Tomi

22
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proyek pengerjaan jalan dari Panite ke Kolbano oleh PT. Nanda Karya Putra Pratama, diperlukan syarat khusus untuk gradasi butiran pengisinya. Untuk memenuhi kebutuhan butiran yang sulit diperoleh dari alam secara langsung, maka dibutuhkan alat pemecah aggregat. pemanfaatan agregat sendiri salah satunya yaitu sebagai bahan dasar pembuatan beton dan campuran aspal. Selain itu juga digunakan dalam pembuatan jalan, seperti pada dasar jalan atau pada permukaan perkerasan jalan. Sirtu yang diambil whell loader dari Quarry sungai Maiskolen sendiri berupa pasir, krikil dan batuan. Kadang batuan dari alam berukuran besar sehingga perlu dilakukan pengolahan lebih lanjut agar dapat dimanfaatkan sebagai bahan bagunan. Peremukan yang dilakukan yaitu pengecilan ukuran material dengan jalan 1

Transcript of Tomi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam proyek pengerjaan jalan dari Panite ke Kolbano oleh PT. Nanda Karya

Putra Pratama, diperlukan syarat khusus untuk gradasi butiran pengisinya. Untuk

memenuhi kebutuhan butiran yang sulit diperoleh dari alam secara langsung, maka

dibutuhkan alat pemecah aggregat. pemanfaatan agregat sendiri salah satunya yaitu

sebagai bahan dasar pembuatan beton dan campuran aspal. Selain itu juga digunakan

dalam pembuatan jalan, seperti pada dasar jalan atau pada permukaan perkerasan

jalan.

Sirtu yang diambil whell loader dari Quarry sungai Maiskolen sendiri berupa

pasir, krikil dan batuan. Kadang batuan dari alam berukuran besar sehingga perlu

dilakukan pengolahan lebih lanjut agar dapat dimanfaatkan sebagai bahan bagunan.

Peremukan yang dilakukan yaitu pengecilan ukuran material dengan jalan crusher.

Tetapi dalam prakteknya banyak kendala yang dihadapi dalam sasaran produksi

yaitu antara rusaknya row impact, rusaknya whell loader, kurangnya persediaan

bahan bakar dan lain- lain sehingga kurang produktif dan efisiennya kegiatan di unit

peremukan.

Masalah yang sering timbul pada unit peremuk ialah tidak terpenuhinya

sasaran produksi yang direncanakan, hal ini dapat terjadi karena setting dari unit

peremuk belum sesuai, waktu kerja efektif belum tercapai, dan aliran proses

peremukan batuan belum baik pada sistem operasi yang telah diterapkan. Oleh sebab

1

itu, berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik mempelajari lebih dalam

mengenai EVALUASI KEMAMPUAN PRODUKSI UNIT PEREMUK SIRTU

UNTUK CAMPURAN AGREGAT A DAN B PADA PT. NANDA KARYA

PUTRA PRATAMA, DESA POLLO,KECAMATAN AMANUBAN SELATAN,

KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah antara lain sebagai berikut:

1. Bagaimana tahapan penggolahan sirtu pada unit peremuk crusher?

2. Bagaimana cara mengetahui produksi nyata unit peremuk crusher?

1.3. Maksud Kerja Praktek

Pengetahuan mengenai ilmu-ilmu dasar tentang kegiatan peremukan yang

diperoleh mahasiswa melalui kegiatan perkuliahan tidak lengkap tanpa disertai

dengan pengamatan dan pengalaman langsung di lapangan. Untuk itulah, mahasiswa

Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Nusa Cendana Kupang, diwajibkan untuk

melakukan Kerja Praktik. Kerja Praktik ini juga merupakan syarat pengambilan

Tugas Akhir.

Melalui kegiatan ini mahasiswa diharapkan dapat mengkorelasikan ilmu yang

didapat dalam perkuliahan dengan kenyataan di lapangan. Selain itu mahasiswa juga

dituntut untuk belajar aktif dan mencari keterampilan kerja selama Kerja Praktik

2

sehingga pada masa mendatang, mahasiswa dapat mempersiapkan diri terjun ke

dunia kerja.

