Training Manual Renewable Energy_Green PNPM-DANIDA

download Training Manual Renewable Energy_Green PNPM-DANIDA

of 298

Transcript of Training Manual Renewable Energy_Green PNPM-DANIDA

  • Pembuatan buku ini didukung oleh Kedutaan Besar Denmark di Jakarta

    Tentang PNPM MandiriProgram Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri merupakan program nasional yang mengharmonisasikan program-program pemberdayaan masyarakat yang telah dilaksanakan oleh berbagai departemen dan kementrian seperti PPK (Program

    Pengembangan Kecamatan) dan P2KP (Program Pengentasan Kemiskinan Perkotaan) yang telah berlangsung sejak 1998.

    PNPM Mandiri diluncurkan pemerintah pada 30 April 2007 di Palu, Sulawesi Tengah dan akan dilaksanakan hingga tahun 2015, sejalan dengan target pencapaian MDGs. Diharapkan, dalam rentang waktu 2007 2015, modal kemandirian masyarakat telah terbentuk sehingga keberlanjutan program dapat terwujud.

    Tujuan PNPM Mandiri adalah meningkatkan kesejahteraan dan meningkatkan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri. Masyarakat diberikan dana stimulan dan

    mereka berkesempatan untuk mengidentifikasi

    persoalan kemiskinan mereka dan mencari jalan keluarnya dengan, merencanakan, dan melaksanakan kegiatan pembangunan yang mereka nilai perlu. Dalam upaya memecahkan berbagai persoalan tersebut, masyarakat juga diajak untuk memanfaatkan potensi ekonomi dan sosial yang mereka miliki melalui proses pembangunan secara mandiri.

    DANIDAMBASSY OF ENMARKE D

    INTERNATIONAL

    DEVELOPMENT COOPERATION

  • MANUAL PELATIHANTeknologi Energi Terbarukan

    Yang Tepat Untuk Aplikasi Di Masyarakat Perdesaan

    PERNYATAAN (DISCLAIMER)

    Buku Manual ini dipublikasikan oleh PNPM Support Facility (PSF) yang dipersiapkan melalui Program PNPM Lingkungan Mandiri Perdesaan, dengan dukungan dana dari Pemerintah Denmark. Dipersilahkan memperbanyak seluruh atau sebagian buku ini sepanjang dipergunakan untuk keperluan pelatihan dan peningkatan kesadaran. Kami amat menghargai jika Anda mencantumkan judul dan penerbit buku ini sebagai sumber.

    PSF tidak bertanggung jawab atas data dan informasi yang terdapat dalam publikasi ini, atau dengan ketidaksesuaian dalam penerapan dari data dan informasi yang terdapat dalam Buku Manual ini.

    Pendapat, angka dan perhitungan yang terkandung dalam Buku Manual ini adalah tanggung jawab penyusun dan tidak harus mencerminkan pandangan dari Pemerintah Indonesia, Pemerintah Denmark, maupun Bank Dunia.

  • 4PENDAHULUAN

    UCAPAN TERIMAKASIH

    Penyusun mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan Manual Pelatihan berjudul Teknologi Energi Terbarukan Yang Tepat Untuk Aplikasi

    Di Masyarakat Perdesaan ini. Manual Pelatihan ini disusun dan didisain untuk digunakan dalam

    pelatihan yang akan dilaksanakan oleh PNPM Mandiri Perdesaan (PNPM-MP)/ PNPM Lingkungan

    Mandiri Perdesaan (PNPM LMP) - atau lebih dikenal dengan sebutan PNPM Rural/Green, diberbagai

    wilayah kerja PNPM MP/LMP di Sumatera dan Sulawesi.

    Ucapan terimakasih disampaikan kepada Danida yang telah mensponsori pembuatan Buku Training

    Manual ini. Demikian juga kepada Mr. Per Rasmussen, Danida Senior Adviser, atas saran dan bimbingan beliau yang sangat bermanfaat dalam menyusun Manual ini.

    Terimakasih yang sebesar-besarnya juga disampaikan kepada berbagai pihak yang telah memberi

    informasi, gagasan dan masukan baik tertulis dan tidak tertulis sesuai kepakaran masing-masing.

    Mereka antara lain adalah:

    1. Vetri Nurliyanti : peneliti bidang energi surya

    2. Sahat Pakpahan: peneliti dan tenaga ahli bidang energi angin

    3. Bono Pranoto: peneliti bidang energi biomassa

    4. Marlina Pandin: peneliti bidang energi angin

    5. Yose Rizal: peneliti bidang mikrohidro

    Adapun Modul Mikrohidro atau Modul 5 dari Buku Manual ini disusun berdasarkan materi yang

    diperoleh dari GTZ Technical Support Unit (TSU) for Micro Hydro Power. Untuk itu Penyusun

    mengucapkan terimakasih kepada TSU atas materi yang diberikan tersebut sehingga Modul 5 dapat

    disusun sesuai dengan format yang digunakan dalam buku Manual ini.

    Semoga Manual ini dapat bermanfaat sebagai buku pegangan bagi para Koordinator / Fasilitator

    Program PNPM MP/LMP dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya untuk meningkatkan

    pemanfaatan Energi Terbarukan sebagai sumber energi alternatif yang sekaligus berdampak positif

    terhadap pemeliharaan lingkungan di wilayah kerja masing-masing.

    Jakarta, Januari 2011

    Penyusun

  • PE

    NG

    AN

    TAR

    ET

    SU

    RYA

    AN

    GIN

    BIO

    MA

    SS

    AM

    IKR

    OH

    IDR

    OA

    PP

    EN

    DIX

    PE

    ND

    AH

    ULU

    AN

    5

    PE

    ND

    AH

    ULU

    AN

    1.1 TUJUAN1.2 KONSEP DASAR ENERGI Pengertian Energi Jenis Energi Sumber Energi Energi dan Daya Satuan Energi Kandungan energi dari bahan bakar Pemanfaatan dan Penyediaan Energi Menghitung konsumsi atau produksi energi1.3 TENTANG ENERGI TERBARUKAN Pentingnya pengembangan energi terbarukan Potensi dan Pemanfaatan Energi Terbarukan di Indonesia Pengembangan Teknologi Energi terbarukan Kendala dalam pemanfaatan energi terbarukan (ET) Kebijakan dan peraturan terkait dengan pengembangan energi terbarukan Program Elektrifikasi Pedesaan1.4 JENIS TEKNOLOGI ENERGI TERBARUKAN Teknologi Energi Surya Teknologi Energi Angin Teknologi Energi Biomassa Mikrohidro1.5. PENERAPAN TEKNOLOGI ENERGI TERBARUKAN UNTUK MASYARAKAT PERDESAAN1.6 RINGKASAN1.7 REFERENSI UTAMA1.8 EVALUASI KEMAMPUAN

    2.1 TUJUAN2.2 PENGENALAN ENERGI SURYA Gambaran Umum Pengukuran Radiasi Surya Pemanfaatan Energi Surya Kelebihan Dan Kekurangan2.3 FOTOVOLTAIK (PV) Prinsip Kerja PV Komponen Sistem PV Pemanfaatan Teknologi PV Perancangan Sistem PV Instalasi Sistem PV Pengoperasian dan Perawatan Sistem PV Aplikasi PV di Indonesia (Studi Kasus) 2.4 SURYA TERMAL Kolektor Surya Pemanfaatan Teknologi Surya Termal2.5. PENGERING TENAGA SURYA Penyuling Air Tenaga Surya / Destilasi Surya Contoh Kasus Aplikasi Surya Termal di Indonesia2.6 RINGKASAN2.7 REFERENSI UTAMA2.8. EVALUASI KEMAMPUAN

    MODUL

    1PENGANTAR ET

    MODUL

    2ENERGI SURYA

    HALAMAN

    45

    HALAMAN

    15

    DAFTAR ISI

  • 6PENDAHULUAN

    MODUL

    3ENERGI ANGIN

    HALAMAN

    81

    3.1. TUJUAN3.2. PENGENALAN TEKNOLOGI ENERGI ANGIN Pengertian Umum Pengukuran Data Angin Pengolahan Data Angin dan Evaluasi Potensi Energi Angin di Indonesia Keuntungan dan Kekurangan Energi Angin Sebagai sumber energi 3.3. TURBIN ANGIN Prinsip dasar turbin angin Komponen turbin angin dan fungsi Seleksi,rancangan dan perhitungan energi turbin angin Pengoperasian dan Pemeliharaan Sistem Biaya investasi, pengoperasian dan pemeliharaan Pemilihan dan aplikasi turbin angin di Indonesia3.4.PEMANFAATAN ENERGI ANGINA. Sistem Pemompaan Tenaga Angin Prinsip dasar Sistem Pemompaan Tipe dan komponen Sistem Pemompaan Tenaga Angin Seleksi, rancangan dan perhitungan Pengoperasian dan pemeliharaan sistem Biaya investasi, operasi dan pemeliharaan Pemilihan dan pemakaian di Indonesia B. Kincir Angin Prinsip Dasar Tipe dan komponen Pemilihan,rancangan dan perhitungan Operasi dan pemeliharaan sistem Biaya investasi, operasi dan pemeliharaan Pemilihan dan aplikasi kincir angin untuk Indonesia3.5. RINGKASAN 3.6. REFERENSI UTAMA3.7. EVALUASI KEMAMPUAN

  • PE

    NG

    AN

    TAR

    ET

    SU

    RYA

    AN

    GIN

    BIO

    MA

    SS

    AM

    IKR

    OH

    IDR

    OA

    PP

    EN

    DIX

    PE

    ND

    AH

    ULU

    AN

    7

    PE

    ND

    AH

    ULU

    AN

    4.1. TUJUAN4.2. PENGENALAN ENERGI BIOMASSA Bahan Baku Biomassa Potensi Energi Biomassa di Indonesia Klasifikasi Biomassa sebagai Bioenergi4.3.BIOGAS Pengenalan Biogas Bahan Baku Biogas Tahapan Pembentukan Biogas Proses Pembuatan Biogas Peralatan Produksi Biogas Estimasi Penentuan Kapasitas Biaya Investasi, Operasional dan Perawatan Contoh Aplikasi Biogas di Indonesia4.4.BIOETANOL Pengenalan Bioetanol Bahan Baku Bioetanol Proses Pembuatan Bioetanol Peralatan Produksi Bioetanol Estimasi Kapasitas Produksi Biaya Investasi, Operasional dan Perawatan Contoh aplikasi Bioetanol di Indonesia4.5.BRIKET DAN KOMPOR BIOMASSAA. Briket Arang Bahan Baku Briket Proses pembuatan briket bioarang Peralatan Produksi Briket ArangB. Kompor Biomassa Prinsip pembuatan Kompor Biomassa Membuat Kompor SekamC. Biaya Investasi, Operasional dan Perawatan Briket Arang Kompor sekamD. Contoh aplikasi Briket Arang dan Kompor Sekam di Indonesia. Aplikasi Briket Arang Aplikasi kompor sekam4.6.GASIFIKASI BIOMASSA Pengenalan Gasifikasi Biomassa Bahan Bakar Gasifikasi Proses Gasifikasi Peralatan Gasifikasi Estimasi Penghitungan Kapasitas Gasifier Biaya Investasi, Operasional dan Perawatan Contoh Aplikasi Gasifikasi Biomasa4.7. RINGKASAN4.8.REFERENSI UTAMA4.9. EVALUASI KEMAMPUAN

    MODUL

    4ENERGI BIOMASSA

    HALAMAN

    125

  • 8PENDAHULUAN

    MODUL

    5MIKROHIDRO

    HALAMAN

    175

    5.1 TUJUAN5.2 PENGENALAN TEKNOLOGI MIKROHIDRO Pengertian Umum. Keunggulan dan kekurangan PLTMH Potensi dan pemanfaatan tenaga air. Klasifikasi pembangkit listrik

    tenaga air Dasar-dasar teknologi MHP : tinggi jatuh & debit air, energi

    potensial & kinetik, potensi energi air, output daya listrik Komponen-komponen dasar dan konfigurasi lokasi PLTMH : sistem

    utama, komponen dasar, konfigurasi lokasi, prinsip dasar pemilihan lokasi

    Relevansi PLTMH dalam konteks listrik pedesaan dan pengentasan kemiskinan

    5.3 STUDI KELAYAKAN PROYEK DAN PENILAIAN AWAL Tahap persiapan proyek : kriteria dasar, karakteristik umum proyek,

    tingkatan penilaian, penilaian awal Investigasi dan penilaian lapangan : penilaian teknis dan kondisi

    sosial-ekonomi5.4 BANGUNAN SIPIL Aliran pipa : Aliran mantap dan tidak mantap, pemilihan diameter

    penstock ekonomis, aliran permukaan bebas, rumus Manning-Strickler

    Struktur pembawa : desain struktur pembawa (bilangan Froud, terowongan dan aqueduct)

