BAB V IMPLEMENTASI KEBIJAKAN RENEWABLE ENERGY …

24
BAB V IMPLEMENTASI KEBIJAKAN RENEWABLE ENERGY DIRECTIVE UNI EROPA DI JERMAN MELALUI PROGRAM ENERGIEWENDE TAHUN 2014-2016 Salah satu cara liberalisme institusional memberikan kontributor bagi pemahaman kita tentang hubungan internasional adalah memalui berbagai karya terkait karateristik institusi- institusi dalam tatanan dunia. Sehingga, tema-tema terkait kerja sama dan ketergantungan yang komplek merupakan hal yang dilihat kaum liberal serta peranan yang dimainkan oleh institusi-institusi dalam hubungan internasional. Pandangan liberalisme institusional berpendapat bahwa negara yang bergabung dalam suatu institusi bisa menyerahkan unsur kedaulatan negaranya untuk mencapai kepentingan bersama, salah satunya adalah Uni Eropa. Negara-negara anggota Uni Eropa tetap menjadi negara-negara berdaulat yang independen, namun negara harus bersedia menggabungkan kedaulatan negara demi mendapatkan kekuatan dan pengaruh kolektif. Pada bab sebelumnya menjelaskan bahwa kebijakan energi terbarukan Uni Eropa yang bersifat directive menekankan bahwa negara anggota dapat mengadopsi maupun tidak mengadopsi kebijakan tersebut. Uni Eropa memberi kebebasan bagi setiap negara-negara anggota untuk mengadopsi kebijakan tersebut melalui metode yang berbeda. Uni Eropa sebagai institusi akan membantu negara-negara anggota mencapai tujuan bersama, secara khusus penggunaan energi terbarukan. Uni Eropa telah menciptakan seperangkat aturan yang memungkinkan negara-negara anggota secara kolektif dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan Uni Eropa. Kebijakan Directive 2009/28/EC tentang promosi penggunaan energi dari sumber terbarukan adalah salah satu instrumen yang harus dicapai negara-negara anggota dalam target nasional. Dalam melihat implementasi kebijakan tersebut, penulis terlebih dahulu menjelaskan peranan Jerman dalam kebijakan energi terbarukan Uni Eropa. Jerman adalah konsumen energi tunggal terbesar di Uni Eropa terhitung sekitar 20% dari permintaan energi Uni Eropa. Menurut Renewable Energy Directive Uni Eropa, Jerman perlu meningkatkan pangsa energi terbarukan menjadi 18,8% pada tahun 2020. Dalam bahasan ini penulis akan menjelaskan kepentingan dan peranan Jerman dalam kebijakan tersebut dalam analisis liberal institusional. Jerman sendiri telah memutuskan untuk mengubah pengadaan energi di Jerman menjadi terutama dengan memanfaatkan energi baru terbarukan dan mengandalkan untuk selalu memakai energi seefisien mungkin. Kesadaran untuk memanfaatkan energi secara efisien di

Transcript of BAB V IMPLEMENTASI KEBIJAKAN RENEWABLE ENERGY …

BAB V

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN RENEWABLE ENERGY DIRECTIVE UNI EROPA

DI JERMAN MELALUI PROGRAM ENERGIEWENDE TAHUN 2014-2016

Salah satu cara liberalisme institusional memberikan kontributor bagi pemahaman kita

tentang hubungan internasional adalah memalui berbagai karya terkait karateristik institusi-

institusi dalam tatanan dunia. Sehingga, tema-tema terkait kerja sama dan ketergantungan

yang komplek merupakan hal yang dilihat kaum liberal serta peranan yang dimainkan oleh

institusi-institusi dalam hubungan internasional. Pandangan liberalisme institusional

berpendapat bahwa negara yang bergabung dalam suatu institusi bisa menyerahkan unsur

kedaulatan negaranya untuk mencapai kepentingan bersama, salah satunya adalah Uni Eropa.

Negara-negara anggota Uni Eropa tetap menjadi negara-negara berdaulat yang independen,

namun negara harus bersedia menggabungkan kedaulatan negara demi mendapatkan

kekuatan dan pengaruh kolektif. Pada bab sebelumnya menjelaskan bahwa kebijakan energi

terbarukan Uni Eropa yang bersifat directive menekankan bahwa negara anggota dapat

mengadopsi maupun tidak mengadopsi kebijakan tersebut. Uni Eropa memberi kebebasan

bagi setiap negara-negara anggota untuk mengadopsi kebijakan tersebut melalui metode yang

berbeda. Uni Eropa sebagai institusi akan membantu negara-negara anggota mencapai tujuan

bersama, secara khusus penggunaan energi terbarukan.

Uni Eropa telah menciptakan seperangkat aturan yang memungkinkan negara-negara

anggota secara kolektif dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan Uni Eropa. Kebijakan

Directive 2009/28/EC tentang promosi penggunaan energi dari sumber terbarukan adalah

salah satu instrumen yang harus dicapai negara-negara anggota dalam target nasional. Dalam

melihat implementasi kebijakan tersebut, penulis terlebih dahulu menjelaskan peranan

Jerman dalam kebijakan energi terbarukan Uni Eropa. Jerman adalah konsumen energi

tunggal terbesar di Uni Eropa terhitung sekitar 20% dari permintaan energi Uni Eropa.

Menurut Renewable Energy Directive Uni Eropa, Jerman perlu meningkatkan pangsa energi

terbarukan menjadi 18,8% pada tahun 2020. Dalam bahasan ini penulis akan menjelaskan

kepentingan dan peranan Jerman dalam kebijakan tersebut dalam analisis liberal institusional.

Jerman sendiri telah memutuskan untuk mengubah pengadaan energi di Jerman menjadi

terutama dengan memanfaatkan energi baru terbarukan dan mengandalkan untuk selalu

memakai energi seefisien mungkin. Kesadaran untuk memanfaatkan energi secara efisien di

Jerman selama beberapa dasawarsa telah meningkat, salah satu penyebabnya adalah krisis

minyak sedunia. Pemerintah Jerman sadar bahwa betapa bergantungnya mereka pada sumber

energi fosil. Pemerintah Jerman pada waktu itu memulai kampanye penyuluhan tentang

menghemat energi. Dengan demikian Jerman akan memberikan sumbangan penting dalam

upaya untuk melindungi iklim. Dalam melihat implementasi kebijakan energi terbarukan Uni

Eropa yang bersifat directive, penulis akan menjelaskan bagaimana kebijakan energi

terbarukan Uni Eropa terjadi lewat program energiewende dalam rentan waktu 2014-2016.

5.1 Peranan dan Kepentingan Jerman dalam Kebijakan Renewable Energy Directive

Uni Eropa

Dalam liberalisme institusional mengatakan bahwa adanya ketergantungan negara-

negara dalam institusi memaksa mereka untuk mematuhi aturan yang ada, sehingga negara-

negara akan membangun strategi dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan institusi

tersebut. Institusi internasional mengakui bahwa peranan negara sangat penting dalam

mencapai target tujuan bersama yang telah ditentukan. Liberalisme institusional melihat

bahwa ide pokok dari teori ini adalah hubungan internasional pada dasarnya

diinstitusionalisasikan dari seperangkat aturan, praktik-praktik yang kuat dan peranan aktor

dengan institusi saling terhubung. Pandangan liberalisme institusional melihat bahwa negara

masih menjadi aktor dominan, namun harus ada aturan-aturan dalam institusi tersebut. Ini

akan berpengaruh penting terhadap hasil yang akan dicapai.

