TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

138
TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM TAFSIR AL-AZHAR TESIS Diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk Meraih gelar Magister Aqidah dan Filsafat Islam dalam Konsentrasi Studi Qur’an Disusun Oleh: WAHYU PEBRIAN MSQ. 172720 PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI TAHUN 2019

Transcript of TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

Page 1: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

ii

TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM TAFSIR AL-AZHAR

TESIS

Diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk Meraih gelar Magister

Aqidah dan Filsafat Islam dalam Konsentrasi Studi Qur’an

Disusun Oleh:

WAHYU PEBRIAN

MSQ. 172720

PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI TAHUN 2019

Page 2: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

iii

Jambi, 21 November 2019

Pembimbing I: Dr. H. Muhammad Nurung, Lc., M.Ag

PembimbingII: Dr. H. Abdul Ghaffar, MA

Alamat:Pascasarjana UIN STS Jambi Kepada Yth.

Jl. Arief Rahman Hakim Bapak Direktur

Telanaipura, Jambi Pascasarjana UINSTSJambi di_

JAMBI

NOTA DINAS

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Setelah membaca dan mengadakan perbaikan sesuai dengan persyaratan yang berlaku di Program Pascasarjana UIN STS Jambi, maka kami berpendapat bahwa Tesis saudara Wahyu Pebrian Konsentrasi Studi Al-Qur’an dengan judul Toleransi dan Kebebasan Beragama Menurut Hamka Dalam Kitab Tafsir Al-Azhar. Telah dapat diajukan untuk mengikuti ujian Pra Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister S2 Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam pada Pascasarja UIN STS Jambi.

Dengan demikianlah yang dapat kami sampaikan kepada Bapak, semoga bermanfaat bagi kepentingan agama nusa dan bangsa. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. H. Muhammad Nurung, Lc., M.Ag Dr. H. Abdul Ghaffar, MA

Page 3: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

iv

PENGESAHAN

iii

Page 4: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

v

PERNYATAAN ORISINALITAS TESIS Saya yang bertanda tangan di bawah ini : N a m a : Wahyu Pebrian N I M : MSQ. 172720 Tempat, Tanggal Lahir : Jambi, 15 Februari 1994 Konsentrasi : Studi Al-Qur’an Alamat : Jambi

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang

berjudul: “Toleransi dan Kebebasan Beragama Menurut Hamka dalam

Kitab Tafsir Al-Azhar”, adalah benar merupakan karya asli saya, kecuali

kutipan-kutipan yang telah disebutkan sumbernya sesuai ketentuan yang

berlaku. Apabila dikemudian hari ternyata pernyataan ini tidak benar, maka

saya sepenuhnya bertanggung jawab sesuai dengan hukum yang berlaku

di Indonesia dan ketentuan di Pascasarjana UIN STS Jambi, termasuk

pencabutan gelar yang saya peroleh melalui tesis ini.

Demikianlah Surat Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya

untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Jambi, 21 November 2019 Penulis Wahyu Pebrian NIM. MSQ. 172720

PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

Jl. Arif Rahman Hakim Telanaipura Jambi

Page 5: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

v

MOTTO

..… لكم دينكم ول دين

Artinya: Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku. (QS. Al-

Kafirun ayat 6)

Page 6: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

vi

PERSEMBAHAN

Tesis ini kupersembahkan kepada dua insan

Ibu Aswarnida dan Ayah Yusni Amran

yang selalu memberi doa, bimbingan dan arahan

Agar anaknya senantiasa dalam kesuksesan

Juga kepada adik-adikku

Rizki Wahyudi Dwi Putra dan Zulfani Azwar

Yang selalu memberikan dorongan

Tak lupa kepada rekan-rekan yang turut membantu

Dalam penyelesaian tesis ini.

Page 7: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

vii

ABSTRAK Wahyu Pebrian, Toleransi dan Kebebasan Beragama Menurut Hamka dalam Kitab Tafsir Al-Azhar. Islam sebagai agama mayoritas yang dianut oleh masyarakat Indonesia, sepantasnya mampu berperan pemersatu dalam membangun perdamaian dan kerjasama antara manusia. Namun pada kenyataannya fenomena keagamaan akhir-akhir ini seakan-akan menegaskan momen kritis dalam menghadapi persoalan kemanusiaan. Bahwa agama seolah-olah justru menjadi bagian dari pemicu persoalan, dari pada menyelesaikan persoalan. Melihat masyarakat yang kompleks terutama dalam toleransi, tulisan ini mencoba memberikan penjelasan toleransi dan kebebasan beragama yang disampaikan Hamka dalam kitab Tafsir Al-Azhar Hamka merupakan seorang mufassir Indonesia yang tidak lepas dari kemajemukan bangsa. Selain itu, beliau merupakan salah satu mufassir Indonesia yang menafsirkan al-Qur’an menggunakan bahasa Indonesia lengkap 30 juz, dengan tujuan untuk memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk mempelajari dan memahami al-Qur’an. Dengan berbagai latar belakang beliau dan lingkungan yang mengitari dalam penulisan tafsirnya, maka dalam pembahasan ini bertujuan untuk melihat bagaimana penafsiran Hamka terhadap ayat-ayat toleransi dan kebebasan beragama yang akan membangun sikap toleran masyarakat serta memahami toleransi dan kebebasan beragama yang dipaparkan Hamka dalam kitab Tafsir Al-Azhar. Penelitian ini menggunakan kepustakaan (Library research) dengan pendekatan kualitatif. Adapun analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi (Content Analysis). Dalam penelitian kualitatif, terutama dalam strategi verifikasi kualitatif, teknik analisis data ini dianggap sebagai teknik analisis data yang paling sering digunakan. Dalam penelitian ini menghasilkan beberapa poin penting tentang toleransi dan kebebasan beragama dalam kitab Tafsir Al-Azhar karya Hamka. melihat dari penjelasan Hamka tentang ayat-ayat toleransi dan kebebasan beragama ini beliau lebih mementingkan kemaslahatan masyarakat terlebih dalam kehidupan multikultural. Dalam penafsiran beliau yang menjadi penekanan adalah persaudaraan, perdamaian dan menjauhkan dari konflik. Untuk menciptakan itu semua menurut analisis penulis harus mengedepankan sikap saling menghormati, saling menghargai, saling tolong menolong, dan berlaku adil walaupun dengan orang yang berbeda agama dengan kita. Namun ada batasan-batasan Hamka berkaitan tentang toleransi antar agama adalam berkaitan tentang masalah akidah dan keimanan. Kata kunci : Toleransi, Kebebasan Beragama, Toleransi antar agama,

Hamka Tafsir Al-Azhar

Page 8: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

viii

ABSTRACT Wahyu Pebrian, Tolerance and Religious Freedom According to Hamka in Tafseer Al-Azhar

Islam as the majority religion adopted by the people of Indonesia,

should be able to play its roles in building peace and cooperation between people. But in reality, the religious phenomenon lately seems to confirm a critical moment in dealing with humanitarian problems. That religion seems to be part of the trigger of the problem, rather than solving the problem. Looking at the complex society, especially in tolerance, this paper tries to provide an explanation of tolerance and religious freedom according to Hamka in the Tafseer Al-Azhar.

Hamka is an Indonesian commentator who cannot be separated from the diversity of the nation. In addition, he was one of the Indonesian commentators who interpreted the Qur'an using the complete Indonesian language 30 juz, with the aim of making it easy for the public to learn and understand the Qur'an. With his various backgrounds and the surrounding environment in writing his interpretations, the purpose of this discussion is to see how Hamka's interpretation of the verses of tolerance and religious freedom will build community tolerant attitudes and understand the tolerance and religious freedom that were described by Hamka in Tafseer Al-Azhar.

This research uses library research with a qualitative approach. The data analysis used in this research is content analysis. In qualitative research, especially in qualitative verification strategies, this data analysis technique is considered the most commonly used data analysis technique. In this study produced several important points about tolerance and religious freedom in the book of Tafseer Al-Azhar by Hamka. seeing from Hamka's explanation of the verses of tolerance and freedom of religion, he is more concerned with the benefit of society, especially in multicultural life. In his interpretation the emphasis is on brotherhood, peace and distance from conflict. To create it all according to the analysis the writer must prioritize mutual respect, mutual respect, mutual help, and act fairly even with people of different faiths to us. However, there are limits of Hamka regarding tolerance between religions, which are related to matters of faith and faith.

Keywords: Tolerance, Freedom Religious, Interfaith tolerance, Hamka Tafseer Al-Azhar

Page 9: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

ix

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah

menganugerahkan rahmat dan pertolongan-Nya, sehingga tesis yang

berjudul “Toleransi dan Kebabasan Beragama Menurut Hamka dalam Kitab

Tafsir Al-Azhar. Tesis ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan

guna menyelesaikan Studi Magister (S2) pada Pascasarjana di UIN STS

Jambi. Shalawat serta Salam senantiasa tercurah kepada junjungan Nabi

Muhammad SAW, rahmat seluruh alam, pelopor kebenaran dan penerang

dalam kegelapan.

Penulis mengakui dengan sepenuh hati, bahwa adanya bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak, sehingga tesis ini dapat diselesaikan

dengan baik. Selanjutnya penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang

tak terhingga kepada semua pihak yang telah sudi memberikan bimbingan,

bantuan, dan kontribusi demi kesempurnaan tesis ini.

1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Husein Ritonga, MA selaku Direktur

Pascasarjana UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Ibu Dr. Risnita,

M.Pd., selaku Wakil Direktur Pascasarjana UIN Sulthan Thaha Saifuddin

Jambi.

2. Bapak Dr. H. Muhammad Nurung, Lc., M.Ag dan Bapak Dr. H. Abdul

Ghaffar, MA selaku Pembimbing I dan Pembimbing II.

3. Bapak Prof. Dr. H. Su’aidi, MA., P.hD Selaku Rektor UIN Sulthan Thaha

Saifuddin Jambi

4. Tim Penguji yang telah sudi menyampaikan masukannya guna

kesempurnaan tesis ini.

5. Bapak/Ibu Dosen Pascasarjana UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

6. Staf karyawan/karyawati Pascasarjana UIN Sulthan Thaha Saifuddin

Jambi.

7. Kepala sekolah SMP Ahmad Dahlan Sri Novrita Handayani, S.P dan

Majelis Guru dan Staf SMP Ahmad Dahlan Kota Baru Jambi.

Page 10: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

x

8. Kepada rekan-rekan seperjuangan dan semua pihak yang tidak dapat

saya sebutkan namanya satu persatu yang telah banyak memberikan

sumbangsih dan dukungan kepada penulis selama proses penelitian

dan penulisan tesis ini.

Selanjutnya dalam penulisan dan penyusunan tesis ini, penulis tidak

luput dari kesalahan dan kekhilafan. Untuk itu penulis sangat

mengharapkan sumbangan kritik, saran, serta masukan lainnya yang

bersifat membangun demi kesempurnaan tesis ini. Semoga Allah SWT

selalu memberikan petunjuk dan bimbingan-Nya kepada kita semua.

Jambi, 21 November 2019

Penulis

Wahyu Pebrian NIM. MSQ. 172720

Page 11: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

NOTA DINAS .......................................................................................... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS TESIS ................................................ iii

HALAMAN PENGESAHAN................................................................... iv

MOTTO .................................................................................................. v

PERSEMBAHAN ................................................................................... vi

ABSTRACT .......................................................................................... vii

ABSTRAK ........................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ............................................................................. ix

DAFTAR ISI ........................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................ 1

B. Rumusan Masalah .................................................................... 12

C. Fokus Penelitian ........................................................................ 12

D. Tujuandan Kegunaan Penelitian ............................................... 12

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

A. LandasanTeori .......................................................................... 14

1. Toleransi .............................................................................. 14

2. Kebebasan Beragama ........................................................ 17

3. Toleransi Beragama ............................................................ 23

4. Ayat-ayat Toleransi dan Kebebasan Beragama .................. 26

B. Penelitian Yang Relevan ........................................................... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian .............................................................. 36

B. Jenis dan Sumber Data ............................................................ 37

C. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 38

D. Teknik Analisis Data .................................................................. 39

E. Verifikasi Data .......................................................................... 45

F. Sistematika Penulisan ............................................................... 46

Page 12: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

xii

G. Rencanadan Waktu Penelitian .................................................. 47

BAB IV HAMKA DAN BANGUNAN PEMIKIRAN TOLERANSI DAN

KEBEBASAN BERAGAMA DALAM TAFSIR AL-AZHAR

A. Hamka dan Penafsirannya ........................................................ 48

1. Biografi Hamka ...................................................................... 48

2. Karya-karya Hamka .............................................................. 57

3. Tafsir Al-Azhar ...................................................................... 62

B. Penafsiran Hamka Tentang Ayat-Ayat Toleransi dan

Kebebasan Beragama dalam Tafsir al-Azhar ............................ 73

1. Berlaku Adil dan Baik Terhadap Non Muslim ........................ 73

a. Surah al-Baqarah ayat 1 ................................................... 73

b. Surah Asy Syura ayat 15................................................... 74

c. Surah al-Mumtahanah ayat 7-9 ......................................... 75

2. Larangan Menghina Sembahan Non Muslim ........................ 79

a. Surah al-Baqarah ayat 62 ................................................. 79

b. Surah al-An’am ayat 108 ................................................... 81

3. Batasan Toleransi Terhadap Keimanan dan Peribadatan ..... 85

Surah al-Kafirun ayat 1-6 ...................................................... 85

4. Tidak ada Paksaan dalam Beragama ................................... 89

a. Surah al-Baqarah ayat 256 ............................................... 89

b. Surah Yunus ayat 99-100.................................................. 92

c. Surah al-Kahfi ayat 29 ....................................................... 95

d. Surah Lukman ayat 15 ...................................................... 96

C. Analisis Pemikiran Hamka Tentang Ayat-ayat Toleransi dan

Kebebasan Beragama ............................................................. 98

D. Prinsip-Prinsip Toleransi dan Kebebasan Bergama ................ 108

E. Batasan Toleransi dan Kebebasan Beragama dalam Tafsir

al-Azhar ................................................................................. 110

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................. 114

Page 13: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

xiii

B. Implikasi .................................................................................. 115

C. Rekomendasi .......................................................................... 117

D. Saran....................................................................................... 117

E. Kata Penutup .......................................................................... 117

DAFTAR PUSTAKA

CURRICULLUM VITAE

Page 14: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa lepas dari hubungan

(interaksi sosial) dengan sesamanya. Hubungan manusia dalam

masyarakat ditata dalam suatu tatanan normatif yang disepakati bersama

oleh anggota masyarakat, yang disebut dengan nilai atau norma yang

menjamin terwujudnya harmoni dalam bentuk kedamaian dan

ketentraman.1

Kerukunan antar umat beragama merupakan satu unsur penting

yang harus dijaga di Indonesia, yang hidup didalamnya berbagai macam

suku, ras, aliran dan agama. Mengenai soal beragama, Islam tidak

mengenal konsep pemaksaan. Allah SWT berfirman di dalam QS. Yunus

ayat 99:

ي وا مؤمنين عا أفأنت تكره الناس حت يكون ولو شآء ربك لأمن من ف الأرض كلهم جArtinya : Dan jika Allah menghendaki, tentulah beriman semua orang

dimuka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya.2

Untuk itu sikap toleransi yang baik diperlukan dalam menyikapi

perbedaan-perbedaan tersebut agar kerukunan antar umat beragama

dapat tetap terjaga, sebab perdamaian nasional hanya bisa dicapai jika

masing-masing agama pandai menghormati identitas golongan lain.3 Al-

Qur’an sebagai kitab pedoman agama Islam bukan hanya berfungsi

sebagai kitab mu’jizat namun juga berfungsi sebagai kitab hidayah atau

petunjuk kehidupan umat manusia terutama toleransi beragama. “Kitab ini

ini memperkenalkan dirinya sebagai hudan li an-nâs”.4 Dalam arti petunjuk

1 Toto Suryana, Konsep Dan Aktualisasi Kerukunan Antar umat beragama, Jurnal Pendidikan Agama Islam–Ta’lim Vol. 9 No. 2 - 2011, hal. 127. 2 Al-Qur’an dan Terjemahnya Juz 1- Juz 30 (Departemen Agama RI, 2004), hal. 295 3 M. Natsir, Islam dan Kristen di Indonesia (Jakarta: Media Dakwah, 1988), hal. 209 4 M. Quraish Shihab, Tafsir Al Mishbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an, (Lentera Hati, 2002), hal.v

Page 15: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

2

pada segala aspek kehidupan dan kebutuhan manusia, baik yang

berhubungan dengan ketuhanan (hablun min allâh) atau hubungan sosial

kemasyarakatan (hablun min al-nâs). Dalam hal kehidupan keberagamaan,

al-Qur’an juga telah menerapkan prinsip kebebasan dan toleransi

beragama, namun jika kita lihat toleransi dari segi istilah tasamuh, maka

memang tidak ditemukan didalam al-Qur’an tetapi bila yang dimaksud

dengan toleransi adalah sikap saling menghargai, maka al-Qur’an

merupakan kitab suci yang secara nyata memberikan perhatian terhadap

toleransi.5

Hamka berpendapat bahwa semua manusia diberikan kebebasan

oleh Allah SWT untuk memeluk agama apapun tanpa ada paksaan. Hal ini

sebagaimana yang diuraikan oleh Hamka dalam Tafsir Al-Azhar, antara lain

dapat digali dari ayat-ayat:6 QS. Al-Baqarah ayat 256, QS. Al-Mumtahanah

ayat 8-9, QS. Al-Hajj ayat 40, dan QS. Al-Kafirun ayat 6.

الرشد من الغي ين قد ت ب ين ف قد استمسك فمن يكفر بالطاغوت وي ؤمن بالله لآإكراه ف الد

.ليم سميع ع بالعروة الوث قى لا انفصام لا والله Artinya : Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam);

sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari pada jalan yang salah. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Taghut dan beriman kepada Allah, maka sesunguhnya ia tela berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.7 (QS. Al-Baqarah: 256)

5 Zuhari Misrawi, Al-Qur‟an Kitab Toleransi,(Penerbit Pustaka Oasis, anggota IKAPI, Jakarta 2017), hal. 410 6 Abdurrahman et.al, Al-qur’an dan Isu-isu Kontemporer, (eLSAQ Press, Sleman Yogyakarta, 2011), hal. 21 7 Hamka, Tafsir Al-Azhar Jilid I (Jakarta: Pustaka Nasional Pte Ltd Singapura cet V, 2013), hal. 622

Page 16: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

3

هاكم الله عن الذين ل ي قاتلوكم ف ال ين ول يرجوكم من دياركم أ لاي ن م وت قسطوا ن ت ب روه د

ا ي ن )٨(إليهم إن الله يب المقسطين ين وأخرجوكم اهاكم الله عن الذين قات لوكم ف إن لد

م فأولئك هم المن دياركم وظاهروا على إخراجكم أن ت ولو )٩(المون ظ هم ومن ي ت ول Artinya : Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku

adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. (9) Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.8 (QS. Al-Mumtahanah: 8-9)

الناس ب عضهم قولوا رب نا الله ولولا دفع الله ي الذين أخرجوا من ديارهم بغي حق إلآ أن

مت صوامع وبيع وصلوات ومساج نصرن الله من ا اسم الله كثيا ولي د يذكر فيه بب عض لد

.ينصره إن الله لقوي عزيز Artinya : orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman

mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata:"Rabb kami hanyalah Allah". Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa.9 (QS. Al-Hajj: 40)

.لكم دينكم ول دين

8 Hamka, Tafsir Al-Azhar Jilid IX (Jakarta: Pustaka Nasional Pte Ltd Singapura cet V, 2013), hal. 7298-7299 9 Hamka, Tafsir Al-Azhar Jilid VI (Jakarta: Pustaka Nasional Pte Ltd Singapura cet V, 2013), hal. 4699

Page 17: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

4

Artinya : “Untukmulah agamamu, dan untukkulah, agamaku”.10 (QS.

Al-Kafirun: 6)

Hamka mengatakan bahwa sungguh ayat-ayat ini adalah suatu

tantangan kepada manusia, karena Islam adalah benar. Orang tidak akan

dipaksa untuk memeluknya, tetapi orang hanya diajak untuk berfikir. Asal

dia berfikir sehat, dia pasti akan sampai kepada Islam. Tetapi kalau ada

paksaan, pastilah timbul pemaksaan pemikiran, dan mestilah timbul taqlid.

Dengan demikian, pradigma toleransi mempunyai landasan normatif

yang kuat dari al-Qur’an. Tatkala al-Qur’an memberikan perhatian yang

besar terhadap toleransi, maka al-Qur’an telah hadir pada setiap zaman

dan tempat.11

Istilah toleransi berasal dari Bahasa latin, “tolerare” yang berarti

sabar terhadap sesuatu. Jadi toleransi merupakan suatu sikap atau prilaku

manusia yang mengikuti aturan, dimana seseorang dapat menghargai, dan

menghormati terhadap perilaku orang lain. Istilah toleransi dalam konteks

social budaya dan agama berarti sikap dan perbuatan yang melarang

adanya diskriminasi terhadap kelompok atau golongan yang berbeda dalam

suatu masyarakat, seperti toleransi dalam beragama, dimana kelompok

agama yang mayoritas dalam suatu masyarakat, memberikan tempat bagi

kelompok agama lain untuk hidup dilingkunganya.12

Menurut Asyraf Abdul Wahab, toleransi dalam kontek sosial-budaya

merupakan sebuah keniscayaan. Pada hakikatnya, setiap masyarakat yang

plural membutuhkan kedamaian dan perdamaian. Kedua hal tersebut

merupakan toleransi. Disamping itu toleransi merupakan sikap moderat

yang bisa menjembatani ketegangan antara pihak yang berseberangan

10 Hamka, Tafsir Al-Azhar Jilid X (Jakarta: Pustaka Nasional Pte Ltd Singapura cet V, 2013), hal. 8132 11 Zuhari Misrawi, Al-Qur‟an Kitab Toleransi,(Penerbit Pustaka Oasis, anggota IKAPI, Jakarta 2017), hal. 218 12 Abu Bakar, Konsep Toleransi Dan Kebebasan Beragama, vol. 7, No.2 Juli-Desember 2015.

Page 18: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

5

dalam hal faham dan kepentingan. Disini toleransi menjadi sangat

bermanfaat plural.13

Toleransi merupakan masalah yang aktual sepanjang masa, terlebih

lagi toleransi dalam beragama, Islam memberikan perhatian yang tinggi

terhadap perlunya toleransi beragama sejak awal perkembangan Islam,

baik tersurat dalam al-Qur’an atau tersirat dalam berbagai perilaku Nabi.14

Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau yang lebih dikenal dengan

sebutan Buya Hamka, bisa menjadi teladan tentang bagaimana toleransi

beragama yang baik. Tahun 1968, umat muslim berhari raya Idul Fitri dua

kali, yaitu pada 1 Januari dan 21 Desember 1968. Dekatnya hari raya Idul

Fitri dengan Natal kemudian menginspirasi sebagian kepala jabatan dan

mentri untuk mengeluarkan perintah, agar perayaan halal bihalal

digabungkan dengan Natal menjadi Lebaran-Natal, ini dapat membantu kita

memahami makna toleransi. Gejala seperti ini yang kita lihat sekarang.

Dengan setengah paksaan kita dianjurkan doa bersama, ibadah bersama,

kebaktian bersama di antara orang-orang yang berlainan kepercayaan, dan

itu disebut dengan semangar pancasila. Sehingga disadari atau tidak,

pancasila boven alles di atas dari semua agama, dan orang-orang yang

sama sekali tidak mengamalkan satu agama, merasa dirinya pemimpin

tertinggi, melebihi ulama, pendeta, kiai, dan pastur. Sikap Hamka mengenai

Natal dan Idul Fitri bersama ini berlanjut menjadi Fatwa Majelis Ulama, yang

Hamka sendiri sebagai ketuanya,”Natal dan Idul Fitri bersama Haram

Hukumnya”. Hamka menolak dengan keras toleransi yang semacam itu.15

Banyak orang yang tidak tahu seluk beluk agama islam, menyangka

bahwa zaman modern ini tidak relevan lagi dengan islam. Sebab itu perlu

sekali ditambah dengan beberapa peraturan baru yang lebih modern untuk

dipakai umat islam, sehingga kemajuan kaum muslimin selaras dengan

13 Zuhari Misrawi, Al-Qur‟an Kitab Toleransi, 2017, hal. 162. 14 Toto Suryana, Konsep Dan Aktualisasi Kerukunan Antar umat beragama, Jurnal Pendidikan Agama Islam, Ta’lim Vol. 9 No. 2 - 2011, hal. 127. 15 Hamka, Dari Hati Ke Hati, (Jakarta, Gema Insani 2015), hal 215

Page 19: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

6

kemajuan yang dicapai oleh orang eropa dan amerika.16 Perbedaan dan

keragaman merupakan sebuah keniscayaan yang telah diberikan Allah

kepada setiap makhluknya. Tidak hanya sekedar perbedaan antar agama,

tetapi juga perbedaan dan keragaman dihampir semua makhluk di muka

bumi; gunung, sungai, buah-buahan dan lain-lain. Semua itu menurut al-

Qur’an, agar menjadi ayat-ayat Allah dimuka bumi, sehingga setiap

manusia yang dikaruniai akal budi dan hati nurani dapat berfikir tentang

rahasia di balik semua itu. Selanjutnya setiap manusia dapat

mengembangkan budaya tafsir yang membawa kemaslahatan bagi

mereka.17

Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang majemuk, ditandai

dengan banyaknya etnis, suku, agama, bahasa, budaya, dan adat-istiadat.

Untuk persoalan agama, negara Indonesia bukanlah sebuah negara

Demokrasi, melainkan secara konstitusional negara mewajibkan warganya

untuk memeluk satu dari agama-agama yang diakui eksistensinya

sebagaimana tercantum di dalam pasal 29 ayat (1) dan (2) UUD 1945.

Negara memberi kebebasan kepada penduduk untuk memilih salah satu

agama yang telah ada di Indonesia yaitu agama Islam, Kristen Protestan,

Kristen Katolik, Hindu, Budha dan Konghuchu. Kenyataan ini dengan

sendirinya memaksa negara untuk terlibat dalam menata kehidupan

beragama.

Ketentuan dalam pasal 29 UUD 1945 sangat penting artinya bagi

agama-agama dan para pemeluknya karena telah memberi jaminan dan

sarana keterlibatan umat di dalam mengisi dan memperkaya kehidupan

berbangsa. Tiap pemeluk agama mendapatkan kesempatan untuk

menjalankan agama dan menciptakan kehidupan beragama sesuai dengan

ajaran agama masing-masing. Pengembangan agama dan kehidupan

beragama tidak boleh menjurus ke arah tumbuhnya pemikiran dan

16 Hamka, Lembaga Hidup, ( Jakarta: Republika Penerbit, 2015), hal 356 17 Zuhari Misrawi, Al-Qur‟an Kitab Toleransi,(Penerbit Pustaka Oasis, anggota IKAPI, Jakarta 2017), hal. 17

Page 20: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

7

pemahaman agama yang sempit karena hal ini akan menimbulkan konflik

antar agama.

Atas dasar pemahaman tersebut, perbedaan-perbedaan yang ada

dalam kehidupan masyarakat Indonesia sebenarnya untuk memenuhi

kepentingan bersama agar dapat hidup sejahtera. Dalam kehidupan

masyarakat yang serba majemuk, berbagai perbedaan yang ada seperti

dalam suku, agama, ras atau antar golongan, merupakan realita yang harus

didayagunakan untuk memajukan negara dan bangsa Indonesia, menuju

cita-cita yang diinginkan yaitu masyarakat adil dan makmur berdasarkan

Pancasila dan UUD 1945 dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Kerukunan hidup umat beragama merupakan suatu sarana yang penting

dalam menjamin integrasi nasional, sekaligus merupakan kebutuhan dalam

rangka menciptakan stabilitas yang diperlukan bagi proses pencapaian

masyarakat Indonesia yang bersatu dan damai. Kerjasama yang rukun

dapat terjadi apabila diantara para pemeluk agama merasa saling

membutuhkan, saling menghargai perbedaan, saling tolong-menolong,

saling membantu dan mampu menyatukan pendapat atau istilah lainnya

memiliki sikap toleransi.18

Orang-orang mempunyai hak kemardekaan berfikir dan berpendapat

menurut keyakinanya sendiri. Tetapi hak itu terbatas pula, yaitu tiap-tiap

orang merdeka menyatakan pendirian atau kepercayaanya, selama

pendirian itu tidak menggangggu ketentraman umum, yang mrmbawa

kepada huru hara atau perselisihan dan selama kepercayaan itu tidak

melanggar pula kepada undang-undang kesopanan umum yang telah

dipakai sejak dulu, yang telah diakui bersama-sama menjadi budi pekerti

tinggi.19 Banyak hal yang melatar belakangi terjadinya sikap intoleran dalam

masyarakat. Sebagaimana yang terjadi diberbagai daerah khususnya yang

ada di Indonesia, namun tidak bisa dipungkiri dalam keragaman ini,

18 Lely Nisvilyah, Toleransi Antarumat Beragama Dalam Memperkokoh Persatuan Dan Kesatuan Bangsa (Studi Kasus Umat Islam Dan Kristen Dusun Segaran Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto), dalam jurnal Nomor 1 Volume 2 Tahun 2013. Hal. 383. 19 Hamka, Lembaga Hidup,. hal 41

Page 21: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

8

dibeberapa daerah bisa berjalan dengan selaras dan lurus, bergandengan

dengan kelompok yang berbeda. Namun sebaliknya, tidak bisa dinafikan di

beberapa daerah lainnya terjadi saling mengintimidasi satu sama lain, baik

itu antar agama, suku, ras, dan lain sebagainya.

Sikap itu terjadi karena ada sikap saling intoleran. Seperti tragedi

Poso, Ambon pada 24 Desember 1998, yang menewaskan ratusan

masyarakat, Dan banyak menghancurkan berbagai fasilitas umum yang

sudah tentu banyak merugikan berbagai kalangan. Hal tersebut terjadi

dikarenakan kesenggangan antar dua agama yaitu Islam dan Kristen

sehingga terjadinya pertikaian yang memberikan dampak sangat besar bagi

masyarakat. Sikap saling mencurigai dan tidak ada sikap saling

menghormati, memicu hubungan kedua agama ini retak dan berakhir

dengan perang antar agama yang masih melekat diingatan masyarakat

sampai saat ini.20

Namun demikian dilihat dari kondisi yang serba plural ini, tidak salah

apabila dikatakan bahwa sebenarnya masyarakat Indonesia menyimpan

potensi konflik yang tinggi. Beberapa peristiwa di daerah menunjukkan hal

itu. Komplik sosial yang terjadi dibeberapa daerah di Indonesia, baik dalam

eskalasi besar maupun kecil telah membawa korban jiwa, harta, sember

mata pencarian dan lainnya, sehingga menghancurkan sendi-sendi

kemanusiaan dan kebangsaan Indonesia. Nampaknya kerusuhan sosial

telah menjadi gejala yang umum bagi perjalanan hidup bangsa. Dari tahun

1996 tercatat terjadi beberapa kali peristiwa/konflik yang bernuansa sosial

agama, seperti kerusuhan Tasikmalaya 26 Desember 1996, di karawang

tahun 1997 dan Tragedi Mei pada tanggal 13, 15, 17, Mei 1998, yang terjadi

di Jakarta, Solo, Surabaya, Palembang, Medan, Ambon, Maluku, Nusa

Tenggara, Jawa Timur (Situbondo), Jawa Tengah (Temanggung),

Yogyakarta, Jawa Barat (Cirebon, Indramayu), Banten, dan di DKI Jakarta

20 Abdurrahman et.al, Al-qur‟an dan Isu-isu Kontemporer, eLSAQ Press, Sleman Yogyakarta, 2011, hal. 2.

Page 22: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

9

serta peristiwa kerusuhan lainnya.21 walaupun diyakini oleh para tokoh

bukan disebabkan oleh faktor agama, tetapi ketika yang menjadi tumpuan

untuk menyelesaikan konflik ini adalah tokoh-tokoh agama, maka menjadi

jelas bahwa agama memiliki peran yang sangat signifikan bagi terjadinya

konflik secara berkepanjangan. Peran agama disini menyangkut

bagaimana nilai-nilai agama yang diyakini seseorang dalam memandang

orang lain yang berbeda agama, mempengaruhi sikap dan perilakunya

terhadap orang itu.22

Meskipun akhir-akhir ini tidak diketemukan konflik sosial secara fisik,

namun konflik melalui media terutama media sosial, isu keragaman dalam

beragama sering menjadi objek saling fitnah melalui berita bohong (hoax).