    Struktur intake : tipe-tipe struktur intake Bak pengendap : penjebak sedimen Forebay Layout rumah pembangkit pada umumnya5.5 SISTEM ELEKTRIKAL Generator AC : generator sinkron dan asinkron, perbandingan,

    pemilihan jenis generator dan power output Sistem control : Flow control dan Load control Sistem transmisi dan distribusi : underground atau overhead,

    tegangan tinggi atau tegangan rendah5.6 APLIKASI TURBIN Turbin : Pelton, Cross flow, Propeller open flume, PAT5.7 IMPLEMENTASI, OPERASI, DAN PERAWATAN PLTMH Tender dan kontrak Pembuatan peralatan elektro-mekanik Manajemen konstruksi di lapangan : partisipasi masyarakat Instalasi dan komisioning Operasi dan perawatan : operasi pembangkit dan perawatan Manajemen dan pengelolaan PLTMH : organisasi, pengelola, dan

    keuangan

    5.8 RINGKASAN5.9 REFERENSI UTAMA5.10 EVALUASI KEMAMPUAN

  • PE

    NG

    AN

    TAR

    ET

    SU

    RYA

    AN

    GIN

    BIO

    MA

    SS

    AM

    IKR

    OH

    IDR

    OA

    PP

    EN

    DIX

    PE

    ND

    AH

    ULU

    AN

    9

    PE

    ND

    AH

    ULU

    AN

    DAFTAR SINGKATAN / Abbreviations

    A Ampere

    AC Alternating Current

    AFR Air Fuel Ratio

    Ah Ampere hours

    AkWh Annual kilo Watt hour

    APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

    BAKOSURTANAL Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional

    BBM Bahan Bakar Minyak (fosil based fuel)

    BBN Bahan Bakar Nabati

    BCU Battery Control Unit

    BPPT Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

    BPS Biro Pusat Statistik (Central Bureau of Statistics)

    C Carbon

    CF Capacity Factor

    CFL Compact Fluorescent Lamp

    CSO Community Service Organisation

    CSP Concentrator Solar Power

    Danida Danish International Development AssistanceDC Direct Current

    DEPTAN Departemen PertanianDESDM Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral

    DILC Distributed Intelligent Load Controller

    Distamben Dinas Pertambangan dan EnergiDJLPE Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi

    (Directorate General of Electricity and Energy Utilization)

    DJEBTKE Direktorat Jendral Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi

    ELC Electronic Load Controller

    EPC Equipment Procurement and Construction

    EPF Energy Pattern Factor

    ET Energi Tebarukan

    ESDM Energi dan Sumber Daya Mineral

    FDC Flow Duration Curve

    FPE Faktor Pola Energi

    FR Fuel Ratio

    FS Feasibility Study

    GJ Giga Joule

  • 10

    PENDAHULUAN Green PNPM Green Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM Lingkungan)

    GW Giga Watt

    GWh Giga Watt hour

    H Hydrogen

    H head of a hydropower plant

    HAWT Horizontal Axis Wind Turbine

    Hg Gross Head of a Hydropower Plant

    HHV High Heat Value

    Hn Net Head of a Hydropower Plant

    Hz hertz (dimensi untuk frekuensi)

    IGC Induction Generator Controller

    IMAG Induction Motor as Generator

    J JoulekCal kilo kalori

    KepMen Keputusan Menteri (Ministerial Decree)

    KEPPRES Keputusan Presiden (Presidential Decree)

    KESDM Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral

    KOMSEKAR Kompor Sekam Segar

    KSU Koperasi Serba Usaha

    kW kilo Watt

    kWh kilo Watt hour

    LAPAN Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Institute for Aeronautics and Space)

    LHV Low Heat Value

    LMP Lingkungan Mandiri Perdesaan

    LSM Lembaga Swadaya Masyarakat

    m MeterMAD mean annual dischargeMHP Mini/Micro hydro power

    MP Mandiri PerdesaanMW Mega Watt

    N Nitrogen

    NACA National Advisory Committee for Aeronautics

    NGO Non-Governmental Organization (lihat LSM)

    O Oksigen

    OM Operation and Maintenance

    P PowerP3TKEBT Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi

    Ketenagalistrikan dan Energi Baru Terbarukan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral

    PDAM Perusahaan Daerah Air Minum

  • PE

    NG

    AN

    TAR

    ET

    SU

    RYA

    AN

    GIN

    BIO

    MA

    SS

    AM

    IKR

    OH

    IDR

    OA

    PP

    EN

    DIX

    PE

    ND

    AH

    ULU

    AN

    11

    PE

    ND

    AH

    ULU

    AN

    Pemda Pemerintah Daerah Perda Peraturan DaerahPerpres Peraturan PresidenPLN Perusahaan Listrik Negara

    PLTA Pembangkit Listrik Tenaga Air

    PLTD Pembangkit Listrik Tenaga Diesel

    PLTGU Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap

    PLTMH Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro

    PLTS Pembangkit Listrik Tenaga Surya

    PLTU Pembangkit Listrik Tenaga Uap

    PNPM Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (National Program for Community Empowerment)

    PP Peraturan PemerintahPPn Pajak Pertambahan NilaiPSI Pounds per Square Inch

    PT Perseroan Terbatas

    Pusdatin ESDM Pusat Data dan Informasi, Energi dan Sumber Daya Mineral

    PV Fotovoltaik, PhotovoltaicsPVC Poly Vinyl Chloride

    Q flow rate (discharge)RE Renewable Energy

    RESP Renewable Energy Service Providers

    RPM Rotations per Minute

    SHS Solar Home System

    SKEA Sistem Konversi Energi Angin (Wind Energy Conversion System, see WECS)

    SP Service Providers

    SPTA Sistem Pemompaan Tenaga Angin

    TM Tegangan Menengah

    TR Tegangan Rendah

    UU Undang-undang

    V Volt VAWT Vertical Axis Wind Turbine

    W Watt

    WECS Wind Energy Conversion System

    WED Wind Energy Density

    WEPS Wind Energy Pumping Systems

    Wh Watt hours

    WMO World Meteorological Organization

    Wp Watt peak

    WPD Wind Power Density

  • 12

    PENDAHULUANPengenalan Manual

    Manual Pelatihan Teknologi Energi Terbarukan Yang Tepat Guna Untuk Aplikasi Di

    Masyarakat Perdesaan ini merupakan buku pedoman utama yang digunakan dalam

    pelatihan yang akan dilaksanakan oleh PNPM Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) / PNPM

    Lingkungan Mandiri Perdesaan (PNPM LMP) - atau lebih dikenal dengan sebutan

    PNPM Rural/Green, diberbagai wilayah kerja PNPM MP/LMP. Pelatihan ini dilaksanakan

    dalam rangka penguatan kapasitas dalam aplikasi energi terbarukan bagi masyarakat pedesaan, dengan menguraikan konsep, prinsip dasar, dan dasar perancangan teknologi

    energi terbarukan, khususnya jenis energi surya, angin, biomassa, dan mikrohidro.

    Manual ini selanjutnya digunakan dalam pelatihan fasilitator PNPM-MP/LMP dan staf

    lapangan LSM yang bekerja di wilayah kerja PNPM.

    Tujuan Pembuatan Manual

    Manual pelatihan ini disusun untuk digunakan dalam jangka waktu pelatihan (3 -5

    hari) untuk Fasilitator (PNPM MP/LMP) dan staf peningkatan kapasitas CSO. Manual

    bertujuan untuk memberikan informasi teknis tentang teknologi Energi Terbarukan

    yang relevan dan sesuai untuk pelatihan fasilitator PNPM dan pekerja lapangan di

    perdesaan, sehingga meningkatkan kemampuan mereka dalam memberikan saran,

    bimbingan dan pembelajaran kepada masyarakat perdesaan target dalam rangka

    pelaksanaan tugas program PNPM.

    Manual Pelatihan ini terdiri dari lima modul pelatihan yang terpisah sesuai dengan topik

    yang dibahas. Isi Manual pelatihan disesuaikan dengan target peserta pelatihan yang

    yang semuanya memiliki gelar sarjana dari berbagai disiplin ilmu, termasuk biologi,

    pertanian, kehutanan, teknik sipil, ilmu sosial, dan ekonomi. Manual diharapkan dapat

    memberikan gambaran dan presentasi dari berbagai jenis pilihan energi terbarukan

    yang tersedia dan relevan, dan berbagai teknologi yang tersedia untuk aplikasi di

    perdesaan setempat.

    Referensi dan isi manual disesuaikan dengan kondisi Indonesia, termasuk keberadaan

    penyedia jasa energi terbarukan, teknologi, produk, pengalaman di lapangan, implikasi

    biaya, pemeliharaan teknologi yang diperlukan, kapasitas kebutuhan bangunan, dan

    lain-lain. Manual Pelatihan juga mencakup pertanyaan-pertanyaan untuk menguji

    pengetahuan yang diperoleh dan memperdalam pemahaman terhadap teknologi

    Energi Terbarukan. Untuk setiap modul, Manual Pelatihan menyampaikan saran untuk

    bacaan lebih lanjut oleh peserta pelatihan, termasuk informasi daftar link berbagai

    situs web yang relevan dan bermanfaat.

  • PE

    NG

    AN

    TAR

    ET

    SU

    RYA

    AN

    GIN

    BIO

    MA

    SS

    AM

    IKR

    OH

    IDR

    OA

    PP

    EN

    DIX

    PE

    ND

    AH

    ULU

    AN

    13

    PE

    ND

    AH

    ULU

    AN

    Peserta Kursus Pelatihan

    Pedoman ini dirancang untuk kelompok target peserta yang bekerja sama dengan

    masyarakat dalam kerangka PNPM Green/Lingkungan dan PNPM Perdesaan yang standar. Para peserta mencakup Fasilitator (PNPM Perdesaan dan Lingkungan) dan

    perluasan kapasitas OMS dan staf peningkatan kapasitas, dan harus memberikan

    informasi teknis tentang teknologi Energi Terbarukan yang relevan dan sesuai untuk

    pelatihan fasilitator PNPM dan staf lapangan perdesaan, untuk memungkinkan

    mereka untuk memberikan saran dan bimbingan dalam pekerjaan sehari-hari mereka

    dengan masyarakat sasaran.

    Organisasi Modul

    Panduan ini terdiri dari lima modul pelatihan sesuai dengan topik yang dibahas. Setiap

    modul berisi tujuan pelatihan, materi pelatihan sesuai dengan topik spesifik dari jenis

    energi terbarukan, dan penerapan teknologi tersebut (studi kasus). Setiap modul juga

    berisi ringkasan, daftar referensi utama atau referensi lainnya, evaluasi kemampuan

    yang diberikan pada akhir setiap Modul. Ringkasan tersebut juga dapat digunakan

    sebagai checklist oleh instruktur untuk memeriksa bahwa semua isi dari Modul telah lengkap dimasukkan. Referensi utama menunjukkan detail sumber informasi dari topik

    yang disajikan Modul.

    MODUL 1 memperkenalkan konsep dasar dan prinsip-prinsip pada teknologi energi terbarukan serta kebijakan dan program-program yang berkaitan dengan energi

    terbarukan di Indonesia.

    MODUL 2 menjelaskan prinsip-prinsip dasar teknologi energi surya dan mengelaborasi berbagai aplikasi teknologi energi surya di Indonesia termasuk penerapan surya

    fotovoltaik (PV) dan solar thermal.

    MODUL 3 menjelaskan prinsip-prinsip dasar teknologi energi angin dan mengelaborasi berbagai aplikasi teknologi energi angin di Indonesia termasuk penerapan turbin angin

    dan beberapa pemanfaatan langsung energi angin seperti penyediaan listrik, pompa

    angin dan kincir angin.

    MODUL 4 menguraikan berbagai sumber bahan baku biomassa yang potensial yang dapat diproses untuk menghasilkan energi terbarukan melalui aplikasi teknologi

    energi biomassa yang tepat guna seperti biogas, pengolahan bioetanol, pengolahan

    biomassa padat, kompor berbahan bakar biomassa padat (briket, dll) dan gasifikasi

    biomassa.

    MODUL 5 menjelaskan prinsip-prinsip dasar teknologi energi air dan mengelaborasi aplikasi teknologi energi air sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro mencakup

    bangunan sipil, sistem elektrikal, dan turbin air. Modul 5 ini disusun berdasarkan

    materi yang diberikan oleh GTZ Technical Support Unit (TSU) for Micro Hydro Power.

