederhana dan andal merupakan
salah satu alasan penting dalam pemakaiannya pada penyaluran tenaga listrik arus
bolak-balik, karena arus bolak-balik sangat banyak dipergunakan untuk
pembangkitan dan penyaluran tenaga listrik. Pada penyaluran tenaga listrik arus
bolak-balik terjadi rugi-rugi daya sebesar RI 2 dalam watt. Rugi-rugi ini akan
banyak berkurang apabila tegangan dinaikkan setinggi mungkin. Dengan
Universitas Sumatera Utara
demikian maka saluran-saluran transmisi tenaga listrik senantiasa
mempergunakan tegangan yang tinggi. Tegangan transmisi yang tertinggi di
Indonesia saat ini adalah 500 kV. Hal ini dilakukan terutama untuk mengurangi
rugi-rugi daya yang terjadi. Dan menaikkan tegangan listrik di pusat pembangkit
listrik dari tegangan generator yang biasanya berkisar antara 6 kV sampai 23 kV
pada pangkal saluran transmisi, kemudian menurunkannya lagi pada ujung saluran
itu ke tegangan yang lebih rendah, yang dilakukan dengan menggunakan
transformator.
Transformator yang digunakan pada jaringan tenaga listrik merupakan
transformator tenaga. Di samping itu ada jenis-jenis transformator lain yang
banyak dipergunakan dan pada umumnya merupakan transformator yang jauh
lebih kecil. Misalnya dalam bidang elektronika, transformator digunakan antara
lain sebagai gandengan impedansi antara sumber dan beban untuk memisahkan
suatu rangkaian dari rangkaian yang lain dan untuk menghambat arus searah
sambil tetap melakukan atau mengalirkan arus bolak-balik antara rangkaian.
II.2 KONSTRUKSI TRANSFORMATOR
Pada dasarnya transformator terdiri dari kumparan primer dan sekunder yang
dibelitkan pada inti ferromagnetik. Berdasarkan letak kumparan terhadap inti,
transformator terdiri dari dua macam konstruksi, yaitu tipe inti (core type) dan tipe
cangkang (shell type). Kedua tipe ini menggunakan inti berlaminasi yang
terisolasi satu sama lainnya dengan tujuan untuk mengurangi rugi-rugi eddy
current.
Universitas Sumatera Utara
Tipe Inti (Core Form)
Tipe inti ini dibentuk dari lapisan besi berisolasi berbentuk persegi dan kumparan
transformatornya dibelitkan pada dua sisi persegi. Pada konstruksi tipe inti, lilitan
mengelilingi inti besi yang disebut dengan kumparan, seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1. Konstruksi transformator tipe inti (core form)
Sedangkan konstruksi intinya pada umumnya berbentuk huruf L atau huruf U,
dapat kita lihat pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2. Konstruksi inti transformator tipe core form
Universitas Sumatera Utara
Tipe Cangkang (Shell Form)
Jenis konstruksi transformator yang kedua yaitu tipe cangkang yang dibentuk dari
lapisan inti berisolasi dan kumparannya dibelitkan di pusat inti, dapat dilihat pada
Gambar 2.3.
Gambar 2.3. Konstruksi transformator tipe cangkang (shell form)
Pada transformator ini, kumparan atau belitan transformator dikelilingi oleh inti.
Sedangkan konstruksi intinya pada umumnya berbentuk huruf E, huruf I atau
huruf F seperti terlihat pada Gambar 2.4.
Gambar 2.4. Konstruksi inti transformator tipe shell form
Universitas Sumatera Utara
II.3 PRINSIP KERJA TRANSFORMATOR
Transformator terdiri atas dua buah kumparan (primer dan sekunder) yang
bersifat induktif. Kedua kumparan ini terpisah secara elektris namun berhubungan
secara magnetis melalui jalur yang memiliki reluktansi (reluctance) rendah.
Apabila kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik,
maka fluks bolak-balik akan muncul di dalam inti yang dilaminasi. Karena
kumparan tersebut membentuk jaringan tertutup, maka mengalirlah arus primer.
Akibat adanya fluks di kumparan primer, maka di kumparan primer terjadi
induksi (self induction) dan terjadi pula induksi di kumparan sekunder karena
pengaruh induksi dari kumparan primer atau disebut sebagai induksi bersama
(mutual induction) yang menyebabkan timbulnya fluks magnet di kumparan
sekunder. Maka mengalirlah arus sekunder jika rangkaian sekunder dibebani,
sehingga energi listrik dapat ditransfer keseluruhan (secara magnetisasi).