Beberapa rentetan terjadinya kerusakan di Indonesia yang lebih condong

bernuansa sosial, ekonomi, politik, dan keagamaan. Termasuk studi kasus

intoleransi terjadi di Ibu Kota ketika sedang menghadapi PILKADA. Konflik

intoleransi telah mengkristal dengan menggunakan dalil agama, budaya,

politik, etnis, dan media menjadi alat pemicu.

Secara normatif-doktrinal, agama sama-sama mengajarkan

kedamaian, persaudaraan, kerukunan individual dan kelompok. Jadi

sebetulnya agama tidak menghendaki konflik perpecahan, permusuhan,

bahkan pembunuhan baik fisik maupun karakter umat lain. Namun dalam

kenyataannya, yang ada menunjukkan pengaruh agama terhadap perilaku

masyarakat sering menimbulkan konflik.23

Para ahli sejarah atau ilmuan sosial menyatakan, bahwa agama

sering mempunyai efek yang negative terhadap kesejahteraan manusia.

Isu-isu keagamaan sering dijadikan isu timbulnya konflik baik fisik maupun

non fisik apalagi dibumbui dengan isu bohong (hoax). Keyakinan dalam

suatu agama sering menimbulkan sikap manusia yang tidak toleran

21 Eko Digdoyo, Kajian Isu Toleransi Beragama, Budaya, dan Tanggung Jawab Sosial Media, JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 3, No. 1 Januari 2018, hal 43. 22 Abdurrahman et.al, Al-qur‟an dan Isu-isu Kontemporer, eLSAQ Press, Sleman Yogyakarta, 2011, hal. 2. 23 Eko Digdoyo, Kajian Isu Toleransi Beragama, Budaya, dan Tanggung Jawab Sosial Media, JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 3, No. 1 Januari 2018, hal 44.

Page 23: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

10

(intoleransi). Kemudia loyalitas dalam agama hanya dapat menyatukan

beberapa orang saja dan memisahkan diri dari kebanyakan orang atau

kelompok lainnya.24

Oleh karena itu Agama seharusnya menjadi alternatif untuk

menyatukan umat, agama juga menjadi solusi dalam menyelesaikan

problematika umat. Namun fenomena keagamaan akhir-akhir ini seakan-

akan menegaskan momen kritis dalam menghadapi persoalan

kemanusiaan. Bahkan agama seolah-olah justru menjadi bagian dari

pemicu persoalan, dari pada menyelesaikan persoalan permasalahan.

Seperti sikap klaim kebenaran ditujukan kemasyarakat luas, sehingga

tampak beberapa aksi dalam masyarakat yang apatis dengan pemahaman

masyarakat lain.

Terkait fenomena-fenomena tersebut, penulis tertarik untuk

menganalisis lebih lanjut terkait toleransi dan kebebasan beragama

menurut Hamka, dalam Tafsir al-Azhar. Hamka seorang ulama yang

multidisiplin keilmuan yang dikenal oleh masyarakat luas khususnya di

Indonesia di antaranya seorang mufassir, sastrawan, cendikiawan dan

agamawan. Keahlian dalam bidang-bidang tersebut dapat dilihat dari karya

beliau yang tersebar dimasyarakat, baik itu di dunia akademik maupun di

dunia non akademik. Salah satu karya beliau yang fenomenal adalah Tafsir

Al-Azhar yang mengupas penjelasan makna atau kandungan dari al-

Qur’an, yang diselesaikan oleh beliau dalam jangka waktu yang cukup lama

hingga terselesaikan, dan menjadikan beliau salah satu mufassir nusantara

yang menafsirkan secara keseluruhan dari al-Qur’an dalam bahasa

Indonesia.

Tiap-tiap tafsir memiliki corak haluan dari pribadi penafsirnya sendiri,

begitu juga hamka dalam mengomentari tafsirnya ini. Kemudia ia

mengatakan bahwa beliau memelihara sebaik-baiknya hubungan antara

24 Nurcholish Majid, Islam Dokrin dan Perdaban, Sebuah Telaah Kritis tentang Masalah Keimanan, Kemanusiaan dan Kemodernaan, (Yayasan Wakaf Paramadina, Jakarta 1992), hal 47

Page 24: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

11

naqal dan akal. Di antara riwayah dan dirayah. Hamka tidak semata-mata

mengutip atau menukil pendapat orang-orang terdahulu, tetapi

menggunakan juga tinjauan dan pengalaman beliau sendiri, dan tidak pula

semata-mata menuruti pertimbangan akal sendiri, seraya melalaikan apa

yang dinukil dari orang terdahulu.25 Hamka ini dalam kitab tafsirnya beliau

menggunakan metode Tahlili karena beliau menafsirkan al-Qur’an sesuai

dengan urutan pada mushaf Usmani, yang dimulai dari surah al-Fatihah

sampai surah yang terakhir yaitu An-Nas. Hamka juga menggunakan corak

al-Adabi Ijtima’I dalam penafsiran kitabnya agar tafsirnya ini dapat difahami

oleh mayoritas golongan, bukan hanya tingkat masyarakat elit namun

merambah ke semua elemen masyarakat berdasarkan kondisi sosial pada

waktu itu.

Dari historisitas Hamka dan terselesainya kitab Tafsir al-Azhar

tentunya memiliki pengaruh yang sangat signifikan dalam menanggapi

problem sosisal masyarakat, khusus di Indonesia sebagaimana situasi dan

kondisi konflik pada masa penulisan itu begitu sangat pelik, hal ini

menjadika orientasi lingkungan mufassir memiliki pengaruh besar terhadap

karya tafsirnya. Begitu juga dalam menafsirkan ayat berorientasi pada

sosial.26

Dari penjelasan diatas, toleransi merupakan masalah yang krusial di

masyarakat yang seharusnya ditanam dan dipupuk dalam kehidupan

kebinekaan. Indonesia merupakan Negara dengan penduduk muslim

terbesar, dan Tafsir al-Azhar merupakan karya ulama nusantara yang

merupakan bagian dari masyarakat dalam Negara tersebut tentunya

memiliki peran penting dalam menyelesaikan permasalahan tersebut.

Bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang saling memahami

perbedaan dan saling menghormati hingga terbentuk kerukunan dalam

kemajemukan di Indonesia. Oleh sebab inilah penulis mengangkat judul

25 Rusydi Hamka, dkk. Perjalanan Terakhir Buya Hamka, (Pustaka Panjimas, Jakarta 1981), hal 21. 26 Asbandi, Konsep Toleransi Menurut Buya Hamka dalam kitab Tafsir Al-Azhar, Jurnal Pemikiran Islam 2017, hal. 8.

Page 25: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

12

proposal tesis ini “Toleransi Dan Kebebasan Beragama Menurut Hamka

Dalam Tafsir Al-Azhar”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti dapat merumuskan

masalah penelitian dengan sebuah pertanyaan inti yaitu, Bagaimana

Penafsiran Hamka menurut al-Qur’an dalam mengatasi masalah Toleransi

Beragama di masyarakat sehingga terwujud masyarakat yang toleran?.

Untuk mencapai tujuan tersebut maka penulis merumuskan beberapa

masalah, yaitu:

1. Bagaimana penafsiran Hamka tentang ayat-ayat Toleransi dan

Kebebasan Beragama dalam kitab Tafsir Al-azhar?

2. Apa Batasan Toleransi dan Kebebasan Beragama dalam Tafsir al-

Azhar?

C. Fokus Penelitian

Fokus penelitian dalam penelitian kualitatif berkaitan erat dengan

rumusan masalah, dimana rumusan masalah penelitian dijadikan acuan

dalam menentukan fokus penelitian.27 Dalam hal ini, Penelitian yang peneliti

lakukan terfokus pada ayat-ayat yang berkaitan dengan toleransi dalam

beragama, serta penafsiran Hamka tentang ayat-ayat toleransi, sebab ini

menjadi indikator terwujudnya masyarakat yang toleran. Hal ini bertujuan

untuk menghasilkan sebuah penelitian yang fokus dan terperinci.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian penulis ini bertujuan untuk meneliti lebih

mendalam penafsiran Hamka tentang ayat-ayat toleransi dalam beragama,

demi mewujudkan sebuah masyarakat yang toleran. Namun secara khusus

penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan:

27 Burhan Bungin, Analisa Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan Metodologis Kearah Penguasaan Modal Aplikasi (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2003), hal. 47.

Page 26: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

13

a. Untuk mengetahui Bagaimana penafsiran Hamka tentang ayat-ayat

Toleransi dan Kebebasan Beragama dalam kitab Tafsir Al-azhar

b. Untuk mengetahui batasan toleransi dan kebebasan beragama menurut

Hamka dalam kitab Tafsir Al-Azhar

2. Kegunaan Penelitian

Penulis mengharapkan penelitian ini mampu memberikan kontribusi

serta manfaat baik secara teoritis/akademis maupun praktis/fragmatis

sebagai berikut:

a. Teoritis/Akademis

Memperluas wawasan kajian seputar penafsiran Hamka dan

diharapkan menjadi kontribusi positif bagi arah perkembangan ilmu

pengetahuan khususnya dalam bidang penafsiran al-Qur’an.

b. Praktis/Fragmatis

Mengemukakan pandangan toleransi beragama menurut Hamka

yang terdapat dalam kitab Tafsir Al-Azhar sehingga menjadikan sebuah

masyarakat yang toleran seperti yang dikehendaki oleh Allah swt dalam

ayat-ayat Al-Qur’an.

Page 27: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

14

BAB II

LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

A. Landasan Teori

1. Toleransi

Toleransi Dalam bahasa arab disebut dengan tasamuh yang berarti

saling memudahkan dan saling mengizinkan.28 Secara etimologi toleransi

berasal dari kata tolerance (dalam bahasa Inggris) yang berarti sikap

membiarkan, mengakui, merangkul, dan menghormati keyakinan orang lain

tanpa memerlukan persetujuan.29 Kata toleransi juga berasal dari bahasa

latin, yaitu tolerantia yang artinya kelonggaran, kelembutan hati, keringanan

dan kesabaran.30 Dari sini dapat difahami bahwa toleransi merupakan sikap

untuk memberi hak sepenuhnya kepada orang lain agar menyampaikan

pendapatnya, sekalipun pendapatnya salah dan berbeda, serta

mengizinkan atau membolehkan perbedaan pendapat antara satu sama

lain.

Toleransi diartikan sebagai keadaan di mana membiarkan orang lain

berpendapat, melakukan hal yang tidak sesuai atau sependapat dengan

kita, tanpa harus kita ganggu ataupun intimidasi. Dalam kontek sosial,

budaya, dan agama adalah sikap yang melarang adanya sikap diskriminasi

terhadap kelompok-kelompok yang berbeda agama atau kepercayaan.31

Dalam arti luas, toleransi adalah sifat memberi kebebasan terhadap

sesama manusia atau masyarakat untuk menjalankan suatu keyakinan

serta mengatur hidupnya masing-masing dan tidak sampai pada

pertentangan terhadap terciptanya ketertiban dan perdamaian masyarakat.

28 Berasal dari kata dasar وسماحة - وسماحا - سمحا - ,yang mempunyai arti, murah hati سمحbersikap lunak, Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia (Surabaya: Pustaka Progresif, 1997), hal. 657 29 Said Agil Husin Munawar, Fikih Hubungan Antar Agama, (Penerbit: Ciputat Press, Jakarta), hal. 13. 30 Zuhari Misrawi, Al-Qur’an Kitab Toleransi, (Penerbit Fitrah: Jakarta Selatan, 2017), hal. 161. 31 Lihat https://id.wikipedia.org/wiki/Toleransi. di akses pada, rabu 14 Agustus 2019 pukul 21:55 WIB.

Page 28: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

15

Dalam defenisi lain toleransi dalam perspektif kalangan muslim dapat

menjadi salah satu terobosan untuk melihat sejauh mana wacana toleransi

dibicarakan dari sudut pandang teologis. Oleh karena itu perlu dibedah

paradigma toleransi dari sudut pandang filsafat, sosiologi dan studi

kebudayaan lainnya.32

Menurut M. Dahlan Y. Al Bary dan L. Lya Sofyan Yacub, menyatakan

toleransi atau tasamuh (dalam bahasa arab) dikaitkan maknanya dengan

kata tenggang rasa yang di maknai sikap atau sifat tidak saling

mengganggu (menentang atau kisruh) terhadap kebiasaan, perilaku,

pandangan, kepercayaan orang lain yang tidak sesuai dengan pandangan

diri sendiri.33

Menurut dewan Ensiklopedia Indonesia, menyebutkan toleransi

dalam aspek sosial, politik, merupaka suatu sikap membiarkan orang untuk

mempunyai suatu keyakinan yang berbeda. Selain itu menerima

pernyataan ini karena sebagai bentuk dari pengakuan dan menghormati

hak asasi manusia.34

Menurut Muhammad Yasir, Toleransi merupakan sikap terbuka

dalam menghadapi perbedaan, didalamnya terkandung sikap saling

menghargai dan menghormati eksistensi masing-masing pihak. Dalam

kehidupan yang toleran, keseimbangan dalam hidup mendapatkan

prioritasnya. Keanekaragaman tidak diposisikan sebagai ancaman, namun

justru peluang untuk saling bersinergi secara positif. Piagam Madinah

adalah contoh lain yang Fenomenal dari praktek toleransi Islam yang

menolak mentah-mentah tuduhan Intoleransi yang dilontarkan para musuh

Islam, Piagam Medinah berisi penegasan tentang kesetaraan fungsi dan

kedudukan serta persamaan hak dan kewajiban antara umat muslim dan

umat-umat lain yang tinggal di Madinah.35

32 Ibid, Zuhairi Misrawi, hal. 160. 33 M. Dahlan Y. Al Bary dan L. Lya Sofyan Yacub, Kamus Induk Istilah Ilmiah (Surabaya: Targe Press, 2003), hal 777 34 Dewan Ensiklopedia Indonesia, Ensiklopedia Jilid 6 (Ikhtiar Baru van Hoeve, t.th), hal 3588 35 Muhammad Yasir, Makna Toleransi dalam Al-Qur’an, (JURNAL USHULUDDIN Vol. XXII

Page 29: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

16

Menurut Umar Hasyim, toleransi adalah pemberian kebebasan

kepada sesama manusia atau kepada warga masyarakat untuk

menjalankan keyakinannya atau mengatur hidupnya dan menentukan

nasibnya masing-masing, selama dalam menjalankan dan menentukan

sikapnya itu tidak melanggar dan tidak bertentangan dengan syarat-syarat

asas terciptanya ketertiban dan perdamaian dalam masyarakat.36 Oleh

karena itu dapat dipahami bahwa toleransi mengandung konsensi, yaitu

pemberian yang hanya didasarkan kemurahan dan kebaikan hati. Toleransi

terjadi dan berlaku karena terdapat perbedaan prinsip, dan menghormati

prinsip orang lain, tanpa mengorbankan prinsip sendiri.

Terdapat beberapa pendapat dari beberapa tokoh mengenai

masalah toleransi, secara khusus tentang toleransi antar umat beragama

yaitu; Ahmad Azhar Basyir dalam Buku “Akidah Islam” (beragama secara

dewasa), menyatakan bahwa toleransi beragama dalam Islam bukan

dengan cara mengidentikan bahwa semua agama sama saja, karena

semuanya mengajarkan kepada kebaikan. Ajaran semacam ini menurut

kaca mata Islam sama sekali tidak dapat diterima. Karena Islam secara

tegas telah memberikan penegasan bahwa agama yang benar dihadirat

Allah hanyalah Islam. Tetapi Islam juga mewajibkan kepada penganutnya

untuk bersikap hormat terhadap keyakinan agama lain, dan berbuat baik

serta berlaku adil terhadap penganut agama lain.37

Harun Nasution dalam buku “Islam Rasional Gagasan dan

Pemikiran” menyatakan bahwa toleransi beragama akan terwujud jika

meliputi 5 hal berikut:

Pertama, Mencoba melihat kebenaran yang ada di luar agama lain.

Kedua, Memperkecil perbedaan yang ada di antara agama-agama. Ketiga,

Menonjolkan persamaan-persamaan yang ada dalam agama-agama.

No. 2, Juli 2014), hal. 170. 36 Umar Hasyim, Toleransi dan Kemerdekaan Beragama dalam Islam Sebagai dasar Menuju Dialog dan Kerukunan Antar Umat Beragama, (Surabaya: Bina Ilmu 1979), hal 22. 37 Ahmad Azhar Basyir, Akidah Islam (Beragama Secara Dewasa), Edisi Revisi (Yogyakarta: UII Press, 2013), hlm 23.

Page 30: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

17

Keempat, Memupuk rasa persaudaraan se-Tuhan. Kelima, Menjauhi praktik

serang-menyerang antar agama.38

Kerukunan dan toleransi yang diajarkan oleh Islam itu, dalam

kehidupan antar-umat beragama bukanlah suatu toleransi yang bersifat

pasif. Tetapi aktif, aktif dalam menghargai dan menghormati keyakinan

orang lain serta aktif dan bersedia senantiasa untuk mencari titik persamaan

antar bermacam-macam perbedaan. Karena kemerdekaan beragama bagi

seorang Muslim adalah suatu nilai hidup yang lebih tinggi dari pada nilai

jiwanya sendiri.39

Perwujudan kerukunan dan toleransi beragama dapat direalisasikan

dengan; Pertama, bahwa setiap penganut agama mengakui eksistensi

agama-agama lain dan menghormati segala hak asasi pengikutnya. Kedua,

dalam pergaulan bermasyarakat, tiap golongan umat beragama

menekankan sikap saling mengerti, menghormati, dan menghargai.

Sehingga kerukunan dan toleransi ditumbuhkan oleh kesadaran yang

bebas dari segala macam bentuk tekanan atau terhindar dari pengaruh

hipokrisi (kemunafikan).40

2. Kebebasan Beragama

Al-Qur’an memberikan kebebasan kepada setiap individu untuk

memilih agama dan keyakinannya, disamping kebebasan berfikir,

menyatakan pendapat, menuntut ilmu dan memiliki harta/benda.41 Semua

orang diberikan kebebasan untuk memilih keyakinan masing-masing tampa

harus dipaksa dan memaksa orang lain. Dalam pandangan Islam, seluruh

tatanan ajaran agama yang diterapkan Islam, baik yang berkaitan dengan

akidah, syariah maupun akhlak, bertumpu pada lima tujuan yang mendasar,

yaitu memelihara agama, jiwa, akal, keturunan dan harta. Dari kelima tujuan

38 Harun Nasution, Islam Rasional Gagasan dan Pemikiran (Bandung: Mizan, 2000), hal. 275. 39 M. Natsir, Islam dan Kristen di Indonesia (Jakarta: Media Dakwah, 1988), hal. 205. 40 Sarjuni, & Didiek Ahmad Supadie, Pengantar Studi Islam (Jakarta: Rajawali Press, 2011), hal. 57. 41 Dede Rodin, Riddah dan Kebebasab Beragama dalam Al-Qur’an, (Jurnal, Vol.XIV, No. 2, Juli 2014), hal. 254.

Page 31: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

18

tersebut, memelihara dan kebebasan berkeyakinan merupakan tujuan yang

tertinggi tingkatannya dan mendapat perhatian serius dalam Islam. Islam

sangat mementingkan pemeliharaan agama karena identitas yang

membedakan seseorang sebagai muslim dan kafir adalah apakah ia

meyakini dan beriman atau tidak terhadapat agama Islam.42

Al-Qur’an juga mengukuhkan bahwa kebebasan manusia paling

tinggi dan penting yang dijaminnya serta memiliki posisi yang paling

istimewa untuk dijaga adalah kebebasan berkeyakinan dan berakidah

(hurriyah al-‘aqidah), kemudian kebebasan berpendapat dan berekspesi

(hurriyah al-ta’bir), dan selanjutnya kebebasan-kebebasan lain yang

menjadi simbol kemanusiaan. Dengan kata lain, Al-Qur’an menegaskan

bahwa kebebasan-kebebasan tersebut merupakan hak asasi manusia yang

dijamin dan harus dijaga.

Cukup banyak ayat al-Qur’an yang menegaskan ayat al-Qur’an

secara khusus adanya kebebasan berakidah dan larangan adanya

paksaaan dalam menentukan pilihan keyakinan atau mengubah apa yang

telah menjadi keyakinan. Al-Qur’an juga menegaskan bahwa akidah

merupakan hak prerogatif setiap orang dan merupakan wilayah privasi

antara dirinya dengan Allah. Oleh karena itu, tidak ada seorang pun yang

dapat memaksa akidah dan keyakinannya kepada orang lain atau

mengubah akidahnya atas nama apa pun dan dalam keadaan apa pun.

Sehingga sangat tepat ketika pemeliharaan agama menempati urutan

pertama dalam tingkatan al-mashlahah al-dharuriyyah.43

Ayat-ayat al-Qur’an berbicara tentang kebebasan beragama

setidaknya dapat dikelompokkan dalam tiga bagian yaitu: pertama, ayat-

ayat yang menyatakan bahwa setiap individu diberi kebebasan untuk

memilih keimanan atau kekufuran dengan konsekuensinya masing-masing

seperti ayat berikut ini :

42 Dede Rodin, Riddah dan Kebebasab Beragama dalam Al-Qur’an, (Jurnal, Vol.XIV, No. 2, Juli 2014), hal. 254. 43 Al-Syathibi, Al-Muwafaqat fi Ushul al-Syari’at, (Beirut: Dar al-Fikr al-Arabi, t.t.), edisi Abdullah Darraz, Juz II, hal. 8.

Page 32: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

19

الرشد من الغي لآإكراه ف ين قد ت ب ين ف قد استمسك فمن يكفر بالطاغوت وي ؤمن بالله الد

. ليم ع بالعروة الوث قى لا انفصام لا والله سميع

Artinya : Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dari pada jalan yang salah. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Taghut dan beriman kepada Allah, maka sesunguhnya ia telah berpegang teguh kepada tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Baqarah: 256).

Asbabun Nuzul Ayat ini turun berkenaan dengan seorang laki-laki

muslim Ansar yang telah mulai dewasa, dan telah menjadi yahudi, ayah

anak tersebut memohonkan kepada Rasulullah saw. Supaya anak itu ditarik

ke Islam, sedangkan anaknya telah menjadi yahudi. Kemudian ayahnya

merintih “Belahan diriku sendiri masuk neraka, ya Rasulullah. Dan pada

saat itulah turun ayat ini menyebutkan bahwa tidak ada paksaan dalam

beragama. menurut riwayat Ibnu Abbas, Nabi Muhammad saw hanya

memanggil anak-anak itu dan disuruh memilih, apakah mereka sudi

memeluk agama ayah mereka, yaitu Islam atau tetap dalam yahudi dan

turut di usir? Menurut Buya Hamka, ayat ini merupakan suatu tantangan

kepada manusia karena Islam adalah benar. Orang tidak akan dipaksa

memeluknya, tetapi orang hanya diajak untuk berpikir. Asal dia berpikir

sehat, dia pasti akan sampai pada Islam. Keyakinan suatu agama tidaklah

boleh dipaksakan dipaksakan sebab “Telah nyata kebenaran dan

kesesatan”. Orang boleh menggunakan akalnya untuk menimbang dan

memilih kebenaran itu, dan orang pun mempunyai pikiran waras untuk

menjauhi kesesatan.44

Menurut Zuhairi Misrawi dalam surah al-Baqarah ayat 256 ini patut

menjadi perhatian bersama agar dalam dakwah dapat mempertimbangkan

aspek toleransi dan kasih sayang yang telah digariskan oleh Allah SWT dan

Rasulullah saw. Tidak diperkenankan adanya paksaan, karena

44 Hamka, Tafsir al-Azhar, juz III, (Jakarta: Pt Pustaka Panji mas, 1982), hal. 624.

Page 33: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

20

sesungguhnya antara kebaikan dan kezhaliman itu sudah jelas. Memaskan

kehendak bukanlah hak manusia.45

Kedua, Nabi Muhammad saw, hanya diberi tugas sebagai

penyampai ajaran Allah, memberi kabar gembira dan peringatan. Beliau

tidak memiliki hak memaksa orang lain untuk mengikuti agamanya,

sebagaimana ayat-ayat berikut ini :

ات بدون وما تكتمون م ماعلى الرسول إلا البلاغ والله ي علم

Artinya : Kewajiban Rasul tidak lain hanyalah menyampaikan, dan

Allah mengetahui apa yang lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan. (QS.

Al-Maidah [5]: 99)

ا عليك البلاغ وعلي وإن مانري نك ب عض الذي نعدهم أو ن ت وف نا الساب ي نك فإنArtinya: Dan jika Kami perlihatkan kepadamu sebagian (siksa) yang

Kami ancamkan kepada mereka atau Kami wafatkan kamu (hal itu tidak penting bagimu) karena sesungguhnya tugasmu hanya menyampaikan saja, sedang Kami-lah yang menghisab amalan mereka. (QS. Al-Ra’ad [13]: 40)

ر بالقرءان من ياف وعيد يهم بب نن أعلم با ي قولون ومآأنت عل ار فذك

Artinya: Kami lebih mengetahui tentang apa yang mereka katakan,

dan kamu sekali-kali bukanlah seorang pemaksa terhadap mereka.Maka

beri peringatanlah dengan al-Qur'an orang yang takut kepada ancaman-Ku.

(QS. Qaaf [50]: 45)

ليهم ومآأنت عليهم بوكيل والذين اتذوا من دونه أوليآء الله حفيظ ع Artinya: Dan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung

selain Allah, Allah mengawasi (perbuatan) mereka; dan kamu (ya

45 Zuhari Misrawi, Al-Qur’an Kitab Toleransi, (Penerbit Fitrah: Jakarta Selatan, 2007), hal. 224.

Page 34: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

21

Muhammad) bukanlah orang yang diserahi mengawasi mereka. (QS. Al-

Syura [42]: 6)

بوك ف قل ل عملى ولكم عملكم أنت م بريئون مآأعمل وأنا برىء ما ت عملون وإن كذArtinya: Jika mereka mendustaka kamu, maka katakanlah:"Bagiku

pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu berlepas diri terhadap apa

yang aku kerjakan dan aku berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan".

(QS. Yunus [10]: 41)

Ketiga, memberikan petunjuk (hidayah) dan menyesatkan manusia

hanya menjadi hak Allah SWT. Bukan hak manusia termasuk Nabi

Muhammad saw.

ليس عليك هداهم ولكن الله ي هدي من يشآء Artinya: Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat

petunjuk, akan tetapi Allah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siap

yang dikehendaki-Nya. (QS. Al-Baqarah [2]: 272)

يعا أفأنت تكره الناس حت يكونوا مؤمنين ولو شآء ربك لأمن من ف الأرض كلهم ج

وماكان لن فس أن ت ؤمن إلا بإذن الله ويعل الرجس على الذين لاي عقلون )٩٩(Artinya: Dan jikalau Rabbmu menghendaki, tentulah beriman semua

orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah ka(hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya. Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya. (QS. Yunus [10]: 99-100)

ك لات هدي من أحببت ولكن الله ي هدي من يشآء وهو أعلم بالمهتدين إن Artinya: Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk

kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. (QS. Al-Qashash [28]: 56)

Page 35: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

22

Ayat-ayat tentang kebebasan beragama tersebut dikuatkan oleh

praktik kehidupan Nabi Muhammad saw.46 Yang menjelaskan visi teologis

dalam kebebasan memilih agama. Beliau sangat menghormati dan

berhubungan baik dengan penganut agama lain. Beliau pernah memerintah

para sahabat sahabat untuk berhijrah ke Habasyah yang berada dibawah

kekuasaan raja Najasyi yang beragama kristen dan termasuk federasi

Romawi. Peristiwa ini jelas menunjukkan bahwa Nabi Muhammad saw.

Tidak apriori terhadap agama lain, bahkan meminta bantuan dan diterima

secara baik oleh penguasa Habasyah itu.47 Setelah hijrah ke Madinah,

disana Nabi Muhammad mengadakan perjanjian dengan komunitas-

komunitas agama lain yang dituangkan dalam Piagam Madinah (Shahifah

al-Madinah) yang secara jelas memberikan pengakuan atas agama-agama

lain sebagai satu umat di Madinah yang harus mempertahankan Madinah

dari musuh-musuhnya.

Adapun cara memelihara dan menjaga kebebasan agama ini, Abdal

Qadir Awdah menyebutkan 2 cara dalam memelihara serta menjaga

kebebasan beragama tersebut. Pertama, Mewajibkan manusia untuk

menghargai hak orang lain dalam akidah dan tidak boleh memaksa orang

lain untuk mengakui akidah tertentu. Kedua, Mewajibkan orang yang

mempunyai akidah untuk menjaga akidahnya.48

Dari beberapa argumentasi inilah secara jelas Islam tidak

membolehkan pemaksaan dalam memilih agama. Pemilihan agama

diserahkan kepada masing-masing individual untuk memeluknya. Namun

dalam realitanya, kebebasan beragama dan keyakinan merupakan hal

yang sangat penting untuk menegakkan hak-hak dasar yang dimiliki oleh

manusia (HAM).

46 Dede Rodin, Riddah dan Kebebasab Beragama dalam Al-Qur’an, (Jurnal, Vol.XIV, No. 2, Juli 2014), hal. 254-256. 47 Abd al-Salam Harun, Tahdzib sirah Ibn Hisyam, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t.), hal. 72. 48 Abdal Qadir Awdah, Al-Tasyri’ al-Jina’i al-Islami; Muqaranam bi al-Qanun al-Wad’i, (Beirut: Muassasah al-Risalah, 1994), hal. 30-32.

Page 36: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

23

3. Toleransi Beragama

Dari kajian ini menerangkan bahwa toleransi mengarah kepada

sikap terbuka dan mau mengakui adanya berbagai macam perbedaan, baik

dari sisi suku bangsa, warna kulit, bahasa, adat-istiadat, budaya, bahasa,

serta agama. Ini semua merupakan fitrah dan sunnatullah yang sudah

menjadi ketetapan Tuhan. Landasan dasar pemikiran ini adalah firman

Allah dalam dalam QS. Al-Hujurat ayat 13.

يآأي ها الناس إنا خلقناكم من ذكر وأنثى وجعلناكم شعوبا وق بآئل إن أكرمكم عند الله

أت قاكم إن الله عليم خبي Artinya : Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari

seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal (QS. Al-Hujuurat [49]: 13)

Seluruh manusia tidak akan bisa menolak sunnatullah ini. Dengan

demikian, bagi manusia, sudah selayaknya untuk mengikuti petunjuk Tuhan

dalam menghadapi perbedaan-perbedaan itu. Toleransi antar umat

beragama yang berbeda termasuk ke dalam salah satu risalah penting yang

ada dalam system teologi Islam. Karena Tuhan senantiasa mengingatkan

kita akan keragaman manusia, baik dilihat dari sisi agama, suku, warna

kulit, adatistiadat, dan sebagainya.

