PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

82
1 PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS SISWA (Studi Kasus di SMP Negeri 2 Ciputat) Penelitian ini dilakukan untuk memenuhi tugas akhir dalam menyelesaikan skripsi untuk meraih gelar sarjana Oleh : IMAS MAESAROH 104011000017 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H/ 2008 M

Transcript of PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

Page 1: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

1

PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

SISWA (Studi Kasus di SMP Negeri 2 Ciputat)

Penelitian ini dilakukan untuk memenuhi tugas akhir dalam menyelesaikan

skripsi untuk meraih gelar sarjana

Oleh :

IMAS MAESAROH

104011000017

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1429 H/ 2008 M

Page 2: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

2

PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS SISWA

Studi Kasus di SMP Negeri 2 Ciputat

Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam

Oleh :

Imas Maesaroh NIM : 104011000017

Dibawah Bimbingan :

Prof. Dr. H. Abuddin Nata, MA NIP : 150222550

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2008

Page 3: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

3

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul “Peran sekolah dalam membentuk solidaritas

siswa (studi kasus di SMP Negeri 2 Ciputat)” diajukan kepada Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarih Hidayatullah Jakarta, dan

telah dinyatakan lulus dalam ujian munaqasah pada tanggal 18 Desember 2008 di

hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan Islam (S.Pd.I).

Jakarta, 18 Desember 2008

Panitia Ujian Munaqasah

Tanggal Tanda Tangan

Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi)

Dr. H. A. Fattah Wibisono, MA. NIP. 150.236.009 .............. ........................

Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Program Studi)

Drs. Sapiuddin Shidiq, M.Ag NIP. 150.299.477 .............. ........................

Penguji I

Dr. H. A. Fattah Wibisono, MA. NIP. 150.236.009 .............. ........................

Penguji II

Dra. Djunaedatul Munawaroh, MAg NIP. 150.228.871 .............. ........................

Mengetahui

Dekan,

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Prof. Dr. Dede Rosyada, MA

NIP. 150.231.356

Page 4: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

4

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul “Kesiapan guru agama menerapkan KTSP pada

pembelajaran PAI SMP di gugus 2 wilayah Ciputat, Kabupaten Tangerang,

Provinsi Banten” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Syarih Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus

dalam ujian munaqasah pada tanggal 18 Desember 2008 di hadapan dewan

penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam

(S.Pd.I).

Jakarta, 18 Desember 2008

Panitia Ujian Munaqasah

Tanggal Tanda Tangan

Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi)

Dr. H. A. Fattah Wibisono, MA. NIP. 150.236.009 .............. ........................

Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Program Studi)

Drs. Sapiuddin Shidiq, M.Ag NIP. 150.299.477 .............. ........................

Penguji I

Prof.Dr. H. Abuddin Nata, MA NIP. 150.222.550 .............. ........................

Penguji II

Drs. Muarif SAM, M.Pd NIP. 150.268.586 .............. ........................

Mengetahui

Dekan,

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Prof. Dr. Dede Rosyada, MA

NIP. 150.231.356

Page 5: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

5

SURAT PERNYATAAN

Bismillahirrahmanirrahim

Saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Imas Maesaroh

NIM : 104011000017

Jurusan / Prodi : Pendidikan Agama Islam

Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Dengan ini menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan untuk memenuhi gelar strata satu ( SI ) di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan telah saya cantumkan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi berdasarkan undang-undang yang berlaku di Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 04 Desember 2008

Imas Maesaroh

Page 6: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

6

ABSTRAK

Imas Maesaroh, Skripsi, Peran Sekolah Dalam Membentuk Solidaritas Siswa (Studi Kasus di SMP Negeri 2 Ciputat).

Sekolah adalah tempat dimana anak tidak hanya mendapatkan pelajaran tetapi sekolah juga sekolah juga sebagai fungsi sosial, transmisi sikap, nilai-nilai, norma-norma, dan transformasi kebudayaan. Salah satunya adalah solidaritas. Sikap solidaritas ini perlu diajarkan dan ditanamkan di sekolah agar para siswa mempunyai kepedulian sosial yang tinggi.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa penting solidaritas itu ditanamkan kepada siswa? upaya-upaya apa saja yang dilakukan sekolah untuk membentuk solidaritas siswa? Bagaimanakah pendidikan solidaritas yang epektif di sekolah? Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Ciputat dan berlangsung pada bulan Maret- September 2008.

Penelitian ini menggunakan metode Deskriptif teknik pengumpulan datanya adalah wawancara dan observasi.

Penanaman sikap solidaritas amat sangat penting diberikan terhadap siswa agar para siswa mempunyai kecerdasan IQ dan social yang seimbang (balance). Upaya-upaya sekolah dalam membentuk solidaritas siswa dengan membuat program-program kegiatan yang meliputi: (1) Bidang keagamaan; Seperti tausiyah mingguan, peringatan maulid Nabi, dan shalat jum’at bersama. (2) Bidang Sosial; seperti bakti social, pengumpulan dana spontanitas, dan infak. (3) Pembinaan ekstra kurikuler. Upaya-upaya tersebut merupakan sebagian kecil pendidikan solidaritas yang diberikan sekolah terhadap siswa namun pendidikan solidaritas yang paling efektif adalah keteladanan yang istiqamah dari para pendidik.

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sekolah sangat berperan sekali dalam membentuk solidaritas siswa di sekolah dan di luar sekolah. Karena penulis melihat sebelumnya siswa itu selalu bersikap cuek, membuat onar, terlibat tauran masal, kini hal itu sedikit demi sedikit telah berkurang. Justru berbalik positif, kepedulian sosial siswa semakin meningkat, hubungan antara guru dan siswa semakin harmonis.

Page 7: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

7

KATA PENGANTAR

بسم االله الرحمن الرحيم Dengan rasa haru Penulis panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT,

sumber suara-suara hati, sumber ilmu pengetahuan, sumber segala kebenaran,

sumber segala kesuksesan, Sang Kekasih tercinta yang tak terbatas pencahayaan

cinta-Nya. Berkat hidayah, taufiq dan inayah-Nya, akhirnya skripsi ini dapat

Penulis rampungkan meskipun tertunda sekian bulan dari jadual yang

direncanakan. Semoga dengan kondisi ini Penulis dapat lebih meningkatkan

pengabdian sebagai wujud syukur atas segala nikmat-Nya.

Pekerjaan akhir akademik yang relatif sulit dan melelahkan ini hampir

mustahil dirampungkan tanpa dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Dengan

segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa selama penelitian dan penulisan

skripsi ini, penulis telah banyak menerima bantuan baik moril maupun materiil

dari berbagai pihak.

Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dan disertai doa

keselamatan dan pahala yang berlipat ganda kepada mereka semua, terutama

kepada :

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Ketua Jurusan dan Sekretaris beserta Staf Jurusan Pendidikan Agama Islam

yang tiada kenal lelah dan senantiasa pelayanan, bimbingan dan dan motivasi

kepada penulis dan Mahasiswa/mahasiswi Pendidikan Agama Islam Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Page 8: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

8

3. Para dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam yang tiada kenal lelah dan

senantiasa memotivasi, membimbing, dan mendidik kami (anak-anaknya)

Mahasiswa/mahasiswi Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Penghargaan penulis sampaikan kepada Drs. Ahmad Ghalib M.Ag. selaku

penasehat Akademik yang memberikan ilmu, nasehat, dan pengalamannya

kepada Penulis

5. Penghargaan juga Penulis sampaikan kepada Prof. Dr. H. Abudin Nata, MA

selaku pembimbing penulisan skripsi ini. Di tengah kesibukan tugas-tugasnya,

beliau tetap bersedia berdiskusi, memeriksa, membaca, dan memberikan

komentar terhadap topik karya ini.

6. Kemudian Penulis mengucapkan terima kasih kepada pengelola Perpustakaan

Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan atas segala fasilitas yang selama ini telah diberikan

kepada Penulis.

7. Dukungan dan motivasi terbesar tentulah dari keluarga Penulis.Ayahanda

Tercinta Darman dan Ibunda tercinta Maria adalah “telaga besar” yang tak

pernah kering. Do’a, puasa, tirakat, dan shalat-shalat nawafil yang selalu

mereka lakukan sepanjang Penulis menempuh studi dari SD sampai S1adalah

modal yang tak terkira dan bekal amat berharga. Allảhummaghfirlỉ wa

liwảlidayya warhamhumả kamả robbayảnỉ shaghỉran. Dan adik-adiku

tercinta Ade Nurdin Fauzi, Abdul Falah, dan Dimas Adam kalian adalah adik-

adiku yang baik yang memotivasi penulis untuk lebih giat lagi dalam

Page 9: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

9

menuntuk ilmu. Agar penulis dapat menjadi panutan ditengah-tengah

keluarga.

8. Dan untuk keluarga Besar SMP Negeri 2 Ciputat, kepala sekolah, guru beserta

stap, penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak/ibu yang telah

membantu secara moril dalam penulisan Skripsi ini.

9. Shahabat-shahabat di Jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2004

;Barkah, Lutvi, Indah, Ayu, Hasna, Ahmad Fatoni,Zulkarnaen Fadly. Temen-

temen PPKT Irwan, Yusuf, Iik, Erna, Joya, Januar, Anggri, Faisal dan Zam-

zam. Rekan-rekan RIMASI (Riungan Mahasiswa Sukabumi) Abdullah Alawi,

Yosep, Rifqi dan Lusi, Rachmat Sofian, Muhammad Muhtar Djawinegara,

Amir Syarifudin Tanjung, Indro Wijaya Mukti, dan Oji. Temen-temen kosan

Devi, Apri, Aini, yang telah memberikan penulis motivasi, dorongan dan

canda tawanya yang selama ini menemani Perjalanan dan mengisi hari-hari

Penulis selama menimba ilmu di Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

10. Akhirnya, semoga Allah SWT selalu membimbing kita bersama dalam

menyelami ilmu-ilmunya yang dinyatakan dengan:

“Jika lautan menjadi tinta dan pepohonan menjadi kalam untuk mencatat ilmu-

Nya, maka tidaklah cukup meskipun ditambah dengan tujuh kali banyaknya.”

Penulis berharap, semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua orang, Amin.

Jakarta, 30 November 2008

Penulis

Page 10: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

10

DAFTAR ISI

ABSTRAK ......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii

DAFTAR ISI...................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

B. Identifikasi Masalah Pembatasan Masalah, dan Perumusan

Masalah ...................................................................................... 4

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................... 4

D. Metodologi Penelitian ................................................................. 5

E. Objek Penelitian ......................................................................... 6

F. Sumber Data ............................................................................... 6

G. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 7

H. Teknik Pengolahan Data ............................................................ 7

BAB II SEKOLAH DAN SOLIDARITAS SISWA

A. Sekolah ....................................................................................... 8

B. Solidaritas ................................................................................... 18

BAB III PROFIL SMP NEGERI 2 CIPUTAT

A. Sejarah Singkat SMP Negeri 2 Ciputat ...................................... 29

B. Visi dan Misi SMP negeri 2 Ciputat .......................................... 29

C. Keadaan Siswa dan Guru ........................................................... 30

D. Prestasi Siswa Dalam Mengikuti Lomba ................................... 31

E. Kegiatan Ekstra Kurikuler .......................................................... 32

Page 11: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

11

BAB IV PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

SISWA

A. Upaya-Upaya Sekolah dalam Membentuk Solidaritas Siswa .... 33

B. Efektifitas Pendidikan Solidaritas di Sekolah............................. 39

C. Manfaat Penanaman Solidaritas di Sekolah................................ 41

D. Peran Sekolah Membentuk Solidaritas Siswa............................. 45

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ................................................................................ 47

B. Saran ........................................................................................... 48

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 49

LAMPIRAN

Page 12: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Sekolah berfungsi sebagai transmisi sikap, nilai-nilai, norma-norma

dan transformasi kebudayaan. Seperti yang dikutip oleh Saleh Sugianto, W.

Waller mengatakan bahwa sekolah ibaratnya sebagai musium kebajikan.

Sedang menurut Emile Durkheim sekolah disebutkan sebagai penjaga karakter

nasional. Guru disekolah melatih anak-anak agar mereka menjadi orang

menjadi dambaan masyarakat dan bangsa.1

Usia anak sekolah, TK, SD, SMP, dan SMA adalah masa dimana

seorang anak sedang mencari jati dirinya. Dia sedang meraba bagaimana

wajah dunia. Bagaimana ia harus memperlakukan sekelilingnya. Bagaimana ia

bersikap dan berbuat kepada yang lain.2 Pada saat inilah dasar-dasar

solidaritas, toleransi, kasih sayang, tenggang rasa, dan penghargaan terhadap

perbedaan seharusnya ditanamkan dan ditumbuhkembangkan. Ini merupakan

pondasi nilai Islam bagi sistem sosial, hal ini ditegaskan oleh Allah Swt dalam

Qs. Al-Maidah: 2, yang berbunyi sebagai berikut:

1 Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi, Jakarta: lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia, 2004), h.27. 2 Majemuk, Melupakan Bangku Sekolah, Jakarta: Indonesian Conference on Religion and

Peace (ICRP), h. 5

Page 13: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

13

Artinya: “Tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya” (QS. Al-Maidah: 2).

Solidaritas juga tercermin dalam hadits: “Saya (Rasulullah Saw) dan

pengayom, pelindung anak yatim di surga seperti dua ini, lalu Rasulullah Saw

bemberikan isarat dengan jari telunjuk dan tengah” (HR. At-Tirmidzi)

Maksud dari hadist ini bahwa orang yang suka memberikan pertolongan kepada anak yatim, nanti di surga akan berdekatan dengan Rasulullah Saw, seperti jari telunjuk dan tengah.

Namun kenyataannya sekolah belum mampu menjalankan tugasnya dengan baik secara menyeluruh terhadap anak didiknya, hal ini dapat terlihat jelas dari banyaknya masalah sosial yang selalu muncul di tengah-tengah masyarakat.

Kejujuran, kebenaran, keadilan, tolong menolong dan kasih sayang

sudah tertutup oleh penyelewengan, penipuan, penindasan, saling menjegal

dan saling merugikan. Banyak terjadi adu domba dan saling fitnah, menjilat

dan mengambil hak orang lain sesuka hati, dan perbuatan-perbuatan maksiat

lainnya.

Belakangan ini kita banyak mendengar keluhan orang tua, ahli didik

dan orang-orang yang berkecimpung agama dan sosial, berkenaan dengan

perilaku remaja yang sukar dikendalikan, nakal, keras kepala, suka berbuat

keonaran, maksiat, tauran, mabuk-mabukan, pesta obat-obatan terlarang,

bergaya hidup hippes seperti di Eropa dan Amerika, melalukan pembajakan,

pemerkosaan, pembunuhan, dan tingkah laku penyimpangan lainnya.3

Salah satunya adalah Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Ciputat

(SMPN 2 Ciputat). Sekolah ini mengemban misinya lebih dari tiga puluh

tahun, namun dalam perjalanannnya masih terdapat gejala yang

memprihatinkan. Siswa sekolah ini sering sekali terlibat dalam tauran masal,

berbuat keonaran yang dapat meresahkan masyarakat. Perbuatan ini tidak

3 Abuddin Nata, Pendidikan Agama dan Moral dalam Perspektif Global, IAIN syarif

Hidayatullah Jakarta, MIMBAR (Agama dan Budaya), Vol. XVIII, No. 3, 2001, h.239-240.

Page 14: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

14

dilakukan dilingkungan sekolah melainkan di luar lingkungan sekolah, namun

perbuatan ini sangat disayangkan karena dapat memberikan citra yang tidak

baik, tidak hanya terhadap sekolah tersebut, melainkan terhadap seluruh

lembaga sekolah yang ada di negeri ini.

