arsitektur tongkonan

download arsitektur tongkonan

of 27

Transcript of arsitektur tongkonan

BAB I ARSITEKTUR TONGKONANTanah Toraja terletak di bagian utara Provinsi Sulawesi Selatan, tepatnya di antara pegunungan Latimojong dan Gunung Reute Kambola. Komunitas Toraja terdiri dari tiga kelompok: Toraja Timur di sekitar Danau Poso, Toraja Barat di sekitar danau Palu dan Kalawi di Sulawesi Tengah. Kata toraja berasal dari bahasa Bugis, to riaja, yang berarti "orang yang berdiam di negeri atas". Pemerintah kolonial Belanda menamai suku ini Toraja pada tahun 1909. Suku Toraja terkenal akan ritual pemakaman, rumah adat tongkonan dan ukiran kayunya. Ritual pemakaman Toraja merupakan peristiwa sosial yang penting, biasanya dihadiri oleh ratusan orang dan berlangsung selama beberapa hari. Arsitektur rumah Toraja memiliki bentuk khasnya tersendiri. Rumah ini berbentuk seperti kapal dengan dua ujungnya berbentuk busur. Menurut legenda, suku Toraja berasal dari laut utara. Ketika berlayar, mereka terjebak badai, terdampar dan perahu mereka rusak. Karena tidak dapat dimanfaatkan lagi, perahu itu digunakan sebagai atap rumah mereka yang disebut tongkonan.

Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/File:Toraja_house.jpg

1

Konon kata Tongkonan berasal dari istilah "tongkon" yang berarti duduk, dahulu rumah ini merupakan pusat pemerintahan, kekuasaan adat dan perkembangan kehidupan sosial budaya masyarakat Tana Toraja. Rumah ini tidak bisa dimiliki oleh perseorangan, melainkan dimiliki secara turun-temurun oleh keluarga atau marga suku Tana Toraja. Dengan sifatnya yang demikian, tongkonan mempunyai beberapa fungsi, antara lain: pusat budaya, pusat pembinaan keluarga, pembinaan peraturan keluarga dan kegotongroyongan, pusat dinamisator, motivator dan stabilisator sosial.

A. Material TongkonanTongkonan dibangun dengan bahan-bahan alami seperti bambu, kayu, dan rotan. Rangka, tiang dan balok biasanya dibuat dari kayu atau bambu. Lantainya terdiri dari papan kayu yang diletakkan di atas palang melintang, antara papan lantai dan palang kayu, terdapat lapisan bambu untuk memberikan kekakuan lebih pada lantai. Sementara itu, dinding dan partisinya terbuat dari papan kayu, pancang kayu, atau anyaman bambu. Semua komponen ini dibuat terlebih dahulu di tempat terpisah yang disebut pondok. Setelah jadi, barulah komponen-komponen ini disusun menjadi satu di tempat yang telah ditentukan tanpa menggunakan paku.

Atap Tongkonan Tradisonal dari Bambu Masyarakat Toraja biasanya mendapat material-material ini dari hutan dan alam di sekitar mereka. Mereka juga menggunakan peralatan pertukangan sederhana dan peralatan ukir 2

untuk membangun rumah. Scaffolding / perancah bambu juga digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan mereka. Tidak ada karakter material yang spesifik. Material alami hanya digunakan karena alasan ekonomi dan kepraktisan. Mereka cenderung menggunakan material yang mudah diperoleh selama material tersebut cukup kuat dan memiliki ukuran yang sesuai. Pada perkembangannya, tidak ada larangan untuk menggunakan material lain selama nilai-nilai filosofis dari tongkonan tetap dapat dipertahankan.

B. Layout dan Denah Tongkonan

Orientasi dari tongkonan selalu menghadap ke arah utara, karena masyarakat Toraja percaya bahwa utara menyimbolkan kehidupan. Inilah alasan mengapa desa Toraja berdiri berjajar dari timur ke barat. Lumbung padi berdiri menghadap tongkonan dengan bagian depan yang mengarah ke selatan. Parampa adalah halaman yang berada di antara tongkonan dan alang. Halaman ini digunakan sebagai tempat untuk mengeringkan padi, tempat bermain anak-anak, tempat perempuan bekerja, dan tempat untuk adu ayam.

3

Terdapat paling tidak tiga ruang di dalam tongkonan: Tangdo Ruangan ini terletak di bagian utara. Di ruang pertama ini terdapat tangga yang memberikan akses ke ruang tengah. Tangdo adalah kamar tidur untuk gadis yang belum menikah. Sali Ini adalah ruang keluarga utama. Di ruang ini terdapat tungku yang terletak di bagian timur. Tungku ini terdiri dari kotak kayu besar yang biasa digunakan untuk memasak (disebut dapo) dan dapat pula berfungsi sebagai perapian karena wilayah Toraja seringkali mengalami cuaca dingin. Tungku ini terletak di bagian timur karena makanan dan beras diasosiasikan dengan kehidupan. Sali juga merupakan ruang tidur bagi laki-laki yang belum menikah serta para pelayan. Sumbung Ruang ketiga ini berada di selatan. Ini adalah ruang tidur pemilik rumah dan istrinya. Barang-barang berharga juga disimpan di ruangan ini, dalam sebuah keranjang yang disebut batutu. Ruang di bawah Longa (bagian atap yang menggantung) biasa digunakan sebagai tempat untuk menenun. Sedangkan ruang di kolong rumah yang disebut bala-bala biasa digunakan sebagai kandang hewan ternak seperti ayam, sapi, babi dan tentu saja binatang yang paling penting bagi masyarakat Toraja, kerbau.