  • 14

    PENDAHULUAN

    Petunjuk Penggunaan Modul

    Sebelum mempelajari Modul ini, peserta program pelatihan disarankan

    mempelajaridaftar isiModul,danringkasanyangadapadasetiapModuluntuk

    mempermudah pemahaman dalam proses pembelajaran pada saat program

    pelatihanberlangsung.

    Sebelum mengikuti program pelatihan, disarankan peserta menggali informasi

    mengenai potensi energi terbarukan di wilayah kerja masing-masing melalui

    berbagai akses informasi dan komunikasi secara optimal sesuai dengan

    kemampuan.

    Mengikuti pelatihan dengan seksama dengan memperhatikan langkah-langkah

    penjelasandalamsetiapModul(Modul2sampaidenganModul5),sehinggadapat

    mempermudahprosespenerapandandiseminasipengetahuantentangteknologi

    energiterbarukankepadatargetmasyarakatPNPMdilapangan.

    Menjawab soal latihan dalammodul dengan jawaban yang singkat, tepat, dan

    mengerjakannyasebaikmungkinsesuaidengankemampuanmasing-masing.

    Bila dalam mengerjakan tugas/soal menemukan kesulitan, peserta dapat

    mengkonsultasikandenganinstruktur/pelatih.

    Setiapmenemukankesulitan,catatlahuntukdibahaspadasesidiskusidantanya

    jawab.

    Setelah mengikuti pelatihan, peserta diminta tetap memanfaatkan Manual

    Pelatihan danmempelajarinya lebih jauh khususnya untuk jenis teknologi yang

    akanditerapkandimasyarakat.

  • MODUL

    1PENGENALAN

    PENGANTARENERGI TERBARUKAN

  • 16

    MODUL

    1PENGANTAR ET

    Modul Pelatihan Energi Terbarukan

    1.1. TujuanSetelah mempelajari Modul ini, peserta diharapkan:

    Memiliki pemahaman yang baik tentang konsep

    dasar energi, misalnya : satuan energi, kandungan

    energi bahan bakar, penggunaan energi dan

    penyediaan energi Memahami definisi dan terminologi yang penting

    yang berkaitan dengan energi terbarukan Mengerti pentingnya pengembangan energi

    terbarukan di Indonesia

    Mengetahui kebijakan energi terbarukan dan

    program energi terbarukan di Indonesia

    Mengenal beberapa aplikasi teknologi energi

    terbarukan bagi masyarakat pedesaan di Indonesia

    1.2. Konsep dasar energi

    Pengertian Energi

    Energi adalah kemampuan untuk

    melakukan pekerjaan. Energi adalah daya

    yang dapat digunakan untuk melakukan berbagai proses kegiatan meliputi listrik,

    energi mekanik dan panas. Sumber

    energi adalah sebagian dari sumber daya alam antara lain berupa minyak dan gas bumi, batubara, air, panas bumi, gambut, biomasa dan sebagainya, baik secara

    langsung maupun tidak langsung dapat

    dimanfaatkan sebagai energi.

    Jenis Energi

    Secara umum jenis energi dapat

    dibedakan dalam enam kategori yakni: a.

    Energi mekanik, b. Energi listrik; c. Energi

    elektromagnetik; d. Energi kimia; e. Energi

    nuklir; f. Energi panas.

    Energi listrik merupakan energi yang

    sangat mudah terpakai karena dapat dikonversi menjadi bentuk energi lain

    dengan mudah dan efisien. Energi

    listrik merupakan energi yang luas penggunannya, keuntungannya mudah

    dalam pengaturan dan penyebaran (distribusi) secara simultan dan tidak

    terputus-putus. Energi elektromagnetik

    berkaitan dengan radiasi elektromagnetik,

    termasuk radiasi ultraviolet dan sinar

    infra merah. Energi thermal merupakan

    bentuk energi dasar yang mana semua jenis energi dapat dikonversikan menjadi

    energi panas.

    MODUL PENGANTAR ENERGI TERBARUKAN

    1.2. KON

    SEP DASAR ENERGI

  • PE

    NG

    AN

    TAR

    ET

    SU

    RYA

    AN

    GIN

    BIO

    MA

    SS

    AM

    IKR

    OH

    IDR

    OA

    PP

    EN

    DIX

    PE

    ND

    AH

    ULU

    AN

    PE

    NG

    AN

    TAR

    ET

    17Pengantar Energi Terbarukan

    Menurut bentuknya energi dapat dikelompokkan menjadi energi padat,

    cair dan gas. Dari aspek teknologi,

    energi dikelompokkan menjadi energi

    konvensional (teknologi energi yang

    biasa digunakan masyarakat) dan energi

    non-konvensional (teknologi energi yang

    belum biasa digunakan masyarakat).

    Dilihat dari segi ekonomi, energi dapat

    dikelompokkan menJadi energi komersial

    (minyak, listrik, gas, batubara, dan lain-

    lain) dan energi nonkomersial (kayu,

    arang, sampah, jerami, dan lain-lain).

    Ditinjau dari sudut penyediaannya, energi

    dapat dikelompokkan menjadi energi baru

    dan terbarukan (renewable) dan energi non-renewable yang habis pakai, seperti minyak, gas dan batu bara.

    Sumber Energi

    Sumber energi dari bumi dapat

    dikelompokkan dalam jenis energi

    terbarukan (renewable energy) dan energi fosil (non-renewable atau depleted energy) seperti minyak bumi, batu bara dan gas alam. Energi terbarukan adalah

    sumber energi yang dihasilkan dari sumberdaya energi yang secara alamiah tidak akan habis dan dapat berkelanjutan

    jika dikelola dengan baik, antara lain:

    energi panas bumi, energi matahari,

    biofuel, aliran air sungai, panas surya,

    angin, biomassa, biogas, ombak laut, dan

    suhu kedalaman laut.

    Energi dan Daya

    Energi dan daya adalah dua konsep utama

    dalam sektor energi terbarukan. Standar

    internasional satuan energi adalah Joule.

    Simbol untuk joule adalah J. Daya adalah

    suatu tingkat / laju di mana energi diubah

    dari satu bentuk ke bentuk lainnya, yakni

    tingkat dimana pekerjaan dilakukan.

    Misalnya, turbin angin mengubah energi

    kinetik angin menjadi energi listrik (listrik).

    Semakin kuat daya turbin angin akan

    menghasilkan energi listrik yang lebih besar. Satuan daya adalah watt (simbol W).

    Satu watt nilainya sama dengan satu joule

    per detik. Dengan kata lain, daya 1 Watt

    menunjukkan pekerjaan yang dilakukan,

    yaitu energi yang sedang dikonversi,

    dengan nilai satu joule per detik. Sebagai

    contoh, sebuah bola lampu listrik 25 watt

    mengubah energi listrik menjadi cahaya

    dan panas pada tingkat 25 joule per detik.

    Contoh lain, sebuah mesin sepeda motor

    memiliki output daya maksimum sebesar

    45.000 watt (atau sama dengan 45 kW)

    menggunakan energi kimia (dalam bentuk

    bensin) untuk memproduksi hingga

    45.000 joule per detik energi kinetik di

    roda belakang. Kapasitas adalah istilah lain

    untuk daya yang sering digunakan untuk menyatakan besarnya daya peralatan energi terbarukan.

  • 18

    MODUL

    1PENGANTAR ET

    Modul Pelatihan Energi Terbarukan

    Satuan Energi

    Standar internasional satuan energi

    adalah Joule atau kilo kalori (kCal), tapi

    besaran satu joule adalah jumlah energi

    yang sangat kecil (contoh satu batang

    coklat mengandung sekitar 1.000.000

    joule energi). Oleh karena itu, umumnya

    satuan kilowatt jam (kWh) lebih

    sering digunakan dalam bidang energi terbarukan, karena kWh adalah satuan

    yang lebih besar energi dari joule (1 kWh =

    3.6 juta joule). Disamping itu, pengertian

    kWh dapat digunakan dalam kegiatan

    pemakaian energi ataupun peralatan yang menghasilkan energi. Salah satu

    contoh adalah tagihan pemakaian listrik

    dinyatakan dalam kWh.

    Setiap bentuk energi memiliki nilai panas,

    atau nilai energi sendiri, dan masing-

    masing bentuk energi tersebut juga diukur

    menurut volume ataupun menurut berat.

    Minyak bumi biasanya diukur dengan barel, gas bumi dengan meter kubik, batu

    bara dengan satuan berat kg, energi listrik

    dengan kWh. Beberapa satuan energi

    yang umum digunakan dapat dilihat pada Tabel 1.

    Kandungan energi dari bahan bakar (Nilai Kalori)

    Nilai kalori atau kandungan energi dari

    bahan bakar sering dinyatakan dengan menggunakan kWh. Satuan joule

    digunakan sebagai satuan energi untuk bahan bakar sebelum diubah menjadi

    panas atau listrik, dan kWh yang digunakan

    sebagai unit energi untuk panas atau listrik yang dihasilkan. Nilai kalor beberapa jenis

    bahan bakar dapat dilihat pada Tabel 2.

    Pemanfaatan dan Penyediaan Energi

    Pemanfaatan energi adalah kegiatan menggunakan energi, baik langsung

    maupun tidak langsung dari sumber

    energi. Penyediaan energi adalah kegiatan atau proses menyediakan energi,

    baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Kebijakan pokok yang diterapkan

    Pemerintah dalam kaitannya dengan pemanfaatan dan penyediaan energi meliputi :

    Penyediaan : Jaminan ketersediaan pasokan energi domestik; optimasi

    produksi energi; perwujudan konversi

    energi.

    Penggunaan Energi : Efisiensi energi;

    diversifikasi energi.

    Penetapan kebijakan harga energi

    yang disesuaikan terhadap harga ekonomis dengan pertimbangan

    kemampuan dari perusahaan kecil dan membantu yang miskin dalam jangka waktu tertentu.

    Perlindungan lingkungan dengan penerapan prinsip pengembangan yang berkelanjutan.

    1.2. KON

    SEP DASAR ENERGI

  • PE

    NG

    AN

    TAR

    ET

    SU

    RYA

    AN

    GIN

    BIO

    MA

    SS

    AM

    IKR

    OH

    IDR

    OA

    PP

    EN

    DIX

    PE

    ND

    AH

    ULU

    AN

    PE

    NG

    AN

    TAR

    ET

    19Pengantar Energi Terbarukan

    Tabel 1. Satuan energiSatuan Setara dengan1 Btu = 1055.6 Joules (J)1 MJ = 106 J1 GJ = 109 J1 TJ = 1012 J1 PJ = 1015 J29.0 PJ Setara 1 juta ton batubara

    41.868 PJ Setara 1 juta ton minyak3.60 MJ 1 kilowatt-hour (kWh)

    1 PJ gas alam Setara dengan 172,000 barel minyak1 ton LPG Setara 8.46 barel minyak1 ton = 1000 Kg1 kilolitre = 6.2898 barel

    1 horsepower-hour = 2.684520 MJ

    1 kilowatt-hour= 3.6 MJ* = 3,414 Btu (Int)

    Tabel 2. Nilai kalor beberapa jenis bahan bakar (energi) Bentuk Jenis bahan bakar Tipe GJ/tonneBahan bakar padat Batu bara bituminous 29.527

    sub-bituminous 19.763 Lignit 15.345

    Kokas - 27.0Kayu Dry 16.2Bagase 9.6Tanaman biomasa Limbah kapas 18.0

    MJ/m3

    Bahan bakar gas Gas alam 39.0LPG Propane 93.3LPG butane 124.0Gas kota reformed gas 20.0Gas coke oven 18.1Gas blast furnace 4.0

    MJ/litre GJ/tonneBahan bakar cair LPG propane 25.3 49.6

    Gasoline penerbangan 33.0 49.6Bensin Otomotif 34.2 46.4Minyak tanah Tenaga penggerak 37.5 46.1Minyak bakar 37.3 46.2Minyak diesel Otomotif 38.6 45.6Minyak diesel Industri 39.6 44.9Minyak bakar high sulphur 40.8 42.9

    Listrik Listrik 3.6 MJ/kWh

    Menghitung konsumsi atau produksi energi

    Definisi dari satuan kWh ini terkait

    dengan kegiatan mengkonsumsi energi

    atau peralatan yang menghasilkan energi. Satu kWh didefinisikan sebagai jumlah

    energi yang dikonsumsi (atau dihasilkan)

    oleh satu kilowatt (1.000 W) Alat dalam

    satu jam. Konsumsi energi atau produksi

    karena itu berhubungan dengan daya dari generator atau boiler, dapat dihitung

    dengan:

    Konsumsi energi (kWh) = daya(kW) x waktu (hour / jam)

  • 20

    MODUL

    1PENGANTAR ET

    Modul Pelatihan Energi Terbarukan

    Pentingnya pengembangan energi terbarukan

    Pangsa konsumsi energi akhir di Indonesia

    didominasi oleh minyak, diikuti oleh gas,

    batubara dan energi hidro, dan sepertinya

    impor minyak dan produk petroleum

    akan meningkat untuk memenuhi meningkatnya permintaan domestik.