Dimana : e = gaya gerak listrik (volt)
N = jumlah lilitan (turn)
dtdφ
= perubahan fluks magnet (weber/sec)
Perlu diingat bahwa hanya tegangan listrik arus bolak-balik yang dapat
ditransformasikan oleh transformator, sedangkan dalam bidang elektronika,
transformator digunakan sebagai gandengan impedansi antara sumber dan beban
untuk menghambat arus searah sambil tetap melakukan atau mengalirkan arus
bolak-balik antara rangkaian.
Universitas Sumatera Utara
Tujuan utama menggunakan inti pada transformator adalah untuk
mengurangi reluktansi (tahanan magnetis) dari rangkaian magnetis (common
magnetic circuit).
II.3.1 Keadaan Transformator Tanpa Beban
Bila kumparan primer suatu transformator dihubungkan dengan sumber tegangan
1V yang sinusoidal, akan mengalir arus primer 0I (arus eksitasi) yang juga
sinusoidal, dan dengan menganggap belitan 1N reaktif murni, 0I akan tertinggal
90o dari 1V .
Arus primer 0I menimbulkan fluks (φ) yang sefasa dan juga berbentuk sinusoidal.
Fluks bolak-balik ini akan memotong kumparan primer dan kumparan sekunder,
dan harganya naik turun dalam arah bolak-balik, sehingga menginduksikan ggl
pada kedua lilitan tersebut. Ggl yang diinduksikan dalam kumparan primer akan
melawan tegangan 1V yang dikenakan.
φ
V1
I1
N1 E1 E2 N2 V2
Gambar 2.5. Transformator dalam keadaan tanpa beban
Universitas Sumatera Utara
Fluks yang sinusoidal ini akan menghasilkan tegangan induksi е1 (Hukum
Faraday).
dtdNe φ
.11 −=
dttd
Neωφ sinmax
11 −=
tNe ωφω cosmax11 −= (tertinggal 90o dari φ)
)90(sinmax11οφω −= wtNe …………………………..(2.3)
Dimana : 1e = gaya gerak listrik (volt)
1N = jumlah belitan di sisi primer (turn)
ω = kecepatan sudut putar (rad/sec)
φ = fluks magnetik (weber)
Harga efektifnya (rms) :
2max1
1φωN
E =
22 max1
1φπ fN
E =
214,32 max1
1φfN
E×
=
228,6 max1
1φfN
E =
max11 44,4 φfNE = (volt) ……………………………….(2.4)
Universitas Sumatera Utara
Pada rangkaian sekunder, fluks (φ) bersama tadi juga menimbulkan :
dtdNe φ
22 −=
tNe ωφω cosmax22 −=
Harga efektifnya (rms) :
max22 44,4 φfNE = (volt) ………………………………..(2.5)
Karena kedua kumparan dipotong oleh fluks yang sama, maka ggl yang
diinduksikan dalam setiap lilit dari kumparan adalah sama. Maka tegangan setiap
lilit dalam kedua kumparan berturut-turut adalah 1
1
NE dan
2
2
NE , sehingga :
2
1
2
1
NN
EE
= ………………………………………………..(2.6)
Dengan mengabaikan rugi tahanan dan adanya fluks bocor, maka :
a
NN
VV
EE
===2
1
2
1
2
1
…………………………………...(2.7)
Dimana : 1E = ggl induksi di sisi primer (volt)
2E = ggl induksi di sisi sekunder (volt)
1V = tegangan terminal sisi primer (volt)
2V = tegangan terminal sisi sekunder (volt)
1N = jumlah belitan sisi primer (turn)
2N = jumlah belitan sisi sekunder (turn)
a = faktor transformasi
Universitas Sumatera Utara
Dalam kenyataannya, arus primer 0I bukanlah merupakan arus induktif murni,
sehingga terdiri dari dua komponen (Gambar 2.6) :
1. Komponen arus pemagnetan MI , yang menghasilkan fluks (φ). Karena
sifat inti besi yang non-linier, maka arus pemagnetan MI dan juga fluks
(φ) dalam kenyataannya tidak berbentuk sinusoidal.
2. Komponen arus rugi tembaga CI , menyatakan adanya daya yang hilang
akibat adanya rugi hysteresis dan eddy current. CI sefasa dengan 1V ,
dengan demikian hasil perkaliannya ( 1VIC × ) merupakan daya yang
hilang.
E1
IM
φ
Io
Io
IMIC
RC XMV1
ICV1
Gambar 2.6. Arus peneralan dalam rangkaian vektoris dan skematis
Universitas Sumatera Utara
II.3.2 Keadaan Transformator Berbeban
Apabila kumparan sekunder dihubungkan dengan beban LZ , maka 2I akan
mengalir pada kumparan sekunder, dimana : LZ
VI 22 = .
