tonsili 2

19
LAPORAN KASUS TONSILITIS I. IDENTITAS PASIEN : Nama : An. Q Umur : 6 tahun Jenis kelamin : laki-laki Alamat : jl. Pandu II. ANAMNESIS a. Keluhan utama Demam b. Riwayat penyakit sekarang : Demam anak baru hari pertama, sudah ada muntah sebanyak 3 kali dalam sehari ini. Tidak ada kejang pada anak. BAB encer 1 kali hari ini. Demam sejak pukul berapa? Naik turun atau tidak? BAB nya ada ampasnya? Ada nyeri tenggorokan atau tidak? Nyeri saat menelan? Ada nyeri pada telinga? Sebelumnya pernah berobat? Berobat kemana anak ibu? c. Riwayat penyakit dahulu Sebelumnya sudah pernah merasakan hal yang sama? Anak sering batuk filek? Ada minum obat? Beli dimana obatnya bu? d. Riwayat penyakit keluarga Dikeluarga ada yang menderita hal yang sama? 1

description

anak

Transcript of tonsili 2

Page 1: tonsili 2

LAPORAN KASUS TONSILITIS

I. IDENTITAS PASIEN :

Nama : An. Q

Umur : 6 tahun

Jenis kelamin : laki-laki

Alamat : jl. Pandu

II. ANAMNESIS

a. Keluhan utama

Demam

b. Riwayat penyakit sekarang :

Demam anak baru hari pertama, sudah ada muntah sebanyak 3 kali

dalam sehari ini. Tidak ada kejang pada anak. BAB encer 1 kali hari ini.

Demam sejak pukul berapa? Naik turun atau tidak? BAB nya ada

ampasnya? Ada nyeri tenggorokan atau tidak? Nyeri saat menelan? Ada

nyeri pada telinga? Sebelumnya pernah berobat? Berobat kemana anak ibu?

c. Riwayat penyakit dahulu

Sebelumnya sudah pernah merasakan hal yang sama? Anak sering

batuk filek? Ada minum obat? Beli dimana obatnya bu?

d. Riwayat penyakit keluarga

Dikeluarga ada yang menderita hal yang sama?

e. Riwayat psikososial dan kebiasaan

Pola makan anak ibu teratur? Suka jajan diluar anaknya bu? Sering

gogos gigi atau tidak? Berapa kali sehari?

f. Riwayat Kehamilan :

ANCnya teratur tidak? Ada kelainan /tidak?

1

Page 2: tonsili 2

g. Riwayat Persalinan :

Persalinan pervaginam / sc? lahir spontan /tidak? kemudian

menangis atau tidak? Berat badan dan panjang badan lahir (apakah sesuai

dengan masa kehamilan, kurang atau besar)?

h. Riwayat alergi obat dan makanan

Ada alergi obat atau makanan anak ibu?

i. Riwayat Tumbuh Kembang Anak : Berapa berat badannya, tinggi badan,

dan lingkar kepala?

j. Riwayat Imunisasi : Imunisasi sebelumnya lengkap atau tidak? Imunisasi

wajib bagi bayi dan anak, (vaksinasi BCG, hepatitis B, DPT, Polio dan

Campak)

III. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : anak tampak sakit

Kesadaran : compos mentis

Vital sign : TD :

RR :

Nadi : 128 x/ menit

Suhu : 39 0c

Status generalisata :

Kepala

Mulut: tonsil membesar dan hiperemis

Leher : dbn

Thorak : Rhonki : -

Wheezing : -

Abdomen : bising usus (+)

2

Page 3: tonsili 2

Ekstremitas : akral hangat

BB : 8kg

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

- Laboratorium

V. DIAGNOSA KERJA

Tonsilitis akut (4A)

No. ICPC II:R76 Tonsillitis acute

No. ICD X:Acute tonsillitis, unspecified

VI. DIAGNOSIS BANDING

o Faringitis.

o Tumor tonsil

VII. TINDAKAN TERAPI

IVFD RL

Inj. Cefotaxime

Inj. Ranitidine

Sanmol

3

Page 4: tonsili 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. DEFINISI1

Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari

cincin Waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang terdapat

di dalam rongga mulut yaitu: tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatina (tonsil

faucial), tonsil lingual (tonsil pangkal lidah), tonsil tuba Eustachius (lateral band

dinding faring/ Gerlach’s tonsil). Penyakit ini banyak diderita oleh anak-anak

berusia 3 sampai 10 tahun dan anak remaja berusia 15 hingga 25 tahun.

