Tor Pendidikan Politik

download Tor Pendidikan Politik

of 6

description

Tor Pendidikan Politik

Transcript of Tor Pendidikan Politik

ANGKATAN MUDA GEREJA PROTESTAN MALUKUPENGURUS BESARJalan Raya Pattimura, Lantai II Baileu Oikumene, Ambon, Kode Pos 97121, email: [email protected]

Term of ReferencePENDIDIKAN POLITIK DAN PEMBERDAYAAN PEMILIK SUARA

I. Latar BelakangDemokrasi berintikan pada kedaulatan rakyat, termasuk dalam haknya untuk menentukan siapa pemimpin serta mengawasi kultur kepemimpinan yang demokratis. Dalam arti dasarnya dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat maka demokrasi menempatkan rakyat sebagai elemen utama dalam penyelenggaraan pemerintahan negara. Oleh sebab itu jika pemerintahan demokratis [democratic government] itu dianalogikan sebagai pemerintahan yang baik dan bersih [good and clean government] maka pemerintahan sedemikian itu adalah pemerintahan yang dipercaya dan didukung oleh rakyat.Dalam kaitan itu, pemilihan umum dan pemilihan umum kepala daerah dimaksudkan supaya rakyat menentukan pilihan secara sadar, bertanggungjawab dan dapat dipertanggungjawabkan dalam bentuk pemberian dukungan penuh. Supaya rakyat tidak salah memilih, pilihan rakyat itu harus didasarkan pada pengenalan konteks demokrasi, analisis wacana demokrasi dalam hal analisis visi-misi calon pemimpin [Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, Presiden dan Wakil Presiden, Raja, Kepala Desa] dan calon wakil rakyat [Anggota DPD RI, DPR RI, DPRD Provinsi, Kabupaten/Kota]. Dari situ, rakyat pun harus dituntun untuk memahami hak-haknya sebagai warga negara dan warga bangsa, termasuk karena itu menuntut pemerintahan yang bersih, bebas dari praktek korupsi, kolusi dan nepotisme, serta pemerintahan yang menjadikan politik dan pemerintahan itu sebagai seni untuk melayani [ide Johannes Leimena].Dalam konteks demokrasi di Indonesia, Provinsi Maluku dan Maluku Utara memiliki tipikal demokrasi yang memerlukan suatu proses pendidikan politik bagi warganya. Maluku dan Maluku Utara selama ini jauh dari perhatian pusat. Penyebutan Indonesia Timur, Daerah Tertinggal lalu menjadi stereotype yang menganalogikan kawasan kepulauan ini sebagai kawasan yang jarang tersentuh kebijakan pembangunan. Stereotype lainnya ialah daerah konflik yang membuat menjelang agenda-agenda politik berlangsung, terjadi parade kekuatan militer, yang dalam hal tertentu justru menjadi alat kooptasi hak dan suara rakyat. Belum lagi hampir sering terjadi kasus-kasus kekerasan, kriminalitas, konflik komunal menjelang agenda-agenda tersebut di mana pelakunya selalu adalah orang tak dikenal [OTK].Stigma-stigma sosial lainnya, seperti separatis RMS, selalu pula dijadikan momok yang membuat seakan-akan masyarakat Maluku pada umumnya harus berhati-hati dalam menentukan pilihan politiknya. Padahal komitmen masyarakat Maluku dengan nasionalisme dan NKRI jauh lebih tua dari NKRI itu sendiri. Hal-hal itu digambarkan untuk memperlihatkan bahwa suara pemilih masih diarahkan untuk kepentingan tertentu dan sering terpolarisasi pada politik aliran yang bermakna sempit dan dapat mengacaukan tata hidup bersama. Gaya kepemimpinan yang cenderung mementingkan kelompok dan tim sukses sudah bukan rahasia lagi dalam praktek demokrasi di Maluku dan Maluku Utara. Rakyat baru akan dibujuk hanya menjelang berlangsungnya agenda-agenda politik dan pemilihan umum. Sebab itu tidak mengherankan bahwa menjelang berlangsungnya agenda-agenda politik itu, gerakan politik Santa Claus dilakukan oleh semua politisi dan pejabat politik.Akibatnya, aspirasi masyarakat pulau-pulau ini nyaris tak tersalurkan, sebab suara mereka hanya diperlukan untuk kepentingan pemilihan umum, dan nasib mereka dijadikan rotan untuk memukul kebijakan pemerintah yang dinilai tidak pro-rakyat, padahal para politisi pun tidak pernah memperjuangkan kebutuhan-kebutuhan dasar mereka. Fakta sederhana saja, bahwa jalan hubung antar-desa dan lingkar pulau di banyak pulau di kepulauan Maluku dan Maluku Utara tidak ada yang berhasil dituntaskan.Faktor lain yang menunjuk pada tipikal demokrasi di Maluku dan Maluku Utara adalah keterikatan kultural dan emosional [sektarian] terhadap seorang pemimpin. Ketika faktor-faktor ini dilibatkan, nalar publik menjadi sangat pragmatik. Orang memilih seseorang hanya oleh pertimbangan-pertimbangan emosional yang kadang mengabaikan aspek kapasitas politik yang bersangkutan. Karena itu ketidakmampuan mereka mengartikulasi kepentingan rakyat disebabkan pula oleh keterpilihan yang terjadi secara pragmatik tadi.Semua ini mendorong PB AMGPM melakukan Pendidikan Politik dan Pemberdayaan Pemilik Suara, terutama para pemilih pemula dan pemilih di pulau-pulau yang jauh dalam rangka meningkatkan kesadaran dan analisis publik supaya mereka dapat berperan membangun kultur politik dan demokrasi yang beradab di Maluku dan Maluku Utara.

