TONGKONAN SANGULELE SEBAGAI SOLIDARITAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16906/2/T1...

43
i TONGKONAN SANGULELE SEBAGAI SOLIDARITAS KEKRISTENAN TANA TORAJA Oleh: Erqyn Paula Lebang 712012058 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program Studi Teologi, Fakultas Teologi guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains dalam bidang Teologi (S.Si. Teol) FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2018

Transcript of TONGKONAN SANGULELE SEBAGAI SOLIDARITAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16906/2/T1...

Page 1: TONGKONAN SANGULELE SEBAGAI SOLIDARITAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16906/2/T1 _712012058_Full... · TUGAS AKHIR Diajukan kepada ... sebagai simbol solidaritas kekristenan

i

TONGKONAN SANGULELE SEBAGAI SOLIDARITAS KEKRISTENAN TANA

TORAJA

Oleh:

Erqyn Paula Lebang

712012058

TUGAS AKHIR

Diajukan kepada Program Studi Teologi, Fakultas Teologi

guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains

dalam bidang Teologi (S.Si. Teol)

FAKULTAS TEOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2018

Page 2: TONGKONAN SANGULELE SEBAGAI SOLIDARITAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16906/2/T1 _712012058_Full... · TUGAS AKHIR Diajukan kepada ... sebagai simbol solidaritas kekristenan

ii

Page 3: TONGKONAN SANGULELE SEBAGAI SOLIDARITAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16906/2/T1 _712012058_Full... · TUGAS AKHIR Diajukan kepada ... sebagai simbol solidaritas kekristenan

iii

Page 4: TONGKONAN SANGULELE SEBAGAI SOLIDARITAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16906/2/T1 _712012058_Full... · TUGAS AKHIR Diajukan kepada ... sebagai simbol solidaritas kekristenan

iv

Page 5: TONGKONAN SANGULELE SEBAGAI SOLIDARITAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16906/2/T1 _712012058_Full... · TUGAS AKHIR Diajukan kepada ... sebagai simbol solidaritas kekristenan

v

Page 6: TONGKONAN SANGULELE SEBAGAI SOLIDARITAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16906/2/T1 _712012058_Full... · TUGAS AKHIR Diajukan kepada ... sebagai simbol solidaritas kekristenan

vi

MOTTO

“Banyaklah rancangan di hati manusia,

tetapi keputusan TUHANlah yang terlaksana”

(Amsal 19:21)

Page 7: TONGKONAN SANGULELE SEBAGAI SOLIDARITAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16906/2/T1 _712012058_Full... · TUGAS AKHIR Diajukan kepada ... sebagai simbol solidaritas kekristenan

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yesus, untuk berkat dan rahmat-

Nya yang senantiasa tercurah dalam hidupku, terkhususnya ketika saya berkuliah. Hanya

karena kebaikkan-Nya, maka penulis dapat menyelesaikan penulisan Tugas Akhir (TA)

ini. Tuhan Yesus juga membantu saya melalui pihak-pihak yang berperan penting dalam

selama masa perkuliahan di Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana

(UKSW). Oleh karena itu, ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada:

1. UKSW sebagai lembaga di mana saya menuntut ilmu. Terima kasih kepada semua

pihak untuk semua pelayanannya.

2. Fakultas Teologi UKSW tempat saya dibina, dibimbing dan dididik. Terima kasih

saya sampaikan kepada para dosen dan juga para pegawai untuk setiap

pelayanannya. Tuhan Yesus kiranya memberkati kalian.

3. Pak Pdt. Jopie Daan Engel sebagai wali studi karena telah menjadi orang tua

membimbing dan mengarahkan selama proses berkuliah di Fakultas Teologi.

4. Pak Pdt Izak Lattu sebagai pembimbing utama dan Pdt Rama Tulus Pilakoannu

selaku pembimbing pendamping yang telah bersedia membimbing dan memberikan

banyak motivasi selama penulisan Tugas Akhir. Tuhan yesus senantiasa

memberkati keluarga, pelayanan dan tugas dimanapun bapak berada.

5. Keluarga Tercinta: Papa-Mama, Terima kasih tak terhingga untuk dukungan kasih

sayang, doa, material yang boleh terpenuhi setiap saat. Kakak Eq Setiawan dan

Adik terkasih Febrin Lebang yang turut membantu dalam dukungan doa, material

dan non material. Oma Pdt Henriette Hutabarat Lebang selaku pembimbing serta

orang tua yang ikut membantu dalam proses penyelesaian Tugas Akhir. Oma

Elisabeth Payung yang memberikan motivasi dan dukungan doa. Tuhan yesus

senantiasa memberikan kesehatan.

6. Para Sahabat, Stela Hattu, Anthoneta karatem, Vivi Usmany, Melkior yang telah

ikut membantu dalam penulisan Tugas Akhir.

7. Teman terdekat, Marlock Riupassa yang boleh turut serta membantu dan

memberikan semangat dalam menyelesaikan Tugas Akhir.

8. Angkatan 2012, Teologi UKSW

Page 8: TONGKONAN SANGULELE SEBAGAI SOLIDARITAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16906/2/T1 _712012058_Full... · TUGAS AKHIR Diajukan kepada ... sebagai simbol solidaritas kekristenan

viii

9. Tempat praktek: GKI Soka Salatiga (PPL I-IV), Panti Asuhan Salib Putih (PPL V)

Terima kasih karena sudah menerima saya untuk menjalani praktek di sana.

10. Jemaat Gereja Toraja Bukit Sion Makale yang menjadi buku hidup dan dosen bagi

saya selama empat bulan masa PPL VI. Tuhan kiranya membalas semua kebaikan

kalian.

11. Siapa pun yang tidak sempat saya sebutkan namanya.

Salatiga, 13 Februari 2018

Erqyn Paula Lebang

Penulis

Page 9: TONGKONAN SANGULELE SEBAGAI SOLIDARITAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16906/2/T1 _712012058_Full... · TUGAS AKHIR Diajukan kepada ... sebagai simbol solidaritas kekristenan

ix

DAFTAR ISI

Cover ………………………………………………………………......………………… i

Lembar Pengesahan …..……………………………………………......……………… ii

Pernyataan Tidak Plagiat ………………………………………......………………… iii

Pernyataan Persetujuan Akses …………………………………......………………… iv

Pernyataan Persetujuan Publikasi ………………………………......…...…………… v

Motto ………………………………………………………………......……..………… vi

Kata Pengantar ………………………………………………………………..……… vii

Daftar Isi …………………………………………………......……….………...……… ix

Abstrak ……………………………………………………....…………...……….…… xi

PENDAHULUAN ……………………………………………...………..…………… 1

Latar Belakang …………………………………………………...………..…………… 1

Rumusan Masalah ………………………………………………...…………..……… 4

Tujuan Penelitian …………………………………………………...…………..……… 5

Manfaat Penelitian ………………… ………………………………………….……… 5

Metode Penelitian …………………………………………………...…………..……… 6

KAJIAN TEORI ……………………………………………………………..………… 7

Teori Simbol ……………………………………...…………………………..………… 7

Teori Relasi ………………………………….………………………………..………… 9

Bentuk Hubungan Sosial Asosiatif ………………………………………..………… 11

Tongkonan Sangulele ………………………………………………….…..………… 17

Page 10: TONGKONAN SANGULELE SEBAGAI SOLIDARITAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16906/2/T1 _712012058_Full... · TUGAS AKHIR Diajukan kepada ... sebagai simbol solidaritas kekristenan

x

Pembangunan Tongkonan Sangulele ……………………………….……………… 18

Pemahaman jemaat menyangkut Tongkonan Sangulele …………………..……… 19

Pemahaman masyarakat umum terkait Tongkonan ………….……….………… 23

Tongkonan bagi masyarakat Tana Toraja …………………………………..…… 25

PENUTUP …………………………………………………….………………….…… 29

DAFTAR PUSTAKA …………………………………..…………………..……...… 31

Page 11: TONGKONAN SANGULELE SEBAGAI SOLIDARITAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16906/2/T1 _712012058_Full... · TUGAS AKHIR Diajukan kepada ... sebagai simbol solidaritas kekristenan

xi

ABSTRAK

Tongkonan Sangulele adalah rumah milik berasama bagi masyarakat Tana Toraja.

Solidaritas masyarakat di Tana Toraja terlihat dengan adanya Tongkonan Sangulele yang

berdiri di tengah masyarakat masa kini. Tongkonan Sangulele juga digunakan oleh

Gereja Toraja sebagai kantor Badan Pekerja Sinode. Hal ini merupakan inisiatif Gereja,

untuk menghilangkan sistem kasta (strata sosial) yang ada di Tana Toraja.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan serta menganalisis Tongkonan

sebagai simbol solidaritas kekristenan umat di Tana Toraja. Tongkonan yang merupakan

rumah adat serta rumah kerukunan keluarga yang memiliki fungsi dan perannya masing-

masing. Tongkonan sebagai simbol status sosial masyarakat Toraja yang merupakan

falsafah hidup orang Toraja sendiri. Hanya pada rumah Tongkonan pada umumnya masih

berpegang pada sistem strata sosial dengan kasta-kasta yang dimiliki. Tongkonan

Sangulele yaitu rumah milik bersama persekutuan seluruh umat masyarakat Tana Toraja

dimanapun mereka berada. Berdasarkan hasil dari penelitian dan data lapangan,

Tongkonan Sangulele merupakan rumah terbuka untuk semua orang dari berbagai

kalangan manapun tempat menyatukan masyarakat Toraja.

Kata kunci: Tongkongan Sangulele, Solidaritas, Tana Toraja

Page 12: TONGKONAN SANGULELE SEBAGAI SOLIDARITAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16906/2/T1 _712012058_Full... · TUGAS AKHIR Diajukan kepada ... sebagai simbol solidaritas kekristenan

1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Identitas atau simbol daerah dari negeri yang berbudaya yang ingin dijelaskan

oleh penulis adalah budaya adat daerah Sulawesi Selatan, khususnya budaya Tana

Toraja. Tana Toraja memiliki keberagaman dengan kearifan lokal untuk membangun

kehidupan yang lebih baik dalam sebuah persekutuan. Tana Toraja terkenal dengan

destinasi daerahnya yang unik dan salah satunya budaya Tongkonan atau rumah

ritual Toraja.

Tongkonan berasal dari kata tongkon, yang berarti “duduk”, menyatakan

belasungkawa”. Tongkonan berarti tempat duduk, rumah, teristimewa rumah para

leluhur, tempat keluarga besar bertemu untuk melaksanakan ritus-rituas adat secara

bersama.1. Tongkonan merupakan tatanan simbol eksistensi keluarga penghuni dan

sebagai tempat (pusat) berkumpulnya rumpun keluarga dari tongkonan itu.