Uni Eropa adalah kelompok negara-negara yang unik, dikatakan unik karena setiap

negara-negara anggota tetap menjadi negara-negara berdaulat yang independen. Namun,

mereka harus menggabungkan kedaulatannya untuk memperoleh kekuatan dan pengaruh

kolektif yang lebih besar. Dalam prakteknya, penggabungan kedaulatan berarti bahwa

negara-negara anggota mendelegasikan sebagian kuasa dalam keputusan lembaga-lembaga

Uni Eropa secara bersama-sama sehingga keputusan yang diambil akan melibatkan

kepentingan bersama. Setiap negara-negara anggota Uni Eropa sudah terikat dalam

serangkaian traktak yang telah mereka tandatangani secara bersama-sama. Traktat ini

terlebih dahulu harus disepakati oleh masing-masing negara anggota dan kemudian akan

diratifikasi oleh Parlemen nasional. Liberalisme institusional juga menekankan bahwa

negara-negara merupakan agen yang berkuasa memaksimalkan keuntungan yang absolut,

bukan memaksimalkan keuntungan relatif. Adanya institusi menjadi tempat untuk menaruh

harapan bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu yang menjadi dasar mereka mengikat

diri dalam institusi tersebut. Institusi memiliki aturan main yang jelas, yang harus dipatuhi

oleh negara anggota yang tergabung didalamnya. Insitusi ini akan menjadi tempat untuk

negara-negara anggota dapat mencapai kepentingan negaranya dalam mengadopsi kebijakan

yang dikeluarkan institusi tersebut. Kebijakan energi terbarukan adalah kerangka kebijakan

yang telah disepakati oleh perwakilan negara-negara anggota. Ketika kebijakan disahkan

maka negara-negara anggota memiliki kewajiban untuk mengadopsi kebijakan tersebut

melalui rencana aksi nasional masing-masing negara anggota.

Hadirnya institusi internasional seperti Uni Eropa berperan penting dalam mengatasi

isu-isu yang sedang terjadi, salah satunya adalah masalah energi. Uni Eropa menyadari

bahwa meningkatnya konsumsi energi yang tidak terbarukan menjadi permasalahan yang

harus diatasi. Dalam mengatasi konsumsi energi yang tidak terbarukan, Uni Eropa sebagai

institusi hadir sebagai wadah untuk membuat suatu kerangka kebijakan yang akan

diterapkan di masing-masing negara anggota. Peranan Jerman dalam pengembangan dan

implementasi target energi terbarukan tentu sangat penting dalam pencapaian target Uni

Eropa. Pengembangan kebijakan energi terbarukan Jerman telah sangat dipengaruhi oleh

kebijakan energi Uni Eropa.

Jerman pada umumnya dikategorikan sebagai negara “hijau” yang dalam artian bahwa

Jerman memiliki kebijakan domestik yang relatif jauh jangkauannya. Jerman secara luas

dianggap Uni Eropa sebagai model peranan penting untuk jalur transisi energi berdasarkan

energi terbarukan yang memiliki pengaruh besar pada pengembangan energi terbarukan Uni

Eropa. Dalam pencapaian target Uni Eropa, Jerman meningkatkan pangsa energi terbarukan

untuk konsumsi energi domestik dari 9,31% pada tahun 2008 menjadi 10,3% pada tahun

2013. Secara keseluruhan produksi primer energi terbarukan di Jerman meningkat besar dari

2,7% pada tahun 2003 menjadi 33,7% pada tahun 2013 (European Commission, Case

Report Energiewende). Sebagai konsumen energi terbesar di Uni Eropa yang mewakili

sekitar 20% dari total wilayah permintaan energi, Jerman akan meningkatkan energi

terbarukan yang ditargetkan sebesar 18% pada tahun 2020. Jerman telah mewakili bagian

signifikan dari target Uni Eropa dan memainkan peran dalam membantu Uni Eropa

memenuhi kebutuhan target energi dan iklim jangka menengah dan jangka panjang.

Pengembangan energi terbarukan adalah salah satu kunci elemen dari strategi energi

Jerman. Melalui adanya pengenalan dan kemajuan dari berbagai tahapan maupun instrumen

yang efektif akan meningkatkan konsumsi energi terbarukan Jerman. Pemerintah Jerman

akan secara terus menerus melanjutkan pengembangan energi terbarukan, yang sebagian

besar pasokan energi berasal dari sumber energi terbarukan. Kesadaran untuk

memanfaatkan energi secara efisien di Jerman selama beberapa dasawarsa telah meningkat,

salah satu penyebabnya adalah krisis minyak sedunia. Pemerintah Jerman sadar bahwa

betapa bergantungnya mereka pada sumber energi fosil. Pemerintah Jerman pada waktu itu

memulai kampanye penyuluhan tentang menghemat energi. Pada awal musim semi 2010

Pemerintah Jerman menyusun konsep baru, yang mana Pemerintah Jerman akan membuat

strategi nasional untuk pasokan energi terbarukan. Konsep baru ini tidak terlepas dari

kerangka kebijakan yang dikeluarkan Uni Eropa terkait Directive 2009/28/EC/, yang

mewajibkan bagi setiap negara-negara anggota untuk menggunakan energi yang bersih dan

terbarukan.

Dalam menyajikan perkembangan ekspansi energi terbarukan, Pemerintah Jerman akan

melakukan aksi nasional yang merupakan dukungan dalam mencapai target nasional yang

ditetapkan Uni Eropa di bawah Directive 2009/28/EC. Menurut Annex I Directive

2009/28/EC, Jerman berkewajiban untuk meningkatkan bagian energinya dari sumber

terbarukan pada tahun 2020 setidaknya 18% (Federal of Republic Germany, 13). Jerman

mengasumsikan bahwa target 2020 dari energi 18% dari sumber terbarukan dapat dicapai

dengan langkah-langkah nasional yaitu tanpa manfaat surplus dari negara-negara anggota

lainnya di bawah mekanisme kerja sama yang fleksible yang ditetapkan dalam Directive

2009/28/EC. Dengan demikian, konstribusi Jerman dalam pengembangan energi terbarukan

akan mencapai target Uni Eropa.

Adanya upaya rencana aksi nasional yang akan dilakukan Pemerintah Jerman dalam

perkembangan energi terbarukan tidak terlepas dari ketergantungan Jerman pada konsumsi

tenaga nuklir. Pemanfaatan tenaga nuklir untuk produksi listrik di Jerman sudah terjadi

selama beberapa dasawarsa, hal ini mengakibatkan perselisihan yang besar. Bagi sebagian

orang Jerman resiko dari tenaga nuklir tidak dapat diperkirakan dan ada kekhawatiran yang

mungkin akan terjadi pada manusia, alam dan lingkungan jika terjadi kecelakaan. Rencana

aksi nasional ini disusun sesuai dengan Pasal 4 dari Directive 2009/28/EC tentang promosi

penggunaan energi dari sumber energi terbarukan. Dalam Pasal ini tertulis bahwa:

Each Member State shall adopt a national renewable energy action plan. The national renewable

energy action plans shall set out Member States’ national targets for the share of energy from renewable

sources consumed in transport, electricity and heating and cooling in 2020, taking into account the

effects of other policy measures relating to energy efficiency on final consumption of energy, and

adequate measures to be taken to achieve those national overall targets, including cooperation between

local, regional and national authorities.

Setiap negara anggota wajib untuk mengadopsi rencana aksi nasional energi terbarukan. Rencana aksi

nasional harus menetapkan target nasional negara anggota untuk pembagian energi dari sumber

terbarukan yang dikonsumsi dalam transportasi, listrik, pemanasan dan pendinginan pada tahun 2020,

dengan mempertimbangkan efek dari langkah-langkah kebijakan lain yang berkaitan dengan efisiensi

energi pada konsumsi akhir. Energi dan langkah-langkah yang diambil harus memadai untuk mencapai

target nasional secara keseluruhan termasuk kerja sama antara otoritas lokal, regional dan nasional

Directive ini mengharuskan setiap negara-negara anggota untuk mengadopsi rencana

aksi nasional. Rencana aksi energi terbarukan nasional harus menetapkan target nasional

negara-negara nggota untuk pembagian energi dari sumber terbarukan yang dikonsumsi

dalam transportasi, listrik dan pemanasan maupun pendinginan pada tahun 2020. Ini semua

mengikuti dokumen yang sudah ditetapkan oleh keputusan Komisi Eropa 2009/548/EC

berdasarkan dokumen C(2009)5147. Melalui dokumen yang terperinci terkait rencana aksi

energi terbarukan nasional adalah kunci promosi energi terbarukan. Dalam Pasal 192 (2)

tentang energi yang tercantum dalam Perjanjian tentang Fungsi Uni Eropa (TFEU)

menetapkan bahwa:

European measures shall not affect a Member State's right to determine the conditions for exploiting its

energy resources, its choice between different energy sources and the general structure of its energy

supply.