II. TujuanPendidikan Politik dan Pemberdayaan Pemilik Suara ini bertujuan untuk:a. Memahami dan mampu menganalisis makna teologis politik dan demokrasib. Memahami dan mampu menganalisis hubungan negara masyarakat pemerintahan yang baik dan bersihc. Memiliki kemampuan penalaran politik dan demokrasid. Memahami dan mampu menganalisis realitas politik lokal di Maluku dan Maluku Utarae. Memahami dan mampu mengadvokasi gerakan sipil di Maluku dan Maluku Utara

III. SasaranDari tujuan tadi, diharapkan agar setelah Pendidikan ini, peserta dapat:a. Menentukan pilihan sesuai nalar dan kesadaran demokratis yang bertanggungjawabb. Mengawal proses-proses demokrasi dan pemilihan umum agar berjalan secara jujur, adil, demokratis, damai, manusiawi dan beradabc. Mengawal pemerintahan negara dan daerah agar berjalan secara demokratis, bersih dan berwibawa serta bebas dari praktek KKNd. Berpartisipasi dalam setiap agenda pembangunan daerah melalui aktifitas di segala bidang

IV. MetodePendidikan Politik dan Pemberdayaan Pemilik Suara dilaksanakan dalam pendekatan pendidikan orang dewasa, melalui beberapa metode sajian, yakni pradaya, ceramah dan sosialisasi, serta studi mandiri.

V. Materi dan FasilitatorA. Materi1. Teologi Proses sebagai Teologi Politik: Refleksi Teologis dalam Konteks Masyarakat Kepulauan di Maluku dan Maluku Utara2. Negara [State]-Masyarakat Warga [Civil Society]-Pemerintahan yang baik [Good Governance]3. Demokrasi Lokal dalam Konteks Maluku dan Maluku Utara4. Ruang Publik dan Nalar Publik5. Mediasi Konflik Berbasis Kultural6. Peran Pemerintah Daerah dalam Mewujudkan Pemerintahan Yang Demokratis di Maluku dan Maluku Utara7. Advokasi dan Gerakan Sosial8. Otonomi Daerah dan Implementasinya dalam Bidang Politik dan Demokrasi Lokal

B. Fasilitator1. PB AMGPM2. Yayasan Bina Dharma Salatiga, Jawa Tengah3. Akademisi Universitas Pattimura, Ambon4. Akademisi Universitas Sultan Khairun, Ternate5. Akademisi Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga6. Pemerintah Provinsi Maluku 7. Pemerintah Provinsi Maluku Utara