φ1φ2
V1
I1
N1 E1 E2 N2
I2
V2
φ2’
ZL
Gambar 2.7. Transformator dalam keadaan berbeban
R1 X1 R2 X2
RC XM ZL
I1 I2’Io
IC IM
V1 V2
Gambar 2.8. Rangkaian ekivalen transformator berbeban
Arus beban 2I ini akan menimbulkan gaya gerak magnet (ggm) 22 IN yang
cenderung menentang fluks (φ) bersama yang telah ada akibat arus pemagnetan.
Agar fluks bersama itu tidak berubah nilainya, pada kumparan primer harus
Universitas Sumatera Utara
mengalir arus '2I , yang menentang fluks yang dibangkitkan oleh arus beban 2I ,
sehingga keseluruhan arus yang mengalir pada kumparan primer menjadi :
'201 III += (ampere) …………………………………..(2.8)
Bila komponen arus rugi inti ( CI ) diabaikan, maka MII =0
Sehingga : '21 III M += (ampere) ……………………………….....(2.9)
Untuk menjaga agar fluks tetap tidak berubah sebesar ggm yang dihasilkan oleh
arus pemagnetan IM, maka berlaku hubungan :
MIN1 = 2211 ININ −
MIN1 = ( ) 22'21 INIIN M −+
'21 IN = 22 IN ................................................................(2.10)
Karena MI dianggap kecil, maka 1'2 II = . Sehingga :
11 IN = 22 IN ................................................................(2.11)
11 IV = 22 IV ................................................................(2.12)
II.4 RANGKAIAN EKIVALEN TRANSFORMATOR
Dalam pembahasan sebelumnya kita telah mengabaikan adanya tahanan dan fluks
bocor. Analisa selanjutnya akan memperhitungkan kedua hal tersebut. Tidak
seluruh fluks (φ) yang dihasilkan oleh arus pemagnetan MI merupakan fluks
bersama (φM), sebahagian darinya hanya mencakup kumparan primer (φ1) atau
kumparan sekunder (φ2) saja. Dalam model rangkaian (rangkaian ekivalen) yang
dipakai untuk menganalisa kerja suatu transformator, adanya fluks bocor φ1 dan φ2
ditunjukkan sebagai reaktansi 1X dan 2X . Sedangkan rugi tahanan ditunjukkan
Universitas Sumatera Utara
dengan 1R dan 2R . Dengan demikian model rangkaian dapat digambarkan seperti
pada Gambar 2.9.
R1 X1 R2 X2
RC XM
I1 I2’Io
IC IM
V1 V2ZLE1 E2
N1 N2
I2
Gambar 2.9. Model rangkaian ekivalen transformator
Io
φo
E2
V1
IM
E1
I1R1
I1X1
I1
I2’
I2
ϕ
IC
I2R2
I2X2V2
Gambar 2.10. Diagram vektor model rangkaian ekivalen transformator
Dari model rangkaian di atas dapat pula diketahui hubungan penjumlahan vektor :
1V = 11111 XIRIE ++ ................................................(2.13)
2E = 22222 XIRIV ++ ..............................................(2.14)
Dimana : 1E = 2Ea
Universitas Sumatera Utara
Maka, 1E = ( )22222 XIRIZIa L ++
2I = '2Ia
Sehingga : 1E = 2'2
22
'2
2'2
2 XIaRIaZIa L ++ ...............................(2.15)
1V = 11112'2
22
'2
2'2
2 XIRIXIaRIaZIa L ++++ ........(2.16)
Apabila semua parameter sekunder dinyatakan dalam harga rangkaian primer,
harganya perlu dikalikan dengan faktor 2a , dimana 2
1
EEa= . Sekarang model
rangkaian menjadi seperti terlihat pada gambar berikut.
R1 X1 a2R2 a2X2
RC XM a2ZL
I1 I2’Io
IC IM
V1 aV2
Gambar 2.11. Penyederhanaan rangkaian ekivalen transformator
Untuk memudahkan perhitungan, model rangkaian tersebut dapat diubah menjadi
seperti gambar di bawah ini.
I1
Io
IC IM
RC XMV1
R1 X1 a2R2 a2X2
a2ZL aV2
I2’
Gambar 2.12. Parameter sekunder pada rangkaian primer
Universitas Sumatera Utara
Rangkaian di atas dapat disederhanakan dengan menggunakan ekR dan ekX , yang
dapat dihitung dengan persamaan di bawah ini.