Tindakan Eropa tidak akan mempengaruhi hak negara anggota untuk menentukan kondisi untuk

mengeksploitasi sumber energinya, pilihannya antar berbagai sumber energi dan suplai energinya.

Uni Eropa tidak akan mempengaruhi hak-hak negara anggota untuk menentukan

kondisi dalam memanfaatkan sumber energi, pilihan antara sumber energi yang berbeda dan

struktur umum dari pasokan energi. Sebagai salah satu negara anggota Uni Eropa,

Pemerintah Jerman mengadopsi kebijakan tersebut melalui rencana aksi nasional yang

diterapkan dalam transisi energi yang dikenal energiewende.

Energiewende atau transisi energi adalah proyek terpenting bagi Jeman untuk

mengubah pengadaan energi di Jerman menjadi terutama dengan memanfaatkan energi

terbarukan dan memakai energi seefisien mungkin, sehingga dengan demikian Jerman

memberikan sumbangan yang penting dalam upaya untuk melindungi iklim. Energiewende

atau transisi energi sebuah jawaban bagi Jerman tentang bagaimana Jerman dapat

merancang pengadaan energi yang aman, terjangkau dan berkelanjutan. Ogranisasi ini

merupakan kesempatan yang luar biasa bagi Jerman sebagai negara yang kondusif untuk

perkembangan industri, untuk membuka sektor bisnis yang baru, membuka lapangan kerja

baru dan untuk pertumbuhan ekonomi. Seiring dengan itu dengan reorganiasi ini, Jerman

akan mengurangi ketergantungan dari minyak dan gas bumi dari luar negeri. Pengembangan

energi terbarukan akan terus berlanjut dan Jerman harus memastikan tujuan Jerman untuk

membangun sistem energi yang paling efisien, berkelanjutan dan hemat energi di dunia. Hal

ini akan menentukan seperti apa transisi energi ke energi terbarukan yang tinggi dan

menjadi contoh dalam transisi energi global.

Rencana aksi nasional berdasarkan Directive 2009/28/EC menyatakan bahwa

pengembangan energi terbarukan di Jerman akan terus dipromosikan secara paksa. Dalam

rencana aksi nasional tersebut, Pemerintah Jerman memperkirakan bagian dari energi

terbarukan dalam konsumsi energi final bruto menjadi 19,6% pada tahun 2020, energi

terbarukan dari sektor listrik 38,6%, sektor pemanasan/pendinginan 15,5% sedangkan

sektor transportasi 13,2%. (EREC, 2011: 51). Dalam harapan pengembangan energi

terbarukan pada tahun 2020, Pemerintah Jerman mengharapkan dapat mencapai target

nasional. Harus ditekankan bahwa nilai energi terbarukan 19,6% pada tahun 2020 adalah

pengembangan yang saat ini diharapkan, bukan target nasional Pemerintah Jerman.

Sebelumnya, Pemerintah Jerman telah menetapkan langkah-langkah maupun instrumen

yang diperlukan untuk mencapai target nasional energi terbarukan sebesar 18% pada tahun

2020. Itulah sebabnya di masa lalu Jerman tertarik untuk memiliki target energi terbarukan

yang ambisius dalam undang-undang RED yang juga merupakan kewajiban untuk semua

negara-negara anggota Uni Eropa. Setiap negara-negara anggota Uni Eropa harus memiliki

target sendiri yang diidentifikasi dan ditetapkan oleh Uni Eropa. Sebagai pendukung

pembayaran energi terbarukan atau feed-in tariff, Jerman memiliki kepentingan dalam

implementasi kebijakan energi terbarukan Uni Eropa. Berdasarkan hasil wawancara yang

dilakukan penulis bersama Dr Andreas Kleine sebagai Wakil Kepala Departemen Penelitian

dan Startegi Energi Jerman mengatakan bahwa lembag-lembaga yang ada di Uni Eropa

adalah otoritas yang paling relevan dan penting untuk membangun Uni Eropa. Setiap

negara-negara yang bergabung menjadi anggota Uni Eropa memiliki kesempatan untuk

membawa pandangan yang berbeda terkait kebijakan yang ditetapkan Uni Eropa karena

tercapainya kebijakan Uni Eropa akan terlihat melalui implementasi yang dilakukan oleh

negara-negara anggota. Dalam membuat kebijakan, Uni Eropa yang akan menjadi undang-

undang maka diperlukan kompromi untuk mencerminkan semua kepentingan Uni Eropa

dan negara-negara anggota. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis bersama

Dr Andreas Kleine menjelaskan bahwa Jerman mengadopsi kebijakan energi terbarukan

yang bersifat directive karena ada kepentingan yang Jerman ingin capai. Dalam konteks

kebijakan ini, Jerman memiliki kepentingan yaitu: pengurangan emisi gas rumah kaca,

pemanfaatan energi alternatif terbarukan, penyimpanan cadangan persediaan energi Jerman

dan peluang pengembangan ekonomi Jerman .

5.1.1 Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca

Perlindungan iklim yang dilakukan melalui pengurangan emisi gas rumah kaca

menjadi salah satu agenda pembahasan penting bagi Pemerintah Jerman, yang mana

dalam hal ini Pemerintah Jerman berusaha untuk membatasi perubahan iklim yang

terjadi di Jerman. Terjadinya peningkatan gas rumah kaca yang sampai di atmosfer

harus dibatasi dalam jumlah tertentu karena sudah 65% dari jumlah ini berada di

atmosfer, sehingga dibutuhkan upaya global maupun upaya nasional untuk

mengurangi emisi gas rumah kaca. Akibat dari gas karbon dioksida yang terjadi para

perubahan iklim yang juga disebabkan adanya pembakaran bahan bakar fosil, maka

diperlukan tindakan bagi para negara-negara untuk mengurangi ketergantungan gas

karbon dioksida. Hal ini juga terjadi di Jerman yang mana sepertiga gas rumah kaca di

Jerman diemisikan oleh pembangkit listrik. Pengalihan pada penggunaan sumber

energi yang netral seperti energi terbarukan merupakan elemen penting dari

perlindungan iklim.

Jerman telah berkomitmen untuk mengurangi emisi karbondioksida setidaknya

40% pada tahun 2030 sambil memodernisasi ekonomi Uni Eropa dan menciptakan

lapangan kerja dan pertumbuhan untuk semua warga negara Jerman. Jerman

memainkan peranan penting dalam memperantai kesepakatan Uni Eropa dalam

mengurangi emisi gas rumah kaca melalui penyebaran energi terbarukan. Adanya

ketergantungan perusahaan-perusahaan Jerman terhadap perdagangan emisi memberi

dampak buruk pada perubahan iklim. Pada tahun 2020 Jerman hendak

mengintensikan kampanye untuk mengurangi emisi gas rumah kaca minimal 40% dan

akan melakukan energi terbarukan melalui transisi energi yang telah ditetapkan oleh

Uni Eropa. Target reduksi yang ditetapkan Pemerintah Jerman sejalan dengan

kebijakan perlindungan iklim Eropa dan energi terbarukan Uni Eropa. Para kepala

negara dan kepala Pemerintah dari masing-masing negara Uni Eropa secara bersama

telah memutuskan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan akan menggunakan

energi terbarukan sebanyak 20% sampai 2020, dan pada tahun 2030 minimal

sebanyak 40% (Annika Hedberg, 2017: 3). Dengan masing-masing target

perlindungan iklim dan energi terbarukan, negara-negara Uni Eropa akan membatasi

kenaikan pemanasan global selama abad ini maksimal sebanyak 2 derajat. Pada tabel

berikut ini perbandingan target iklim dan pencapaian Uni Eropa dan Jerman (Tabel

5.1)