Selain itu salah satu sumber dari media masa mengatakan bahwa kasus

penyalah gunaan narkoba di Indonesia meningkat tajam. Data terbaru Badan

Narkotika Nasional (BNN) menyebutkan, dalam lima tahun terakhir jumlah

kasus tindak pidana narkoba di Indonesia rata-rata naik 51,3 persen atau

bertambah sekitar 3.100 kasus per tahun. Ketua BNP DKI Jakarta, Fauzi

Bowo juga mengatakan sekitar 1,5 persen penduduk Jakarta menjadi pengguna

dan penyalah guna narkoba, sebagian besar terjadi pada anak usia sekolah,

SMP dan SMU.4 Keadaan ini tidak bisa dibiarkan berlarut-larut, melainkan

harus dilakukan tindak penanggulangan secara intensif dan sungguh-sungguh.

Kalau tingkah laku penyimpangan ini tidak ditanggulangi, maka akan merusak

ketentraman umum dan masa depan remaja itu sendiri.

Dalam upaya penanggulangan tingkah laku penyimpangan tersebut

(deviasi Tingkah laku) tidak hanya tanggung jawab sekolah sebagai lembaga

pendidikan tetapi harus tanggung jawab bersama antara keluarga, sekolah dan

masyarakat. Namun keluarga dan masyarakat bukanlah sebuah lembaga

formal yang mempunyai aturan-aturan tertentu yang dijalankan di sekolah.

Oleh karena itu, sekolah lebih berperan dan bertanggung jawab atas segala

sesuatu.

Atas dasar pemikiran diatas, maka penulis bermaksud meneliti nilai-

nilai solidaritas yang ditanamkan di sekolah menengah tingkat pertama, karena

itu penulis memberikan judul “PERAN SEKOLAH DALAM

MEMBENTUK SOLIDARITAS SISWA (STUDI KASUS DI SMP

NEGERI 2 CIPUTAT)”

4 http://www.depkominfo.go.id/?action=view&pid

Page 15: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

15

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas dan dalam rangka agar

penulisan ini sistematis, terarah dan jelas maka penulis akan memberikan

identifikasi sebagai berikut:

1. Adanya pengaruh hidup individualistik yang sudah merambah ke sekolah

2. Adanya pengaruh budaya Barat

3. Nilai-nilai solidaritas yang diajarkan dalam Pendidikan Agama Islam dan

Pendidikan Kewarga Negaraan belum kontekstual.

Untuk mempermudah penulisan skripsi ini, maka penulis membatasi

masalah hanya pada nilai-nilai solidaritas yang diintegrasikan dalam

Pendidikan Agama Islam dan Pendidikan Kewarga Negaraan. Berdasarkan

batasan masalah ini, maka rumusan masalahnya adalah:

1. Upaya apa yang saja yang dilakukan sekolah dalam membentuk solidaritas

siswa?

2. Bagaimanakah pendidikan solidaritas yang epektif di sekolah?

3. Seberapa jauh sekolah berperan dalam membentuk solidaritas siswa?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka ada beberapa tujuan

yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini yaitu:

1. Untuk memaparkan upaya-upaya apa saja yang dilakukan sekolah dalam

membentuk solidaritas siswa?

2. Untuk menggambarkan pendidikan solidaritas yang efektif di sekolah.

3. Untuk memaparkan sebarapa jauh sekolah berperan dalam membentuk

solidaritas siswa.

Adapun kegunaan penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk memberikan masukan atau informasi bagi kalangan akademis untuk

lebih meningkatkan pembinaan terhadap para siswa.

2. Untuk menambah literatur penelitian pendidikan di sekolah.

Page 16: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

16

3. Untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Islam pada jurusan

Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta

D. Metodologi Penelitian Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analisisis, yaitu

sebuah teori yang bermaksud meneliti dan menemukan informasi seluas-

luasnya tentang sebuah permasalahan yang diteliti. Dalam hal ini adalah peran

sekolah dalam membentuk solidaritas siswa..

Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan

(Field Research), yaitu terjun langsung ke objek penelitian untuk memperoleh

data primer. Adapun teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam

penelitian lapangan ini adalah:

1. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang

dilakuakan oleh peneliti sebagai pewawancara dengan mengajukan

pertanyaan kepada masyarakat sebagai objek yang diwawancarai, yang

memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.5

Penulis memperoleh keterangan dengan cara tanya jawab sambil

bertatap muka dengan responden dengan menggunakan panduan

wawancara (interview guide). Untuk memperoleh data yang diperlukan

penulis melakukan wawancara dengan beberapa pihak yang dianggap

berwenang atau mengetahui masalah yang diteliti.6

2. Observasi

Observasi adalah sebuah metode ilmiah berupa pengamatan dan

pencatatan secara sistematik mengenai penomena-penomena yang

5 Lexy Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Remaja Rosdakarya, 1997), h. 3 6 M. Nasir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985), h. 182

Page 17: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

17

diselidiki.7 Observasi juga dipahami sebagai pengumpulan data dimana

peneliti mengadakan pengamatan langsungterhadap gejala dan obyek

yang diteliti.

Untuk memperkaya data dan interpretasi penelitian ini juga

menggunakan data skunder sebagai penunjang.

E. Objek Penelitian Dalam kamus bahasa Indonesia disebutkan bahwa objek adalah hal,

perkara atau orang yang menjadi pokok pembicaraan.8 Adapun objek satuan

masalah yang di analisis adalah interaksi guru dan siswa pada proses

pembelajaran kelas dan di luar kelas.

F. Sumber Data Adapun sumber data yang akan diambil dalam penelitian ini yaitu

sumber primer. Yang dimaksud sumber primer disisni yaitu guru dan siswa

SMP Negeri 2 Ciputat. Penulis akan mewawancarai dengan bertatap muka

langsung untuk mencari dan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya,

agar penulisan ini valid dan jelas.

G. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara.

Wawancara dilakukakn untuk mendapatkan informasi yang lengkap. Penulis

akan melakukan wawancara mendalam yang bersifat terbuka dan terstruktur.

Dalam hal ini, penulis melakukan wawancara kepada pihak terkait yakni

kepala sekolah SMP Negeri 2 Ciputat dan guru-guru SMP Negeri 2 Ciputat.

Selain itu penulis juga menggunakan teknik penelitian kepustakaan,

yaitu serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data

kepustakaan, membaca, mempelajari, mengkaji dan mencatat serta mengolah

7 Jalaluddin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

1999), h. 83 8 DEPDIKBUD, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h.622.

Page 18: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

18

bahan penelitian. Dengan demikian penulis menggunakan metode ini untuk

memperoleh data-data dengan melakukan penelusuran literatur yang berkaitan

dengan objek penelitian.

H. Teknik Pengolahan Data Prosedur yang ditempuh dalam pengolahan data yang telah didapatkan

adalah sebagai berikut: setelah data-data terkumpul kemudian diklasifikasikan,

disusun, dianalisa lalu di ambil kesimpulan.

I. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat atau lokasi penelitian yang penulis jadikan sebagai objek

penelitian adalah SMP Negeri 2 Ciputat. Penelitian ini dilakukan dari bulan

Maret hingga bulan September 2008.

Page 19: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

19

BAB II

SEKOLAH DAN SOLIDARITAS SISWA

A. Sekolah 1. Pengertian Sekolah

Sekolah sebagai suatu konsep mempunyai dua pengertian, yaitu:

pertama, sekolah dalam arti suatu bangunan dengan segala

perlengkapannya sebagai lembaga pendidikan; kedua sekolah sebagai

proses atau kegiatan belajar mengajar.

Sebagai lembaga pendidikan sekolah mempunyai pengertian yang

hakiki, yaitu:

a. Sekolah merupakan lembaga sosial formal yang berdasarkan undang-

undang negara sebagai lingkungan pendidikan.

b. Sekolah adalah lembaga pendidikan yang mempunyai organisasi yang

tersusun rapi.

c. Sekolah merupakan suatu sistem dengan komponen-komponen dan

memiliki keterkaitan dengan sistem-sistem lain. Pola hubungan dengan

sistem lain diwarnai dengan informasi timbal-balik, mekanisme umpan

balik berpengaruh terhadap kehidupan sekolah.

d. Sekolah sebagai pusat pendidikan formal merupakan perangkat

masyarakat yang diserahi kewajiban pemberian pendidikan.

e. Sekolah sebagai perangkat /institusi masyarakat didata dan dikelola

secara formal, mengikuti haluan yang pasti yang tercermin di dalam

Page 20: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

20

falsafat dan tujuan, penjenjangan, kurikulum, pengadministrasian dan

pengelolaannya.9

Dalam Ensiklopedia Indonesia sekolah adalah tempat anak didik

mendapatkan pelajaran yang diberikan oleh guru jika mungkin guru yang

berijazah hendaknya diberikan secara pedagogik dan didaktik, tujuannya

untuk mempersiapkan anak-anak didik menurut bakat dan kecakapannya

masing-masing agar mampu berdiri sendiri di dalam masyarakat.10

Sekolah adalah lembaga pendidikan yang sangat penting setelah

keluarga. Sekolah sebagai lingkungan pendidikan bukan mengambil

peranan dan fungsi orang tua dalam mendidik anaknya dalam lingkungan

keluarga, tetapi sekolah bersama-sama dengan orang tua membantu

mendidik anak-anaknya.11

2. Kedudukan Sekolah

Lembaga pendidikan adalah suatu bentuk organisasi yang tersusun

relatif tetap atas pola-pola tingkah laku, peranan-peranan dan relasi-relasi

yang terarah dalam mengikat individu yang mempunyai otoritas formal

dan sangsi hukum, guna tercapainya kebutuhan-kebutuhan sosial dasar.12

Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai kedudukan

seperti sekeping uang logam yang mempunyai 2 sisi; satu sisi (di satu

pihak) mewakili pemerintah, dan satu sisi lainnya (di pihak lain) mewakili

orang tua/masyarakat setempat; sehingga program pendidikan sekolah juga

di satu pihak berisi muatan/pesan pemerintah/ negara dan juga dipihak lain

harus berisi muatan/pesan dari masyarakat.

Selain itu, pendidikan di sekolah itu sebenarnya adalah bagian dari

pendidikan dalam keluarga. Dan kehidupan di sekolah adalah merupakan

jembatan bagi anak yang akan menghubungkan kehidupan dalam keluarga

9 H.M Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1999), Cet. 1, h.

18 10 Hasan Syadili, Ensiklopedia Indonesia, (Jakarta: PT. Ikhtar Baru-Van Haeve,tt). Jilid

V, h. 3060 11 Mari Yusuf, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1986), h. 25. 12 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2004), h.217

Page 21: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

21

dengan kehidupan dalam masyarakat kelak. Melalui sekolah inilah seorang

anak kelak diharapkan menjadi orang dewasa sebagai seorang warga

negara dan warga masyarakat yang baik dan produktif.

3. Macam-Macam Sekolah

Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai banyak ragam,

hal ini tergantung dari segi mana melihatnya. Ditinjau dari segi yang

mengusahakan;

1. Sekolah negeri, yaitu sekolah yang diusahakan oleh pemerintah, baik

dari segi pengadaan fasilitas, keuangan, maupun pengadaan tenaga

pengajar.

2. Sekolah swasta, yaitu sekolah yang diusahakan oleh selain pemerintah,

yaitu badan-badan swasta.

Ditinjau dari sudut tingkatan;

Menurut UU Nomor 2 Tahun 1989, bahwa jenjang pendidikan yang

termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri dari:

1. Pendidikan Dasar

a) Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah

b) SMP/MTs

2. Pendidikan Menengah

a) SMU dan Kejuruan

b) Madrasah Aliyah

3. Pendidikan Tinggi

a) Akademi

b) Institusi

c) Sekolah Tinggi

d) Universitas

Selain jenjang pendidikan tersebut, ada juga

diselenggarakan pendidikan Pra Sekolah, yaitu suatu

penyelenggaraan pendidikan yang diperuntukan bagi anak sebelum

memasuki Pendidikan Dasar.

Page 22: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

22

Ditinjau dari sifatnya;

a) Sekolah Umum

Yaitu sekolah yang belum mempersiapkan anak dalam

spesialisasi pada bidang pekerjaan tertentu. Sekolah ini

penekanannya adalah sebagai persiapan mengikuti pendidikan

yang lebih tinggi tingkatannya. Yang termasuk dalam hal ini

adalah SD/ MI, SMP/ MTs, SMU/ MAU.

b) Sekolah Kejuruan

Yaitu lembaga pendidikan sekolah yang mempersiapkan

anak untuk mengusai keahlian-keahlian tertentu, seperti: SMEA,

MAPK (MAK), SMKK, STM dan sebagainya.13

4. Fungsi dan Peranan Sekolah

Pada masyarakat modern seperti sekarang ini, sekolah sangat

berperan untuk mempersiapkan tenaga kerja yang memiliki

pengetahuandan keahlian khususagar mampu menjawab tantangan

spesialisasi yang semakin luas dan semakin tajam. Sekarang ini sekolah

bersama keluarga berupaya menyiapkan generasi muda agar dapat

memangku jabatan dan mengisi lapangan kerja yang semakin bervariasi.

Selain itu, fungsi atau peran sekolah pada umumnya adalah:

a. Mempertajam dan mencerdaskan intelek anak.

b. Penyempurnaan (dalam batas-batas tertentu) pendidikan dalam

keluarga maupun keagamaan.

c. Sekolah juga berfungsi sebagai pewaris dan pemelihara kebudayaan;

dan sebagai agen pembaharu kebudayaan.

d. Sekolah sebagai pembantu lingkungan keluarga bertugas

mengembangkan pribadi anak didik dengan mendidik dan mengajar

serta memperbaiki dan memperhalus tingkah laku anak didik yang

dibawanya dari keluarganya.

13 Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, h. 52-53.

Page 23: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

23

e. Sekolah juga berfungsi melayani kepentingan bangsa/negara seperti

yang ditetapkan oleh pemerintah, karena pemerintah mengatur segala

sesuatu yang menyangkut kepentingan seluruh rakyat bangsa.14

Dalam konsepsi Islam, fungsi utama sekolah adalah sebagai media

realisasi pendidikan berdasarkan tujuan pemikiran, aqidah, dan syariat

demi terwujudnya penghambaan diri kepada allah serta sikap mengesakan

Allah dan mengembangkan segala bakat atau potensi manusia sesuai

fitrahnya sehingga manusia terhindar dari berbagai penyimpangan.15

Dalam bukunya Muri Yusuf, Pengantar Ilmu Pendidikan dijelaskan

bahwa peranan dan fungsi sekolah yang pertama-tama ialah membantu

keluarga dalam mendidik anak-anaknya di sekolah. Sekolah, guru dan

tenaga pendidik lainnya melalui wewenang hukum yang dimilikinya

berusaha melaksanakan tugas yang kedua yaitu memberikan pengetahuan,

keterampilan dan nilai sikap secara lengkap sesuai pula dengan apa yang

dibutuhkan oleh anak-anak dari keluarga yang berbeda. 16

Di samping itu telah diakui oleh berbagai pihak peran sekolah bagi

pembentukan kepribadian anak sangat besar. Sekolah telah membina anak

tentang kecerdasan, sikap, minat dan sebagainya dengan gaya dan caranya

sendiri sehingga anak menaatinya. Karena itu dapatlah dikatakan sekolah

berpengaruh besar bagi jiwa dan keberagamaan anak.17

Adapun fungsi sekolah itu sendiri, telah diperinci oleh “Suwarno”

dalam bukunya Pengantar Umum Pendidikan, adalah sebagai berikut:

b. Mengembangkan kecerdasan pikiran dan memberikan pengetahuan;

c. Spesialisasi; sekolah mempunyai fungsi sebagai lembaga sosial yang

spesialisasinya dalam bidang pendidikan dan pengajaran.