P.T Nanda Karya Putra Pratama, merupakan perusahaan yang bergerak dalam

industri penambangan pasir batu dalam proyek pembuatan jalan dari desa Panite

sampai Kolbano, dimana unit peremukan berada di desa Pollo yang mempunyai

aktivitas mulai dari pengambilan bahan baku di sungai Maiskolen sampai pada

proses peremukan sehingga cukup ideal sebagai sarana belajar dan praktek bagi

mahasiswa yang memiliki disiplin ilmu di bidang pertambangan.

1.4. Tujuan Kerja Praktek

Tujuan dalam melakukan kerja praktek :

1. Mengetahui tahapan pengolahan pada unit peremuk crusher

2. Mengetahui produksi nyata unit peremuk crusher

3. kegunaan alat pada unit peremuk

1.5. Batasan Masalah

Kegiatan kerja praktek kali ini difokuskan pada unit peremuk sirtu. Adapun

batasan-batasan masalah dalam penelitian kerja paraktek kali ini yaitu :

1. Menentukan produksi nyata unit peremuk crusher

2. Dalam penentuan produksi unit peremuk hanya ditentukan berat

3

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 TINJAUAN PUSTAKA

Peremukan material dimaksud untuk memperkecil ukuran material agar dapat

digunakan pada proses berikutnya. Perbandingan jumlah berat butir batu yang

tersusun menurut butirnya itu disebut dengan agregat. Didalam proses pembuatan

agregat dari buti-butir batu yang besar tersebut biasanya dilakukan pemecahan-

pemecahan lebih dari sekali atau bertahap.

Peremukan umumnya dilakukan dalam tiga tahap, yaitu:

1. Peremuk primer

Peremuk tahap pertama mereduksi material, Alat yang sering dipakai yaitu:

a) Jaw crusher (pemecah tipe rahang)

b) Gyatory crusher (pemecah giratory)

c) Impact crusher (pemecah tipe pukulan)

2. Peremuk sekunder

Merupakan peremuk tahap kedua, Alat yang dipakai pada tahap ini adalah:

a) Gratory crusher

b) Cone crusher (pemecah cone, digunakan untuk pasir dan kerikil)

c) Roll crusher

3. Peremuk tersier

Peremuk tahap lanjut yang mereduksi umpan dari peremuk sekunder, Alat yang

dipakai adalah :

4

a) ball mills (pemecah tipe bola)

b) hammer mills (pemecah tipe pukulan )

Pada proses peremukan ini material akan direduksi sesuai ukuran yang

ditetapkan, gaya-gaya yang mengakibatkan material remuk antara lain :

a) Gaya tekan (Compression)

Gaya tekan dari alat peremuk harus lebih besar dari kekuatan material, gaya

tekan bisa berasal dari satu permukaan ataupun dua permukaan. Alat peremuk

yang menggunakan gaya tekan untuk meremukkan material adalah Jaw Crusher,

Gyratory Crusher, dan Roll Crusher.

b) Gaya pukul (Impact)

Pukulan dikenakan pada material dimana semakin cepat pukulan maka material

yang terpukul akan semakin mudah untuk pecah. Alat peremuk yang

menggunakan gaya pukul untuk meremukkan material adalah Hammer Mill dan

Impact Crusher.

c) Gaya gesek (Attrition atau Abrasion)

Gesekan akan mengakibatkan material remuk, gesekan bisa terjadi dari media

yang digunakan untuk meremuk atau dari sesama material yang akan diremuk.

Alat peremuk yang menggunakan gaya ini adalah Ball Mill.

5

1. Peralatan yang digunakan

a. Jaw Crusher

- Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi jaw crusher adalah :

Lebar lubang pengeluaran

Variasi dari throw

Kecepatan feeding

Ukuran feed

Reduktion ratio

Kapasitas dipengaruhi oleh jumlah feed/jam dan berat jenis feed.

Reduction ratio adalah perbandingan antara ukuran feed dengan ukuran

produk. Reduction ratio yang baik untuk primary crushing adalah 4 sampai

7, sedangkan untuk secondary crushing adalah 14 sampai 20 dan untuk fine

crushing 50 sampai 100.