    Dengan pertumbuhan konsumsi yang

    cepat, diperkirakan bahwa tanpa sumber

    daya energi yang baru dan upaya efisiensi

    energi, Indonesia dapat menjadi importir

    minyak murni dalam waktu dekat. Tabel 3

    menunjukkan status potensial dari energi

    fosil di Indonesia.

    Untuk mengurangi pangsa bahan bakar

    fosil, terutama untuk pembangkit listrik,

    pemerintah telah berinisiatif untuk

    meningkatkan penggunaan sumber energi terbarukan. Penggunaan energi terbarukan untuk elektrifikasi pedesaan

    di Indonesia berpotensi, karena ribuan

    pulau dari kepulauan membuatnya sulit untuk membangun sistim distribusi listrik

    yang saling terhubung, baik secara fisik

    maupun secara finansial. Oleh karena

    itu, desentralisasi listrik pedesaan dapat

    menjadi pilihan terbaik.

    Potensi dan Pemanfaatan Energi Terbarukan di Indonesia

    Potensi sumber energi terbarukan di

    Indonesia meliputi 4,8 KWh/m2/hari

    energi surya, 458 MW energi mini/mikro

    hidro, 49.81 GW Biomassa, 3-6 M/detik

    tenaga angin, dan 3 GW nuklir (cadangan

    uranium). Indonesia juga memiliki sumber

    energi hidro yang besar dengan total

    potensial diperkirakan 75.67 GW (Tabel

    4).

    Walaupun potensi dari energi terbarukan

    seperti biomassa, panas bumi, energi

    surya, energi air, energi angin, dan

    energi lautan relatif tinggi, namun tidak

    digunakan secara signifikan, yakni kurang

    dari 4% pada tahun 2007. Kebijakan

    energi nasional Indonesia bertujuan untuk

    mengurangi ketergantungan pada minyak dan gas dan untuk membuat variasi

    campuran energi dengan meningkatkan pangsa dari sumber energi yang lain

    1.3. TENTANG ENERGI TERBARUKAN

    Tabel 3 Status Potensial dari Energi Fosil

    Jenis Energi Fosil

    Sumber Daya Cadangan ProduksiRasio Cad/

    Prod (tahun)

    Minyak 86.9 milyar barel 9.1 juta barel 387 juta barel 23 tahun

    Gas 384.7 TSCF 185.8 TSCF 2.95 TSCF 62 tahun

    Batubara 58 milyar Ton 19.3 milyar ton 132 juta Ton 146 tahunSumber: DESDM (2007)

    1.3. TENTAN

    G ENERGI TERBARU

    KAN

  • PE

    NG

    AN

    TAR

    ET

    SU

    RYA

    AN

    GIN

    BIO

    MA

    SS

    AM

    IKR

    OH

    IDR

    OA

    PP

    EN

    DIX

    PE

    ND

    AH

    ULU

    AN

    PE

    NG

    AN

    TAR

    ET

    21Pengantar Energi Terbarukan

    seperti energi terbarukan. Indonesia telah

    menargetkan untuk memenuhi pangsa dari energi terbarukan sampai dengan 17% pada tahun 2025, seperti yang

    dinyatakan dalam Cetak Biru Program

    Penerapan Energi Nasional 2007-2025

    (ESDM, 2007).

    Pengembangan Teknologi Energi terbarukan

    Teknologi energi terbarukan yang

    telah dikembangkan secara signifikan

    ditunjukkan dengan meningkatnya

    jumlah teknologi yang memasuki pasar

    komersial. Beberapa teknologi energi

    yang menggunakan biomassa, panas

    bumi, dan energi hidro telah mencapai

    tahap komersial, dimana mereka dapat

    digunakan untuk elektrifikasi pedesaan.

    Komponen mikro hidro seperti turbin,

    alat pengatur, dan peralatan listrik

    sekarang ini telah dibuat dengan kandungan lokal yang tinggi. Walaupun

    tidak semuanya diproduksi secara lokal,

    modul photovoltaic telah dirakit secara

    lokal. Pemanas air dengan panas surya

    dan pengering tenaga surya juga dibuat

    secara lokal. Perlengkapan pengering

    tenaga surya untuk produk pertanian

    telah berada dalam tahap fabrikasi. Penghasil gas biomassa telah diproduksi

    secara komersial di Indonesia. Komponen

    Sistem Konversi Energi Angin Skala

    Kecil kecuali generator sekarang dapat

    diproduksi secara lokal. Tetapi, keandalan

    dan efisiensi teknologi tersebut perlu

    ditingkatkan (Pratomo,2004).

    Penerapan teknologi energi terbarukan,

    seperti angin, sistem rumah surya,

    photovoltaic terpusat, mikro hidro, dan

    pico-hidro, dalam program elektrifikasi

    pedesaan dari tahun 2005 sampai 2008

    ditunjukkan dalam Tabel 5.

    Kendala dalam pemanfaatan energi terbarukan (ET)

    Pengembangan dari penggunaan energi terbarukan untuk elektrifikasi

    pedesaan mengalami sejumlah hambatan

    dikarenakan : (1) Kebijakan Pemerintah

    terhadap bahan bakar fosil. (2) Energi

    terbarukan pada umumnya membutuhkan

    Tabel 4 Potensi Energi Terbarukan di Indonesia

    Jenis Energi non Fosil Cadangan SetaraKapasitas Terpasang

    Tenaga Air 845.00 juta BOE 75.67 GW 4.2 GW

    Panas Bumi 219 Juta BOE 27.00 GW 0.8 GW

    Mini/Micro Hydro 0.45 GW 0.45 GW 0. 206 GW

    Biomass 49.81 GW 49.81 GW 0.3 GW

    Tenaga Surya - 4.80 kWh/m2/hari 0.01 GW

    Tenaga Angin 9.29 GW 9.29 GW 0.0006 GW

    Uranium (Nuklir)24.112 ton* e.q. 3 GW

    untuk 11 tahun

    Sumber: DJLPE (2008)

  • 22

    MODUL

    1PENGANTAR ET

    Modul Pelatihan Energi Terbarukan

    investasi awal yang tinggi. (3) Tidak ada

    pinjaman lunak jangka panjang dari Bank

    / Lembaga keuangan lokal. (4) Kurangnya

    data dan infrastruktur penunjang. (5)

    Sumber daya energi terbarukan pada

    umumnya bersifat intermittent (PLN, 2009).

    Dari aspek teknis, makin banyak komponen

    dari teknologi energi terbarukan yang kini

    dapat diproduksi secara lokal di Indonesia,

    seperti pembangkit tenaga mikro hidro

    dan biomassa skala kecil. Akan tetapi,

    pemakaian energi surya (contoh modul PV)

    dan sistem energi angin masih membawa kandungan import yang tinggi.

    Beberapa kendala dalam pemanfaatan ET

    adalah:

    a. Dari aspek teknologi, hambatan utama

    adalah sering ditemukan rendahnya kualitas teknologi ET sehingga banyak

    menimbulkan kegagalan. Selain itu,

    masih ditemukan ketidaksesuaian

    antara teknologi ET dengan kondisi

    sosial, geografi dan ekonomi

    masyarakat.

    b. Harga teknologi ET yang belum

    kompetitif dibanding energi

    konvensional juga menghambat laju

    perkembangan pemanfaatan ET.

    c. Terbatasnya informasi mengenai

    teknologi ET yang dimiliki masyarakat

    perdesaan juga menghambat

    pertumbuhan teknologi ET.

    d. Kurangnya tenaga teknis di lapangan

    sehingga menyulitkan perawatan setelah pemasangan (layanan purna

    jual)

    Kebijakan dan peraturan terkait dengan pengembangan energi terbarukan

    Dasar dari pengembangan energi terbarukan seperti yang dinyatakan dalam

    Blue Print

    Pengelolaan Energi Nasional adalah target

    Tabel 5. Implementasi energi terbarukan untuk listrik perdesaan

    Jenis Energi Terbarukan

    Tahun2005 2006 2007 2008

    Angin80 kW(1 unit)

    kW (3 unit)

    735 kW (9 unit)

    80 kW(1 unit)

    Solar Home System (SHS)

    119.5 kWp (2,390 units)

    1.574 kWp (31,488 units)

    2.029 kWp (40,598 units)

    2.000 kWp (40,000 units)

    PLTS terpusat18 kWp(5 unit)

    - 102.4 kWp(5 unit)

    150 kWp(9 units)

    Mikrohidro155 kW(4 units)

    702 kW (12 units)

    1.169 kW (7 units)

    782 kW(7 units)

    Pikohidro50 kW

    (25 units)30 kW

    (15 units)45 kW

    (18 units)--

    Sumber: DJLPE (2008)

    1.3. TENTAN

    G ENERGI TERBARU

    KAN

  • PE

    NG

    AN

    TAR

    ET

    SU

    RYA

    AN

    GIN

    BIO

    MA

    SS

    AM

    IKR

    OH

    IDR

    OA

    PP

    EN

    DIX

    PE

    ND

    AH

    ULU

    AN

    PE

    NG

    AN

    TAR

    ET

    23Pengantar Energi Terbarukan

    Pemerintah untuk meningkatkan peranan energi terbarukan dalam total bauran

    energi nasional dari kurang dari 4% pada

    tahun 2006 menjadi 17% pada tahun

    2025. Dalam mencapai target, Pemerintah

    telah memberlakukan peraturan untuk meningkatkan penggunaan energi terbarukan di Indonesia dan beberapa

    peraturan lainnya yang sedang diformulasikan.

    Beberapa peraturan dan undang-undang

    untuk mendukung pengembangan energi terbarukan yang telah dikeluarkan meliputi :

    1. Peraturan Pemerintah Nomor 5 tahun

    2006 mengenai kebijakan energi

    nasional.

    2. Instruksi Presiden No.1/2006 dan

    No.2/2006 pada penyediaan dan

    implementasi bahan bakar bio dan

    batubara cair.

    3. Kebijakan Hijau Energi (Keputusan

    Menteri No.2/2004).

    4. Undang-undang Nomor 30 tahun

    2007 mengenai Energi.

    5. Undang-undang Nomor 15 tahun

    1985 mengenai Ketenagalistrikan

    6. Peraturan mengenai Penyediaan dan Pemanfaatan Listrik (Peraturan

    Pemerintah No.26/2006). Sebagai

    revisi dari Peraturan Pemerintah No.10

    tahun 1989 untuk mengamankan listrik nasional.

    8. Peraturan Menteri ESDM Nomor 31

    Tahun 2009 tentang Harga Pembelian

    Tenaga Listrik oleh PT PLN (Persero)

    dari Pembangkit Tenaga Listrik Yang

    Menggunakan Energi Terbarukan

    Skala Kecil dan Menengah Atau

    Kelebihan Tenaga Listrik

    Peraturan Pemerintah mengenai penyediaan dan pemanfaatan tenaga listrik

    Peraturan Pemerintah No.10/1989 direvisi

    ke Peraturan Pemerintah No.03/2005

    dan No.26/2006 mengenai penyediaan dan pemanfaatan listrik diterbitkan untuk melaksanakan diversikasi sumber

    energi untuk pembangkit tenaga listrik,

    khususnya beralih dari bahan bakar minyak ke bahan bakar non-minyak, termasuk

    pemanfaatan energi terbarukan.

    Dalam hubungannya dengan pengembangan energi terbarukan,

    peraturan tersebut mengharuskan Pemerintah untuk memprioritaskan

    pemakaian sumber daya energi terbarukan yang ada secara lokal untuk

    penghasil listrik; dan proses pembelian

    diterapkan melalui pemilihan langsung (tanpa tender).

    Kebijaksanaan Energi Nasional

    Peraturan Pemerintah No.5/2006

    tentang Kebijaksanaan Energi Nasional

    yang tercatat dalam keputusan ini telah menentukan strategi pengembangan energi terbarukan, meliputi:

    Implementasi kewajiban energi hidro

    kecil yang dapat diperbaharui untuk penggunaannya.