C. Konstruksi TongkonanMasyarakat Toraja biasa membagi konstruksi tongkonan dalam tiga bagian: sub struktur, struktur tengah serta struktur atas. a. Sub Struktur Ruang di bawah rumah yang digunakan sebagai kandang ternak pada malam hari. Dikenal dengan nama suluk banua karena terbentuk oleh hubungan antara tiang-tiang kayu dengan sulur (roroan). Tiang-tiang yang menyangga tongkonan terbuat dari kayu dan berbentuk empat persegi panjang. Untuk pondasinya terbuat dari batu alam.

4

Bagian bawah rumah bangsawan terdapat tiang utama rumah yang tidak berfungsi struktural disebut ariri posi (tiang pusar). Pada bagian atas pondasi tiang-tiang kayu digunakan sebagai lantai ruang tengah yang secara keseluruhan terbuat dari kayu tanpa finishing. b. Struktur Tengah Tinggi bagian ini jika diukur dengan skala metrik modern sekitar dua meter. Lantainya tersusun dari papan-papan tebal melintang dan memiliki ketinggian yang berbeda-beda. Ketinggian lantai yang berbeda-beda tersebut disangga dengan balok horizontal yang juga berbeda ukuran. Dindingnya terdiri dari rangka tegak persegi yang menerus melewati balok horizontal. Rangka tegak ini berdiri di atas rangka balok lantai dan ujung lainnya menyangga balok atas yang disebut samborinding. Konstruksi dari dinding pemisah yang berdiri di atas balok melintang di tengah lantai, sama dengan dinding samping. c. Struktur Atas Bagian atas digunakan sebagai tempat menyimpan benda-benda pusaka yang dianggap mempunyai nilai sakral. Atap Tongkonan terbuat dari bambu-bambu pilihan yang disusun tumpang tindih, dikait oleh beberapa reng bambu dan diikat oleh tali bambu/rotan. Fungsi dan susunan demikian untuk mencegah masuknya air hujan melalui celah-celah, dan sebagai lubang ventilasi. Susunan bambu ditaruh di atas kaso yang terdapat pada rangka atap. Susunan tarampak minimal 3 lapis, maksimal 7 lapis, setelah itu disusun hingga membentuk seperti perahu.

D. Tata Unit TongkonanTiga desa adat yaitu Palawa salah satu kompleks desa adat terbesar, Ketekesu' dianggap terindah dari desa-desa adat di Toraja dan Siguntu kompleks desa adat berukuran sedang (dari segi luas, jumlah alang dan lumbung) mempunyai pola, tata-letak dan orientasi kosmis sama. Ketiganya terdiri dari sejumlah tongkonan, berderet dalam arah

5

matahari terbit dan matahari tenggelam. Deretan tongkonan menghadap ke sebuah halaman luas memanjang terbentuk oleh deretan tongkonan tersebut dengan deretan lumbung atau alang . Bila dalam tata-letak ketiga kampung adat ditarik garis melebar sejajar dengan deretan tongkonan, lumbung dan halaman di antaranya, maka akan terbentuk garis sumbu arah matahari terbit-tenggelam atau arah timur barat. Bila ditarik garis tegak lurus dari sumbu timur-barat tersebut maka akan terbentuk sumbu lainnya melintang utara-selatan. Halaman tengah di antara deretan alang dan tongkonan, mempunyai funsgi majemuk, antara lain tempat bekerja, menjemur padi, bermain anak-anak selain pula menjadi "ruang pengikat" dan penyatu dalam kompleks. Yang terpenting dalam kaitan dengan Aluk Todolo, halaman ini menjadi tempat melangsungkan berbagai kegiatan ritual terutama dalam upacara kematian atau pemakaman jenazah.

Halaman Tengah antara Tongkonan dan Alang Rumah-rumah atau tongkonan dan lumbung atau alang dalam sebuah desa adat Toraja, tidak dibangun dalam sekali waktu, namun bertahap dan satu dengan lain berbeda waktu pembangunan cukup lama. Jumlah masing-masing menunjukkan kategori sosial-ekonomi 6

dari keluarga pemiliknya. Rumah tertua berada di ujung arah matahari tenggelam atau barat, dan berturut-turut ke arah mata hari terbit yang lebih baru dari sebelumnya.