14 H.M Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, h.19-20 15 Addurrahman an-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah Sekolah Dan Masyarakat,

(Jakarta: Gema Insani, 2004), h. 152 16 Mari Yusuf, Pengantar Ilmu Pendidikan, h. 33 17 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1998), h. 214.

Page 24: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

24

d. Efisiensi; terdapatnya sekolah sebagai lembaga sosial yang

berspesialisasi di bidang pendidikan dan pengajaran, maka pelaksanaan

pendidikan dan pengajaran dalam masyarakat menjadi lebih efisien;

e. Sosialisasi; sekolah mempunyai peranan penting di dalam proses

sosialisasi, yaitu proses membantu perkembangan individu menjadi

makhluk sosial, makhluk yang dapat beradaptasi dengan baik di

masyarakat. Sebab bagaimanapun akhirnya dia berada di masyarakat;

f. Konservasi dan transmisi kultural; fungsi lain dari sekolah adalah

memelihara warisan budaya yang hidup dalam masyarakat dengan

jalan menyampaikan warisan kebudayaan tadi (transmisi kultural)

kepada generasi muda, dalam hal ini tentunya adalah anak didik.

g. Transmisi dari rumah ke masyarakat; ketika berada di keluarga,

kehidupan anak serba menggantungkan diri pada orang tua, maka

memasuki sekolah dimana ia mendapatkan kesempatanuntuk melatih

berdiri sendiri dan tanggung jawab sebagai persiapan sebelum ke

masyarakat.18

5. Tanggung Jawab Sekolah

Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal menerima fungsi

pendidikan berdasarkan asas-asas tanggungjawab yang meliputi:

a. Tanggungjawab formal kelembagaan sesuai dengan fungsi dan tujuan

yang ditetapkan menurut ketentuan-ketentuan yang berlaku (undang-

undang pendidikan)

b. Tanggungjawab keilmuan berdasarkan bentuk, isi, tujuan, dan tingkat

pendidikan yang dipercayakan kepadanya oleh masyarakat dan negara.

c. Tanggungjawab fungsional ialah tanggungjawab profesional pengelola

dan pelaksana pendidikan (para guru, pendidik) yang menerima

ketetapan ini berdasarkan ketentuan-ketentuan jabatannya.

18 Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Press, 2003), h. 50-51

Page 25: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

25

Tanggungjawab ini merupakan pelimpahan tanggungjawab dan

kepercayaan orang tua (masyarakat) kepada sekolah dari para guru.19

Syahminan Zaini dalam buku Prinsip-Prinsip Dasar Konsepsi

Pendidikan Islam mengatakan bahwa tanggung jawab sekolah ada dua

macam, yaitu:

a. Tanggung jawab yang disebabkan oleh karena pelimpahan sebagian

tanggung jawab orang tua kepada sekolah. Kenyataan sudah

menunjukkan, bahwa orang tua tidak cukup mampu dan tidak punya

banyak waktu untuk mendidik anak-anak mereka secara baik dan

sempurna. Hal ini disebabkan karena keterbatasan mereka dan

kesibukkan mereka dalam memenuhi kebutuhan mereka dan anak-anak

mereka setiap saat. Oleh karena itu mereka melimpahkan sebagian

tanggung jawab mereka kepada sekolah dan sekolah menerimanya

dengan cara menerima anak yang diserahkan orang tuanya kepada

sekolah.

b. Tanggung jawab yang disebabkan oleh karena tanggung jawab guru

sebagai seorang muslim terhadap muslim lainnya. Sebagaimana dalam

QS. At-Taubah: 122, yang berbunyi,

⌧ ⌧

⌧ Artinya: “Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka

beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya

19 Tim Dosen FIP-IKIP Malang, Pengantar Dasar-Dasar Pendidikan, (Surabaya: Usaha

Nasional,1988), h.18

Page 26: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

26

apabila mereka Telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”.20

6. Ciri-ciri Pertumbuhab Kejiwaan Anak Sekolah Menengah

Sebetulnya ciri-ciri tersebut di bawah ini sudah mulai nampak pada

kelas-kelas akhir sekolah dasar yang makin nampak jelas ketika anak

menjalani pendidikan sekolah menengah.

Ciri-ciri itu antara lain:

a. Bertambahnya kemampuan membuat abstraksi, memahami hal-hal

yang bersifat abstrak.

b. Bertambahnya kemampuan berkomunikasi pikir dengan orang tua.

c. Mampu mengadakan identifikasi kondisi dalam lingkungan hidup yang

lebih luas.

d. Bertumbuhnya minat untuk memahami diri sendiri, dan orang lain.

e. Bertumbuhnya kemampuan untuk membuat keputusan sendiri.

f. Bertumbuhnya pengertian tentang konsepsi moral dan nilai-nilai.

g. Pertumbuhan kemampuan sosial meliputi: kemampuan saling memberi

dan menerima, partisipasi dlam masyarakat kelompok sebaya

menonjol, bersifat konformis, tindakan kompetitif untuk menguji

kemampuan diri.21

7. Pergaulan dalam Sekolah

Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, terdiri dari guru

(pendidik) dan murid-murid/ anak didik. Antara mereka sudah barang tentu

terjadi adanya saling hubungan, baik antara guru/ pendidik dengan murid-

muridnya maupun antara murid dengan murid.

20 Syahminan Zaini, Prinsip-Prinsip Dasar Konsepsi Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam

Mulia, 1986), h.137-138 21 Tim Dosen FIP-IKIP Malang, Pengantar Dasar-Dasar Pendidikan, h. 115-116.

Page 27: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

27

Para guru sebagai pendidik, dengan wibawanya dalam pergaulan

membawa murid sebagai anak didik ke arah kedewasaan. Memanfaatkan/

menggunakan pergaulan sehari-hari dalam pendidikan adalah cara yang

paling baik dan efektif dalam pembentukan pribadi dan dengan cara ini

pula maka hilanglah jurang pemisah antara guru dengan murid.

Kepramukaan yang diadakan di sekolah-sekolah adalah satu

organisasi yang mengembangkan cara pergaulan untuk membentuk

kepribadian/ membawa kepada kedewasaan anak. Suasana pergaulan

dalam pramuka adalah suasana paedagogis. Semua perintah dan larangan

diberikan dalam suasana edukatif. Setiap pelajaran yang diberikan dalam

suasana paedagogis.

Hubungan murid dengan murid juga menunjukkan suasana

edukatif. Sesama murid saling berkawan, berolah raga bersama dengan

ketentuan-ketentuan yang berlaku, saling mengajak dan diajak, saling

bercerita, saling mendisiplin diri agar tidak menyinggung perasaan

temannya.

Hubungan murid dengan murid ada kalanya sederajat dan

adakalanya lebih rendah atau lebih tinggi kedewasaannya. Dalam hal ini

bisa terjadi adanya pergaulan sehari-hari yang berpengaruh negatif maupun

berpengaruh positif. Pergaulan yang berpengaruh positif inilah yang

mengandung adanya gejala-gejala pendidikan.

Kegitan-kegiatan disekolah yang mengandung gejala-gejala

pendidikan antara lain organisasi intra pelajar, pelajaran berolah raga, kerja

bakti, baris berbaris, senam, keterampilan dan sebagainya. Kesemuanya

mengharuskan murid berdisiplin dan meningkatkan keahlian.22

8. Sekolah Sebagai Lingkungan Pendidikan

Lingkungan adalah sesuatu yang dapat mempengaruhi jiwa si anak.

Dalam arti yang luas lingkungan mencakup iklim dan geografis, tempat

tinggal, adat istiadat, pengetahuan, pendidikan dan alam.

22 Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001),26-27.

Page 28: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

28

Pengetahuan tentang lingkungan, bagi para pendidik merupakan

alat untuk dapat mengerti, memberikan penjelasan dan mempengaruhi anak

secara lebih baik. Misalnya, anak manja biasanya berasal dari lingkungan

keluarga yang anaknya tunggal atau anak yang nakal di sekolah umumnya

di rumah mendapat didikan yang keras atau kurang kasih sayang dan

mungkin juga karena kurang mendapat perhatian gurunya. Disekolah anak

berkumpul dengan anak-anak yang umurnya hampir sama, dengan taraf

pengetahuan yang kurang lebih sederajat dan secara sekaligus menerima

pelajaran yang sama, tidak ada perbedaan sedikitpun baik dari segi

suasana, tanggung jawab maupun kebebasan dan pergaulan.

a. Suasana

Sekolah adalah tempat anak belajar. Ia berhadapan dengan guru yang

tidak dikenalnya. Guru itu selalu berganti-ganti. Kasih guru kepada

murid tidak mendalam seperti kasih orang tua kepada anaknya, sebab

guru dan murid tidak terikat oleh tali kekeluargaan. Guru tak mungkin

dapat menyelami jiwa anak itu sedalam-dalamnya. Ia tak mungkin

dapat mencurahkan perhatiannya pada seorang anak saja. Baginya

anak itu tak lain daripada seorang murid diantara sekian banyak murid

yang lain, yang diserahkan kepadanya. Ia mengajarnya dalam satu atau

beberapa tahun, dan muridnya itupun selalu berganti-ganti dari tahun

ke tahun.

b. Tanggung jawab

Di sekolah guru merasa bertanggung jawab terutama terhadap

pendidikan otak murid-muridnya. Ia merasa telah memenuhi

kewajibannya dan mendapat nama baik, jika murid-muridnya sebagian

besar naik kelas atau lulus dalam ujian. Akan tetapi ajaran Islam

memerintahkan bahwa guru tidaknya hanya mengajar, tetapi juga

mendidik. Ia sendiri harus memberi contoh dan menjadi teladan bagi

murid-muridnya dan dalam segala mata pelajaran ia dapat

menanamkan rasa keimanan dan akhlak sesuai dengan ajaran Islam.

Malahan ia di luar sekolahpun ia harus bertindak sebagai pendidik.

Page 29: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

29

c. Kebebasan

Di sekolah tidak mempunyai kebebasan seperti di rumah. Di sana ada

aturan-aturan yang tertantu. Disekolah dimulai pada waktu yang

ditentukan, dan ia harus duduk selama waktu itu pada tempat yang

ditentukan pula. Ia tidak boleh meninggalkan atau menukar tempat,

kecuali seizin gurunya. Pendeknya ia harus menyesuaikan diri dengan

peraturan-peraturan yang telah ditetapkan.

d. Pergaulan

Di sekolah pergaulan antara murid dengan murid acapkali lebih “lues”

(jakelijk). Mereka harus menghormati hak dan kepentingan masing-

masing.23

B. Solidaritas 1. Pengertian Solidaritas

Secara etimologi arti solidaritas adalah kesetiakawanan atau

kekompakkan. Dalam bahasa Arab berarti tadhamun atau takaful dan

ukhuwah. Solidaritas dalam dua term ini mengandung pengertian, yaitu sikap

saling membantu, menanggung dan memikul kesulitan dalam hidup

bermasyarakat. Sikap anggota masyarakat Islam yang sering memikirkan,

memperhatikan, dan membantu mengatasi kesulitan; anggota masyarakat

Islam yang satu merasakan penderitaan yang lain sebagai penderitaaannya

sendiri dan keberuntungannya adalah juga keberuntungan yang lain.24

Secara terminologis kata “solidaritas” berasal dari bahasa latin

solidus “solid”. Kata ini dipakai dalam system sosial yang berhubungan

dengan integritas kemasyarakatan melalui kerjasama dan keterlibatan yang

satu dengan yang lainnya. Bentuk dari solidaritas dalam kehidupan

bermasyarakat berimplikasi pada kekompakkan dan keterikatan dari

bagian-bagian yang ada. Dalam hukum romawi dikatakan bahwa

solidaritas menunjuk pada idiom “semua untuk masing-masing untuk

23 Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h. 71-73 24 http://kmmmesir.org/content/view/143/134/

Page 30: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

30

semua”. Tidak jauh dari hukum romawi, bangsa Prancis mengaplikasikan

terminology solidaritas pada keharmonisan sosial, persatuan nasional dan

kelas dalam masyarakat. Begitupun di Inggris kata solidaritas bermakna

keterpaduan suatu kelompok interest dan tanggung jawab.

Istilah lain yang juga memiliki arti yang sama dengan solidaritas

adalah “Asabiah” dalam karakteristik tertentu konsep asabiah sering

diartikan juga sebagai keketatan hubungan seseorang dengan golongan

atau grupnya dan berusaha sekuat tenaga untuk menolongnya serta berlaku

ta’asub terhadap prinsip-prinsipnya. Sedangkan T. Kemiri menerangkan

bahwa konsep asabiah itu merupakan konsep nasionalisme dalam arti yang

luas, sementara itu konsep asabiah tersebut oleh Mukti Ali diterjamahkan

sebagai solidaritas sosial.25

Solidaritas sosial merupakan suatu keadaan masyarakat dimana

keteraturan dan keseimbangan hidup setiap individu masyarakat telah

terjalin. Dilihat dari struktur masyarakatnya, dalam kajian solidaritas

sosial, Durkheim menggunakan istilah solidaritas mekanik dan solidaritas

organic. Solidaritas mekanik merupakan ciri yang menandai masyarakat

yang masih sederhana, yang oleh Dhurkheim dinamakan segmental.

Dalam masyarakat yang menganut solidaritas mekanik, yang

diutamakan ialah persamaan perilaku dan sikap. Perbedaan tidak

dibenarkan. Menurut Durkheim seluruh warga masyarakat diikat oleh apa

yang dinamakan kesadaran kolektif, hati nurani kolektif (collective

conscience) suatu kesadaran bersama yang mencakup keseluruhan

kepercayaan dan perasaan kelompok, dan bersifat ekstern serta memaksa.

Sanksi terhadap pelanggaran hokum disini bersifat represif; barang siapa

melanggar solidaritas sosial akan dikenai hukuman pidana.

Solidaritas organic merupakan bentuk solidaritas yang mengikat

masyarakat kompleks masyarakat yang telah mengenal pembagian kerja

yang rinci dan dipersatukan oleh kesaling tergantungan antar bagian.

25 Ibnu Khakdun, Muqaddimah Ibnu Khaldun, ter. Ahmadi Toha, (Jakarta: Pustaka

Firdaus, 2000), h. 50

Page 31: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

31

Pada masyarakat dengan solidaritas organic ini, ikatan utama yang

mempersatukan masyarakat bukan lagi kesadaran kolektif atau hati nurani

kolektif (collective conscience) melainkan kesepakatan yang terjalin

diantara berbagai kelompok profesi. Di sini pun hokum yang menonjol

bukan lagi hokum pidana, melainkan ikatan hokum perdata. Dalam hal

terjadi pelanggaran terhadap kesepakatan bersama maka yang berlaku ialah

sanksi restitutif: si pelanggar harus membayar ganti rugi kepada pihak

yang menderita kerugian untuk mengembalikan keseimbangan yang telah

dilanggarnya.26

Solidaritas bisa juga berarti belas kasihan (charity). Dimana setiap

manusia mengesampingkan lebih dari warna kulit, agama, suku, atau

golonganatas nama belas kasihan kepada sesama. Sehingga tidak ada

perbedaan diantara manusia.