Bangunan ini bukan sekadar rumah adat, tempat orang membicarakan atau

menyelenggarakan urusan-urusan adat, bukan juga sekadar rumah keluarga besar,

tempat orang memelihara persekutuan kaum kerabat. Tongkonan mencakup kedua

aspek tersebut.2 “Apabila sepasang suami-istri membangun rumah, pada prinsipnya

sebuah tongkonan telah lahir, ataupun tidak dengan sendirinya setiap rumah harus

menjadi tongkonan”. Model asli tongkonan dibuat di langit ketika Puang Matua

dengan bantuan Pande Manarang dan Pande Paliuk membangun rumah dari besi di

pusat langit. Aluk yang menyangkut pembangunan rumah, yaitu upacara

penahbisannya, juga sudah ditentukan di langit.

Dasar persekutuan Toraja ialah hubungan darah daging, yang disimbolkan

dengan tongkonan. Dasar tongkonan ialah setiap pasangan suami-istri harus

membangun rumah sendiri, yang kemudian dipelihara oleh keturunannya. Menurut

1 Theodorus Kobong, Injil dan Tongkonan (Jakarta: Bpk Gunung Mulia, 2008), 86

2 C. Parinding, “Tongkonan” Menerjemahkan Rumah Asal Atau Rumah Silsilah, Bigalke,

Tanah Toraja, 10..

Page 13: TONGKONAN SANGULELE SEBAGAI SOLIDARITAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16906/2/T1 _712012058_Full... · TUGAS AKHIR Diajukan kepada ... sebagai simbol solidaritas kekristenan

2

tradisi yang diturunkan oleh generasi ke generasi, tongkonan pertama yang dikenal

adalah Banua Puan di Marinding, yang didirikan oleh Tangdilino.3

Kehidupan masyarakat Toraja pada dasarnya terbagi atas beberapa kasta-

kasta yang dimana terdapat sistem yang lebih formal, yang disebut tana yang berasal

dari adat perkawinan. Kata tana sendiri merupakan berarti tonggak yang ditancapkan

ke dalam tanah untuk memberi tanda batas sawah atau ladang. Batas-batas semacam

itu juga terdapat dalam masyarakat tanda batas golongan: antara orang yang

termasuk golongan emas (tana‟ bulan) dan yang termasuk golongan besi (tana‟bassi)

dan antara yang disebut terakhir dengan yang termasuk golongan kayu (tana‟

karurung) serta dengan golongan bawah (tana‟ kua-kua). Untuk memelihara dan

memperkuat hubungan antara anggota-anggota Masyarakat Toraja, tongkonan

diperlukan berbagai ritual; Dalam ritual ini dihubungkan dengan proses renovasi

pembuatan tongkonan. Ritual sangat penting dalam proses tongkonan tersebut untuk

mengatur dan menjalankan proses tongkonan itu bisa berjalan secara teratur. Ritual

ini juga berjalan untuk mempersatukan berbagai elemen masyarakat di tana Toraja.4

Adapun ritual-ritual yang dilakukan masyarakat Toraja tertentu tidak pernah

lepas dari tongkonan, dan kasta-kasta yang ada memiliki masing-masing kedudukan

sama halnya dengan tempat duduk mereka berbeda dan terbagi-bagi di alang, bahkan

untuk tana‟ kua-kua sendiri tidak memiliki di alang (lumbung padi) karena mereka

adalah golongan paling bawah.

Masyarakat Toraja sangat menjaga dan melestarikan budaya Tongkonan tetap

menjaga eksistensi hingga saat ini. Tongkonan sebagai aset terpenting dari

kebudayaan yang ada di tana Toraja, karena memiliki nilai untuk membangun

persekutuan yang menghidupkan. Tongkonan hadir untuk mempersatukan nilai

kemanusiaan yang ada di tana toraja lewat persaudaraan, saling membantu dan

merasakan suka dan duka antara satu dan lainnya.

3 Theodorus Kobong, Injil dan Tongkonan (Jakarta: Bpk GunungMulia, 2008), 88.

4 Bas Plaiser, Menjembatani Jurang Menembus Batas (Jakarta: Bpk Gunung Mulia), 31-32.

Page 14: TONGKONAN SANGULELE SEBAGAI SOLIDARITAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16906/2/T1 _712012058_Full... · TUGAS AKHIR Diajukan kepada ... sebagai simbol solidaritas kekristenan

3

Tongkonan tidak hanya berada pada lingkungan adat masyarakat tana Toraja

saja, tetapi gereja juga mengambil bagian dalam memahami adat tongkonan sebagai

proses pelayanan gereja dengan cara kantor sinode dibuat seperti rumah Tongkonan

Sangulele. Berarti gereja inklusif terhadap realita masyarakatnya dalam memahami

pergumulan lewat adat Tongkonan.

Tongkonan Sangulele merupakan rumah masyarakat dari berbagai penjuru.

“Di sini tempat kami mendoakan berbagai aspek kehidupan, ini adalah rumah bagi

semua kalangan (Kantor Sinode Toraja)”

Untuk memahami Tongkonan Sangulele sebagai simbol solidaritas

kekristenan di Toraja, penulis akan menggunakan perspektif teori simbol. 5Teori

tentang simbol berasal dari Yunani kata symboion dari syimballo (menarik

kesimpulan berarti memberi kesan). Simbol atau lambang sebagai sarana atau

mediasi untuk membuat dan menyampaikan suatu pesan, menyusun sistem

epistimologi dan keyakinan yang dianut. Pengertian simbol tidak akan lepas dari

ingatan manusia secara tidak langsung manusia pasti mengetahui apa yang disebut

simbol, terkadang simbol diartikan sebagai suatu lambang yang digunakan sebagai

penyampai pesan atau keyakinan yang telah dianut dan memiliki makna tertentu.

Arti simbol juga sering terbatas pada tanda konvensionalnya, yakni sesuatu yang

dibangun oleh masyarakat atau individu dengan arti tertentu yang kurang lebih

standar yang disepakati atau dipakai anggota masyarakat tersebut. Adapun dalam

kehidupan sehari-hari manusia sering membicarakan tentang simbol, begitu pula

dengan kehidupan manusia tidak mungkin tidak berurusan dengan hasil kebudayaan.

Akan tetapi setiap hari orang melihat, mempergunakan bahkan kadang-kadang

merusak kebudayaan tersebut.

Simbol tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia dalam segala situasi

hidupnya, dari yang primitif sampai modern. Simbol-simbol yang ada dalam

masyarakat pasti memiliki makna yang sangat penting. A.N. Whitehead dalam

5 Sujono Soekamto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Raja GrafindoPersada, 2001).

Page 15: TONGKONAN SANGULELE SEBAGAI SOLIDARITAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16906/2/T1 _712012058_Full... · TUGAS AKHIR Diajukan kepada ... sebagai simbol solidaritas kekristenan

4

bukunya Symbolism yang dikutip oleh F.W. Dilistone dalam buku The Power of

Symbols mengatakan bahwa “pikiran manusia berfungsi secara simbolis apabila

beberapa komponen pengalamannya menggugah kesadaran, kepercayaan, perasaan

dan gambaran mengenai komponen-komponen lain pengalamannya. Perangkat

komponen terdahulu adalah “simbol” dan perangkat komponen yang kemudian

membentuk “makna simbol”. Keberfungsian organis yang menyebabkan adanya

peralihan dari simbol kepada makna itu disebut “referensi”.6 Apa yang dikatakan

A.N. Whitehead mengisyaratkan tentang adanya pikiran dan pengalaman sehari-hari

yang dapat dipandang sebagai lambang di dalam kehidupan ini.7 Jadi “simbol”

adalah sesuatu yang merupakan tanda sebagai ganti sebuah gagasan atau obyek

tertentu. Dalam arti yang biasa, simbol adalah gambaran yang menunjuk pada suatu

tanda dalam suatu komunitas tertentu yang dapat dipahami maknanya.

Berdasarkan pembahasan diatas, penulis tertarik untuk meneliti lebih dalam

makna serta simbol solidaritas kekristenan dari Tongkonan Sangulele dimata

masyarakat Tana Toraja.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan deskripsi latar belakang di atas, maka untuk lebih memfokuskan

penelitian ini, perlu dirumuskan masalah penelitian. Adapun rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pemahaman masyarakat di Tana Toraja memahami

Tongkonan?

2. Bagaimana Tongkonan Sangulele dapat menjadi representasi simbol

solidaritas dari hubungan internal komunitas Kristen di Tana Toraja?

3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mendeskripsikan pemahaman masyarakat Tana Toraja terkait

dengan Tongkonan di Tana Toraja.

6 F.W. Dillistone, The Power of Symbols, SCM Press Ltd., London 1986, terj. A. Widyamarta

(Yogyakarta: Kanisius, 2002), 18. 7 A.N. Whitehead, Symbolism, (Cambridge University Press, 1928), 9.

Page 16: TONGKONAN SANGULELE SEBAGAI SOLIDARITAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16906/2/T1 _712012058_Full... · TUGAS AKHIR Diajukan kepada ... sebagai simbol solidaritas kekristenan

5

2. Untuk menjelaskan Tongkonan Sangulele sebagai representasi simbolik

mengetahui hubungan komunitas Kristen di Tana Toraja.

4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai sumbangan terhadap pengembangan ilmu, khususnya dalam

bidang agama dan kebudayaan.

2. Memberikan sumbangan pemikiran dalam kehidupan bergereja, guna

memperlihatkan identitas sosial.

3. Memberikan sumbangan atau masukan informasi bagi masyarakat dan

gereja tentang Tongkonan di Tana Toraja.

4. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk

mahasiswa dalam proses perkuliahan.

5. Metode Penelitian

Dalam penulisan ini jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian

kualitatif, sebab penelitian ini dilakukan berdasarkan pengamatan terhadap fenomena

yang terjadi. Namun, jenis penelitian kualitatif ini tidak menggunakan model

matematik tetapi terbatas pada pengolahan data yang diperoleh melalui pengamatan

dan penelitian lapangan. Pendekatan kualitatif adalah suatu pendekatan atau

penelusuran untuk mengeksplorasi dan memahami suatu gejala sentral. Untuk

mengerti gejala tersebut penulis mewawancarai peserta penelitian atau partisipan

dengan mengajukan pertanyaan yang umum dan agak luas.8 Cara penulis

mengumpulkan data adalah wawancara mendalam, dokumentasi objek penelitian dan

observasi . Wawancara dilakukan dengan tujuan, mendapatkan keterangan dan

informasi lebih lanjut dari informan-informan kunci.9 Wawancara dilakukan agar

penulis mendapatkan data dari tangan pertama (primer) sebagai pelengkap teknik

pengumpulan data untuk menguji hasil pengumpulan data lainnya.10

8 Muhammad Nasir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985), 63-64.

9 Koentjraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat (Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama, 1997) 130. 10

Usman & Akbar, Metodologi Penelitian, 69.