7

BAB II KAJIAN BUDAYAA.Agama dan Kepercayaana. Aluk TodoloMasyarakat Toraja memiliki agama atau kepercayaan tradisional yang disebut Aluk Todolo. Aluk Todolo berasal dari kata Aluk yang berarti aturan atau upacara dan Todolo yang artinya leluhur atau nenek moyang. Aluk Todolo menurut penganutnya diturunkanoleh Puang Matua atau Sang Pencipta mulanya pada leluhur pertama yaitu Datu La Ukku' yang kemudian menurunkan ajarannya kepada anak cucunya. Setelah itu Puang Matua memberikan kekuasaan kepada para Deata atau Dewa untuk menjaga dan memelihara manusia. Selain kepada Deata, Puang Mattua atau Sang Penguasa juga memberikan kepercayaan kepada To Membali Puang atau Todolo (Leluhur) yang juga diwajibkan dipuja dan disembah karena merekalah yang memberi berkah kepada para keturunannya. Berdasarkan pengertian tersebut, secara umum terdapat tiga kekuatan tertinggi dalam Aluk Todolo: a. Puang Matua

Unsur kekuatan tertinggi sebagai pencipta bumi, langit, dan segala isinya menempati Dunia Atas, langi (langit) b. Deata-deata Penguasa dan pemelihara bumi, menempati Dunia Tengah. atau padang, yang ditempati manusia. Deata digolongkan menjadi tiga yaitu: a. Deata Langi' (Sang Pemelihara Langit menguasai seluruh isi langit dancakrawala)

b. Deata Kapadanganna (Sang Pemelihara Bumi, menguasai semua yang ada dibumi)

c. Deata Tangngana Padang (Sang Pemelihara Tanah, menguasai isi bumi).Masing-masing golongan terdiri dari beberapa Deata yang menguasai bagian-bagian tertentu misalnya gunung, sungai, hutan dan lain-lain.

c. Tontembali Puang Arwah para leluhur yang telah menjelma menjadi dewa, menempati Dunia Bawah 8

Menurut Kis Jovak, terdapat sistem bola langit pada kosmologi aluk todolo. Dunia atas yang disebut Ulluna Langi, berada di titik Zenith atau puncak dari bola langit. Permukaan bumi dipandang sebagai Dunia Tengah atau dalam bahasa Toraja disebut Lino atau Padang, terletak pada bidang potong tengah bola langi' (langit). Di dunia tengah inilah terdapat kehidupan manusia termasuk di dalamnya tongkonan. Dunia tengah dalam terletak di sebelah timur Gunung Bamba Puang dan pohon-pohon palem sebagai pintu keluar-masuk para Dewa di sebelah barat. Dunia Bawah terdiri dari Pong Tulak Padang dan roh-roh di dalam tanah yang mendukung dunia tengah dan kediaman manusia di muka bumi. Tulak Padang artinya Ia yang memikul bumi dengan kepala dan pohon-pohon palem di tangannya. Pong Tulak Padang menjaga keseimbangan dan bermukim 12 tingkat di bawah bumi. Meskipun demikian, kadangkadang terjadi ketidak seimbangan karena Indo' Ongan-ongan, istrinya yang suka bertengkar, mengganggu hingga terjadi gempa bumi. Di luar sistem bola langit di sebelah barat terdapat Pongko', yang dalam mitos merupakan asal orang Toraja, dipisahkan dengan ketiga dunia di atas oleh tasik atau laut.

Legenda: a. Pangko'. b. Tasik (laut). c. Gunung Bamba Puang. d. Puya (Tanah dari semua yang berjiwa). e. Padang/lino Dunia Tengah/dunia manusia.

9

f. Langi. g. Dunia Bawah. h. Pong Tulak Padang. i. Roh di dalam bumi. j. Puang Matua di Zenith atau Ulunna Langi. k. Tongkonan. Berdasarkan pengertian tersebut, secara umum masyarakat Toraja membagi dunia dalam tiga bagian:

Dunia Atas berada pada tingkat tertinggi. ulunnana langi (kepala langit) tempat bersemayam Puang Matua(Tuhan yang maha tinggi). yang menjaga keseimbangan siang dan malam di dunia dan diasosiasikan dengan matahari. disebut allo (slang hari/Lerang) dan diidentifikasikan sehagai laki-laki. berada di atas, terang, dan baik. Dunia Tengah berada di permukaan bumi tempat manusia menjalani kehidupan (padang). dan wajib melaksanakan upacara-upacara persembahan dan pemujaan dalam tiap fase kehidupannya. Selain itu. dunia ini merupakan tempat pertemuan antara Dunia Atas dan Dunia Bawah karena itu dikonotasikan sebagai kerukunan, kegotong-royongan, dan yang terpenting mewakili pengertian harrnonisasi. Dalam kepercayaan Aluk Todolo, harmonisasi merupakan keseimbangan susunan alam. keseimbangan perintah dan larangan (pemali-pemali), yang mengatur keseimbangan sosial, keseimbangan mobilitas horizontal dan keseimbangan antara Timur dan Barat, Utara dan Selatan. Dunia Bawah berada di bawah air, diidentitikasi sehagal bawahan dan buruk (neraka). Bagian ini ditopang diatas kepala dewa Pong Tulak Padang yang mendukung dan memberikan spirit (semangat) pada Tongkonan dan kehidupan manusia di bumi.

10

B. Konsep Arah dan Mata AnginMasyarakat Toraja mempunyai konsep mengenai empat penjuru mata angin, yang berhubungan dengan kepercayaan yang mereka anut yaitu:

Utara, dianggap sebagai sesuatu yang paling utama, disebut Ulunna Lino (kepala dunia). Tempat Puang Matua bersemayam, Mewakili unsur kepala, depan, atasan, terhormat, dan tempat suci.

Selatan, dianggap sebagai Pollo na Lino (pantat dunia). Mewakili unsur kaki, bawahan, pengikut, dan tempat kotor. Timur, tempat terbitnya matahari disebut Matallo. Mewakili unsur kebahagiaan, terang, kesukaan dan kehidupan. Barat, tempat terbenamnya matahari, disebut Matampu. Mewakili unsur gelap, kedukaan, dan kematian.