2. ETIOLOGI1.3

Tonsilitis akut adalah radang akut pada tonsil akibat infeksi bakteri terutama

Streptokokus hemolitikus (50%) atau virus. Jenis Streptokokus

meliputiStreptokokus β hemolitikus, Streptokokus viridans dan Streptokokus

piogenes. Bakteri penyebab tonsilitis akut lainnya meliputi Stafilokokus Sp,

Pneumokokus, dan Hemofilusinfluenzae. Hemofilus influenzae menyebabkan

tonsilitis akut supuratif.

3. KLASIFIKASI1.2

Macam-macam tonsillitis, yaitu :

1. Tonsilitis Akut

- Tonsilis viral

Tonsilitis dimana gejalanya lebih menyerupai commond cold yang

disertai rasa nyeri tenggorok. Penyebab yang paling sering adalah virus

Epstein Barr. Hemofilus influenzae merupakan penyebab tonsilitis akut

supuratif. Jika terjadi infeksi virus coxschakie, maka pada pemeriksaan

4

Page 5: tonsili 2

rongga mulut akan tampak luka-luka kecil pada palatum dan tonsil yang

sangat nyeri dirasakan pasien.

- Tonsilitis bacterial

Radang akut tonsil dapat disebabkan kuman grup A Streptokokus, β

hemolitikus yang dikenal sebagai strep throat, pneumokokus, Streptokokus

viridan, Streptokokus piogenes. Infiltrasi bakteri pada lapisan epitel jaringan

tonsil akan menimbulkan reaksi radang berupa keluarnya leukosit

polimorfonuklear sehingga terbentuk detritus. Bentuk tonsilitis akut dengan

detritus yang jelas disebut tonsilitis folikularis. Bila bercak-bercak detritus

ini menjadi satu, membentuk alur-alur maka akan terjadi tonsilitis lakunaris.

2. Tonsilitis Membranosa

- Tonsilitis difteri

Tonsilitis diferi merupakan tonsilitis yang disebabkan kuman Coryne

bacterium diphteriae. Tonsilitis difteri sering ditemukan pada anak-anak

berusia kurang dari 10 tahunan frekuensi tertinggi pada usia 2-5 tahun.

- Tonsilitis septic

Tonsilitis yang disebabkan karena Streptokokus hemolitikus yang

terdapat dalam susu sapi.

- Angina Plaut Vincent (stomatitis ulsero membranosa)

Tonsilitis yang disebabkan karena bakteri spirochaeta atau triponema

yang didapatkan pada penderita dengan higiene mulut yang kurang dan

defisiensi vitamin C.

3. Tonsilis Kronik

Tonsilitis kronik timbul karena rangsangan yang menahun dari rokok,

beberapa jenis makanan, higiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca,

kelelahan fisik, dan pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat.

5

Page 6: tonsili 2

- Tonsilitis falikulari

Tonsil membengkak dan hiperemis, permukaannya diliputi eksudat

diliputi bercak putih yang mengisi kipti tonsil yang disebut detritus.Detritus

ini terdapat leukosit, epitel yang terlepas akibat peradangan dan sisa-sisa

makanan yang tersangkut.

- Tonsilitis Lakunaris

Bila bercak yang berdekatan bersatu dan mengisi lacuna (lekuk-

lekuk) permukaan tonsil.