Dalam arti yang paling murni belas kasihan bukan perbuatan yang

baik, bukan murah hati, bukan rasa kemanusiaan, bukan altruisme, bukan

kebaikan hati. Juga bukan rasa iba, sikap terbuka pada siapapun, atau sifat

kasih yang sangat besar, Charity berarti lebih dari pada itu semua. Segala

sifat-sifat yang baik yang tersebut di atas hanya mempunyai satu

persamaan yaitu mempunyai sifat sebaliknya, yaitu egoisme. Cinta kepada

tetangga yang secara spontan atau tidak dengan pikiran tidak sama dengan

charity kecuali dari segi bahwa pelakunya memandang manusia dengan

kacamata Tuhan untuk membenarkan pemberian Tuhan yang tak terbatas

dan menegakkan Tuhan dalam manusia. Al-Qur’an melukiskan orang yang

baik seperti mereka yang melakukan amal saleh, memberikan makanan,

karena cintanya kepada Tuhan, untuk orang miskin, anak yatim dan orang

tawanan. 27

26 Kamanto Sunarto, Pengantar sosiologi, (Jakarta: Lembaga penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004), h.132.

27 Marcel A. Boisard, Hmanisme Dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1980), h. 133.

Page 32: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

32

Artinya; “Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada

orang miskin, anak yatim dan orang yang di tawan”. (QS. 76: 8).

2. Nilai-Nilai Solidaritas dalam Islam

Kehidupan dunia dengan seluruh apa yang ada di dalamnya, berupa

shalat dan amal dunia, dengan segala bentuk larangan merupakan jalan

satu-satunya menuju akhirat, baik yang akan berujung pada surga maupun

neraka (siksa atau mardhatillah).

Ia merupakan kesatuan yang diyakini oleh Islam dalam alam

semesta dan kehidupan, antara hidup dan kehidupan, antara masyarakat

dan individu, antara dorongan dan pelaksanaan dalam dirinya, dan pada

tingkat paling tinggi antara agama dan keduniawian serta antara bumi dan

langit.

Ia tidak meyakininya berdasar kehendak individu maupun

masyarakat, atau berdasar kepentingan golongan yang satu dari golongan

yang lain, atau bagi generasi yang satu atas generasi yang lainnya. Masing-

masing mereka mempunyai hak dan kewajiban sendiri-sendiri berdasar

keadilan dan persamaan.

Individu dan masyarakat, suku dan bangsa, generasi yang satu

dengan generasi yang lainnya, semuanya diatur dengan hukum yang satu

dan mempunyai tujuan yang satu pula., yaitu menggerakkan karya individu

dan masyarakat tanpa adanya pertentangan dan agar masing-masing

generasi bekerja untuk menumbuhkan dan membangun kehidupan serta

mengarahkannya menuju pencipta segala kehidupan ini.

Islam adalah agama kesatuan antara seluruh kekuatan alam, dan

tidak diragukan lagi bahwa ia adalah agama tauhid, pengesaan Tuhan,

pengesaan seluruh agama dalam agama Allah, dan pengesaan Rasul dalam

menyebarkan agama yang satu pula semenjak munculnya fajar kehidupan.

Page 33: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

33

Artinya: “Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kamu semua, agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku”. (QS. 21: 92).

Islam adalah agama kesatuan antara ibadah dan muamalah, antara

aqidah dan perbuatan, material dan spiritual, nilai-nilai ekonomi dan nilai-

nilai moral, dunia dan akhirat, bumi dan langit.

Dari kesatuan besar ini muncullah ketentuan dan ketetapannya,

pengaturan harta kekayaan, pembagian harta rampasan dan utang piutang,

dan dalam hak dan kewajiban. Dalam prinsip inilah terkandung seluruh

bagian-bagian dan rincian-rinciannya.

Selanjutnya, kehidupan dalam pandangan Islam, merupakan kasih

sayang, persaudaraan, tolong menolong dan tenggang menenggang, dalam

asas yang jelas batasnya dan system yang jelas ketentuannya, baik antara

seluruh umat Islam khususnya dan antara individu-individu manusia pada

umumnya.28

Dalam Islam, solidaritas terdiri dari: (1) Solidaritas Sosial (2)

Solidaritas Keadilan, (3) Solidaritas Ilmu dan (4) Solidaritas dalam

Perlawanan.29

a. Solidaritas sosial merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan

sosial, guna menjaga hakekat kemanusiaan dalam hubungan antar

individu atau antar kelompok, adapun yang termasuk ke dalam

solidaritas sosial adalah sebagai berikut:

1) Tasamuh

Tasamuh adalah perilaku hidup yang didorong karena

keinginan memberikan kemudahan dan mempermudah urusan

terhadap orang lain. Apabila kita berurusan dengan orang lain dia

tidak akan mempersulit. Jika orang yang berurusan dengannya

berada dalam kesempitan maka dia akan memberikan kelonggaran.

28 Sayyid Quthb, Keadilan Sosial Dalam Islam, (Bandung: Pustaka, 1984), h. 32-35. 29 http://sayyidulayyaam.blogspot.com/2006/11/islam-dan-solidaritas-sosial.htm

Page 34: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

34

Dalam sebuah hadist Rasulullah saw. Disebutkan bahwa

inti dari beragama adalah memberikan kemudahan dan

kelonggaran apabila ada orang yang berkesempitan atau kesusahan.

اَلَّذِ يْنَ يَسَّرُ فَلاَ تَعَسَّرُوْا Artinya: “Agama itu sesungguhnya kemudahan, maka janganlah

kamu suka sekali mempersulit urusan.” (H.R Bukhari dan Muslim).

2) Toleransi

Toleransi adalah sikap atau perbuatan yang dapat

membiarkan menghargai pendirian, pendapat dan perbuatan orang

lain, kendatipun pendirian, pendapat/ perbuatan orang lain tersebut

berbeda atau tidak sama dengan pedirian pendapatnya. Rumusan

ini menyangkut toleransi sosial.

Mengenai toleransi agama, rumusannya harus di rubah

sebab, toleransi agama menyangkut keyakinan yang berhubungan

dengan aqidah. Allah tidak melarang umat Islam hidup

bermasyarakat dengan dengan pemeluk agama lain, asal mereka

tidak memusuhi Islam, QS. 60:8. dengan demikian Islam

menganjurkan penganut-penganutnya mengadakan toleransi sosial

kepada sesama umat beragama.

Page 35: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

35

Artinya: “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu Karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. (Al-Mumtahanah : 8)

Al-Qur’an memerintahkan kita agar selalu berbuat baik,

bekerja sama dan toleransi kepada semua orang termasuk orang

non muslim, selama mereka tidak menunjukkan permusuhan.

Perbedaan agama tidak dapat memutuskan persahabatan antara

oeang Islam dan non Islam dalam sosial kemasyarakatan.

3) Ta’awun

Ta’awun adalah perilaku yang lahir dari niat dan dorongan

ingin saling membantu dan bekerjasama dengan sesama. Perilaku

ta’awun lahir dari niat dan dorongan untuk mancapai sebuah tujuan

mulia, yakni menciptakan kebaikan atau kemakmuran.

Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan uluran

tangan dan pertolongan dari sesama. Baik yang kaya atau miskin,

yang pintar maupun yang kurang pandai, yang kuat atau yang

lemah. Semuanya selalu membutuhkan uluran tangan dan

pertolongan dari sesamanya.

4) Persamaan

Konsep persamaan yang menjadi ciri utama masyarakat

Islam adalah lebih menekankan pada konsep hukum. Sendi ini

tersimpul dalam QS. Alhujurot: 13

Page 36: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

36

Artinya : “Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu

dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”.

Dari ayat di atas memberi petunjuk kepada manusia di

muka bumi ini bahwa manusia mempunyai derajat yang sama.

Adapun Allah Swt menjadikan manusi bersuku-suku, berbangsa-

bangsa, berlainan bahasa dan kulit adalah merupakan bukti

kekuasaan Allah Swt dan juga untuk saling kenal.

Dalam ayat di atas dinyatakan bahwa yang membedakan

tingkatan manusia dengan yang lainnya adalah takwa kepada Allah

Swt. Seorang budak (Bilal bin Rabbah) tukang azan Rasulullah

Saw lebih mulia dan tinggi derajatnya di sisin Allah Swt dan orang

yang beriman, daripada seorang Fir’aun yang bangsawan lagi

hartawan tapi sombong, congkak, takabur bahkan mengaku sebagai

Tuhan.

Walaupun demikian dalam masyarakat dewasa ini, ada

agama atau masyarakat yang membedakan klasifikasi atau

diskriminasi ras seperti dalam agama Hindu, yang tercantum dalam

Kitab Weda, membagi manusia kepada tiga golongan atau

tingkatan, yaitu Brahmana, Kshattrya dan Vaisya. Dalam al-qur’an

Page 37: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

37

tidak akan kita dapatkan konsep dan cara hidup bermasyarakat

yang demikian.30

5) Menyebarkan kasih sayang

Kasih sayang dan baik hati adalah kaidah yang harus

dijunjung tinggi, tetapi hal-hal tersebut bukan ide yang abstrak dan

ideal. Peraturan sama artinyadengan keseimbangan dan kebenaran,

kesatuan dan keadilan. Kita harus menempatkan ide-ide tersebut

dalam konteks ini, oleh karena agama memberikan ajaran moral

perorangan dan dasar-dasar lembaga sosial. Perintah kepada

perorangan untuk adil, ditambah dengan kasih sayang dan murah

hati, dalam rangka kolektif dan menjelma menjadi altruisme yang

timbul dari konsep solidaritas yang sangat perlu bagi masyarakat

manusia bagi doktrin Islam. Ini adalah gerakan keluar yang

menentang egoisme, tanpa menghilangkan individualisme atau

utilitarisme.31

b. Solidaritas keadilan

Adil menurut Imam Al-Ghazali adalah meletakkan sesuatu

pada tempatnya. Menempatkan sesuatu secara wajar dan proporsional.

Solidaritas Keadilan seperti halnya seorang hakim menegakkan

keadilan terhadap rakyat dan negerinya, karena Allah SWT

memerintahkannya. (QS. An-Nahl:90).

30 Syahid Mu’ammar Pulungan, Manusia dalam al-Qur’an, (Surabaya: Bina Ilmu, 1984),

h. 60. 31 Marcel A. Boisard, Hmanisme Dalam Islam, h. 142

Page 38: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

38

⌧ ☺

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”

Ayat ini menjelaskan bahwa kita harus berbuat adil pada

siapapun. Sebagai manusia kita harus berusaha menegakkan keadilan

pada siapa saja tanpa melihat status sosial seseorang.

c. Solidaritas Ilmu

Solidaritas Ilmu, yaitu keharusan seorang Alim atau kiyai

mengajar orang yang tidak tahu dan kewajiban orang yang tidak tahu

belajar kepada Alim.

⌧ ☺

⌧ ⌧

Artinya : “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka Telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (QS. At-Taubah:122 ).

Page 39: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

39

Maksud dari ayat ini adalah melarang supaya jangan sampai

semua kaum muslimin pergi berperang, melainkan hendaklah ada

sebagian yang tinggal menyelenggarakan unrusan-urusan lain.32

Adapun kaitannya dengan solidaritas ilmu, penulis berpendapat

bahwa harus adanya pembagian tugas yang baik sesuai dengan

keahliannya, misal seorang alim ulama, tugasnya adalah mengajar

orang-orang yang tidak tahu menjadi tahu, sedangkan perang adalah

tugas para tentara, karena yang dimaksud jihad bukanlah perang saja,

namun semua perbuatan yang diridhai Allah Swt adalah termasuk

jihad.

d. Solidaritas Dalam Perlawanan

Solidaritas dalam Perlawanan, yaitu kewajiban kaum Muslimin

membela agama dan negaranya.

☺ Artinya: “Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun

berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu Mengetahui.” (QS.At-Taubah:41).33

Ayat ini memerintahkan supaya segenap orang mesti berangkat

pergi berperang, baik dengan langkah yang ringan maupun yang berat,

dengan senjata maupun tidak, sendiri maupun bersama-sama dalam

barisan.34

32 Abdul Halim Hasan Binjai, Tafsir al-Ahkam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), h. 504.

33 http://sayyidulayyaam.blogspot.com/2006/11/islam-dan-solidaritas-sosial 34Abdul Halim Hasan Binjai, Tafsir al-Ahkam, h. 489.

Page 40: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

40

Kaitannya dengan solidaritas dalam perlawanan, bahwa semua

kaum muslimin baik yang tua maupun yang muda, kaya ataupun miskin,

harus mbersatu dan bekerja sama dalam membela agama dan negara tanpa

melihat status sosial seseorang. Apabila seseorang itu tidak mampu

berjihad dengan tenaga dan kekuatannya, maka dianjurkan berjihad

dengan harta.

Page 41: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

41

BAB III

PROFIL SMP NEGERI 2 CIPUTAT

A. Sejarah Singkat SMP Negeri 2 Ciputat 1. Januari 1977 : Mulai berdiri dengan nama SMPN. Kelas jauh dari

SMPN. 2 Tangerang

2. April 1979 : Oleh kanwil Jabar di kukuhkan menjadi SMPN. 2 Filial

3. Februari 1983 : SMP berdiri sendiri dengan nama SMPN. 1 Ciputat

4. Januari 1999 : Berdasarkan nomen klatur untuk kecamatan ciputat di

bakukan berubah menjadi SMPN. 2 Ciputat

5. Juli 2004 : SMPN. 2 Ciputat membuka program Akselerasi /

percepatan waktu yaitu 2 tahun selesai

6. Juli 2007 : SMPN. 2 Ciputat menuju Sekolah Standar Nasional

(SSN)

B. Visi dan Misi SMPN 2 Ciputat Visi : 1. Unggul dalam prestasi

2. Teladan dalam perbuatan

3. Tekun dalam beribadah

Misi : 1. Mewujudkan peningkatan kualitas mutu lulusan

2. Mewujudkan peningkatan jumlah lulusan yang masuk

SMU/SMK Negeri

Page 42: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

42

3. Membina sikap percaya diri, semanggat gotong royong dan

cintatanah air

4. Meningkatkan prestasi kerja yang diimbangi dengan

penghargaan yang layak serta dilandasi dengan semangat

ketauladanan dan keikhlasan.

5. Meningkatkan status sekolah menjadi sekolah unggulan.35

C. Keadaan Siswa dan Guru 1. Keadaan Siswa

TABEL

DATA JUMLAH KELAS ROMBEL DAN SISWA

Jumlah Siswa No. Data Kelas Jumlah

Rombel Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Kelas VII 10 195 199 394

2 Kelas VIII 9 155 186 341

3 Kelas IX 10 189 203 392

T o t a l 29 539 588 1.127

2. Keadaan Guru

TABEL

MATA PELAJARAN DAN JUMLAH GURU

NO MATA PELAJARAN JUMLAH GURU

1 Pendidikan Agama Islam 3

2 Pendidikan Kewarganegaraan 3

3 Bahasa Indonesia 8

4 Bahasa Inggris 7

5 Matematika 7

35 Tata Usaha SMP Negeri 2 Ciputat.

Page 43: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

43

6 Ilmu Pendidikan Alam 7

7 Ilmu Pendidikan Sosial 5

8 Pendidikan Seni dan Budaya 3

9 Penjaskes 3

10 Tek. Informasi dan Komunikasi 3

11 Muatan Lokal 2

Jumlah 51

Jumlah guru SMP Negeri 2 Ciputat 51 orang dari 11 mata pelajaran

yang ada di sekolah tersebut. Tingkat pendidikan akhir dari para guru sangat

bervariasi, rata-rata dari mereka adalah Sarjana Pendidikan. Namun dalam

pengambilan perannya sebagai tenaga pengajar masih ada beberapa guru yang

mengajar tidak sesuai dengan keahliannya (mis match), seperti guru yang

seharusnya mengajar bidang studi Ilmu Pendidikan Sosial tetapi dia mengajar

Pendidikan Agama Islam. Dari fenomena ini kita dapat melihat, apakah

mungkin seorang guru dapat mendidik dan mengajar secara maksimal tanpa

pengetahuan yang cukup di bidang yang dia ajarkan? Rasanya tak mungkin,

karena segala sesuatu itu harus diserahkan terhadap ahlinya, apabila tidak

maka tunggulah kehancurannya.