Ada empat macam reduction ratio, yaitu :

1. Limiting reduction ratio, yaitu perbandingan antara tebal/lebar feed

dengan tebal/lebar produk.

tF wF

RL = =

tP wP

Dimana :

tF = tebal feed

tP = tebal produk

6

wF = lebar feed

wP = lebar produk

2. Working reduction ratio, yaitu perbandingan antara tebal partikel feed

(tF) yang terbesar dengan efektif setting (Se) dari crusher.

tF

RW =

Se

3. Apparent reduction ratio, yaitu perbandingan antara efectif gape dengan

efectif setting.

0,85 G

RA =

Se

4. Reduction ratio 80 (RR 80) yaitu perbandingan antara ukuran ayakan

yang dapat meloloskan 80 % berat kumulatif feed dengan ukuran dari

ayakan yang dapat meloloskan 80 % berat kumulatif produk.

- Kapasitas Jaw Crusher

Kapasitas Jaw Crusher dipengaruhi oleh :

Grafitasi

Kekerasan batuan

Kandungan air

Kapasitas Jaw Crusher dinyatakan dalam suatu rumus empiris yaitu :

T = 0,6 L.S

7

Dimana :

T = Kapasitas ton/jam

L = Panjang lubang pemasukan

S = Panjang lubang pengeluaran

b. Screen

- Effisiensi Screen

Banyaknya material yang lolos pada ukuran screen tertentu yang biasanya

dinyatakan dalam persen.

Material yang lolos

E = x 100 %

Material yang seharusnya lolos

- Kapasitas Screen

C = A.B.G.V.H.E.M.O.D.T.W (ton/jam)

Dimana :

C = kapasitas total (ton/jam)

B = basic capasity

G = bulk density factor

V = oversize factor

H = halfsize factor

E = effisiensi factor

M = moist condition factor

O = open area factor

T = opening factor

8

W = wet screening factor

D = deck location factor

c. Belt conveyor

Efectifitas belt conveyor adalah perbandingan antara kapasitas nyata dengan

kapasitas teoritisnya.

- Kapasitas teoritis belt conveyor

3,2 W2SM

T =

200.000

Dimana :

T = Kapasitas belt conveyor

W = Lebar belt conveyor (inchi)

S = Kecepatan belt conveyor (rpm)

M = Berat material (lb/cuft)

- Kapsitas nyata belt conveyor

* Pada kondisi belt conveyor berhenti

3600 .V. G

K =

1000 . L

Dimana :

K = Kapsitas belt conveyor (ton/jam)

V = Kecepatan belt conveyor (m/dt)

G = Berat conto terambil (kg)

9

L = Panjang pengambilan conto pada belt conveyor (m)

* Pada kondisi belt conveyor sedang beroperasi

3600 . G

K =

1000 . T

Dimana :

K = Kapasitas belt conveyor (ton/jam)

G = Berat conto (kg)

T = Waktu penampungan conto (detik)

2. Definisi agregat

Agregat merupakan butir-butir batu pecah, kerikil, pasir atau mineral lain, baik

yang berasal dari alam maupun buatan yang berbentuk mineral padat berupa ukuran

besar maupun kecil atau fragmen-fragmen. Agregat merupakan komponen utama

dari struktur perkerasan jalan, yaitu yaitu 90 – 95% agregat berdasarkan persentase

berat, atau 75 –85% agregat berdasarkan persentase volume. Karakteristik bagian

luar agregat, terutama bentuk partikel dan tekstur permukaan memegang peranan

penting terhadap sifat beton segar dan yang sudah mengeras.

Pembagian Agregat Berdasarkan Ukuran Butiran Menurut, dalam Manual

Series No. 2 (MS-2), :

- Agregat Kasar, adalah agregat dengan ukuran butiran lebih besar dari saringan

No. 8 (2,36 mm)

10

- Agregat Halus, adalah agregat dengan ukuran butiran lebih halus dari saringan

No.8 (2,36 mm).