22
1 RaRRek += (ohm) .....................................................(2.17)
22
1 XaXX ek += (ohm) ....................................................(2.18)
Sehingga rangkaian di atas dapat diubah menjadi seperti gambar di bawah ini.
Rek Xek
RC XM a2Z
I1 I2’Io
IC IM
V1 aV2
Gambar 2.13. Penyederhanaan akhir rangkaian ekivalen transformator
II.5 RUGI-RUGI DAN EFISIENSI TRANSFORMATOR
Transformator memberikan cara yang sederhana untuk mengubah
tegangan bolak-balik dari suatu harga ke harga lainnya. Transformator tidak
mempunyai bagian yang bergerak, sehingga hanya memerlukan sedikit perhatian
dan biaya pemeliharaan yang rendah. Walaupun efisiensi transformator cukup
tinggi, namun kerugian akan selalu ada pada setiap transformator.
II.5.1 Rugi-rugi Transformator
Rugi-rugi pada transformator dapat diklasifikasikan atas rugi-rugi primer,
rugi-rugi sekunder dan rugi-rugi inti (besi). Rugi-rugi primer dan sekunder adalah
rugi-rugi daya nyata RI 2 dalam watt. Rugi-rugi ini akibat resistansi dari masing-
Universitas Sumatera Utara
masing belitan, yaitu belitan primer dan sekunder. Apabila transformator tidak
dibebani, maka rugi-rugi daya pada sekunder adalah nol. Berikut sekema dari
rugi-rugi yang ada pada transformator.
Sumber Kumparan Primer Fluks Bersama Kumparan Sekunder
Rugi Besi :Rugi HysteresisRugi Eddy Current
Rugi Tembaga Rugi Tembaga
Rugi Fluks Bocor
Output
Gambar 2.14. Blok diagram rugi-rugi pada transformator
Rugi Tembaga (PCu)
Rugi yang disebabkan arus mengalir pada kawat tembaga dapat ditulis
sebagai berikut :
RIPCu2= (watt) ..............................................................(2.19)
Formula ini merupakan perhitungan untuk pendekatan. Karena arus beban
berubah-ubah, rugi tembaga juga tidak konstan bergantung pada beban. Dan perlu
diperhatikan pula resistansi disini merupakan resistansi AC.
Rugi Besi (Pi)
Rugi inti atau rugi besi pada transformator juga adalah rugi dalam watt. Rugi inti
pada transformator terdiri atas dua bagian, yaitu rugi hysteresis dan eddy current.
Adapun penjelasan tentang kedua jenis rugi inti tersebut adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Rugi Hysteresis, yaitu rugi yang disebabkan oleh fluks bolak-balik pada
inti besi yang dinyatakan sebagai :
6,1max
2 BfkP hh = (watt) ............................................(2.20)
Dimana : hk = konstanta
maxB = fluks maksimum (weber)
Rugi Eddy Current, yaitu rugi yang disebabkan oleh arus pusar pada inti
besi yang dinyatakan sebagai :
2max
2 BfkP ee = (watt) .............................................(2.21)
Dimana : ek = konstanta
maxB = fluks maksimum (weber)
Jadi, rugi besi (rugi inti) adalah :
ehi PPP += (watt) ...................................................(2.22)
II.5.2 Efisiensi Transformator
Efisiensi transformator adalah perbadingan antara keluaran daya yang
berguna dan masukan daya total. Karena masukan ke transformator sama dengan
keluaran daya yang berguna ditambah kerugiannya, maka persamaan efisiensi
dapat ditulis dalam bentuk persamaan sebagai berikut :
η = %100×in
out
PP
η = %100×Σ+ rugiP
P
out
out .........................................(2.23)
Universitas Sumatera Utara
Dimana : inP = daya input transformator (watt)
outP = daya output transformator (watt)
∑ += iCu PPrugi
Perubahan Efisiensi Terhadap Beban
Perubahaan efisiensi terhadap beban dinyatakan sebagai :
2222
2
cos
cos
IP
RIV
Vi
ek ++=
ϕ
ϕη ..............................................(2.24)
Melalui penurunan persamaan di atas dapat dicari nilai efisiensi maksimum untuk
beban tertentu, yaitu pada saat rugi tembaga = rugi inti.