    Memperbaiki model pendanaan

    seperti kredit usaha skala kecil.

  • 24

    MODUL

    1PENGANTAR ET

    Modul Pelatihan Energi Terbarukan

    Memperbaiki produksi perlengkapan

    energi terbarukan melalui lisensi,

    usaha bersama dan perakitan.

    Walaupun potensi dari energi terbarukan

    seperti biomassa, panas bumi, energi

    surya, energi air, energi angin, dan energi

    lautan secara relatif tinggi, namun tidak

    digunakan secara signifikan. Kebijakan

    energi nasional Indonesia bertujuan untuk

    mengurangi ketergantungan pada minyak dan gas dan untuk membuat variasi

    campuran energi dengan meningkatkan pangsa dari sumber energi alternatif

    seperti energi terbarukan. Indonesia telah

    menargetkan untuk memenuhi pangsa dari energi terbarukan sampai dengan 17% pada tahun 2025, seperti yang

    dinyatakan dalam Cetak Biru Program

    Penerapan Energi Nasional 2007-2025

    (ESDM, 2007).

    Target dari bauran energi dan elastisitas

    energi yang ditetapkan dalam Kebijakan

    Energi Nasional adalah sebagai berikut

    (Gambar 1):

    1. Pencapaian elastisitas energi kurang

    dari satu pada tahun 2025.

    2. Target bauran energi nasional pada

    tahun 2025 : Minyak kurang dari

    20%; Gas kurang dari 30%; Batubara

    kurang dari 33%; Bahan Bakar

    Nabati paling sedikit 5%; Panas Bumi

    paling sedikit 5%; energi baru dan

    energi terbarukan lainnya, terutama

    biomassa, nuklir, tenaga hidro, tenaga

    surya, dan tenaga angin paling sedikit

    lima persen (5%); batubara cair paling

    sedikit 2%.

    Secara detil Pemanfaatan energi

    terbarukan pada tahun 2025 ditargetkan

    seperti berikut :

    Panas Bumi : 9,500 MW

    Mikro hidro : 500 MW (on grid) and

    330 MW (off grid)

    Energi Surya : 80 MW

    Biomassa : 810 MW

    Energi Angin : 250 MW (on grid) and

    5 MW (off grid)

    Bio-diesel : 4.7 juta kiloliter

    Gasohol : 5% dari konsumsi minyak

    bumi

    Undang-undang No.30/2007 Tentang Energi

    Menurut Undang-undang No.30/2007,

    energi akan dikelola di bawah prinsip

    penggunaan yang menguntungkan,

    rasionalitas, efisiensi yang adil,

    peningkatan nilai tambah, keberlanjutan,

    kesejahteraan masyarakat, pengawetan

    fungsi lingkungan, ketahanan nasional,

    dan integritas dengan memprioritaskan

    kemampuan nasional.

    Penetapan dan penggunaan energi menurut Undang-undang ini diatur

    sebagai berikut :

    1. Energi akan dibuat tersedia melalui

    : inventarisasi sumber daya energi;

    meningkatkan cadangan energi;

    mengembangkan keseimbangan energi; membuat variasi, melestarikan,

    dan mengintensifkan sumber daya

    energi dan energi; dan menjamin

    bahwa sumber daya energi dan energi didistribusikan, dihantarkan,

    1.3. TENTAN

    G ENERGI TERBARU

    KAN

  • PE

    NG

    AN

    TAR

    ET

    SU

    RYA

    AN

    GIN

    BIO

    MA

    SS

    AM

    IKR

    OH

    IDR

    OA

    PP

    EN

    DIX

    PE

    ND

    AH

    ULU

    AN

    PE

    NG

    AN

    TAR

    ET

    25Pengantar Energi Terbarukan

    dan disimpan dengan baik.

    2. Prioritas untuk penyediaan energi

    oleh Pemerintah dan/atau pemerintah

    daerah akan diberikan pada daerah yang dalam pengembangan, daerah

    terpencil, dan daerah pedesaan

    dengan memakai sumber daya energi lokal, khususnya sumber daya energi

    terbarukan.

    3. Daerah yang memproduksi sumber

    daya energi akan diprioritaskan untuk

    memperoleh energi dari sumber

    energi lokal.

    4. Penentuan energi dan energi terbarukan akan ditingkatkan oleh

    Pemerintah dan pemerintah daerah menurut otoritas mereka masing-

    masing.

    5. Setiap entitas bisnis, pendirian

    bisnis permanen dan individual yang

    menyediakan energi dari sumber energi yang baru dan sumber energi terbarukan dapat memperoleh fasilitas

    dan/atau insentif dari Pemerintah

    dan/atau pemerintah daerah menurut

    otoritas mereka masing-masing untuk

    jangka waktu tertentu sampai tercapai

    nilai ekonomis.

    Program Elektrifikasi Pedesaan

    Sampai tahun 2005, dari 62.929 desa

    di Indonesia, 58.962 (84,32%) telah

    dielektrifikasi melayani 14,2 juta

    pelanggan rumah tangga pedesaan (RUKN,2006). Ini berarti bahwa 10.967

    desa tidak punya akses listrik. Target

    yang meningkat secara bertahap telah ditetapkan, untuk mencapai rasio

    elektrifikasi sebesar 90,4% pada tahun

    2020, dan 93% pada tahun 2025. Sedikit

    berbeda dengan target nasional, skema

    target yang lain diperkenalkan oleh PLN,

    disebut Visi 75/100, yang menargetkan

    bahwa pada tahun 2020, perayaan ulang

    tahun Indonesia ke-75, rasio elektrifikasi

    akan mencapai 100%.

    Mengingat jaringan utama dari

    Gambar 1: Target Energi Mix Nasional 2025 (Peraturan Pemerintah No.5/2006 Ter-hadap Kebijakan Energi Nasional)

  • 26

    MODUL

    1PENGANTAR ET

    Modul Pelatihan Energi Terbarukan

    Perusahaan Listrik Negara (PLN) tidak

    mampu memenuhi 50 60% kebutuhan

    elektrifikasi pedesaan, ada potensi besar

    untuk mengembangkan listrik di luar jaringan dengan menggunakan energi

    terbarukan. Departemen Sumber Daya

    Energi dan Mineral (MEMR) mengeluarkan

    Keputusan Menteri No.1122 K/30/

    MEM/2002 tentang Pembangkit Tenaga

    Kecil yang Terdistribusi (PSK Tersebar)

    pada 12 Juni 2002 untuk menjamin

    ketersediaan listrik dengan memberikan peluang bisnis bagi produsen listrik skala

    kecil yang memakai energi terbarukan untuk menjual listrik ke PLN dengan harga

    yang distandarisasikan, dengan kapasitas

    total maksimum yang terpasang sebesar

    1 MW. Sumber energi terbarukan yang

    tercakup dalam keputusan meliputi:

    angin, surya, mini/mikro hidro, produk

    pertanian atau limbah industri, sumber

    dendro-thermal (kayu) atau energi

    panas bumi. Keputusan ini dimaksudkan

    untuk merangsang sektor swasta seperti

    pemerintah daerah untuk menemukan potensial produksi energi terbarukan

    untuk pembangkit listrik. Harga jual

    pembangkit listrik dari PSK Tersebar

    adalah harga pada titik interkoneksi

    dengan sistem PLN. Harga jualnya adalah

    80% dari biaya produksi per KWh (HPP

    atau Harga Pokok Penjualan) dihubungkan

    ke kisi-kisi tegangan menengah dan 60%

    HPP, ketika menjual listrik berdasarkan

    kapasitas non perusahaan. Peraturan

    Menteri No. 002/2006 dikeluarkan untuk

    mengatur pengusahaan tenaga listrik skala menengah (1-10 MW) yang menggunakan

    energi terbarikan. Kedua regulasi diatas

    direvisi melalui Peraturan Menteri ESDM

    Nomor 31/2009 yang menetapkan Harga

    Pembelian Tenaga Listrik oleh PT PLN

    (Persero) dari Pembangkit Tenaga Listrik

    Yang Menggunakan Energi Terbarukan

    Skala Kecil dan Menengah Atau Kelebihan

    Tenaga Listrik.

    Departemen dan lembaga yang berurusan dengan pengembangan energi terbarukan dan elektrifikasi pedesaan meliputi :

    1. Direktorat Jendral Energi Baru

    Terbarukan dan Konservasi Energi

    (DJEBTKE), Kementerian Energi dan

    Sumber Daya Mineral (dulu Direktorat

    Jendral Listrik dan Pemanfaatan Energi

    (DJLPE).

    2. Lembaga Penerbangan dan Antariksa

    (LAPAN)

    3. Departemen Koperasi dan Usaha Kecil

    Menengah

    4. Perusahaan Listrik Negara (PLN)

    5. Departemen Pekerjaan Umum (untuk

    tenaga hidro)

    6. Badan Penerapan dan Penilaian

    Teknologi (BPPT)

    7. Berbagai institusi Pemerintah yang

    lain dan institusi pendidikan, berbagai

    organisasi non-pemerintah (LSM) dan

    agensi pembangunan dan kerjasama

    internasional.1.4. TEKN

    OLO

    GI ENERGI TERBARU

    KAN

  • PE

    NG

    AN

    TAR

    ET

    SU

    RYA

    AN

    GIN

    BIO

    MA

    SS

    AM

    IKR

    OH

    IDR

    OA

    PP

    EN

    DIX

    PE

    ND

    AH

    ULU

    AN

    PE

    NG

    AN

    TAR

    ET

    27Pengantar Energi Terbarukan

    Teknologi Energi Surya

    Energi surya merupakan salah satu

    sumber energi terbarukan yang dimanfaatkan melalui dua macam teknologi yaitu teknologi fotovoltaik (PV)

    dan teknologi fototermik (surya termal).

    Teknologi PV mengkonversi langsung

    cahaya matahari menjadi listrik melalui

    perangkat semikonduktor yang disebut

    sel surya, sedangkan teknologi surya

    termal memanfaatkan panas dari radiasi matahari dengan menggunakan alat pengumpul panas atau yang biasa disebut kolektor surya.

    Teknologi PV dimanfaatkan untuk

    pembangkit listrik tenaga surya (PLTS)

    berupa sistem terpusat (centralized), sistem tersebar (stand alone) dan sistem hibrida (hybrid system). Centralized PV system adalah pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) yang mensuplai listrik secara

    terpusat untuk berbagai lokasi/ beban

    yang bersifat on grid maupun off grid. Sistem stand alone hanya mensuplai

    listrik khusus untuk kebutuhan beban yang tersebar di masing-masing lokasi dan

    bersifat off grid. Pada sistem hybrid, PLTS digunakan bersama-sama dengan sistem pembangkit lainnya dalam mensuplai listrik. Komponen sistem umumnya terdiri

    dari rangkaian sel surya yang membentuk modul surya (PV Panel) dan beberapa komponen pendukung seperti baterai,

    inverter, sistem kontrol dan lain-lain yang

    disebut juga sebagai balance of system / BOS. Aplikasi teknologi PV antara lain: PLTS pedesaan / perkotaan (on grid / off

    grid), Solar Home System (SHS), solar street lighting, solar pumping, BST solar,

    solar refrigerator, etc.

    Pada sistem surya termal, kolektor

    surya menyerap radiasi matahari dan mengkonversinya menjadi energi panas

    yang digunakan untuk memanaskan medium fluida seperti air atau udara

    yang dapat digunakan secara langsung atau pun tidak langsung untuk berbagai

    aplikasi seperti ; pemanas air (water

    heater), pengering hasil pertanian (solar

    dryer), distilasi / desalinasi, memasak

    (solar cooker), pendingin surya (solar cooling), pembangkit listrik (solar thermal power plant), etc. Selain itu teknologi

    surya termal juga berpotensi untuk

    dimanfaatkan sebagai sumber pemanas tambahan untuk proses-proses produksi

    pada industri yang membutuhkan energi termal.

    Potensi energi surya di Indonesia sangat

    besar sekitar 4.8 KWh/m2 atau setara

    dengan 112.000 GWP yang didistribusikan

    sepanjang tahun dimana kepulauan

    Sulawesi, Papua, Nusa Tenggara, dan

    Maluku memiliki rata-rata penyinaran surya yang lebih tinggi. Potensial kumulatif dari

    energi surya dapat mencapai 1203.75.106 MW. Tetapi, energi surya yang digunakan

    sejauh ini hanya menyediakan 10 MWp.