Tabel 5.1

Target iklim dan ketercapaian Jerman

Sumber : Hasil wawancara di Kedutaan Besar Federal Jerman

Saran perlindungan iklim terpenting dari negara-negara anggota Uni Eropa

adalah perdagangan emisi, hal ini mewajibkan negara-negara anggota untuk

menentukan satu batas maksimal yang baru dari emisi polusi. Ini wajib untuk

dilakukan oleh negara-negara anggota karena ini sebagai salah satu strategi

mengurangi emisi gas rumah kaca yang disebabkan dari emisi CO2 dari industri

energi dan industri. Pemerintah Jerman menetapkan bahwa untuk setiap ton emisi gas

rumah kaca yang dihasilkan perusahaan-perusahaan harus mempunyai sertifikat

dalam jumlah yang tidak sesuai, jika tidak memiliki sertifikat maka perusahaan dapat

membeli sertifikat emisi untuk menambah atau menanam modal di teknologi yang

ramah iklim sehingga emisi CO2 dapat terhindari. Supaya Jerman dapat mencapai

target reduksi nasionalnya, maka Pemerintah Jerman telah memberlakukan adanya

Renewable Energy melalui Energiewende (Transisi Energi), Aktionprogram

Klimaschutz 2020 (Program Kegiatan Perlindungan Iklim 2020) dan Klimaschutzplan

2050 ( Rencana Perlindungan Iklim 2050). Program-program kegiatan ini akan

mencakup berbagai tindakan untuk meningkatkan efisensi energi terbarukan, industri

dan pertanian yang lebih ramah lingkungan.

5.1.2 Pemanfaatan Energi Alternatif Terbarukan

Pengembangan energi baru terbarukan di samping efisiensi energi merupakan

pilar terpenting dari transisi energi. Energi angin, tenaga surya, energi panas bumi

dan biomassa merupakan sumber energi dalam negeri yang ramah iklim. Ini

membuat Jerman lebih mandiri dari bahan bakar fosil dan memberikan sumbangan

yang penting untuk melindungi iklim. Jerman telah mengalami kemajuan dalam

pemanfaatan energi terbarukan, yang paling maju adalah pemanfaatan energi

terbarukan dalam sektor listrik. Dalam pemanfaatan energi listrik, Jerman

menggunakan energi dari angin, tenaga surya, energi panas bumi dan biomassa.

Sejak 2014, energi terbarukan merupakan sumber energi terpenting bagi energi

Jerman. Dalam penjelasaannya, Dr Andreas Kleine mengatakan bahwa energi

terbarukan memasok sepertiga bagian dari konsumsi di Jerman. Bila dibandingkan

sepuluh tahun sebelumnya hanya mencapai sembilan persen. Keberhasilan Jerman

ini didorong adanya pemberian tunjangan atau bantuan yang terfokus oleh

Pemerintah Jerman. Sebelum mengadopsi kebijakan energi terbarukan Uni Eropa,

Pemerintah Jerman pada tahun 1991 telah mengeluarkan “stromeinspeiungsgestz”

yaitu undang-undang yang mengatur pemasokan listrik yang dihasilkan dari energi

terbarukan ke jaringan listrik umum. Ini mengharuskan semua perusahaan pengada

energi harus membeli energi listrik yang dihasilkan dengan energi terbarukan dam

membayar kompenasasi energi. Perlu diketahui bahwa Jerman berada di pusat pasar

energi Eropa dan sangat terikat dengan pasar energi listrik. Adanya undang-undang

yang dikeluarkan Pemerintah Jerman ternyata tidak berjalan begitu efektif.

Penyebabnya energi nuklir masih hal yang mendominasi dalam pemenuhan energi

listrik Jerman. Jerman semakin menyadari bahwa integrasi regional diperlukan untuk

keamanan pasokan dan fleksibilitas yang lebih tinggi. Ini semua dapat tercapai bila

Jerman ingin mencapai bagian yang lebih tinggi dari energi baru terbarukan. Cara

yang baik untuk mengurangi ketergantungan pada impor energi adalah dengan

mengkonsumsi lebih sedikit energi dan beralih pada energi terbarukan.

Dalam pengembangan energi terbarukan, tantangan bagi Jerman adalah

merancang pengembangan tenaga angin, matahari, tenaga air, biomassa dan panas

bumi sehingga harganya tetap terjangkau dan pengadaanya terjamin. Oleh karena

itu Pemerintah Jerman telah menyusun kembali tunjangan untuk energi terbarukan

untuk bidang listrik. Pengembangannya dititikberatkan pada teknologi angin ,

matahari, tenaga air, biomassa dan panas bumi lebih murah. Koridor pengembangan

tahunan untuk masing-masing teknologi membuat perencanaan dan

pengembangannya lebih terjamin. Operator dari instalasi energi baru terbarukan

harus menjual listriknya tahap demi tahap di pasar. Dengan demikian mereka

memikul tanggung jawab yang lebih besar untuk sistem pengadaan energi.

Sejak diberlakukannya energi terbarukan melalui transisi energi penanaman

modal per tahun meningkat secara kontinu terutama di taman tenaga angin yang baru

dan instalasi konversi fotovoltaik dan juga pembangkit listrik tenaga kayu dan

biogas. Minat yang besar mengakibatkan terbentuknya satu sektor ekonomi yang

baru dengan hanya di Jerman mencakup 330.000 tempat kerja. Ini juga merangsang

produksi masal yang efisien dari instalasi energi baru terbarukan yang

mengakibatkan harga instalasi turun nyata diseluruh dunia. Misalnya pada tahun

2014 satu modal tenaga surya harganya 75% lebih renca daripada harga lima tahun

sebelumnya. Pada tahun 2000an di Jerman untuk satu kilowatt jam listrik yang

dihasilkan dengan tenaga surya diberi kompensasi kira-kira 50 Eurocent, kini antara

7-12 Eurocent. Tenaga surya di negara ini telah menjadi sumber energi yang penting

dan instalasi konversi fotovolkatik kini menghasilkan lebih dari 20% dari listrik

yang dihasilkan dari energi terbarukan. Sumber energi terpenting dari energi

terbarukan pada waktu ini adalah tenaga angin. Listrik dari instalasi tenaga angin di

daratan harganya rata-rata antara 4,7 Eurocent dan 8,4 Eurocent per killowattjam.

Perkembangan penggunaan energi terbarukan dalam sektor listrik dari tahun 1990 –

2014 mengalami peningkatan.

5.1.3 Penyimpanan Cadangan Persediaan Energi Jerman

Pada tahun 2050 Jerman menginginkan bahwa sebanyak 80% hingga 90% energi

listrik harus dihasilkan oleh energi terbarukan terutama dari energi angin, tenaga

surya, energi panas bumi dan biomassa. Jika tiba-tiba matahari tidak bersinar dan

angin tidak menghembus maka dibutuhkan sistem energi listrik yang dapat

menyesuaikan diri secara cepat dan fleksibel pada keadaan tertentu, sehingga satu

kemungkinan yang dapat dilakukan adalah penyimpanan energi. Ada banyak solusi

yang dilakukan untuk penyimpanan energi yaitu penyimpanan jangka pendek seperti

baterai, kapasitor atau flywheel storage yang dalam satu hari mampu untuk menerima

dan memasok listrik beberapa kali, akan tetapi kapasitasnya terbatas. Flywheel energy

storage juga mampu menyimpan listrik yang lebih dari jaringan dalam waktu singkat,

yang mana disimpan secara mekanis. Untuk menyimpan listrik jangka waktu yang

lama, Pemerintah Jerman secara khusus memanfaatkan pumped storage power plant

yaitu teknologi yang terbukti andal untuk menyimpan energi. Ini semua dilakukan

untuk menghindari terjadinya kekurangan, misalnya Jerman telah menyediakan

beberapa pembangkit listrik tambahan dalam jumlah yang tetap sebagai cadangan.

Dengan demikian Jerman memiliki kapasitas terbesar di Uni Eropa, tetapi

pengembangannya masih terbatas. Oleh sebab itu ada kerjasama yang intensif dengan

negara-negara yang mempunyai kapasitas penyimpanan yang besar terutama Austria,

Swiss dan Norwegia.