Page 17: TONGKONAN SANGULELE SEBAGAI SOLIDARITAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16906/2/T1 _712012058_Full... · TUGAS AKHIR Diajukan kepada ... sebagai simbol solidaritas kekristenan

6

Sumber Data

Informan yang akan menjadi sumber data adalah ketua BPS, anggota BPS,

Pendeta, Kepala Suku Adat, dan masyarakat Toraja. Informan kunci tersebut

dianggap mampu memberikan informasi yang memadai, mengenai penelitian yang

dilakukan.

Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berada di Rantepao, Kantor Sinode Toraja Utara Sulawesi

Selatan

Sistematika Penulisan

Penulis membagi struktur penulisan jurnal dalam empat bab sebagai berikut;

Bab pertama, berisi tentang pengantar yang menjelaskan latar belakang penulis

memilih judul, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan metode penelitian. Bab

kedua, penulisan membahas mengenai teori-teori yang berhubungan dengan simbol

dan teori relasi solidaritas kekristenan. Bab ketiga, berisi tentang pemahaman umum

para ahli tentang Tongkonan, Tongkonan Sangulele dan proses pembangunannya,

hasil penelitian lapangan. Bab ke empat berisi analisa tentang hasil penelitian yang

telah dilakukan oleh penulis, dengan pengkajian sesuai dengan teori-teori yang

dipakai dan berisi tentang kesimpulan dari artikel jurnal yang dibuat.

Page 18: TONGKONAN SANGULELE SEBAGAI SOLIDARITAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16906/2/T1 _712012058_Full... · TUGAS AKHIR Diajukan kepada ... sebagai simbol solidaritas kekristenan

7

KAJIAN TEORI

1. Teori Simbol

Sebuah simbol atau kumpulan simbol bekerja dengan menghubungkan sebuah

konsep, ide umum pola atau bentuk. Menurut Susanne Langer, konsep adalah makna

yang disepakati bersama diantara pelaku komunikasi. Makna yang disepakati

bersama adalah makna denotatif, sedangkan konotasi merupakan gambaran atau

makna pribadi11

. Teori tentang simbol berasal dari Yunani kata symboion dari

syimballo (menarik kesimpulan berarti memberi kesan). Simbol atau lambang sebagai

sarana atau mediasi untuk membuat dan menyampaikan suatu pesan, menyusun

sistem epistimologi dan keyakinan yang dianut.12

Dalam teori simbol, Doede Nauta berpendapat bahwa setiap tanda (melalui

suatu yang khusus) yang menentukan isi komunikasi antar manusia berdasarkan

konvensi, adalah simbol. Hal ini tidak bertentangan dengan pendapat Pierce, Nauta

dan Eco yang menyatakan bahwa simbol merupakan salah satu jenis tanda artinya

tidak semua jenis tanda dalam sistem komunikasi secara langsung merupakan simbol,

sebagian tanda itu dapat saja berupa ikon atau indeks.13

Simbol tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia dalam segala situasi

hidupnya, dari yang primitif sampai modern. Simbol-simbol yang ada dalam

masyarakat pasti memiliki makna yang sangat penting. A.N. Whitehead dalam

bukunya Symbolism yang dikutip oleh F.W. Dilistone dalam buku The Power of

Symbols mengatakan bahwa “pikiran manusia berfungsi secara simbolis apabila

beberapa komponen pengalamannya menggugah kesadaran, kepercayaan, perasaan

dan gambaran mengenai komponen-komponen lain pengalamannya. Perangkat

komponen terdahulu adalah “simbol” dan perangkat komponen yang kemudian

11

http://www.academia.edu/11623084/Teokom-teori-simbol. 12

Sujono Soekamto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja GrafindoPersada, 2001). 13

Abdul Azis Said. Simbolisme Unsur Visual Rumah Tradisional Toraja (Yogyakarta:

Penerbit Ombak, 2004), 4-5.

Page 19: TONGKONAN SANGULELE SEBAGAI SOLIDARITAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16906/2/T1 _712012058_Full... · TUGAS AKHIR Diajukan kepada ... sebagai simbol solidaritas kekristenan

8

membentuk “makna simbol”. Keberfungsian organis yang menyebabkan adanya

peralihan dari simbol kepada makna itu disebut “referensi”.14

Apa yang dikatakan A.N. Whitehead mengisyaratkan tentang adanya pikiran

dan pengalaman sehari-hari yang dapat dipandang sebagai lambang di dalam

kehidupan ini.15

Jadi “simbol” adalah sesuatu yang merupakan tanda sebagai ganti

sebuah gagasan atau obyek tertentu. Dalam arti yang biasa, simbol adalah gambaran

yang menunjuk pada suatu tanda dalam suatu komunitas tertentu yang dapat

dipahami maknanya.

Pengertian simbol tidak akan lepas dari ingatan manusia secara tidak langsung

manusia pasti mengetahui apa yang di sebut simbol, Terkadang simbol diartikan

sebagai suatu lambang yang digunakan sebagai penyampai pesan atau keyakinan

yang telah dianut dan memiliki makna tertentu. Arti simbol juga sering terbatas pada

tanda konvensionalnya, yakni sesuatu yang dibangun oleh masyarakat atau individu

dengan arti tertentu yang kurang lebih standar yang disepakati atau dipakai anggota

masyarakat tersebut. 16

Manusia sebagai mahluk budaya, mengandung pengertian bahwa manusia

menciptakan budaya dan kemudian kebudayaan memberikan arah dalam hidup dan

tingkah laku manusia. Dalam kebudayaan tercakup hal-hal bagaimana tanggapan

manusia terhadap dunianya dan lingkungan masyarakatnya. Seperangkat nilai yang

menjadi landasan untuk menentukan sikap terhadap dunia luarnya, bahkan untuk

mendasari langkah-langkah kegiatan yang hendak dan harus dilakukan sehubungan

dengan kondisi alam maupun pola hidup kemasyarakatannya.

Kebudayaan sebagai suatu kompleks aktifitas manusia yang berpola,

menciptakan suatu sistem sosial bagi masyarakat yang bersangkutan. Berupa wadah

untuk menghasilkan benda-benda pakai, dan karya seni, berbentuk nyata sebagai

obyek riil, seperti bangunan rumah, lukisan, patung, kerajinan, benda pakai, senjata.

Dengan kebudayaan itu sendiri adalah kebudayaan dari gagasan-gagasan, simbol-

14

F.W. Dillistone, The Power of Symbols, SCM Press Ltd., London 1986, terj. A.

Widyamarta (Yogyakarta: Kanisius, 2002), 18. 15

A.N. Whitehead, Symbolism, (Cambridge University Press, 1928), 9. 16

http://digilib.uinsby.ac.id/926/3/Bab%202.pdf.

Page 20: TONGKONAN SANGULELE SEBAGAI SOLIDARITAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16906/2/T1 _712012058_Full... · TUGAS AKHIR Diajukan kepada ... sebagai simbol solidaritas kekristenan

9

simbol dan nilai-nilai yang mendasari hasil karya dan perilaku manusia, sehingga

tidaklah berlebihan apabila dilanjutkan bahwa begitu eratnya kebudayaan dengan

simbol-simbol yang diciptakan manusia sehingga manusia dapat disebut sebagai

homo symbolicum. Jadi, simbol adalah tanda yang diwujudkan sebagai bentuk visual

bagi sesuatu makna tertentu, namun tidak bagi masyarakat lainnya. Untuk mengerti

simbol-simbol yang terdapat dalam suatu masyarakat tradisional yang mungkin

berkaitan dengan mitos dan spirit religious maka dibutuhkan pengetahuan mengenai

sistem budaya yang berlaku dalam masyarakat itu, termasuk pandangan hidupnya.

2. Teori Relasi

Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan terlepas dengan suatu proses yang

dinamakan interaksi sosial. Sebagai makhluk sosial manusia juga akan cenderung

membentuk kelompok-kelompok tertentu demi mencapai tujuan yang diinginkan.

Interaksi tidak hanya terjadi antara individu yang satu dengan individu yang lain,

tetapi juga bisa terjadi antara satu individu dengan kelompok individu, atau antara

kelompok individu dengan kelompok individu lain. Sejak manusia lahir dan

dibesarkan, ia sudah merupakan bagian dari kelompok sosial yaitu keluarga.

Disamping menjadi anggota keluarga, sebagai seorang bayi yang lahir di suatu desa

atau kota, ia akan menjadi warga salah satu umat agama; warga suatu suku bangsa

atau kelompok etnik dan lain sebagainya.17

Hubungan antara sesama dalam istilah sosiologi disebut relasi atau relation.

Relasi sosial juga disebut hubungan sosial merupakan hasil dari interaksi (rangkaian

tingkah laku) yang sistematik antara dua orang atau lebih. Relasi sosial merupakan

hubungan timbal balik antar individu yang satu dengan individu yang lain dan saling

mempengaruhi. Suatu relasi sosial atau hubungan sosial akan ada jika tiap-tiap orang

dapat meramalkan secara tepat seperti halnya tindakan yang akan datang dari pihak

lain terhadap dirinya. Dikatakan sistematik karena terjadinya secara teratur dan

berulang kali dengan pola yang sama.

Pada umumnya manusia akan melewati proses interaksi yang cenderung

menjalin kesatuan dan meningkatkan solidaritas anggota kelompok, misalnya kerja

17

Herimanto Winarno. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (Jakarta Timur: PT. Bumi Aksara), 44.

Page 21: TONGKONAN SANGULELE SEBAGAI SOLIDARITAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16906/2/T1 _712012058_Full... · TUGAS AKHIR Diajukan kepada ... sebagai simbol solidaritas kekristenan

10

sama, kerukunan, asimilasi, akulturasi, persaudaraan, kekerabatan, dan lainnya.

Solidaritas adalah sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh sebuah masyarakat atau

kelompok sosial karena pada dasarnya setiap masyarakat membutuhkan solidaritas.

Istilah solidaritas dalam kamus ilmiah popular diartikan sebagai

“kesetiakawanan dan perasaan sepenanggungan". Sementara Paul Johson,

mengungkapkan bahwa: “Solidaritas menunjuk pada suatu keadaan hubungan antara

individu dan atau kelompok yang didasarkan pada keadaan moral dan kepercayaan

yang dianut bersama yang diperkuat oleh pengalaman emosional bersama. Ikatan ini

lebih mendasar daripada hubungan kontraktual yang dibuat atas persetujuan rasional,

karena hubungan hubungan serupa itu mengandaikan sekurang-kurangnya satu

tingkat/derajat concensus terhadap prinsip-prinsip moral yang menjadi dasar kontrak

itu”.18

Bentuk hubungan sosial dalam kehidupan terjadi hubungan sosial yang

merupakan hubungan timbal balik antara satu individu dengan individu lainya.