Toleransi dalam beragama bukan berarti kita hari ini boleh bebas

menganut agama tertentu dan esok hari kita menganut agama yang lain

atau dengan bebasnya mengikuti ibadah dan ritualitas semua agama tanpa

adanya peraturan yang mengikat. Akan tetapi, toleransi beragama harus

dipahami sebagai bentuk pengakuan kita akan adanya agama-agama lain

selain agama kita dengan segala bentuk sistem, dan tata cara

peribadatannya dan memberikan kebebasan untuk menjalankan keyakinan

agama masing-masing. Konsep toleransi yang ditawarkan Islam sangatlah

Page 37: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

24

rasional dan praktis serta tidak berbelit-belit. Namun, dalam hubungannya

dengan keyakinan (akidah) dan ibadah, umat Islam tidak mengenal kata

kompromi. Ini berarti keyakinan umat Islam kepada Allah tidak sama

dengan keyakinan para penganut agama lain terhadap tuhan-tuhan

mereka. Demikian juga dengan tata cara ibadahnya. Bahkan Islam

melarang penganutnya mencela tuhan-tuhan dalam agama manapun.

Maka kata tasamuh atau toleransi dalam Islam bukanlah “barang baru”,

tetapi sudah diaplikasikan dalam kehidupan sejak agama Islam itu lahir.

Dalam Islam toleransi bukanlah fatamorgana atau bersifat semu, Tapi

memiliki dasar yang kuat dan tempat yang utama.49

a) Dasar-Dasar Toleransi Beragama

Meskipun al-Qur’an memberi penegasan bahwa Islam adalah satu-

satunya agama yang diterima Allah Swt. Tetapi dalam waktu yang sama,

al-Qur’an juga melarang melakukan paksaan kepada siapa pun untuk

memeluk suatu agama sebagaimana dinyatakan dalam QS. Al-Baqarah

256.

الرشد من الغي ين قد ت ب ين ف قد استمسك فمن يكفر بالطاغوت وي ؤمن بالله لآإكراه ف الد

.ليم ع بالعروة الوث قى لا انفصام لا والله سميع Artinya : Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam);

sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dari pada jalan yang salah. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Taghut dan beriman kepada Allah, maka sesunguhnya ia telah berpegang teguh kepada tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Baqarah: 256)

Selain itu, di dalam al-Qur’an terdapat sekitar 40 ayat yang berbicara

mengenai larangan memaksa dan membenci. Lebih dari sepuluh ayat

bicara larangan memaksa, untuk menjamin kebebasan berfikir,

49 Muhammad Yasir, Makna Toleransi dalam Al-Qur’an, Jurnal Ushuluddin Vol. XXII No. 2, Juli 2014, hal. 171-172.

Page 38: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

25

berkeyakinan dan mengutarakan aspirasi.50 Manusia diberi kebebasan

sepenuhnya untuk menentukan pilihannya sendiri, apakah menerima

kebenaran Islam atau menolaknya.

Konsekuensi dari ketentuan tersebut adalah Islam mengakui bahwa

umat manusia di atas dunia ini tidak mungkin semuanya bersepakat dalam

segala hal, termasuk dalam masalah keyakinan beragama.

b) Bentuk-Bentuk Toleransi Beragama

1) Tidak memaksa dalam beragama.

2) Menghormati keyakinan orang lain.

3) Saling tolong-menolong dalam mu’amalah dunia.

4) Tidak boleh saling mencaci sesembahan.

5) Berbuat adil.

c) Praktek Toleransi Beragama

Sejarah panjang umat Islam telah melahirkan teladan bagi paham

kemajemukan dan kebebasan beragama. Hal itu terjadi bukan tidak

beralasan, karena Rasulullah sendiri penggagasnya seperti yang tertera

dalam piagam madinah (Mitsaq al-Madinah) dalam ruang dan waktu ketika

itu. Meskipun dalam bentuk sederhana, tetapi piagam tersebut telah

menjamin sebuah kebebasan kepada pemeluk agama yang berbeda untuk

menjalankan keyakinannya sesuai dengan ajaran agamannya masing-

masing.51

Masa pemerintahan Khalifah Umar Bin Khattab adalah masa

ekspansi Islam ke daerah-daerah yang berada di luar Jazirah yang

sebelumnya banyak memeluk agama Kristen. Ketika umat Islam berhasil

merebut kemenangan di Baitul Maqdis Palestina, Khalifah Umar sendiri

berangkat menuju Baitul Maqdis. Beliau menandatangani satu perjanjian

dengan orang-orang Nasrani yang berisi jaminan terhadap jiwa, harta

benda, gereja-gereja, salib-salib dan lainnya yang berhubungan dengan

50 Hamid Fahmy Zarkasyi, Islam, HAM dan Kebebasan Beragama (Jakarta: INSIST, 2011), hal. 16. 51 Ma’ruf Amin, Melawan Terorisme Dengan Iman (Jakarta: Tim Penanggulangan Terorisme), hlm. 141.

Page 39: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

26

umat beragama. Hubungan yang diajarkan Islam dengan umat beragama

lain di atas bukan hanya berupa teori atau slogan saja akan tetapi suatu

sikap nyata yang telah dipraktekkan oleh Rasulullah saw. Dan para

sahabatnya enam belas abad silam.

4. Ayat-ayat Toleransi dan Kebebasan Beragama

Melalui kitab yang mulia yaitu Al-Qur’an. Allah Swt telah menjelaskan

tentang toleransi dan kebebasan beragama. Antara lain, tentang ayat-ayat

yang berkaitan dengan toleransi dan kebebasan beragama. Sesuai dengan

pembahasan tentang tesis ini. Maka titik tolak dan dasar pemikiran yang

punulis pakai adalah pemikiran Hamka tentang ayat-ayat toleransi dan

kebebasan beragama dalam Al-Qur’an yang dijelaskan dalam kitab

karangan Hamka yaitu Tafsir Al-Azhar. Mengingat banyaknya ayat-ayat

tentang toleransi dan kebebasan beragama yang terdapat dalam Al-Qur’an,

maka dalam pembahasan ini penulis hanya menyampaikan beberapa ayat

saja yang berkaitan dengan masalah toleransi dan kebebasan bergama.

Adapun ayat-ayat yang berhubungan dengan toleransi dan kebebasan

beragama, antara lain:

1. Ayat-ayat Toleransi

a) Surah Al-Baqarah ayat 139 dan 213

ون ناف الله وهورب نا وربكم ولنا أعملنا ولكم أعملكم ونن له ملصون قل أتاج

Artinya: Katakanlah:"Apakah kamu memperdebatkan dengan kami tentang Allah, padahal Dia adalah Rabb Kami dan Rabb Kamu; bagi kami amalan kami, bagi kamu amalan kamu dan hanya kepada-Nya mengikhlaskan hati, (QS. Al-Baqarah ayat 139)

ين مبشرين ومنذرين وأنزل معهم الكتاب بالق كان الناس أمة واحدة ف ب عث الله النبي

ليحكم ب ين الناس فيما اخت لفوا فيه وما اخت لف فيه إلا الذين أوتوه من ب عد ماجآءت هم

ن هم ف هدى الله الذين ء امنوا لما اخت لفوا فيه من الق بإذنه والله ي هدي من الب ي نات ب غيا ب ي

Page 40: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

27

يشآء إل صراط مستقيم Artinya: Manusia itu adalah ummat yang satu. (Setelah timbul

perselisihan), maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang merekaperselisihkan itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus. (QS. Al-Baqarah ayat 213) b) Surah Al-a’raf ayat 199

خذ العفو وأمر بالعرف وأعرض عن الاهلين Artinya: Jadilah engkau pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang

ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh (QS. Al-A’raf

ayat 199).

c) Surah Al-Anfal ayat 61

وإن جنحوا للسلم فاجنح لا وت وكل على الله إنه هو السميع العليم

Artinya: Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah

kepadanya dan bertawwakallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah yang

Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Anfal ayat 61). d) Surah Yunus ayat 41

هم من لاي ؤمن به وربك أعلم هم من ي ؤمن به ومن بالمفسدين ومن

Artinya: Jika mereka mendustaka kamu, maka katakanlah:"Bagiku

pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu berlepas diri terhadap apa

yang aku kerjakan dan aku berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan

(QS. Yunus ayat 41).

Page 41: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

28

e) Surah An-Nahl ayat 125

هو أعلم ادع إل سبيل ربك بالكمة والموعظة السنة وجادلم بالت هي أحسن إن ربك

بن ضل عن سبيله وهو أعلم بالمهتدين Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan

pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Rabbmu Dia-lah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk (QS. An-Nahl ayat 125). f) Surah Al-Kahfi ayat 29

اط وقل الق من ربكم فمن شآء ف لي ؤمن ومن شآء ف ليكفر إنآ أعتدنا للظالمين نارا أح

جوه بئس الشراب وسآءت مرت فقابم سرادق ها وإن يستغيثوا ي غاثوا بآء كالمهل يشوي الو Artinya: Dan katakanlah:"Kebenaran itu datangnya dari Rabbmu; maka

barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek (QS. Al-Kahfi ayat 29). g) Surah Al-Hajj ayat 67

هدى لكل أمة جعلنا منسكا هم ناسكوه فلا ي نازعنك ف الأمر وادع إل ربك إنك لعلى

مستقيم Artinya: Bagi tiap-tiap umat telah Kami tetapkan syari'at tertentu yang

mereka lakukan, maka janganlah sekali-kali mereka membantah kamu dalam urusan (syari'at) ini dan serulah kepada (agama) Rabbmu. Sesungguhnya kamu benar-benar berada pada jalan yang lurus (QS. Al-Hajj ayat 67).

Page 42: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

29

h) Surah Al-Qashash ayat 77

ن يا وأحسن كمآأحسن الله إلي ار الأخرة ولات نس نصيبك من الد ك واب تغ فيمآءاتاك الله الد

دين ولات بغ الفساد ف الأرض إن الله لايب المفس Artinya: Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah

kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan (QS. Al-Qashash ayat 77). i) Surah Al-Hujurat ayat 11-12

من نسآء هم ولانسآء من ق وم عسى أن يكونوا خي را من يأي ها الذين ءامنوا لايسخر ق وم

عد سى أن يكن خي را من هن ولات لمزوا أنفسكم ولات ناب زوا بالألقاب بئس الإسم الفسوق ب ع

من ياأي ها الذين ءامنوا اجتنبوا كثيا ) ١١(الإيمان ومن ل ي تب فأولائك هم الظالمون

ولاتسسوا ولاي غتب ب عضكم ب عضا أيب أحدكم أن يأكل الظن إن ب عض الظن إث

رحيم )١٢(لم أخيه ميتا فكرهتموه وات قوا الله إن الله ت وابArtinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum

mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan)dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk.Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim, Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yaang lain.Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati. Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah.Sesungguhnya

Page 43: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

30

Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Hujurat ayat 11-12) j) Surah Al-Mumtahanah ayat 8-9

ين ول يرجوكم من دياركم أن ت ب روهم و هاكم الله عن الذين ل ي قاتلوكم ف الد ت قسطوا لاي ن

ها )٨(إليهم إن الله يب المقسطين ا ي ن ين وأخرجوكم إن كم الله عن الذين قات لوكم ف الد

م فأولئك هم الظالمون .من دياركم وظاهروا على إخراجكم أن ت ولوهم ومن ي ت ول

Artinya: Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil, Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (QS. Al-Mumtahanah ayat 8-9). 2. Ayat-ayat Kebebasan Beragama

a) Surat Al-Baqarah ayat 259

الرشد من الغي فمن يكفر بالطاغوت وي ؤمن بالله ف قد استم ين قد ت ب ين سك لآإكراه ف الد

.بالعروة الوث قى لا انفصام لا والله سميع عليم Artinya : Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam);

sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dari pada jalan yang salah. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Taghut dan beriman kepada Allah, maka sesunguhnya ia telah berpegang teguh kepada tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Baqarah: 256) b) Surat Yunus ayat 99

يعا أفأنت تكره الناس حت يكونوا مؤمنين ولو شآء ربك لأمن من ف الأرض كلهم جArtinya : Dan jikalau Rabbmu menghendaki, tentulah beriman semua

orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah ka(hendak) memaksa

Page 44: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

31

manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya.

(QS. Yunus: 99)

c). Surat Al-Kahfi ayat 29 من ربكم فمن شآء ف لي ؤمن ومن شآء ف ليكفر إنآ أعتدنا للظالمين نارا أحاط وقل الق

قا بم سرادق ها وإن يستغيثوا ي غاثوا بآء كالمهل يشوي الوجوه بئس الشراب وسآءت مرت ف Artinya : Dan katakanlah:"Kebenaran itu datangnya dari Rabbmu; maka

barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek. (QS. Al-Kahfi : 29)

d). Surat Al-An’am ayat 108

ة عملهم ولاتسبوا الذين يدعون من دون الله ف يسبوا الله عدوا بغي علم كذلك زي نا لكل أم

م مرجعهم ف ي نبئ هم با كانوا ي عملون ث إل رب

Artinya : Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jaidkan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Rabb mereka kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan. (QS. Al-An’am : 108)

e). Surat Asy Syura ayat 15

أمرت فلذلك فادع واستقم كمآ أمرت ولات تبع أهواءهم وقل ءامنت بآ أنزل الله من كتاب و

نكم الله يمع لأعدل ب ي ن نا وب ي نكم الله رب نا وربكم لنآأعمالنا ولكم أعمالكم لاحجة ب ي

ن نا وإليه المصي ب ي Artianya : Maka karena itu serulah (mereka kepada agama itu) dan

tetaplah sebagaimana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti

Page 45: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

32

hawa nafsu mereka dan katakanlah:"Aku beriman kepada semua Kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya berlaku adil di antara kamu.Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu.Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nyalah kembali (kita)". (QS. Asy Syura : 15)

f). Surat Al-Kafirun ayat 1-6

) ٣(ولآأنتم عابدون مآأعبد )٢(لآأعبد مات عبدون )١(قل ياأي ها الكافرون ولآأنا عابد

لكم دينكم ول دين )٥(ولآأنتم عابدون مآأعبد )٤(ماعبدت

Artinya : Katakanlah:"Hai orang-orang kafir!, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah, Dan kamu bukan penyembah Ilah yang aku sembah, Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Ilah yang aku sembah, Untukmulah agamamu, dan untukkulah agamaku (QS. Al-Kafirun : 1-6)

g). Surat Lukman ayat 15

ن يا وإن جاهداك على أن تشرك ب م هما ف الد اليس لك به علم فلا تطعهما وصاحب

معروفا واتبع سبيل من أناب إل ث إل مرجعكم فأن بئكم با كنتم ت عملون

Artinya : Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (QS. Luqman :15). B. Penelitian yang Relevan

Dalam sebuah penelitian, studi relevan adalah salah satu bagian

yang penting, karena dalam penelitian-penelitian memerlukan pengetahuan

atas penelitian terdahulu atau kepustakaan yang membahas topik serupa.

Hal ini dimaksudkan agar dapat memperjelas batasan dengan penelitian

sebelumnya. Sejauh ini kajian dan penelitian tentang toleransi beragama

telah banyak dilakukan oleh banyak kalangan baik itu dalam bentuk buku,

jurnal dan tesis. Diantara sebagian yang penulis kutip adalah:

Page 46: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

33

Al-Qur’an Kitab Toleransi: Inklusivisme, Pluralisme, dan

Multikulturalisme, karya Zuhairi Misrawi. Dalam buku ini, Zuhairi lebih

cendrung untuk mencoba memberikan pencerahan tafsir keagamaan yang

moderat sesuai dengan konteks dinamika zaman dengan sudut pandang

filsafat dan sosiologi, akan tetapi masih dalam khazanah Islam klasik.

Dengan menginventarisasi, mengumpulkan dalam beberapa tema kecil,

dan kemudian menafsirkan ayat-ayat tentang toleransi kemudian di

kontekstualisasikan dengan konteks ke Indonesia-an, agar mampu

menyelamatkan Al-Qur’an dari Ideologisasi dan fungsionalisasi ekstrim,

sehingga Al-Qur’an tetap menjadi kitab suci pembawa pesan kedamaian.52

Rahman Asri Pohan dalam bukunya berjudul toleransi inklusif,

menampak jejak sejarah kebebasan dalam piagam madinah. Dalam buku

ini beliu mengulas historisitas toleransi yang dibangun masyarakat Islam

pada masa awal terutama mengacu pada piagam madinah yang dipimpin

oleh Nabi untuk membentuk Negara yang aman, damai, serta toleran atar

sesama, baik itu dimensi kenegaraan dan politik yang dibangun dalam

Islam. Sehingga menjadi pedoman dalam tatanan kehidupan sosial

pragmatis.53

Sufa’at Mansur dalam bukunya Toleransi dalam Islam, menjelaskan

tentang pedoman dalam kehidupan bermasyarakat yang menjemuk dan

multicultural perspektif normative.Dengan menyajikan kasus_kasus

intoleransi yang kemudian pada bagian selanjutnya menjelaskan

bagaimana ayat-ayat Al-Qur’an berbicara terkait relasi dalam kehidupan

sosial.54

Mukhlis dalam dalam bukunya Inklusifisme Tafsir al-Azhar dalam

buku ini memberikan pemaparan tentang pluralisme agama dengan

menggunakan teori keberagamaan yang dikemukakan Komaruddin

52 Zuhari Misrawi, Al-Qur’an Kitab Toleransi: Inklusivisme, Pluralisme, dan Multikulturalisme, (Jakarta Selatan: Penerbit Fitrah, 2007), hal.19. 53 Rahmad Asri pohan, Toleransi Inklusif, Menapak Jejek Sejarah Kebebasan dalam Piagam Madinah, (Yogyakarta: KAUKABA, 2013), hal. 1. 54 Sufa’at Mansur, Toleransi dalam Islam, (Yogyakarta: Harapan Kita, 2012), hal iii-viii.

Page 47: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

34

Hidayat. Secara metodis buku ini mengarah kepada prinsip inklusifisme

dalam Tafsir al-Azhar mengenai pluralisme agama.55

Tulisan Muhammad Ridho Dinata dalam Jurnal Esensia berjudul

“Konsep Toleransi Beragama Dalam Tafsir Al-Qur’an Tematik Karya Tim

Departemen Agama Republik Indonesia”.Tulisan ini mengkaji sekaligus

menganalisis konsep Toleransi dalam tafsir tematik yang diterbitkan

Departemen Agama (Kementrian Agama). Ridho melakukan analisis

menggunakan teori A. Van Dijk.56

Kemudian ada juga tulisan dari Lely Nisvilyah yang menulis tentang

Toleransi Antar Umat Beragama dalam Memperkokoh Persatuan dan

Kesatuan Bangsa (Studi Kasus Umat Islam dan Kristen Dusun Segaran

Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto). Tulisan ini mengkaji tentang

nilai-nilai agama dan nilai budaya yang meliputi: nilai kemanusiaan, nilai

nasionalisme, nilai historis, nilai keteladanan tokoh masyarakat dan nilai

kesabaran. Penelitian beliau ini ditinjau dari toleransi beragama dan

toleransi sosialnya.57

Penelitian Rofiqah, Tesis, Kementrian Agama Pascasarjana

Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga Yogyakarta 2015. Berjudul

“Penanaman Sikap Toleransi Beragama dalam Pendidikan Agama Islam

(Studi Atas Agama Islam, Kristen, dan Katolik di SMK YPKK 2 Sleman

Yogyakarta). Tulisan ini mengkaji tentang bagaimana penanaman sikap

toleransi beragama dalam pendidikan agama Islam, Kristen, dan Katolik.

Penelitian ini mencoba mendiskripsikan metode dan strategi yang

digunakan pendidikan agama Islam, Kristen, dan Katolik dalam menanam

sikap toleransi beragama terhadap peserta didik di SMP YPKK 2 Sleman

Yogyakarta.58

55 Mukhlis, Inklusifisme Tafsir al-Azhar, (Mataram: IAIN Mataram Press, 2014), hal 18. 56 Muhammad Ridho Dinata, Konsep Toleransi Beragama Dalam Tafsir Al-Qur’an Tematik Karya Tim Departemen Agama Republik Indonesia, Esensia, Vol XIII No. 1 Januari 2012. 57 Lely Nisvilyah, Toleransi Antar Umat Beragama dalam Memperkokoh Persatuan dan Kesatuan Bangsa (Studi Kasus Umat Islam dan Kristen Dusun Segaran Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto), Jurnal, Kajian Moral dan Kewarganegaraan Nomor 1 Volume 2 Tahun 2013. 58 Rofiqah, “Penanaman Sikap Toleransi Beragama dalam Pendidikan Agama Islam (Studi

Page 48: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

35

Penelitian Nur Kholis, yang berjudul “Abdurrahman Wahid tentang

Toleransi Antar Umat Beragama dan Implementasi dalam Pendidikan

Agama Islam”. Beliau meneliti tentang konsep pemikiran toleransi Gus Dur

dan Implementasinya di dalam pendidikan agama Islam. Tulisan ini

mengkaji tentang konsep toleransi antar umat beragama dalam pendidikan

agama Islam dengan mengkaji teori-teori yang dituangkan oleh tokoh

Abdurrahman Wahid.59

Penelitian Syamsul Hadi, Tesis, program pascasarjana Universitas

Muhammadiyah Surakarta 2015. Berjudul “Abdurrahman Wahid Pemikiran

Tentang Kerukunan Antar Umat Beragama di Indonesia. Tulisan ini

mengkaji mengenai tentang pemikiran Abdurrahman Wahid tentang

kedudukan Islam, kehidupan kebangsaan Indonesia, dan hubungan antar

agama di Indonesia.60

Dari penelitian-penelitian yang penulis sebutkan diatas baik dari

buku, jurnal dan tesis, memiliki persamaan dalam penelitian yang akan

dilakukan oleh penulis yaitu sama-sama mengkaji tentang toleransi dan

kebebasan beragama. akan tetapi yang menjadi pembeda antara

penelitian-penelitian sebelumnya dengan penelitian penulis adalah disini

penulis lebih fokus terhadap pandangan Hamka terhadap toleransi dan

kebebasan beragama menurut kitab tafsirnya yang populer di indonesia

yaitu Tafsir al-Azhar. Serta penulis juga melihat bagaimana Hamka melihat

bentuk-bentuk toleransi yang tidak sesuai menurut pandangan beliau.

Atas Agama Islam, Kristen, dan Katolik di SMK YPKK 2 Sleman Yogyakarta), Tesis, Kementrian Agama Pascasarjana Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga Yogyakarta 2015. 59 Nur Kholis, Abdurrahman Wahid tentang Toleransi Antar Umat Beragama dan Implementasi dalam Pendidikan Agama Islam, Tesis Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga Yogyakarta 2014. 60 Syamsul Hadi, Abdurrahman Wahid Pemikiran Tentang Kerukunan Antar Umat Beragama di Indonesia, Tesis, program pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta 2015.

Page 49: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

36

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian (Metode Penelitian)

Penelitian ini pada dasarnya bersifat kualitatif yang berusaha

memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa dalam situasi tertentu

menurut perspektif penelitian sendiri. Penelitian kualitatif mengutamakan

penghayatan atau menafsirkan makna dalam suatu situasi atas objek

penelitian. Dalam hal ini, peneliti melakukan analisis objek penelitian

menggunakan metode analisis bahasa dan konsep. Analisis bahasa adalah

usaha untuk mengetahui arti sesungguhnya dari sesuatu atau usaha untuk

mengadakan interprestasi pendapat mengenai makna yang dimilikinya.

Sedangkan analisis konsep adalah analisis kata-kata atau istilah-istilah

yang menjadi kunci pokok yang mewakili suatu gagasan. Analisis bahasa

itu memberika interpretasi dari suatu pendapat, sedangkan analisis konsep

mengurai kata kunci yang menjadi sample konsep.61

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data denga tujuan dan kegunaan tertentu. Untuk mencapai

tujuan ilmiah, maka penelitian ini menggunakan penelitian kepustakaan

dengan berdasarkan pada kajian pustaka (Library research).62

Penelitian sebagai upaya untuk memperoleh kebenaran, harus

didasari oleh proses berfikir ilmiah yang dituangkan dalam metode ilmiah.

Kata metode berasal dari bahasa Yunani methodos, terdiri dari dua kata

yaitu meta (menuju, melalui, mengikuti) dan hodos (jalan, cara, arah). Arti

kata methodos adalah metode ilmiah yaitu cara melakukan sesuatu

menurut aturan tertentu. Arti kata methodos adalah metode ilmiah yaitu cara

melakukan sesuatu menurut aturan tertentu. Adapun metodologi berasal

dari kata metode dan logos, yang berarti ilmu yang membicarakan tentang

61 Imam Barnadib, Filsafat Pendidikan : Sistem dan Metode, (Yogyakarta: Andi Offset, 1994), hal. 23. 62 Husaini Usman & Purnomo S. Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, Cet. Ke-4 (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hal. 81.

Page 50: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

37

metode. Melihat dari pengertiannya, metode dapat dirumuskan suatu

proses atau prosedur yang sistematik berdasarkan prinsip dan teknik ilmiah

yang dipakai oleh disiplin (Ilmu) untuk mencapai suatu tujuan.63

Dapat dipahami bahwa penelitian merupakan upaya seseorang agar

mengetahui jawaban tentang masalah dengan cara sistematis dan ilmiah

yang berkaitan dengan asas, norma dan kenyataan yang akan diteliti.

Tanpa adanya penelitian, pengetahuan tidak akan bertambah maju.

Padahal pengetahuan adalah dasar semua tindakan dan usaha. Jadi

penelitian sebagai dasar untuk meningkatkan pengetahuan harus diadakan

agar meningkat pula pencapaian usaha-usaha manusia.64 Oleh karena itu

menjelaskan pendekatan penelitian yang akan digunakan adalah aspek

yang sangat penting dalam suatu penelitian, pendekatan penelitian yang

sesuai dengan tujuan penelitian akan mendukung kemudahan bagi

penelitian dalam menjalankan proses penelitian yang akan dijalankan.65

B. Jenis dan Sumber Data

Adapun Jenis data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian kepustakaan (Library research) dengan pendekatan kualitatif,

yaitu data yang berbentuk kalimat, kata atau gambar. Data kualitatif juga

dapat didefenisikan sebagai data yang berbentuk kategorisasi, karakteristik

berwujud pertanyaan atau kata-kata.66 Sedangkan sumber data dalam

penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh.67

Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat

menggunakan sumber primer dan sumber sekunder.68 Sumber data primer

adalah data literatur yang berkaitan langsung dengan topik pembahasan

63 Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Kencana, 2013), hal. 22. 64 Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,(Jakarta: Rineka Cipta, 2013), hal. 59. 65 Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan sosial (Kuantitatif dan Kualitatif) (GPPress: Jakarta, 2008), hal. 251. 66 Nanang Martono, Metode Penelitian Sosial: Konsep-Konsep Kunci, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2015), hal. 64. 67 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,(Jakarta: Rineka Cipta, 2013), hal. 172. 68 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2015), hal. 308.

Page 51: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

38

sedangkan data sekunder adalah data pendukung yang telah disusun,

dikembangkan, di olah kemudian tercatat dan memiliki hubungan dengan

pembahasan guna memudahkan proses penelitian.69

Adapun sumber data primer yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Tafsir karya Hamka yang berjudul Tafsir al-Azhar. Sedangkan data

sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berupa karya-karya yang

mempunyai relevansi dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis.

Bisa berbentuk buku, jurnal, maupun artikel-artikel. Khususnya karya-karya

dari Hamka yang berbicara tentang toleransi dan kebebasan beragama

dalam al-Qur’an dan lain sebagainya yang tentunya akan menjadi landasan

teori dan kerangka acuan guna menghasilkan pemahaman yang lebih

mendalam terhadap sosial kemasyarakatan dalam al-Qur’an dan

terwujudnya masyarakat yang toleran.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis

dalam penelitian,karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan

data. Tanpa pengetahuan teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak

akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.70

Dalam penelitian ini peneliti mengumpulkan data melalui Riset

Kepustakaan, maka peneliti juga menerapkan pengambilan data secara

langsung melalui hasil bacaan dengan cara mengumpulkan data sebanyak

mungkin guna memperkaya analisis serta mengumpulkan data-data akurat

dan mengutip buku-buku yang relevan dengan masalah yang peneliti teliti,

kemudian mengidentifikasi data-data tersebut sesuai dengan kebutuhan

peneliti, dengan melakukan beberapa langkah seperti mengumpulkan dan

menghimpun data dan informasi yang dikumpulkan dari literatur-literatur

seperti kitab-kitab dan buku-buku yang akan dibahas.

69 Juliansyah Noor, Op. Cit., hal. 137. 70 Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hal. 185.

Page 52: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

39

D. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja

dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan

yang dapat dikelola, mengsintesiskannya, mencari dan menemukan pola,

menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan

apa yang dapat diceritakannya kepada orang lain.71 Otaknya penelitian

kualitatif berada pada analisis data. Analisis data memerlukan daya kreasi

dan kemampuan intelektual yang tinggi. Menjadi sangat tidak berarti apa-

apa data yang banyak hasil dari lapangan apabila peneliti adalah orang

yang terbatas dalam kapasitas intelektualnya, ia terbatas dalam kapasitas

berfikir reflektif, kreatif dan analitik.72

Proses analisis data secara keseluruhan melibatkan usaha

memaknai data yang berupa teks atau gambar. Untuk itu, peneliti perlu

mempersiapkan data tersebut untuk dianalisis, melakukan analisis yang

berbeda, memperdalam pemahaman terhadap data tersebut, menyajikan

data dan membuat intepretasi makna yang lebih luas akan data tersebut.73

Adapun analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisa isi (Content Analysis). Dalam penelitian kualitatif, terutama dalam

strategi verifikasi kualitatif, teknik analisis data ini dianggap sebagai teknik

analisis data yang paling sering digunakan. Namun selain itu pula, teknik

analisis ini dipandang sebagai teknik analisis data yang paling umum.

Artinya, teknik ini adalah yang paling abstrak untuk menganalisis data-data

kualitatif.74

Analisis isi dapat muncul dari ketertarikan peneliti pada sebuah

simbol atau pesan yang ditampilkan di media massa. Secara umum,

analisis isi berupaya mengungkap berbagai informasi dibalik data yang

71 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), hal. 248. 72 Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2013), hal. 199. 73 Creswell, Jhon W, Research Design, terjemahan Achmad Fawaid, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), hal. 247. 74 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi, (Jakarta: Kencana, 2015), hal. 283.

Page 53: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

40

disajikan di media atau teks: artikel atau berita di koran, iklan, film dan

sebagainya. Analisis ini juga dapat digunakan dalam penelitian yang

bertujuan eksploratif, deskriptif dan eksplanatif. Tema analisis ini pun

sangat beragam, bahkan hampir semua penelitian dapat menggunakan

analisis isi asal sumber datanya tersedia dengan lengkap. Hasil penelitian

analisis isi memiliki dampak yang sangat luas bagi masyarakat serta

mampu memberikan informasi mengenai banyak hal yang selama ini tidak

menjadi perhatian masyarakat.75

Fungsi utama al-Qur’an adalah menjadi petunjuk untuk seluruh umat

manusia, petunjuk yang dimaksud adalah petunjuk agama, atau yang biasa

juga disebut sebagai syari’at. Dalam syari’at ditemukan sekian banyak

rambu-rambu jalan: ada yang berwarna merah yang berarti larangan; ada

pula yang berwarna kuning, yang memerlukan kehati-hatian; dan ada yang

berwarna hijau yang melambangkan kebolehan melanjutkan perjalanan.