Satu alternatif lainnya yang dilakukan pemerintah Jerman untuk menyimpan

energi dalam jangka waktu yang lama adalah Compressed Air Energy Storage. Dalam

hal ini energi yang mendorong udara ke tempat penyimpanan di bawah tanah,

misalnya di goa dari salt stock. Jika dibutuhkan, udara bertekanan menjalankan

generator yang menghasilkan listrik. Selain itu, konsep baru untuk menyimpan energi

jangka waktu yang panjang adalah Power-to-Gas, yang mana listrik dari energi

terbarukan melalui elektrolis diubah menjadi hidrogen atau gas bumi sintetik.

Kelebihannya adalah hidrogen atau gas dapat disimpan, dapat langsung digunakan

atau disalurkan ke jaringan gas bumi, juga transpornya mudah dan penggunaannya

fleksibel. Penyimpanan energi jangka panjang tentu akan releval terhadap kesuksesan

energi terbarukan Jerman. Penyimpanan energi listrik ternyata mengalami kendala,

listrik yang disimpan dalam sistem penyimpanan akan dikenakan beberapa pungutan

dan pajak yang dibebankan pada konsumsi listrik. Perwakilan industri dan politisi

mendiskusikan soluasi untuk mengatasi hambatan ini untuk sistem penyimpanan

energi di Jerman. Namun pada tahun 2013 Jerman memutuskan

“Bundesbedarfsplangesetz” yaitu undang-undang tentang rencana kebutuhan yang

akan mengatur pengembangan penyimpanan cadangan energi Jerman khususnya

energi listrik. Sistem penyimpanan cadangan energi dapat dimanfaatkan untuk

pengembangan sumber energi terbarukan.

5.1.4 Peluang Pengembangan Ekonomi Jerman

Pemerintah Jerman mengadopsi kebijakan energi terbarukan Uni Eropa untuk

mengembangkan ekonomi Jerman. Bagi Pemerintah Jerman adanya kebijakan energi

terbarukan Uni Eropa memberikan beberapa dampak positif yaitu mendorong inovasi,

mengurangi biaya ongkos dan meningkatkan pertambahan nilai. Pengembangan

energi terbarukan akan mampu mengurangi ketergantungan impor energi sehingga

akan memungkinkan penanaman modal yang menguntungkan, ini akan menjadi

peluang bagi Jerman untuk mengembangkan ekonomi Jerman. Pemerintah Jerman

menyadari bahwa transisi energi menuju energi terbarukan menjamin bahwa energi di

masa depan tetap terjangkau dengan dasar bahwa pengembangan energi terbarukan

dan efisensi energi tetap dilakukan melalui pengurangan ketergantungan dari energi

yang diimpor serta meningkatkan keamanan pengadaan. Pada pembangunan energi

terbarukan atau renovasi gedung-gedung sebagian besar dari omset tetap berada di

bawah kendali Pemerintah Jerman, dalam artiaan Pemerintah Jerman tidak perlu

mengimpor energi. Dalam pembangunan energi terbarukan juga dapat dilakukan

dengan sendirinya seperti pemasangan atau perawatan dilakukan oleh perusahaan-

perusahaan setempat. Adanya pembangunan energi terbarukan dan investasi ke

efisensi energi terancang secara perlahan akan mencipatkan lapangan kerja di sektor

energi dan meningkatkan investasi besar di instalasi energi terbarukan. Pada tahun

2000 jumlah investasi energi terbarukan di Jerman hanya 4,6 milliar euro, namun

pada tahun 2015 meningkat menjadi 15 milliar euro.

Pemerintah Jerman menekankan bahwa energi terbarukan bukan sesuatu yang

sulit untuk didapatkan dan bukan barang mewah. Ketersediaan sumber daya alam

pada negara-negara menjadi peluang untuk mengubahnya menjadi energi terbarukan.

Memang benar bahwa proyek energi juga mengakibatkan biaya untuk memulainya,

milyaran yang harus ditanamkan untuk membangun prasarana energi yang baru dan

untuk implementasi kegiatan efisiensi energi. Pemerintah Jerman menyadari bahwa

secara lambat laun ini akan mendukung pembangunan atau pengembangan energi

yang berkelanjutan dan ekonomi yang meningkat. Hal ini karena energi terbarukan

mendorong inovasi yang meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kemakmuran dan

jumlah tempat kerja di sektor energi terbarukan. Sejak diberlakukannya energi

terbarukan melalui transisi energi penanaman modal per tahun meningkat secara

kontinu terutama di taman tenaga angin yang baru dan instalasi konversi fotovoltaik

dan juga pembangkit listrik tenaga kayu dan biogas. Minat yang besar mengakibatkan

terbentuknya satu sektor ekonomi yang baru dengan hanya di Jerman mencakup

330.000 tempat kerja. Tercatat bahwa pada tahun 2015 ada 330.000 tempat kerja yang

disediakan dalam sektor energi terbarukan, yang mana di antaranya 142.900 tenaga

angin, 113.200 biomasaa, 42.200 tenaga surya, 17.300 panas bumi, 6.700 riset. Harga

dari energi terbarukan seperti tenaga angin dan surya selama beberapa tahun di

seluruh dunia sangat menurun penyebabnya karena investasi, pengembangan serta

penunjangan energi terbarukan. Biaya investasi yang menurun dan biaya operasional

yang memang rendah memberi peluang di beberapa kawasan dunia untuk mampu

bersaing tanpa membutuhkan subsidi. Energi terbarukan dapat sangat membantu

negara-negara berkembang dan negara-negara industri untuk menutup kebutuhan akan

energi yang terus bertambah dan tanpa menambah emisi gas rumah kaca atau dampak

lingkungan yang merugikan lingkungan. Pada masa yang akan datang diperkirakan

bahwa Jerman akan menjadi negara yang terdepan yang bergerak dalam industri

energi terbarukan. Hal ini bisa menjadi peluang yang besar bagi Jerman untuk

menguasai pasar energi pada ranah Eropa maupun internasional.

5.2 Impementasi Kebijakan Uni Eropa dalam Program Energiewende Jerman

Dalam pandangan liberalisme institusional membangun asumsi bahwa negara perlu

mengembangkan strategi-strategi dalam mendukung aturan kebijakan yang telah dikeluarkan

oleh institusi tersebut. Institusi diperlukan untuk mengatur kekuatan ketergantungan negara-

negara anggota. Dalam institusi akan disediakan aturan yang menjadi acuan bagi negara-

negara dalam mencapai target yang sudah ditentukan. Negara-negara anggota Uni Eropa

bekerja begitu intensifnya dalam mencapai target energi terbarukan sehingga mereka

memiliki beberapa fungsi Pemerintahan, sebagai contoh adalah kebijakan transisi energi

Jerman; Pemerintah Jerman telah menetapkan aturan kebijakan untuk penggunaan energi

melalui transisi energi atau energiewende. Jerman telah mengambil langkah besar dalam

meningkatkan efisiensi energinya dan memperkenalkannya melalui program energiewende.

Energiewende dapat dilihat sebagai serangkaian undang-undang Federal Jerman yang

berfokus untuk mengubah sistem energi menjadi energi terbarukan. Dalam menerapkan

aturan energi terbarukan Uni Eropa, Jerman akan menunjukan bahwa Jerman mampu

mewujudkan target energi terbarukan yang telah ditetapkan Uni Eropa yaitu sebesar 20% dari

sumber energi terbarukan.

Dalam pembentukannya, institusi memiliki tiga aspek yaitu persatuan artinya sikap

saling mengerti perilaku masing-masing negara anggota, ketegasaan bahwa institusi harus

memiliki bantuk peraturan yang dapat mencapai tujuan bersama, otonomi bahwa institusi

memiliki wewenang mengubah aturan yang telah disepakati bersama-sama. Peranan institusi

tentu dapat meningkatkan kemampuan Pemerintah dalam memonitor kekuatan lain dan

mengimplementasikan komitmen sendiri. Oleh karena itu, kemampuan membuat komitmen

yang dapat dipercaya berada di urutan pertama. Liberalisme institusional percaya bahwa

negara sebagai aktor utama dalam pengambilan keputusan tanpa mengabaikan peran institusi

tentu dapat mencapai kepentingan bersama-sama.