    1.4. JENIS TEKNOLOGI ENERGI TERBARUKAN

  • 28

    MODUL

    1PENGANTAR ET

    Modul Pelatihan Energi Terbarukan

    Pada tahun 2008, kapasitas sel surya yang

    dipasang mencapai 8 MW yang mana 1.38

    MW adalah Solar Home System (SHS), yang juga disebut Pembangkit Listrik Tenaga

    Surya (PLTS). Pemerintah menargetkan

    untuk memasang 33.000 unit SHS pada

    sejumlah desa terpencil di Indonesia

    pada tahun 2009, yang mana akan

    menggunakan sampai dengan 40 persen

    dari total anggaran yang dialokasikan

    untuk elektrifikasi pedesaan. 1

    Pemerintah telah mengeluarkan Road Map penggunaan energi surya yang menetapkan target 0,87 GW dari kapasitas

    SHS yang terpasang sampai dengan tahun

    2025, atau kira-kira 50 MWp/tahun. Target

    ini menunjukkan potensial untuk pasar

    yang signifikan untuk mengembangkan

    energi surya di masa mendatang.

    Solar Photovoltaic (PV) atau Fotovoltaik

    Sistem PV kebanyakan diterapkan dalam

    pedesaan dan daerah terpencil atau pada daerah potensial tenaga surya namun

    tidak memiliki akses ke jaringan listrik

    PLN. Penggunaan PV kebanyakan untuk

    elektrifikasi pedesaan, pemompaan air,

    telekomunikasi, dan lemari pendingi di

    klinik kesehatan pedesaan. Sistem PV

    yang dipasang biasanya punya rentang kapasitas dari 40 Wp sampai 80 Wp per

    unit.

    Perlengkapan PV-SHS terdiri dari sel surya

    1 Kompas (2008). PLTS Solusi Atasi Kekuran-gan Listrik Di Bengkulu. Kompas, 28 Septem-ber 2008

    dan panel, kabel, sistem kendali, lampu

    dan perlengkapan asesoris lainnya dan

    baterai.

    Sel surya atau dalam dunia internasional

    lebih dikenal sebagai solar cell atau photovoltaic cell, merupakan sebuah peralatan semikonduktor yang memiliki

    permukaan yang luas dan terdiri dari rangkaian dioda tipe P dan N, yang mampu

    merubah energi sinar matahari menjadi

    energi listrik. Solar cell memiliki banyak aplikasi dan cocok untuk digunakan bila

    tenaga listrik dari jaringan/grid tidak

    tersedia, seperti di wilayah terpencil,

    satelit pengorbit, kalkulator, pompa air,

    dll.

    Energi radiasi matahari dirubah menjadi

    arus listrik searah dengan mempergunakan lapisan-lapisan tipis dari silicon (Si) murni

    dan bahan semi konduktor lainnya, yang

    disebut solar cell yang besarnya sekitar

    10 ~ 15 cm persegi. Pada saai ini silicon

    merupakan bahan yang paling banyak dipakai, dan merupakan suatu unsur yang

    banyak terdapat di alam.

    Tenaga listrik yang dihasilkan oleh satu sel

    surya sangat kecil maka beberapa sel surya harus digabungkan sehingga terbentuklah satuan komponen yang disebut module.

    Produk yang dikeluarkan oleh industri-

    industri sel surya adalah dalam bentuk modul ini.

    Pada applikasinya, karena tenaga listrik

    yang dihasilkan oleh satu module

    masih cukup kecil (rata-rata maksimum

    tenaga listrik yang dihasilkan 130 W)

    maka dalam pemanfaatannya beberapa module digabungkan dan terbentuklah

    1.4. TEKNO

    LOGI EN

    ERGI TERBARUKAN

  • PE

    NG

    AN

    TAR

    ET

    SU

    RYA

    AN

    GIN

    BIO

    MA

    SS

    AM

    IKR

    OH

    IDR

    OA

    PP

    EN

    DIX

    PE

    ND

    AH

    ULU

    AN

    PE

    NG

    AN

    TAR

    ET

    29Pengantar Energi Terbarukan

    apa yang disebut array. Sebagai contoh

    untuk menghasilkan listrik sebesar 3 kW

    dibutuhkan array seluas kira-kira 20 ~

    30 meter persegi. Untuk lebih jelasnya,

    hirarki module dapat dilihat pada Gambar

    2.

    Gambar 2. Hirarki module (cell-module-

    array)

    Sasaran dan strategi Pengembangan PV ( Fotovoltaik) di Indonesia

    Sasaran Pengembangan Fotovoltaik di

    Indonesia :

    Semakin berperannya pemanfaatan

    energi surya fotovoltaik dalam

    penyediaan energi di daerah perdesaan, sehingga pada tahun

    2020 kapasitas terpasangnya menjadi

    25 MW.

    Semakin berperannya pemanfaatan

    energi surya di daerah perkotaan.

    Semakin murahnya harga energi dari

    solar photovoltaic , sehingga tercapai tahap komersial.

    Terlaksananya produksi peralatan

    Sistem Energi Surya Fotovoltaik (SESF)

    dan peralatan pendukungnya di dalam negeri yang mempunyai kualitas tinggi

    dan berdaya saing tinggi.

    Strategi pengembangan energi surya

    fotovoltaik di Indonesia adalah sebagai

    berikut:

    Mendorong pemanfaatan SESF secara

    terpadu, yaitu untuk keperluan

    penerangan dan kegiatan produktif.

    Mengembangkan SESF melalui dua

    pola, yaitu pola tersebar dan terpusat

    yang disesuaikan dengan kondisi

    lapangan. Pola tersebar diterapkan

    apabila letak rumah-rumah penduduk menyebar dengan jarak yang cukup

    jauh, sedangkan pola terpusat

    diterapkan apabila letak rumah-rumah penduduk terpusat.

    Mengembangkan pemanfaatan SESF

    di perdesaan dan perkotaan.

    Mendorong komersialisasi SESF

    dengan memaksimalkan keterlibatan swasta.

    Mengembangkan industri SESF dalam

    negeri yang berorientasi ekspor.

    Mendorong terciptanya sistem dan

    pola pendanaan yang efisien dengan

    melibatkan dunia perbankan.

    Peluang Pemanfaatan Fotovoltaik

    Kondisi geografis Indonesia yang terdiri

    atas pulau-pulau yang kecil dan banyak yang terpencil menyebabkan sulit untuk dijangkau oleh jaringan listrik yang bersifat

    terpusat. Untuk memenuhi kebutuhan

    energi di daerah-daerah semacam ini,

  • 30

    MODUL

    1PENGANTAR ET

    Modul Pelatihan Energi Terbarukan

    salah satu jenis energi yang potensial

    untuk dikembangkan adalah energi surya. Dengan demikian, energi surya

    dapat dimanfaatkan untuk p enyedian listrik dalam rangka mempercepat rasio

    elektrifikasi desa.

    Selain dapat digunakan untuk program

    listrik perdesaan, peluang pemanfaatan

    energi surya lainnnya adalah:

    Lampu penerangan jalan dan

    lingkungan;

    Penyediaan listrik untuk rumah peribadatan.

    Penyediaan listrik untuk sarana umum. Dengan daya kapasitas 400

    Wp sudah cukup untuk memenuhi

    listrik sarana umum;

    Penyediaan listrik untuk sarana pelayanan kesehatan, seperti: rumah

    sakit, Puskesmas, Posyandu, dan

    Rumah Bersalin;

    Penyediaan listrik untuk Kantor

    Pelayanan Umum Pemerintah. Tujuan

    pemanfaatan SESF pada kantor

    pelayanan umum adalah untuk membantu usaha konservasi energi

    dan mambantu PLN mengurangi

    beban puncak disiang hari;

    Untuk pompa air ( solar power supply for waterpump ) yang digunakan untuk pengairan irigasi atau sumber air bersih (air minum).

    Kendala Pengembangan Fotovoltaik di

    Indonesia

    Harga modul surya yang merupakan

    komponen utama SESF masih mahal

    mengakibatkan harga SESF menjadi

    mahal, sehingga kurangnya minat

    lembaga keuangan untuk memberikan kredit bagi pengembangan SEEF;

    Sulit untuk mendapatkan suku cadang

    dan air accu , khususnya di daerah perdesaan, menyebabkan SESF cepat

    rusak;

    Pemasangan SESF di daerah perdesaan

    pada umumnya tidak memenuhi

    standar teknis yang telah ditentukan,

    sehingga kinerja sistem tidak optimal

    dan cepat rusak.;

    Pada umumnya, penerapan SESF

    dilaksanakan di daerah perdesaan yang sebagian besar daya belinya masih rendah, sehingga pengembangan

    SESF sangat tergantung pada program

    Pemerintah;

    Belum ada industri pembuatan

    sel surya di Indonesia, sehingga

    ketergantungan pada impor sangat

    tinggi. Akibatnya, dengan menurunnya

    nilai tukar rupiah terhadap dolar

    menyebabkan harga modul surya

    menjadi semakin mahal.

    Sistem Pemanas Surya

    Penerapan sistem panas surya adalah penerapan kolektor untuk proses pasca

    panen yang digunakan untuk produk

    pertanian tertentu yang membutuhkan kualitas standar ekspor seperti kopi,

    kokoa, tembakau, dan teh, sebagai

    pengganti pengeringan tradisional dengan

    surya. Ada peningkatan permintaan untuk

    1.4. TEKNO

    LOGI EN

    ERGI TERBARUKAN

  • PE

    NG

    AN

    TAR

    ET

    SU

    RYA

    AN

    GIN

    BIO

    MA

    SS

    AM

    IKR

    OH

    IDR

    OA

    PP

    EN

    DIX

    PE

    ND

    AH

    ULU

    AN

    PE

    NG

    AN

    TAR

    ET

    31Pengantar Energi Terbarukan

    penggunaan panas surya untuk air minum di daerah pulau melalui sistem desalinasi air laut.

    Beberapa peralatan yang telah dikuasai

    perancangan dan produksinya seperti

    sistem atau unit berikut:

    Pengering pasca panen (berbagai

    jenis teknologi);

    Pemanas air domestic;

    Pemasak/oven;

    Pompa air

    Penyuling air ( Solar Distilation/Still );

    Pendingin (radiatif, absorpsi,

    evaporasi, termoelektrik, kompressip,

    tipe jet);

    Sterilisator surya;

    Pembangkit listrik dengan menggunakan konsentrator dan fluida

    kerja dengan titik didih rendah.

    Untuk skala kecil dan teknologi yang

    sederhana, kandungan lokal mencapai 100

    %, sedangkan untuk sistem dengan skala

    industri (menengah) dan menggunakan

    teknologi tinggi (seperti pemakaian

    Kolektor Tabung Hampa atau Heat Pipe ), kandungan lokal minimal mencapai 50%.

    Peluang Pemanfaatan Energi Surya Termal

    Prospek teknologi energi surya termal

    cukup besar, terutama untuk mendukung

    peningkatan kualitas pasca-panen komoditi pertanian, untuk bangunan

    komersial atau perumahan di perkotaan.

    Prospek pemanfaatannya dalam sektor-

    sektor masyarakat cukup luas, yaitu:

    Industri, khususnya agro-industri

    dan industri pedesaan, yaitu untuk

    penanganan pasca-panen hasil-hasil pertanian, seperti: pengeringan

    (komoditi pangan, perkebunan,

    perikanan/peternakan, kayu olahan)

    dan juga pendinginan (ikan, buah dan

    sayuran);

    Bangunan komersial atau perkantoran,

    yaitu: untuk pengkondisian ruangan

    ( Solar Passive Building , AC) dan pemanas air;

    Rumah tangga, seperti: untuk

    pemanas air dan oven/ cooker ;

    PUSKESMAS terpencil di pedesaan,

    yaitu: untuk sterilisator, refrigerator

    vaksin dan pemanas air.

    Kendala Pengembangan Energi Surya Termal

    Kendala utama yang dihadapi dalam

    pengembangan surya termal adalah:

    Teknologi energi surya termal untuk

    memasak dan mengeringkan hasil pertanian masih sangat terbatas. Akan tetapi, sebagai pemanas air,

    energi surya termal sudah mencapai tahap komersial. Teknologi surya

    termal masih belum berkembang karena sosialisasi ke masyarakat luas

    masih sangat rendah;

    Daya beli masyarakat rendah,

    walaupun harganya relatif murah;

  • 32

    MODUL

    1PENGANTAR ET

    Modul Pelatihan Energi Terbarukan

    Sumber daya manusia (SDM) di

    bidang surya termal masih sangat terbatas. Saat ini, SDM hanya tersedia

    di Pulau Jawa dan terbatas lingkungan perguruan tinggi.