Lampu merah tidak memperlambat seseorang sampai ke tujuan. Bahkan ia

merupakan faktor utama yang memelihara pejalan dari mara bahaya.

Demikian juga dengan lampu-lampu merah atau larangan-larangan

agama. 76 Artinya al-Qur’an berisikan pesan-pesan ataupun lambang-

lambang yang berfungsi memberikan petunjuk bagi manusia, termasuk di

dalamnya petunjuk tentang bagaimana menerapkan toleransi dalam

kehidupan beragama.

Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan

Content Analysis untuk menganalisis ayat-ayat yang berkenaan ataupun

berhubungan dengan toleransi dan kebebasan beragama, karena peneliti

menilai bahwa teknik analisis ini cocok untuk mengungkapkan pesan-pesan

yang disampaikan al-Qur’an kepada umat manusia melalui kitab tafsir karya

cendikiawan Indonesia yakni Hamka.

Dalam menganalisis pesan-pesan yang terdapat didalam al-Qur’an,

peneliti menggunakan beberapa langkah yaitu, menetapkan masalah yang

75 Nanang Martono, Op. Cit., hal. 22-23. 76 M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 2013), hal, 37.

Page 54: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

41

akan dibahas, dalam tesis ini peneliti menggunakan dua tema yaitu

Toleransi dan Kebebasan Beragama. Selanjutnya peneliti melacak dan

menghimpun masalah yang dibahas tersebut dengan menghimpun ayat-

ayat al-Qur’an yang membicarakannya, kemudian menata ayat-ayat

tersebut secara kronologis, (sebab turunnya), mendahulukan ayat

makkiyah dari madaniyah, dan disertai pengetahuan tentang latar belakang

turunnya ayat (asbab al-nuzul). al-Qur’an sebagai petunjuk diturunkan

demikian rupa agar mudah dipahami dan ringan diamalkan oleh orang-

orang yang beriman. Untuk kepentingan itulah al-Qur’an diturunkan secara

evolusioner dan tercicil sedikit demi sedikit, dalam waktu yang cukup

panjang dengan maksud supaya benar-benar mudah dihayati oleh

siapapun yang menerimanya. Proses penurunan al-Qur’an tampak didesain

sedemikian rupa sehingga benar-benar sesuai dengan kebutuhan manusia

dalam memecahkan problema yang muncul pada waktu itu dan untuk

dikenang seterusnya. Latar belakang dan situasi penurunan al-Qur’an inilah

pada intinya yang mendorong para ahli ilmu-ilmu al-Qur’an berkereasi untuk

melakukan penalaran terhadapnya dengan merangkainya menjadi teori

keilmuan yang kemudian dikenal dengan sebutan ilmu Asbab al-Nuzul.77

Itulah mengapa ilmu ini sangat penting dalam membantu proses penggalian

makna-makna al-Qur’an.

Menurut Al-Zarqoni Asbab Al-Nuzul adalah hal khusus atau sesuatu

yang terjadi serta hubungan dengan al-Qur’an yang berfungsi sebagai

penjelas hukum pada saat peristiwa itu terjadi.” 78 Sedangkan menurut

Mana’ Al-Qatthan Asbab Al-Nuzul adalah peristiwa-peristiwa yang

menyebabkan turunnya Al-Qur’an, berkenaan dengannya waktu peristiwa

itu terjadi, baik berupa suatu kejadian atau berupa pertanyaan yang

diajukan kepada Nabi.”79

77 M. Amin Suma, Ulumul Qur’an. (Jakarta: Rajawalipress, 2014), hal. 209-210. 78 Abdul Azhim Al-Zarqoni, Manahil Al-Irfan fi Ulm Al-Qur’an, (Beirut: Dar al-Kitab al-‘Arabi,1995), Jilid I, hal. 89. 79 Manna’ Al-Qatthan , Mabahits fi Ulum Al-Qur’an, (Kairo: Maktabah Wahbah, 1995), hal. 74.

Page 55: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

42

Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa Asbab Al-Nuzul adalah

segala sesuatu yang menjadikan sebab turunnya suatu ayat Al-Qur’an, baik

untuk mengomentari, menjawab ataupun menerangkan hukum, pada saat

sesuatu itu terjadi. Selain itu Asbab Al-Nuzul adalah peristiwa yang terjadi

pada zaman Rasulullah SAW. Oleh karena itu tidak boleh ada jalan lain

untuk mengetahuinya selain berdasarkan periwayatan yang benar (Naql Al-

Shohih) dari orang-orang yang melihat dan mendengar langsung turunnya

ayat Al-Qur’an.80

Al-Wahidi berpendapat bahwa tidak akan mungkin bisa menafsirkan

ayat Al-Qur’an dan mengetahui maknanya, tanpa mengetahui kisah dan

sebab turunnya,81 hal ini senada dengan pendapat Al-Suyuthi. Di samping

itu ia juga menyertakan pendapat Ibnu Taimiyah yang mengatakan bahwa

penguasaan Asbab Al-Nuzul merupakan unsur penentu dalam memahami

sebuah ayat, karena sesungguhnya pengetahuan tentang “sebab” akan

melahirkan pengetahuan tentang “akibat”.82

Al-Zarqoni dan Al-Suyuthi mensinyalir adanya kalangan yang

berpendapat bahwa mengetahui Asbab Al-Nuzul merupakan hal yang sia-

sia dalam memahami al-Qur’an. Mereka beranggapan bahwa mencoba

memahami Al-Qur’an dengan meletakkannya dalam kontek historis itu

sama halnya dengan membatasi pesan-pesan pada ruang dan waktu

tertentu.83

Untuk lebih terperinci, para Ulama menyebutkan beberapa manfaat

Asbab Al-Nuzul. antara lain;

1. Mengkhususkan hukum yang terkandung dalam ayat Al-Qur’an bagi

ulama yang berpendapat bahwa yang menjadi pegangan adalah

sebab yang bersifat khusus (Khusus Al-Sabab) dan bukan lafadz

yang bersifat umum, seperti dalam pemulaan (QS. Al-Mujadalah)

80 Al-Zarqoni, Op. Cit., hal. 95. 81 Abi al-Hasan Ali bin Ahmad bin Muhammad bin Ali Al-Wahidi, Asbab An-Nuzul, (Saudi Arabia: Dar al-Maiman, 2005), hal. 41. 82 Jalaluddin Al-Suyuthi, Al-Itqon fi Ulum Al-Qur’an, (Beirut: Muassasah Risalah, 2008), hal. 71. 83 Rosihon Anwar, ‘Ulum Al-Qur’an, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), hal. 62.

Page 56: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

43

2. Mengatasi keraguan ayat yang diduga mengandung pengertian

umum, seperti dalam (QS. Al-Anam: 145)

3. Mengidentifikasikan pelaku yang menyebabkan turunnya turunnya

ayat Al-Qur’an, seperti dalam (QS. Al-Ahqof: 17)

4. Membantu dalam memahami sekaligus mengatasi ketidakpastian

dalam menangkap pesan-pesan Al-Qur’an, seperti dalam (QS. Al-

Baqarah: 115).84

Pada tahapan selanjutnya. Peneliti menyusun runtutan ayat-ayat al-

Qur’an sesuai dengan masa turunnya dan memahami korelasi

(Munasabah) ayat-ayat tersebut dalam surahnya masing-masing. Korelasi

ayat dan surat al-Qur’an yang termasuk bidang kajian ilmu Munasabah

merupakan salah satu diskursus yang sempat menyita perhatian sejumlah

pakar dalam lintasan perkembangan sejarah studi al-Qur’an, mulai dari

yang klasik hingga modern-kontemporer, karena ia mempunyai peran yang

sangat penting dalam memahami konteks redaksional al-Qur’an. Hal ini

terindikasi ketika suatu ayat atau surat diturunkan tanpa diiringi oleh Asbab

al-Nuzul-nya, atau ada Asbab al-Nuzul-nya tetapi belum mengantarkan

pada kejelasan makna ayat atau surat yang dimaksud. Oleh karena itu,

dengan adanya wawasan pengetahuan dan pemahaman tentang korelasi

ini dapat membantu memperjelas konteks redaksional ayat atau surat

tersebut.85

Munasabah dari segi bahasa bermakna kedekatan.86 Sedangkan

secara terminologis definisi yang beragam muncul dari kalangan para

ulama terkait dengan ilmu Munasabah ini. Imam al-Zarkasyi salah satunya,

memaknai Munasabah sebagai ilmu yang mengaitkan pada bagian-bagian

permulaan ayat dan akhirnya, mengaitkan lafal-lafal umum dan lafal lafal

khusus, atau hubungan antar ayat yang terkait dengan sebab akibat, illat

84 Al-Zarqoni, Op. Cit., hal. 91-94. 85 Ahmad Syukri Saleh, Korelasi Ayat dan Surat, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2014), hal. 1-2. 86 M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, (Tanggerang: Lentera Hati, 2013), hal. 243.

Page 57: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

44

dan ma’lul, kemiripan ayat pertentangan (ta’arudh).87

Menurut Imam al-Suyuti, sekurang-kurangnya ada tujuh macam

Munasabah Al-Qur’an, yaitu :

1. Munasabah antara surat yang satu dengan surat sebelumnya;

2. Munasabah antara nama surat dengan tujuan turunnya;

3. Munasabah antara satu kalimat dengan kalimat lainnya dalam satu

ayat;

4. Munasabah antara satu ayat dengan ayat lainnya dalam satu surat;

5. Munasabah antara kalimat penutup ayat (fasilah) dengan kandungan

ayatnya;

6. Munasabah antara awal uraian dengan akhir uraian suatu surat, dan

7. Munasabah antara penutup satu surat dengan awal surat

berikutnya.88

Para ulama menjelaskan bahwa pengetahuan tentang Munasabah

bersifat ijtihadi. Artinya, pengetahuan tentangnya ditetapkan berdasarkan

ijtihad karena tidak ditemukan riwayat, baik dari Nabi maupun para

sahabatnya. Oleh karena itu tidak ada keharusan mencari Munasabah pada

setiap ayat. Alasannya Al-Quran diturunkan secara berangsur-angsur

mengikuti berbagai kejadian dan peristiwa yang ada. Oleh sebab itu,

terkadang mufassir menemukan keterkaitan suatu ayat dengan yang

lainnya dan terkadang tidak. Ketika tidak menemukan keterkaitan itu, ia

tidak diperkenankan memaksakan diri.89

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah langkah-langkah untuk

mencari Munasabah. Berikut ini adalah langkah-langkah yang biasa

ditempuh oleh ahli tafsir mutaakhirin dan dipandang dapat memudahkan

mencari Munasabah, yaitu:

1. Memperhatikan tujuan yang dibahas dalam surat.

87 Badr al-Din Muhammad bin Abdullah al-Zarkasyi, al Burhan fi ulum Al-Qur’an, (Kairo: Dar al-Turats, 1957), hal. 35. 88 Nawir Yuslem, Ulumul Qur’an (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2010), hal.37. 89 Rosihon Anwar, Op. Cit., hal. 83.

Page 58: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

45

2. Memperhatikan uraian-uraian dari ayat-ayat sesuai dengan tujuan

yang dibahas dalam surat.

3. Menentukan tingkat uraian-uraian itu; apakah ada hubungannya atau

tidak ada.

4. Ketika menarik kesimpulan dari uraian-uraian tersebut harus

memperhatikan ungkapan bahasanya dengan benar dan tidak

berlebih-lebihan.90

Setelah memahami korelasi ayat, peneliti menyusun pembahasan

dalam kerangka yang sempurna, sistematis dan utuh kemudian melengkapi

penjelasan ayat dengan hadits, riwayat sahabat, dan lain-lain yang relevan

bila dipandang perlu sehingga pembahasan menjadi semakin sempurna

dan semakin jelas. sehingga kesemuanya bertemu dalam suatu muara

tanpa perbedaan atau pemaksaan sehingga lahir satu kesimpulan tentang

pandangan Hamka dalam kitab Tafsir Al-Azhar-nya menyangkut tema yang

peneliti bahas.

E. Verifikasi Data

Tahap ini merupakan tahap penarikan kesimpulan dari semua

data yang telah diperoleh sebagai hasil dari penelitian. Penarikan

kesimpulan atau verifikasi adalah usaha untuk mencari atau memahami

makna/arti, keteraturan, pola-pola, penjelasan, alur sebab akibat atau

proposisi. Menarik kesimpulan penelitian selalu harus mendasarkan diri

atas semua data yang diperoleh dalam kegiatan penelitian. Dengan kata

lain, penarikan kesimpulan harus didasarkan atas data, bukan atas angan-

angan atau keinginan peneliti. Adalah salah besar apabila kelompok peneliti

membuat suatu kesimpulan yang bertujuan menyenangkan hati pemesan

dengan cara memanipulasi data.91

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab

rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak,

90 Nawir Yuslem, Op. Cit., hal. 45. 91 Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), hal. 385.

Page 59: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

46

karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah

dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang

setelah peneliti berada dilapangan. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif

adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.

Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang

sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti

menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau

teori.92

F. Sistematika Penulisan

Agar lebih mudah memahami Tesis ini serta penulisannya lebih

sistematis, maka penulis membaginya menjadi beberapa bab sebagai

berikut:

Bab Pertama, merupakan pendahuluan dalam bab ini yang meliputi:

latar belakang masalah, rumusan masalah, fokus penelitian, tujuan dan

kegunaan penelitian.

Bab Kedua, menjelaskan tentang landasan teori dan penelitian

relevan, 1. Toleransi, 2. Kebebasan beragama, 3. Toleransi beragama.

Bab Ketiga, menjelaskan tentang metodologi penelitian, 1.

Pendekatan penelitian, 2. Jenis dan sumber data, 3. Tekhnik pengumpulan

data, 4. Tekhnik dan analisis data, 5. Verifikasi data, 6. Sistematika

penulisan, 7. Rencana dan waktu penelitian.

Bab Keempat, merupakan pembahasan inti yaitu melihat biografi

Hamka, penafsiran Hamka tentang ayat-ayat toleransi dan kebebasan

beragama dalam kitab Tafsir al-Azhar. Serta menganalisis penafsiran

Hamka dan melihat Batasan toleransi dan kebebasan beragama menurut

Hamka dalam kitab Tafsirnya.

Bab Kelima, adalah bab terakhir atau penutup dari penelitian atau

penulisan tesis ini yang meliputi: kesimpulan akhir, saran-saran penulis

92 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2015), hal. 99.

Page 60: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

47

tentang segala pembahasan di atas, serta kata penutup yang mengakhiri

penelitian.

G. Rencana dan Waktu Penelitian

NO KEGIATAN

Bulan/Tahun 2019

Maret April Juni Juli Agustus

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Studi Pendahuluan (Grand

Tour) X X X

2 Pengajuan Judul Proposal X X X

4 Pembuatan Proposal X X X

5 Seminar Proposal X

6 Revisi Draf Proposal X X X

7 Pengesahaan Riset

Penelitian X

Page 61: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

48

BAB IV

HAMKA DAN BANGUNAN PEMIKIRAN

TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA HAMKA

DALAM TAFSIR AL-AZHAR

A. Hamka dan Penafsirannya

1. Biografi Hamka

Berbicara soal Islam, Indonesia adalah salah satu negara yang

masyarakatnya mayoritas beragama Islam membutuhkan pemahaman

atau penafsiran mengenai ayat-ayat al-Qur’an yang akan digunakan

sebagai pedoman hidup masyarakat muslim yang ada di Indonesia. Salah

satu tokoh mufassir al-Qur’an di Indonesia yang terkenal adalah Prof. Dr.

Hamka. Kitab tafsirnya diterbitkan pada tahun 80-an yang bernama tafsir

al-Azhar.93 Adapun yang menarik di sini bahwa penulisan al-Azhar berasal

dari ceramah kuliah subuh yang disampaikan Hamka di masjid Agung al-

Azhar sejak tahun1959.94

Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau biasa dikenal dengan Hamka

adalah seorang sastrawan Indonesia, ulama, aktivis politik. Gelar Buya

yang diberikan kepadanya, sebuah panggilan buat orang minangkabau

yang berasal dari kata abi atau abuya yang dalam Bahasa Arab berarti

ayahku, atau seorang yang dihormati.95 Hamka lahir di sungai batang,

Maninjau sumatera Barat pada hari Ahad, tanggal 17 februari 1908 M.

bertepatan dengan 13 Muharam 1326 H. Ia lahir dari kalangan keluarga

yang taat agama. Ayahnya adalah Haji Abdul Karim Amarullah atau sering

disebut Haji Rasul bin Syeikh Muhammad Amarullah bin Tuanku Abdullah

Saleh. Ayahnya dikenal sebagai pelopor Gerakan Islah (tajdîd) di

93 Moh. Masrur, M.Ag, Metode Penulisan Tafsir al-Qur‟an di Nusantara, (CV. Karya Abadi Jaya, Semarang, 2015), hal. 82. 94 Hasani Ahmad Said, MA, Diskursus Munasabah al-Qur‟an dalam Tafsir al-Mishbah, (AMZAH, Jakarta 2015), hal. 132. 95 Badiatul Roziqin, Badiatul Muchlisin Asti, Junaidi Abdul Manaf, 101 Jejak Tokoh Islam Indonesia,(e-Nusantara, Yogyakarta, 2009), hal. 188

Page 62: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

49

minangkabau sekembalinya dari Makkah tahun 1906.96 Sedangkan

ibundanya bernama Siti Shafiyah Tanjung binti Bagindo Nan Batuah (H.

Zakaria, yang meninggal pada tahun 1943. Dari geneologis ini dapat

dikerahui, bahwa ia berasal dari keturunan yang taat beragama dan

memiliki hubungan dengan generasi pembaharu Islam di Minangkabau

pada abad XVIII dan awal abad XIX. Ia lahir dalam struktur masyarakat

Minangkabau yang menganut system matrilineal. Oleh karena itu, dalam

silsilah Minangkabau ia berasal dari suku Tanjung, sebagaimana suku

ibunya.97

Sejak kecil, Hamka menerima dasar-dasar agama dan membaca al-

Qur’an langsung dari ayahnya. Ketika usia 6 tahun tepatnya pada tahun

1914, ia dibawa ayahnya ke padang. Pada usia 7 tahun, ia kemudian

dimasukkan ke sekolah dasar yang hanya dienyamnya selama 3 tahun,

karena kenakalannya ia dikeluarkan dari sekolah. Pengetahuan agama,

banyak ia peroleh dengan belajar sendiri (autodidak).98 Hamka lebih banyak

belajar sendiri dan melakukan penyelidikan meliputi berbagai bidang ilmu

pengetahuan seperti falsafah, kesastraan, sejarah, sosiologi, dan politik,

sama ada Islam ataupun Barat.

Ketika usia Hamka mencapai 10 tahun, ayahnya mendirikan dan

mengembangkan Sumatera Thawalib di Padang Panjang. Ditempat itulah

Hamka mempelajari ilmu agama dan mendalami ilmu Bahasa arab.

Sumatera Thawalib adalah sebuah sekolah dan perguruan tinggi yang

mengusahakan dan memajukan macam-macam pengetahuan berkaitan

dengan Islam yang membawa kebaikan dan kemajuan di dunia dan akhirat.

Awalnya sumatera Thawalib adalah sebuah organisasi atau perkumpulan

murid-murid atau pelajar mengaji di surau Jembatan Besi Padang Panjang

dan surau Parabek Bukittinggi, Sumatera Barat. Namun dalam

96 Badiatul Roziqin, Badiatul Muchlisin Asti, Junaidi Abdul Manaf, 101 Jejak Tokoh Islam Indonesia,(e-Nusantara, Yogyakarta, 2009), hal. 188 97 Samsul Nizar, Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan Pemikiran Hamka tentang Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), hal. 15-18 98 Hamka, Kenang-kenangan Hidup (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), jilid I, hal. 46

Page 63: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

50

perkembangannya, Sumatera Thawalib langsung bergerak dalam bidang

Pendidikan dengan mendirikan sekolah dan perguruan yang mengubah

pengajian surau menjadi sekolah berkelas.99

Secara formal, Pendidikan yang ditempuh Hamka tidaklah tinggi.

Pada usia 8-15 tahun, ia mulai belajar agama disekolah Diniyyah School

dan Sumatera Thawalib di Padang Panjang dan Parabek. Diantara guru-

gurunya adalah Syekh Ibrahim Musa Parabek, Engku Mudo Abdul Hamid,

Sutan Marajo dan Zainuddin Labay el-Yunusy. Keadaan saat itu di Padang

Panjang ramai dengan penuntut ilmu agama Islam, di bawah pimpinan

ayahnya sendiri.100 Pelaksanaan Pendidikan waktu itu masih bersifat

tradisional dengan menggunakan sistem halaqah.101 Pada tahun 1916,

sistem klasik baru diperkenalkan di sumatera Thawalib Jembatan Besi.

Hanya saja, pada saat itu sistem klasikal yang diperkenalkan belum

memiliki bangku, meja, kapur dan papan tulis. Materi Pendidikan masih

berorientasi pada pengajian kitab-kitab klasik, seperti nahwu, Sharaf,

manthiq, bayan, fiqh, dan yang sejenisnya. Pendekatan Pendidikan

dilakukan dengan menekankan kepada aspek hafalan. Pada waktu itu,

sistem hafalan merupakan cara yang paling efektif bagi pelaksanaan

Pendidikan.102

Meskipun kepadanya diajarkan membaca dan menulis huruf arab

dan latin, akan tetapi yang lebih diutamakan adalah mempelajari dengan

membaca kitab-kitab arab klasik dengan standar buku-buku pelajaran

sekolah agama rendah di Mesir. Pendekatan pelaksanaan Pendidikan

tersebut tidak diiringi dengan belajar menulis secara maksimal. Akibatnya

banyak diantara teman-teman Hamka yang fasih membaca kitab, akan

tetapi tidak bisa menulis dengan baik. Meskipun tidak puas dengan sistem

99 Badiatul Roziqin, 101 Jejak Tokoh Islam Indonesia (Yogyakarta: e-Nusantara, 2009), hal. 53 100 Badiatul Roziqin, Badiatul Muchlisin Asti, Junaidi Abdul Manaf, 101 Jejak Tokoh Islam Indonesia, e-Nusantara, Yogyakarta, 2009, h. 189 101 Samsul Nizar, Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan Pemikiran Hamka tentang Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), hal. 21 102 Samsul Nizar, Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan Pemikiran Hamka tentang Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), hal. 21

Page 64: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

51

Pendidikan pada waktu itu , namun ia tetap mengikuti dengan seksama. Di

antara metode yang digunakan guru-gurunya, hanya metode Pendidikan

yang digunakan Engku Zainuddin Labay el-Yunusy yang menarik hatinya.

Pendekatang yang dilakukan Engku Zainuddin, bukan hanya mengajar

(transfer of knowledge), akan tetapi juga melakukan proses mendidik

(transformation of value). Melalui Diniyyah School Padang Panjang yang

didirikannya, ia telah memperkenalkannya bentuk Lembaga Pendidikan

Islam modern dengan menyusun kurikulum Pendidikan klasik dengan

menyediakan kursi dan bangku/ tempat duduk siswa, menggunakan buku-

buku di luar kitab standar, serta memberikan ilmu-ilmu umum seperti,

Bahasa, matematika, sejarah, dan ilmu bumi.103

Rajin membaca membuat Hamka semakin kurang puas dengan

pelaksanaan pedidikan yang ada. Kegelisahan intelektual yang dialaminya

telah menyebabkan ia berhasrat untuk merantau guna menambah

wawasannya. Oleh karenanya, Diusia yang masih sangat muda Hamka

telah melang-lang buana, tatkala usianya masih 16 tahun (pada tahun

1924), ia sudah meninggalkan Minangkabau, menuju jawa. Di Yogyakarta.

Ia tinggal Bersama adik ayahnya, Ja’far Amrullah. Ia berkenalan dan

menimba ilmu pergerakan kepada para aktivis, seperti Haji Oemar Said

Tjokroaminoto (Sarekat Islam) Ki Bagus Hadi Kusumo (Ketua

Muhammadiyah), K.H. Fakhrudin, dan RM soerjo Pranoto. Hamka bersama

dengan kaum muda aktivis, ikut kursus tentang pergerakan. Beberapa

bulam kemudia ia pergi ke pekalongan A.R Sutan Mansur, tokoh

Muhammadiyah Pekalongan yang juga kakak iparnya. Di sini Hamka

berkenalan lebih jauh dengan para tokoh Muhammadiyah di kota batik itu.

Pertengahan tahun 1925, Hamka kembali ke Padang Panjang dan ikut

mendirikan tablig Muhammadiyah di rumah ayahnya.104

Berbekal pengetahuan yang telah diperolehnya, dan dengan

103 Samsul Nizar, Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan Pemikiran Hamka tentang Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), hal. 22 104 Herry Mohammad, dkk, Tokoh-Tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20, (Gema Insani Press, Jakarta), hal. 61

Page 65: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

52

maksud ingin memperkenalkan semangat modernis tentang wawasan

Islam, ia pun membuka kursus pidato di Padang Panjang. Hasil kumpulan

pidato ini kemudian ia cetak dalam sebuah buku dengan judul Khatib Al-

Ummah. Selain itu, Hamka banyak menulis pada majalah seruan Islam, dan

menjadi koresponden di harian Pelita Andalas. Hamka juga diminta untuk

membantu pada harian Bintang Islam dan suara Muhammadiyah di

Yogyakarta. Berkat kepiawaian Hamka dalam menulis, akhirnya ia diangkat

sebagai pemimpin majalah Kemajuan Zaman.105

Dengan kemahiran bahasa arabnya yang tinggi, beliau dapat

menyelidiki karya ulama dan pujangga besar di timur tengah seperti Zaki

Mubarak, Jurji Zaidan, Abbas Al-‘Aqqad, Mustafa Al-Manfaluti dan Hussein

Haikal. Melalui Bahasa arab juga, beliau meneliti karya sarjana Perancis,

Inggris, Jerman seperti Albert Camus, Wiliam James, Freud, Toynbee, Jean

Sastre, Karl Marx dan Pierre Loti. Hamka juga rajin membaca dan bertukar

fikiran dengan tokoh-tokoh terkenal Jakarta seperti HOS Chakroaminoto,

Raden Mas Surjoparonoto, Haji Fakrudin, Ar Sutan Mansur dan Ki Bagus

Hadikusumo sambal mengasah bakatnya sehingga menjadi seorang

pemidato yang handal.106 Hamka juga aktif dalam gerakan Islam melalui

pertumbuhan Muhammadiyah. Beliau menyertai pertumbuhan itu mulai

tahun 1925 bagi menentang khurafat, bid’ah, tarekat dan kebatinan sesat

di Padang Panjang. Mulai tahun 1928, beliau mengetahui cawangan

Muhammadiyah di Padang Panjang. Pada tahun 1929, Hamka mendirikan

pusat latihan pendakwah Muhammadiyah di Makassar.107

Hamka menikah diusia yang masih tergolong muda, ia menikah pada

tanggal 29 April 1929, saat ia masih berusia 22 tahun sedang istrinya Siti

Raham Binti Endah Sutan berusia 15 tahun.108

105 Herry Mohammad, Tokoh-Tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20, (Jakarta: Gema Islami, 2006), h. 62 106 Biografi Hamka, dalam Kumpulan Buku Islami Karya Hamka, di akses pada tanggal 10 semptember 2019 107 Ibid, Biografi Hamka, dalam Kumpulan Buku Islami Karya Hamka, di akses pada tanggal 10 semptember 2019 108 Hamka, Tafsir al-Azhar, (Gema Insani, Jakarta, 2015), hal. xii

Page 66: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

53

Dua tahun setelah kembali dari Jawa tepatnya pada tahun 1927

Hamka menunaikan ibadah Haji. Kesempatan ibadah haji itu ia menfaatkan

untuk memperluas pergaulan dan bekerja. Selama enam bulan ia bekerja

di bidang percetakan di Mekkah. Ada pengalaman menarik ketika Hamka

berada di Mekkah. Di Tanah Suci ini dia bertemu dengan Haji Agus Salim.

Hamka sempat meminta nasihatnya untuk menuntut ilmu dan bermukim di

Makkah.109

Sekembalinya dari Mekkah, ia tidak langsung pulang ke

Minangkabau, akan tetapi singgah di Medan untuk beberapa waktu

lamanya. Di Medan inilah peran Hamka sebagai intelektual mulai terbentuk.

Hal tersebut bisa diketahui dari kesaksian Rusydi Hamka, salah seorang

puteranya: “Bagi Hamka, Medan adalah sebuah kota yang penuh dengan

kenangan. Dari kota ini ia mulai melangkahkan kakinya menjadi seorang

pengarang yang melahirkan sejumlah novel dan buku-buku agama, filsafat,

tasawuf, dan lain-lain. Disini pula ia memperoleh sukses sebagai wartawan

dengan pedoman masyarakat. Tapi disini pula, ia mengalami kejatuhan

yang sangat menyakitkan, hingga bekas-bekas luka yang membuat ia

meninggalkan kota ini menjadi salah satu pupuk yang menumbuhkan

pribadinya di belakang hari”.

Di Medan ia mendapat tawaran dari Haji Asbiran Ya’kub dan

Muhammad Rasami, bekas sekretaris Muhammadiyah. Meskipun

mendapatkan banyak rintangan dan kritikan, sampai tahun 1938 peredaran

majalah ini berkembang cukup pesat, bahkan oplahnya mencapai 4000

eksemplar setiap penerbitnya. Namun ketika jepang datang, kondisinya jadi

lain. Pedoman masyarakat dibredel, aktifitas masyarakat diawasi, dan

bendera merah putih dilarang dikibarkan. Kebijakan jepang yang merugikan

tersebut tidak membuat perhatiannya untuk mencerdaskan bangsa luntur,

terutama melalui dunia Jurnalistik. Pada masa pendudukan jepang, ia

masih sempat menerbitkan majalah Semangat Islam. Namun kehadiran

109 Sulaiman Al-Kumayi, Kearifan Spritual dari Hamka Ke Aa Gym, (Pustaka Nun, Semarang), hal. 25

Page 67: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

54

majalah ini tidak bisa menggantikan kedudukan majalah Pedoman

Masyarakat yang telah melekat di hati rakyat. Di tengah-tengah

kekecewaan masa terhadap kebijakan Jepang, ia memperoleh kedudukan

yang istimewa dari pemerintah jepang sebagai anggota Syu Sangi Kai atau

Dewan Perwakilan Rakyat pada tahun 1944. Sikap Kompromistis dan

kedudukannya sebagai “anak emas” Jepang telah menyebabkan Hamka

terkucil, dibenci dan dipandang sinis oleh masyarakat. Kondisi yang tidak

menggantungkan ini membuatnya meninggalkan Medan dan kembali ke

Padang Panjang pada tahun 1945.110

Seolah tidak puas dengan berbagai upaya pembaharuan Pendidikan

yang telah dilakukannya di Minangkabau, ia kemudian mendirikan sekolah

dengan nama Tabligh School. Sekolah ini didirikan untuk mencetak

mubaligh Islam dengan lama Pendidikan dua tahun. Akan tetapi, sekolah

ini tidak bertahan lama karena masalah operasional, Hamka ditugaskan

oleh Muhammadiyah ke Sulawesi Selatan. Dan baru pada konggres

Muhammadiyah ke-11 yang digelar di Maninjau, maka di putuskan untuk

melanjutkan sekolah Tabligh School ini dengan mengganti nama menjadi

Kulliyatul Muballighin dengan lama belajar tiga tahun. Tujuan Lembaga ini

pun tidak jauh berbeda dengan Tabligh School, yaitu menyiapkan Mubaligh

yang sanggup melaksanakan dakwah dan menjadi khatib, mempersiapkan

guru sekolah menengah tingkat Tsanawiyah, serta membentuk kader-kader

pimpinan Muhammadiyah dan pimpinan masyarakat pada umumnya.111

Hamka merupakan koresponden di banyak majalah dan seorang

yang amat produktif dalam berkarya. Hal ini sesuai dengan penilaian

Andries Tew, seorang guru besar Universitas Leiden dalam bukunya yang

berjudul Modern Indonesia Literature I. Menurutnya, sebagai pengarang,

Hamka adalah penulis yang paling banyak tulisannya, yaitu tulisan yang

bernafaskan Islam berbentuk sastra. Untuk menghargai jasa-jasanya dalam

110 Herry Mohammad, Tokoh-Tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20, (Jakarta: Gema Islami, 2006), hal. 62 111 A. Susanto, Pemikiran Pendidikan Islam (Jakarta: Amzah, 2009), hal. 102

Page 68: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

55

penyiaran Islam dengan Bahasa Indonesia yang indah itu, maka pada

permulaan tahun 1959 Majelis Tinggi Universitas al-Azhar Kairo

memberikan gelar Ustaziyah Fakhiriyah (Doctor Honoris causa) kepad

Hamka. sejak itu ia menyandang titel “Dr” di pangkal Namanya. Kemudia

pada 6 Juni 1974, kembali ia memperoleh gelar kehormatan tersebut dari

Universitas Kebangsaan Malasyia pada bidang kesusastraan, serta gelar

Professor dari Universitas Prof. Dr. Moestopo. Kesemuanya ini diperoleh

berkat ketekunannya yang tanpa mengenal putus asa untuk senantiasa

memperdalam ilmu pengetahuan.112

Secara kronologis, karir Hamka yang tersirat dalam perjalanan

hidupnya adalah sebagai berikut:

1. Pada tahun 1927 Hamka memulai karirnya sebagai guru Agama di

Perkebunan Medan dan guru Agama di Padang Panjang.