Jerman memiliki sejarah yang panjang dalam pengembangan kebijakan energi

terbarukan. Dalam upaya mewujudkan implementasi kebijakan energi terbarukan Uni Eropa,

Pemerintah Jerman telah mengadopsi ke dalam rencana aksi nasional melalui program

transisi energi (energiewende). Ini mendorong Pemerintah Jerman untuk melakukan aksi

nyata dalam penyebaran energi terbarukan. Bagi Pemerintah Jerman, energiewende adalah

proses yang berkelanjutan yang akan terus melakukan upaya-upaya maupun strategi untuk

mencapai target yang telah ditentukan. Dalam beberapa tahun terakhir “energiewende”

Jerman menjadi komponen penting dalam transisi energi dari bahan bakar fosil dan energi

nuklir menuju energi terbarukan. Transisi energi (energiewende) Jerman telah menjadi

pelopor untuk solusi energi yang bersih dan ramah lingkungan.

Saat ini solusi energi buatan Jerman dapat ditemukan di beberapa negara-negara yang

tentu memberikan dampak postif terhadap pertumbuhan ekonomi karena penggunaan energi

terbarukan. Selain itu, transisi energi memberikan dorongan inovasi, pertumbuhan lapangan

kerja dan mengurangi ketergantungan pada impor bahan bakar fosil. Pemerintah Jerman telah

melakukan upaya maupun startegi dalam penyebaran dan pengembangan sistem energi

terbarukan Uni Eropa secara mendalam. Dalam upaya mewujudkan pengembangan energi

terbarukan, Pemerintah Jerman akan memberikan bantuan melalui peminjaman uang dengan

pembayaran bunga yang sangat rendah bagi perusahaan-perusahaan yang membutuhkan

bantuan dana dalam pengembangan energi terbarukan. Pemerintah Jerman telah mendukung

ekspansi energi terbarukan telah melakukan upaya pengembangan teknis dalam beberapa

tahun terakhir. Dalam beberapa tahun terakhir Pemerintah Jerman telah melakukan

penyebaran energi terbarukan yang dilakukan dalam program energiewende. Pelaksanaan

program energiewende bukan suatu proses yang mudah, apalagi banyak pihak-pihak yang

tetap menginginkan proyek-proyek berbahan bakar fosil. Namun, Pemerintah Jerman tetap

konsisten untuk mengajak semua pihak berdiskusi, menyamakan persepsi dan pengetahuan

terkait mengembangkan energi terbarukan. Dalam mewujudkan implementasi kebijakan

energi terbarukan Uni Eropa, Pemerintah Jerman telah melakukan adopsi kebijakan melalui

program energiewende. Berikut ini adalah program energiewende yang telah dilakukan oleh

Pemerintah Jerman;

5.2.1 Wind Energy

Perluasan energi terbarukan semakin banyak dibahas dalam hal konsumsi sumber

daya yang dimiliki secara khusus terkait konsumsi dan ketersediaan jangkah panjang

dalam pengembangan energi terbarukan. Jerman adalah salah satu negara yang telah

melakukan pengembangan energi terbaarukan dengan memanfaatkan sumber daya

angin sebagai energi terbarukan. Pemerintah Jerman menyadari bahwa energi angin

telah memasok bagian terbesar dalam pengembangan energi terbarukan, ini terbukti

melalui peningkatan cepat dalam kinerja teknologi energi terbarukan. Saat ini Jerman

adalah pusat bagi salah satu pasar energi angin paling maju di abad ke-21, yang mana

dalam beberapa tahun terakhir saja terjadi lonjakan dalam pembiayaan dan

penyebaran teknologi energi terbarukan.

Tindakan Jerman dalam pengembangan tenaga angin berhasil membuat Jerman

menempati pasar terbesar ketiga untuk energi angin setelah China dan Amerika

Serikat. Dalam Uni Eropa, industri energi angin dan pasar energi juga berhasil

membuat Jerman mempertahankan keunggulan kompetitif dalam pengembangan

energi angin. Pemerintah Jerman semakin menyadari bahwa energi tenaga angin

memainkan peranan penting dalam memenuhi dan menjami ketersediaan energi

listrik. perencanaan pengembangan energi terbarukan Jerman secara khusus energi

angin telah lama direncanakan, namun ketergantungan Jerman pada impor minyak

sebagai bahan energi sulit untuk dihilangkan. Sehingga ini menghambat untuk

melaksanakan rencana penggunaan energi tenaga angin. Adanya kebijakan transisi

energi (energiewende) memberi peluang untuk menggunakan energi angin sebagai

energi terbarukan.

Dalam pengembangan penggunaan tenaga angin, Pemerintah Jerman telah

memanfaatkannya sebagai sumber energi turbin angin, yang mana dapat dimanfaatkan

secara langsung menjadi energi listrik. Lebih dari 26.772 turbin angin yang berlokasi

di Jerman pada akhir 2015 telah dipasang. Bila dilihat dari letak pemanfaatanya,

turbin angin dibedakan menjadi onshore wind turbines yaitu turbin angin yang berada

kurang lebih 3 km dari garis pantai, yang pada umumnya instalasi dilakukan di daerah

daratan. Posisi turbin angin akan menentukan kecepatan angin yang dihasilkan.

Sementara, offshore wind turbines yaitu instalasi turbin angin yang dilakukan di laut

(Gambar 5.1).

Selanjutnya, dalam tahap penggunaannya tentu onshore dan offshore memiliki

keuntungan masing-masing. Dari satu sisi, keuntungan pemasangan offshore adalah

kecepatan angin relatif lebih tinggi dan tahanan gesekannya jauh lebih rendah

dibandingkan pemasangan di darat. Akan tetapi, pemasangan dilaut tentu akan

memiliki kekurangan yaitu membutuhkan transmisi yang lebih kompleks

berhubungan dengan jarak dan harus melalui lautan. Dalam proses pengembangan

turbin angin yang akan diinstalasi dalam jumlah yang besar maka perlu di perhatikan

jarak antar turbin, yang mana jarak antar turbin 3-5 kali diameter turbin pada

instalasinya. Pemerintah Jerman terus berfokus pada pengembangan turbin angin

sebagai energi terbarukan yang dapat digunakan dalam sektor energi listrik.

Dalam tahap penggunaannya tentu onshore dan offshore memiliki keuntungan

masing-masing. Dari satu sisi, keuntungan pemasangan offshore adalah kecepatan

angin relatif lebih tinggi dan tahanan gesekannya jauh lebih rendah dibandingkan

pemasangan di darat. Akan tetapi, pemasangan dilaut tentu akan memiliki kekurangan

yaitu membutuhkan transmisi yang lebih kompleks berhubungan dengan jarak dan

harus melalui lautan. Dalam proses pengembangan turbin angin yang akan diinstalasi

dalam jumlah yang besar maka perlu diperhatikan jarak antar turbin, yang mana jarak

antar turbin 3-5 kali diamter turbin pada instalasinya. Pemerintah Jerman terus

berfokus pada pengembangan turbin angin sebagai energi terbarukan yang dapat

digunakan dalam sektor energi listrik.

Gambar 5.1

Onshore Wind Energy dan Offshore Wind Energy

Onshore Wind Turbines

Offshore Wind Turbines

Dalam tahap pengembangan, Pemerintah Jerman telah memanfaatkan turbin

angin untuk membangkitkan energi listrik, karena pemanfaatannya begitu strategis.

Hal ini terbukti nyata bahwa pada saat ini tubin angin telah banyak beroperasi dan ada

yang sedang dalam tahap pembangunan. Turbin angin darat adalah pilar utama dari

transisi energi Jerman ke pembangkit listrik yang rendah karbon. Dalam kawasan Uni

Eropa, Jerman telah memimpin bidang ini dalam memasang kapasitas tenaga angin

darat selama beberapa tahun terakhir. Disisi lain, Pemerintah Jerman juga percaya

bahwa turbin angin lepas pantai (offshore wind turbines) memiliki peranan penting

untuk dikembangkan dalam pasokan energi listrik. Kecepatan angin di laut jauh lebih

tinggi dari daratan dan jauh lebih konstan.