D. Prestasi Siswa Dalam Mengikuri Lomba Banyak prestasi yang telah di raih oleh siswa dan siswi SMP Negeri 2

Ciputat ditingkat Propinsi maupun Nasional lima tahun terakhir, baik dari segi

akademik maupun non akademik, diantaranya sebagai berikut:36

1. Akademik

Olimpiade IPA - Fisika se Kabupaten Tangerang

Olimpiade Matematika Tingkat Nasional

di Balikpapan

Olimpiade Matematika se Propinsi Banten

36 Tata Usaha SMP Negeri 2 Ciputat.

Page 44: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

44

Olimpiade Teknologi se Propinsi Banten

Informasi & Telekomunikasi

2. Non Akademik

Komandan Pleton (Danton ) se Kabupaten Tangerang

PBB Harapan se Kabupaten

Turnamen Basket Ball se Kabupaten Tangerang

Kejuaraan Bulu Tangkis se Kabupaten Tangerang

Lomba Terampil Penggalang se Kota Tangerang Selatan

E. Kegiatan Ekskul 1 Pramuka 8. Bidang Olah Raga

2 Paskibra - Basket Ball

3 PMR - Volly Ball

4 KIR - Futsal / Sepak Bola Mini

5 Engglis Corner - Sepak Bola

6 Rohis - Bulutangkis

7 Bidang Seni : - Tenis Meja

- Seni Drama - Taekwondo

- Seni Tari 9. Mading

- Seni Musik / Band 10. Ke Putrian37

- Seni Marawis

37 37 Tata Usaha SMP Negeri 2 Ciputat.

Page 45: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

45

BAB IV

PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK

SOLIDARITAS SISWA

A. Upaya-Upaya Sekolah Membentuk Solidaritas Siswa Orang tua menyerahkan anaknya ke sekolah, supaya sekolah mendidik

anaknya dengan sebaik-baiknya. Orang tua tidak dapat mendidik anaknya

sendirian, oleh sebab itu sekolahlah yang diharapkan untuk menyempurnakan

pendidikan tersebut. Kehidupan pada masa sekarang sangatlah sulit,

persaingan semakin ketat, semua orang dituntut harus mempunyai

pengetahuan dan pengalaman untuk menempuk gelombang kehidupan yang

serba ketat ini, baik dari segi keilmiyahannya, amal perbuatan, keagamaan,

kesenian, kemasyarakatan dan solidaritas sosial. Untuk mencapai semua itu,

pihak sekolah harus bekerja sama untuk membuat terobosan-terobosan baru

dengan membuat program kegiatan yang baik untuk mencapai pendidikan

yang sempurna. Sekolah menengah pertama atau SMP Negeri 2 Ciputat,

mempunyai banyak kegiatan yang harus diikuti para siswa, mulai dari kegiatan

bidang keagamaan, bidang sosial dan ekstra kurikuler.

1. Bidang Keagamaan

Masyarakat kaum muslimin merupakan suatu bangunan yang tepat

dan logis yang di dalamnya semua orang muslim mempunyai tempat dan

melakukan partisipasi yang nyata. Dalam integrasi dengan masyarakat

inilah dan berbarengan dengan rasa hormat kepada hukum yang

Page 46: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

46

diwahyukan, seorang mukmin menemukan identitasnya. Organisasi

kolektif yang diperintahkan oleh doktrin Islam yang diimbangi dengan

individualisme yang tertanam dalam perspektif eskatologis, oleh tindakan-

tindakan tiap pribadi akan dipertanggung jawabkan pada hari kiamat.

Rasa tentang adanya zat yang mutlak, afirmasi tentang keesaan

Tuhan dan keyakinan mempuynai kebenaran yang tunggal telah

menimbulkan adanya suatu masyarakat yang teoritis yang sangat solider.

Kohesi (kekompakan) sosial adalah akibat ketidak mampuan manusia

untuk hidup di luar kelompok. Oleh karena itu, ia mengadakan semacam

kontrak sosial yang tidak merupakan hasil kemauannya yang bebas akan

tetapi merupakan perintah Tuhan yang diterima oleh manusia. Tidak hanya

terbatas dengan itu, solidaritas sesama muslim semakin tampak jelas. Di

berbagai tempat, banyak didirikan bangunan masjid dari hasil

pengumpulan dana dari masyarakat sekitar atau dengan penggalangan

dana.

Selain itu, jika ada perayaan hari besar Islam sering kali diisi

dengan berbagai bentuk yang berkenaan dengan keislaman. Tablig akbar,

berbagai lomba ke islaman pun di adakan. Begitu juga dengan kesenian

yang bernuansa islami tidak jarang menarik minat masyarakat untuk ikut

serta atau sekedar berpartisipasi.

Begitu pun disekolah, berbagai macam kegiatan untuk menyambut

hari besar Islam juga cukup mendapat respon yang baik dari para guru dan

siswa. Karena sebagian besar keluarga besar sekolah ini (SMPN 2 Ciputat)

beragama muslim, mereka bekerja di sela-sela kesibukan belajar mengajar.

Selain perayaan hari besar Islam, sekolah pun selalu mengadakan

kegiatan-kegiatan keagamaan, guna untuk menambah pengetahuan

keagamaan para siswa dan guru.

Adapun bentuk-bentuk kegiatan keagamaan tersebut adalah

sebagai berikut:

Page 47: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

47

a. Tausiah Mingguan

Untuk menambah pengetahuan siswa siswi SMP Negeri 2

Ciputat mengenai agama, pihak sekolah mengadakan program tausiah

mingguan. Tausiah ini bentuknya ceramah keagaman yang diadakan

satu minggu sekali, setiap hari jum’at selama 90 menit.

Adapun penceramahnya yaitu guru-guru yang di tugaskan

secara bergiliran. Agar para siswa tidak jenuh dalam mengikuti tausiah

atau untuk menambah pengalaman baru para siswa, terkadang pihak

sekolah mengundang penceramah dari luar untuk mengisi tausiah

mingguan. Materi yang disampaikan sekitar keimanan, akhlak, kisah-

kisah dan sebagainya yang diilustrasikan pada penomena yang terjadi

disekitar siswa. Peserta tausiah tidak hanya diikuti oleh para siswa

tetapi para guru pun ikut serta mengikuti tausiah. Alasannya, menurut

informasi yang penulis dapat bahwa nilai-nilai solidaritas itu kental

pada pendidikan agama terutama Islam. Hal inilah media yang paling

pas untuk menginformasikan kepada siswa bahkan guru sekalipun.38

Selain itu, dalam mengikuti tausiah, para siswa siswi

diharuskan memakai pakaian muslim, bila laki-laki menggunakan baju

koko berwarna putih dan perempuan memakai baju panjang dan

berjilbab.

b. Peringatan Maulid Nabi Saw

Dalam rangka memperingati kelahiran Nabi Muhammad Saw,

yang jatuh pada tanggal 12 Rabiul awwal, para siswa-siswi SMP

Negeri 2 Ciputat yang dibantu oleh para guru mengadakan tablig akbar

dengan mengundang penceramah dari luar kota, acara ini adalah acara

rutin yang menjadi agenda tahunan SMP Negeri 2 Ciputat.

Beberapa bulan sebelum acara, dibentuk kepanitiaan bersama,

dibawah tanggung jawab guru dan kepala sekolah.

38 Wawancara pribadi dengan H. Nurhadi, tanggal 11 September 2008

Page 48: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

48

c. Shalat Jum’at Bersama

Tujuan utama diadakan shalat jum’at bersama dilapangan

sekolah, untuk menjalin kebersamaan antara guru dan siswa. Adanya

persamaan antara guru dan siswa sebagai makhluk ciptaan Allah untuk

selalu bersujud dan beribadah kepada-Nya. Selain itu untuk

menanggulangi para siswa untuk tidak meninggalkan shalat jum’at.

2. Bidang Sosial

a. Bakti Sosial

Bakti sosial merupakan kegiatan sosial yang sudah menjadi

program sekolah secara berkala. Kegiatan ini dilakukan oleh para

siswa dibawah pengawasan guru dan kepala sekolah. Tujuannya agar

siswa bisa berinter aksi langsung dengan warga sekitar, melihat

keadaan saudaranya yang kurang beruntung dibanding dengan dirinya.

Disini menanamkan rasa syukur siswa atas segala nikmat yang ia

miliki dan menanamkan rasa kepedulian dan perhatian siswa terhadap

saudaranya sebagai sesama makhluk Tuhan dan makhluk sosial.

Kegiatan ini ditujukan kepada masyarakat yang berada dibawah garis

kemiskinan dan para manula.

Janda anak yatim piatu adalah bagian dari masyarakat yang

harus diperhatikan, mengingat beban hidup yang semakin berat karena

krisis ekonomi yang berkepanjangan, harga minyak dunia yang

semakin melambung yang berdampak pada kenaikan harga bahan

pokok sehingga kita perlu menyantuni janda, jompo dan yatim piatu

untuk mengurangi beban hidup mereka dan sekaligus mambuka mata

para siswa untuk selalu menumbuhkan rasa sosial dan kemanusiaan

mereka.

Ketika berita tanjung priuk dan poso seolah-olah hati ini

menangis mengingat penderitaan saudara kita yang berada di tanjung

priuk dan poso menggugah hati kami keluarga besar SMP Negeri 2

Page 49: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

49

Ciputat untuk bergerak menggalang sumbangan baik berupa dana

maupun barang untuk disumbangkan kepada para korban.

b. Pengumpulan Dana Spontanitas

SMP Negeri 2 Ciputat memiliki nilai tambah, walaupun

sekolah ini sekolah umum, nuansa agamanya sangat kental sekali

sehingga kebiasaan-kebiasaan akhlaqul karimah, persaudaraan,

kebersamaan, persatuan dan kesetiakawanan, sangat dianjurkan dengan

pembiasaan. Misalnya jika ada musibah orang tua wali, siswa

dianjurkan untuk mengumpulkan uang ta’ziyah, begitu pun apabila ada

musibah-musibah lain seperti ada yang sakit dan sebagainya.

c. Infaq

Infaq merupakan perilaku baik sebagai perwujudan sistem

solidaritas. Namun sistem solidaritas bukan semata memberikan

bantuan finansial dalam bentuk apapun. Pemberian finansial hanyalah

salah satu bentuk bantuan yang dimaksudkan dalam konsep solidaritas

sosial Islam. Syahid al Islam, Ustaz Sayyid Quthb mengatakan: “

Sebenarnya sistem solidaritas sosial dalam Islam merupakan sistem

paripurna. Unsur dari sistem ini mencakup perilaku baik (ihsan),

sedekah, dan tindakan-tindakan baik lainnya”. 39Infaq merupakan

bentuk refleksi penanaman sikap sosial terhadap para siswa siswi SMP

Negeri 2 Ciputat. Infaq ini dikumpulkan setiap hari jum,at setelah para

siswa

3. Pembinaan Ekstra kurikuler

Kegiatan ekstra kurikuler merupakan suatu kegiatan pembelajaran

tambahan, yang dilakukan di luar jam pelajaran. Banyak sekali kegiatan

ekstra kurikuler yang ada di sekolah, para siswa di wajibkan untuk

mengikuti salah satu kegiatan ekstra kurikuler yang ada di sekolah tersebut

dan para siswa bebas memilih kegiatan ekstra kurikuler sesuai dengan

39 ‘Abd Allah Nashih ‘Ulwan, Indahnya Hidup Bersama: Solidaritas sosial dalam Islam,

terj. Asy’ari Khatib, h. 30.

Page 50: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

50

minat dan bakatnya. Kebebasan memilih ini tujuannya agar siswa tidak

merasa terpaksa dan enjoy dalam mengikuti kegiatan-kegiatan yang sudah

menjadi program ekstra kurikuler yang ia pilih tersebut.

Dengan demikian para siswa lebih mudah untuk dibina, dibentuk

untuk menyalurkan bakat yang dimiliki oleh para siswa. Selain itu melalui

pembinaan ekstra kulikuler ini, salah satu bentuk untuk menanamkan nilai-

nilai solidaritas terhadap siswa, agar siswa bisa lebih saling mengenal,

bekerja sama, disiplin, saling menghargai dan bertanggung jawab.

Walaupun demikian keterlibatan siswa dalam mengikuti kegiatan

ekskul ini mempunyai berbagai motif, ada yang sekedar untuk memenuhi

kewajiban atau sekedar mengikuti aturan sekolah ada juga yang benar-

benar ingin mendapatkan pengalaman berorganisasi. Suci misalnya, aktif

di OSIS ingin menambah wawasan tentang organisasi seperti yang

diungkapkannya:

“Tujuan saya aktif di OSIS adalah untuk menambah wawasan keorganisasian, lebih dikenal teman dan guru, serta mengembangkan potensi yang saya muliki agar berkembang dan bermanfaat bagi lingkungan sekitar”.40

Senada dengan Suci, Rangga Putra Nugraha yang aktif dalam

kepramukaan untuk menambah pengalaman dan belajar sosialisasi,

ungkapnya:

“Motivasi saya ikut pramuka, selain untuk menambah pengalaman juga untuk belajar bersosialisasi dengan teman, guru, orang tua dan masyarakat sekitar tempat saya tinggal”.41

Aktifitas kegiatan dalam sebuah ekskul sangat bervariasi, manfaat

yang didapat memang tidak bisa langsung dirasakan. Beberapa siswa yang

aktif di OSIS, seperti Suci misalnya, menyatakan:

40 Wawancara pribadi dengan Suci , pada tanggal 13 September 2008. 41 Wawancara pribadi dengan Rangga Putra Nugraha, pada tanggal 13 September 2008.

Page 51: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

51

“Bagi saya aktif di OSIS dapat memberikan manfaat yaitu dapat menambah wawasan tentang keorganisasian, lebih dikenal teman dan guru dan dapat mengembangkan potensi yang saya miliki”.42

Begitu pula Rangga Putra Nugraha yang aktif dalam kepramukaan

mengemukakan manfaat berorganisasi, ungkapnya:

“Manfaat yang saya rasakan dalam mengikuti kegiatan ini memberikan pengalaman baru bagi saya mengenai berorganisasi, bsosialisasi saya dengan teman dan guru lebih baik, jujur pada awalnya saya adalah orang yang sedikit pemalu, setelah aktif dipramuka ini saya lebih berani dan luwes terhadap teman.

Berbagai motif siswa dalam mengikuti kegiatan ekskul, semua ini

tidak terlalu mejadi perhatian pihak sekolah, karena ini merupakan

program sekolah yang harus di ikuti siswa sebagai upaya menanamkan

nilai-nilai solidaritas sosial, dan hal ini sangat bermanfaat bagi para siswa

dimasa yang akan datang, ini merupakan motif sekolah.

Selain itu, melalui kegiatan ekstra kurikuler, sekolah dapat

menunjukkan kredibilitas terhadap masyarakat. Dengan mengikuti

turnamen-turnamen baik ditingkat nasional maupun internasional. Kegiatan

ini, biasanya di sambut antusias oleh para siswa, guru dan orang tua murid.

Melalui kegiatan ini pula dapat mempererat emosional antara anggota

keluarga besar sekolah/ SMP Negeri 2 Ciputat.

Adapun jenis ekstra kurikuler (ekskul) yang ada di SMP Negeri 2

Ciputat bisa dilihat pada bab III.