2. Pendiri sekolah Tabligh School, yang kemudian diganti Namanya

menjadi Kulliyatul Muballighin (1934-1935). Tujuan Lembaga ini adalah

menyiapkan mubaligh yang sanggub melaksanakan dakwah dan

menjadi khatib, mempersiapkan guru sekolah menengah tingkat

Tsanawiyah, serta membentuk kader-kader pimpinan Muhammadiyah

dan pimpinan masyarakat pada umumnya.

3. Ketua Barisan Pertahanan Nasional, Indonesia (1947), konstituante

melalui partai masyumi dan menjadi pemidato dalam pilihan Raya

Umum (1955).

4. Koresponden berbagai majalah, seperti Pelita Andalas (Medan), seruan

Islam (Tanjung Pura), Bintang Islam dan Suara Muhammadiyah

(Yogyakarta), Pemandangan dan Harian Merdeka (Jakarta).

5. Pembicara konggres Muhammadiyah ke-19 di Bukittinggi (1930) dan

konggres Muhammadiyah ke-20 (1931).

6. Anggota tetap Majelis Konsul Muhammadiyah di Sumatera Tengah

(1934).

112 Hamka, Tasawuf Modern (Jakarta: Republika Penerbit, 2015), hal. vi

Page 69: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

56

7. Pendiri Majalah al-Mahdi (Makassar, 1934)

8. Pimpinan majalah Pedoman Masyarakat (Medan, 1936)

9. Menjabat Anggota Syu Sangi Kai atau Dewan Perwakilan Rakyat pada

pemerintahan Jepang (1944)

10. Ketua konsul Muhammadiyah Sumatera Timur (1949)

11. Pendiri Majalah Panji Masyarakat (1959), majalah ini dibrendel oleh

pemerintah karena denga tujuan mengkritik konsep demokrasi

terpimpin dan memaparkan pelanggaran-pelanggaran konstitusi yang

telah dilakukan Soekarno. Majalah ini diterbitkan kembali pada

pemerintah Soeharto.

12. Memenuhi undangan pemerintah Amerika (1952), anggota komisi

kebudayaan di Muangthai (1953), menghadiri peringatan mangkatnya

Budha ke-2500 di Burma (1954), di lantik sebagai pengajar di

Universitas Islam Jakarta pada tahun 1957-1958. Di lantik menjadi

Rektor perguruan tinggi Islam di Lahore (1958), menghadiri konferensi

negara-negara Islam di Rabat (1968), Muktamar Masjid di Makkah

(1976), seminar tentang Islam dan Peradaban di Kuala Lumpur,

menghadiri peringatan 100 tahun Muhammad Iqbal di Lahore, dan

Konferensi ulama Kairo (1977), Badan pertimbangan kebudayaan

kementrian PP dan K, Guru besar perguruan tinggi Islam di Universitas

Islam Makassar.

13. Departemen Agama pada masa KH. Abdul Wahid Hasyim, beliau

menjadi Penasehat Kementrian Agama dan Ketua Dewan Kurator

PTIQ.

14. Imam Masjid Agung Kebayoran Baru Jakarta, yang kemudian Namanya

diganti oleh Rektor Universitas al-Azhar Mesir, Syeikh Mahmud Syaltut

menjadi Masjid Agung al-Azhar. Dalam perkembangannya, al-Azhar

adalah pelopor sitem Pendidikan Islam modern yang punya cabang di

berbagai kota dan daerah, serta menjadi inspirasi bagi sekolah-sekolah

modern berbasis Islam. Lewat mimbar di al-Azhar. Hamka melancarkan

kritik-kritiknya terhadap demokrasi terpimpin yang sedang digalakkan

Page 70: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

57

oleh Soekarno Pasca Dekrit Presiden tahun 1959. Karena dianggab

berbahaya, Hamka pun dipenjarakan Soekarno pada tahun 1964. Ia

baru dibebaskan setelah Soekarno runtuh dan orde baru akhir, tahun

1967. Tapi selam dipenjara itu, Hamka berhasil menyelesaikan sebuah

karya monumentasl, yaitu Tafsir al-Azhar 30 Juz.

15. Ketua MUI (1975-1981), Hamka dipilih secara aklamasi dan tidak ada

calon lain yang diajukan untuk menjabat sebagai ketua umum dewan

pimpinan MUI. Ia dipilih dalam suatu musyawarah, baik oleh ulama

maupun pejabat.113 Namun di tengah tugasnya, ia mundur dari

jabatannya karena berseberangan prinsip dengan pemerintah yang

ada.

Dua bulan setelah Hamka mengundurkan diri sebagai ketua umum

MUI, beliau masuk rumah sakit. Setelah kurang lebih satu minggu dirawat

di rumah sakit pusat pertamina, tepat pada tanggal 24 Juli 1981 ajal

menjemputnya untuk kembali menghadap ke hadirat Allah Swt. Dalam usia

73 tahun.114 Jenazahnya dimakamkan di Taman Pemakaman Umum (TPU)

Tanah Kusir Kebayoran Lama Jakarta dengan diantar ribuan kaum

muslimin. Meskipun ia telah tiada, namun jasa dan pengaruhnya masih

terasa hingga kini.115 Hamka bukan saja sebagai pujangga, wartawan,

ulama, dan budayawan. Tapi, Hamka juga seorang pemikir Pendidikan

yang pemikirannya masih relevan dan dapat digunakan pada zaman

sekarang, itu semua dapat kita lihat dari karya-karya peninggalan beliau.

2. Karya-Karya Hamka

Sebagai seseorang yang berfikiran maju, Hamka tidak hanya

merefleksikan kemerdekaan melalui berbagai mimbar dalam ceramah

agama. Hamka merupakan ulama yang produktif dalam menuangkan

pikirannya dalam tulisan. Orientasi pemikirannya meliputi berbagai disiplin

113 Rusydi Hamka, Hamka di Mata Hati Umat (Jakarta: Republika Penerbit, 2015), hal 55 114 Rusydi Hamka, Pribadi dan Martabat Buya Hamka (Jakarta: Republika Penerbit, 2015), hal. 230 115 Rusdi Hamka, dkk. Perjalanan Terakhir Buya Hamka, (Pustaka Panjimas, Jakarta 1981), hal 21

Page 71: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

58

ilmu, seperti teologi, tasawuf, filsafat, Pendidikan Islam, sejarah Islam, fiqh,

sastra dan tafsir. Terbukti tidak kurang dari tujuh puluh judul buku yang ia

karang. Adapun karya Hamka sebagaimana tercatat dalam buku Jejak

Tokoh Islam di Indonesia di antaranya sebagai berikut:

1. Tafsir al-Azhar juz 1-30. (ditulis pada masa beliau dipenjara oleh

Sukarno).

2. Khotibul Umam (3 jilid) ditulis dalam huruf Arab.

3. Si Sabariyah (1928).

4. Pembela Islam (Sejarah Sayyidina Abu Bakar as-Siddiq) (1929).

5. Adat Minangkabau dan Agama Islam (1929).

6. Ringkasan Tarikh Ummat Islam (1929).

7. Kepentingan Melakukan Tabligh (1929).

8. Hikmat Isra‟ dan Mi‟raj.

9. Arkanul Islam (1932) di Makassar.

10. Laila Majnun (1932) Balai Pustaka.

11. Majallah “Tentera” (4 nomor) 1932, di Makassar

12. Majallah Al Mahdi (9 nomor) 1932, di Makassar

13. Mati Mengandung Malu (1934).

14. Di Bawah Lindungan Ka’bah (1936) Pedoman Masyarakat, Balai

Pustaka.

15. Tenggelam Kapal Van Der Wijck (1937), Pedoman Masyarakat, Balai

Pustaka.

16. Di Dalam Lembah Kehidupan 1939, Pedoman Masyarakat, Balai

Pustaka.

17. Merantau ke Deli (1940), Pedoman Masyarakat, Toko Buku Syarkawi.

18. Margareta Gauthier (terjemahan) (1940)

19. Tuan Direktur (1939)

20. Dijemput Mamaknya (1939)

21. Keadilan Ilahi (1939)

22. Tasawuf Modern (1939)

23. Falsafah Hidup (1939)

Page 72: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

59

24. Lembaga Hidup (1940)

25. Lembaga Budi (1940).116

26. Majalah “Semangat Islam” (Zaman Jepang 1943)

27. Majalah “Menara” (Terbid di Padang Panjang), sesudah revolusi 1946

28. Negara Islam (1946)

29. Islam dan Demokrasi (1946)

30. Revolusi Pikiran (1946)

31. Revolusi Agama (1946)

32. Adat Minangkabau Menghadapi Revolusi, (1946)

33. Dibantingkan Ombak Masyarakat (1946)

34. Didalam Lembah Cita-Cita (1946)

35. Sesudah Naskah Remville (1947)

36. Pidato Pembalasan Peristiwa Tiga Maret (1947)

37. Menunggu Beduk Berbunyi (1949) di Bukit Tinggi, sedang Konperasi

Meja Bundar.

38. Ayahku (1950) di Jakarta

39. Mandi Cahaya di Tanah Suci (1950)

40. Mengembala Dilembah Nill (1950)

41. Ditepi Sungai Dajlah (1950)

42. Kenangan-kenangan Hidup 1, Autobiografi sejak lahir 1908 sampai

pada tahun 1950

43. Kenangan-kenangan hidup 2

44. Kenangan-kenangan hidup 3

45. Kenangan-kenangan hidup 4

46. Sejarah Umat Islam Jilid 1, ditulis tahun 1938 diangsur sampai 1950

47. Sejarah Umat Islam Jilid 2

48. Sejarah Umat Islam Jilid 3

49. Sejarah Umat Islam Jilid 4

50. Pedoman Mubaligh Islam, Cetakan 1 (1937), Cetakan ke 2 tahun 1950

116 Yunuardi Syukur & Arlen Ara Guci, Buya Hamka Memoar Perjalanan Hidup Sang Ulama, (Tinta Medina, Solo 2017). hal. 105-108

Page 73: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

60

51. Pribadi, (1950)

52. Agama dan Perempuan (1939)

53. Muhammadiyah melalui 3 zaman, 1946, di Padang Panjang

54. 1001 Soal Hidup (Kumpulan Karangan dari Pedoman Masyarakat,

dibukukan 1950).

55. Pelajaran Agama Islam (1956)

56. Perkembangan Tasawuf dari abad ke abad (1952)

57. Empat Bulan di Amerika (1953) Jilid I

58. Empat Bulan di Amerika Jilid 2

59. Pengaruh ajaran Muhammad Abduh di Indonesia (Pidato di Kairo

1958), Untuk Doktor Honoris Causar.

60. Sejarah Islam di Sumatera.

61. Muhammadiyah di Minangkabau (1975), Menyambut Kongres

Muhammadiyah di Padang.117

62. Soal Jawab 1960, desain dari karangan-karangan Majalah Gema Islam.

63. Dari pembendaharaan lama, 1963 dicetak oleh M. Arbie, Medan; dan

1982 oleh Pustaka Panjimas, Jakarta.

64. Lembaga Hikmah, 1953 oleh Bulan Bintang, Jakarta.

65. Islam dan Kebatinan, 1972 Bulan Bintang

66. Fakta dan Khayal Tuanku Rao, 1970

67. Sayid Jamaluddin Al-Adhany 1965, Bulan Bintang

68. Ekspansi Ideologi (Alghazmul Fikri), 1963 Bulan Bintang

69. Hak Asasi Manusia dipandang dari segi Islam 1968

70. Falsafah Ideologi Islam 1950

71. Keadilan Sosial dalam Islam 1950

72. Cita-cita kenegaraan didalam Ajaran Islam 1970

73. Studi Islam 1973, diterbitkan Oleh Panji Masyarakat

74. Himpunan Khutbah-khutbah

75. Urat Tunggang Pancasila

117 Biografi Hamka, dalam Kumpulan Buku Islami Karya Hamka, di akses pada tanggal 10 semptember 2019

Page 74: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

61

76. Do’a-do’a Rasulullah Saw, 1974

77. Sejarah Islam di Sumatra

78. Bohong di Dunia

79. Pandangan Hidup Muslim (1960)

80. Kedudukan Perempuan dalam Islam (1973).118

Berkaitan dengan karya terbesar Hamka yaitu Tafsir al-Azhar, Tafsir

ini pada mulanya merupakan kajian yang disampaikan pada kuliah subuh

oleh Hamka di masjid al-Azhar yang terletak dikebayoran baru sejak tahun

1959. Setelah sebelumnya dikunjungi dan diresmikan oleh syeikh

Mahmoud Shalthut, semasa kunjungannya ke Indonesia sembari

memberikan Piagam Doktor Kehormatan untuk Hamka dari Universitas al-

Azhar. Penamaan Masjid dengan nama al-Azhar adalah pemberian sang

Syeikh dengan harapan agar menjadi kampus al-Azhar di Indonesia.

Sedang penamaan tafsir karya Hamka dengan nama Tafsir al-Azhar tidak

terlepas dari tempat dimana tafsir itu lahir.

Tiap-tiap tafsir al-Qur‟an memberikan corak haluan dari pribadi

penafsirnya, begitu tulis Hamka dalam mengomentari haluan tafsirnya ini.

Kemudian ia mengatakan bahwa dia memelihara sebaik-baiknya hubungan

antara naqal dan akal. Di antara riwâyah dengan dirâyah. Hamka tidak

hanya semata-mata mengutip atau menukil pendapat orang yang

terdahulu, tetapi mempergunakan juga tinjauan dan pengalaman sendiri.

Dan tidak pula semata-mata menuruti pertimbangan akal sendiri, seraya

melalaikan apa yang dinukil dari orang yang terdahulu.119 Maka tafsir

karangan Buya Hamka ini dapat dikatakan menggunakan pendekatan

riwâyah yang dikombinasikan dengan dirâyah sabagaimana yang

disebutkan di atas. Namun tafsir riwâyah lebih mendominasi pada tafsir ini.

Tafsir karangan Hamka ini adalah menafsirkan al-Qur‟an sesuai urutan

118 Biografi Hamka, dalam Kumpulan Buku Islami Karya Hamka, di akses pada tanggal 10 semptember 2019 119 Hamka. Tafsir al-Azhar, (Gema Insani, Jakarta, 2015), hal. Xii, dalam buku lain yaitu buku Buya Hamka Memoar Perjalanan Hidup Sang Ulama, yang ditulis oleh Yunuardi Syukur & Arlen Ara Guci. (Tinta Medina, Solo 2017). hal. 111

Page 75: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

62

pada Mushaf Usmani, yaitu dimulai dengan surat al-Fâtihah dan sampai

pada surat yang terakhir yaitu an-Nâs. Tafsir yang dengan metode demikian

disebut dengan tafsir Tahlili.

Corak sebuah karya terlebih lagi karya tafsir tidak terlepas dari latar

belakan penulisnya, begitupun tafsir al-Azhar karangan Hamka ini, dengan

latar belakangnya yang, Ulama, Dai, sastrawan, wartawan, penulis, editor

dan aktivis, dengan corak tafsir al-Adabi ijtima‟i Hamka berupaya tafsirnya

dapat dipahami oleh mayoritas golongan, bukan hanya tingkat masyarakat

elit namun merambah ke semua elemen masyarakat berdasarkan kondisi

sosial pada waktu itu.

3. Tafsir Al-Azhar

Ada dua hal yang penting yang akan dikemukakan tentang tafsir ini.

Pertama, sejarah penulisan dan penamaan tafsir tersebut dengan Al-Azhar.

Kedua, cara menafsirkan kitab-kitab yang dijadikan rujukan serta corak

penafsiran.

a. Sejarah penulisan dan penamaan Al-Azhar

Tafsir Al-Azhar pada mulanya, merupakan ceramah-ceramah Hamka

setelah shalat subuh, sejak tahun 1958, disebuah masjid di depan

rumahnya, yang ketika itu masih bernama Masjid Agung Kebayoran Baru,

Jakarta.

Hamka Berkata: “Maka hanya beberapa hari saja setelah saya sampai

di rumah saya (yakni dari Mesir untuk menerima gelar Doktor Honorius

Causa pada tahun 1958) mulailah bersembahyang di masjid itu, karena

kebetulan letaknya di hadapan rumah saya. Dari jamaah yang mulanya

hanya lima atau enam orang, berangsurlah dia ramai. Dan beberapa bulan

saja setelah dimulai, dia sehabis selesai sembahyang subuh saya mulai

menafsirkan al-Qur’an beberapa ayat. Setelah habis menafsirkan itu di

dalam masa kira-kira 45 menit setiap pagi, jamaahpun pergilah ketempat

pekerjaan masing-masing”.120

120 M. Jamil, Hamka dan Tafsir Al-Azhar, dalam jurnal Vol. XII No. 2, Juli-Desember 2016. hal 131

Page 76: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

63

Pada bulan Desember 1960, nama masjid ini berganti dengan Al-

Azhar, atau Masjid Agung Al-Azhar. Nama tersebut diberikan oleh Rektor

Universitas Al-Azhar Kairo, Syaikh Mahmoud Syaltout yang berkunjung ke

Indonesia sebagai tamu negara. Dalam wejangannya di masjid Agung

Kebayoran, Syaikh Mahmoud Syaltout, antara lain berkata: “Bahwa mulai

hari ini, saya sebagai Syaikh (Rektor) dari Jami’ Al-Azhar memberikan bagi

masjid ini nama “Al-Azhar”, moga-moga dia menjadi Al-Azhar di Jakarta,

sebagaimana adanya Al-Azhar di Kairo”.121

Atas usulan Haji Yusuf Ahmad (tata usaha majalah Gema Islam),

segala pelajaran tafsir waktu subuh di masjid tersebut dimuat di dalam

majalah Gema Islam,122 tepatnya sejak Januari 1962 sampai Januari 1964,

mulailah Hamka menuliskan materi tentang tafsir al-Qur’an di majalah

Gema Islam. Dalam kurun waktu dua tahun, ternyata hanya mampu dimuat

satu setengah juz penafsiran. Hamka pun bertanya-tanya, “kapan tafsir ini

akan selesai?” sementara itu, umurnya semakin menua dan kesibukan

berdakwah serta mengajar di beberapa Universitas begitu padat.123

Adapun yang memotivasi Hamka dalam menulis tafsir Al- Azhar Adalah

(1) ia melihat bahwa mufasir-mufasir klasik sangat gigih atau ta’assub

(fanatik) terhadap mazhab yang mereka anut, bahkan ada di antara

mereka yang sekalipun redaksi suatu ayat nyata-nyata lebih dekat kepada

satu mazhab tertentu, akan tetapi ia tetap menggiring pemahaman ayat

tersebut kepada mazhab yang ia anut; (2) Adanya suasana baru di negara

(Indonesia) yang penduduknya mayoritas Muslim, dan mereka haus akan

121 M. Jamil, Hamka dan Tafsir Al-Azhar, dalam jurnal Vol. XII No. 2, Juli-Desember 2016. hal 132 122 Majalah ini terbit sejak bulan Januari 1962. Kantor redaksi di masjid Agung Al-Azhar. Diterbitkan oleh perpustakaan Islam Al-Azhar. Penerbitan majalah ini adalah atas bantuan Jenderal Sudirman dan Kolonel Muchlas Rowi. Meskipun secara formal pimpinan majalah ini adalah Jenderal Sudirman, tetapi yang aktif memimpinnya adalah Hamka sendiri. Majalah ini, diterbitkan sebagai sebuah media menggantika majalah Panji Masyarakat yang dibredel pada bulan Agustus 1960 oleh pemerintah Orde Lama karena pada penerbitan no. 22 tahun 1960 majalah tersebut memuat artikel Muhammad Hatta yang berjudul: “Demokrasi Kita” yang mengeritik tajam konsep demokrasi terpimpin dan berbagai pelanggaran konstitusi yang dilakukan oleh Soekarno. 123 Yunuardi Syukur & Arlen Ara Guci, Buya Hamka Memoar Perjalanan Hidup Sang Ulama, (Tinta Medina, Solo 2017). hal. 64

Page 77: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

64

bimbingan agama serta haus untuk mengetahui rahasia Al-Quran124

Tulisan-tulisan Hamka dalam tafsirnya di majalah ini dinamai oleh

Hamka sendiri dengan Tafsir Al-Azhar. Menurut Hamka ada dua alasan

bagi penamaan tersebut. Pertama, karena tafsir tersebut timbul di dalam

masjid Agung Al-Azhar. Kedua, sebagai tanda terima kasih atas

penghargaan Al-Azhar yang telah diberikan kepadanya.125

Hingga datanglah hari itu … tanggal 12 Ramadhan 1383 H, bertepatan

dengan 27 Januari 1964, Hamka dijebloskan ke penjara atas tuduhan

menggelar rapat gelap ditangerang untuk merencanakan pembunuhan

terhadap menteri Agama dan Presiden Soekarno, serta melakukan kudeta

terhadap pemerintah atas sokongan dana dari perdana Menteri Malaysia,

Tengku Abdul Rahman. Meski tidak terbukti, Hamka tetap ditahan selama

dua tahun 4 bulan.126 Tepatnya dari 27 Januari 1964 sampai 21 Januari

1966, dalam masa tahanan ini, Hamka ditempatkan di beberapa rumah

peristirahatan di Kawasan puncak, yaitu Bunglow Herlina, Harjuna,

Bunglow Brimob Megamendung, dan kamar tahanan polisi Cimacan.

Kemudian karena kondisi kesehatan yang tidak baik, Hamka dipindahkan

ke Rumah Sakit Persahabatan Rawamangun Jakarta. Kemudian ditambah

tahanan rumah selama dua bulan dan tahanan kota selama dua bulan.

Selama dalam tahanan inilah, Hamka memiliki kesempatan yang cukup

lapang meneruskan penulisan tafsir al-Qur’an.127

Selama dalam tahanan ini, Hamka menjelaskan kegiatannya sebagai

berikut. “mengarang tafsir di waktu pagi, membaca buku-buku di petang

hari, tilawah al-Qur’an diantara magrib dan Isya’, sementara sebagian

malamnya ia habiskan untuk menegakkan shalat Tahjud. Demikianlah,

124 Dewi Murni, Tafsir Al-Azhar (Suatu Tinjauan Biografis dan Metodologis), dalam Jurnal Syahadah Vol. III, No. 2, Oktober 2015. hal 28 125 M. Jamil, Hamka dan Tafsir Al-Azhar, dalam jurnal Vol. XII No. 2, Juli-Desember 2016. hal 133 126 Yunuardi Syukur & Arlen Ara Guci, Buya Hamka Memoar Perjalanan Hidup Sang Ulama, (Tinta Medina, Solo 2017). hal. 64 127 M. Jamil, Hamka dan Tafsir Al-Azhar, dalam jurnal Vol. XII No. 2, Juli-Desember 2016. hal 133

Page 78: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

65

Hingga penafsiran tersebut selesai 30 Juz.128

Penerbitan dan cetakan Tafsir Al-Azhar untuk pertama kalinya

dilakukan oleh Penerbit Pembimbing Masa, pimpinan H. Mahmud.Yaitu

menyelesaikan penerbitan dari juz 1 sampai juz ke-4 Lalu diterbitkan juga

juz 15 sampai dengan juz 30 oleh Pustaka Islam Surabaya. Akhirnya

Yayasan Nurul Islam Jakarta menerbitkan juz 5 sampai dengan juz 14.129

b. Cara Penafsiran Hamka

Menurut Hamka, ada empat cara menafsirkan al-Qur’an. Pertama,

menafsirkan dengan al-Sunnah. Kedua, dengan perkataan sahabat-

sahabat Rasulullah. Ketiga, dengan perkataan-perkataan para Tabi’in.

Keempat, dengan pendapat akal (al-ra’yi).

Pertama, menafsirkan dengan al-Sunnah. Sebelum menjelaskan

kedudukan al-Sunnah dalam menafsirkan al-Qur’an, Hamka terlebih

dahulu membagi kandungan al-Qur’an kepada tiga bagian:

1) Ayat-ayat tentang hukum, halal dan haram baik yang berkenaan

tentang hal ibadah atau mu’amalah.

2) Ayat-ayat tentang alam yang bertujuan untuk memperkuat akidah

kepada Allah.

3) Ayat-ayat yang bercerita tentang kisah-kisah dan cerita-cerita zaman

lampau.130

Terhadap ayat-ayat hukum, Hamka mengatakan mestilah ditafsirkan

dengan sunnah Nabi. Dalam hal ini, akal tidak diberikan kesempatan yang

banyak untuk menafsirkannya.

Disebutkan oleh M. Jamil dalam jurnalnya bahwa Hamka mengatakan

“hal-hal ini dinyatakan dengan tegas tafsirnya oleh sunnah Nabi, dan akal

tidak banyak kesempatan buat menerawang lagi mencari penafsiran lain

dari pada yang telah ditentukan Nabi itu. Karena bagian pertama inilah

128 Yunuardi Syukur & Arlen Ara Guci, Buya Hamka Memoar Perjalanan Hidup Sang Ulama, (Tinta Medina, Solo 2017). hal. 65 129 Dewi Murni, Tafsir Al-Azhar (Suatu Tinjauan Biografis dan Metodologis), dalam Jurnal Syahadah Vol. III, No. 2, Oktober 2015. hal 30 130 M. Jamil, Hamka dan Tafsir Al-Azhar, dalam jurnal Vol. XII No. 2, Juli-Desember 2016. hal 134

Page 79: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

66

saripati dari Risalah Muhammadiyah. Nabi telah menjelaskan dengan

perkatan, perbuatan, dan pengakuannya. Kalau ada orang yang berani

menafsir-nafsirkan saja al-Qur’an yang berkenaan dengan ayat-ayat hukum

yang demikian, tidak berpedoman kepada sunnah Rasulullah. Maka,

tafsirnya itu telah melampaui, atau telah keluar dari garisan yang ditentukan

oleh syari’at.131

Terhadap ayat-ayat yang bercerita tentang alam yang bertujuan untuk

menguatkan akidah kepada Allah, menurut Hamka, tidak banyak dapat

ditafsirkan dengan al-Sunnah, karena tidak banyak sunnah Nabi yang

bercerita tentang itu. Hal itu dikarena sunnah Rasulullah tidak banyak

menjelaskan ayat-ayat seperti itu, maka tidak ada salahnya seorang penafsi

menafsirkan dengan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan hal-hal

tersebut, seperti yang dilakukan oleh Syaikh Tanthawi Jauhari, tetapi

dengan selalu ingat tujuan ayat-ayat tersebut, yakni untuk memperkuat

tauhid Uluhiyah dan Rububiyah.132

Adapun ayat-ayat yang bercerita tentang kisah-kisah dan cerita-cerita

zaman lampau, menurut Hamka. tidak banyak ditafsirkan dengan sunnah,

karena tidak banyak hadis yang bercerita tentang itu. Yang agak banyak

menurutnya adalah, dari riwayat sahabat Rasulullah Saw dan para tabi’in.

ayat-ayat bercerita tentang kisah-kisah menurut Hamka, hendaklah

ditafsirkan dengan menghubungkan suatu kisah di dalam satu ayat atau

surah dengan ayat surah lain. Jika ada hadis maka ditafsirkan dengan

hadis, jika tidak ada, maka dengan perkataan para sahabat atau tabi’in,

tetapi mesti benar-benar berhati-hati dengan riwayat-riwayat Isra’iliyyat.133

Kedua, menafsirkan dengan perkataan sahabat Rasulullah Saw. Jika

ayat-ayat yang berhubungan dengan hukum-hukum tidak ditemukan

penafsirannya dalam hadis Nabi, maka ayat-ayat tersebut ditafsirkan

dengan pendapat dan perkataan sahabat-sahabat Rasulullah, sebab para

131 Ibid., hal 134 132 Ibid., hal 135 133 M. Jamil, Hamka dan Tafsir Al-Azhar, dalam jurnal Vol. XII No. 2, Juli-Desember 2016. hal 135

Page 80: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

67

sahabat Rasulullah ini hadir di hadapan Rasulullah seketika ayat diturunkan

dan mereka mengetahui sebab-sebab turunnya. Tentang kedudukan kata-

kata para sahabat di dalam menafsirkan al-Qur’an ditegaskan oleh Hamka

sebagai berikut: “kata-kata sahabat-sahabat yang khas di dalam

menafsirkan al-Qur’an itu mengungkapkan makna dan maksudnya, hampir

sama kedudukannya dengan hadis Nabi sendiri bila bersangkutan dengan

hukum-hukum syara’ sebab kita percaya bahwa pada pokoknya tentu

sahabat itu menerimanya dari pada Rasulullah Saw. Tetapi kalau ada dalil

bahwa itu hanyalah pendapat sahabat itu sendiri, maka tidaklah sama

derajatnya pendapat beliau-beliau itu dengan hadis Nabi Muhammad

Saw”.134

Ini menunjukkan bahwa dalam pandangan Hamka, perkataan para

sahabat dapat dijadikan dalil yang hampir sama kedudukannya dengan

hadis Nabi Muhammad Saw. Dalam menafsirkan al-Qur’an jika pendapat-

pendapat mereka itu tidak dibantah oleh sahabat-sahabat yang lain,

sehingga pendapat sahabat tersebut menjadi Ijma’ (kesepakatan) para

sahabat.

Ketiga, menafsirkan dengan perkataan tabi’in.

Keempat, menafsirkan al-Qur’an dengan pendapat akal (al-ra’yi).