Walaupun turbin angin lepas pantai masih merupakan teknologi yang relatif baru

dan masih dalam tahap pengembangan maupun penyebaran, namun Pemerintah

Jerman telah melakukan percepatan pengembangan turbin angin lepas pantai sebagai

prioritas dalam pengembangan turbin angin. Selain itu Pemerintah Jerman

merencanakan investasi sebesar 75 miliar euro untuk proses pengembangan turbin

angin lepas pantai hingga tahun 2030. Strategi terkait pengembangan turbin angin

lepas pantai terus dilakukan sebab ini menjadi titik awal dari proses inovasi turbin

angin lepas pantai yang merupakan tahapan baru dalam penyebaran energi angin

dalam skala yang besar. Ini dilakukan untuk membangun kapasitas tenaga angin

dalam skala yang besar terutama untuk menghasilkan dan meningkatkan pangsa

energi listrik terbarukan. Secara bertahap, penyebaran turbin angin darat dan turbin

angin lepas pantai mengalami peningkatan dalam skala nasional (Tabel 5.2).

Pada tingkat internasional, turbin angin Jerman didukung oleh target listrik

terbarukan di bawah arahan (directive) Uni Eropa untuk listrik terbarukan. Strategi

turbin angin Jerman menunjukan bahwa realisasi sangat diperlukan untuk mencapai

target perlindungan iklim. Sejak 2011, Pemerintah Jerman telah mengerjakan rencana

baru untuk meningkatkan komersialisasi energi terbarukan dengan fokus khusus pada

offshore wind farms. Pada tahun 2014 sebanyak 1.736 turbin angin darat yang

memiliki kapasitas 4.665 mw berhasil di bangun oleh Pemerintah Jerman, ini adalah

ekspansi bruto tertinggi dalam sejarah Jerman. Sementara itu, turbin angin lepas

pantai pada tahun 2014 berhasil dibangun sebanyak 141 yang memiliki kapasitas 523.

Pengembangan pembangunan turbin angin pantai berlanjut sampai tahun 2015, yang

mana meningkat tiga kali lipat menjadi 423 turbin angin dan pada tahun 2016 hanya

berhasil membangun 392 turbin angin lepas pantai.

Tabel 5.2

Kapasitas Pembangkit Listrik Terpasang Bersih di Jerman

Sumber : https://www.energy-charts.de/power_inst.htm

5.2.2 Solar Power

Jerman adalah salah satu produsen tenaga surya terbesar di dunia, yang mana tenaga

surya Jerman secara eksklusif terdiri dari photovoltaics (PV) dan solar thermal power.

Photovoltaics adalah sistem untuk mentransfer radiasi matahari menjadi energi listrik

melalui sel surya, sedangkan solar thermal power berfungsi untuk mengubah energi

matahari menjadi energi panas. Biasanya ini dimanfaatkan untuk memanaskan air,

penghangat ruangan juga untuk pendingin ruangan. Dalam penggunaan pendinginan

ruangan biasanya digerakan oleh panas matahari. Ini dilakukan untuk mengurangi

permintaan listrik untuk pendingin ruangan. Semakin cerah cahaya matahari yang

dihasilkan maka semakin tinggi pendinginan yang dihasilkan.

Pemerintah Jerman akan terus mendukung upaya dan startegi dalam pembuatan sel

surya. Oleh karena itu, Kementerian Federal untuk Urusan Ekonomi dan Energi

menyediakan dana untuk proyek penelitian. Proyek penelitian ini berfungsi untuk

mempertahankan keunggulan teknologi juga ekspansi berkelanjutan penggunaan tenaga

surya di Jerman. Upaya dalam pengembangan pembuatan tenaga surya melalui

photovoltaics dan solar thermal power dari awal tahun 2000 hingga 2017 mengalami

peningkatan (Tabel 5.3). Pemerintah Jerman memang menyadari bahwa sejak awal tahun

2000, Pemerintah belum memiliki rencana khusus dalam pengembangan tenaga surya.

Namun sejak adanya kerangka kebijakan Uni Eropa terkait perubahan energi menuju

energi bersih dan terbarukan, Pemerintah Jerman mulai sadar untuk menggunakan energi

tenaga surya. Untuk lebih mendorong perkembangan dan merealisasikan potensi ekspansi

secara ekonomis dan efisien, maka perlu untuk meningkatkan peringkat efisiensi demi

mencapai pengurangan biaya yang lebih signifikan. Tentu pendanaan penelitian dapat

memberikan kontribusi penting dalam rangka mendorong peningkatan peringkat efisiensi.

Pada tahun 2014 ada sekitar 1,5 juta sistem fotovaltaics yang dipasang di Jerman, yang

prosesnya dimulai dari sistem atap kecil hingga taman komersial dalam skala menengah.

Hal ini memberi dampak positif dalam pengembangan energi listrik, ini terbukti bahwa

pada tahun 2016 photovoltaics telah menyumbangkan 6,2 - 6,9% pembangkit listrik yang

bersih. Jerman melakukan ini untuk meningkatkan kontribusi energi terbarukan dalam

konsumsi listrik. Pada pengembangan berkelanjutan, Pemerintah Jerman telah menetapkan

target minimum jangkah panjang yaitu 35% pada tahun 2020, 50% pada tahun 2030 dan

80% pada tahun 2050

Tabel 5.3

Energi PV Dihasilkan dan Emisi CO2

Sumber : BMU, BDEW, BMWi, Federal Environmental Agency (UBA) 2018. Graph:

PSE GmbH 2018

Dalam pembangkit listrik tenaga surya radiasi matahari digunakan untuk

menghasilkan energi listrik. Prosesnya melalui cermin yang akan mengkonsentrasikan

sinar matahari pada pengumpul radiasi dan memanaskannya pada media yang menahan

kemudian turbin akan mengubahnya menjadi listrik. Pemerintah Jerman semakin

menyadari bahwa pembangkit listrik tenaga surya adalah cara yang paling efisien untuk

mengubah energi matahari menjadi listrik. Pemerintah Jerman telah membangun sejumlah

pembangkit listrik tenaga surya dan telah dioperasikan secara merata di masing-masing

wilayah. Pada September 2016, pembangkit listrik tenaga surya terbesar di Jerman mulai

beroperasi di salah satu kota Jerman yaitu Senftenberg sebuah kota dengan penduduk

hanya 25.000 jiwa. Kemudian dibangun perusahaan utilitas di kota Stadwerke Seftenberg

seluas 2,2 hektar yang diperkirakan akan menghasilkan empat juta kilowatt panas matahari

pertahun. Ini terdiri dari 1.680 pengumpul tabung yang menghasilkan panas rata-rat 1.700

jam sinar matahari dalam pertahun.

5.2.3 Geothermal Energy

Energi panas bumi adalah cadangan energi yang tidak akan habis untuk digunakan.

Ini adalah sumber energi terbarukan yang dapat digunakan dimana saja, salah satunya di

Jerman. Jerman memiliki potensi yang cukup besar dalam mengelola energi panas bumi

sebab panas bumi yang cukup besar di Jerman mengandung energi yang jauh lebih tinggi

daripada sumber daya energi konvensional. Hingga akhir tahun 2016 ada sekiat 180

instalasi panas bumi yang sedang beroperasi di Jerman yang mana kapasitas terpasang

pembangkit ini berjumlah sekitar 33,6 MWt untuk panas bumi, 720,1 MWt dan produksi

panas bumi masing-masing 1,099,0 GWht. Masing-masing instalasi ini terdiri dari

pemanas yang dikombinasikan dengan rumah kaca. Pada saat itu juga ada 27 pabrik untuk

pemanasan listrik atau pembangkit listrik sedang beroperasi di Jerman dan beberapa

pabrik baru dibangun. Panas bumi yang diproduksi sekitar 180 instalasi dapat digunakan

untuk memanaskan dan mendinginkan gedung perkantoran maupun rumah pribadi.