4. PATOFISIOLOGI1.3

Bakteri atau virus memasuki tubuh melalui hidung atau mulut. Amandel atau

tonsil berperan sebagai filter, menyelimuti organisme yang berbahaya tersebut. Hal ini

akan memicu tubuh untuk membentuk antibody terhadap infeksi yang akan datang akan

tetapi kadang-kadang amandel sudah kelelahan menahan infeksi atau virus.

Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, bila epitel terkikis maka jaringan limfoid

superficial mengadakan reaksi. Terdapat pembendungan radang dengan infiltrasi

leukosit poli morfonuklear. Proses ini secara klinik tampak pada korpus tonsil yang

berisi bercak kuning yang disebut detritus. Detritus merupakan kumpulan leukosit,

bakteri dan epitel yang terlepas, suatu tonsillitis akut dengan detritus disebut tonsillitis

falikularis, bila bercak detritus berdekatan menjadi satu maka terjadi tonsillitis

lakunaris. Tonsilitis dimulai dengan gejala sakit tenggorokan ringan hingga menjadi

parah. Pasien hanya mengeluh merasa sakit tenggorokannya sehingga berhenti makan.

Tonsilitis dapat menyebabkan kesukaran menelan, panas, bengkak, dan kelenjar getah

bening melemah didalam daerah sub mandibuler, sakit pada sendi dan otot, kedinginan,

seluruh tubuh sakit, sakit kepala dan biasanya sakit pada telinga. Sekresi yang berlebih

membuat pasien mengeluh sukar menelan, belakang tenggorokan akan terasa

6

Page 7: tonsili 2

mengental. Hal-hal yang tidak menyenangkan tersebut biasanya berakhir setelah 72

jam.

Bila bercak melebar, lebih besar lagi sehingga terbentuk membran semu

(Pseudomembran), sedangkan pada tonsillitis kronik terjadi karena proses radang

berulang maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis. Sehingga pada proses

penyembuhan, jaringan limfoid diganti jaringan parut. Jaringan ini akan mengkerut

sehingga ruang antara kelompok melebar (kriptus) yang akan diisi oleh detritus, proses

ini meluas sehingga menembus kapsul dan akhirnya timbul perlengketan dengan

jaringan sekitar fosa tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan pembesaran

kelenjar limfe submandibula.

5. MANIFESTASI KLINIS2.4

Gejala tonsilitis antara lain : sakit tenggorokan, demam, dan kesulitan dalam

menelan.

Gejala tonsilitis akut : gejala tonsilitis akut biasanya disertai rasa gatal / kering

ditenggorokan, lesu, nyeri sendi, anoreksia, suara serak, tonsil membangkak. Di

mulai dengan sakit tenggorokan yang ringan hingga parah, sakit menekan terkadang

muntah. Pada tonsilitis dapat mengakibatkan kekambuhan sakit tenggorokan dan

keluar nanah pada lekukan tonsil.

Gambaran tonsilitis kronis : nyeri telan, bahkan dapat menginfeksi telinga bagian

tengah, misal proses berjalannya kronis, tingkat rendahnya yang pada akhirnya

menyebabkan ketulian permanen.

6. DIAGNOSIS1.2

Anamnesis

Pasien datang dengan keluhan nyeri pada tenggorokan. Gejala

lainnya tergantung penyebab tonsilitis. Penderita tonsilitis akut awalnya

7

Page 8: tonsili 2

mengeluh rasa kering di tenggorokan, kemudian berubah menjadi rasa nyeri

ditenggorokan dan nyeri saat menelan. Rasa nyeri semakin lama semakin

bertambah sehingga anak menjadi tidak mau makan. Nyeri hebat ini dapat

menyebar sebagai referred pain ke sendi-sendi dan telinga. Nyeri pada

telinga (otalgia) tersebut tersebar melalui nervus glossofaringeus (IX).

Keluhan lainnya berupa demam yang dapat sangat tinggi sampai

menimbulkan kejang pada bayi dan anak-anak. Rasa nyeri kepala, badan

lesu dan nafsu makan berkurang sering menyertai pasien tonsilitis akut.