Selain itu masih ada aturan lainnya yang mengarah pada konsep empat penjuru angin ini, antara lain :

DT Desa dan Tongkonan, dianggap sebagai alam kecil (mikrokosmos), wadah keseimbangan antara Utara-Selatan, Timur-Barat, tempat pusat upacara, tempat bertumpunya persilangan empat penjuru angin, wadah azas-azas kehidupan manusia. BA Benua Atas, dianggap berada di langit. Mewakili laki-laki, di atas dan baik.

11

BB Benua Bawah, dianggap berada di bawah permukaan air. Mewakili perempuan, di bawah, dan buruk. BT Benua Tengah, dianggap mewakili permukaan bumi. Tempat pertemuan antara Benua Atas dan Benua Bawah. Mewakili kerukunan, kegotongroyongan, keharmonisasian, keseimbangan susunan alam, keseimbangan antara perintah (aluk) dan larangan (pemali). PM Arah tempat penyelenggaraan upacara untuk penyembahan dan pemujaan kepada Puang Matua yang bersemayam di utara sebagai Ulunna Lino. RS Arah tempat penyelenggaraan upacara Rambu Solo. RT Arah tempat penyelenggaraan upacara Rambu Tuka.

C. Azas KehidupanMasyarakat Toraja juga memiliki azas kehidupan manusia yang disebut Ada A pa Oto na. Azas Ada A pa Oto na terdiri dari empat aturan dasar dalam menjalani kehidupan, antara lain: 1. Ada Dadinna Ma lolo Tau, yaitu adat atau aturan dasar berkaitan dengan kelahiran. 2. Ada Tuona Ma lolo Tau, yaitu adat atau aturan dasar mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan manusia. 3. Ada Manembana Ma lolo Tau, yaitu adat atau aturan dasar mengenai pemujaan dalam berbagai upacara menurut dewa supranatural yang akan disembah. 4. Ada Matena Ma lolo Tau, yaitu adat atau aturan dasar yang berhubungan tentang kematian manusia.

D. Upacara AdatTerdapat dua upacara besar dalam kebudayaan Toraja yaitu upacara Rambu Tuka dan upacara Rambu Solo.

12

a. Rambu Tuka Upacara adat Rambu Tuka' adalah acara yang berhungan dengan acara syukuran bisalnya acara pernikahan, syukuran panen dan peresmian rumah adat/tongkonan yang baru, atau yang selesai direnovasi; menghadirkan semua rumpun keluarga, dari acara ini membuat ikatan kekeluargaan di Tana Toraja sangat kuat. Upacara tersebut dikenal dengan nama Ma'Bua', Meroek, atau Mangrara Banua Sura'. Untuk upacara adat Rambu Tuka' diikuti oleh seni tari : Pa' Gellu, Pa' Boneballa, Gellu Tungga', Ondo Samalele, Pa'Dao Bulan, Pa'Burake, Memanna, Maluya, Pa'Tirra', Panimbong dan lain-lain. Untuk seni musik yaitu Pa'pompang, pa'Barrung, Pa'pelle'. Musik dan seni tari yang ditampilkan pada upacara Rambu Solo' tidak boleh (tabu ditampilkan pada upacara Rambu Tuka'. b. Rambu Solo (Upacara Pemakaman) Adat istiadat yang telah diwarisi oleh masyarakat Toraja secara turun temurun ini, mewajibkan keluarga yang ditinggal membuat sebuah pesta sebagai tanda penghormatan terakhir pada mendiang yang telah pergi. Namun dalam Pelaksanaannya, upacara Rambu Solo terbagi dalam beberapa tingkatan yang mengacu pada strata sosial masyarakat Toraja, yakni: Dipasang Bongi: Upacara yang hanya diiaksanakan dalam satu malam. Dipatallung Bongi: Upacara yang berlangsung selama tiga malam dan dilaksanakan dirumah dan ada pemotongan hewan. Dipalimang Bongi: Upacara pemakamanyang berlangsung selama lima malam dan dilaksanakan disekitar rumah serta pemotongan hewan Dipapitung Bongi:Upacara pemakaman yang berlangsung selama tujuh malam yang setiap harinya ada pemotongan hewan. Biasanya pada upacara tertinggi dilaksanakan dua kali dengan rentan waktu sekurang kurangnya setahun, upacara yang pertama disebut Aluk Pia biasanya dalam pelaksanaannya bertempat disekitar Tongkonan keluarga yang berduka, 13