Agar η maksimum, maka :
02
222
=
+
IP
RIdId i
ek ....................................................(2.25)
Jadi, 22
2 IP
R iek =
Cueki PRIP == 222 ...........................................................(2.26)
Perubahan Efisiensi Terhadap Faktor Kerja (Cos ϕ) Beban
Perubahan efisiensi terhadap faktor kerja (cos ϕ) beban dinyatakan sebagai :
∑
∑+
−=rugiIV
rugiϕ
ηcos
122
Universitas Sumatera Utara
η =
22
22
cos1
IVrugi
IVrugi
∑
∑
+
−
ϕ
Bila : X = =∑22 IV
rugikonstan
Maka, η = X
X+
−ϕcos
1 ...................................................(2.27)
II.6 TRANSFORMATOR TIGA FASA
II.6.1 Umum
Tiga transformator berfasa satu dapat dihubungkan untuk membentuk bank-3 fasa
(susunan 3 fasa = 3 phase bank) dengan salah satu cara dari berbagai cara
menghubungkan belitan transformator. Pada tiga buah transformator satu fasa
yang dipakai sebagai transformator tiga fasa, setiap kumparan primer dari satu
transformator dijodohkan dengan kumparan sekundernya. Hendaknya dicatat
bahwa pada transformator tiga fasa ini besar tegangan antar fasa ( LLV − ) dan daya
transformator (kVA) tidak tergantung dari hubungan belitannya. Akan tetapi
tegangan fasa netral ( NLV − ) serta arus dari masing-masing transformator
tergantung pada hubungan belitannya.
Ada beberapa jenis hubungan belitan yang terdapat pada transformator tiga
fasa ini. Hubungan Y-Δ biasa digunakan untuk menurunkan tegangan dari
tegangan tinggi ke tegangan menengah atau rendah. Satu diantara alasannya
adalah karena dengan menggunakan hubungan belitan ini, untuk membumikan
dari sisi tegangan tinggi telah tersedia saluran netral. Dapat dibuktikan bahwa
Universitas Sumatera Utara
hubungan belitan ini adalah hubungan yang paling banyak dipergunakan di
lapangan.
Sebaliknya hubungan Δ-Y biasa digunakan untuk menaikkan tegangan
dari tegangan rendah ke tegangan menengah atau dari tegangan menengah ke
tegangan tinggi. Hal ini juga bertujuan sama, agar pada sisi tegangan tingginya
apabila akan dibumikan telah tersedia saluran netralnya.
Hubungan Δ-Δ adalah salah satu jenis hubungan belitan yang istimewa.
Keuntungannya yaitu salah satu kaki transformator dapat dipindahkan apabila
terjadi kerusakan atau apabila akan dilakukan perawatan, sementara dua yang
tertinggal dapat terus beroperasi sebagai bank-3 fasa dengan rating kVA yang
turun sampai dengan 57,7% dari bank yang asli. Hubungan ini dikenal sebagai
hubungan belitan open-delta. Hubungan Y-Y paling jarang digunakan karena
kesukaran dalam gejala arus penalaan dan harmonisa.
II.6.2 Konstruksi Transformator Tiga Fasa
Dua jenis konstruksi yang biasa dipergunakan pada transformator tiga fasa
diperlihatkan pada Gambar 2.15 dan 2.16 berikut ini.
SEKUNDER
PRIMER
R S
r s t
T
Gambar 2.15. Transformator tiga fasa tipe inti
Universitas Sumatera Utara
R
S
T
r
s
t
PRIMER
SEKUNDER
Gambar 2.16. Transformator tiga fasa tipe cangkang
Pada jenis inti (core type) kumparan dililitkan di sekitar dua kaki inti magnetik
persegi, sedangkan pada jenis cangkang (shell type) kumparan dililitkan sekitar
kaki tengah dari inti berkaki tiga dengan laminasi silicon-steel. Umumnya
digunakan untuk transformator yang bekerja pada frekuensi di bawah beberapa
ratus hertz. Silicon-steel memiliki sifat-sifat yang dikehendaki, yaitu murah, rugi
inti rendah dan permeabilitas tinggi pada rapat fluks tinggi. Inti transformator
yang dipergunakan dalam rangkaian komunikasi pada frekuensi tinggi dan tingkat
energi rendah kadang-kadang dibuat dari campuran tepung ferromagnetik yang
dimanfaatkan sebagai permalloy.