B. Efektifitas Pendidikan Solidaritas di Sekolah Kemerosotan nilai-nilai sosial yang melanda masyarakat kita saat ini

tidak terlepas dari tingkat keefektifan penanaman nilai-nilai moral, baik

dilingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat secara keseluruhan.

Pendidikan solidaritas yang berlangsung disekolah masih bersifat global,

belum sampai titik yang sangat krusial. Hanya sebatas pengetahuan-

pengetahuan yang harus dilakukan oleh seorang siswa terhadap teman, guru,

42 Wawancara pribadi dengan Suci, pada tanggal 13 September 2008.

Page 52: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

52

orang tua dan orang-orang yang lebih tua dari dia. Oleh karena itu sering

menjadi perdebatan, bahwa sekolah bukanlah tempat transfer nilai-nilai

solidaritas. Kunci utama agar anak mempunyai sikap solidaritas yang tinggi

adalah keluarga dan masyarakat. Karena nilai-nilai solidaritas yang

ditanamkan di sekolah baru menyentuh aspek-aspek kognitif (pengetahuan),

belum pada aspek edukatif dan implementasi. Solidaritas merupakan sikap

yang perlu dimiliki oleh setiap manusia, karena sebagai makhluk sosial dia

tidak dapat hidup sendiri, oleh karena itu penanaman nilai-nilai solidaritas

menghendaki adanya kebiasaan yang istiqamah dari setiap individu pendidik

dan peserta didik. Hal ini tentu tidak bisa dilakukan di sekolah semaksimal

mungkin, karena justru waktu peserta didik dan pendidik lebih banyak di

rumah dan di masyarakat.

Meskipun waktu peserta didik lebih banyak di rumah dan keluarga

merupakan tempat yang paling tepat dan efektiv membangkitkan dan

mengatur perasaan-perasaan mendasar yang sederhana dan lebih umum lagi

perasaan-perasaan yang berkaitan dengan hubungan-hubungan pribadi yang

paling sederhana, namun keluarga bukanlah lembaga yang didirikan untuk

mendidik anak untuk dapat memenuhi tuntutan-tuntutan masyarakat. Oleh

karena itu sekolah adalah tempat yang tepat untuk menanamkan sikap

solidaritas.

Usia anak masuk sekolah adalah tahap dimana anak mulai

meninggalkan lingkungan keluarganya dan memasuki lingkungan yang lebih

luas. Tahap inilah saat kritis dalam pembentukan sikap solidaritas. Karena

sebelum anak memasuki usia sekolah usia anak tersebut masih sangat

terlampau muda, perkembangan intelektualnya masih labil. Kehidupan

emosionalnya masih terlalu sangat sederhana dan belum berkembang. Ia

belum mempunyai dasar intelektual yang diperlukan untuk memahami

gagasan-gagasan dan perasaan-perasaan yang cukup kompleks yang mendasari

solidaritas. Oleh karena itu pada tahap inilah anak mulai ditanamkan nilai-nilai

solidaritas, walaupun pendidikan yang diberikan masih bersipat umum.

Page 53: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

53

Dalam implementasinya pendidikan atau penanaman nilai-nilai

solidaritas sebagai pendidikan sikap atau perilaku yang menuntut keteladanan.

Di sekolah akan lebih efektif jika terdapat contoh dan keistiqamahan dari para

pendidik. Sikap dan perilaku sosial yang dilakukan oleh pendidik akan lebih

mudah diikuti oleh siswa. Jika para pendidik telah melakukannya, maka

pendidikan solidaritas atau penanaman nilai-nilai solidaritas sudah dimuali dan

Insya Allah akan berhasil dengan baik.

C. Manfaat Penanaman Solidaritas di Sekolah Sekolah merupakan lembaga sosial formal yang terikat pada tata aturan

formal, berprogram dan bertarget atau bersasaran yang jelas serta memiliki

struktur kepemimpinan atau pengelolaan yang pasti dan resmi. Sekolah juga

merupakan tempat dimana anak bisa berkumpul bersama teman sebayanya,

bergaul, belajar bersama dan berbagi pengalaman. Disini anak bisa belajar

berinteraksi, sosialisasi dan berkreasi. Pendidikan di sekolah ini bagian dari

pendidikan dalam keluarga. Kehidupan di sekolah merupakan jembatan bagi

anak yang akan menghubungkan kehidupan dalam keluarga dengan kehidupan

dalam masyarakat kelak.

Pendidikan di sekolah merupakan pendidikan yang tak dapat

dilaksanakan di rumah. Pengalaman-pengalaman anak di rumah di jadikan

dasar untuk pelajaran di sekolah. Kelakuan anak yang kurang baik diperbaiki,

tabiat anak yang salah dibetulkan, karena kewajiban sekolah tidak hanya

sekedar mengajar akan tetapi bertanggung jawab tentang perbaikan

masyarakat, kemanusiaan dan sosial.

Sekolah terdiri dari beberapa anggota, tiap-tiap anggota mempunyai

tugas khusus yang harus dilaksanakan untuk kebaikan masyarakat sekolah.

Sekolah satu tubuh yang mempunyai banyak anggota. Kepala sekolah

merupakan anggota yang bertanggung jawab terhadap sekolah, guru sebagai

pelaksana, pengajar atau pekerja dalam sekolah, orang tua murid pun sebagai

anggota sekolah, para pelajar juga termasuk anggota sekolah. Bahkan

pemimpin-pemimpin pendidikan dan pengajaran turut menjadi anggota untuk

Page 54: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

54

memajukan sekolah. Apabila ada salah satu anggota sakit, niscaya terasa sakit

seluruh anggotanya, ini merupakan cerminan dari sikap solidaritas. Apabila

sekolah itu gagal dan tak dapat mencapai tujuannya karena sekolah itu tidak

menjalankan nilai-nilai solidaritas, tolong menolong, kasih sayang, toleransi,

bekerja sama dengan para anggotanya.

Nilai-nilai solidaritas merupakan jiwa sekolah bahkan dasar yang

pokok untuk kehidupan sekolah dan kemajuan dalam usahanya. Sekolah

takkan maju dalam usahanya apabila tidak terdapat nilai-nilai solidaritas dalam

sekolah tersebut. Dengan nilai-nilai solidaritas seperti kasih sayang, tolong

menolong, toleransi dan bekerja sama, sekolah dapat membiasakan para siswa

memelihara peraturan, selalu hadir di sekolah, rajin menunaikan kewajiban,

dan tentunya terhindar dari sikap yang menyimpang. Dengan demikian

sekolah dapat membentuk para siswa sukses dalam kehidupannya. Kemajuan

seseorang dimasa yang akan datang tergantung atas adat kebiasaan yang

dilakukan pada masa kanak-kanak dan atas pengetahuan yang diperolehnya di

sekolah. Oleh karena itu, nilai-nilai solidaritas sangat perlu diajarkan terhadap

para siswa, karena banyak sekali manfaat yang dapat diambil.

Seperti yang diungkapkan oleh Dadang Yohana :

Sikap solidaritas atau nilai solidaritas sangat amat perlu diajarkan kepada para peserta didik SMP Negeri 2 Ciputat karena pada hakikatnya manusia itu makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri, manusia itu butuh pertolongan orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu harus peduli sesama. Demikian juga dengan Nurhadi mengatakan:

Sikap solidaritas itu sangat perlu diajarkan kepada para peserta didik. Karena sekolah sebagai lembaga yang memberikan ilmu pengetahuan maka sekolah pun perlu menanamkan pengamalannya. Penanaman kebiasaan sikap solidaritas sangat dianjurkan di SMP negeri 2 Ciputat ini karena banyak sekali manfaatnya, para siswa bisa lebih bijaksana dalam mengambil keputusan, lebih disiplin dan lebih bisa menghargai sesamanya. Sangat naif rasanya sekolah sebagai lembaga pendidikan tidak atau bahkan mengenyampingkan sikap solidaritas. Fungsi

Page 55: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

55

sekolah yang paling pokok adalah mengajar, mendidik, dan mengembangkan kemampuan para peserta didik, sehingga kelak dewasa, mereka bukan hanya terbentuk otak/kecerdasan saja namun juga terbentuk hatinya serta keahliannya menjadi insan terampil. Perlunya menanamkan nilai-nilai solidaritas merupakan sistem untuk

mendidik ruh, hati nurani, kepribadian dan perilaku sosial dari setiap individu

masyarakat. Oleh karena itu tugas guru bukan hanya mengajar untuk

kecerdasan akal peserta didik saja, tetapi juga masuk ke arena sosial, sebagai

bagian integral dalam menyusun sterategi moral berbasis sosial.

Dalam konteks pendidikan sekolah, entitas pendidikan sosial berarti

guru menyampaikan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran serta mampu

mendemontrasikannya melalui sikap dan perilaku tentang kebaikan dan

kebenaran dari karakter dan tingkah laku manusia. Idealnya, guru harus

mampu mempersonifikasikan nilai-nilai sosial pada sikap dan tingkah

lakunya. disini berarti penanaman nilai-nilai solidaritas disekolah itu harus

dimulai dari guru. Guru masuk ke dalam kelas mambawa seluruh unsur

kepribadiannya, agamanya, akhlaknya, pemikirannya, sikapnya, dan ilmu

pengetahuan yang dimilikinya bahkan penampilan guru, pakaiannya, cara

berbicara, bergaul, emosi kejiwaan, ideologi dan paham yang dianutnya

terbawa tanpa sengaja ketika ia berhadapan dengan anak didiknya. Seluruhnya

itu akan terserap oleh anak didiknya tanpa disadari oleh guru dan orang tua.

Oleh karena itu, penanaman sikap solidaritas terhadap siswa di sekolah peran

utamanya adalah guru.

Berbagai suku, budaya, adat, yang berbaur dalam satu komunitas

sekolah kondisi tersebut menyeret para guru untuk membangun kerukunan

dalam bingkai keagamaan. Karena bagaimanapun setiap agama mengajarkan

pemeluknya untuk selalu menebarkan kasih terhadap sesama. Bahkan salah

satu fungsi agama bagi manusia adalah untuk membina dan memupuk rasa

persaudaraan terhadap sesama manusia. 43

43 Mirhan AM, Religika, Jurnal Studi Agama-Agama, Vol. 1, No. 1, 2000, h. 9

Page 56: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

56

Siswa siswi SMP Negeri 2 Ciputat berasal dari berbagai macam suku,

mulai dari betawi sebagai penduduk aslinya, hingga Jawa, Sunda, dan dari

daerah Sumatera bahkan Papua pun ada. Tetapi dengan menciptakan kultur

sekolah yang agamis perbedaan itu dapat dielakkan, mereka dapat bergaul dan

berteman dengan akrab. Kalau kita lihat dengan kaca mata teori sosial maka

solidaritas yang dibangun oleh keluarga besar SMP Negeri 2 Ciputat adalah

solidaritas murni. Dimana Von Wiese, sebagaimana yang dikutip oleh Doyle

Pual Jhonson, berpendapat berpendapat bahwa solidaritas semacam ini adalah

solidaritas yang menyatu antara motif dan penyelenggaran.44

Konsep solidaritas sosial dalam Islam merupakan sistem yang

paripurna yang melingkupi seluruh aspek kehidupan. Unsur-unsur dari sistem

ini merupakan tindakan-tindakan yang baik seperi perilaku sedekah misalnya.

Namun perilaku itu tidak bisa begitu saja timbul dalam diri seseorang,

melainkan harus melalui proses pendidikan dan pembiasaan seperti di sekolah

(SMP Negeri 2 Ciputat) yang selalu menamkan nilai-nilai solidaritas, karena

sekolah sangat berperan penting dalam pembentukan sikap dan nilai-nilai

solidaritas sosial, seperti yang diungkapkan oleh Hermanto selaku pembina

OSIS untuk saling memperhatikan, membantu dan bekerjasama, ungkapnya:

“Sesama personal SMP Negeri 2 Ciputat, harus saling memperhatikan, saling membantu dan bekerjasama baik dalam suka dan duka. Siswa siswi yang ditanamkan dan diharapkan untuk saling bekerjasama dalam hal kebaikan serta ikut membantu teman yang lemah, begitu juga antara guru dan siswa, siswa dan guru harus saling memperhatikan. Dengan harapan ada keharmonisan diantara keluarga besar SMP Negeri 2 Ciputat”.45

Senada dengan itu Bingan Edi Saputra, silaturahmi, setia kawan dan

bakti sosial, ungkapnya:

“Ya, sekolah ini sangat menganjurkan untuk mengajarkan nilai solidaritas. Niali-nilai solidaritas itu meliputi silaturahmi, saling menyapa,/ memberi salam sesama teman dan guru. Rasa setia kawan, memberikan dana spontanitas kepada siswa yang mengalami musibah. Dan bakti sosial,

44 Doyle Pual Jhonson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern, terj. Robert M.Z Lawang,

(Jakarta; PT. gramedia, 1998), h. 37. 45 Wawancara pribadi dengan Pak Hermanto pada tanggal 10 September 2008.

Page 57: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

57

mengumpulkan pakaian bekas dan sembako untuk dikirim ke suatu tempat yang membutuhkan”.46

Penanaman nilai-nilai solidaritas ini bertujuan mendidik para siswa di

sekolah agar bisa hidup rukun, damai sejahtera, dilingkungan sekolah,

keluarga dan masyarakat. Dan para siswa sukses menjalani kehidupannya di

masa yang akan datang.

D. Peran Sekolah Membentuk Solidaritas Siswa Sekolah memegang peranan penting dalam pendidikan karena

pengaruhnya sangat besar sekali pada jiwa anak. Maka disamping keluarga

sebagai pusat pendidikan, sekolah pun mempunyai fungsi sebagai pusat

pendidikan untuk pembentukan pribadi anak. Sekolah juga sebagai lembaga

pendidikan kedua merupakan lanjutan dari pendidikan keluarga untuk

meneruskan dan mengembangkan pendidikan yang telah diletakkan dasar-

dasarnya oleh lingkungan keluarga sebagai pendidikan informal. Disamping

itu pendidikan di sekolah juga menyiapkan anak-anak agar dapat hidup

bermasyarakat.

Selain itu sekolah juga sebagai tranmisi sikap, nilai-nilai- norma-norma

dan transformasi kebudayaan. Dan yang tidak kalah penting bahwa sekolah

juga mengajarkan nilai-nilai solidaritas, toleransi, kasih sayang, tenggang rasa,

tolong menolong dan penghargaan terhadap perbedaan di tanamkan terhadap

para siswa agar para siswa dapat berinteraksi dan bersosialisasi dengan siswa

yang lainnya.

Banyak upaya yang dilakukan sekolah dalam rangka meningkatkan

solidaritas siswa seperti yang telah di uraikan di atas, mulai dari bidang

keagamaan, bidang sosial dan pembinaan ekstra kurikuler. Berdasarkan hasil

wawancara penulis dengan nara sumber, bahwa dengan menjalankan upaya-

upaya tersebut dapat terjadi perubahan yang signifikan dalam diri siswa.

Keadaan siswa sebelum sekolah menjalankan upaya-upaya di atas, banyak

siswa yang selalu membuat onar baik dilingkungan sekolah maupun di luar

46 Wawancara pribadi dengan Bingan Edi saputra, tanggal 9 September 2008.

Page 58: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

58

lingkungan sekolah, terlibat tauran masal dalam setahun bisa dua atau tiga kali

tauran, banyak siswa yang tidak disiplin, bersikap cuek terhadap kewajibannya

sebagai pelajar, sebagai makhluk Tuhan dan makhluk sosial.