sedangkan Upacara kedua yakni upacara Rante biasanya dilaksanakan disebuah "lapangan Khusus" karena upacara yang menjadi puncak dari prosesi pemakaman ini biasanya ditemui berbagai ritual adat yang harus dijalani, seperti : Ma'tundan, Mebalun (membungkus jenazah), Ma'roto (membubuhkan ornamen dari benang emas dan perak pada peti jenazah), Ma'Popengkalo Alang (menurunkan jenazah kelumbung untuk disemayamkan), dan yang terkahir Ma'Palao (yakni mengusung jenazah ketempat peristirahatan yang terakhir). Tidak hanya ritual adat yang dapat dijumpai dalam Upacara Rambu solo, berbagai kegiatan budaya yang begitu menariknya dapat dipertontonkan dalam upacara ini, antara lain : Mapasilaga tedong (Adu kerbau) Kerbau di Tana Toraja memiliki ciri yang mungkin tidak dapat ditemui didaerah lain, mulai yang memiliki tanduk bengkok kebawah sampai dengan kerbau berkulit belang (tedang bonga), tedong bonga di Toraja sangat bernilai tinggi harganya sampai ratusan juta; Sisemba (Adu kaki); Tari tarian yang berkaitan dengan ritus rambu solo': Pa'Badong, Pa'Dondi, Pa'Randing, Pa'Katia, Pa'papanggan, Passailo dan Pa'pasilaga Tedong; Selanjutnya untuk senimusiknya: Pa'pompang, Pa'dali-dali dan Unnosong.; Ma'tinggoro tedong Pemotongan kerbau dengan ciri khas masyarkat Toraja, yaitu dengan menebas kerbau dengan parang dan hanya dengan sekali tebas, biasanya kerbau yang akan disembelih ditambatkan pada sebuah batu yang diberi nama Simbuang Batu. Menjelang usainya Upacara Rambu Solo', keluarga mendiang diwajibkan mengucapkan syukur pada Sang Pencipta yang sekaligus menandakan selesainya upacara pemakaman Rambu Solo'.

14

B. Sosiala. Kerjasama Kerjasama di sini berarti kerja sama antara orang perorangan atau kelompk manusia untuk mencapai tujuan tertentu secara bersama-sama. Kerjasama pada masyarakat Toraja terlihat pada banyak hal. Pada pembangunan tongkonan misalnya, dibutuhkan kerjasama dari banyak anggota masyarakat untuk mengolah material dan menyusunnya. Salah satu bentuk kerjasama lain yang terlihat jelas adalah pada pelaksanaan upacara-upacara adat. Karena pesta dan upacara-upacara tersebut sangatlah rumit, maka diperlukan kerjasama warga desa untuk mempersiapkan acara tersebut. b. Persaingan Persaingan sebagai suatu proses sosial adalah orang perorangan atau kelompok manusia yang bersaing, mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa menjadi pusat perhatian publik atau mempertajam prasangka yang telah ada tanpa menggunakan kekerasan atau ancaman. Salah satu persaingan yang cukup terlihat pada masyarakat Toraja adalah persaingan ekonomi. Masyarakat Toraja, sering mengadakan berbagai upacara dan pesta adat pada saat-saat yang penting. Semakin banyak pesta yang diadakan dan semakin banyak hewan yang dikorbankan maka tinggi pula kekuatan ekonominya. Kekuatan ekonomi yang tinggi, secara otomatis meningkatkan status sosial orang tersebut karena ia akan makin dihargai, dihormati,dan disegani. c. Pertentangan Pertentangan adalah proses sosial dimana orang perorangan atau kelompok manusia berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan dengan ancaman atau kekerasan. Pertentangan seperti ini juga terjadi pada masyarakat Toraja, khususnya pada zaman dahulu. Pertikaian dapat terjadi antar suku maupun antar kelompok /desa. Hal ini membuat alasan keamanan menjadi salah satu faktor bagi masyarakat Toraja dalam membangun hunian dan pemukiman.

15

C. Ilmu Pengetahuan dan TeknologiMenurut Parsudi Suparlan: Teknologi adalah seperangkat pengetahuan manusia yang digunakan untuk memahami dan menginterpreatasikan lingkungan yang dihadapi (yang dalam hal ini adalah bendabenda, lingkungan alam, alat-alat dan dengan pengetahuan tersebut diwujudkan kelakuan membuat benda-benda, alat-alat). Menurut Iskandar Alisyahbana: Teknologi adalah cara melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan bantuan alat dan akal sehingga seakan-akan memperpanjang, memperkuat, atau membuat lebih ampuh anggota tubuh, panca indera, dan otak manusia. Teknologi adalah salah satu unsur kebudayaan, dan teknologi sendiri berkembang karena adanya dukungan dari unsur-unsur kebudayaan lainnya. Teknologi menjadi maju ketika manusia dihadapkan pada krisis dan tantangan yang memaksa manusia untuk berusaha dan berpikir guna menyelesaikan krisis tersebut. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dipengaruhi oleh berbagai faktor: Iklim dan keadaan alam Kebiasaan atau cara hidup masyarakat Sumber daya alam Peralatan yang digunakan Ilmu pengetahuan dan akal manusia

Dari faktor-faktor tersebut, salah satu faktor yang terpenting adalah iklim dan keadaan alam, karena kondisi iklim mempengaruhi faktor-faktor lainnya seperti sumber daya alam dan kebiasaan hidup masyarakat. Untuk iklim dan keadaan alam Toraja, kondisi topografinya berada di daerah pegunungan, berbukit dan berlembah; terdiri dari 40% pegunungan dengan memiliki

16

ketinggian antara 150 m s/d 3.083 m diatas permukaan laut (dataran tinggi 20%, dataran rendah 38%, rawa rawa dan sungai 2%), dengan perincian sebagai berikut:

18.425 Ha pada ketinggian 150 - 500 M = 5,80 % 143.314 Ha pada ketinggian 501 - 1000 M = 44,70 % 118.330 Ha pada ketinggian 1000 - 2000 M = 36,90 % 40.508 Ha ketinggian lebih dari 2000 M = 12,60 %

Bagian terendah Kabupaten Tana Toraja berada di kecamatan Bonggakaradeng, sedangkan bagian tertinggi berada di kecamatan Rindinggallo, dengan temperatur suhu rata-rata berkisar antara 15 c - 28 c dengan kelembaban udara antara 82-86%. Sedangkan untuk curah hujan, berkisar antara 1500 mm/tahun hingga lebih dari 3500 mm/tahun.