Kebanyakan fluks terkurung dalam inti dan karena itu dirangkum oleh
kedua kumparan. Meskipun fluks bocor yang dirangkum salah satu kumparan
tanpa dirangkum yang lain merupakan bagian kecil dari fluks total, ia mempunyai
pengaruh penting pada perilaku transformator. Kebocoran dapat dikurangi dengan
Universitas Sumatera Utara
membagi-bagi kumparan dalam bagian-bagian yang diletakkan sedekat mungkin
satu sama lainnya. Pada konstruksi jenis inti (core type), tiap kumparan dari dua
bagian, satu bagian pada setiap kaki dari kedua kaki inti, kumparan primer dan
sekunder merupakan kumparan yang konsentris. Dalam konstruksi janis cangkang
(shell type), berbagai variasi susunan kumparan konsentris dapat digunakan atau
kumparan dapat terdiri dari sejumlah “apem” (pancake) tipis disusun dalam satu
tumpukan dengan kumparan primer dan sekunder berselang-seling.
II.6.3 Hubungan Tiga Fasa Pada Transformator
Secara umum hubungan belitan tiga fasa terbagi atas dua jenis, yaitu hubungan
wye (Y) dan hubungan delta (Δ). Masing-masing hubungan belitan ini memiliki
karakteristik arus dan tegangan yang berbeda-beda. Baik sisi primer maupun
sekunder masing-masing dapat dihubungkan wye ataupun delta.
Hubungan Wye
Hubungan (Y) ini dapat dilakukan dengan menggabungkan ketiga belitan
transformator yang memiliki rating yang sama.
E1
E1E1
Z01
Z01Z01
R
N
S
T
IR
IN
IS
IT
Gambar 2.17. Hubungan wye
Universitas Sumatera Utara
Dari gambar di atas dapat diketahui sebagai berikut :
TSRL IIII === (ampere) ..............................(2.28)
φII L = (ampere) ...................................................(2.29)
Dimana : LI = arus line to line (ampere)
φI = arus line to neutral (ampere)
Dan, LTRSTRS VVVV === (volt) ......................................(2.30)
133 EVVL == φ (volt) ........................................(2.31)
Dimana : LV = tegangan line to line (volt)
φV = tegangan line to neutral (volt)
Hubungan Delta
Hubungan delta (∆) ini juga mempunyai tiga buah belitan dan masing-masing
memiliki rating yang sama.
E1
E1
E1
Z01
Z01
Z01
IRR
IS S
IT T
Gambar 2.18. Hubungan delta
Universitas Sumatera Utara
Dari gambar di atas dapat kita ketahui sebagai berikut :
LTSR IIII === (ampere) ...............................(2.32)
φII L 3= (ampere) ...............................................(2.33)
Dimana : LI = arus line to line (ampere)
φI = arus line to neutral (ampere)
Dan, LTRSTRS VVVV === (volt) .....................................(2.34)
1EVVL == φ (volt) ................................................(2.35)
Dimana : LV = tegangan line to line (volt)
φV = tegangan line to neutral (volt)
II.6.4 Macam Hubungan Belitan Transformator Tiga Fasa
Di dalam pelaksanaannya, tiga buah belitan fasa pada sisi primer dan sisi
sekunder dapat dihubungkan dalam bermacam-macam hubungan, seperti
hubungan wye (Y) dan hubungan delta (∆), dengan kombinasi hubungan wye-wye
(Y-Y), hubungan wye-delta (Y-Δ), hubungan delta-wye (Δ-Y) dan hubungan
delta-delta (Δ-Δ), bahkan untuk kasus-kasus tertentu belitan sekunder dapat
dihubungkan secara berliku-liku (zig-zag) sehingga diperoleh kombinasi ∆-Z dan
Y-Z.
Hubungan zig-zag merupakan hubungan wye “istimewa”. Hubungan ini
untuk mengantisipasi kejadian yang mungkin terjadi apabila dihubungkan secara
wye dengan beban setiap fasanya tidak seimbang.
Universitas Sumatera Utara
Hubungan Wye-Wye
Hubungan Y-Y pada transformator tiga fasa dapat dilihat pada Gambar 2.19 di
bawah ini.
NP1
NP2
NP3
NS1
NS2
NS3
a'
+ b'
+ c'
a
b +
c -
VφP VφSVLP VLS
Gambar 2.19. Transformator hubungan Y-Y
Pada hubungan Y-Y, tegangan primer pada masing-masing fasa adalah :
3LP
PVV =φ ........................................................................(2.36)
Tegangan fasa primer sebanding dengan tegangan fasa sekunder dan
perbandingan belitan transformator. Maka diperoleh perbandingan tegangan pada
transformator adalah :
a
VV
VV
S
P
LS
LP ==φ
φ
3
3
............................................................(2.37)
Pada hubungan Y-Y ini, jika beban transformator tidak seimbang, maka tegangan
pada fasa transformator menjadi tidak seimbang.
Universitas Sumatera Utara
Hubungan Wye-Delta
Hubungan Y-Δ pada transformator tiga fasa dapat dilihat pada Gambar 2.20 di
bawah ini.
