Topik 4 Pengajaran Dalam Keperawatan

10
Pendidikan Kesehatan “Pengajaran dalam Keperawatan” Oleh Kelompok 1 Ricco Arika Sandy 1010322004 Anggie Zaima 0910323049 Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran

Transcript of Topik 4 Pengajaran Dalam Keperawatan

Page 1: Topik 4 Pengajaran Dalam Keperawatan

Pendidikan Kesehatan“Pengajaran dalam Keperawatan”

Oleh Kelompok 1

Ricco Arika Sandy1010322004

Anggie Zaima0910323049

Program Studi Ilmu KeperawatanFakultas Kedokteran

Universitas Andalas

Page 2: Topik 4 Pengajaran Dalam Keperawatan

Pengajaran Dalam Keperawatan

A. Berpikir kritis dalam pendidikan keperawatan

Berpikir kritis adalah proses perkembangan kompleks yang berdasarkan pada pikiran

rasional dan cermat. Menjadi pemikir kritis adalah sebuah denominator umum untuk

pengetahuan yang menjadi contoh dalam pemikiran yang disiplin dan mandiri.

Pengetahuan didapat, dikaji dan diatur melalui berpikir. Keterampilan kognitif yang

digunakan dalam berpikir kualitas-tinggi memerlukan disiplin intelektual, evaluasi-

diri, berpikir ulang, oposisi, tantangan, dan dukungan (Paul, 1993). Berpikir kritis

mentransformasikan cara individu memandang dirinya sendiri, memahami dunia.

dan membuat keputusan (Chafee 1994).

Dimensi krusial dalam berpikir kritis mencakup kesempurnaan berpikir, elemen

pikiran, dan domain pikiran. Ketika berpikir jelas, tepat, akurat. relevan, konsisten,

dan seimbang, suatu koneksi juga berkembang di antara elemen-elemen dan

masalah yang dihadapi.

Beberapa tahun yang lalu keperawatan memutuskan bahwa berpikir kritis dalam

keperawatan penting untuk disosialisasikan. Meskipun ada Literatur yang

menjelaskan tentang berpikir kritis tetapi spesifikasi berpikir kritis dalam

keperawatan sangat terbatas. Tahun 1997 & 1998 penelitian menegaskan secara

lengkap tentang berpikir kritis dalam keperawatan. Kesimpulan dari penelitian

tersebut adalah sebagai berikut :

Berpikir kritis dalam keperawatan merupakan komponen dasar dalam

mempertanggungjawabkan profesi dan kualitas perawatan. Pemikir kritis

keperawatan menunjukkan kebiasaan mereka dalam berpikir, kepercayaan diri,

kreativitas, fleksibiltas, pemeriksaan penyebab (anamnesa), integritas intelektual,

intuisi, pola piker terbuka, pemeliharaan dan refleksi. Pemikir kritis keperawatan

mempraktekkan keterampilan kognitif meliputi analisa, menerapkan standar,

prioritas, penggalian data, rasional tindakan, prediksi, dan sesuai dengan ilmu

pengetahuan.

B. Setting struktur dalam pengajaran

Page 3: Topik 4 Pengajaran Dalam Keperawatan

1. Struktur Pembelajaran

Selama tahun 1970-an dan 1980-an, Madeline Hunter (1982),Barak Rosenshine

(Rasenshine dan Stevens, 1986) dan para peneliti lainya mencoba untuk

mengidentifikasi keefektifan tipe-tipe struktur pembelajaran. Meskipun berbeda-

beda sebutan, mereka menyepakati struktur pembelajaran efektif pada dasarnya

mencakup komponen : (1)pendahuluan pembelajaran, (2) penjelasan dan

klarifikasi isi pembelajaran secara jelas, (3) monitoring terhadap pemahaman

anak, (4) pemberian waktu untuk praktek/berlatih, (5) fase penyimpulan dan

penutupan pembelajaran, (6) pendalaman secara terstruktur maupun mandiri

dan review Herbart dalam Moedjiono , dkk. (1996) mengemukakan lima

langkah induksi dalam pembelajaran. Kelima langkah tersebut adalah berikut

ini.

a. Persiapan meliputi: (a) mengemukakan tujuan pembelajaran secara jelas

kepada peserta didik; (b) memberi pandangan ke depan bahwa apa yang

dialami peserta didik akan membantu pemahaman materi.

b. Penyajian. Pada tahap ini data-data yang berhubungan eratdengan

masalah-masalah yang harus dipecahkan dikemukakanpada peserta didik.

c. Komparasi - Abstraksi. Data-data itu diperbandingkan dandianalisa secara

seksama untuk menunjukkan keterkaitan yangdapat dipergunakan

selanjutnya untuk menemukan implikasinya.

d. Generalisasi. Pada tahap ini unsur-unsur kesamaan dan perbedaan

dikemukakan bersama sebagai bukti untuk menemukan implikasinya

secara pasti.

e. Penerapan. Kesimpulan yang diperoleh diterapkan dalam berbagai situasi

untuk memperjelas signifikasi kesimpulan yang diperoleh terdahulu

2. Komponen struktur pengajaran

a. Struktur Fisik

Struktur fisik menyatu pada cara kita mengatur dan mengelola tiap “area” di

dalam kelas, dimana kita akan meletakkan mebel dan materi lainnya. Setting

lingkungan fisik sangat menentukan agar individu berkebutuhan khusus lebih

memahami lokasi dan tujuan dari tiap-tiap area fungsional

Page 4: Topik 4 Pengajaran Dalam Keperawatan

b. Jadwal Harian

Jadwal harian secara visual memberitahukan kepada peserta didik agar

mudah memahami aktivitas apa yang akan dilakukan, dan dalam area yang

mana. Jadwal sebaiknya disusun dari atas ke bawah atau dari kiri ke kanan.