D. EkonomiIlmu ekonomi adalah usaha mempelajari gejala-gejala masyarakat yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan manusia sehingga dapat mencapai tujuannya secara optimum yang menggunakan sumber daya tertentu. Sumber-sumber di sini bersifat fisik dan fisik, baik berasal dari alam manusia, peralatan, uang dan sebagainya, maupun yang berupa sistem, kebijaksanaan, dan sebagainya. Berdasarkan definisi tersebut, terlihat bahwa ekonomi merupakan suatu yang penting dalam kehidupan manusia karena ekonomi adalah penggerak roda kehidupan, dimana manusia berusaha memenuhi kebutuhannya dengan sumber daya yang ada. Sistem ekonomi adalah salah satu faktor penting yang mempengaruhi arsitektur. Sistem ekonomi mempengaruhi bagaimana bangunan dibangun dengan sumber daya yang ada serta fungsi bangunan itu sendiri untuk menampung suatu aktivitas ekonomi sekaligus memberikan keuntungan ekonomi. Bila dikaji lebih lanjut, sistem ekonomi mengandung unsur-unsur sebagai berikut: 17

1. Adanya berjenis-jenis mata pencaharian. 2. Adanya hasil mata pencaharian. 3. Adanya sistem untuk mencapai hasil yang maksimal. Unsur-unsur ekonomi tersebut, juga dapat terlihat pada masyarakat Toraja. 1. Jenis Mata Pencaharian Mata pencaharian utama bagi masyarakat asli Toraja adalah bertani dan memelihara ternak. Tanah di wilayah Toraja yang subur dan banyaknya upacara-upacara adat yang membutuhkan kurban hewan ternak, membuat kedua mata pencaharian ini menjadi pilihan utama bagi umumnya masyarakat Toraja. 2. Hasil Mata Pencaharian Lahan garapan yaitu sawah (uma) bagi orang Toraja, secara simbolik merupakan hal yang paling penting dan sangat berharga dalam kehidupan orang-orang di Toraja. Semakin banyak atau luas sawah yang dmiliki seseorang, maka semakin tinggi pula status sosial orang tersebut di kalangan orang-orang di Toraja. Hasil dari mata pencaharian bertani di sawah ini menghasilkan beras sebagai makanan pokok masyarakat Toraja. Selain bertani di sawah, masyarakat Toraja juga berkebun yang hasilnya adalah ketela yang dalam bahasa Toraja disebut Utan. Selain ketela, bambu yang banyak tumbuh di sekitar pemukiman juga banyak dimanfaatkan. Sedangkan untuk mata pencaharian memelihara ternak, ternak yang banyak dipelihara masyarakat Toraja adalah kerbau dan babi. Kedua ternak ini penting dalam berbagai upacara adat Toraja. Salah satu hasil mata pencaharian utama masyarakat Toraja adalah beras. Karena itu dibutuhkan suatu tempat untuk menyimpan hasil pertanian ini agar dapat dimanfaatkan dalam jangka waktu yang lama setelah dipanen. Adanya kebutuhan akan tempat penyimpanan ini membuat masyarakat Toraja membangun lumbung padi tepat di depan Tongkonan, berjajar dari rimur ke barat yang dalam bahasa Toraja disebut alang. Bentuk dasar alang mirip dengan bentuk Tongkonan, hanya saja ukurannya lebih kecil. Bagian bawah atau kolong Alang dapat digunakan sebagai tempat untuk menerima tamu. 18

Mata pencaharian memelihara ternak juga berpengaruh pada arsitektur Tongkonan. Ternak membutuhkan kandang yang aman dan mudah diawasi oleh pemiliknya, oleh karena itu, bagian kolong dari tongkonan dibuat tinggi agar cukup untuk menyimpan hewan ternak. Hal ini menjelaskan tinggi kolong tongkonan yang kira-kira 2,35 meter jika diukur dengan skala metrik. Tinggi ini sebetulnya ditentukan oleh orang Toraja zaman dahulu sebagai tinggi maksimum yang dapat dicapai kerbau.

19

BAB III ANALISISPada bab ini akan dibahas mengenai hasil analisis terhadap arsitektur Toraja dengan budaya yang dianut masyarakatnya.