NP1
NP2
NP3
a
b
c
VφP
VLP
NS1
NS2
NS3
a'
b'
c'
VφS
VLS
Gambar 2.20. Transformator hubungan Y-Δ
Pada hubungan ini, tegangan kawat ke kawat primer sebanding dengan tegangan
fasa primer PLP VV φ3= dan tegangan kawat ke kawat sekunder sama dengan
tegangan fasa SLS VV φ= . Sehingga diperoleh perbandingan tegangan pada
hubungan ini adalah sebagai berikut :
a
VV
VV
S
P
LS
LP 33
==φ
φ
.........................................(2.38)
Hubungan ini lebih stabil dan tidak ada masalah dengan beban tidak seimbang dan
harmonisa.
Universitas Sumatera Utara
Hubungan Delta-Wye
Hubungan Δ-Y pada transformator tiga fasa dapat dilihat pada Gambar 2.21 di
bawah ini.
NP1
NP2
NP3
NS1
NS2
NS3
+ a'
- b'
c'
a +
b -
c
VφP VφSVLP
VLS
Gambar 2.21. Transformator hubungan Δ-Y
Pada hubungan ini, tegangan kawat ke kawat primer sama dengan tegangan fasa
primer PLP VV φ= dan tegangan sisi sekunder SLS VV φ3= . Maka perbandingan
tegangan pada hubungan ini adalah :
aVV
VV
S
P
LS
LP 33
==φ
φ
...................................................(2.39)
Hubungan ini memberikan keuntungan yang sama dan beda fasa yang sama
seperti pada hubungan Y-Δ.
Universitas Sumatera Utara
Hubungan Delta-Delta
Hubungan Δ-Δ pada transformator tiga fasa dapat dilihat pada Gambar 2.22 di
bawah ini.
NP1
NP2
NP3
a +
b -
c
VφP NS1
NS2
NS3
+ a'
- b'
c'
VφS VLSVLP
Gambar 2.22. Transformator hubungan Δ-Δ
Pada hubungan ini, tegangan kawat ke kawat dan tegangan fasa sama untuk
primer dan sekunder transformator PLP VV φ= dan SLS VV φ= . Maka hubungan
tegangan primer dan sekunder transformator adalah sebagai berikut :
a
VV
VV
S
P
LS
LP ==φ
φ
..................................................................(2.40)
Perbedaan fasa pada hubungan ini tidak ada dan stabil terhadap beban tidak
seimbang dan harmonisa.
II.7 ISOLASI TRANSFORMATOR
Pada penghantar yang dilewati oleh arus listrik selalu terjadi kerugian
daya. Kerugian daya ini selanjutnya didesipasikan dalam bentuk energi panas.
Suatu bahan isolasi dapat rusak disebabkan oleh panas dalam kurun waktu
tertentu. Waktu tersebut dikatakan sebagai umur panas bahan isolasi. Sedangkan
Universitas Sumatera Utara
kemampuan bahan menahan suatu panas tanpa terjadi kerusakan disebut
ketahanan panas (heat resistance).
Tabel 2.1. Klasifikasi bahan isolasi menurut IEC
Kelas Bahan Suhu kerja
maks.
Y
Katun, sutera alam, wolsintetis, rayon, serat
poliamid, kertas, prespan, kayu, poliakrilat,
polietilen, karet.
90o C
A
Bahan kertas Y yang diimpregnasi dengan vernis,
aspal, minyak transformator.
Email yang dicampur dengan vernis dan poliamid.
105o C
E
Email kawat yang terbuat dari : polivinil formal, poli
urethan dan damar, bubuk plastik, bahan selulosa
pengisi partinaks, tekstolit, triasetat, polietilen
tereftalat.
120o C
B
Bahan anorgnik (mika, fiberglas, asbes) bitumen,
bakelit, poli monochloro tri flour etilen, poli etilen
tereftalat, poli karbonat, sirlak.
135o C
F
Bahan-bahan anorganik yang diimpregnasi atau
direkat dengan epoksi, poliurethan, atau vernis
dengan ketahanan panas yang tinggi.
155o C
H
Mika, fiberglas dan asbes yang diimpregnasi dengan
silicon tanpa campuran bahan berserat, karet silicon,
email kawat poliamid murni.