Hubungan ini bersifat saling memengaruhi serta terjadi dengan adanya kesadaran

saling tolong-menolong. Hubungan sosial juga dikenal dengan istilah proses interaksi

sosial. Hubungan relasi sosial dibedakan menjadi dua bentuk yaitu :

Bentuk Hubungan Sosial Asosiatif

Hubungan sosial asosiatif hubungan sosial yang bersifat konstruktif atau

membangun. adalah proses interaksi yang cenderung menjalin kesatuan dan

meningkatkan solidaritas anggota kelompok. Di antara kedua belah pihak yang

bersangkutan tidak ada konflik, justru gotong royong untuk bekerja bersama dan

mencapai tujuan yang diinginkan, baik tujuan tersebut sama atau berbeda. Hubungan

sosial asosiatif memiliki bentuk-bentuk berikut ini:19

Kerja Sama; Kerja sama dapat dilakukan paling sedikit oleh dua individu untuk

mencapai suatu tujuan bersama.

18

Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern (Jakarta: Gramedia Pustaka.

1994), 181.

19

http://manusiapinggiran.blogspot.co.id/2014/04/bentuk-bentuk-hubungan-sosial-

asosiatif.html.

Page 22: TONGKONAN SANGULELE SEBAGAI SOLIDARITAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16906/2/T1 _712012058_Full... · TUGAS AKHIR Diajukan kepada ... sebagai simbol solidaritas kekristenan

11

Akomodasi; Dapat diartikan sebagai suatu keadaan atau sebagai suatu proses.

Sebagai keadaan, akomodasi adalah suatu bentuk keseimbangan dalam interaksi

antarindividu atau kelompok manusia dalam kaitannya dengan norma sosial dan nilai

sosial yang berlaku. Adanya sikap toleransi, sikap saling menghormati kepentingan

sesama.

Asimilasi; Adalah proses sosial yang timbul apabila ada kelompok masyarakat

dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda, saling bergaul secara interaktif

dalam jangka waktu lama. Dengan demikian, lambat laun kebudayaan asli akan

berubah sifat dan wujudnya menjadi kebudayaan baru yang merupakan perpaduan

kebudayaan dan masyarakat dengan tidak lagi membeda-bedakan antara unsur

budaya lama dengan kebudayaan baru. Proses ini ditandai dengan adanya usaha

mengurangi perbedaan yang ada.

Akulturasi; Adalah suatu keadaan diterimanya unsur-unsur budaya asing ke dalam

kebudayaan sendiri. Diterimanya unsur-unsur budaya asing tersebut berjalan secara

lambat dan disesuaikan dengan kebudayaan sendiri, sehingga kepribadian budaya

sendiri tidak hilang.20

Bentuk Hubungan Sosial Disosiatif

Sesuai dengan namanya yang merupakan lawan kata asosiatif, hubungan

sosial atau interaksi yang bersifat disosiatif adalah interaksi yang bersifat saling

menjatuhkan atau destruktif. Hubungan sosial ini ditandai dengan adanya konflik

yang menyangkut pihak-pihak yang berinteraksi. Jenis interaksi sosial yang bersifat

destruktif tersebut misalnya:21

20

http://manusiapinggiran.blogspot.co.id/2014/04/bentuk-bentuk-hubungan-sosial-

asosiatif.html. 21

https://materiips.com/bentuk-hubungan-sosial.

Page 23: TONGKONAN SANGULELE SEBAGAI SOLIDARITAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16906/2/T1 _712012058_Full... · TUGAS AKHIR Diajukan kepada ... sebagai simbol solidaritas kekristenan

12

Persaingan

Sesuai dengan namanya, persaingan adalah kondisi atau bentuk interaksi

sosial di mana pihak-pihak yang bersangkutan saling berlomba dan berbuat sesuatu

untuk mencapai tujuan yang sama. Persaingan merupakan hal yang lumrah terjadi

pada hampir seluruh lini kehidupan, hanya saja sifatnya bisa berbeda menjadi

persaingan sehat (positif) dan tidak sehat (negatif).

Kontraversi

Kontraversi adalah proses interaksi sosial yang kondisinya berada di antara

persaingan dan perselisihan. Dalam interaksi ini terdapat gejala-gejala yang tidak

pasti, perasaan tidak suka yang tidak dinyatakan, adanya kebencian, atau keragu-

raguan yang di timbulkan pada seseorang terhadap orang lainnya

Pertentangan / perselisihan.

Pertentangan atau perselisihan merupakan tingkat akhir dari interaksi sosial

destruktif yang menimbulkan dampak negatif baik bagi pihak bersangkutan maupun

orang-orang di luar interaksi tersebut. Perselisihan terjadi dari ketidaksetujuan atau

ketidaksepemahaman antara pihak satu dengan pihak lainnya.22

Tongkonan

Pada bagian ini penulis akan menjelaskan beberapa hal menyangkut

Tongkonan menurut pemahaman beberapa ahli, dilanjutkan dengan Tongkonan

Sangulele serta proses pembangunannya, kemudian pemahaman umum tentang

masyarakat dan jemaat tentang Tongkonan Sangulele, serta pemahaman umum

masyarakat tentang Tongkonan yang ada di Tana Toraja.

Salah satu bentuk karya seni budaya Tana Toraja yang spesifik adalah

bangunan rumah tradisionalnya yang disebut Tongkonan. Bila dibandingkan dengan

rumah-rumah tradisional di daerah lain, maka akan terlihat bahwa bangunan rumah

22

https://materiips.com/bentuk-hubungan-sosial.

Page 24: TONGKONAN SANGULELE SEBAGAI SOLIDARITAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16906/2/T1 _712012058_Full... · TUGAS AKHIR Diajukan kepada ... sebagai simbol solidaritas kekristenan

13

Tongkonan memiliki ciri khas tersendiri dengan bentuknya yang unik. Pada

bangunan tersebut terdapat berbagai unsur visual sebagai simbol yang membawa arti

tertentu, antara lain posisi semua rumah Tongkonan menghadap ke arah utara dan

selalu dihiasi dengan ukiran beraneka ragam pada hampir seluruh bidang luarnya.

Demikian juga halnya dengan tata cara dan peraturan dalam merencanakan

pembangunannya, yang kesemuanya berdasarkan adat- istiadat dan kepercayaan

masyarakat Toraja.23

Dalam konsep tradisional Tana Toraja, sebuah rumah tidak hanya memiliki

dimensi fungsional sebagai tempat hunian, tetapi juga sekaligus melalui unsur-unsur

bentuk tertentu menampilkan pandangan kosmologis dan filosofis yang mendalam.

Rumah Tongkonan merupakan tatanan simbol eksistensi keluarga dan sebagai tempat

(pusat) berkumpulnya rumpun keluarga dari Tongkonan itu.24

Tongkonan selain sebagai rumah adat dan simbol status sosial, juga berfungsi

sebagai tempat penyelenggaraan upacara adat yang bersifat religius. Dalam kaitan

ini, unsur-unsur visual yang terdapat pada bangunan tersebut, baik berupa ukiran

maupun unsur-unsur tiga dimensional lainnya yang melekat pada bangunan, bukan

hanya sekadar tanda-tanda yang dimaksudkan sebagai ornamen atau hiasan belaka,

tetapi dihadirkan sebagai simbol-simbol bagi esensi budaya masyarakat Toraja.25

Adanya ukiran pada Tongkonan tidak hanya dimaksudkan sebagai hiasan

untuk menambah nilai estetis bangunan, namun lebih disebabkan tradisi masyarakat

Toraja tidak mengenal adanya tulisan dalam bentuk huruf abjad konvensional,

Meskipun demikian tidak berarti bahwa budaya Toraja yang tidak mengenal

artikulasi simbolik yang dapat dijadikan sebagai alat atau media komunikasi dalam

bentuk lain selain penuturan lisan.26

23

Abdul Azis Said. Simbolisme Unsur Visual Rumah Tradisional Toraja (Yogyakarta:

Ombak, 2004), 22. 24

Said. Simbolisme Unsur Visual..., 25

Said. Simbolisme Unsur Visual..., 23. 26

Said. Simbolisme Unsur..., 24.

Page 25: TONGKONAN SANGULELE SEBAGAI SOLIDARITAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16906/2/T1 _712012058_Full... · TUGAS AKHIR Diajukan kepada ... sebagai simbol solidaritas kekristenan

14

Tongkonan berasal dari kata tongkon, yang berarti “duduk”, “menyatakan

belasungkawa”. Tongkonan berarti tempat duduk, rumah, teristimewa rumah para

leluhur, tempat keluarga besar bertemu untuk melaksanakan ritus-ritus adat secara

bersama-sama. 27

Tongkonan sulit diterjemahkan. Bangunan itu bukan sekadar rumah

adat, tempat orang membicarakan atau menyelenggarakan urusan-urusan adat, bukan

juga sekadar rumah keluarga besar, tempat orang memelihara persekutuan kaum

kerabat. Tongkonan mencakup kedua aspek tersebut. Sebab itu, kami tidak

menerjemahkan istilah Tongkonan, agar pembaca tidak menyamakannya dengan

“rumah adat” atau “rumah marga”.28

Tongkonan juga sebagai lambang dan pusat Pa’rapuan. Rapu adalah keluarga

berdasarkan hubungan darah, keluarga besar. Hubungan itu menyangkut hubungan

vertikal maupun hubungan horizontal. Jika yang dimaksud ialah hubungan vertikal,

maka istilah yang digunakan adalah “bati”, anak (anak-anak) atau keturunan.

Pa’rapuan adalah bentuk kata rapu, dengan awalan pa‟ dan akhiran –an, artinya

”tempat rapu terjadi”, “tempat rapu merasa betah”. Pa’rapuan adalah bentuk abstrak

rapu, yang menampakkan diri secara kongkret dalam persekutuan Tongkonan atau

dalam hubungan darah29

.

Untuk berdirinya sebuah Tongkonan, jika apabila sepasang suami istri

membangun rumah, pada prinsipnya sebuah Tongkonan telah lahir, walaupun tidak

dengan sendirinya setiap rumah harus menjadi Tongkonan.30

Model asli Tongkonan

dibuat dilangit ketika puang matua dengan bantuan Pande Manarang dan Pande

Peliuk membangun rumah dari besi di pusat langit. Aluk yang menyangkut

pembangunan rumah yaitu upacara penahbisannya, juga sudah ditentukan langit.