VI. Waktu PelaksanaanPendidikan Politik dan Pemberdayaan Pemilik Suara berlangsung secara berseri pada:A. Ambon, 24-26 Maret 2012B. Ternate, 10-12 April 2012

VII. Anggaran [terlampir]

IX. PenutupDemikian ToR ini disusun sebagai kerangka acuan pelaksanaan kegiatan sekaligus pemahaman dasar tentang latar belakang, tujuan dan sasaran yang hendak dicapai. Diharapkan melalui kegiatan ini, seluruh kader AMGPM yang adalah pemilik suara dapat mewujudkan partisipasi politik secara bertanggungjawab sebagai implementasi hak dan kewajibannya sebagai warga negara dan subyek demokrasi Pancasila.

Kamu adalah Garam dan Terang Dunia

Ambon, 15 November 2012

PENGURUS BESAR

Pdt. Elifas Tomix Maspaitella, M.Si Pdt. Max Takaria, M.Si Ketua Umum Sekretaris Umum

JADWAL ACARA (TENTATIF)Seri I - Ambon

Minggu, 24 Maret 201308.00 08.30: Registrasi Peserta 08.30 - 09.00: Pradaya - Kontrak Pelatihan09.00 10.30: Orasi: Teologi Proses sebagai Teologi Politik10.30 11.00:Rehat11.00 13.00:Negara (State) Masyarakat Warga (Civil Society) Good Governance13.00 14.00:Makan Siang 14.00 16.00:Demokrasi Lokal (Pemilihan Kepala Daerah dan Legislatif)16.00 16.30:Rehat 16.30 19.00: Ruang Publik dan Nalar Publik19.00 19.30:Ibadah Malam19.30 -: Makan Malam & Istirahat

Senin, 25 Maret 201308.00 08.30: Pujian & Doa Pagi08.30 10.30: Rekonsiliasi & Resolusi Konflik 10.30 11.00:Rehat11.00 13.00:Rekonsiliasi & Resolusi Konflik (lanjutan)13.00 14.00:Makan Siang 14.00 16.00: Advokasi dan Gerakan Sosial16.00 16.30:Rehat16.30 18.00:Peran Pemerintah Daerah dalam Mewujudkan Good Governance dalam spirit otonomi daerah 18.00 19.00: Otonomi Daerah 19.00 19.30:Ibadah Malam 19.30 - :Makan Malam & Istirahat

Selasa, 26 Maret 201308.00 08.30: Pujian & Doa Pagi08.30 09.30: Rangkuman Evaluasi Kesan & Pesan09.30 10.00:Penutupan10.00 11.00: Istirahat & Rehat/Makan 11.00 :SayonaraJadwal Acara [Tentative]Seri II - TernateRabu, 10 April 201308.00 08.30: Registrasi Peserta 08.30 - 09.00: Pradaya - Kontrak Pelatihan09.00 10.30: Orasi: Teologi Proses sebagai Teologi Politik10.30 11.00:Rehat11.00 13.00:Negara (State) Masyarakat Warga (Civil Society) Good Governance13.00 14.00:Makan Siang 14.00 16.00:Demokrasi Lokal (Pemilihan Kepala Daerah dan Legislatif)16.00 16.30:Rehat 16.30 19.00: Ruang Publik dan Nalar Publik19.00 19.30:Ibadah Malam19.30 -: Makan Malam & Istirahat

Kamis, 11 April 201308.00 08.30: Pujian & Doa Pagi08.30 10.30: Rekonsiliasi & Resolusi Konflik 10.30 11.00:Rehat11.00 13.00:Rekonsiliasi & Resolusi Konflik (lanjutan)13.00 14.00:Makan Siang 14.00 16.00: Advokasi dan Gerakan Sosial16.00 16.30:Rehat16.30 18.00:Peran Pemerintah Daerah dalam Mewujudkan Good Governance dalam spirit otonomi daerah 18.00 19.00: Otonomi Daerah 19.00 19.30:Ibadah Malam 19.30 - :Makan Malam & Istirahat

Jumat, 12 April 201308.00 08.30: Pujian & Doa Pagi08.30 09.30: Rangkuman Evaluasi Kesan & Pesan09.30 10.00:Penutupan10.00 11.00: Istirahat & Rehat/Makan 11.00 :Sayonara