Namun semua hal di atas sedikit demi sedikit mulai teratasi setelah

upaya-upaya tersebut berjalan dengan baik. Misalnya dengan adanya kegiatan

bidang keagamaan, tingkat keberagaman siswa menjadi meningkat siswa mau

menjalankan shalat lima waktu, siswa mau bershadaqah berbagi dengan orang

yang tidak mampu dan lain-lain. Bidang sosial, dengan adanya bakti sosial

sikap tenggang rasa dan kepedulian siswa semakin meningkat. Dulu siswa dan

guru tidak begitu saling mengenal, mereka bertegur sapa dengan akrab hanya

di kelas dengan kedudukan guru sebagai pengajar dan siswa sebagai orang

yang di ajar. Siswa merasa takut terhadap gurunya. Tapi kini keadaan telah

berubah, guru bisa memposisikan siswa sebagai partner belajar siswa pun

menganggap guru sebagai pengajar, sahabat dan keluarga. Keharmonisan pun

dapat terjalin dengan baik antara guru dan siswa.

Dari gambaran diatas penulis berpendapat bahwa sekolah sangat

berperan dalam membentuk solidaritas siswa, akan tetapi semua itu tidak akan

berjalan dengan baik tanpa adanya dukungan dari orang tua.

Page 59: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

59

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal tidak hanya berfungsi

memberikan pelajaran tetapi sekolah juga berpungsi sebagai transmisi sikap,

nilai-nilai, dan norma-norma. Penanaman sikap solidaritas amat sangat penting

diberikan terhadap siswa agar para siswa mempunyai kecerdasan IQ dan social

yang seimbang (balance).

Upaya-upaya sekolah dalam membentuk solidaritas siswa dengan

membuat program-program kegiatan yang meliputi: (1) Bidang keagamaan;

(2) Bidang Sosial; (3) Pembinaan ekstra kurikuler. Upaya-upaya tersebut

merupakan sebagian kecil pendidikan solidaritas yang diberikan sekolah

terhadap siswa namun pendidikan solidaritas yang paling efektif adalah

keteladanan yang istiqamah dari para pendidik.

Dengan upaya-upaya tersebut ternyata dapat memberikan perubahan

yang signifikan terhadap siswa. Siswa yang tadinya bersikap cuek dan selalu

membuat onar yang dapat meresahkan masyarakat, kini siswa mempunyai

kepedulian sosial yang tinggi.

Page 60: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

60

B. Saran Kita semua tahu bahwa sekolah merupakan pendidikan formal, banyak

keluarga menyandarkan harapan masa depan anak-anaknya melalui

pendidikan di sekolah, namun para orang tua juga harus sadar bahwa tugas

mendidik anak tidak hanya sekolah tetapi justru para orang tua atau

keluargalah yang paling utama. Oleh karena itu, mengingat bahwa anak atau

peserta didik merupakan generasi penerus bangsa yang akan datang, agar

mereka menjadi manusia yang berbudi pekerti mulia yang sesuai dengan nilai-

nilai agama, maka penulis menyarankan sebagai berikut:

1. Hendaknya segenap keluarga, sekolah dan masyarakat lebih

memperhatikan pendidikan anak, pendidikan yang tidak hanya

mencerdaskan IQ saja tetapi juga pendidikan etika dan estetika agar para

siswa mempunyai budi pekerti yang baik dan mempunyai sikap solidaritas

yang tinggi.

2. Hendaknya orang tua, sekolah dan masyarakat atau pemerintah saling

bekerja sama dalam membantu dan mendukung segala kegiatan yang

positif bagi para peserta didik (siswa).

3. Untuk para peserta didik, jangan pernah berhenti belajar dari kehidupan,

karena kehidupan adalah sekolah terbesar.

Page 61: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

61

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2001.

Binjai, Abdul Halim Hasan, Tafsir al-Ahkam, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006.

Boisard, A. Marcel, Hmanisme Dalam Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1980.

Daradjat, Zakiah , Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur’an, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005.

Daradjat, Zakiah, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2004.

DEPDIKBUD, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1988.

Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: Rajawali Press, 2003.

http://kmmmesir.org/content/view/143/134/

http://sayyidulayyaam.blogspot.com/2006/11/islam-dan-solidaritas-sosial.htm.

Khakdun, Ibnu, Muqaddimah Ibnu Khaldun, ter. Ahmadi Toha, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000.

Majemuk, Melupakan Bangku Sekolah, Jakarta: Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP), 2004

Maleong, Lexy, Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta: Remaja Rosdakarya, 1997.

Nahlawi, Addurrahman, Pendidikan Islam di Rumah Sekolah Dan Masyarakat, Jakarta: Gema Insani, 2004.

Nasir. M, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985.

Nata, Abudin, Pendidikan Agama dan Moral Dalam Perspektif Global, IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, MIMBAR (Agama dan Budaya), Volume XVIII, No. 3, 2001.

Pulungan, Syahid Mu’ammar, Manusia dalam al-Qur’an, Surabaya: Bina Ilmu, 1984.

Quthb, Sayyid, Keadilan Sosial Dalam Islam, (Bandung: Pustaka, 1984).

Rahmat, Jalaluddin, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung: Remaja rosda Karya, 1999.

Page 62: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

62

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2004.

Sabri, Alisuf, Ilmu Pendidikan, Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1999.

Sunarto, Kamanto, Pengantar sosiologi, Jakarta: Lembaga penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004.

Syadili, Hasan , Ensiklopedia Indonesia, Jakarta: PT. Ikhtar Baru-Van Haeve,tt.

Tim Dosen FIP-IKIP Malang, Pengantar Dasar-Dasar Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional,1988.

Uhbiyati, Nur, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia, 1998.

‘Ulwan, Nashih Abd Allah, Indahnya Hidup Bersama: Solidaritas Sosial Dalam Islam, ter. Asy’ari Khatib, Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2006

Yusuf, Mari, Pengantar Ilmu Pendidikan, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1986

Zaini, Syahminan, Prinsip-Prinsip Dasar Konsepsi Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 1986.

Page 63: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

63

Bismillahirrahmanirrahiim

Assalamu’alikum Warah Matullahi Wabaraakatuh

Saya Imas Maesaroh dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, sedang melakukan penelitan untuk menyelesaikan tugas

akhir (skripsi) dengan judul “Peran Sekolah Dalam Membentuk Solidaritas

Siswa”. Untuk itu Saya memohon bantuan dari Ibu/Bapak guru maupun staf

SMP Negeri 2 Ciputat untuk mengisi pertanyaan wawancara ini, terakhir peneliti

mengucapkan terima kasih atas bantuan dari bapa/ ibu.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabaraakatuh

PERTANYAAN WAWANCARA

Hari, tanggal : Selasa, 9 September 2008

Yang diwawancarai : Drs. Nurhadi, M.M

Jabatan : Kepala Sekolah

Pertanyaan :

1. Nilai-nilai solidaritas apa saja yang selalu diajarkan di sekolah yang Bapak/

Ibu pimpin?

Jawab: Nilai-nilai solidaritas yang selalu bapak ajarkan atau sampaikan kepada

para siswa adalah persatuan dan kesatuan, persaudaraan, kesetia

kawanan, kebersamaan, dan kepedulian terhadap sesama.

2. Menurut Bapak/Ibu, apakah nilai-nilai solidaritas itu perlu diajarkan kepada

siswa-siswi SMPN2 Ciputat? Mengapa perlu? Mengapa tidak?

Jawab: Sangat perlu diajarkan kepada para siswa, karena sekolah sebagai

lembaga yang memberikan ilmu pengetahuan dan mengamalkan

pengetahuan tersebut kepada para siswa. Penanaman kebiasaan pada

nilai-nilai tersebut sangat dianjurkan. Sangat naïf rasanya sebagai

Page 64: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

64

lembaga pendidikan tidak mengamalkan atau bahkan

mengenyampingkan nilai-nilai solidaritas di atas.

Fungsi sekolah yang paling pokok adalah mengajar, mendidik, dan

mengembangkan kemampuan para siswa, sehingga kelak dewasa

mereka bukan hanya terbentuk otak atau kecerdasannya saja namun

juga terbentuk hatinya serta keahliannya sehingga menjadi manusia

terampil.

3. Kendala apa yang bapak/Ibu temukan dalam menerapkan nilai-nilai solidaritas

kepada siswa-siswi di sekolah yang bapak pimpin?

Jawab: Kendala yang dihadapi adalah proses perkembangan siswa itu sendiri,

sebagai siswa yang dalam proses perkembangan dari masa anak-anak

yang telah terlewati dan beranjak ke masa remaja atau dewasa yang

belum terlewati, membuat gejolak jiwanya sangat labil, untuk itu

pendidik perlu kesabaran, bijaksana, dan tidak memperlakukan mereka

dengan kasar. Disekolah ini masih ada guru-guru muda yang bertindak

tidak pedagogic, sehingga anak diperlakukan sebagai anak kecil,

dipermalukan di depan siswa lain sehingga siswa merasa tersinggung.

Adakalanya terjadi pertengkaran antar teman sekelas atau antar teman

di luar kelas, yang pang tidak bias ditolelir adalah tauran antar sekolah,

karena masih kerap terjadi.

4. Upaya apa saja yang dilakukan pihak sekolah dalam mewujudkan hal di atas?

Jawab: Upaya yang dilakukan pihak sekolah dengan menciptakan kultur yang

agamis. Disekolah ini mempunyai nilai tambah, walau sekolah umum

namun nuansa agamanya sangat kental sekali, sehingga kebiasaan-

kebiasaan akhlaqul karimah, persaudaraan, kebersamaan, persatuan,

kesetia kawanan sangat dianjurkan dengan pembiasaan. Jika ada

musibah orang tua wali, siswa dianjurkan mengumpulkan uang

ta’jiah, mendatangi keluarga yang terkena musibah, menjenguk yang

Page 65: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

65

sakit, bakti social dengan mengumpulkan sembako pada peristiwa

tanah longsor, menyantuni anak-anak yatim piatu dan sebagainya.

Dalam rangka hari besar Islam, mengumpulkan beras, mengumpulkan

pakaian bekas yang masih layak pakai, alat tulis, minyak sayur, gula,

dan sebagainya untuk disumbangkan untuk disumbangkan ke panti

asuhan atau yayasan-yayasan. Tidak hanya dilakukan disekitar

lingkungan sekolah tapi sudah pernah hingga ke tanjung kait Poso,

Jawa Barat, Bogor, dan kegiatan ini menjadi rutinitas sampai

sekarang.

Dilakukan arahan setiap pagi sebelum masuk kelas yang

dilangsungkan dengan do’a bersama dilapangan sekolah, setiap hari

jum’at diadakan Tausiyah selama dua jam pelajaran kurang lebih 90

menit. Dihalaman sekolah digelar hambal, pemberi materi dari guru-

guru, mahasiswa UIN, atau ustad-ustad di sekitar Ciputat. Adapun

materinya sekitar keimanan, akhlaq, kisah-kisah, ‘ubudiyah, syariah

dan sebagainya yang dikaitkan dengan fenomena yang terjadi

disekitar siswa. Peserta tausiyah adalah guru dan siswa agar ikatan

antara guru dan siswa lebih dekat, ikatan kebersamaannya lebih

terasa. Dan melalui media inilah nilai-nilai solidaritas bisa

ditanamkan. Karena menurut saya nilai-nilai solidaritas seperti yang

telah saya sebutkan di atas sangat kental pada pendidikan agama

terutama Islam.

Shalat dhuha, shalat tahyatul masjid dan shalat Jum’at bersama

dilapangan sekolah.

Page 66: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

66

Interviewee

Interviewer

Imas Maesaroh Drs.

Nurhadi, M.M

Bismillahirrahmanirrahiim

Assalamu’alikum Warah Matullahi Wabaraakatuh

Saya Imas Maesaroh dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, sedang melakukan penelitan untuk menyelesaikan tugas

akhir (skripsi) dengan judul “Peran Sekolah Dalam Membentuk Solidaritas

Siswa”. Untuk itu Saya memohon bantuan dari Ibu/Bapak guru maupun staf

SMP Negeri 2 Ciputat untuk mengisi pertanyaan wawancara ini, terakhir peneliti

mengucapkan terima kasih atas bantuan dari bapa/ ibu.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabaraakatu

PERTANYAAN WAWANCARA

Hari, tanggal : Senin, 8 September 2008

Yang diwawancarai : Drs. Anwarudin

Jabatan : Guru Bidang Studi PAI

Page 67: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

67

Pertanyaan :

1. Nilai-nilai solidaritas apa saja yang pernah Bapak/ Ibu ajarkan kepada para

siswa?

Jawab:

a. Memerintahkan kepada peserta didik untuk selalu melaksanakan shalat

lima waktu.

b. Kunci dalam kehidupan di dunia ini adalah shalat.

c. Menanamkan Akhlaqul karimah terhadap diri sendiri, terhadap orang tua,

dan terhadap sesama manusia.

d. Bekali hidup ini dengan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.

2. Menurut Bapak/Ibu, apakah nilai-nilai solidaritas itu perlu diajarkan kepada

siswa-siswi SMPN2 Ciputat? Mengapa perlu? Mengapa tidak?

Jawab: Perlu dan penting. Karena tugas guru bukan hanya kecerdasan akalnya

saja tetapi harus disisipi mengajarkan etika dan estetika.

3. Bagaimana kepedulian siswa dalam merealisasikan nilai-nilai solidaritas yang

diajarkan disekolah?

Jawab: Merealisasikan nilai-nilai solidaritas yang di ajarkan

disekolahtergantung kecerdasan dan kedewasaan siswa itu sendiri.

Bismillahirrahmanirrahiim

Assalamu’alikum Warah Matullahi Wabaraakatuh

Saya Imas Maesaroh dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, sedang melakukan penelitan untuk menyelesaikan tugas

akhir (skripsi) dengan judul “Peran Sekolah Dalam Membentuk Solidaritas

Siswa”. Untuk itu Saya memohon bantuan dari Ibu/Bapak guru maupun staf

SMP Negeri 2 Ciputat untuk mengisi pertanyaan wawancara ini, terakhir peneliti

mengucapkan terima kasih atas bantuan dari bapa/ ibu.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabaraakatuh

Page 68: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

68

PERTANYAAN WAWANCARA

Hari, tanggal : Selasa, 9 September 2008

Yang diwawancarai : Dadang Yohana

Jabatan : Guru Bidang Studi PKn

Pertanyaan :

1. Nilai-nilai solidaritas apa saja yang pernah Bapak/ Ibu ajarkan kepada para

siswa?

Jawab: Nilai solidaritas yang selalu saya tanamkan kepada para siswa yaitu

saling menghargai, menghormati, kasih sayang, tolong menolong dan

toleransi beragama. Karena keluarga besar SMP Negeri 2 Ciputat ini

walaupun di dominasi oleh agama muslim tetapi ada siswa yang

beragama non muslim.

2. Menurut Bapak/Ibu, apakah nilai-nilai solidaritas itu perlu diajarkan kepada

siswa-siswi SMPN2 Ciputat? Mengapa perlu? Mengapa tidak?

Jawab: Sangat perlu, karena pada hakikatnya manusia tidak bisa hidup

sendiri, manusia butuh pertolongan orang lain, oleh karena itu kita

harus peduli sesama.

3. Bagaimana kepedulian siswa dalam merealisasikan nilai-nilai solidaritas yang

diajarkan disekolah?

Jawab: Kepedulian siswa sekolah ini sudah cukup baik, itu terlihat dari

kegiatan yang kami adakan di sekolah ini seperti uang amal jum’at,

setiap hari jum’at siswa tanpa diminta lagi sudah dengan sendirinya

mengumpulkan uang amal tersebut. Begitupun jika ada keluarga besar

Page 69: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

69

SMP Negeri 2 Ciputat ini yang terkena musibah, para siswa spontan

menggalang dana untuk keluarga yang terkena musibah.