180o C
C
Bahan-bahan anorganik tanpa impregnasi atau diikat
dengan substansi organik, yaitu : mika, mikanit
tahan panas, mikaleks, gelas, keramik, teflon
(politetra flouroetilen) adalah satu-satunya substansi
organik.
di atas
180o C
Universitas Sumatera Utara
Bahan isolasi cair berfungsi sebagai pengisolasi sekaligus sebagai
pendingin. Karena itu persyaratan untuk bahan cair yang dapat digunakan untuk
isolasi antara lain mempunyai tegangan tembus dan daya hantar panas yang
tinggi.
Minyak transformator adalah minyak mineral yang diperoleh dengan
pemurnian minyak mentah. Sebagai bahan isolasi, minyak transformator harus
mempunyai tegangan tembus yang tinggi. Ketahanan listrik minyak transformator
dapat menurun karena pengaruh asam dan dapat pula karena kandungan air.
Keasaman minyak transformator dapat dinetralisir dengan menggunakan potas
hydroksida (KOH). Sedangkan kandungan air dalam minyak transformator dapat
dihilangkan dengan memakai bahan hygroskopis yaitu silica-gel.
Umumnya transformator distribusi, kumparan-kumparan dan intinya
direndam dalam minyak transformator, karena minyak transformator mempunyai
sifat sebagai pemindah panas (disirkulasi) dan bersifat pula sebagai isolasi
(tegangan tembus tinggi) sehingga minyak transformator tersebut berfungsi
sebagai media pendingin sekaligus isolasi.
II.8 SISTEM PENDINGIN TRANSFORMATOR
Pada inti besi dan kumparan-kumparan akan timbul panas akibat rugi-rugi besi
dan rugi-rugi tembaga. Bila panas tersebut mengakibatkan kenaikan suhu
berlebihan, maka akan merusak isolasi di dalam transformator. Untuk mengurangi
kenaikan suhu yang berlebihan tersebut, maka pada transformator perlu
dilengkapi dengan alat atau sistem pendingin yang dapat menyalurkan panas
keluar dari transformator.
Universitas Sumatera Utara
Media yang dipakai pada sistem pendingin dapat berupa udara atau gas,
minyak, air dan lain sebagainya. Sedangkan pengalirannya (sirkulasi) dapat secara
alamiah (natural) atau secara paksaan/ tekanan.
Pada cara alamiah, pengaliran media sebagai akibat adanya perbedaan
suhu media dan untuk mempercepat perpindahan panas dari media tersebut ke
udara luar diperlukan bidang perpindahan panas yang lebih luas antara media
dengan cara melengkapi transformator dengan sirip-sirip (radiator). Bila
dinginkan penyaluran panas yang lebih cepat lagi, cara alamiah tersebut dapat
dilengkapi dengan peralatan untuk mempercepat sirkulasi media pendingin
dengan pompa-pompa sirkulasi minyak, udara dan air. Cara ini disebut
pendinginan paksa (forced). Macam-macam sistem pendingin transformator
berdasarkan media dan cara pengalirannya dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Tabel 2.2. Macam sistem pendingin transformator menurut IEC
No.
MACAM
SISTEM
PENDINGIN
MEDIA
DI DALAM TRAFO DI LUAR TRAFO
Sirkulasi
Alamiah
Sirkulasi
Paksa
Sirkulasi
Alamiah
Sirkulasi
Paksa
1. AN - - Udara -
2. AF - - - Udara
3. ONAN Minyak - Udara -
4. ONAF Minyak - - Udara
5. OFAN - Minyak Udara -
6. OFAF - Minyak - Udara
7. OFWF - Minyak - Air
8. ONAN/ ONAF Kombinasi 3 dan 4
9. ONAN/ OFAN Kombinasi 3 dan 5
Universitas Sumatera Utara
10. ONAN/ OFAF Kombinasi 3 dan 6
11. ONAN/ OFWF Kombinasi 3 dan 7
II.9 PERNAFASAN TRANSFORMATOR
Karena pengaruh naik turunya beban transformator maupun suhu udara luar, maka
suhu minyak pun akan berubah-ubah mengikuti keadaan tersebut. Bila suhu
minyak tinggi, minyak akan memuai dan mendesak udara di atas permukaan
minyak keluar dari dalam tangki, sebaliknya apabila suhu minyak turun, minyak
menyusut maka udara luar akan masuk ke dalam tangki. Kedua proses di atas
disebut pernafasan transformator. Akibat pernafasan transformator tersebut, maka
permukaan minyak akan selalu bersinggung dengan udara luar. Udara luar yang
lembab akan menurunkan nilai tegangan tembus minyak transformator, maka
untuk mencegah hal tersebut pada ujung pipa penghubung udara luar dilengkapi
dengan alat pernafasan berupa tabung yang berisi kristal zat hygroskopis.
Universitas Sumatera Utara