Dalam hal ini apakah boleh menafsirkan al-qur’an dengan akal fikiran,

dalam jurnal M. Jamil disebutkan bahwa Hamka mengemukakan dua

pendapatnya yang bertolak belakang antara satu dengan yang lainnya.

Pertama, ia mengungkapkan pendapat Ibnu Taimiyah yang mengharamkan

penafsiran al-Qur’an dengan al-ra’yi (pendapat sendiri), dan pendapat al-

Zamakhsyari dan al-Ghazali yang membolehkannya.135

Berkaitan tentang kedua pendapat ini M. Jamil menulis didalam

jurnalnya bahwa Hamka lebih condong kepada pendapat Imam

Zamakhsyari dan Ghazali sebab penafsiran tentang ibadah kepada Allah

dan akidah tentang tauhid selamanya tidak akan pernah berubah. Tetapi,

134 Ibid., hal 136 135 Ibid., hal 136

Page 81: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

68

pengetahuan tentang alam selalu berkembang, dan luar biasa

perkembangannya. Padahal al-Qur’an mengatasi seluruh zaman yang

dihadapinya. Oleh sebab itu maka al-Qur’an akan tetap ditafsirkan, sesuai

dengan ilmu pengetahuan, melalui ruang dan waktu, tidak berhenti-henti.

Dengan demikian, Hamka sepakat dengan pendapat yang

membolehkan penafsiran dengan al-ra’yi atau akal fikiran. Bagaimanapun,

agar penafsiran dengan menggunakan al-ra’yi dapat diterima, Hamka

mengemukakan empat syarat berikut:

1) Mengetahui Bahasa arab, dengan pengetahuan yang dapat

dipertanggung jawabkan. Agar dapat tercapat makna dengan sejelas-

jelasnya.

2) Jangan menyalahi dasar-dasar yang diterima dari Nabi Muhammad

saw.

3) Jangan berkeras urat leher untuk mempertahankan satu mazhab

pendirian lalu dibelok-belokkan maksud ayat al-Qur’an agar sesuai

dengan mazhab yang dipertahankan itu.

4) Harus ahli pula dalam Bahasa tempat menafsirkan.136

c. Metode dan Aliran Tafsir Al-Azhar

1) Menurut sumber penafsirannya

Hamka menggunakan metode tafsir bi al-ma’tsur dan bil al-ra’yi karena

keduanya dihubungkan dengan berbagai pendekatan-pendekatan umum,

seperti Bahasa, sejarah, interaksi sosio-kultur dalam masyarakat, bahkan

sia juga memasukkan unsur cerita masyarakat tertentu untuk mendukung

maksud dari kajian tafsirnya.

Dalam mukaddimah tafsir al-Azhar, Hamka sempat membahas

kekuatan dan pengaruh karya-karya tafsir yang dirujuknya, seperti tafsir al-

Razi, al-Kasysyaf karya al-Zamkhsyari, Ruh al-Ma’ani karya al-Alusi, al-

Jami’ lil Ahkam al-Qur’an karya al-Qurthubi, tafsir al-Maraghi, al-Qasimi, al-

Khazin, al-Thabari, dan al-Manar. Hamka memelihara sebaik-baiknya

136 Ibid., hal 137

Page 82: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

69

hubungan di antara naqli dan aqli. Di antara riwayah dan dirayah. Ia tidak

hanya mengutip atau memindah pendapat orang yang terdahulu, tetapi

mempergunakan juga tinjauan dan pengalaman sendiri.137

2) Menurut susunan penafsiran

Hamka menggunakan metode tahlili karena dimulai dari surah al-

Fatihah hingga surah An-Nas.

3) Menurut cara penjelasannya

Hamka menggunakan metode muqarin yaitu tafsir berupa penafsiran

sekelompok ayat-ayat yang berbicara dalam suatu masalah dengan

membandingkan antara ayat dengan ayat atau ayat dengan hadis, dan

menonjolkan segi-segi perbedaan tertentu antara objek yang dibandingkan

dengan cara memasukkan penafsiran dari ulama tafsir yang lain.

4) Menurut keluasan penjelasan

Hamka menggunakan metode tafshili yaitu tafsir yang penafsirannya

terhadap al-Qur’an berdasarkan urutan-urutan secara ayat per-ayat,

dengan suatu uraian yang terperinci tetapi jelas dan ia menggunakan

bahasa yang sederhana sehingga dapat dikonsumsi bagi masyarakat

awam maupun intelektual.

5) Corak yang dipakai

Corak yang mendominasi dalam penafsiran Hamka adalah al-Adabi

ijtima’I yang terlihat jelas dari latar belakang Hamka sebagai seorang

sastrawan sehingga ia berupaya agar menafsirkan ayat dengan bahasa

yang difahami semua golongan dan bukan hanya ditingkat akademisi atau

ulama. Disamping itu ia memberikan penjelasan berdasarkan kondisi sosial

yang sedang berlangsung dan situasi politik pada waktu itu.138

d. Sistematika kitab tafsir Al-Azhar

Dalam menyusun tafsir Al-Azhar Hamka menggunakan sistematika

tersendiri, yaitu:

137 Avif Alviyah, Metode Penafsiran Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar, dalam jurnal Vol. 15 No. 1, Januari 2016. hal 31 138 Avif Alviyah, Metode Penafsiran Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar, dalam jurnal Vol. 15 No. 1, Januari 2016. hal 32

Page 83: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

70

1) Menurut susunan penafsirannya, Hamka menggunakan metode tartib

Usmani yaitu menafsirkan ayat secara runtut berdasarkan

penyususnan Mushaf Usmani, yang dimulai dari surah al-fatihah

sampai surah an-Nas. Metode tafsir yang demikian disebut juga dengan

metode tahlili.139

2) Dalam setiap surah dicantumkan pendahuluan dan pada bagian akhir

dari tafsirnya, Hamka senantiasa memberikan ringkasan berupa pesan

nasehat agar pembaca bisa mengambil ibrah-ibrah dari berbagai surah

dalam al-Qur’an yang ia tafsirkan.

3) Sebelum beliau menterjemahkan beserta penafsiran sebuah ayat

dalam satu surah, tiap surah itu ditulis dengan artinya, dan tempat

turunnya ayat. Contohnya: surah al-Fatihah (pembukaan), surah

pertama yang terdiri dari 7 ayat, diturunkan di Makkah. Dan surah al-

Takatsur (bermegah-megahan), surah ke 102 yang terdiri dari 8 ayat

dan diturunkan di Makkah.

4) Penyajiannya ditulis dalam bagian-bagian pendek yang terdiri dari

beberapa ayat (satu sampai lima ayat) dengan terjemahan bahasa

Indonesia bersama dengan teks arabnya. Kemudian diikuti dengan

penjelasan Panjang, yang terdiri dari satu sampai lima belas halaman.

5) Dalam tafsirnya dijelaskan tentang sejarah dan peristiwa kontemporer.

Sebagai contoh yakni komentar Hamka terhadap pengaruh

orientalisme atas Gerakan-gerakan kelompok nasionalis di Asia pada

abad ke 20.

6) Terkadang disebutkan pula kualitas hadis yang dicantumkan untuk

memperkuat tafsirnya tentang suatu pembahasan. Sebagai contoh

yakni dalam pembahasan tentang surah al-Fatihah sebagai rukun

sembahyang, hadis tentang Imam yang membaca surah al-Fatihah

dengan Jahr, hendaklah makmum berdiam diri mendengarkannya.

139 Ibid., hal 29

Page 84: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

71

“dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah Saw. Berkata:

sesungguhnya Imam itu lain tidak telah dijadikan ikutan kamu, maka

apabila dia telah takbir, hendaklah kamu takbir pula dan apabila ia

membaca, maka hendaklah kamu berdiam diri.” (diriwayatkan oleh

yang berlima, kecuali al-Turmuzi, dan berkata muslim: hadis ini shahih”.

7) Dalam tiap surah, Hamka menambahkan tema-tema tertentu dan

mengelompokkan beberapa ayat yang menjadi bahan bahasan.

Contohny dalam surah al-Fatihah terdapat tema antara lain: al-Fatihah

sebagai rukun sembahyang, di antara Jahr dan sir dan lainnya.

8) Di dalam Tafsir Al-Azhar, nuansa Minang pengarangnya tampak sangat

kental.140

e. Berbagai komentar terhadap Tafsir Al-Azhar

Ciri khas Hamka yang menarik adalah ia tidak pernah menimba ilmu

di Timur Tengah secara formal, tetapi beliau mampu menafsirkan al-

Qur’an yang standar dengan tafsir-tafsir yang ada di dunia Islam.

secara sosio-kultural Tafsir Al-Azhar penuh dengan sentuhan problem-

problem umat Islam di Indonesia dan juga menzahirkan upaya

penafsiran dalam mengetengahkan corak pemikiran dan penafsiran

yang kontemporer.

Berikut ini pendapat para ulama mengenai Tafsir Al-Azhar:

1) Abu Syakirin menegaskan Tafsir Al-Azhar merupakan karya Hamka

yang memperlihatkan keluasan pengetahuan dan hampir mencakupi

semua disiplin ilmu penuh dengan informasi.

2) Moh, Syauqi Md Zhahir mengatakan Tafsir Al-Azhar merupakan

kitab tafsir al-Qur’an yang lengkap dengan bahasa Melayu boleh

dianggab sebagai tulisan terbaik yang dihasilkan masyarakat Melayu

muslim.

140 Avif Alviyah, Metode Penafsiran Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar, dalam jurnal Vol. 15 No. 1, Januari 2016. hal 30

Page 85: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

72

Keistimewaan yang terdapat dalam tafsir ini antara lain:

1) Diawali dengan pendahulan yang berbicara tentang ilmu-ilmu al-

Qur’an, seperti defenisi al-Qur’an, Makiyah dan Madaniyah, Nuzulul

Qur’an, pembukuan mushaf, haluan tafsir, sejarah Tafsir Al-Azhar

dan I’jaz.

2) Menggunakan bahasa Indonesia atau Melayu, sehingga

memudahkan pembaca Indonesia memahami tafsirnya.

3) Beliau tidak hanya menafsirkan dengan pendekatan bahasa, ilmu-

ilmu sosial, dan ushul fiqh saja, tetapi juga dengan bidang yang lain.

4) Selektif dalam memilih pendapat dari sahabat atau ulama tentang

suatu pembahasan karena beliau akan tetap menolak pendapat

mereka jika bertentangan dengan Al-Qur’an dan Hadis.

Disamping kelebihan itu, Tafsir Al-Azhar juga mengandung

beberapa kelemahan di antaranya:

1) Yang di cantum kedalam tafsirnya terkadang hanya arti hadis saja

tanpa mencantumkan teks hadisnya, dan terkadang juga tidak

ditemukan sumber hadisnya. Contohnya seperti “…. Hadis Abu

Hurairah secara umum menyuruh takbir apabila imam telah takbir

dan berdiam diri apabila imam membaca al-Fatihah. Inipun umum.

Maka dikecualikan oleh hadis Ubadah yang menegaskan larangan

Rasulullah membaca apapun, kecuali al-Fatihah. (tanpa teks hadis

arab dan Mukharrij-nya)

2) Bahasa yang digunakan dalam menafsirkan dan menjelaskan

tentang suatu bahasan terkadang tidak mengikuti kaidah EYD,

karena masih bercampur antara bahas Indonesia dengan Melayu.141

141 Avif Alviyah, Metode Penafsiran Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar, dalam jurnal Vol. 15 No. 1, Januari 2016. hal 34-35

Page 86: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

73

B. Penafsiran Hamka Tentang Ayat-ayat Toleransi dan Kebebasan

Beragama dalam Tafsir Al Azhar

Dari penelitian penulis berkaitan tentang toleransi dan kebebasan

beragama menurut Hamka ini. Penulis banyak sekali menemukan ayat-ayat

yang menjelaskan tentang toleransi dan kebebasan beragama tersebut

dalam Al-Qur’an, namun hanya saja penulis mengambil beberapa ayat saja

yang lebih mendekati terhadap pembahasan penulis yang diterangkan

dalam kitab tafsir Al-Azhar karya ulama ternama yaitu Hamka. dari hasil

penelitian, penulis merangkum ayat-ayat toleransi dan kebebasan

beragama ini dengan beberapa tema-tema yaitu, berlaku adil dan baik

terhadap non muslim, larangan menghina sembahan non muslim, Batasan

toleransi terhadap keimanan dan peribadatan, dan tidak ada paksaan

dalam beragama.

1. Berlaku Adil dan Baik Terhadap Non Muslim

a) Surah Al-Fatihah ayat 1

بسم الله الرحن الرحيم Artianya : Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi

maha penyayang.142 (QS. Al-Fatihah ayat 1)

Penafsiran Hamka Dalam ayat pertama surah al-fatihah ini disebutkan dua sifat Allah

Swt. Yaitu Ar-Rahman dan Ar-Rahim yang berarti pemurah, kasih sayang,

cinta, santun, dan pelindung.143 Alasan kedua sifat ini dijelaskan terlebih

dahulu sebelum menyebut sifat-sifatnya yang lain adalah untuk menangkis

anggapan terhadap penghayalan orang yang masih primitif tentang Allah.

Sebagian besar mereka menggambarkan tuhan itu sebagai sesuatu yang

amat ditakuti atau menakutkan, seram, dan kejam, yang orang terpaksa

memujanya karena takut akan murkanya. Maka, ketika bacaan dimulai

142 Al-Qur’an dan Terjemah Juz 1-30 (Kementrian Agama RI, Bandung 2018). hal 1 143 Hamka Tafsir al-Azhar, jilid 1, (Gema Insani, Jakarta 2015), hal 65.

Page 87: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

74

dengan menyebut nama Allah, dengan kidua sifatnya yang Ar-Rahman dan

Ar-Rahim, mulailah Nabi Muhammad saw menentukan perumusan baru

dan yang benar tentang Allah. Sifat utama terlebih diketahui dan dirasakan

oleh manusia bahwa Ar-Rahman dan Ar-Rahim.144

b) Surah Asy Syura ayat 15

من كتاب وأمرت هواءهم وقل ءامنت بآ أنزل الله م كمآ أمرت ولات تبع أ فلذلك فادع واستق

نكم الله رب نا وربكم لنآأعمال نا ولكم أعمالكم لاحجة لأعدل ب ي

ن نا وإليه ال نكم الله يمع ب ي ن نا وب ي مصي ب ي Artianya : Maka karena itu serulah (mereka kepada agama itu) dan

tetaplah sebagaimana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka dan katakanlah:"Aku beriman kepada semua Kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya berlaku adil di antara kamu.Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu.Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nyalah kembali (kita)".145 (QS. Asy Syura : 15).

Penafsiran Hamka

Dalam ayat ini Hamka menjelaskan bahwa Allah Swt. Menyuruh Nabi

Muhammad agar mengajak manusia agar Bersatu dalam agama yang hanif

dan berpegang teguh pada tali agama Allah, serta jangan berpecah belah.

Dan Allah pun juga menyuruh untuk beriman kepada semua agama kitab

samawi, serta berlaku adil di antara manusia dan bersikap duduk sama

rendah, berdiri sama tinggi di antara dirinya dengan mereka. Yakni jangan

menyuruh mereka kepada sesuatu yang dia sendiri tidak melakukannya,

atau jangan mencegah mereka kepada sesuatu yang dia sendiri

melanggarnya. Allah mereka semua adalah satu, dan bahwa setiap orang

akan dimintai pertanggung jawaban tentang perbuatannya, Allah akan

144 Ibid, Hamka, hal 65. 145 Al-Qur’an dan Terjemah Juz 1-30 (Kementrian Agama RI, Bandung 2018). hal 484

Page 88: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

75

mengumpulkan umat manusia pada hari kiamat dan memberi balasan

kepada mereka atas amal mereka masing-masing.

c) Surah Al Mumtahanah ayat 7-9

نكم وب ين الذين عادي ٧( غفور رحيم تم منهم مودة والله قدير والله عسى الله أن يعل ب ي

هاكم الله عن الذين ل ي قاتلوكم ف ا) ين ول يرجوكم من د لاي ن ن ت ب روهم وت قسطوا ياركم أ لد

ا ي ن )٨(إليهم إن الله يب المقسطين ين وأخرجوكم اهاكم الله عن الذين قات لوكم ف إن لد

المون م فأولئك هم الظ هم ومن ي ت ول من دياركم وظاهروا على إخراجكم أن ت ولو Artinya: Mudah-mudahan Allah menimbulkan kasih sayang

antaramu dengan orang-orang yang kamu musuhi di antara mereka. Dan Allah adalah Maha Kuasa. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil, Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.146 (QS. Al-Mumtahanah ayat 7-9).

Penafsiran Hamka

“Mudah-mudahan Allah menimbulkan kasih sayang antaramu

dengan orang-orang yang kamu musuhi di antara mereka”.(pangkal ayat 7)

di pangkal ayat ini Hamka membayangkan bahwa barang yang tidak

mustahil terjadi permusuhan yang sangat mendalam terhadap Nabi

Muhammad Saw. Dan pengikutnya dengan kaum Quraisy musyrikin suatu

waktu akan mereda. Itu semua Sebab Nabi Muhammad Saw mempunyai

budipekerti yang baik, dan perjuangan yang begitu hebab menegakkan

akidah dan melawan kekafiran, tidaklah beliau memaki-maki mengenai

146 Al-Qur’an dan Terjemah Juz 1-30 (Kementrian Agama RI, Bandung 2018). hal 550

Page 89: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

76

pribadi orang. Seseorang yang sangat memusuhinya yaitu Abu Sufyan

yang memimpin peperangan untuk menyerbu Madinah dan perang Uhud,

beliau lunakkan sikap orang yang menginginkan kemegahan itu dengan

menikahi anak perempuannya. Yaitu Ummi Habibah yang nama kecilnya

Ramlah. Seketika didengar oleh Abu Sufyan bahwa anaknya telah dinikahi

oleh Nabi Muhammad Saw, ketika anaknya hijrah ke Habasyah, dan yang

menjadi wali Nabi Muhammad Saw menikahinya ialah Najasyi, yaitu raja

besar Habsyi yang telah Islam, dengan mas kawain 400 dinar, bukan main

bangganya Abu Sufyan, meskipun Nabi Muhammad Saw itu musuhnya.

Maka kasih sayang seorang ayah terhadap anak perempuannya,

itulah yang membuat hati Abu Sufyan tergetar dan merasa bangga di

samping memusuhi. Itulah yang disebutkan pada pangkal ayat ini, bahwa

mudah bagi Allah menukar kebencian menjadi hubungan kasih sayang

yang baik, “Dan Allah itu Maha Kuasa”, merubah keadaan dari keruh ke

jernih, dari kusut ke selesai, sebab itu tergantung kepada ketulusan hati

manusia adanya. “Dan Allah itu Maha Pengampun”, Orang yang tadinya

musuh besar, bisa saja jadi teman akrab dan dosanya diampuni oleh Allah

Swt, dan “Allah Maha Penyayang”, di tunjukkannya jalan, dibimbingnya

jiwa, dan diberikannya petunjuk menuju kebenaran.147

Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil

terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak

(pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-

orang yang berlaku adil, Pada pangkal ayat 8 ini Hamka menyebutkan

bahwa Allah dengan tegas tidak melarang kamu, hai pemeluk agama islam

untuk berbuat baik, bergaul dengan baik dan berlaku adil dan jujur dengan

golongan lain, baik mereka itu Yahudi atau Nasrani atau pun musyrik,

selama mereka tidak memerangi kamu, tidak memusuhi kamu atau

mengusir kamu dari kampung halaman kamu. Dengan begini hendaknya

disisihkan di antara perbedaan kepercayaan dengan pergaulan sehari-hari.

147 Hamka. Tafsir al-Azhar, Jilid IX (Pustaka Nasional Pte Ltd: Singapura, 2003), hal. 7299-7300

Page 90: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

77

Menurut sebuah hadis yang diriwatkan oleh Abu Daud, setelah terjadi

perdamaian diantara Nabi Muhammad Saw dan kaum Quraisy sehabis

perjanjian Hubaidillah ada orang-orang dari Makah datang menemui

keluarganya yang telah hijrah ke Madinah. Di antaranya ialah Qutailah,

mantan istri dari Abu Bakar Shiddiq yang telah beliau ceraikan di zaman

jahiliyah. Ia adalah ibu dari anak beliau Asma’ bin Abu Bakar. Dia datang

ke Madinah karena rindu hendak menemui anak perempuannya itu dan

dibawaknnya berbagai hadiah. Tetapi Asma’ masih ragu-ragu hendak

menerima hadiah dari ibu kandungnya itu, sebab ia masih jahiliyah. Lalu ia

datang bertanya kepada Nabi Muhammad Saw. Maka turunlah ayat ini,

bahwa tidak ada larangan berbuat baik dan berlaku adil dengan orang yang

tidak memusuhi kamu dan tidak mengusir kamu dari negeri kamu. Niscaya

tidaklah ibu Asma’ yang bernama Qutailah itu tergolong orang yang turut

mengusir Nabi dan memusuhi kaum muslimin. Beliau hanya saja belum

terbuka baginya itu hidayah dari Allah.148

Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil, Ujung

ayat ini tersebut Muqsithiin yang kita artikan berlaku adil. Sebenarnya arti

dari Qisthi lebih luas dari adil. Karena adil adalah khusus ketika menghukum

saja, jangan Zhalim, menjatuhkan keputusan, sehingga yang tidak bersalah

disalahkan juga. Qisthi adalah lebih luas, mencakup pergaulan hidup.

Tegasnya jika kita berbaik dengan tetangga sesama Islam, hendaknya

dengan tetangga yang selain Islam kita berbaik juga. Jika kita kepada

tetangga sesame Islam mengantarkan makanan yang enak, maka

hendaklah kita Qisth, hantari pula makanan yang enak kepada tentangga

yang berlain agama. Jika mereka di dalam kesedihan, tunjukkan kepada

mereka bahwa kita pun turut bersedih.149 Sebagaimana sikap Nabi yang

menjenguk seorang anak sakit dari keluarga Yahudi, yang anak lelaki

tersebut pernah menjadi pembantu dirumah Nabi. Ketika anak itu dalam

keadaan sekarat dibujuk oleh Rasulullah agar mengakui Islam sebagai

148 Hamka. Tafsir al-Azhar, Jilid IX (Pustaka Nasional Pte Ltd: Singapura, 2003), hal. 7303 149 Hamka. Tafsir al-Azhar, Jilid IX (Pustaka Nasional Pte Ltd: Singapura, 2003), hal. 7304

Page 91: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

78

agamanya. Dan akhirnya anak itupun mengucapkan kalimat syahadat,

sehingga meninggal dalam keadaan Islam.150

Hamka menyatakan bahwa ayat ini adalah ayat “Muhkamah” artinya

berlaku buat selama-lamanya, tidak dimansukhkan. Dalam segala zaman

hendaknya kita berbuat baik dan bersikap adil dan jujur kepada orang yang

tidak memusuhi kita dan tidak bertindak mengusir kita dari kampung

halaman kita. Kita diwajibkan menunjukkan budi Islam kita yang tinggi.

Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai

kawanmu orang-orang yang memerangi kamu karena agama dan mengusir

kamu dari negerimu dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Pada

pangkal ayat 9 ini Hamka menyebutkan bahwa mereka yang berlain agama

dan keyakinan dengan kita sudah terang memusuhi kita dan memerangi

kita, sudah sampai mengusir kita dari negeri kita sendiri. Artinya meskipun

mereka tidak ikut keluar pergi memerangi Islam, tetapi mereka memberikan

bantuan. Misalnya ialah yang terjadi pada zaman Nabi Muhammad Saw

sendiri Abu Lahab. Dia tidaklah ikut dalam agkatan perang kaum musyrikin

Quraisy ketika mereka pergi memerangi Nabi dan peperangan dengan

dahsyat di peperangan Badar. Tetapi mereka memberikan bantuan berupa

harta banyak sekali kepada orang-orang yang hendak berangkat pergi

berperang, “Bahwa kamu menjadikan mereka teman”. Tegasnya dilarang

keraslah oleh Allah berteman, berkawan karib, mengharapkan pertolongan

dari pada orang yang telah nyata memerangi dan hendak menghapuskan

Islam, hendak mengusir, mengikis habis Islam dengan jalan mengusirmu.

“dan barang siapa yang berkawan dengan mereka, maka itulah orang-

orang yang aniaya”. Orang yang membuat hubungan baik dengan musuh

yang nyata jelas memusuhi Islam, memerangi dan bahkan sampai

mengusir atau membantu pengusiran, jelaslah dia itu orang yang aniaya.

Sebab dia telah merusak strategi, atau siasat perlawanan Islam terhadap

musuh. Tandanya orang yang membuat hubungan ini tidak teguh imannya,

150 Hamka. Tafsir al-Azhar, Jilid IX (Pustaka Nasional Pte Ltd: Singapura, 2003), hal. 7305

Page 92: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

79

tidak ada gairahnya dalam mempertahankan agama. Sama saja halnya

dengan orang yang mengaku dirinya seorang Islam tetapi dia berkata, “Bagi

saya segala agama sama saja, karena sama-sama baik tujuannya”. Orang

yang berkata begini nyatalah bahwa tidak ada agama yang mengisi hatinya.

Kalau dia mengatakan dirinya Islam, maka perkataannya itu tidak sesuai

dengan kenyataannya. Karena bagi orang Islam sejati, agama yang

sebenarnya itu hanya Islam.151

2. Larangan Menghina Sembahan Non Muslim

a) Surah Al Baqarah ayat 62

صالا لآخر وعمل الصابئين من أمن بالله والي وم اإن الذين أمن وا والذين هادوا والنصاري و

م ولاهم يزن ون ف لهم أجرهم عند ربArtinya : Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan orang-orang

yang jadi yahudi dan Nasrani dan shabi’in, barang siapa beriman kepada Allah dan hari kemudian dan beramal saleh, maka mereka akan mendapat ganjaran disisi Allah mereka, dan tidak ada ketakutan atas mereka dan tiadalah mereka berduka cita.152 (QS. Al-Baqarah ayat 62)

Penafsiran Hamka Hamka menyebutkan dalam menafsirkan ayat diatas, ”kesan

pertama yang dibawa oleh ayat ini ialah perdamaian dan hidup

berdampingan secara damai di antara pemeluk sekalian agama dalam

dunia ini”.153 Hamka merasa cemas terhadap pemeluk agama yang fanatik.

Yang kadang saking fanatiknya, imannya bertukar dengan cemburu, “orang

yang tidak seagama dengan kita adalah musuh kita.” Dan ada lagi yang

bersikap agresif, menyerang, menghina dan menyiarkan propaganda

agama mereka dan kepercayaan yang tidak sesuai ke dalam daerah negeri

yang telah memeluk suatu agama. Itu semua menjadi kecemasan Hamka.

Menurut Hamka ayat ini dengan jelas menganjurkan persatuan agama,

151 Hamka. Tafsir al-Azhar, Jilid IX (Pustaka Nasional Pte Ltd: Singapura, 2003), hal. 7304-7305 152 Al-Qur’an dan Terjemah Juz 1-30 (Kementrian Agama RI, Bandung 2018). hal 10 153 Hamka. Tafsir al-Azhar, Jilid IX (Gema Insani, Jakarta, 2015), hal. 680

Page 93: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

80

jangan agama dipertahankan sebagai suatu golongan, melainkan

hendaklah selalu menyiapkan jiwa mencari dengan otak dingin, manakah

dia hakikat kebenaran. Iman kepada Allah dan hari akhirat diikuti oleh amal

yang saleh. Hamka juga tidak sependapat dengan keterangan yang

diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim jika ayat di atas telah

mansukh, tidak belaku lagi. Dan telah di-nasikh-kan oleh ayat 58 dari surah

Ali Imran yang berbunyi:

ر الإسلام دي نا ف لن ي قبل من ومن ي بتغ غ ه وهو ف الأخرة من الاسرين ي Artinya: dan barang siapa yang mencari dari Islam menjadi agama,

sekali-kali tidaklah akan diterima darinya. Dan dia di akhirat akan termasuk

orang-orang yang rugi.154 (QS. Ali Imran ayat 85)

Dalam pandangan Hamka ayat ini bukanlah menghapus (Nasikh)

ayat 62 surah Al-Baqarah ayat 62, melainkan memperkuat. Sebab, lanjut

Hamka, hakikat Islam ialah percaya kepada Allah dan hari akhirat. Percaya

kepada Allah artinya percaya kepada segala firman Allah, segala Rasulnya

dengan tanpa terkecuali. Termasuk kepercayaan terhadap Nabi

Muhammad Saw, dan hendaklah di ikuti oleh amal yang soleh. Kalau

dikatakan bahwa ayat 62 surah Al-Baqarah telah di Nasikh-kan oleh ayat

85 surah Ali Imran, yang timbul hanyalah Fanatik, yaitu mengakui Islam

walau tidak mengamalkannya. Dan surge itu dijamin hanya untuk kita saja.

Akan tetapi kalau kita fahamkan bahwa di antara kedua ayat ini adalah

saling lengkap melengkapi, pintu dakwah senantiasa terbuka dan

kedudukan Islam tetap menjadi agama fitrah, tetap dalam kemurniaanya

sesuai dengan jiwa asli manusia, begitulah menurut Hamka.155

154 Al-Qur’an dan Terjemah Juz 1-30 (Kementrian Agama RI, Bandung 2018). hal 61 155 Hamka. Tafsir al-Azhar, Jilid I (Pustaka Nasional Pte Ltd: Singapura, 2003), hal. 169-167

Page 94: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

81

b) Surah Al An’am ayat 108

ا لكل أمة عملهم كذلك زي ن الله عدوا بغي علم ولاتسبوا الذين يدعون من دون الله ف يسبوا

م مرجعهم ف ي نبئ هم با كان وا ي عملون ث إل ربArtinya : Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang

mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Rabb mereka kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan.156 (QS. Al-An’am : 108).

Penafsiran Hamka

”Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka

sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan

melampaui batas tanpa pengetahuan”. Pada ayat ini Hamka menyebutkan

bahwa diperingatkanlah kepada sekalian orang mukmin bahwa berhala-

berhala yang disembah oleh orang jahiliyah itu janganlah di maki atau

dihinakan. Lebih baik tunjukan saja dengan alasan yang masuk akal

bagaimana keburukan menyembah berhala. Tetapi jangan berhala itu

dicaci atau dicerca. Sebab kalau pihak orang-orang yang beriman sudah

mulai memaki-maki atau mencerca dan menghinakan berhala mereka,

tandanya pihak kita sudah kehabisan alasan untuk memburukkan

perbuatan mereka. Dan kalau berhala yang mereka sembah dimaki oleh

pihak muslimin, niscaya mereka akan mencerca dan memaki pula apa yang

disembah oleh orang-orang yang beriman. Yang disembah oleh orang-

orang yang beriman, tidak lain hanyalah Allah Swt. Maka oleh karena jahil,

tidak ada ilmu tentang Allah Swt, mereka nanti akan memaki Allah Swt pula.

Padahal sebagaimana dimaklumi orang-orang yang menyembah berhala

itu mengakui juga bahwa Allah Swt tetap ada dan tetap esa.

Mereka menyembah berhala sebagai perantara saja yang akan

menyampaikan permohonan mereka kepada Allah Swt. Tetapi kalau

156 Al-Qur’an dan Terjemah Juz 1-30 (Kementrian Agama RI, Bandung 2018). hal 141

Page 95: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

82

lantaran hati mereka telah tersakiti, sebab berhala mereka dimaki, dengan

tiada ada pertimbangan ilmu lagi, akhirnya mereka pun memaki Allah Swt.