- Pengisi (filler), adalah bagian dari agregat halus yang minimum 75% lolos

saringan no. 30 (0,06 mm)

Bentuk partikel agregat dapat dibedakan atas:

Rounded, Flaky dan Elongated Irregular, Angular, Flaky & Elongated

Gambar 1: bentuk partikel agregat

11

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Didalam melaksanakan penelitian permasalahan ini, penulis menggabungkan

antara teori dengan data-data lapangan, sehingga dari keduanya didapatkan suatu

pendekatan masalah. Adapun urutan kegiatan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Studi Literatur

Studi literatur ini dilakukan dengan mencari bahan pustaka yang menunjang,

diperoleh antara lain dari :

- Brosur-brosur

- Perpustakaan

- Informasi-informasi

- Laporan penelitian terdahulu dengan topik yang sama

2. Penelitian di lapangan

Dalam penelitian di lapangan dilakukan beberapa tahap kegiatan yaitu :

- Observasi lapangan, dengan melakukan pengamatan secara langsung

terhadap kondisi alat, unjuk kerja alat, rangkaian kegiatan yang

dilakukan dan mencari informasi pendukung yang berkaitan dengan

permasalahan yang akan dibahas.

- Penentuan lokasi pengamatan dengan menentukan lokasi titik-titik

pengambilan conto yang mewakili secara keseluruhan.

12

- Menyesuaikan dengan perumusan masalah yang bertujuan agar

penelitian yang dilakukan tidak meluas. Data yang diambil dapat

digunakan secara efektif.

3. Pengumpulan Data

a. Data setempat

- Data curah hujan

- Data litologi dan stratigrafi

- Spesifikasi unit peremuk batuan yang digunakan

- Hari kerja dan jumlah jam kerja

- Lay out crushing plant

- Keadaan peralatan

- Proses peremukan

- Keadaan pekerja (manusia)

- Keadaan lingkungan dan iklim alam

b. Data untuk perhitungan

- Produksi batu andesit perhari

- Kondisi material ( batu andesit)

- Jumlah alat yang digunakan

- Kapasitas produksi unit peremuk

- Sudut jatuh dan kecepatan jatuh material

- Distribusi material produk

- Distribusi material umpan

- Ukuran setting unit peremuk

13

4. Akuisisi Data

Akuisisi data bertujuan untuk:

- Mengumpulkan dan mengelompokkan data agar lebih mudah di dalam

penganalisaan.

- Mengolah nilai karakteristik data-data yang mewakili obyek-obyek

pengamatan.

- Mengetahui keakuratan data sehingga kerja menjadi effisien.

5. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan melakukan beberapa perhitungan.

Selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel, grafik atau rangkaian perhitungan

dalam menyelesaikan suatu masalah tertentu.

6. Analisa Hasil Pengolahan Data

Analisa pengolahan data menggunakan statistik atau dengan rumus yang ada,

dilakukan dengan tujuan memperoleh kesimpulan sementara. Selanjutnya

kesimpulan sementara ini akan diperoleh lebih lanjut dalam kegiatan

pembahasan, diharapkan evaluasi teknis yang dilakukan terhadap unjuk kerja

alat dapat untuk mengetahui sejauh mana efektifitasnya alat tersebut.

7. Kesimpulan

Kesimpulan diperoleh setelah dilakukan korelasi antara hasil pengolahan data

yang telah dilakukan dengan permasalahan yang diteliti.

14

A. Rencana jadwal kegiatan penelitian

Jadwal dari kegiatan penelitian yang dilakukan selama masa kerja

praktek adalah sebagai berikut:

No Jadwal KegiatanBulan I Bulan II Bulan III

I II III IV I II III IV I II III IV

1 Persiapan

2 Pengumpulan data dan informasi

3 Analisis dan pengolahan data

4 Proses pembuatan laporan

5 Presentasi laporan

 

15

16

MULAI

Studi Literatur

Persiapan Penelitian

Pengambilan material tiap-tiap produk discharge conveyor minimal 30 sempel dimasukan kedalam plastik di lapangan serta menghitung waktu produksinya

produksi menggunakan stopwatch

Penimbangan 30 material produk menggunakan timbangan digital pada Lab

Pengolahan Data

Hasil Perhitungan

SELESAI