Mayoritas proyek panas bumi di seluruh dunia terletak pada sistem geologi dengan

transportasi panas yang mendominasi. Berkenaan dengan pembangkit listrik tenaga panas

bumi, wilayah Jerman menampilkan formasi geologi dengan lapisan yang mengandung air

panas. Ini terutama ditemukan di Lembah Rhine Atas dan Dataran Rendah Utara, serta di

Cekungan Molasse di Jerman Selatan. Jerman dengan sisitem pengangkutan panas bumi

yang didiominasi konduksi tidak memiliki resevoir uap alami yang dapat digunakan untuk

penggerak turbin secara langsung sehingga pembangkit listrik panas bumi didasarkan pada

penggunaan sistem biner yang menggunakan fluida dan siklus sekunder. Keberhasilan

penggunaan teknologi panas bumi , meningkatkan produksi reservoir akan mengubah

situasi Jerman. Energi panas bumi memainkan peranan penting dalam pasar listrik Jerman.

Meskipun pengembangan listrik panas bumi di Jerman berjalan lambat, namun Pemerintah

Jerman sedang membangun pabrik-pabrik di Dürrnhaar, Insheim, Kirchstockach dan

Sauerlach serta beberapa pembangkit listrik panas bumi sedang dibangun yang tujuannya

akan mengarah pada peningkatan lebih lanjut pembangkit listrik panas bumi di tahun-

tahun mendatang. Dalam energi panas bumi yang dekat permukaan, panas bumi dari tanah

akan diekstraksi untuk suplai dari kedalaman hingga 400 meter dengan menggunakan

pompa, sementara energi panas bumi dalam (<400 meter) digunkan untuk pemanas dan

pembangkit listrik. Sistem pompa panas untuk memanaskan dan mendinginakn rumah

maupun gedung-gedung perkantoran tersebar luas di Jerman. Panas pompa menggunakan

panas di dalam permukaan bawah tanah sebagai sumber panas terbarukan.

Jerman telah menetapkan target perlindungan iklim yang ambisius dan memutuskan

untuk menghapus energi nuklir pada tahun 2022. Pemerintah Jerman bertujuan untuk

pasokan energi yang sebagian besar didasarkan pada energi terbarukan yang memenuhi

80% dari permintaan listrik dan 60% dari konsumsi energi pada akhir 2050. Pemerintah

Jerman terus mendukung pengembangan energi terbarukan, dalam hal ini Pemerintah

Jerman telah menyisihkan dana sebesar 1,3 dan 1,1 miliar Euro untuk pendanaan

penelitian dan pengembangan energi panas bumi. Pada tahun 2012, Kementerian Federal

untuk Lingkungan, Konvervasi Alam dan Keselamatan Nuklir memberikan dana untuk 29

proyek sebesar 20,6 juta Euro.

5.2.4 Bionergy

Transformasi sistem energi dan khususnya sistem energi listrik menjadi sistem

berbasis terbarukan yang membutuhkan perubahan sistematis dari komponen sistem yang

berbeda. Rencana penghentian secara progresif untuk pembangkit listrik berbasis fosil dan

nuklir menyiratkan bahwa pembangkit listrik berbasis energi terbarukan perlu mengambil

peranan. Bioenergi diyakini dapat menyediakan layanan penyeimbangan yang perlu untuk

dikembangkan dalam menjamin stabilitas sistem dan pasokan keamanan secara bersamaan

terkait permintaan listrik. Bioenergi adalah energi terbarukan yang dihasilkan dari sumber

biologis yang dikenal biomassa. Bioenergi telah menjadi salah satu pilar awal dari

energiewende di Jerman. Dalam pencapaian tujuan energi terbarukan dalam kebijakan Uni

Eropa, Jerman menekankan beberapa hal terkait pengurangan 40% emisi gas rumah kaca,

energi terbarukan harus memberikan 27% dari total pasokan energi terbarukan dan di

sektor listrik harus meningkat setidaknya 45%. Semua ini ditargetkan hingga tahun 2030.

Transisi energi menjadi tantangan bagi Pemerintah Jerman, dalam menghadapi tantangan

dalam penyebaran energi terbarukan Pemerintah Jerman telah menetapkan bahwa pada

tahun 2050 Jerman akan;

a. Mengurangi emisi gas rumah kaca setidaknya 80 hingga 95%

b. Menghasilkan 60% dari konsumsi akhir energi terbarukan

c. Menghasilkan 80% dari konsumsi listrik oleh sumber energi terbarukan serta

d. Mengurangi 40% dalam konsumsi energi di sektor transportasi

Bioenergi memiliki tempat penting dalam bidang bioekonomi. Sebelumnya, Komisi

Eropa mendefinisikan bahwa bioekonomi sebagai salah satu sektor paling inovatif di

daerah pedesaan dan bioenergi telah mewakili pendapatan baru untuk daerah pedesaan.

Harus diketahui bahwa bioenergi dalam biomassa dapat berasal dari gandum, tebu dan

jagung, yang dapat diolah menjadi energi terbarukan. Hal ini menyebabkan para petani

gandum, tebu dan jagung untuk meningkatkan hasil produksinya, yang dapat digunakan

sebagai sumber energi terbarukan biomassa. Bioenergi juga menjadi pilar bioekonomi

yang meningkat secara efisien. Pada akhir tahun 2016 bioenergi membentuk sumber

energi terbarukan yang paling penting di Eropa dan Jerman dengan porsi masing-masing

lebih dari 60% dan lebih dari 70% dari total energi terbarukan. Pada tahun 2016, 8,8% dari

konsumsi energi final Jerman di sektor panas, listrik dan transportasi dicakup oleh sumber

daya bioenergi.

Jerman telah menerapkan kebijakan aktif untuk transisi sistem energi ke arah

penggunaan sumber energi terbarukan yang lebih besar yang menyebabkan terjadinya

peningkatan kuat dalam jumlah bioenergi yang digunakan untuk listrik, panas dan bahan

bakar transportasi. Pada saat yang sama penelitian bioenergi didukung oleh beberapa

program penelitian di tingkat nasional yang disediakan oleh; Kementerian Riset dan

Pendidikan Federal Jerman (BMBF), Kementerian Urusan Ekonomi dan Energi (BMWi)

dan Kementerian Pangan dan Pertanian (BMEL) yang mendukung penelitian bioenergi.

Melalui ini Pemerintah akan memberikan pendanaan di bidang bioenergi di Jerman.

Jerman memiliki strategi penelitian bioenergi yang kompleks melalui penyebaran energi di

negara-negara bagian. Jerman memiliki bagian penting dari energi terbarukan yang

didistribusikan melalui berbagai bentuk energi terbarukan yaitu wind power, solar power,

geothermal energi, bioenergy.

Pada dasarnya seperangkat aturan yang ditetapkan Uni Eropa bertujuan untuk mencapai

kepentingan bersama-sama, ini sesuai dengan target yang telah diputuskan. Dalam

implementasi kebijakan energi terbarukan Uni Eropa, Jerman secara luas dianggap sebagai

model peranan penting untuk jalur transisi energi berdasarkan energi terbarukan. Ini memiliki

pengaruh besar pada pengembangan energi terbarukan Uni Eropa. Untuk menerjemahkan

kebijakan energi terbarukan Uni Eropa, Jerman mengadopsi melalui program energiewende.

Energiewende atau transisi energi adalah proyek terpenting bagi Jerman untuk mengubah

pengadaan energi di Jerman menjadi terutama dengan memanfaatkan energi terbarukan dan

memakai energi seefisein mungkin, sehingga dengan demikian Jerman memberikan

sumbangan yang penting dalam upaya untuk melindungi iklim. Jerman mengadopsi

kebijakan energi terbarukan yang bersifat directive karena ada kepentingan yang Jerman

ingin capai. Dalam konteks kebijakan ini, Jerman memiliki kepentingan yaitu; pengurangan

emisi gas rumah kaca, pemanfaatan energi alternatif terbarukan, penyimpanan cadangan

persediaan energi Jerman dan peluang pengembangan ekonomi Jerman. Pemerintah Jerman

telah mengembangkan energiewende melalui beberapa program yaitu membangun energi

listrik melalui energi angin, tenaga surya, energi panas bumi dan biomassa. Pemerintah

Jerman tetap konsisten untuk mengajak semua pihak berdiskusi, menyamakan persepsi dan

pengetahuan terkait mengembangkan energi terbarukan.