    Contoh penerapan pemanas surya yang

    terdiri dari komponen kolektor dan drying bin dapat dilihat pada Gambar 4. Sistem pengering surya untuk kakao dapat dilihat

    pada Gambar 3.

    Gambar 3. Teknologi Pengering Surya

    Untuk Petani Kakao (AMARTA, 2009)

    Implementasi Teknologi Energi Surya

    Implementasi teknologi energi surya

    secara khusus difokuskan pada sistem

    solar photovoltaic, baik untuk sistem

    stand-alone seperti solar home system (SHS) dan pembangkit listrik tenaga

    surya yang terpusat. Sejak tahun 1992,

    Pemerintah, melalui Direktorat Jendral

    Listrik dan Pemanfaatan Energi (DJLPE),

    sekarang Direktorat Jenderal Energi

    Baru Terbarukan dan Konservasi Energi

    (DJEBTKE) telah menerapkan teknologi

    energi surya, melalui Program Elektrifikasi

    Pedesaan (Program Listrik Pedesaan).

    Departemen Pemerintah lainnya,

    seperti Departemen Tenaga Kerja dan

    Transmigrasi, Departemen Komunikasi dan

    Informasi (Depkominfo), dan Departemen

    Koperasi, juga telah berperan.

    Teknologi Energi Angin

    Energi angin adalah sumber energi

    terbarukan yang dapat diubah menjadi

    energi mekanis dan listrik melalui sistem konversi. Energi kinetik yang

    ditampilkan dalam gerakan angin dapat diubah menjadi energi mekanis untuk

    mengoperasikan perlengkapan mekanis

    seperti pompa, kincir, dan lain-lain. Energi

    mekanis kemudian digunakan untuk memutar rotor dalam generator untuk

    menghasilkan listrik. Kedua proses ini

    disebut konversi energi angin, sementara

    sistem atau perlengkapannya disebut sistem konversi energi angin. Konversi ke

    energi mekanis disebut sistem konversi

    energi angin mekanis atau kincir angin,

    dan konversi ke listrik dilakukan dalam

    sebuah sistem konversi energi angin

    elektrik,yang lebih dikenal sebagai turbin

    angin. Saat ini, pembangkit listrik telah

    menjadi penggunaan energi angin yang

    lebih umum, dimana energi mekanis

    yang juga diketahui sebagai penggunaan

    langsung digunakan tidak terlalu sering.

    Penggunaan energi angin di lokasi yang

    dipilih membutuhkan data/informasi

    potensial (pasokan) angin aktual dan

    permintaan pada lokasi. Analisis dan

    evaluasi yang lebih akurat pada kedua

    aspek bersama dengan perhitungan ekonomis akan menghasilkan sebuah

    penerapan sistem konversi energi angin

    yang optimal.

    1.4. TEKNO

    LOGI EN

    ERGI TERBARUKAN

  • PE

    NG

    AN

    TAR

    ET

    SU

    RYA

    AN

    GIN

    BIO

    MA

    SS

    AM

    IKR

    OH

    IDR

    OA

    PP

    EN

    DIX

    PE

    ND

    AH

    ULU

    AN

    PE

    NG

    AN

    TAR

    ET

    33Pengantar Energi Terbarukan

    Pemerintah Indonesia telah

    mempersiapkan sejumlah peraturan

    dan undang-undang, mengatur strategi

    yang baik seperti mengambil tindakan

    nyata yang ditujukan pada mendukung

    pengembangan dan penerapan energi baru dan dapat diperbaharui, yang pada

    gilirannya diharapkan mampu memasok

    energi berdasarkan potensial dan

    implementasi lokal. Kontribusi energi

    baru dan dapat diperbaharui diharapkan meningkat secara nasional menjadi 11%

    pada tahun 2025 (Pusdatin ESDM,2010).

    Khususnya untuk energi angin,

    penerapannya diharapkan mencapai 250

    MW pada tahun 2025, tetapi saat ini hanya

    sekitar 1 MW kapasitas yang terpasang di

    seluruh negeri.

    Potensial energi angin di Indonesia

    umumnya tidak besar, dengan kecepatan

    angin terletak pada rentang 2.5 5 m/s.

    Tetapi, kecepatan yang lebih besar dari

    5 m/s ditemukan di beberapa lokasi di

    : Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara

    Barat, Sulawesi Selatan, dan daerah pantai

    selatan Jawa. Potensial ini secara teknis

    memadai untuk sistem konversi energi

    angin skala menengah (10-100 kW), tetapi

    karena lokasi yang terpencil, investasi

    yang tinggi dan perawatan yang mahal

    dibutuhkan, karenanya secara finansial

    tidak menarik. Jumlah total perkiraan

    potensial energi angin di Indonesia

    adalah 9.29 GW. Rangkuman potensial

    angin umum yang melintasi Indonesia

    sebagai hasil pemetaan potensial angin

    oleh LAPAN pada 120 lokasi ditampilkan

    dalam Tabel 6.

    Energi angin dapat digunakan secara praktis

    untuk pembangkit listrik, pompa air, isi

    ulang tenaga baterai, dan penumbuk padi

    atau gandum. Turbin angin modern yang

    besar dapat dioperasikan secara bersama-

    sama pada Wind Farm untuk pembangkit listrik. Sedangkan turbin yang kecil

    digunakan pada rumah tangga dan daerah terpencil (atau pulau kecil) yang off grid,

    untuk memenuhi kebutuhan energinya. Penerapannya selain sebagai Wind Farm juga sebagai Stand alone baik yang terhubung ke Grid maupun tidak. Dengan demikian, pembangkit listrik tenaga angin

    sangat cocok untuk diterapkan di tempat

    terpencil maupun didaerah yang on grid.

    Table 6 Potensi Angin Rata-rata di Indonesia

    TipeKecepatan

    Angin(m/detik )

    Tenaga Listrik( W/m2 )

    Kapasitas( kW )

    Lokasi

    Skala Kecil 2,5 - 4,0 < 75 s/d 10Jawa, NTB, NTT, Maluku, Sulawesi, pesisir Sumatera Barat

    Skala Menengah 4,0 - 5,0 75 150 10 100

    NTB, NTT, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara dan Jawa Timur

    Skala Besar

    > 5,0 > 150 > 100Sulawesi Selatan, NTB dan NTT, daerah pantai di wilayah Selatan Jawa

  • 34

    MODUL

    1PENGANTAR ET

    Modul Pelatihan Energi Terbarukan

    Disamping itu juga dapat dikombinasikan

    dengan photovoltaic (PV) sehingga menjadi sistem hibrida pembangkit listrik

    yang saling mem-back-up.

    Turbin angin menangkap energi angin

    dengan dua atau tiga baling-baling, yang

    akan memutar rotor untuk menghasilkan

    listrik. Turbin diletakkan pada puncak

    menara dengan ketinggian 100 feet (30 meter) atau lebih di atas tanah, karena

    pada kondisi tersebut angin lebih kuat

    dan sedikit mengalami turbulensi. Untuk

    itu diperlukan data profil kecepatan angin

    dari menara 50 meter, dengan memasang

    anemometer pada ketinggian 30 meter

    dan 50 meter. Sehingga data profil annual

    kecepatan angin ini dapat digunakan untuk menghitung potensi daya yang akan

    terbangkitkan secara komersial.

    Sebuah pembangkit listrik tenaga angin

    dapat dibuat dengan menggabungkan beberapa turbin angin sehingga menghasilkan listrik ke unit penyalur listrik. Listrik dialirkan melalui kabel transmisi dan

    didistribusikan ke rumah-rumah, kantor,

    sekolah, dan sebagainya. Turbin angin

    dapat memiliki tiga buah bilah turbin.

    Jenis lain yang umum adalah jenis turbin

    dua bilah. Angin akan memutar sudut

    turbin, kemudian memutar sebuah poros

    yang dihubungkan dengan generator,

    lalu menghasilkan listrik. Turbin untuk

    pemakaian umum berukuran 50-750

    kilowatt. Sebuah turbin kecil, kapasitas

    50 kilowatt, digunakan untuk perumahan,

    piringan parabola, atau pemompaan air.

    Kelangsungan suatu pembangkit tenaga

    angin sangat bergantung pada pemilihan

    lokasi (siting) yang tepat berdasarkan

    data angin yang akurat yang berlaku sepanjang waktu guna mendukung mesin

    turbin angin. Karena itu studi potensi

    angin anual pada lokasi didaerah yang

    terindikasi berpotensi merupakan hal yang

    mutlak dilakukan sebelum memutuskan pembangunan suatu pembangkit tenaga angin di lokasi tersebut.

    Untuk pemanfaatan kincir angin bagi

    pembangkitan tenaga listrik skala kecil,

    diperlukan sebuah pengatur tegangan,

    oleh karena kecepatan angin yang

    berubah-ubah, sehingga tegangan juga

    berubah. Diperlukan sebuah batere untuk menyimpan energi, karena sering terjadi

    angin tidak bertiup. Bila angin tidak

    bertiup, perlu dicegah generator bekerja

    sebagai motor: oleh karena itu perlu pula

    sebuah pemutus tegangan otomatik,

    seperti ditunjukkan pada gambar 4.

    Gambar 4. Skema Pusat Listrik Tenaga

    Angin Skala Kecil

    1.4. TEKNO

    LOGI EN

    ERGI TERBARUKAN

  • PE

    NG

    AN

    TAR

    ET

    SU

    RYA

    AN

    GIN

    BIO

    MA

    SS

    AM

    IKR

    OH

    IDR

    OA

    PP

    EN

    DIX

    PE

    ND

    AH

    ULU

    AN

    PE

    NG

    AN

    TAR

    ET

    35Pengantar Energi Terbarukan

    Teknologi Energi Biomassa

    Biomassa adalah produk fotosintesa

    yang menyerap energi matahari dan mengkonversi karbon dioksida dengan

    air menjadi senyawa karbon, hidrogen

    dan oksigen. Biomasa merupakan bahan

    biologis yanghidup atau baru mati yang

    dapat digunakan sebagai sumber bahan bakar setelah diolah terlebih dahulu

    melalui serangkaian proses yang dikenal

    sebagai konversi biomassa. Umumnya

    energi biomasa selain merujuk pada

    materi tumbuhan yangdipelihara untuk

    diolah menghasilkan Bahan Bakar Nabati

    (BBN) atau biofuel, juga mencakup materitumbuhan yang digunakan untuk

    produksi serat, bahan kimia, ataupanas.

    Biomassa dapat pula meliputi limbah

    terbiodegradasi yang dapat digunakan

    sebagai bahan bakar. Biomassa

    tidak mencakup materi organik yang

    telahtertransformasi oleh proses geologis

    menjadi zat seperti batu bara atauminyak

    bumi.

    Ada beberapa proses konversi biomassa.

    Proses konversi yang sederhana adalah

    dengan mengubah biomassa menjadi

    briket sehingga mudahdisimpan, diangkut,

    dan mempunyai ukuran dan kualitas yang seragam. Jeniskonversi lain adalah

    mengubah biomassa melalui proses kimia

    dan fisikaseperti anaerobic digestion (peruraian tanpa bantuan oksigen)

    yangmenghasilkan gas metana. Pirolisis,

    gasifikasi dan karbonisasi (dekomposisi

    menggunakan panas) yangmenghasilkan

    produk bahan bakar padat berupa karbon

    dan produk lain berupakarbon dioksida

    dan metana. Pengkonversian menjadi

    bahan bakar cair dapat dilakukan dengan cara kimia esterifikasi (biodiesel) dan

    secara fermentasi (bioethanol).

    Biomassa telah digunakan secara

    tradisional dan sumber energi yang paling

    lama dikenal di Indonesia, terhitung

    hampir 40 persen dari total konsumsi

    energi, kebanyakan digunakan di pedesaan

    dan daerah terpencil. Total potensial

    biomassa untuk pembangkit listrik di

    Indonesia diperkirakan sekitar 49.8 GW

    dengan kapasitas yang terpasang saat ini 178 MW. Diperkirakan bahwa Indonesia

    menghasilkan 146.7 juta ton biomassa

    setiap tahunnya, setara dengan sekitar

    470 GJ/y.

    Bahan bakar nabati diproyeksikan

    mencapai 5% dari campuran energi nasional pada tahun 2025, sebagai bagian

    dari kontribusi energi terbarukan 17%

    dari kebutuhan energi nasional. Menurut

    peta jalan untuk mengembangkan

    pangsa bahan bakar bio dalam campuran

    energi nasional, dalam tahun 2005-

    2010 pangsanya akan menjadi 2% atau

    setara dengan 5.29 juta Kilo Liter (KL),

    dalam tahun 2011-2015 pangsanya akan

    mencapai 3% setara dengan 9.84 juta KL,

    dan dalam tahun 2016-2025 pangsanya

    akan mencapai 5% setara dengan 22.26 juta KL. Esterifikasi dari material sayuran

    ke dalam biodiesel adalah teknologi yang

    digunakan paling luas dalam mencapai target ini, dan Bioetanol digunakan untuk

    menggantikan bahan bakar fosil seperti

    bahan bakar kendaraan dalam sektor

    angkutan.