Setiap peserta didik harus mempunyai cara untuk menerapkan jadwal guna

mengindikasikan saat sebuah aktivitas selesai dilaksanakan.

c. Sistem Kerja Individual

Sistem kerja individual adalah cara sistematik bagi peserta didik untuk

menerima dan memahami informasi yang diberikan. Sistem ini merupakan

penghubung antara kelas dan masyarakat, serta mengajari peserta didik

untuk menerapkan informasi tersebut pada setting yang berbeda.

d. Rutinitas

e. Struktur Visual

Struktur visual mengajarkan peserta didik untuk mendapatkan instruksi visual

yang menerangkan tugas yang diberikan dan menunjukkan kepadanya apa

yang harus dilakukan dengan materi yang ada. Pengajaran terstruktur

bersandar pada petunjuk dan arahan visual ketimbang verbal untuk

memberikan informasi dan menjelaskan harapan yang diinginkan.

C. Aspek-aspek Pengajaran klinik

Pembelajaran Klinik adalah:

• Bentuk kegiatan pendidikan/ pengalaman belajar untuk menumbuhkan serta

membina sikap dan ketrampila profesional keperawatan peserta didik dengan

lingkungan belajar pada tatanan nyata

• Bentuk program pendidikan untuk mempersiapkan tenaga keperawatan

profesional khususnya di lapangan

Cagon (1973) menekankan aspek supervisi klinik pada lima hal, yaitu

1. Proses supervisi klinik

2. Interaksi antara calon pengajar dalam mengajar

3. Performa calan pengajar dalam mengajar

4. Hubungan calon pengajar dengan supervisor, dan

Page 5: Topik 4 Pengajaran Dalam Keperawatan

5. Analisis data berdasarkan peristiwa aktual di kelas

Tujuan supevisi klinik adalah untuk membantu memodifikasi pola-pola pengajaran

yang tidak atau kurang efektif. Sedangkan menurut dua Acheson dan Gall (1987),

tujuan supervisi klinik adalah menigkatkan pengajaran pengajar di kelas. Tujuan ini

dirinci lagi ke dalam tujuan yang lebih spesifik, sebagai berikut,

1. Menyediakan umpan balik yang objektif terhadap pengajar, mengenai

pengajaran yang dilaksanakannya.

2. Mendiagnosis dan membantu memecahkan masalah-masalah pengajaran.

3. Membantu pengajar mengembangkan ketrampilannya menggunakan strategi

pengajaran.

4. Mengevaluasi pengajar untuk kepentingan promosi jabatan dan keputusan

lainnya.

5. Membantu pengajar mengembangkan satu sikap positif terhadap

pengembangan profesional yang berkesinambungan.

Supervisi klinik pada dasarnya merupakan pembinaan performa pengajar dalam

mengelola proses belajar mengajar. Pelaksanaannya didesain dengan praktis serta

rasional. Baik desainnya maupun pelaksanaannya dilakukan atas dasar analisis data

mengenai kegiatan-kegiatan di kelas

Pidarta (1999) menyatakan bahwa tujuan supervisi klinis adalah memperbaiki

perilaku pengajar dalam proses pembelajaran, terutama yang kronis secara aspek

demi aspek dengan secara intensif, sehingga mereka dapat mengajar dengan baik.

Pendapat tersebut menekankan adanya perbaikan perilaku pengajar terutama yang

kronis, karena apabila masalah ini dibiarkan akan tetap menyebabkan instabilitas

dalam pembelajaran di kelas. Ini berati perilaku yang tidak kronis bisa diperbaiki

dengan teknik supervisi yang lain. Oleh karena itu tujuan dilaksanakan supervisi klinis

adalah memperbaiki cara mengajar pengajar di dalam kelas (Azhar, 1996).

D. Isu-isu pengajaran klinik

Isu yang berkembang adalah tentang syarat pengajar/pembimbing klinik . maka ,

Page 6: Topik 4 Pengajaran Dalam Keperawatan

Seorang pembimbing praktek klinik hendaknya memahami dengan baik tentang:

1. Tanggung jawab hukum dan etik (antara lain pasal 1365, 1366, 1367 KUH Perdata).

Bila terjadi kesalahan/kelalaian yang dilakukan peserta didik; secara PIDANA: peserta

didik sudah dewasa sehingga harus bertanggung jawab sendiri atas kesalahan atau

kelalaiannya, secara perdata, tanggung jawab bisa ada pada pembimbing klinik atau

rumah sakit.

2. Memahami manajemen risiko serta manajemen mutu asuhan di rumah sakit.

Penting untuk melaksanakan manajemen risiko yang proaktif dari pada yang bersifat

reaktif sesudah kejadian atau accident.

3. Mengerti kebijakan, protap, protokol, dan ketentuan yang berlaku di lahan

praktek.

4. Memahami perjanjian kerjasama antara pendidikan dan pelayanan keperawatan.

Page 7: Topik 4 Pengajaran Dalam Keperawatan

REFERENSI

Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Vol 1 Wong Oleh Donna L. Wong, dkk

Paul R: Critical thinkins: what every persons needs to survive in a rapidly changing world,

Rohnert Park, CA, 1993. Foundation for Critical Thinking.

Rubenfeld & Scheffer. 1999. Critical Thinking in Nursing. Philadelphia : Lippincot.