Dasar persekutuan Tana Toraja ialah hubungan darah daging, yang

disimbolkan dengan Tongkonan. Dasar Tongkonan ialah setiap pasangan suami-istri

membangun rumah sendiri, yang kemudian dipelihara oleh keturunannya. Rumah itu

27

Theodorus Kobong, Injil dan Tongkonan (Jakarta: Bpk Gunung Mulia, 2008), 86. 28

Terance W Bigalke, Tana Toraja (Singapore: KITLV Press Leiden, 2005), 10. 29

Theodorus Kobong, Injil dan Tongkonan..., 86. 30

A. Rumpa, Tongkonan dan Peranannya dalam masyarakat Toraja (Makale, 1981).

Page 26: TONGKONAN SANGULELE SEBAGAI SOLIDARITAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16906/2/T1 _712012058_Full... · TUGAS AKHIR Diajukan kepada ... sebagai simbol solidaritas kekristenan

15

menjadi pusat persekutuan bagi setiap orang yang mempunyai hubungan keluarga

dengan pendirinya, khususnya keturunan dalam hubungan vertikal. Melalui

Tongkonan, orang Toraja dapat dengan mudah menyatakan identitasnya.31

Simbol persekutuan yang ada di Toraja itu disebut Tongkonan. Tongkonan

mempunyai peranan yang sangat penting karena berhubungan langsung dengan

kepercayaan Aluk Todolo, terutama dalam pesta adat dan kehidupan ritual di Tana

Toraja. Penyelenggaraan pesta adat pada tingkat-tingkat tertentu, dilaksanakan

dengan mengacu pada konsep kosmologi Toraja, dan berpedoman pada keempat titik

mata-angin, dimana Tongkonan adalah sebagai titik pusat. Kehidupan masyarakat

tradisional Toraja tidak terlepas dari upacara/pesta adat. Dalam pelaksanaan upacara

pesta/adat, Timur dan Barat merupakan pembagiaan utama dengan mengacu pada

Tongkonan sebagai mikrokosmos.32

Menurut kepercayaan Aluk Todolo bangunan

rumah tradisional Toraja, Tongkonan memang merupakan mikrokosmos. Tongkonan

di Toraja selalu menghadap ke arah utara, ke arah ulunna lino (kepala dunia) menurut

pandangan kosmologi Toraja. Tata hadap Tongkonan itu merupakan ungkapan

simbolik sebagai penghormatan dan permuliaan kepada Puang Matua, sang pencipta

jagad raya, yang dipercaya bersemayam di bagian utara, sehingga penjuru utara tidak

boleh dibelakangi, artinya Tongkonan harus selalu menghadap ke Puang Matua agar

selalu mendapat berkah dari-Nya. Karena Tongkonan juga merupakan istana raja atau

penguasa Adat dan Pusat pertalian keluarga.33

Dengan mengacu pada sistem budaya Toraja, maka tata letak/ posisi

Tongkonan menjadi tanda indeks bagi penjuru mata angin: Utara, Selatan, Timur, dan

Barat, yang sekaligus bermakna simbolik sebagai penjuru utama dalam pandangan

kosmologi Toraja. Upacara adat untuk memuja dan memuliakan Puang Matua

dilaksanakan di depan (di bagian utara) Tongkonan, seperti pada pesta adat dengan

31

Theodorus Kobong, Injil dan Tongkonan (Jakarta: Bpk Gunung Mulia, 2008), 88. 32

Said, Simbolisme Unsur Visual..., 32-33. 33

Said, Simbolisme Unsur Visual..., 52.

Page 27: TONGKONAN SANGULELE SEBAGAI SOLIDARITAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16906/2/T1 _712012058_Full... · TUGAS AKHIR Diajukan kepada ... sebagai simbol solidaritas kekristenan

16

upacara penyembelihan hewan kurban sebagai sesajen dalam peresmian pembuatan

atau pembaharuan (renovasi) sebuah Tongkonan yang dinamakan mangrara banua.34

Ukiran pada dinding Tongkonan beraneka ragam, namun yang paling sering

digambarkan adalah motif pa’tedong (kerbau). Hal ini berkaitan dengan pandangan

masyarakat tradisional Toraja, dimana kerbau mempunyai peranan penting dalam

kehidupan sehari-hari, karena selain sebagai hewan ternak yang utama, juga menjadi

standar nilai penukaran, dan sekaligus sebagai simbol status sosial. Kerbau

dikonotasikan dengan kekayaan, yang mengandung arti simbolik: kemakmuran, dan

diistilahkan sebagai tedong goronto’ eanan ( kerbau sebagai pokok harta benda, atau

modal utama). Ukiran dan motif berbentu kepala kerbau pada daun jendela

Tongkonan ini memperlihatkan visualisasi ikon kepala kerbau yang digambarkan

dengan tambahan “suatu bentuk” di atas kepalanya, dihiasi dengan garis-garis lurus

horizontal dan silang. Adapun bentuk lingkaran yang diletakkan pada bagian depan

antara tanduk kerbau. Lingkaran tersebut mirip dengan motif pa’barre allo (simbol

persatuan orang toraja). Hal ini menjadi suatu indikasi penting yang menunjukkan

bahwa kerbau merupakan hewan yang mempunyai kedudukan „istimewa‟ dalam

kehidupan masyarakat tradisional Toraja.35

Tongkonan Sangulele

Tongkonan di Toraja, selain berfungsi sebagai tempat tinggal, juga

mempunyai fungsi dan peranan serta arti yang sangat penting dan bernilai tinggi

dalam kehidupan masyarakat Toraja. Tongkonan merupakan pusat kehidupan sosial

suku Toraja. Tongkonan merupakan simbol lambang persekutuan orang Toraja.

Tongkonan juga memelihara kehidupan masyarakat Toraja, oleh karena itu

masyarakat di Toraja berinisiatif membangun kantor sinode dengan menyerupai

34

Said, Simbolisme Unsur Visual..., 53. 35

Said, Simbolisme Unsur Visual..., 56-57.

Page 28: TONGKONAN SANGULELE SEBAGAI SOLIDARITAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16906/2/T1 _712012058_Full... · TUGAS AKHIR Diajukan kepada ... sebagai simbol solidaritas kekristenan

17

Tongkonan. Kantor Sinode di Tana Toraja disebut juga sebagai Tongkonan

Sangulele.36

Tongkonan Sangulele artinya adalah rumah bersama, simbol kerukunan sosial

yang mencerminkan gereja sebagai persekutuan baru.37

Tongkonan Sangulele atau

Kantor Badan Pekerja Sinode dibangun tepat di tengah-tengah kota Rantepao, Toraja

Utara. Secara teknis pembangunan tongkonan adalah pekerjaan yang melelahkan,

sehingga biasanya dilakukan dengan bantuan keluarga besar. Jadi Tongkonan bagi

masyarakat Toraja lebih dari sekadar rumah adat.

Pada umumnya jika masyarakat atau keluarga ingin membangun sebuah

Tongkonan, terlebih dahulu diadakan Mapasitammu Sola den to mapakada (bertemu

dan berdiskusi). Tongkonan selaku simbol persekutuan Toraja juga menjadi sumber

seluruh kepemimpinan di bidang kemasyarakatan dan keagamaan.38

Oleh sebab itu,

ketika terjadi momentum berharga yaitu Injil masuk di Tana Toraja ke 70th

, para

anggota badan pekerja sinode berbincang-bincang agar pada momentum seperti ini

kita manfaatkan untuk membuat apresiasi yang bisa dikenang untuk penerus dimasa

mendatang serta masyarakat Toraja juga bisa ikut serta melestarikan.

Pembangunan Tongkonan Sangulele

Pembangunan kantor sinode berawal dari memperingati Injil masuk ke Tana

Toraja ke 70th

. Pada saat itu anggota badan pekerja sinode bekerja sama dengan

panitia Injil masuk ke Tana Toraja, mereka memikirkan bagaimana dengan adanya

momentum seperti ini ada terobosan baru yang dilakukan untuk Tana Toraja. Mereka

berdiskusi agar momentum pada saat itu memiliki sejarah yang bisa dikenang dan

dinikmati turun-temurun oleh masyarakat Tana Toraja dan memiliki simbol nilai

sejarah. Sekitar tahun 80-an keadaan kantor sinode pada saat itu sudah sangat tua,

dan pembangunan pertama dibuat oleh orang Belanda. Di bawah pimpinan Ir.Aby

36

Pdt. Junus Bunga Lebang, wawancara Rantepao Toraja 8 Juli 2017. 37

Pdt Henriette Hutabarat Lebang, wawancara Rantepao Toraja 8 Juli 2017. 38

Kobong, Injil dan Tongkonan..., 106.

Page 29: TONGKONAN SANGULELE SEBAGAI SOLIDARITAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16906/2/T1 _712012058_Full... · TUGAS AKHIR Diajukan kepada ... sebagai simbol solidaritas kekristenan

18

Lambe (ketua arsitektur pembangunan) dikumpulkan para ketua adat, pemuda-

pemudi asal Toraja, setiap anggota badan pekerja sinode beserta dengan panitia injil

masuk ke Tana Toraja untuk berdiskusi membicarakan pentingnya kantor sinode

memiliki Simbol Toraja.39

Awal mula pembangunan kantor sinode untuk mencari uang masih terbilang

cukup sulit, bahkan gaji pendeta dikatakan masih sangat minim. Oleh karena itu, para

panitia dan anggota badan pekerja sinode menggunakan teknik pengumpulan dana

dengan mengambil alih budaya Toraja. Karena pada saat itu untuk mencari tedong

atau kerbau jauh lebih mudah daripada mencari uang. Panitia mengumumkan kepada

setiap masing-masing jemaat wajib menyetor dan mengumpulkan satu tedong atau

kerbau, kerbau sanglego (tanduk rata) , sangpudukasisi (tanduk baru bertumbuh),

masing-masing jemaat berhak memilih untuk mengumpulkan tedong atau kerbau

yang mana saja tapi seluruh jemaat wajib ikut serta. Mengingat budaya Toraja selalu

dihubungkan dengan upacara adat serta pemotongan tedong, kerbau dan babi, pada

saat pembangunan kantor sinode, cukup masing-masing dua tedong dan kerbau serta

beberapa ekor ayam yang dipotong, Karena pembangunan pada saat itu dihubungkan

dengan terobosan baru yang tidak terus berpegang dengan orde yang lama, Panitia

dan anggota badan pekerja sinode tidak melakukan upacara pengucapan syukur atau

rambu Tuka hanya dengan ibadah seperti biasa, Malettoan, Tammui lalanna

Kalimbuang Boba 40

Adapun pembangunan kantor sinode dimulai pada tahun 1985 dan selesai

pada tahun 1992. Setelah selesai dibangun dan diresmikan, kantor sinode belum

diberikan nama Tongkonan Sangulele karena masih harus berunding mengingat

kantor tersebut telah dibangun menyerupai Tongkonan yang merupakan simbol nilai

masyarakat Toraja. Setelah berunding dan mengumpulkan masukan serta bercakap-

cakap bersama para anggota badan pekerja sinode, panitia Injil masuk ke Tana

Toraja serta beberapa ketua adat dan tokoh masyarakat, mereka sepakat dan

39

Pdt. Paul Patanduk, mantan sekum BPS Getor, wawancara, Toraja 9 Juli 2017. 40

Pdt. Paul Patanduk, mantan sekum BPS Getor, wawancara, Toraja 9 Juli 2017.

Page 30: TONGKONAN SANGULELE SEBAGAI SOLIDARITAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16906/2/T1 _712012058_Full... · TUGAS AKHIR Diajukan kepada ... sebagai simbol solidaritas kekristenan

19

mengambil keputusan bahwa Tongkonan tersebut akan diberi nama yaitu Tongkonan

Sangulele.