    Sumber utama dari segera tersedianya

    energi biomassa di Indonesia adalah ampas

  • 36

    MODUL

    1PENGANTAR ET

    Modul Pelatihan Energi Terbarukan

    beras yang menawarkan potensial energi

    teknis terbesar yaitu 150 Gj/tahun, kayu

    karet dengan 120 Gj/tahun, ampas gula

    dengan 78 Gj/tahun, ampas minyak kelapa

    sawit, 67 Gj/tahun, dan sisanya lebih kecil

    dari 20 Gj/tahun berasal dari ampas kayu

    lapis dan veneer, ampas penebangan,

    ampas kayu gergajian, ampas kelapa, dan

    ampas pertanian. Sumber biomassa ini

    dapat membantu dalam memasok baik

    panas maupun listrik untuk rumah tangga pedesaan dan industri (APERC,2004).

    Penggunaan biomassa untuk pembangkit

    energi sudah sering digunakan dalam industri berbasis biomassa skala

    menengah dan besar, seperti minyak

    kelapa sawit, gula,dan kayu lapis.

    Kebanyakan pendidih biomassa yang saat

    ini beroperasi di Indonesia ketinggalan

    jaman dengan efisiensi yang rendah dan

    emisi yang tinggi. Industri minyak kelapa

    sawit adalah salah satu argoindustri di

    Indonesia yang menarik banyak investor

    domestik sebagaimana investor asing.

    Dalam pabrik minyak kelapa sawit dan gula, juga ada potensial besar dari ampas

    biomassa yang belum digunakan, seperti

    tandan buah kosong (EFB) yang dihasilkan

    dari proses minyak kelapa sawit atau

    pucuk gula dan daun dalam penanaman gula batu. Yang terakhir mewakili

    ampas biomassa yang besar dan hemat

    biaya dalam industri pabrik gula yang menyebabkan sedikit efek agronomis.

    Teknologi ranjang berfluida tampaknya

    menjadi teknologi biomassa lanjutan

    yang terbukti paling baik untuk mengatasi

    kadar air bagas yang tinggi sebagaimana

    tandan buah segar (ADB,2003).

    Untuk industri berbasis biomassa ukuran

    kecil, seperti industri kayu dan beras,

    jenis teknologi yang paling umum adalah

    gasifier bed tetap karena desainnya

    sederhana, biaya produksi rendah,

    dan mudah dioperasikan. Kebanyakan

    dimasukkan secara manual. Saat ini, kayu,

    arang, sekam padi dan tempurung kelapa

    dipertimbangkan sebagai bahan bakar

    biomassa yang sesuai untuk gasifikasi.

    Biomassa terkonsentrasi dalam jumlah

    yang kecil namun dalam cakupan yang lebih besar (dalam desa terpencil)

    tersedia dalam pabrik beras besar (LRM)

    dan perusahaan penggergajian kayu

    skala kecil. Ampas yang dihasilkan dari

    agrosektor tersebut dapat menghasilkan

    listrik dengan kapasitas kira-kira 100 kWe.

    Kelebihan listrik (sebagian selama siang

    hari dan semuanya selama malam hari)

    dapat dijual lewat kisi-kisi pedesaan.

    Teknologi yang sesuai untuk penggunaan

    sampah kayu adalah gasifikasi bed tetap

    dan down draft.

    Kogenerasi Biomassa

    Kogenerasi dapat diartikan sebagai proses

    menghasilkan dua bentuk energi yang berguna, normalnya listrik dan panas

    yang menggunakan sumber bahan bakar yang sama seperti material biomassa.

    Sistem kogenerasi berdasarkan kepada

    biomassa secara normal memuncaki jenis

    siklus uap, dimana panas yang dihasilkan

    dari pembakaran digunakan pertamakali untuk pembangkit uap untuk menjalankan

    sistem turbin generator dan uap yang

    terpakai dari turbin digunakan sebagai

    1.4. TEKNO

    LOGI EN

    ERGI TERBARUKAN

  • PE

    NG

    AN

    TAR

    ET

    SU

    RYA

    AN

    GIN

    BIO

    MA

    SS

    AM

    IKR

    OH

    IDR

    OA

    PP

    EN

    DIX

    PE

    ND

    AH

    ULU

    AN

    PE

    NG

    AN

    TAR

    ET

    37Pengantar Energi Terbarukan

    panas yang dibutuhkan oleh proses

    (Bhattacharya dan Abdul Salam,2006).

    Di Indonesia, kogenerasi biomassa

    kebanyakan dipasang dalam industri berbasis biomassa seperti industri minyak

    kelapa sawit, kayu dan gula. Beberapa

    pembangkit kogenerasi yang ada adalah

    pembangkit tenaga sampah kayu 5.5 MW

    di PT. Siak Raya Timber di Pekanbaru,

    Sumatera dan pembangkit kogenerasi

    35 ton/jam pada 35 bar yang dipasang

    pada PT. Kurnia Musi Plywood Industry

    di Palembang. Diperkirakan bahwa produksi minyak kelapa sawit dan gula

    akan menjadi sektor dimana permintaan

    energi biomassa akan meningkat dengan

    luas di masa mendatang. Indonesia adalah

    penghasil minyak kelapa sawit kedua terbesar di dunia (Indarti, 2001).

    Gasifikasi Biomassa

    Gasifikasi adalah suatu proses yang

    mengubah bahan-bahan karbon, seperti

    batubara, minyak bumi (petroleum),

    biofuel, atau biomassa, menjadi karbon

    monoksid (CO) dan hidrogen dengan

    mereaksikan bahn mentah (raw material

    ), seperti sampah/limbah rumah tangga

    atau kompos pada suhu tinggi dengan

    jumlah oksigen/ uap panas (steam) yang

    terkontrol (terbatas). Campuran gas yang

    dihasilkan dari reaksi ini disebut gas sintetis

    atau syngas yang merupakan bahan bakar (fuel) . Gasifikasi adalah suatu cara untuk mengambil energi dari berbagai tipe bahan organik yang berbeda-beda

    (Wikipedia, 2010).

    Di Indonesia, untuk industri berbasis

    biomassa skala kecil, yaitu industri kayu

    dan penggilingan padi, jenis teknologi

    paling umum digunakan adalah gasifiers

    unggun tetap karena desainnya yang sederhana, biaya pembuatan yang

    relatif murah, dan kemudahan operasi.

    Kebanyakan menggunakan sistem

    pengumpan secara manual. Pada saat ini,

    kayu, arang, sekam padi dan tempurung

    kelapa adalah bahan yang dianggap cocok

    untuk bahan bakar biomassa gasifikasi.

    Biomassa terkonsentrasi dalam jumlah

    yang lebih kecil tetapi dalam cakupan yang lebih besar (di desa-desa terpencil)

    tersedia di penggilingan padi besar (LRM) dan pabrik gergajian kayu skala

    kecil. Residu yang dihasilkan dari sektor

    pertanian ini akan mampu menghasilkan listrik dengan kapasitas sekitar 100 kWe.

    Kelebihan listrik (sebagian di siang hari dan

    penuh di malam hari) bisa dijual melalui

    jaringan listrik pedesaan. Teknologi yang

    cocok untuk pemanfaatan limbah kayu

    adalah fixed-bed ( unggun tetap ) dengan tipe down draft gasifier. (ADB, 2003).

    Gasifikasi biomassa skala kecil dengan

    kapasitas sekitar 15-176 kW untuk saat ini

    sebagian besar ditemukan sebagai proyek

    percontohan, dan belum sepenuhnya

    tersedia secara komersial. Perbaikan

    teknis sangat diperlukan dalam sistem feeding dari bahan bakar, pembersihan gas,

    pembuangan abu dan keseluruhan sistem kontrol otomatis. Sebuah perkembangan

    baru pada teknologi ini adalah unit

    percontohan (demonstration plant)

    gasifikasi sekam padi yang dipasangkan

    dengan genset untuk menghasilkan listrik 100 kW. Proyek ini berbasis di Haur

  • 38

    MODUL

    1PENGANTAR ET

    Modul Pelatihan Energi Terbarukan

    Geulis-Indramayu, Jawa Barat, di mana

    padi merupakan tanaman dominan. EPC

    unit gasifikasi dilakukan oleh perusahaan

    nasional ( Anonym, 2007).

    Mikrohidro

    Energi mikrohidro sangat potensial di

    wilayah-wilayah Indonesia yang kaya akan

    pegunungan dan mempunyai sumber air mengalir (sungai). Teknologi air

    sebagai pembangkit tenaga air air skala kecil (disebut Pembangkit Listrik Tenaga

    Mikrohidro (PLMTH), yang sering disebut

    Mikrohidro), adalah salah satu teknologi

    pemanfaatan energi yang handal dan hemat biaya, yang dapat dijadikan sebagai

    pertimbangan dalam penyediaan energi

    yang ramah lingkungan. Walaupun ada

    sejumlah definisi yang berbeda, klasifikasi

    PLTMH berdasarkan standar UNIDO yaitu:

    Pico Hydro untuk kapasitas 10

    MW.

    Teori dasar perhitungan potensi listrik

    tenaga mikro hidro adalah penentuan

    debit sungai, tinggi jatuh, potensi hidrolik

    dan penetapan kapasitas pembangkit.

    Debit Sungai

    Besarnya debit aliran sungai sepanjang

    tahun akan selalu berfluktuasi. Di

    dalam penentuan debit disain suatu PLTMH diambil debit minimum aliran

    sungai sepanjang tahun untuk menjamin

    pembangkit dapat beroperasi secara terus

    menerus. Untuk itu di dalam melakukan

    detil survei hanya dipilih lokasi dengan

    sungai yang selalu mengalir sepanjang

    tahun baik di musim hujan maupun

    kemarau.

    Penentuan Tinggi Jatuh (Head)

    Selain debit tinggi jatuh juga sangat

    berpengaruh dalam menentukan besarnya potensi energi mikro hidro. Untuk

    mendapatkan tinggi jatuh yang optimum

    dapat digunakan beberapa alternatif

    sebagai berikut: saluran pembawa panjang, pipa pesat pendek atau saluran

    pembawa pendek, pipa pesat panjang.

    Selain itu perlu dipertimbangkan pula

    jarak antara rumah pembangkit terhadap

    lokasi pemukiman untuk optimasi panjang

    jaringan transmisi-distribusi.

    Perhitungan Potensi Hidrolik

    Parameter utama dalam menentukan potensi hidrolik (Ph) adalah besar debit

    sungai (Q) dan beda tinggi/head (h).

    Dengan asumsi densitas air adalah 1000

    kg/m3 dan grafitasi bumi 9.8 m/detik2 ,

    maka secara sederhana besar potensi

    hidrolik dapat dihitung dengan persamaan

    berikut :

    Dimana :

    Ph = Potensi hidrolik, kW

    = Efisiensi, persen ( = 1, untuk

    penentuan potensi hidrolik)

    Q = Debit, m3/detik

    h = Beda Tinggi (head), meter

    Efisiensi menunjukkan bahwa tidak

    1.5. PENERAPAN

    TEKNO

    LOGI ET U

    NTU

    K MASYARAKAT PERDESAAN

    xQxhxPh 8.9=

  • PE

    NG

    AN

    TAR

    ET

    SU

    RYA

    AN

    GIN

    BIO

    MA

    SS

    AM

    IKR

    OH

    IDR

    OA

    PP

    EN

    DIX

    PE

    ND

    AH

    ULU

    AN

    PE

    NG

    AN

    TAR

    ET

    39Pengantar Energi Terbarukan

    semua energi yang terkandung didalam air dapat dimanfaatkan, karena sebagian

    energi akan hilang dengan sendirinya (loses) dalam bentuk friksi, panas, noise

    dsb.

    Kapasitas Pembangkit

    Sebagai acuan awal untuk mengetahui

    kapasitas daya listrik yang dapat dibangkitkan dari suatu potensi mikrohidro

    secara sederhana dapat digunakan asumsi efisiensi total adalah sebesar = 0.6.

    Namun demikian besarnya efisiensi

    masih dapat bertamba