Sakit hati mereka terhadap kaum muslimin yang memaki berhala mereka,

mereka balaskan dengan memaki Allah Swt. Dengan demikian keadaan

tidak akan bertambah baik, melainkan bertambah kacau. Kalau mereka

memaki Allah karena membalaskan caci-makian orang beriman terhadap

berhala mereka, niscaya orang Islam yang memaki itu tidak lepas dari dosa,

sebab mereka yang memulai.157

Ayat ini menunjukkan bahwa maki-memaki karena perbedaan

pendapat atau pendirian tidaklah menunjukkan bahwa orang-orang yang

mengerjakannya itu adalah orang yang berilmu. Di dalam Bahasa arab di

ungkapkan:

البادئ أظلم Artinya : “yang memulai lebih dahulu, itulah yang lebih zalim”.

Dalam hadis Nabi Muhammad Saw yang diriwayatkan oleh Imam Al-

Bukhari dan Imam Muslim dari Abdullah bin ‘Amr, berkata Rasulullah Saw:

من الكبائر شتم الرجل والديه Artinya : “Termasuk dosa besar seseorang mencerca ayah dan

bundanya”

Maka bertanyalah mereka: “ya Rasulullah! Adakah orang yang

mencerca ayahnya? Beliau pun menjawab :

سب أمه يسب أباالرجل ف يسب أباه ويسب أمه ف ي

Artinya : “Dia memaki ayah seseorang, lalu orang itu memaki

ayahnya pula. Lalu dimakinya ibunya, diapun membalas memaki ibunya

pula”.

157 Hamka. Tafsir al-Azhar, Jilid III (Pustaka Nasional Pte Ltd: Singapura, 2003), hal. 2134

Page 96: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

83

Apabila orang Islam memegang teguh agamanya, tidaklah mungkin

terjadi pertengkarang yang mengakibatkan maki-memaki. Di dalam ayat

udah diisyaratkan bahwasanya perbuatan yang demikian hanya timbul

dengan sebab tidak ada ilmu. Sebagaimana pepatah yang terkenal: “kalau

isi otak tidak ada yang akan dikeluarkan, padahal mulut hendak berbicara

juga, maka akhirnya isi usulah yang akan dikeluarkan!” demikian juga

orang Kristen yang memegang agama denga benar, niscaya mereka tidak

akan memakai perkataan yang dapat menyakitkan hati, kebohongan dan

makian di dalam melakukan propaganda agama mereka sebab dalam salah

satu isi Injil yang mereka pegang ialah “kasihanilah musuhmu”.158 Hamka menyebutkan ada dua atau tiga macam Asbabun Nuzul ayat

tersebut dalam kitab tafsir, yang kesimpulannya adalah bahwa memang

pernah kejadian kaum muslimin ketika berada di Mekah memaki dan

mencela dan mencerca berhala-berhala kaum musyrikin itu, maka lantaran

sakit hati berhala mereka dimaki, mereka maki pula Allah. Sebab kaum

beriman menyembah Allah. Maka datanglah ayat ini, larangan kepada

kaum muslimin memaki berhala mereka, supaya mereka pun tidak memaki

Allah Swt.

Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan

mereka. Lanjutan ayat ini menegaskan lagi kebiasaan jiwa tiap-tiap

golongan umat, yaitu selalu merasa bangga dengan kelebihan dan

keutamaan yang ada pada mereka. Segala amal perbuatan dihiaskan,

artinya dirasa paling bagus, paling benar. Lantara telah dihiaskan dalam

hati, maka amal yang benar di angkat dan ditonjolkan setinggi langit, yang

sepuluh di jadikan seratus, dan amalan yang salah dibela mati-matian,

supaya dipandang benar.

Pada intinya ayat ini, menerangkan bahwa rasa bangga dengan

usaha sendiri itu adalah ditanamkan oleh Allah sendiri dalam hati tiap-tiap

umat. Dapatlah kita rasakan bahwa penghiasan begini ditanamkan Allah

158 Hamka. Tafsir al-Azhar, Jilid III (Pustaka Nasional Pte Ltd: Singapura, 2003), hal. 2134-2135

Page 97: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

84

untuk menjaga niscaya kebanggaan dan hiasan itu dapat membawa

kegelapan. Adat jahiliyah pusaka nenek moyang yang nyata salahnya, tidak

masuk akal, sebagai menyembah berhala, tentu akan dipertahnkan juga.

Sebagai umat arab sendiri, di zaman jahiliyah dihiaskan bagi mereka

kebanggaan kabilah, kebanggaan berhala, setelah datang Islam,

dikalangan merekalah timbul Nabi akhir zaman Nabi Muhammad Saw. Dan

dengan Bahasa mereka Al-Qur’an diturunkan. Hal ini bolehlah

dibanggakan, karena telah dihiaskan Allah kepada mereka. Tetapi kalau

Nabi Muhammad Saw. Dibanggakan oleh orang arab sebab dia bangsa

arab pada hal yang amalan yang beliau ajarkan tidak diamalkan. Atau orang

arab berbangga sebab Al-Quran berbahasa arab, tetapi tuntunan Al-Qur’an

tidak di ikuti, sama sajalah keadaannya dengan perhiasan yang

dibanggakan orang di zaman jahiliyah.

Di ayat ini Hamka menyebutkan bahwa amal itu dihiaskan Allah

kepada satu umat. Tetapi di ayat yang lain kelak kita akan bertemu pula,

bahwa syaitan pun turut menghiaskan amalan yang jahat kepada orang

yang diperdayakannya, sebagaimana yang tersebut dalam surah Al An’am

sendiri ayat 40 dan 137, surah Al Anfal ayat 49, atau An Nahl ayat 63, An

Naml ayat 24, Al Ankabut ayat 38, atau Hamim-Sajadah ayat 25, dan lain-

lainnya.159

“Kemudian kepada Rabb mereka kembali mereka, lalu Dia

memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan” pada

akhir ayat 8 ini Hamka menyebutkan bahwa bolehlah mereka bangga

menerima apa yang dihiaskan oleh Allah, dan jangan merasa bangga

merima apa yang dihiaskan oleh syaitan. Selama masih hidup di dunia

berlombalah berbuat yang baik, dan bertambah banyak berbuat kebajikan

yang timbul dari hati yang ikhlas, bertambah banyak pula lah pahala yang

akan diterima disisi Allah Swt. Setelah semua mahluk atau umat di

kembalikan kehadirat Allah. Diwaktu itulah nanti akan dijelaskan oleh Allah

159 Hamka. Tafsir al-Azhar, Jilid III (Pustaka Nasional Pte Ltd: Singapura, 2003), hal. 2135

Page 98: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

85

apa saja macam amalan yang kita lakukan di dunia, baik akan dibalas baik

dan keburukan pun akan dibalas dengan keburukan juga. Semua itu akan

dibalas oleh Allah Swt dengan seadil-adilnya.160

3. Batasan Toleransi terhadap keimanan dan peribadatan

Surah Al Kafirun ayat 1-6

ولآأ ) ٣(ولآأنتم عابدون مآأعبد )٢(لآأعبد مات عبدون )١(ن قل ياأي ها الكافرو نا عابد

دينكم ول دين لكم )٥(ولآأنتم عابدون مآأعبد )٤(ماعبدت

Artinya : Katakanlah:"Hai orang-orang kafir!, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah, Dan kamu bukan penyembah Ilah yang aku sembah, Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Ilah yang aku sembah, Untukmulah agamamu, dan untukkulah agamaku.161 (QS. Al-Kafirun : 1-6).

Penafsiran Hamka

Hamka menyebutkan surah ini diturunkan di Mekah dan tujuan ayat-

ayat ini ialah kaum musyrikin, yang kafir, artinya tidak mau menerima

seruan dan petunjuk kebenaran yang dibawakan Nabi kepada mereka.

Katakanlah Olehmu hai utusanku, kepada orang-orang yang tidak mau

percaya itu. “Hai orang-orang kafir”. Hai orang yang tidak mau percaya.

Menurut Ibnu Jarir panggilan seperti ini, Allah menyuruh Nabi Muhammad

Saw untuk menyampaikan kepada orang-orang kafir, yang sejak semula

berkeras menantang ajaran Nabi Muhammad Saw dan sudah diketahui

dalam ilmu Allah Swt bahwa sampai saat terakhir pun mereka tidak akan

mau menerima kebenaran. Mereka menentang, dan Nabi Muhammad Saw

pun dengan tegas pula dalam sikapnya menentang penyembahan mereka

kepada berhala, sehingga timbullah suatu pertandingan siapa yang paling

kuat semangatnya mempertahankan pendirian masing-masing. Maka pada

160 Hamka. Tafsir al-Azhar, Jilid III (Pustaka Nasional Pte Ltd: Singapura, 2003), hal. 2136 161 Al-Qur’an dan Terjemah Juz 1-30 (Kementrian Agama RI, Bandung 2018). hal 603

Page 99: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

86

satu waktu terasalah oleh mereka sakitnya pukulan-pukulan itu, mencela

berhala mereka, dan menyalahkan kepercayaan mereka.162

Maka bermuafakatlah pemuka-pemuka Quraisy musyrikin itu hendak

menemui Nabi. Mereka bermaksud hendak mencari, “damai”. Yang

mendatangi Nabi itu menurut riwayat Ibnu Ishaq dari Said bin Mina ialah Al-

Walid bin Al-Mughirah, Al-‘Ash bin Wail, Al-Aswas bin Al-Muthalib dan

Umaiyah bin Khalaf. Mereka kemukakan suatu usul damai, “Ya

Muhammad ! mari kita berdamai. Kami bersedia menyembah apa yang

kamu sembah, tetapi engkau pun hendaknya sedia pula menyembah yang

kami sembah , dan di dalam segala urusan negeri kita ini, engkau turut serta

Bersama kami. Jika seruan yang engkau bawa ini memang ada baiknya

dari pada apa yang ada pada kami, supaya turutlah kami merasakannya

dengan engkau. Dan jika pegangan kami ini yang lebih benar dari pada apa

yang engkau serukan itu maka engkau pun telah bersama merasakannya

dengan kami, sama mengambil bagian padanya”. Inilah usulan yang

mereka kemukankan kepada Nabi Muhammad Saw.163

Tidak berapa lama setelah mereka mengemukakan usulan ini,

turunlah ayat ini, “katakanlah, hai orang-orang yang kafir ! “Aku tidaklah

menyembah apa yang kamu sembah” (ayat ke 2).

Hamka mengutip dari perkataan Ibnu Katsir yang disalinnya dari Ibnu

Taimiyah arti dari ayat yang kedua: “Aku tidaklah menyembah apa yang

kamu sembah”. Ialah menafikan perbuatan (Nafyul fi’li). Artinya bahwa

perbuatan begitu tidaklah pernah aku kerjakan. “Dan tidak pula kamu

menyembah apa yang aku sembah” (ayat ke 3). Artinya persembahan kita

ini sekali-kali tidak dapat diperdamaikan atau digabungkan. Karena yang

aku sembah hanyalah Allah Swt dan kalian menyembah kepada benda

yaitu kayu, atau batu yang kamu perbuat sendiri dan kamu besarkan

sendiri. “Dan aku bukanlah penyembah sebagaimana yang aku sembah”

(ayat ke 4). “Dan kamu bukanlah penyembah sebagaimana aku

162 Hamka. Tafsir al-Azhar, Jilid X (Pustaka Nasional Pte Ltd: Singapura, 2003), hal. 8132 163 Hamka. Tafsir al-Azhar, Jilid X (Pustaka Nasional Pte Ltd: Singapura, 2003), hal. 8132

Page 100: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

87

menyembah” (ayat ke 5). Maka apa yang kita sembah itu berlainan: kamu

menyembah berhala dan aku menyembah Allah yang maha esa, maka cara

kita menyembah pun lain pula. Kalau aku menyembah Allah maka aku

melakukan shalat di dalam syarat dan rukun yang telah ditentukan.

Sedangkan kamu menyembah berhala itu sangat berbeda dengan cara aku

meyembah Allah. Oleh sebab itu tidaklah dapat pegangan kita masing-

masing ini didamaikan, “Untuk kamulah agama kamu, dan untuk akulah

agamaku”.164 (ayat ke 6)

Hamka meyebutkan jika sesuatu itu berkaitan dengan masalah

akidah, di antara tauhid mengesakan Allah, sekali-kali tidaklah dapat

dikompromika atau dicampur-adukkan dengan syirik. Tauhid kalau udah

didamaikan dengan syirik, artinya ialah kemenangan syirik.

Hamka juga mengutip perkataan Syech Muhammad Abduh

menjelaskan perbedaan ini di dalam tafsirnya, “dua jumlah kata yang

pertama (ayat 2 dan 3) adalah menjelaskan perbedaan cara beribadah, dan

isi dua ayat berikutnya (ayat 4 dan 5) ialah menjelaskan perbedaan cara

beribadah. Tegasnya apa yang disembah lain dan cara menyembah pun

juga lain. Tidak satu dan tidak sama, yang aku sembah ialah Allah yang

maha esa, yang bersih dari pada segala macam persekutuan, perkongsian,

dan mustahil menyatakan dirinya pada diri seseorang atau sesuatu benda.

Allah yang memberikan karunianya kepada siapa saja yang ikhlas

beribadah kepadanya. Dan maha kuasa menarik ubun-ubun orang yang

menolak kebenarannya dan menghukum orang yang menyembah kepada

yang lain. Sedangkan yang kamu sembah bukan itu, bukan Allah Swt,

melainkan benda. Aku menyembah Allah saja, dan kamu menyembah

sesuatu selain Allah dan kamu persekutukan yang lain itu dengan Allah.

Sebab itu maka menurut aku, ibadahmu itu bukanlah ibadah dan tuhanmu

itu bukan tuhan. Untuk kamulah agama kamu, pakailah agama itu sendiri,

jangan pula aku diajak menyembah yang bukan tuhan itu. Dan untuk akulah

164 Hamka. Tafsir al-Azhar, Jilid X (Pustaka Nasional Pte Ltd: Singapura, 2003), hal. 8133

Page 101: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

88

agamaku, jangan sampai hendak kamu campur adukkan dengan apa yang

kamu sebut agama itu.165

Hamka mengutip pendapat Al-Qurthubi tentang ringkasan seluruh

ayat surah Al-Kafirun ini. “katakanlah olehmu wahai utusanku, kepada

orang-orang kafir itu, bahwasanya aku tidaklah mau diajak menyembah

berhala-berhala yang kamu sembah dan kamu puja itu, kamu pun rupanya

tidak mau menyembah kepada Allah saja sebagaimana yang aku lakukan

dan aku serukan. Malahan kamu persekutukan berhala kamu dengan Allah.

Maka kalau kamu mengatakan kamu menyembah Allah, Perkataan itu

adalah sebuah kebohongan, karena kamu adalah musyrik. Sedangkan

Allah itu tidak dapat dipersyarikatkan dengan yang lain.166 Dan ibadah kita

pun berlainan. Aku tidak menyembah kepada Allah sebagaimana kamu

menyembah berhala. Oleh sebab itu agama kita tidaklah dapat

diperdamaikan atau dipersatukan, “Bagi kamu agama kamu, bagiku adalah

agamaku pula”.

Surah Al-Kafirun ini memberikan pedoman yang tegas kepada kita

umat Nabi Muhammad Saw. Bahwa sanya akidah tidak dapat

diperdamaikan. Tauhid dan kesyirikan tidak dapat dipertemukan. Kalau

yang hak hendak dipersatukan dengan yang batil, maka yang batil jualah

yang menang. Oleh sebab itu maka akidah tauhid itu tidaklah mengenal apa

yang dinamakan Cynscritisme, yang berarti menyesuai-nyesuaikan. Misal

seperti penyembahan berhala dengan sembahyang atau menyembelih

binatang guna pemujaan hantu atau jin dengan membaca Bismillah. Ini

tidak bisa disatukan.167

165 Hamka. Tafsir al-Azhar, Jilid X (Pustaka Nasional Pte Ltd: Singapura, 2003), hal. 8133 166 Hamka. Tafsir al-Azhar, Jilid X (Pustaka Nasional Pte Ltd: Singapura, 2003), hal. 8134 167 Hamka. Tafsir al-Azhar, Jilid X (Pustaka Nasional Pte Ltd: Singapura, 2003), hal. 8134

Page 102: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

89

4. Tidak ada Paksaan dalam Beragama

a) Surah Al Baqarah ayat 256

الرشد من الغي ين قد ت ب ين ف قد استمسك فمن يكفر بالطاغوت وي ؤمن بالله لآإكراه ف الد

.ليم ع بالعروة الوث قى لا انفصام لا والله سميع Artinya : Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam);

sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dari pada jalan yang salah. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Taghut dan beriman kepada Allah, maka sesunguhnya ia telah berpegang teguh kepada tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.168 (QS. Al-Baqarah: 256).

Penafsiran Hamka

Dalam Menafsirkan ayat ini Hamka mengemukakan asbabun nuzul

yang diriwayatkan oleh Abu Daud, An-Nasa’i, Ibnu Mundzir, Ibnu Jarir, Ibnu

Hatim, Ibnu Hibban, Ibnu Mardawaihi, dan Al Baihaqi dari Ibnu Abbas dan

beberapa riwayat lainnya. Bahwa penduduk Madinah sebelum memeluk

agama Islam, merasa bahwa kehidupan orang yahudi lebih baik dari

kehidupan mereka sebab mereka masih jahiliyah. Sebab itu, di antara

mereka ada yang menyerahkan anaknya kepada orang yahudi untuk dididik

dan setelah besar mereka menjadi yahudi. Ada pula perempuan Arab yang

tiap beranak mati, maka kalua ia beranak lagi, lekas-lekas diserahkan

kepada orang yahudi. Dan oleh orang yahudi anak-anak tersebut

diyahudikan. Selanjutnya, orang Madinah menjadi Islam, dan menjadi kaum

Anshar. Maka setelah Rasulullah pindah ke Madinah, dibuatlah perjanjian

dengan kabilah-kabilah yahudi yang tinggal di Madinah. Akan tetapi dari

bulan ke bulan, tahun ke tahun, perjanjian itu mereka ingkari, baik dengan

cara halus maupun kasar. Akhirnya, terjadilah pengusiran terhadap Yahudi

Bani Nadhir yang telah didapati telah dua kali hendak membunuh Nabi.

Namun ditengah-tengah Bani Nadhir itu ada anak orang Anshar yang telah

menjadi Yahudi. Ayah anak itu memohon kepada Nabi supaya anak itu

168 Al-Qur’an dan Terjemah Juz 1-30 (Kementrian Agama RI, Bandung 2018). hal 42

Page 103: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

90

ditarik kepada Islam, kalua perlu dengan paksaan. Si ayah yang telah

memeluk Islam tidak sampai hati melihat anaknya yang menjadi Yahudi.

“Belahan diriku sendiri akan masuk neraka, ya Rasulullah!” kata orang

Anshar itu. Di waktu itulah turun ayat ini.169

“Tidak ada paksaan dalam beragama”, Hamka menjelaskan dalam

pangkal ayat ini melalui asbabun nuzul nya kalau seorang anak itu sudah

jelas menjadi yahudi, tidak boleh ia dipaksa memeluk Islam. Menurut

riwayat Ibnu Abbas dari Nabi Muhammad Saw. Hanya memanggil anak-

anak itu dan disuruh memilih, apakah sudi memeluk agama ayah mereka,

yaitu Islam, atau tetap dalam yahudi dan turut diusir? Menurut riwayat, ada

di antara anak-anak itu yang memilih Islam dan ada yang terus menjadi

Yahudi lalu berangkat dengan orang Yahudi yang mengasuhnya itu

meninggalkan Madinah. Menurut Hamka ayat ini merupakan suatu

tantangan kepada manusia karena Islam adalah benar. Orang tidak akan

dipaksa memeluknya, tetapi orang hanya diajak untuk berfikir. Asal dia

berfikir sehat, dia pasti akan sampai kepada Islam.170 Keyakinan suatu

agam tidak boleh dipaksakan, sebab “Telah nyata kebenaran dan

kesehatan”. Orang boleh menggunakan akalnya untuk menimbang dan

memilih kebenaran itu, dan orang pun mempunyai pikiran waras untuk

menjauhi kesesatan.171

“Maka barang siapa yang menolak segala pelanggaran batas dan

beriman kepada Allah, maka sesunggunya telah berpeganglah dia dengan

tali yang amat teguh, yang tidak akan putus selama-lamanya”. Agama Islam

memberikan kesempatan buat mempergunakan fikirannya yang murni,

guna mencari kebenaran. Asal orang sudi membebaskan diri pada hanya

turut-turutan dan pengaruh dari hawanafsunya, niscaya dia akan bertemu

dengan kebenaran itu. Apabila inti kebenaran telah di dapatkan, niscaya

iman kepada Allah mesti timbul. Dan segala pelanggaran yang melampaui

169 Hamka. Tafsir al-Azhar, Jilid I (Pustaka Nasional Pte Ltd: Singapura, 2003), hal. 623 170 Ibid, Hamka. hal 623 171 Hamka. Tafsir al-Azhar, Jilid I (Pustaka Nasional Pte Ltd: Singapura, 2003), hal. 624

Page 104: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

91

batas mesti hilang. Tetapi suasana yang seperti ini tidak bisa dipaksakan,

mesti timbul dari keinsafan diri sendiri. di ujung ayat ini dijelaskan “dan Allah

maha mendengar, lagi mengetahui”. Sungguh ayat ini merupakan suatu

tantangan kepada manusia, karena Islam adalah benar. Orang tidak akan

dipaksa memeluknya, tetapi orang hanya diajak buat berfikir. Asal ia berfikir

sehat, dia pasti akan sampai kepada Islam. tetapi kalau ada paksaan, mesti

timbul pemerkosaan fikiran, dan mestilah timbul taqlid.

Ayat ini adalah dasar teguh dari Islam. musuh-musuh Islam

membuat berbagai macam fitnah yang dikatakan ilmiah sifatnya bahwa

Islam dimajukan dengan pedang. Islam dituduh memaksa orang memeluk

agama. “Pengetahuan” seperti inipun kadang-kadang dipaksakan supaya

diterima orang, terutama dimasa-masa negeri Islam dalam penjajahan.

Hamka menyebutkan orang dipaksa menerima teori itu dan tidak diberikan

kesempatan membandingkan.172

Hamka menyebutkan, kalau orang bener-bener hendak Ilmiah

memilih kebenaran sesuatu, maka cari dari sumber aslinya. Apa sumber

asli Islam kalau bukan Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah (Hadis). Ayat 256

surah Al-Baqarah inilah yang menjadikan sumber bahwa Islam tidak pernah

memaksa dalam memeluk agama. Kita melihat jelas bahwa kaum Yahudi

Bani Nadhir diusir habis dari Madinah, karena mereka mengadakan suatu

kelompok untuk membunuh Nabi Muhammad Saw. Yang waktu itu menjadi

pemimpin masyarakat Madinah. Tidak ada perkataan ketika itu bahwa kalau

mereka sudi memeluk Islam, mereka akan diusir. Malahan anak-anak kaum

anshor sendiri, yang telah jadi Yahudi, tidak dipaksa memeluk agama ayah

mereka, meskipun ayah itu sendiri meminta kepada Nabi Muhammad Saw.

Supaya anak itu dipaksa. Dalam pengusiran bani Nadhir itu sudahlah

sangat terang perbedaan soal politik dengan soal keyakinan agama.

Mereka diusir dari Madinah. Karena mereka ingin membunuh Nabi. Tetapi

mereka tidak dipaksa masuk Islam, dan anak-anak orang arab sendiri yang

172 Hamka. Tafsir al-Azhar, Jilid I (Pustaka Nasional Pte Ltd: Singapura, 2003), hal. 625

Page 105: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

92

telah memeluk Yahudi tidak dipaksa supaya memeluk agama ayah-bunda

mereka.173

Jadi pada ayat ini Hamka menjelaskan kepada kita bahwa dalam

Islam tidak ada yang Namanya nya pemaksaan dalam beragama. Yang ada

adalah agama Islam hanya dianjurkan untuk berdakwah yang benar saja,

tanpak memaksa. Karena setiap manusia mempunyai fikiran yang waras

dalam menilai mana yang baik dan mana yang tidak baik dalam hal

Bergama.

b) Surah Yunus ayat 99-100

ي وا مؤمنين عا أفأنت تكره الناس حت يكون ولو شآء ربك لأمن من ف الأرض كلهم ج

لاي عقلون ل الرجس على الذين وماكان لن فس أن ت ؤمن إلا بإذن الله ويع Artinya : Dan jikalau Rabbmu menghendaki, tentulah beriman semua

orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah ka(hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya, Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya.174 (QS. Yunus: 99-100).

Penafsiran Hamka

“Dan jikalau Rabbmu menghendaki, tentulah beriman semua orang

yang di muka bumi seluruhnya.” (pangkal ayat 99) Hamka menyebutkan

Rasulullah Saw tentu ingin sekali agar seluruh isi bumi ini beriman kepada

Allah. Jangan ada juga hendaknya orang yang durhaka kepada Allah.

Ibaratnya penuh sesaklah masjid oleh orang yang beribadah kepada Allah,

tidak ada lagi yang masih bersilang-siur di luar tidak mempedulikan

sembahyang. Semua yang hidup di dunia ini percaya kepada Allah, tidak

seorang pun yang membantah. Allah pun maha kuasa berbuat yang

demikian itu. Bukankah Allah telah menciptakan malaikat yang taat dan

setia selalu, Bukankah Allah telah menjadikan semut atau lebah yang

173 Hamka. Tafsir al-Azhar, Jilid I (Pustaka Nasional Pte Ltd: Singapura, 2003), hal. 626 174 Al-Qur’an dan Terjemah Juz 1-30 (Kementrian Agama RI, Bandung 2018). hal 220

Page 106: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

93

sepakat dan tidak pernah bertingkah. Tetapi jika Allah menciptakan

manusia seperti yang demikian itu, niscaya manusia bukan sebagai

manusia lagi. Karena hilanglah akal manusia itu, yang tertinggal hanyalah

naluri saja.175

Allah menjadikan manusia dan diberikannya akal, manusia menjadi

khalifah Allah di muka bumi ini, satu makhluk yang luar biasa ajaibnya.

Dengan adanya manusia berakal itu timbullah pertimbangan mencari

perbedaan mana yang buruk dan mana yang benar, dan untuk mengetahui

apa artinya iman, manusia tidak akan tahu kalau tidak ada kufur. Maka

kalau Allah menghendaki supaya manusia itu beriman semuanya, mudah

saja bagi Allah. Akan tetapi manusia akan kehilang kegiatan berfikirnya dan

hilanglah perjuangan manusia untuk mencari nilai-nilai dalam kehidupan.

“Maka apakah hendak engkau paksa manusia sehingga semuanya itu

menjadi beriman?”.(Ujung ayat 99) pada ujung ayat ini Hamka

menyebutkan bahwa penggalan ayat ini berbentuk pertanyaan :” apakah

engkau hendak memaksa orang?”, padahal paksaan hanya dapat di

lancarkan untuk merubah kulit, namun batin manusia tidaklah dapat

dikuasai. Kewajiban Rasul bukanlah memaksakan, melainkan

menyampaikan, memberikan dakwah, menerangkan bahaya yang

mengancam bagi orang yang tidak mau percaya dan memberikan kabar

gembira bagi siapa yang beriman. Hamka menyebutkan bahwa paksaan

hanya memperbanyak kurban. Paksaan hanya dapat dilakukan oleh orang

yang memiliki kekuasaan, yang hati kecilnya sendiripun tidak yakin bahwa

dia dipihak yang benar.176

Ayat ini dan ayat 256 dari surah Al-Baqarah, yang bermakna tidak

ada paksaan dalam agama, adalah pokok asas dari dakwah Islam. Menurut

Hamka paksaan itu tidak perlu, yang diperlukan adalah kegiatan dakwah.

Manusia memiliki akal yang waras, dan memiliki fitrah. Pandangan manusia

yang hidup dipengaruhi oleh lingkungannya. Penilaian benar atau salah

175 Hamka. Tafsir al-Azhar, Jilid V (Pustaka Nasional Pte Ltd: Singapura, 2003), hal. 3399 176 Ibid, Hamka, hal 3399

Page 107: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

94

dipegaruhi alam sekelilingnya. Kalau dia mendapatkan keterangan ataupun

dakwah yang sesuai dengan hatinya, artinya bebas dari paksaan, mereka

akan menyerah dengan sendirinya. Kalau orang dipaksa masuk Islam,

padahal batin/hatinya tidak menerima, maka akan percuma saja dan

keadaanpun tidak akan berubah.177

“Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah”.

(pangkal ayat 100), Hamka menyebutkan artinya Allah telah memberikan

manusia akal fikiran buat menimbang di antara yang buruk dan baik. Nabi

atau Rasul sendiripun tidaklah berkuasa membuat orang menjadi beriman.

Manusia hanya berikhtiyar dan saling mengingatkan antara lainnya.

Adapun yang akan menganugerahkan iman yang begitu mulia, iman yang

menjadi sinar dari sekalian hidup manusia ialah Allah sendiri. Manusia

memang bebas memilih sesuatu dalam lingkaran sebab dan akibat, tetapi

kebebasannya itu terbatas di dalam susunan sunnatullah dan takdir. Di ayat

ini dituliskan “Dengan izin Allah”, artinya dengan kehendak Allah yang

sesuai dengan hikmatnya yang tetinggi. Begitu juga seperti maut. Allah Swt

berfirman di dalam surah Ali Imran ayat 145 bahwa seseorang tidak akan

mati, kalau tidak ada izin dari Allah.

Maka ada orang yang mencoba ingin bunuh diri dengan melompati

jembatan, tiba-tiba diluar perhitungannya, celananya tersangkut di salah

satu kaitan besi jembatan tersebut, sehingga dia tidak jadi hanyut kesungai,

dan dapat ditolong oleh orang lain. Demikian pula masalah Iman. Nabi

Muhammad Saw berusaha, guru-guru agama berusaha, dan orang yang

bersangkutanpun berusaha, namun keputusan memberikan Iman itu

adalah Allah Swt sendiri.178

Pada ujung ayat 100 Allah Swt menyebutkan “dan Allah menimpakan

kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya”.

Walaupun pada pangkal ayat ini sudah dijelaskan bahwa meresapnya Iman

seseorang atas izin Allah, semoga Allah memudahkan kudrat dan

177 Hamka. Tafsir al-Azhar, Jilid V (Pustaka Nasional Pte Ltd: Singapura, 2003), hal. 3400 178 Hamka. Tafsir al-Azhar, Jilid V (Pustaka Nasional Pte Ltd: Singapura, 2003), hal. 3401

Page 108: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

95

sunnahnya. Namun pada ujung ayat ini Allah memberikan titik terang bagi

orang yang suka mempergunakan akal dan fikiran. Sebab manusia telah

diberikan akal oleh Allah. Dengan akal itu hendaknya manusia itu sendiri

memilih mana yang baik dan menjauhi yang buruk.

Serta mempertimbangkan mana yang manfaat dan mudharat. Tetapi

orang yang tidak mau mempergunakan akalnya dengan baik, seperti

mempunyai mata tapi tidak mau melihat, mempunyai telinga tapi tidak mau

mendengar, dan berotak tidak mau berfikir, itulah yang akan diliputi oleh

kotoran. Yaitu kotoran batin, sebab yang mereka ikuti itu bukanlah akal

melaikan hawa nafsunya.179

c) Surah Al Kahfi ayat 29

لمين نارا أحاط آء ف ليكفر إنآ أعتدنا للظاوقل الق من ربكم فمن شآء ف لي ؤمن ومن ش

سآءت مرت فقامهل يشوي الوجوه بئس الشراب و سرادق ها وإن يستغيثوا ي غاثوا بآء كال بم Artinya: Dan katakanlah:"Kebenaran itu datangnya dari Rabbmu;

maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.180 (QS. Al-Kahfi ayat 29).