Tongkonan yang berarti rumah orang Toraja, pusat persekutuan orang Toraja,

sedangkan Sangulele yang berarti milik semua orang, Sangulele menujukkan bahwa

tidak ada strata sosial di dalamnya, dan sistem kasta-kasta yang ada di Toraja tidak

berlaku dalam Tongkonan Sangulele serta seluruh warga jemaat di Toraja dan

dimanapun Mereka berada seutuhnya memiliki hak yang sama bahwa Tongkonan

Sangulele adalah milik bersama orang Toraja.41

Pemahaman jemaat menyangkut Tongkonan Sangulele

Menurut beberapa ketua adat, Tongkonan Sangulele merupakan tempat duduk

atau kedudukan yang berarti rumah pusaka merupakan suatu “tempat/kedudukan”

yang mempunyai fungsi, peran dan nilai sosial, keagamaan dan hukum dalam

masyarakat. Hal ini menandakan bahwa Tongkonan merupakan lembaga yang

mengatur kehidupan masyarakat dalam wilayah Tongkonan tersebut. Tongkonan

Sangulele lebih berorientasi pada fungsi sosial dan bukan dalam bentuk atau

fisik. Tabe lako siulu solanasang ke denni sala kata. salama, Kurre Sumanga.

(Maafkan saudara/i semuanya jika ada salah kata. Selamat, Terima Kasih) 42

Ketua badan pekerja Sinode yaitu Bapak Pdt Musa Salusu mengatakan bahwa

Tongkonan Sangulele, merupakan rumah masyarakat dari berbagai penjuru. “Di sini

tempat kami mendoakan berbagai aspek kehidupan, ini adalah rumah bagi semua

kalangan.” Tanpa melihat starata sosial serta keadaan sosial bahkan keyakinan yang

dimiliki, kami menganggap bahwa Tongkonan Sangulele bukan sebuah rumah biasa

tetapi disinilah pusat masyarakat Toraja boleh datang mengadu permasalahan mereka,

dan kami akan dengan senantiasa berusaha membantu memberikan jalan keluar.

Masyarakat Toraja bebas kapanpun datang kepada kami, Seluruh pekerja sinode yang

41

Pdt. Anggui, ketua umum pertama BPS Getor, wawancara Toraja 9 Juli 2017. 42

Limbong Katande, ketua adat, wawancara, Rembon Toraja, 10 Juli2017

Page 31: TONGKONAN SANGULELE SEBAGAI SOLIDARITAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16906/2/T1 _712012058_Full... · TUGAS AKHIR Diajukan kepada ... sebagai simbol solidaritas kekristenan

20

ada selalu siap melayani dengan rendah hati dan tuntutan Puang Matua (Tuhan

Yesus).43

Selanjutnya Anggota Badan Pekerja Sinode Gereja Toraja yaitu Bapak Pdt

Alfred Anggui, mengatakan bahwa Tongkonan Sangulele merupakan rumah

persekutuan orang Toraja yang didalamnya sudah tidak terdapat sistem jurang

pemisah antara kasta-kasta yang ada di Toraja. Tongkonan Sangulele adalah simbol

kerukunan dan kekerabatan di masyarakat Toraja, dengan adanya dibangun kantor

sinode menyerupai Tongkonan tersebut seluruh jemaat serta masyarakat yang ada

tidak perlu lagi memikirkan keadaan sosial yang dimiliki karena Tongkonan

Sangulele merupakan milik bersama.44

Bapak Lewi yang merupakan anggota Badan Pekerja Sinode Gereja Toraja

mengungkapkan bahwa, seluruh masyarakat dan jemaat Gereja Toraja memiliki hak

yang sama dalam Tongkonan Sangulele. Setiap permasalahan yang ada di dalam

persekutuan gereja toraja maupun masyarakat toraja, boleh datang mengadu kepada

kami dan dengan senang hati kami seluruh pekerja siap siaga bekerja dengan baik

mengatasi setiap permasalahan yang ada, karena kita semua satu keluarga, satu

persekutuan.45

Dengan berdirinya kantor badan pekerja sinode gereja Toraja di pusat kota

Rantepao, Toraja Utara. Dikelilingi dengan lingkungan masyarakat yang asal

usulnyanya memang dari Tana Toraja. Salah satunya adalah bapak Daniel Pakiding

yang berprofesi sebagai pedagang kaki lima yang sejak lahirnya sudah di Toraja dan

memiliki status sebagai jemaat Gereja Toraja Rantepao tepat di sebelah Tongkonan

Sangulele. Beliau mengatakan bahwa pada umumnya Tongkonan Sangulele tersebut

berbeda dengan tongkonan-tongkonan yang ada di Toraja dan memiliki keistimewaan

bagi kami, Berbedanya adalah bahwa Tongkonan Sangulele merupakan milik sesama

orang Toraja dimanapun mereka berada bahkan di penjuru dunia, Tongkonan

43

Pdt Musa Salusu, ketua sinode BPS Getor, wawancara Makale Toraja, 10 Juli 2017. 44

Pdt .Alfred Anggui, ketua umum 2 BPS Getor, wawancara Toraja, 11 Juli 2017. 45

Bpk Lewi, anggota BPS Getor, wawancara toraja 11 Juli 2017.

Page 32: TONGKONAN SANGULELE SEBAGAI SOLIDARITAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16906/2/T1 _712012058_Full... · TUGAS AKHIR Diajukan kepada ... sebagai simbol solidaritas kekristenan

21

Sangulele memiliki banyak fungsi dan kegunaaan dimata masyarakat Toraja. Setiap

harinya ramai dikunjungi oleh para wisatawan walaupun Tongkonan tersebut bukan

tempat wisata. Dengan dibangunnya kantor sinode menyerupai Tongkonan, kami

orang Toraja boleh menunjukkan kepada dunia luar bahwa sistem kekerabatan sosial

serta kebersamaan dalam budaya kami dapat tercermin melalui Tongkonan Sangulele.

Para pelajar serta mahasiswa/i UKI Toraja hampir setiap harinya menggunakan

alang-alang yang ada di Tongkonan Sangulele untuk beristirahat dan melakukan

proses berdiskusi belajar mengajar.46

Di Rantepao, Toraja Utara tempat berdirinya Tongkonan Sangulele ada

beberapa masyarakat pendatang dari luar yang mencoba mengadu nasib dengan

berjualan pernak-pernik tanda mata khas Toraja. Seperti ibu Maya berasal dari kota

pare-pare yang sudah berumur 52 tahun harus menghidupi keluarganya seorang diri

karena telah ditinggal oleh sang suami terlebih dahulu. Ibu Maya juga merupakan

mantan majelis dari jemaat gereja Rantepao. Pada kesempatan tersebut ibu Maya

menjelaskan bahwa Tongkonan Sangulele merupakan ciri lambang kehidupan

kerukunan umat Kristen di Tana Toraja. Tongkonan Sangulele salah satu tempat kita

semua mengadu dalam menghadapi masa-masa sulit, yang dimana Tongkonan

Sangulele bukan hanya sekedar rumah Tongkonan biasa. Tongkonan Sangulele juga

bukan hanya sebuah kantor sinode tetapi setiap anggota yang bekerja di dalamnya

merupakan orang-orang yang hebat dan mau bekerja sama melestarikan kebudayaan

Toraja serta melayani kaum yang tidak mampu. Tongkonan Sangulele dan Gereja

jemaat Rantepao bekerja sama di setiap bulannya memberikan santunan kasih kepada

orang tua yang sudah lanjut usia, kemudian juga memperhatikan setiap kehidupan

janda, serta kehidupan jemaat yang membutuhkan uluran tangan kasih sayang dari

Badan Pekerja Sinode. Hal ini juga nampaknya menjadi sesuatu keistimewaan dari

Tongkonan Sangulele yang bukan hanya sekadar kantor pada umumnya, tetapi

46

Bpk Daniel Pakiding, masyarakat toraja, wawancara rantepao toraja, 12 Juli 2017.

Page 33: TONGKONAN SANGULELE SEBAGAI SOLIDARITAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16906/2/T1 _712012058_Full... · TUGAS AKHIR Diajukan kepada ... sebagai simbol solidaritas kekristenan

22

Tongkonan Sangulele merupakan rumah kami berlindung setelah Puang Matua

(Tuhan Yesus).47

Menurut pemahaman Bapak Desti Layuk Allo, karena rumpun pemilik

Tongkonan terdiri dari berbagai agama dan hak dan kewajiban yg sama dari (dan

terhadap) Tongkonan adalah sama. Tongkonan di Toraja adalah bentuk nyata dari

kerukunan hidup turun-temurun tanpa melihat latar-belakang. Tongkonan di Toraja

adalah contoh nyata kerukunan hidup beragama turun-temurun. Mengenai istilah

"Tongkonan Sangulele" yang digunakan untuk Badan Pekerja Sinode, untuk

menyatukan kasta-kasta masyarakat yang di Toraja agar masing-masing dari berbagai

pihak mampu hidup dalam kerukunan keluarga yang tercermin melalui Tongkonan

Sangulele.48

Menurut kakak Lidya mengatakan bahwa orang Toraja identik dengan rasa

kekeluargaan. Salah salah bentuk nyata yang dapat kita saksikan yaitu di Tongkonan

Sangulele. Tongkonan Sangulele juga dipahami dalam kerangka pemersatu, bahwa

semua orang Toraja Kristen memiliki tongkonan yang satu dan bahwa pengikatnya

adalah Kristus. Di dalam Tongkonan Sangulele tidak ada lagi hamba dan tuan,

sebagaimana di dalam Tongkonan yang ada di Toraja sebelumnya yang masih

mengenal pembagian kasta-kasta.49

Pemahaman masyarakat umum terkait Tongkonan

Secara umum kita sudah mengetahui bahwa Tongkonan itu merupakan

identitas orang Toraja yang tidak hanya berdiri sebagai rumah adat tetapi juga sebagai

pemersatu masyarakat Toraja. Tongkonan itu diibaratkan sebagai ibu yang

mengayomi anak-anaknya. Karena apapun kegiatan atau acara yang akan di lakukan

oleh masyarakat Toraja baik itu acara pernikahan atau kematian, semuanya

dibicarakan secara kekeluargaan sesuai dengan asal usul Tongkonannya. Jadi

47

Ibu Maya, masyarakat toraja, wawancara rantepao toraja, 12 Juli 2017. 48

Bapak Desti Layuk Allo, masyarakat jemaat Getor, Bolu Toraja. 49

Kakak Lidya,wawancara, masyarakat jemaat Getor, Makale Toraja

Page 34: TONGKONAN SANGULELE SEBAGAI SOLIDARITAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16906/2/T1 _712012058_Full... · TUGAS AKHIR Diajukan kepada ... sebagai simbol solidaritas kekristenan

23

Tongkonan itu bukan hanya sekadar rumah, tetapi sebagai identitas diri orang Toraja,

ungkap Sifra Paramma salah satu jemaat Gereja Toraja.50

Salah satu orang tua terkasih yaitu Oma frida mengatakan bahwa, Tongkonan

itu adalah pemersatu komunitas, sehingga dengan adanya Tongkonan, satu orang

dapat mengenal silsilahnya hingga beberapa generasi di atasnya, berikut juga generasi

di bawahnya. Selain itu, Tongkonan menjadi tempat diadakannya sejumlah momen-

momen penting dalam kehidupan seorang warga Toraja, misalnya ketika ia menikah,

kematian dan upacara-upacara lainnya.51

Menurut ibu Cia Sarangnga, Tongkonan merupakan rumah rumpun keluarga.