A. Agama dan Kepercayaana. Analisis Bentuk Tongkonan Secara Umum Pembagian alam raya berdasarkan kepercayaan Aluk Todolo kemudian menjadi konsep dasar terwujudnya bentukan rumah Tongkonan, seperti dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Keterangan Gambar: a. Atap dan fasad, khususnya bagian segitiga yang disebut sondong para atau lindo puang (wajah para dewa), menyimbolkan Dunia Atas. b. Dunia Tengah, dunia manusia. Fasad utara diasosiasikan dengan arah matahari terbit. c. Dunia Bawah. Seperti halnya Pong Tulak Padang yang menyangga bumi, tongkonan juga disangga oleh roh-roh yang tinggal di dalam bumi (berdasarkan beberapa orang Toraja , Tulak Padang sendiri yang menyangga rumah) 20

d. Lubang pada atap untuk upacara-upacara di sebelah timur. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat terlihat bahwa bangunan tongkonan sendiri merupakan mikrokosmos dari kosmologi Aluk Todolo. b. Analisis Denah dan Tata Letak TongkonanTata letak atau denah rumah adat Toraja sangat ditentukan oleh kosmologi Aluk Todolo dengan faktor utama arah matahari terbit (tempat para Deata) dan matahari tenggelam (tempat bersemayam arwah leluhur).

Bagian utara Ruang di bagian utara ini disebut Tangdo. Bagian ini dikonotasikan sebagai kepala, bagian depan, atasan, bagian yang dihormati, dan dianggap sebagai tempat suci tempat bersemayamnya Puang Matua sekaligus sebagai tempat dewa memasuki rumah. Areal ini terletak pada bagian depan Tongkonan dan dalam pelaksanaan ritual berfungsi untuk upacara persembahan dan pemujaan kepada Puang Matua. Pada bagian timur Tangdo(Arah matahari terbit dipandang sebagai bagian dari kelahiran dan kehidupan) terdapat

tangga. Bagian selatan Ruang belakang di bagian selatan disebut Sumbung. Dikonotasikan sebagai kaki, bawahan, ekor, penyakit dan tempat kotor. Di selatan bagi masyarakat Toraja, terdapat alam Puya tempat roh-roh orang yang telah meninggal dan dijaga oleh Pong Lalondong. Bagian ini digunakan sebagai ruang tidur bagi anggota keluarga yang mana posisi kepala menurut kepercayaan mereka harus menghadap ke utara untuk memperoleh berkah dari Puang Matua agar terhindar dari segala jenis penyakit. Menurut Sarungallo (2005), dalam kepercayaan Aluk Todolo dikatakan bahwa pada saat manusia tidur sama seperti orang yang sudah meninggal. Secara religius, tempat ini berfungsi sebagai tempat membuang kesialan, penyakit.

21

Bagian tengah Bagian tengah dari rumah Toraja ini disebut Sali, ukurannya lebih luas dari ruang lainnya. Sali terbagi menjadi dua bagian a. Sali Timur Timur dipandang sebagai bagian dari kelahiran dan kehidupan. Di bagian ini terdapat dapat dapo atau dapur untuk masak dan makan. Upacara yang berkaitan dengan kelahiran dilaksanakan pada bagian ini (Upacara Rambu Tuka) b. Sali Barat Barat sebagai arah matahari terbenam, dipandang sebagai bagian yang terkait dengan kematian dan kesusahan. Bagian barat ruang ini secara religius berfungsi sebagai

tempat membaringkan tubuh mayat dengan kepala menghadap ke selatan tempat alam Puya berada dan tempat upacara pertama orang mati yang dilakukan dalam Tongkonan. Selain itu, juga berfungsi sebanai tempat pemujaan Tomembali Puang (todolo) dalam pelaksanaan ritual Aluk Rambu Solo' dan terletak pada sisi kiri ruang dalam Tongkonan.

U

s

BB.SosialKerjasamaHalaman tengah di antara deretan alang dan tongkonan, mempunyai fungsi majemuk, antara lain tempat bekerja, menjemur padi, bermain anak-anak selain pula menjadi "ruang pengikat" dan penyatu dalam kompleks. Yang terpenting dalam kaitan dengan Aluk Todolo, halaman

22

ini menjadi tempat melangsungkan berbagai kegiatan ritual terutama dalam upacara kematian atau pemakaman jenazah. Kenyataan ini membuktikan adanya fungsi majemuk dari unsurunsur ada di dalam arsitektur tradisional termasuk fungsi sosial khususnya kerjasama.

Persaingan Persaingan ekonomi pada masyarakat Toraja dapat terlihat pada bangunan Tongkonan yakni pada bagian tiang utama depan. Pada tiang tersebut digantung tanduk kerbau. Jumlah tanduk korban yang digantung,menunjukkan jumlah hewan yang telah pemilik rumah potong pada upacara dan pesta-pesta adat, suatu tanda kekuatan ekonomi pemiliknya.

sumber: http://garudamagazine.com

Selain pada tiang tongkonan, persaingan juga terlihat pada bangunan alang atau lumbung padi yang berada tepat berhadapan dengan tongkonan. Semakin banyak alang yang dimiliki berarti semakin banyak dan luas sawah yang dimiliki oleh pemilik tongkonan. Sawah (uma) bagi orang Toraja, secara simbolik merupakan hal yang paling penting dan sangat berharga dalam kehidupan orang-orang di Toraja. Semakin banyak atau luas sawah yang dmiliki seseorang, maka semakin tinggi pula status sosial orang tersebut di kalangan orang-orang di Toraja.