Interviewee

Interviewer

Imas Maesaroh

Dadang Yohana

Bismillahirrahmanirrahiim

Assalamu’alikum Warah Matullahi Wabaraakatuh

Page 70: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

70

Saya Imas Maesaroh dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, sedang melakukan penelitan untuk menyelesaikan tugas

akhir (skripsi) dengan judul “Peran Sekolah Dalam Membentuk Solidaritas

Siswa”. Untuk itu Saya memohon bantuan dari Ibu/Bapak guru maupun staf

SMP Negeri 2 Ciputat untuk mengisi pertanyaan wawancara ini, terakhir peneliti

mengucapkan terima kasih atas bantuan dari bapa/ ibu.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabaraakatuh

PERTANYAAN WAWANCARA

Hari, tanggal : Rabu, 10 September 2008

Yang diwawancarai : Drs. Sholeh Fathani

Jabatan : Guru. Bidang Studi IPS

Pertanyaan :

1. Nilai-nilai solidaritas apa saja yang pernah Bapak/ Ibu ajarkan kepada para

siswa?

Jawab:

a. Silaturahmi

b. Selalu sampaikan salam, tegur sapa dan jabat tangan.

c. Kesetiakawanan sosial dan saling menolong antar teman

d. Menjenguk teman bila sakit

2. Menurut Bapak/Ibu, apakah nilai-nilai solidaritas itu perlu diajarkan kepada

siswa-siswi SMPN2 Ciputat? Mengapa perlu? Mengapa tidak?

Jawab: Nilai-nilai di atas sangat perlu bagi siswa, sebagai latihan dalam

hidupnya kelak dimasyarakat.

Manusia mempunyai kodrat sebagai makhluk individual sekaligus

makhluk sosial. Dalam hal ini makhluk sosial adalah makhluk yang

berkelompok, untuk menjaga agar hubungan dengan anggota yang lain

Page 71: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

71

berlangsung baik, maka diajarkankan sikap yang baik seperti yang di

atas.

3. Bagaimana kepedulian siswa dalam merealisasikan nilai-nilai solidaritas yang

diajarkan disekolah?

Jawab: Sejauh ini menurut pengamatan saya, nilai, aturan, sikap yang

diajarkan banyak dijalankan oleh siswa sehingga situasi dilingkungan

sekolah terasa damai dan kondusif.

Interviewee

Interviewer

Imas Maesaroh Drs.

Sholeh Fathani

Page 72: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

72

Bismillahirrahmanirrahiim

Assalamu’alikum Warah Matullahi Wabaraakatuh

Saya Imas Maesaroh dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, sedang melakukan penelitan untuk menyelesaikan tugas

akhir (skripsi) dengan judul “Peran Sekolah Dalam Membentuk Solidaritas

Siswa”. Untuk itu Saya memohon bantuan dari Ibu/Bapak guru maupun staf

SMP Negeri 2 Ciputat untuk mengisi pertanyaan wawancara ini, terakhir peneliti

mengucapkan terima kasih atas bantuan dari bapa/ ibu.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabaraakatuh

PERTANYAAN WAWANCARA

Hari, tanggal : Selasa, 9 September 2008

Yang diwawancarai : H. Bingan Edi Saputra, BA

Jabatan : Bid. Kesiswaan dan BK

Pertanyaan :

1. Nilai-nilai solidaritas apa saja yang terdapat di sekolah ?

Jawab: Nilai-nilai solidaritas yang terdapat di sekolah yaitu:

a. Silaturahmi, saling menyapa/ memberi salam sesama teman dan

guru

b. Rasa setia kawan, memberikan dana spontanitas kepada siswa yang

terkena musibah (orang tuanya meninggal dunia), berkunjung ke

rumahnya yang diwakili oleh wali kelas dan beberapa temannya

(ta’jiah).

c. Bakti sosial; mengumpulkan pakaian bekas dan sembako untuk

dikirim ke suatu tempat yang membutuhkan.

Page 73: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

73

2. Menurut Bapak/Ibu, apakah nilai-nilai solidaritas itu perlu diajarkan kepada

siswa-siswi SMPN2 Ciputat? Mengapa perlu? Mengapa tidak?

Jawab: Perlu, untuk menanamkan kepekaan kepedulian terhadap sesama atau

kepedulian sosial.

3. Kendala apa yang bapak/Ibu temukan dalam menerapkan nilai-nilai solidaritas

kepada siswa-siswi SMPN2 ciputat?

Jawab: Kendalanya tidak ada jam khusus untuk mengajarkan hal tersebut.

4. Upaya apa saja yang dilakukan pihak sekolah dalam mewujudkan hal di atas?

Jawab: Upayanya melalui pembinaan ekstra kurikuler, yaitu:

a. Tiap hari senin upacara bendera, pembina upacara dalam

amanatnya menyisipkan pesan moral tentang kepedulian sosial.

b. Tiap hari selasa, rabu, dan kamis 10 menit sebelum masuk kelas,

pembina OSIS, PKS dan petugas piket secara bergantian

memberikan nasihat dan pesan-pesan moral tentang kepedulian

sosial.

c. Tiap hari jum’at tausiah/ ceramah agama yang di dalamnya ada

pesan-pesan moral.

5. Apakah ada kegiatan-kegiatan sosial yang mengandung nilai-nilai solidaritas

siswa yang menjadi program sekolah?

Jawab: Ada, seperti infaq setiap hari Jumat, pungutan dana spontanitas ketika

ada orang tua siswa yang meninggal dunia, bakti sosial, kerja bakti

membersihkan halaman, taman dan sebagainya.

Interviewee Interviewer

Page 74: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

74

Imas Maesaroh H. Bingan Edi

Saputra, BA

Bismillahirrahmanirrahiim

Assalamu’alikum Warah Matullahi Wabaraakatuh

Saya Imas Maesaroh dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, sedang melakukan penelitan untuk menyelesaikan tugas

akhir (skripsi) dengan judul “Peran Sekolah Dalam Membentuk Solidaritas

Siswa”. Untuk itu Saya memohon bantuan dari Ibu/Bapak guru maupun staf

SMP Negeri 2 Ciputat untuk mengisi pertanyaan wawancara ini, terakhir peneliti

mengucapkan terima kasih atas bantuan dari bapa/ ibu.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabaraakatuh

PERTANYAAN WAWANCARA

Hari, tanggal : Kamis, 11 September 2008

Yang diwawancarai : Hermanto, S.Pd

Jabatan : Pembina OSIS

Pertanyaan :

1. Nilai-nilai solidaritas apa saja yang terdapat di sekolah?

Jawab: Sesama personal SMP Negeri 2 Ciputat saling memperhatikan, saling

membantu dan bekerja sama baik dalam suka maupun duka. Siswa

siswi diharapkan untuk saling bekerja sama dalam hal kebaikan serta

Page 75: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

75

ikut membantu teman yang lemah, begitu juga antara guru dan siswa,

siswa dan guru harus saling memperhatikan.

2. Menurut Bapak/Ibu, apakah nilai-nilai solidaritas itu perlu diajarkan kepada

siswa-siswi SMPN2 Ciputat? Mengapa perlu? Mengapa tidak?

Jawab: Sangat perlu sekali. Bukan hanya diajarkan tapi ditanamkan ke dalam

jiwa anak, karena pada dasarnya, kita semua makhluk sosial dan insan

berketuhanan TME.

3. Kendala apa yang bapak/Ibu temukan dalam menerapkan nilai-nilai solidaritas

kepada siswa-siswi SMPN2 ciputat?

Jawab: Siswa siswi belum sepenuhnya menyadari bahwa dirinya sebagai

makhluk sosial yang selalu akan membutuhkan pertolonan orang lain.

4. Upaya apa saja yang dilakukan pihak sekolah dalam mewujudkan hal di atas?

Jawab: Upaya yang dilakukan semua siswa harus dilibatkan dan mengikuti

semua kegiatan yang ada disekolah ini termasuk salah satunya kegiatan

ekstra kulikuler.

5. Apakah ada kegiatan-kegiatan sosial yang mengandung nilai-nilai solidaritas

siswa yang menjadi program sekolah?

Jawab: Ada, seperti ;

a. Bulan Ramadhan, siswa yang mampu diharapkan membayar zakat

fitrah, zakat mal, infaq dan sodaqoh dan hasilnya dibagikan untuk

anak yatim serta siswa siswi yang kurang mampu.

b. Pihak sekolah mengadakan kunjungan ke rumah orang tua murid,

apabila kondisi ekonominya kurang memungkinkan atau

menghawatirkan, maka siswa dibebaskan dengan dua kategori

yaitu DSP dan Komite.

Interviewee Interviewer

Page 76: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

76

Imas Maesaroh Hermanto,

S.Pd

LAMPIRAN

DAFTAR NAMA GURU

DAN PEMBAGIAN JAM MENGAJAR TAHUN 2007/2008

KELAS / JAM

NO MATA PELAJARAN

VII VIII IX GURU PENGAJAR KLS JML

JAM KET.

1. H. Moh. Nasir

Rinun,BA VII 20

1. Pendidikan

Agama Islam 20 20 16 2. Chairunnisa, SPd VIII 20

3. Drs. Anwarudin IX 16 56

1. Edining Sudiyati, SPd VII 20

2. Pend.

Kewarganegaraan 20 20 16 2. Hj. Neni Supriati, SPd VIII 20

Page 77: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

77

3.Dadang Yohana,

AMdPd IX 16 56

1. Dra. Yuliani VII 16

2.Takhriyah Agustina,

SPd VII 16

3. Dedeh Kurniasih, SPd VII &

VIII 16

3. Bahasa Indonesia 40 40 32 4. Elly Fajriah, SPd VIII 16

5. Hj. Eti Rahmawati, SPd VIII 16

6. Drs. Alwanih IX 16

7. Drs. Syaifullah IX 16 112

2. Hj. Saonah, AMdPd VII 16

4. Bahasa Inggris 40 40 32 3. Herlina Yulianti, SPd VII 8 GTT

4. LA Muhaenim, AMdPd VIII 24

5. Hj. Eni Subekti, SPd VIII &

IX 24

6. Endar Suhendar, SPd IX 24 112

1. Wiwit Turtinowati VII 20

2. Sumarsih, SPd VII 20

3. Rd Lendra, SPd VIII 8 GTT

5. M a t e m a t i k a 40 40 32 4. Ujang Suryana, SPd VIII 12 GTT

5. Anita Ekawati, SPd VIII 20

6. Netty Lutfiah IX 16

7. Hj. Siti Budaya, SPd IX 16 112

1. Evi Syarfiarti, SPd VII 20

2. Drs. Raharjo VII 20

3. Verdra Yoliska, SPd VIII 20

6. Ilmu

Pengetahuan 40 40 32 4. Arie Fardianawati, SPd VIII 10 GTT

Page 78: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

78

Alam

5. Laila Lubis, SPd VIII 10 GTT

6. Indah Puji Rahayu IX 16

7. Dra. Lilis Susilawati IX 16 112

1. Iis Chotimah VII 20

2. Musfrida Hanum, SPd PNS

SMP 5

3. Nining Wahyuni, SPd VII 20 GTT

7.

Ilmu

Pengetahuan

Sosial

40 40 32 4. Nina Diana, SPd VIII 20

5. Hj. Eny Sulistiowati VIII 20

6. Zuraidah, SPd IX 16

7. Drs. Sholeh Fathoni IX 16 112

1. Drs. Nofiardi VII 20

8. Pendidikan Seni

Budaya 20 20 16 2. Hazali, SPd VIII 20

3. Harmanto, SPd IX 16 56

1. Supaman VII 20

9. Penjaskes 20 20 16 2. Kamaluddin VIII 20

3. Drs. Junaidi IX 16 56

1. Endang Hamidin VII 20

10. Tek. Informasi

dan Kumnikasi 20 20 16 2. Bayoangin Suhut VIII 12

3 Nandang Sabanudin

(GTT)

VIII &

IX 24 56

1. Nurzaidah, AMdPd VII 20

11. Muatan Lokal 20 20 16 2. Inda Yulia Parida, SPd VIII 20

3. Hj. N. Ery Sueri, IX 16 56

Page 79: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

79

AMdPd

J u m l a h 320 320 256 896 896

STRUKTUR ORGANISASI SEKOLAH

TAHUN 2007 / 2008

Page 80: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

80

KOMITEH. Uci Sanusi, BA

KEPALA SEKOAHDrs. H. Nurhadi, MM

Ka. Tata UsahaSuherman, S.Pd

WAKASEKH. Moh Nasir R.

KURIKULUMEndang H. S.Pd

KESISWAANHarmanto, S.Pd

HUMASDrs. Alwanih

SARANA & PRALA. Muhaenim

DEWAN GURU

PENJAB ESKUL

SISWA SMPM 2 CPT

STAF TU

PRESTASI SISWA DALAM MENGIKURI LOMBA

Page 81: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

81

Banyak prestasi yang telah di raih oleh siswa dan siswi SMP Negeri 2

Ciputat, baik dari segi akademik maupun non akademik, diantaranya sebagai

berikut:

Posisi I6 Olimpiade Matematika Tingkat Nasional th 2004

di Balikpapan

Juara Lomba Peraturan Baris se Kabupaten Tangerangth th 2004

Harapan Berbaris (PBB)

Juara III Invitasi Bola Basket 3 on 3 se Jabotabek th 2003

Juara III Lomba PBB Murni se Kabupaten Tangerang th 2004

Juara III LombaTerampil Penggalang seKota TangerangSelatan

th2005

Juara III Turnamen Mini Soccer se Kabupaten Tangerang th 2005

Juara 1 PBB Harapan se Kabupaten th 2006

Juara 1 Footsal se Jabotabek th 2006

Juara I Turnamen Volley Ball Putri seKabupatenTangeran th2003

Juara I Lomba Cerdas Cermat se Jabotabek th 2003

Bahasa & Sastra Indonesia

Juara I Lomba Membaca Puisi se Kecamatan Ciputat th th 2003

HUT RI ke-46

Juara I Olimpiade Teknologi se Kabupaten Tangerang th 2004

Informasi & Telekomunikasi

Juara I Lomba Peraturan Baris se Kota Tangerang Selatan th 2004

Berbaris (PBB)

Juara I Lomba Sekolah Sehat se Kabupaten Tangerang th 2004

Juara I Lomba Sekolah Sehat se Propinsi Banten th 2004

Juara I Lomba Footsal se Jabodetabek th 2006

Juara 1 Harapan PBB se Kabupaten th 2006

Juara II Turnamen Basket Ball se Kabupaten Tangerang th 2003

Juara II Kejuaraan Bulu Tangkis se Kabupaten Tangerang th 2003

Juara II English Quiz Contest se DKI Jakarta th 2003

Juara II Olimpiade Matematika se Kabupaten Tangerang th 2003

Page 82: PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS

82

Juara II Olimpiade IPA - Fisika se Kabupaten Tangerang th 2003

Juara II Olimpiade Matematika se Propinsi Banten th 2004

Juara II Olimpiade Teknologi se Propinsi Banten th 2004

Informasi & Telekomunikasi

Juara II English Quiz Contest se Kabupaten tangerang th 2004

Juara II Lomba Cerita Berbahasa se Kabupaten Tangerang th 2004

Juara II Lomba Baris Berbaris (PBB) se Kabupaten Tangerang th 2004

Juara II Komandan Pleton (Danton ) se Kabupaten Tangerang th 2004

Juara II Turnamen Futsal se Kota Depok th 2005

Juara II Footsal se Kabupaten th 2006

Juara II Hasta Karya SMP se SKKS th 2006

Juara II Story Telling se Kabupaten th 2006

Juara II Nyanyi Bank se Kabupaten th 2006