Tongkonan adalah asal nenek moyang kita turun temurun sampai ke anak cucu tidak

bisa dilupakan asal dari mana di sanalah kita bangunkan sebuah rumah Tongkonan

dalam satu keluarga besar. tabek lako siuluk salama sola (permisi saudara/i, selamat

untuk kita semua)52

Kemudian Bapak Sety selaku guru sejarah Sekolah Lentera Harapan

mengatakan bahwa Tongkonan yang berarti Tongkon-madokko (rumah-duduk).

Semua juga mengetahui kalau Tongkonan adalah rumah adat suku Toraja. Bagi kita

orang Toraja. Tongkonan punya arti yang sangat mendalam. Karena dari semangat

gotong royong saat membangun baik itu dari dana, tenaga, juga pikiran. Begitu juga

saat peresmian, Tongkonan juga dapat mempertemukan saudara walaupun tidak

saling kenal tapi di setiap masing-masing Tongkonan tersimpan rapi silsilah

keluarga.53

Salah satu warga muslim di Toraja, Bapak Komar Rantetasik mengatakan

bahwa Tongkonan itu merupakan nama rumah adat yang ada di Tana Toraja yang

berarti tempat berkumpulnya seluruh rumpun keluarga baik itu dalam keadaan susah

50

Sifra Paramma, wawancara, jemaat Getor. 51

Oma frida, wawancara masyarakat Toraja, Rantepao Toraja. 52

Ibu Cia Sarangnga, wawancara masyrakat Toraja, Sa’dan Toraja. 53

Bapak Sety, wawancara masyarakat PNS Toraja, Rantepao Toraja.

Page 35: TONGKONAN SANGULELE SEBAGAI SOLIDARITAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16906/2/T1 _712012058_Full... · TUGAS AKHIR Diajukan kepada ... sebagai simbol solidaritas kekristenan

24

maupun senang, juga Tongkonan bukan sembarangan rumah biasa melainkan

Tongkonan itu rumah bersama keluarga digunakan sebagai tempat bermusyawarah.54

Ibu Annie Pasolang mantan sekretaris jemaat Gereja Rantepao,

mengungkapkan bahwa Tongkonan bangunan rumah adat Toraja yang dibangun dan

dimiliki satu atau lebih rumpun keluarga tertentu turun-temurun, sehingga menjadi

milik bersama dan menjadi kebanggaan bersama. Selain itu, Tongkonan adalah

tempat dimana rumpun keluarga yang bersangkutan dapat dan sudah seharusnya

menjadi tanggung jawabnya ketika melaksanakan berbagai upacara adat rambu solo‟

(kedukaan) maupun rambu tuka‟ (kesukaan) ikut turut campur tangan dalam

pelaksanaan upacara tersebut.55

Menurut kakak Ito Sonda yang merupakan salah satu anggota pemuda Gereja

Toraja mengatakan bahwa Tongkonan merupakan rumah adat Toraja dimana sebagai

akar dari silsila kekeluargaan sebagai alat pemersatu dan silaturami serta benteng

untuk memperkuat tali kekeluargaan, serta Tongkonan adalah tempat bermusyawarah

dan balai pertemuan keluarga dan masyarakat yang lahir dan berketurunan dari

Tongkonan tersebut.56

Salah satu proponen atau vikaris anggota Gereja Toraja Ledy Buntutasik

mengungkapkan pemahamannya bahwa Tongkonan merupakan rumah leluhur agama

Aluk Todol, rumah keluarga turun-temurun yang harus dijaga serta dilestarikan

sepanjang waktu. Tongkonan merupakan simbol tempat keluarga membicarakan

setiap upacara adat yang akan dilakukan oleh masing-masing keluarga. Tongkonan

merupakan rumah istimewa bagi masyarakat Toraja, salah satu bentuk fisik yang

nyata kelihatan keberadaan dan fungsinya di tengah-tengah masyarakat Toraja

dimanapun mereka berada.57

Menurut pemahaman Bapak Alex Pagayang bahwa Tongkonan adalah tempat

duduk keluarga darah daging atau kedudukan yang berarti rumah pusaka yang telah

54

Bapak Komar Rantetasik, wawancara masyarkat Toraja. 55

Ibu Annie Pasolang, wawancara jemaat Getor, Rantepao Toraja. 56

Ito Sonda , wawancara jemaat pemuda Getor. 57

Ledy Buntutasik, wawancara vikaris Getor..

Page 36: TONGKONAN SANGULELE SEBAGAI SOLIDARITAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16906/2/T1 _712012058_Full... · TUGAS AKHIR Diajukan kepada ... sebagai simbol solidaritas kekristenan

25

turun-temurun lama yang mempunyai fungsi, peran dan nilai sosial, keagamaan dan

hukum dalam masyarakat. Tongkonan merupakan tempat nyata kekeluargaan yang

terpancarkan baik dalam suka dan duka. Tongkonan adalah persekutuan orang

percaya sejak dahulu kala.58

Pemahaman berbeda lainnya dari kakak Egy Palloan mengatakan bahwa

Tongkonan adalah simbol hubungan manusia dengan Allah, alam semesta, dan

sesamanya. Hal itu nampak dalam pembagian Tongkonan dalam tiga tingkatan (atas,

kale banua- dalam rumah, sola sulluk banua-dengan luar rumah) dan ini mewakili

oknum yang dipuja. Tongkonan juga mengungkapkan falsafah kehidupan orang

Toraja, arah mata angin dan refleksi siklus kehidupan. Pada dasarnya Tongkonan

sendiri kaya akan makna, baik dalam kerukunan, kekeluargaan serta upacara adat

istiadat orang Toraja.59

Tongkonan bagi masyarakat Tana Toraja

Tongkonan bagi etnis Toraja adalah pusaka atau warisan dengan hak dan

kewajiban secara turun temurun dari orang pertama sebagai pendiri hingga ahli

warisnya. Secara umum Tongkonan merupakan identitas suku Toraja sehingga

membedakan dengan suku-suku lain di Indonesia. Dalam lingkup budaya Toraja,

keberadaan Tongkonan merupakan simbol dan identitas keluarga. Selain itu,

Tongkonan juga mencerminkan status sosial bagi pemiliknya. Menurut Egy Palloan

bahwa Tongkonan adalah simbol hubungan manusia dengan Allah, alam semesta,

dan sesamanya. Hal itu nampak dalam pembagian Tongkonan dalam tiga tingkatan

(Atas, kale banua- dalam rumah, sola sulluk banua-dengan luar rumah) dan ini

mewakili oknum yang dipuja. Tongkonan juga mengungkapkan falsafah kehidupan

orang Toraja, arah mata angina dan refleksi siklus kehidupan. Pada dasarnya

Tongkonan sendiri kaya akan makna, baik dalam kerukunan, kekeluarga serta

upacara adat istiadat orang Toraja.60

Menurut penulis, Teori A.N. Whitehead dalam

58

Bapak Alex Pagayang, wawancara jemaat Getor. 59

Egy Palloan, wawancara pemuda Getor, Karassik Toraja. 60

Egy Palloan, wawancara pemuda Getor, Karassik Toraja

Page 37: TONGKONAN SANGULELE SEBAGAI SOLIDARITAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16906/2/T1 _712012058_Full... · TUGAS AKHIR Diajukan kepada ... sebagai simbol solidaritas kekristenan

26

bukunya Symbolism, mengatakan bahwa pikiran manusia berfungsi secara simbolis

apabila beberapa komponen pengalamannya menggugah kesadaran, kepercayaan,

perasaan, dan gambaran mengenai komponen-komponen lain pengalamannya.

Perangkat komponen terdahulu adalah simbol dan perangkat komponen yang

kemudian adalah membentuk makna simbol. Keberfungsian organis yang

menyebabkan adanya peralihan dari simbol kepada makna itu akan disebut

referensi.61

Pengunaan simbol dalam kehidupan manusia sebenarnya telah terdapat apa

fungsi dari simbol, dan ia mengatakan bahwa manusia harus berusaha untuk

menemukan simbol untuk mengekspresikan dirinya sendiri, memang ekspresi adalah

simbolisme. Hal ini nampak dalam Tongkonan yaitu di dalam terdapat kerukunan,

kekeluargaan serta upacara adat istiadat orang Toraja.

Rumah adat Tongkonan dipenuhi ukiran khas Toraja yang bermakna

hubungan masyarakat Toraja dengan pencipta-Nya, manusia , dan makhluk

lainnya. Ukiran ini menghiasi dekorasi eksterior maupun interior Tongkonan. Satu

lagi ciri khas Rumah Tongkonan, yakni ada kepala kerbau menempel di depan rumah

dan tanduk-tanduk kerbau pada tiang utama di depan setiap rumah. Jumlah tanduk

kepala kerbau tersebut berbaris dari atas ke bawah dan menunjukan status sosial

keluarga yang mendiami rumah tersebut. Di sisi kiri rumah yang menghadap ke arah

barat dipasang rahang kerbau yang pernah di sembelih. Sementara di sisi kanannya

dipasang rahang babi.

Menurut Anggota Badan Pekerja Sinode Gereja Toraja yaitu Bapak Pdt

Alfred Anggui, mengatakan bahwa Tongkonan Sangulele merupakan rumah

persekutuan orang Toraja yang didalamnya sudah tidak terdapat sistem jurang

pemisah antara kasta-kasta yang ada di Toraja. Tongkonan Sangulele adalah simbol

kerukunan dan kekerabatan di masyarakat Toraja. Dengan adanya dibangun kantor

61

F.W. Dillistone, The Power of Symbols, SCM Press Ltd., London 1986, terj. A.

Widyamarta (Yogyakarta: Kanisius, 2002), 18.