23

Alangsumber: http:// tanatorajasulawesiselatan.com

Pertentangan Permukiman yang umum dijumpai di Toraja berada di dataran tinggi seperti puncak bukit atau gunung sehingga sangat sulit untuk dijangkau. Permukiman di kelilingi oleh pohonpohon bambu yang sangat lebat, sehingga tidak terlihat dari luar. Pohon-pohon bambu ini secara tidak langsung berfungsi sebagai benteng alami bagi area permukiman masyarakat Toraja agar terlindung dari musuh maupun hewan liar. Selain di dataran tinggi, pemukiman tradisional Toraja juga ditemukan di area yang terisolasi atau terpencil, biasanya dibangun di atas tebing-tebing yang curam dan terjal sehingga sangat sulit dijangkau. Tebing-tebing yang curam dan terjal menjadi benteng alami untuk melindungi Permukiman dari serangan musuh dan hewan liar. Selain itu, area permukiman dikelilingi oleh pagar kayu dengan ujung kayu yang sangat runcing.

24

Setelah tahun 1905, pemerintah Belanda memerintahkan masyarakat Toraja yang bermukim di dataran tinggi untuk memindahkan permukiman masyarakat toraja ke lembah. Dengan pertimbangan semakin berkurangnya bahaya terhadap serangan musuh serta lokasi yang lebih dekat dengan sawah dan mata air, pemukiman di dataran rendahpun dibangun. Seperti permukiman yang berada di dataran tinggi, permukiman di dataran rendah ini juga dikelilingi oleh pohon-pohon bambu yang lebat.

C. Ilmu Pengetahuan dan TeknologiPada awalnya, masyarakat Toraja menggunakan peralatan-peralatan sederhana sehingga bahan-bahan yang diperoleh dari alam tidak banyak diolah lagi. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan, peralatan yang dipakai semakin baik sehingga tiang-tiang dan papan diukir dengan halus. Ditinjau dari sistem strukturnya, bangunan terbagi atas tiga bagian utama yaitu: 1. bagian kaki (kolong) 2. bagian badan rumah 3. bagian atas (atap) Di antara ketiga bagian tersebut terlihat pemisahan yang jelas. Hal ini dilakukan agar masing-masing bagian dapat diselesaikan secara sendiri-sendiri namun dapat disatukan membentuk suatu struktur yang kompak dimana seluruh elemennya saling berkaitan. Pada bagian ujung atas tiang kolong terdapat balok tangga yang berfungsi memindahkan beban dari tiang yang ada di bawahnya untuk diteruskan ke tanah melalui pondasi batu. Di bawah balok tangga terdapat tiga susunan balok pada arah melebar dan memanjang yang berfungsi untuk mengikat tiang-tiang pada posisi vertikal, dan menahan gaya-gaya luar,seperti angin. Untuk pondasinya, masyarakat Toraja sangat memperhatikan kondisi iklim dan keadaan alam setempat yang memiliki curah hujan tinggi dan tanah lembek. Untuk mengatasi hambatan itu, digunakan pondasi yang terbuat dari batu alam. Tujuannya agar tiang-tiang 25

kayu tidak langsung menyentuh tanah sehingga terlindungi dari air tanah dan mencegah turunnya bengunan karena lunaknya tanah.

Pondasi Batu Alamsumber: Abdul Azis Said 2004:60

Secara umum sistem struktur pada bangunan Tongkonan adalah konstruksi rangka sederhana. Untuk sambungannya, antara balok dan kolom menggunakan sambungan tusuk (pen) yang dapat menahan beban dari atas. Sedangkan sambungan pada kuda-kuda dan rangka atap menggunakan sistem ikat dengan rotan dan sistem jepit.

D. EkonomiSalah satu hasil mata pencaharian utama masyarakat Toraja adalah beras. Karena itu dibutuhkan suatu tempat untuk menyimpan hasil pertanian ini agar dapat dimanfaatkan dalam jangka waktu yang lama setelah dipanen. Adanya kebutuhan akan tempat penyimpanan ini membuat masyarakat Toraja membangun lumbung padi tepat di depan Tongkonan, berjajar dari rimur ke barat yang dalam bahasa Toraja disebut alang. Bentuk dasar alang mirip dengan bentuk Tongkonan, hanya saja ukurannya lebih kecil. Bagian bawah atau kolong Alang dapat digunakan sebagai tempat untuk menerima tamu. Mata pencaharian memelihara ternak juga berpengaruh pada arsitektur Tongkonan. Ternak membutuhkan kandang yang aman dan mudah diawasi oleh pemiliknya, oleh karena itu, bagian kolong dari tongkonan dibuat tinggi agar cukup untuk menyimpan hewan ternak. Hal ini menjelaskan tinggi kolong tongkonan yang kira-kira 2,35 meter jika diukur dengan skala metrik. Tinggi ini sebetulnya ditentukan oleh orang Toraja zaman dahulu sebagai tinggi maksimum yang dapat dicapai kerbau.

26

DAFTAR PUSTAKAMaryono, Irwan. Pencerminan Budaya dalam Arsitektur di Indonesia , Penerbit Djambatan.Jakarta. 1982. Jowa Imre, Kis-Jovak. Banua Toraja. Royal Tropical Institude, The Netherlands, Amsterdams. 1988. Julistiono ,Eunike Kristi. Lilianny Siegit Arifin. The Sustainable Traditional Structural System of Tongkonan In Celebes, Indonesia. Said, Abdul A. 2004, Toraja: Simbolisme Unsur Visual Rumah Traditional Sumalyo, Yulianto. Kosmologi Dalam Arsitektur Toraja

27