Suara pasien terdengar seperti orang yang mulutnya penuh terisi makanan

panas. Keadaan ini disebut plummy voice/ hot potato voice. Mulut berbau

(foetor ex ore) dan ludah menumpuk dalam kavum oris akibat nyeri telan

yang hebat (ptialismus). Tonsilitis viral lebih menyerupai common cold yang

disertai rasa nyeri tenggorokan.

Pada tonsilitis kronik, pasien mengeluh ada penghalang/mengganjal

di tenggorokan, tenggorokan terasa kering dan pernafasan berbau (halitosis).

Pada Angina Plaut Vincent (Stomatitis ulseromembranosa) gejala yang

timbul adalah demam tinggi (39˚C), nyeri di mulut, gigi dan kepala, sakit

tenggorokan, badan lemah, gusi mudah berdarah dan hipersalivasi.

Pemeriksaan fisik

Tonsilitis akut: pada pemeriksaan ditemukan tonsil yang udem (ukuran

membesar), hiperemis dan terdapat detritus yang memenuhi permukaan tonsil

baik berbentuk folikel, lakuna, atau pseudomembran. Bentuk tonsillitis akut

dengan detritus yang jelas disebut tonsilitis folikularis, bila bercak-bercak

detritus ini menjadi satu, membentuk alur alur maka akan terjadi tonsilitis

lakunaris. Bercak detritus ini dapat melebar sehingga terbentuk membran semu

(pseudomembran) yang menutupi ruang antara kedua tonsil sehingga tampak

menyempit. Palatum mole, arkus anterior dan arkus posterior juga tampak udem

dan hiperemis. Kelenjar submandibula yang terletak di belakang angulus

mandibula terlihat membesar dan ada nyeri tekan.

8

Page 9: tonsili 2

Tonsilitis kronik: pada pemeriksaan fisik ditemukan tampak tonsil

membesar dengan permukaan yang tidak rata, kriptus melebar, dan kriptus

berisi detritus.Tanda klinis pada Tonsilitis Kronis yang sering muncul adalah

kripta yang melebar, pembesaran kelenjar limfe submandibula dan tonsil yang

mengalami perlengketan. Tanda klinis tidak harus ada seluruhnya, minimal ada

kripta yang melebar dan pembesaran kelenjar limfe submandibular.

Tonsilitis difteri: pada pemeriksaan ditemukan tonsil membengkak

ditutupi bercak putih kotor yang makin lama makin meluas dan membentuk

pseudomembran yang melekat erat pada dasarnya sehingga bila diangkat akan

mudah berdarah. Berdasarkan rasio perbandingan tonsil dengan orofaring,

dengan mengukur jarak antara kedua pilar anterior dibandingkan dengan jarak

permukaan medial kedua tonsil, maka gradasi pembesaran tonsil dapat dibagi

menjadi:

- T0: tonsil masuk di dalam fossa atau sudah diangkat.

- T1: <25% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring atau

batas medial tonsil melewati pilar anterior sampai ¼ jarak pilar anterior

uvula.

- T2: 25-50% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaringatau

batas medial tonsil melewati ¼ jarak pilar anterior-uvula sampai ½ jarak

pilar anterior-uvula.

- T3: 50-75% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring atau

batas medial tonsil melewati ½ jarak pilar anterior-uvula sampai ¾ jarak

pilar anterior-uvula.

- T4: > 75% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring atau

batas medial tonsil melewati ¾ jarak pilar anterior-uvula sampai uvula

atau lebih.

9

Page 10: tonsili 2

Gambar1. Gradasi pembesaran tonsil

7. PENATALAKSANAAN2

Pada penderita tonsillitis, terlebih dahulu harus diperhatikan pernafasan dan

status nutrisinya. Jika perbesaran tonsil menutupi jalan nafas, maka perlu dilakukan

tonsilektomi, demikian juga jika pembesaran tonsil menyebabkan kesulitan menelan

dan nyeri saat menelan, menyebabkan penurunan nafsu makan / anoreksia. Pada

penderita tonsillitis yang tidak memerlukan tindakan operatif (tonsilektomi), perlu

dilakukan oral hygiene untuk menghindari perluasan infeksi, sedangkan untuk

mengubahnya dapat diberikan antibiotic, obat kumur dan vitamin C dan B.