Page 38: TONGKONAN SANGULELE SEBAGAI SOLIDARITAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16906/2/T1 _712012058_Full... · TUGAS AKHIR Diajukan kepada ... sebagai simbol solidaritas kekristenan

27

sinode menyerupai Tongkonan tersebut seluruh jemaat serta masyarakat yang ada

tidak perlu lagi memikirkan keadaan sosial yang dimiliki karena Tongkonan

Sangulele merupakan milik bersama.62

Hal ini sama seperti Teori Paul Johson, dalam

bukunya Teori Sosiologi Klasik dan Modern, mengungkapkan “Solidaritas menunjuk

pada suatu keadaan hubungan antara individu dan atau kelompok yang didasarkan

pada keadaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama yang diperkuat oleh

pengalaman emosional bersama. Ikatan ini lebih mendasar daripada hubungan

kontraktual yang dibuat atas persetujuan rasional, karena hubungan-hubungan serupa

itu mengandaikan sekurang-kurangnya satu tingkat/derajat konsensus terhadap

prinsip-prinsip moral yang menjadi dasar kontrak itu”.63

Tongkonan berlaku ketika masyarakat Tana Toraja menyadari perlunya

kehadiran pemimpin untuk mengatur dan menyelesaikan segala sesuatu yang terjadi

dan berlaku di tengah-tengah masyarakat atau dengan kata lain Tongkonan bukanlah

sebuah nama, melainkan jenis benda yang mempunyai nama. Jadi tidak ada

tongkonan yang tidak memiliki nama sebab tanpa nama ia bukanlah sebuah

Tongkonan. Oleh sebab itu kata “an” yang mengikuti Tongkon dapat diartikan

sebagai:

a. Kata keterangan yang menunjuk pada sebuah tempat tertentu, misalnya

Banua puan, Kaero, Lion, To katapi, buntu pune, Kete‟ kesu dan

sebagainya.

b. Kata keterangan yang menjelaskan sifat dan fungsi tertentu, misalnya

layuk, sangulele, Pesio aluk, Pa‟ buntuan sugi dan sebagainya.

Tongkonan Sangulele menjelaskan sifat dan fungsi tidak hanya berada pada

lingkungan adat masyarakat tana Toraja saja, tetapi gereja juga mengambil bagian

dalam memahami adat Tongkonan sebagai proses pelayanan gereja dengan cara

62

Pdt .Alfred Anggui, ketua umum 2 BPS Getor, wawancara Toraja, 11 Juli 2017. 63

Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern (Jakarta: Gramedia Pustaka, 1994),

181.

Page 39: TONGKONAN SANGULELE SEBAGAI SOLIDARITAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16906/2/T1 _712012058_Full... · TUGAS AKHIR Diajukan kepada ... sebagai simbol solidaritas kekristenan

28

kantor sinode dibuat seperti rumah Tongkonan Sangulele. Berarti gereja yang inklusif

terhadap realita masyarakatnya dalam memahami pergumulan lewat adat Tongkonan.

Tongkonan Sangulele merupakan rumah masyarakat dari berbagai penjuru.

“Disini tempat kami mendoakan berbagai aspek kehidupan, ini adalah rumah bagi

semua kalangan (Kantor Sinode Toraja)” ungkap Pdt. Musa Salusu.64

64

Pdt. Musa Salusu, ketua BPS Getor, wawancara Toraja.

Page 40: TONGKONAN SANGULELE SEBAGAI SOLIDARITAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16906/2/T1 _712012058_Full... · TUGAS AKHIR Diajukan kepada ... sebagai simbol solidaritas kekristenan

29

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukan oleh

penulis, maka dapat disimpulkan bahwa manusia dikatakan sebagai animal

simbolicum, yang menggunakan simbol untuk berkomunikasi dengan sesama

manusia dan. Dengan menggunakan simbol Toraja yaitu Tongkonan, masyarakat

Toraja berusaha mengomunikasikan segala bentuk falsafah hidup mereka berdasarkan

melalui Tongkonan yang mereka miliki dan percaya selama turun temurun. Bahwa

rumah Tongkonan bukan sekadar rumah biasa melainkan induk atau ibu dari segala

kegiatan acara dan upacara yang ada di Tana Toraja.

Tongkonan yang melambangkan status sosial masyarakat Toraja berdasarkan

hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa Tongkonan

melukiskan simbol-simbol dari benda dan mahluk di kehidupan manusia. Pesan-

pesan yang terdapat pada Tongkonan sebagai simbol status sosial masyarakat Toraja

merupakan falsafah hidup orang Toraja sendiri. Dengan dibangunnya Tongkonan

Sangulele menyerupai Kantor Badan Pekerja Sinode di Toraja Utara, melambangkan

bahwa Tongkonan Sangulele merupakan rumah milik semua orang dari berbagai

kalangan dan penjuru. Tongkonan Sangulele menunjukkan bahwa tidak ada lagi

sistem strata sosial yang menjadi pemisah masyarakat Toraja.

Saran

Tongkonan sebagai salah satu hasil kebudayaan bangsa yang syarat akan

peraturan yang mengatur kehidupan masyarakat Toraja dan hendaknya dilestarikan

keasliannya. Oleh sebab itu melalui jurnal ini diajukan beberapa saran yaitu:

Page 41: TONGKONAN SANGULELE SEBAGAI SOLIDARITAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16906/2/T1 _712012058_Full... · TUGAS AKHIR Diajukan kepada ... sebagai simbol solidaritas kekristenan

30

Untuk mempertahankan dan menjaga kelestarian budaya Toraja, maka

diharapkan kepada masyarakat Toraja agar lebih memahami dan mendalami budaya

mereka sendiri dan tidak mudah terpengaruh terhadap budaya luar dan mendominasi

budaya Toraja yang menyebabkan keaslian budaya perlahan terkikis bahkan tergeser.

Hal tersebut bisa dilakukan dengan menerapkan sistem pembelajaran di sekolah sejak

sekolah dasar, biasanya dalam muatan lokal. Diharapkan kepada generasi muda agar

mempelajari tentang ukiran dan makna-maknanya, agar budaya warisan nenek

moyang tersebut tetap terjaga dan diperkenalkan kepada orang lain. Misalnya dengan

membuat video tentang Toraja dan kebudayaannya lantas menguploadnya ke internet,

setidaknya dapat dilihat oleh masyrakat luas. Akan tetapi, tampilan kebudayaan

Toraja harus dibuat menarik dengan menggambungkan gambar dan video acara

Rambu Solo (upacara kematian), Rambu Tuka‟ (upacara pernikahan), dipadukan

dengan deretan Tongkonan yang ada di Tana Toraja.

Tongkonan Sangulele terus berkarya dan tetap melanjutkan misi gereja yang

akan senantiasa akan memelihara kesejahteraan masyarakat dan seluruh umat Gereja

Toraja dimanapun mereka berada. Dengan dibangunnya Tongkonan Sangulele

menyerupai Kantor Badan Pekerja Sinode menunjukkan bahwa adanya bentuk relasi

sosial yang tercipta dan terbangun melalui pembangunannya tercipta rasa sekawan

sepenanggungan dalam mengupayahkan melestarikan kehidupan masyarakat di Tana

Toraja.

Page 42: TONGKONAN SANGULELE SEBAGAI SOLIDARITAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16906/2/T1 _712012058_Full... · TUGAS AKHIR Diajukan kepada ... sebagai simbol solidaritas kekristenan

31

DAFTAR PUSTAKA

Acuan

Bas Plaisier. Menjembatan Jurang, Menembus Batas. Jakarta: BPK Gunung Mulia,

2016.

Creswell, John W. Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.

De Jong, Edwin. Making a Living Between Brises and Ceremonies in Tana Toraja.

Leiden Boston: KITLV, 2013.

Dilistone, F.W. The Power of Symbols, SCM Press Ltd.,London 1986, terj. A.

Widyamarta. Yogyakarta: Kanisius, 2002.

Geertz, Clifford. Kebudayaan dan Agama. Yogyakarta: Kanisius, 1992.

Kathleen M. Adams. Art As Politics Re- Crafting Identities, Tourism, and power in

Tana Toraja, Indonesia. Hawai: University of Hawai, 2006.

Koentjraningrat. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama, 1997.

Kuntowijoyo. Budaya dan Masyarakat. Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006.

Nasir, Muhamad. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985.

Palebangan, Frans B. Aluk, Adat, dan Adat-Istiadat Toraja. Toraja: Sulo, 2007.

Panggara, Robi. Upacara Rambu Solo di Tana Toraja Memahami bentuk Kerukunan

di Tengah Situasi Konflik. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2015.

Sugiyono. Metode PenelitianKuantitatif,Kualitatif,dan R & D. Bandung: Alfabet

Tangdilintin, L.T. 1975, 2008.

Soekamto, Sujono. Sosioligi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja GrafindoPersada, 2001.

Tangdilintin, L.T. Tongkonan dan Seni Arsitektur Toraja. Toraja: Yayasan Lepongan

Bulan, 1975.

Terance W.Bigalke. Tana Toraja A Social History Of an Indonesian People.

Singapore: KITLV, 2005.

Theodorus Kobong. Injil dan Tongkonan. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008.

Whitehead. A.N. Symbolism. Cambridge University Press, 1928.

Page 43: TONGKONAN SANGULELE SEBAGAI SOLIDARITAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16906/2/T1 _712012058_Full... · TUGAS AKHIR Diajukan kepada ... sebagai simbol solidaritas kekristenan

32

Sumber Internet

Azorry, Muhammad. 2012. “Pengertian Ukir dan Ornamen”. (Online),

(http://bloggazrorry.blogspot.com/2012/12/pengertian-ukir-danornamen.html,

dikases pada tanggal 10 Januari 2018).

Ensiklopedia, Wikipedia. 2013. “Toraja”. (Online),

(http://id.wikipedia.org/wiki/Toraja, diakses pada tanggal 09 Desember 2017).

Pemkab Tana Toraja, Humas. 2013. “Situs Resmi Pemerintah Kabupaten Tana

Toraja”. (Online), (http://www.tanatorajakab.go.id/en/. Diakes pada tanggal

11 Januari 2018).

Jurnal dan lain-lain:

Christomy, Tommy. 2001. “Pengantar Semiotik Pragmatik Peirce: Nonverbal dan

Verbal” dalam Pusat Penelitian Kemasyrakatan dan Budaya Lembaga

Penelitian Universitas Indoensia, Bahan Pelatiahan Semiotika, hlm. 7-14.

Jakarta.

http://bps-gerejatoraja.org/artikel/single/basmin-mattayang-dan-syukur-bijak-

berkunjung-ke-kantor-badan-pekerja-sinode-gereja-toraja-tongkonan-

sangulele/188.

http://ejournal.ilkom.fisip-unmul.ac.id/site/wp-

content/uploads/2015/11/JURNAL%20YUDHA%20(11-16-15-11-58-34).pdf.

Tinarbuko, Sumbo. 2003. “Semiotika Analisis pada Karya Desain Komunikasi

Visual”. Nirmana, Volume 5, No. 1:31-74. Yogyakarta. Sumalyo, Yulianto.

2001. “Kosmologi Dalam Arsitektur Toraja”. Jurnal Dimensi Teknik

Arsitektur”. Dimensi Teknik Arsitektur. Volume. 29, No. 1: 64-74. Makassar.