Pemantauan pada penderita pasca tonsilektomi secara kontinu diperlukan

karena resiko komplikasi hemorraghi. Posisi yang paling memberikan kenyamanan

adalah kepala dipalingkan kesamping untuk memungkinkan drainage dari mulut dan

faring untuk mencegah aspirasi. Jalan nafas oral tidak dilepaskan sampai pasien

menunjukkan reflek menelanya telah pulih.

10

Page 11: tonsili 2

Jika pasien memuntahkan banyak darah dengan warna yang berubah atau

berwarna merah terang pada interval yang sering, atau bila frekuensi nadi dan

pernafasan meningkat dan pasien gelisah, segera beritahu dokter bedah. Perawat

harus mempunyai alat yang disiapkan untuk memeriksa temapt operasi terhadap

perdarahan, sumber cahaya, cermin, kasa, nemostat lengkung dan basin pembuang.

Jika perlu dilakukan tugas, maka pasien dibawa ke ruang operasi, dilakukan anastesi

umur untukmenjahit pembuluh yang berdarah. Jika tidak terjadi perdarahan

berlanjut beri pasien air dan sesapan es. Pasien diinstruksikan untuk menghindari

banyak bicara dan bentuk karena hal ini akan menyebabkan nyeri tengkorak.

Setelah dilakukan tonsilektomi, membilas mulut dengan alkalin dan larutan

normal salin hangat sangat berguna dalam mengatasi lender yang kental yang

mungkin ada. Diet cairan atau semi cair diberikan selama beberapa hari serbet dan

gelatin adalah makanan yang dapat diberikan. Makanan pedas, panas, dingin, asam

atau mentah harus dihindari. Susu dan produk lunak (es krim) mungkin dibatasi

karena makanan ini cenderung meningkatkan jumlah mucus yang.

8. KOMPLIKASI1.3,4

- Abses peritonsil.

Terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole, abses

ini terjadi beberapa hari setelah infeksi akut dan biasanya disebabkan oleh

streptococcus group A.

- Otitis media akut

Infeksi dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba auditorius (eustochi)

dan dapat mengakibatkan otitis media yang dapat mengarah pada ruptur

spontan gendang telinga.

- Mastoiditis akut

Ruptur spontan gendang telinga lebih jauh menyebarkan infeksi ke dalam

sel-sel mastoid.

- Laringitis

11

Page 12: tonsili 2

Merupakn proses peradangan dari membran mukosa yang membentuk

larynx. Peradangan ini mungkin akut atau kronis yang disebabkan bisa

karena virus, bakter, lingkungan, maupunmkarena alergi.

- Sinusitis

Merupakan suatu penyakit inflamasi atau peradangan pada satua atau lebih

dari sinus paranasal. Sinus adalah merupakan suatu rongga atau ruangan

berisi udara dari dinding yang terdiri dari membran mukosa.

- Rhinitis

Merupakan penyakit inflamasi membran mukosa dari cavum nasal dan

nasopharynx

9. DIAGNOSIS BANDING1

1. Faringitis

2. Tumor tonsil

10. PROGNOSIS 1

Tonsillitis pada anak dapat dengan baik disembuhkan, jika segera di atasi

dengan tatalaksana yang benar.

12

Page 13: tonsili 2

DAFTAR PUSTAKA

1. Panduan praktik klinis dokter di fasilitas pelayanan kesehatan primer. Edisi 1,

2013

2. Adams, George L. 1997.BOISE Buku Ajar Penyakit THT.Jakarta:EGC.

3. Mansjoer, Arif. 2000.Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:Media Aeus Calpius.

4. Price, Silvia.1995 Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit Jakarta:EGC.

13