Penafsiran Hamka

“Dan katakanlah:"Kebenaran itu datangnya dari Rabbmu” (Pangkal

ayat 29) Hamka menyebutkan bahwa kebenaran hanya milik Allah, bukan

dari aku atau kamu. Kebenaran adalah di atas dari kita semua. Dalam

mengadapi kebenaran tidaklah berbeda di antara orang kaya dengan orang

yang muskin, atau orang yang kuat dengan ornag yang lemah. “Sebab itu

maka barangsiapa yang mau berimanlah”. Kalau ia merasa bahwa yang

179 Ibid, Hamka, hal. 3401 180 Al-Qur’an dan Terjemah Juz 1-30 (Kementrian Agama RI, Bandung 2018). hal 297

Page 109: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

96

benar memang besar, disetujui oleh hati sendiri, maka berimanlah. “dan

barang siapa yang mau, maka kafirlah!”, sebab kamu sendiri ada diberikan

akal oleh Allah Swt. Engkau sendiri dapatlah menimbang dan mengunci

kebenaran itu. Jika kamu beriman selamatlah kamu, sebab kamu telah

menurut dari akalmu sendiri.

Dan jika kamu mau kafir, yang akan menanggung akibat dari

kekafiran itu bukan pula orang lain, melainkan kamu sendiri.

“Sesungguhnya kami telah menyediakan untuk orang-orang yang zalim itu,

api neraka, yang mengepung kepada mereka pagar-pagarnya”. Orang yang

kafir adalah orang yang zalim, orang yang aniaya. Karena ia melawan

kepada kebenaran dari Allah Swt. Maka nerakalah tempatnya, karena ia

sendiri yang memilih jalan kepada hal itu. “dan jika mereka meminta minum,

akan diberi minum mereka dengan air yang seperti logam cair, yang

menghanguskan muka mereka”. Sebab itu mereka tidak akan terlepas dari

kehausan, melainkan semakin diminum maka semakin sengsara, muka

habis dibakar oleh panasnya api neraka dan panasnya minuman yang

seperti logam cair itu: “Sejahat-jahat minuman dan seburuk-buruk tempat

duduk”. (ujung ayat 29) begitulah akhir kesudahan atau akibat dari pada

orang-orang yang sombong itu, yang merasa kedudukannya sekarang

terlalu tinggi, lalu menolak kebenaran yang datangnya dari Allah.181 d) Surah Lukman ayat 15

هما ف اوإن جاهداك على أن تشرك ب ماليس لك به ع ن يا لم فلا تطعهما وصاحب لد

ملون مرجعكم فأن بئكم با كنتم ت ع معروفا واتبع سبيل من أناب إل ث إل

Artinya : Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang

181 Hamka. Tafsir al-Azhar, Jilid VI (Pustaka Nasional Pte Ltd: Singapura, 2003), hal. 4190-4191

Page 110: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

97

telah kamu kerjakan.182 (QS. Luqman :15).

Penafsiran Hamka

Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan

Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu”. (pangkal ayat 15)

Hamka menyeburkan bahwa Ilmu yang sejati niscaya diyakini oleh

manusia. Manusia yang telah berilmu amat payah untuk digeserkan oleh

sesama manusia kepada suatu pendirian yang tidak berdasar ilmiah.

Bahwa Allah adalah esa, adalah puncak dari segala ilmu. Satu waktu

pernah ada seorang anak yang setia kepada orang tuanya akan didesak,

dikerasi, kadang-kadang dipaksa oleh orang tuanya buat mengubah

pendirian yang telah diyakini. Sekarang terjadi ibu dan bapak yang wajib

dihormati itu sendiri yang mengajak agar menukar ilmu dengan kebodohan,

menukar tauhid denga syirik. Tegas-tegas dalam ayat ini Allah memberikan

pedoman: “janganlah engkau ikuti keduanya”.

Tentu timbul pertanyaan, “Apakah dengan demikian si anak bukan

mendurhaka kepada orang tua?” jawabnnya udah diteruskan oleh Allah

pada lanjutan ayat, “Dan pergaulilah keduanya di dunia ini dengan

sepatutnya”. Artinya ialah bahwa keduanya selalu dihormati, disayangi,

dicintai dengan sepatutnya, dengan yang ma’ruf. Jangan mereka dicaci dan

dihina, melainkan tunjukkan saja bahwa dalam hal akidah memang berbeda

akidah engkau dengan akidah beliau. Kalau mereka sudah tua, asuh

jugalah mereka dengan baik. Tunjukkan bahwa muslim yang memiliki

budipekerti yang baik.

Menurut riwayat hal seperti ini terjadi pada masa sahabat, ada

seorang anak yang khitmat kepada ibunya. Setelah aku masuk Islam ibuku

berkata: “Apakah yang aku lihat telah terjadi pada dirimu ini? Engkau

tinggalkan agama ini, atau aku tidak makan dan minum sampai aku mati,

sehingga semua orang menyalahkan engkau, dikatakan orang: “Hai

pembunuh ibu!”. Lalu aku jawab: “Jangan engkau berbuat begitu, wahai

182 Al-Qur’an dan Terjemah Juz 1-30 (Kementrian Agama RI, Bandung 2018). hal 412

Page 111: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

98

ibuku! Aku tidak akan meninggalkan agamaku ini, walaupun apa

sebabnya!”.183

Maka ibunya pun tidak mau makan sampai tiga hari semalam.

Setelah hari pagi kelihatan ibunya itu sudah letih. Setelah anaknya lihat

keadaan ibunya demikian, berkatalah seorang anak itu: “wahai ibuku!

Hendaklah ibu ketahui, walau ibu mempunyai 100 nyawa, lalu nyawa itu

lepas dari tubuh ibu satu demi satu, tidaklah aku akan meninggalkan

agamaku ini. Kalau ibu suka, lebih baik ibu makan. Kalai ibu tidak suka

teruslah tidak makan. Mendengar jawaban setegas itu akhirnya beliau

makan juga”, inilah kisah pada zaman sahabat.184

“dan ikutilah jalan orang yang kembali kepadaku”. Yaitu jalan yang

ditempuh oleh orang-orang yang beriman. Karena itulah jalan yang selamat,

yang tidak berbahaya. “kemudian itu kepada akulah kamu sekalian akan

pulang”. Karena datangnya kita ini adalah dari Allah, perjalanan hidup di

dunia dalam jaminan Allah dan kelaknya akan pulang kepadanya. “maka

akan aku berikan kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan” (ujung ayat

15). Allah yang akan menilai baik buruknya apa yang kamu amalkan selama

dalam dunia ini. Sebab itulah dari sekarang pula bimbingan Allah wajib

diterima, dengan menempuh jalan yang ditempuh oleh orang yang beriman.

Jangan menempuh jalan sendiri.185

C. Analisis Pemikiran Hamka Tentang Ayat-Ayat Toleransi dan

Kebebasan Beragama

Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan terhadap penafsiran

Hamka tentang ayat-ayat toleransi dan kebebasan beragama dalam kitab

tafsir al Azhar. Penulis beranggapan, dunia ini sangat beragam, tidak hanya

satu warna, tetapi kompleks. Di samping bermacam-macam dan bertingkat-

tingkat, warna tersebut juga hampir tak terhingga, bisa diolah dan di campur

dengan warna lain sehingga menjadikan warna baru. Walaupun sudah ada

183 Hamka. Tafsir al-Azhar, Jilid VII (Pustaka Nasional Pte Ltd: Singapura, 2003), hal. 5568 184 Hamka. Tafsir al-Azhar, Jilid VII (Pustaka Nasional Pte Ltd: Singapura, 2003), hal. 5569 185 Ibid, Hamka. hal 5569

Page 112: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

99

banyak jenis warna, masih mungkin untuk menambah warna baru dengan

cara meramu antara satu warna dengan warna yang lain.

Indonesia menjadi salah satu Negara yang menjadi tempat

berkembangnya berbagai agama seperti, Yahudi, Kristen, Islam, Hindu,

Budha, dan aliran-aliran kepercayaan lain yang bertujuan untuk mencari

ketenangan. Perbedaan tersebut sering kali menimbulkan konflik antar

umat atas nama agama dengan mengklaim agama atau aliran yang

dianutnya adalah benar (truth claim) dan menganggap selain yang di anut

itu salah, bahkan sampai mengkafirkan. Tidak seharusnya perbedaan

tersebut menjadikan timbulnya konflik (atas nama agama) antar sesama

pemeluk agama, khususnya agama Islam. Karena dalam Islam

mengajarkan kepada perdamaian, yaitu ajaran yang hanif (kasih sayang,

toleransi) untuk seluruh umat manusia.

Al-Qur’an sebagai kitab yang bersifat universal memberikan petunjuk

kepada umat Islam untuk bersifat toleran kepada umat agama lain. Melalui

ayat-ayat nya Allah memberikan petunjuk kepada seluruh umat beragama

untuk melaksanakan sikap toleransi dan memberikan kebebasan dalam

beragama sebagaimana yang penulis dapatkan dari penafsiran Hamka.

Maka oleh karena itu, penulis membagi ayat-ayat toleransi dan

kebebasan beragama kepada empat tema yaitu, berlaku adil dan baik

terhadap non muslim, larangan menghina sembahan non muslim, Batasan

toleransi terhadap keimanan dan peribadatan, dan tidak ada paksaan

dalam beragama.

1. Berlaku adil dan baik terhadap non muslim

Hamka menjelaskan surah Al-Fatihah ayat 1 ini mengandung dua

sifat Allah swt yaitu al-Rahmân dan al-Rahîm yang menurut Hamka adalah

bermakna maha pemurah, kasih sayang, cinta, santun dan perlindungan.

Fungsi kedua sifat ini disebut terlebih dahulu sebelum menyebutkan sifat-

sifat Allah yang lain, guna untuk menangkis anggapan orang yang

menggambarkan bahwa Tuhan adalah sesuatu yang amat ditakuti, atau

menakutkan, seram, dan kejam, sehingga orang yang memuja-Nya di

Page 113: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

100

karena takut akan murka-Nya. Dengan demikian ayat ini secara implisit

menggambarkan bahwa Allah swt adalah dzat yang maha pemurah,

penyayang dan melindungi. Allah swt tidak memaksa manusia untuk

memuja-Nya karena Ia tidak butuh dipuja sebagaimana keterangan Hamka.

Hamka menjelaskan dalam surah Asy-Syura ayat 15 ini bahwa

walaupun kita berbeda agama dengan orang lain. Sikap adil terhadap

sesama manusia harus tetap terjaga, seperti mencetuskan sebuah

kebenaran dan kenyataan di dalam membuat keputusan haruslah dengan

adil. Karena Hamka menginginkan setiap manusia Bersatu dan tidak

berpecah belah. Sesuai dengan perintah Allah kepada Nabi Muhammad

Saw. Agar manusia Bersatu pada agama yang hanif dan berpegang teguh

pada tali agama Allah dan jangan berpecah belah.

M. Quraish Shihab menjelaskan juga dalam tafsir Al-Misbah surah

Asy-Syura ayat 15, untuk mengajak manusia seluruhnya Bersatu dan

istiqamah dalam melaksanakan ajaran agama sebagaimana diperintahkan

kepadamu oleh Allah Swt. Dan janganlah mengikuti hawa nafsu dan berlaku

adil diantara kamu semua.186 Wahbah Az-Zuhaili dalam Tafsir Al-Wasith,

Allah memerintahkan Nabinya untuk mengatakan, “Aku membenarkan

seluruh kitab yang diturunkan dari langit, Allah yang menurunkannya

kepada nabi-nabi dan rasul-rasulnya, yang meliputi Taurat, Injil, Zabur,

serta shuhuf (lembaran) milik Ibrahim, Musa dan Syits. Allah juga

memerintahkan nabinya untuk bersikap adil di antara manusia biar apapun

agama mereka berbeda-beda, dengan mengedepankan kebenaran dan

keadilan dalam menetapkan keputusan hukum apabila mengajukan

gugatan perkara kepadanya.187

Hamka menjadikan juga Surah Al-Mumtahanah ayat 7-9 sebagai

pedoman bagi umat Islam untuk bergaul dan berinteraksi sehari-hari

dengan komunitas di luar Islam. Umat Islam dipersilahkan untuk bergaul

186 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an, vol 12, Cetakan: Pertama, (Jakarta: Lentera Hati 2013). hal 476 187 Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir Al-Wasith (Al-Qashash-An-Nas) Jilid 3, diterjemahkan oleh Muhtadi, dkk, Cetakan pertama, (Jakarta: Gema Insani 2012). hal 361

Page 114: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

101

dengan akrab, bertetangga, saling tolong menolong, bersikap adil dan jujur

kepada pemeluk agama lain. Tetapi jika ada bukti bahwa pemeluk agama

lain itu hendak memusuhi, memerangi dan mengusir umat Islam, maka

semua yang diperbolehkan itu menjadi terlarang. “Meskipun pandangan

kita sebagai umat beragama berbeda, tapi kita masih bisa bertetangga

secara jujur. Karena pada pendirian kami, agama itu tidak bisa dipaksakan.

Karena agama merupakan persoalan petunjuk dan hidayah illahi”. Kalimat

tersebut, keluar dari lisan Hamka, ulama sekaligus pengarang yang luas

wawasan keilmuannya. Sepintas kita akan segera tahu maksud dari tulisan

itu, yakni mengandung semangat toleransi dalam bermasyarakat,

khususnya di Indonesia.

“Kami” yang dimaksud dalam tulisan tersebut tentu merujuk kepada

umat Islam. Inilah yang mesti difahami segenap muslim, sebagai pedoman

hidup dalam bermasyarakat. Di satu sisi, umat muslim memang

diperintahkan untuk berdakwah, demi menegakkan amar ma’ruf nahi

munkar di muka bumi. Akan tetapi, disisi lain mesti difahami juga bahwa

dalam berdakwah, hendaknya dengan cara yang baik-baik. Tidak

dibenarkan dakwah dengan kekerasan, karena dengan demikian akan

membuat masyarakat takut dan menjauh. Perlu disadari pula bahwa

perbedaan di antara manusia adalah sebuah keniscayaan atau yang biasa

disebut dengan sunnatullah yang tidak bisa dirubah.

Namun, perbedaan ada bukan untuk diseragamkan, melainkan

dikelolah. Maka wajar jika Hamka sebagai muslim mengatakan, bahwa

perbedaan tidak menghalangi untuk bertetangga. Oleh karena itu ayat ini

menganjurkan kepada kita untuk menerapkan kerukunan antara umat Islam

dengan non muslim agar tidak menimbulkan pertikaian antara sesama umat

manusia, serta berbuat baik dan berlaku adil-lah agar tali persaudaraan

antara umat beragama tetap terbina dengan kokoh dan tidak ada timbul

permusuhan ataupun peperangan antara umat beragama.

Page 115: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

102

2. Larangan menghina sembahan non muslim

Sebagai seorang muslim kita dilarang untuk saling menghina satu

sama lain, apa lagi semua itu berkaitan tentang agama. Yang dianjurkan

kepada kita ialah menjalani hidup dengan damai, sebagaimana yang di

jelaskan Hamka dalam tafsirnya surah Al-Baqarah ayat 62. Hamka

menyebutkan bahwa ayat ini menyatakan tentang hidup berdampingan

secara damai dan menganjurkan persatuan antara pemeluk agama.

Dan Hamka menjelaskan pula dalam surah Al-An’am ayat 108 bahwa

Umat manusia dianjurkan untuk menghormati sembahan non muslim agar

mereka juga mampu menghormati Allah yang disembah oleh kita umat

Islam. Dan sebaliknya kita sebagai umat Islam dilarang mencaci-maki

sesembahan yang disembah oleh orang non muslim karena itu akan

menyebabkan mereka akan balik memaki Allah dengan tanpa ilmu. Lebih

baik ditunjukkan saja kepada mereka alasan yang masuk akal bagaimana

keburukan menyembah berhala atau tuhan selain Allah.

Wahbah Az-Zuhaili menjelaskan pula bahwa Allah dan Rasul melarang

kaum muslimin memaki sesembahan orang musyrik sekalipun dalam

makian terkandung maslahat hanya saja akan mendapatkan mafsadah

kerusakan yang lebih besar dari itu, yang di maksud adalah makian

terhadap kaum musyrikin kepada tuhan kaum muslimin.188 Dalam

kesempatan lain M. Quraish Shihah menyebutkan bahwa ayat ini juga

memberikan bimbingan kepada kaum muslimin untuk tidak melakukan hal-

hal yang tidak menyangkut mencaci tuhan-tuhan non muslim maupun

penganut agama selain Allah Swt. Boleh jadi mereka berbalik memaki Allah

melebihi Batasan kewajaran.189

Oleh karena itu, sebaiknya kita sebagai seorang muslim bisa berfikir

cerdas dalam mengambil sebuah tindakan. Sebab jika kita salah dalam

188 Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir Al-Wasith (Al-Qashash-An-Nas) Jilid IV, diterjemahkan oleh Muhtadi, dkk, Cetakan pertama, (Jakarta: Gema Insani 2012). hal 344 189 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an, vol 12, Cetakan: Pertama, (Jakarta: Lentera Hati 2013). hal 606

Page 116: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

103

berucap, itu akan menjadi boomerang bagi diri kita sendiri dan tentunya

akan merugikan diri kita dan orang banyak. Maka sepantasnya kita sebagai

seorang muslim untuk menjaga kemajemukan di Negara kita ini, agar

kerukunan antar umat beragama akan tetap terjaga dan hidup pun akan

menjadi tenteram.

3. Batasan toleransi terhadap keimanan dan peribadatan

Pada surah Al-Kafirun ini Hamka menjelaskan kepada kita bahwa

adanya Batasan terhadapat toleransi keimanan dan peribadatan, Sehingga

di dalam surah Al-Kafirun itu ditegaskan adanya larangan

mencampuradukkan akidah dan keimanan Islam dengan agama lain.

Karena kemurnian akidah Islam harus dijaga dengan baik. Sebagaimana

pada ayat pertama surah Al-Kafirun ini menjelaskan tentang ikrar kemurnian

tauhid. Disitu jelas, bahwa tidak ada yang dapat menyamai kebenaran

akidah Islam.

Oleh karena itu Allah melarang hambanya mencampuradukkan akidah

dan keimanan yang ia anut dengan keyakinan umat lain. Pada ayat kedua

dalam Al-Kafirun ini, menjelaskan tentang ikrar penolakan terhadap semua

bentuk praktik peribadatan kepada selain Allah Swt. Seperti yang dilakukan

oleh orang-orang kafir. Islam menganjurkan umatnya bertoleransi. Akan

tetapi, jika sudah menyangkut masalah akidah, keimanan, dan ibadah Islam

tidak lagi mengenal toleransi.

Hamka pernah menjabat sebagai ketua MUI (Majelis Ulama Indonesia)

pertama, dan beliau juga dikenal sebagai ulama Muhammadiyah. Pada saat

itu beliau mengeluarkan fatwa haram bagi umat Islam terkait perayaan Natal

bersama. Pada 19 Mei 1981. Hamka meletakkan jabatannya sebagai ketua

MUI karena merasa ditekan oleh menteri agama waktu itu, Alamsjah Ratoe

Perwiranegara. Ia memilih mundur ketimbang harus menganulir fatwa

tersebut.190

190 Yunuardi Syukur & Arlen Ara Guci, Buya Hamka Memoar Perjalanan Hidup Sang Ulama, (Tinta Medina, Solo 2017). hal. 53

Page 117: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

104

Namun dalam hal ini Hamka bukan melarang mengucapkan selamat

Natal, beliau hanya mengharamkan mengikuti ibadah perayaan Natal,

seperti menyanyi di gereja, membakar lilin atau apapun yang termasuk

ibadah pada hari Natal. Irfan Hamka pernah mengisahkan dalam bukunya

Ayah, bahwa Hamka juga pernah mengucapkan “selamat telah merayakan

Natal kalian” bagi penganut Kristen. Kata “Natal Kalian” itu untuk membatasi

akidah. Pasalnya dalam al-Qur’an disebutkan “Bagimu Agamamu, Bagiku

Agamaku. Bahkan Hamka pernah meminta Istrinya untuk memberikan

rendang kepada tetangganya. Tapi, rendang tersebut diberikan bukan saat

malam Natal, melainkan tahun baru masehi.

Dilihat dari pemaparan Hamka sangat tegas, bahwa masalah akidah

tidak bisa di kompromikan, karena ini berkaitan dengan masalah keyakinan

dan keimanan. Sikap tegas Hamka ini dapat difahami sebagai wujud

keterpengaruhannya Hamka terhadap kehidupan beragama pada saat itu.

Maka, kita sebagai seorang muslim hendaknya selalu memegang prinsip

akidah tersebut. Jangan sampai kita mudah dipecahkan atau dipermainkan

dengan kehidupan yang ada tanpa melihat bagaimana agama memandang

itu semua.

M. Quraish Shihab berpandangan bahwa umat Islam diperbolehkan

menghadiri perayaan hari raya non-Muslim dan mengucapkan selamat

Natal, dengan argumen bahwa Allah swt., mengabadikan ucapan selamat

Natal di dalam surat Maryam ayat 33:

ي وم أب عث حياوالسلام علي ي وم ولدت وي وم أموت و

Artinya: Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada

hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan

hidup kembali".191

Melalui ayat di atas M. Quraish Shihab berpendapat bahwa dalam

konteks ucapan selamat Natal, kalaupun non-muslim memahami ucapan

191 Al-Qur’an dan Terjemahnya Juz 1- Juz 30 (Departemen Agama RI, 2004), hal. 244.

Page 118: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

105

tersebut sesuai dengan keyakinannya, maka biarlah demikian, karena

seorang muslim yang mengucapkannya memahami ucapannya sesuai pula

dengan keyakinannya. Adapun larangan pengucapan selamat Natal oleh

MUI menurutnya lebih banyak ditujukan kepada mereka yang khawatir akan

hilangnya akidah. Pendapat tersebut berbeda dengan pendapat ulama

pada umumnya, Ali Mustafa Yakub mengatakan bahwa M. Quraish Shihab

juga berargumen tentang pembolehan ucapan selamat Natal dengan hadis

nabi yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari:

نة أخب رنا إسحاق بن عبد الله بن أب ط ث نا سفيان بن عي ي ث نا بشر بن الكم حد لحة حد

ع أنس بن مالك رضي الله عنه ي قول و طلحة اشتكى ابن لأب طلحة قال فمات وأب أنه سم

و طلحة خارج ف لما رأت امرأته أنه قد مات هيأت شيئا ونته ف جانب الب يت ف لما جاء أب

طلحة أن ها قال كيف الغلام قالت قد هدأت ن فسه وأرجو أن يكون قد است راح وظن أبو

ع صادقة قال ف بات ف لما أصبح اغتسل ف لما أراد أن يرج أعلمته أنه قد مات فصلى م

هما ف قال رسول النب صلى الله عليه وسلم ث أخب ر النب صلى الله عليه وسلم ب ا كان من

لتكما الله صلى الله عليه وسلم لعل الله أن ي بارك لكما ف لي Artinya: Anas bin Malik meriwayatkan bahwa anak dari Abu Thalhah

mengeluh kesakitan, sehingga meninggal dunia sedangkan Abu Thalhah

sedang keluar. Ketika isterinya melihat kematian anaknya, maka ia

memindahkan anaknya ke sudut rumah. Lalu ketika Abu Thalhah pulang, ia

bertanya, “bagaimana keadaan si anak? “isterinya menjawab: tubuh si anak

telah tenang tertidur, aku berharap ia bisa beristirahat.” Abu thalhah

mengira bahwa isterinya berbicara yang sebenarnya. Kemudian Abu

Thalhah tidur. Setelah pagi hari ia mandi. Ketika Abu Thalhah ingin

berangkat keluar, isterinya memberitahukan bahwa sebenarnya anak

Page 119: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

106

mereka telah meninggal. Lalu Abu Thalhah salat subuh berjamaah denan

Nabi saw., setelah itu, ia memberitahukan kepada Nabi saw., keadaan yang

menimpa keluarganya. Maka Nabi saw., bersabda, “semoga Allah telah

memberkahi malam kalian berdua”.192

Hadis yang dijadikan dalil oleh M. Quraish Shihab adalah sahih

karena diriwayatkan oleh Imam al-Bukhâri yang telah disepakati

kesahihannya dan diterima oleh umat Islam. Namun menurut Ali Mustafa

Yaqub metode pengambilan dalilnya untuk memperbolehkan pengucapan

Selamat Hari Raya Natal oleh seorang Muslim kepada orang Kristen; jika ia

berniat dengan pengucapan itu salam terhadap Nabi Isa bin Maryam, perlu

ditinjau kembali.

Pasalnya jika ditinjau apa yang terjadi pada sahabat Abu Thalhah

tidaklah berkaitan dengan permasalahan akidah. Perkataan tersebut tidak

merusak agama dan akidah. Menurut Ali Mustafa Yakub tindakan isteri Abu

Thalhah pada hadis tersebut bermaksud untuk menenangkan hati

suaminya yang baru datang dari luar rumah. Sikap tersebut hanya untuk

menjaga keharmonisan rumah tangga saja, agar suaminya tidak terlalu

bersedih karena kematian anaknya.

Imam as-Syatibi (790 H) pernah mengungkapkan dalam kitab al-

muwafaqat bahwa prinsip-prinsip ritual keagamaan bertujuan untuk

menjaga agama (Hifzu ad-Din) dari aspek yang nyata seperti keimanan,

pengucapan syahadat, salat, zakat, puasa, haji dan hal-hal lainnya.

Karnanya dalam hal ini menjaga agama merupakan suatu kewajiban

sedang merusaknya merupakan suatu keharaman.

Ali Mustafa Yakub menyebutkan bahwa ada delapan macam

toleransi dalam masalah agama yang diharamkan, seperti; tolong-

menolong dalam dosa, perbuatan yang merusak akidah, mencampurkan

yang hak dengan yang batil, menghadiri perayaan Agama non-Muslim

192 Lidwa, Hadist No – 1218.

Page 120: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

107

(Syahadah az-Zur), membantu kezaliman, berbuat bahaya, hal-hal yang

dilarang dalam kaidah fikih, mengakui kebenaran Agama non-Islam.193

Titik temuan dari perbedaan pendapat di atas ada pada persoalan

akidah. M. Quraish Shihab pun tidak serta-merta membolehkan

pengucapan selamat Natal, namun beliau memberi syarat kepada si

pengucap selamat Natal dengan tolak ukur niatnya. Akan tetapi justru

pilihan tersebut dibantah oleh Ali Mustafa Yakub karena pengambilan dalil

yang tidak tepat. Hamka memperbolehkan pengucapan selamat Natal

kalian harus menggunakan kata “Natal kalian” agar tetap ada perbedaan

dalam akidah. Terlepas dari kontroversi di atas, hemat penulis selamat

Natal tidak perlu untuk diucapkan, dengan tidak mengucapkan selamat

Natal pun tidak mengurangi sikap toleransi seorang muslim, sebab sikap

toleransi itu adalah ketika orang-orang non-muslim beribadah, haram

hukumnya mengganggu ibadah, mencaci-maki tuhan mereka apalagi

sampai memaksa mereka untuk memeluk Islam.

4. Tidak ada paksaan dalam beragama

Hamka berpendapat bahwa semua manusia diberikan kebebasan

oleh Allah Swt untuk memeluk agama apapun tanpa ada paksaan. Hal ini

sebagaimana yang di uraikan Hamka dalam tafsirnya surah Al-Baqarah

ayat 256 dan surah yunus ayat 99-100. Hamka mengatakan bahwa

sesungguhnya ayat ini adalah suatu tantangan kepada manusia, karena

Islam adalah benar. Orang tidak akan dipaksa untuk memeluknya, tetapi

orang hanya di ajak berfikir sehat, dia pasti akan sampai kepada Islam.

Tetapi kalau ada paksaan, pastilah akan timbul pemaksaan pemikiran, dan

mestilah timbul taqlid. Ayat ini adalah dasar teguh dari agama Islam. Bahwa

dalam hal agama tidak boleh ada pemaksaan. Pemaksaan hanya akan

menimbulkan banyak korban namun tidak menunjukkan sikap yang

bijaksana. Ulama lain juga menjelaskan penafsiran yang sama seperti M.

Quraish Shihab menyebutkan bahwa, mengapa mesti ada paksaan,

193 Daniel Prima, Penafsiran Ucapan Selamat Natal Dan Prinsip-Prinsip Toleransi Beragama Dalam Tafsir Al-Misbah, dalam jurnal Vol. 4, No. 1, 2015: hal. 8.

Page 121: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

108

padahal sudah jelas jalan yang lurus.194 Dan menurut Wahbah Az-Zuhaili,

ia menyebutkan bahwa paksaan dalam memeluk suatu agama itu dilarang.

Tidak ada paksaan dan ancama untuk masuk ke dalam agama Islam. dan

tidak boleh juga ada pemaksaan dan penindasan setelah dalil-dalil dan

ayat-ayat yang jelas menunjukkan kebenaran Nabi Muhammad Saw. Atas

apa yang di sampaikan dari Allah. Siapa yang menolaknya silahkan kufur.

Adapun peperangan yang dilakukan kaum muslimin merupakan pembelaan

hingga kaum musyrikin menghentikan fitnah mereka terhadap kaum

muslimin dan membiarkan manusia merdeka.195

Oleh karena itu dalam tafsiran Hamka tentang surah Al-Kahfi ayat 29

dan surah Lukman ayat 15, bahwa keimanan itu adalah pilihan, atas

persetujuan hati Nurani dan akal setiap individu, bukan merupakan paksaan

dari luar. Pilihan keimanan adalah pilihan atas kebenaran dan keyakinan

manusia terhadap Allah Swt.

Jadi menurut penulis, tidak ada yang Namanya pemaksaan dalam

beragama dan memilih keyakinan. Namun yang ada hanyalah saling

menasehati dalam kebenaran. Sebab kebenaran itu sudah jelas

sebagaimana yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw.

D. Prinsip-Prinsip Toleransi dan Kebebasan Beragama

Keragaman agama mengharuskan sikap saling hormat-

menghormati antar satu dengan yang lainnya atau sikap toleran. Karena hal

tersebutlah, penulis merangkum beberapa prinsip tolerensi dan kebebasan

beragama yang harus ada dalam lingkungan kita. Berikut beberapa ajaran

al-Qur’an tentang prinsip toleransi beragama:

1. Sikap kasih sayang, sebagaimana dijelaskan dalam surah al-Fatihah

ayat 1, yaitu pada kata Ar-Rahman yang dimaknai dengan kasih sayang

Allah kepada siapa saja tanpa memandang latar belakang agamanya.

Yang dilarang oleh Allah hanyalah berkasih-kasihan kepada mereka

194 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an, vol 1, Cetakan: Pertama, (Jakarta: Lentera Hati 2013). hal 552 195 Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir Al-Wasith (Al-Qashash-An-Nas) Jilid I, diterjemahkan oleh Muhtadi, dkk, Cetakan pertama, (Jakarta: Gema Insani 2012). hal 344

Page 122: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

109

yang telah memerangi kamu karena agama yang kamu peluk, dan

kepada mereka yang telah mengusir kamu dari kampung halamanmu,

serta kepada mereka yang telah memberikan bantuan untuk mengusir

kamu, barang siapa berkasih-kasihan kepada mereka itu semua, ia

tergolonglah orang-orang yang aniaya. Sebagaimana yang dijelaskan

dalam surah Al-Mumtahanah ayat 9.

2. Tidak memaksa pendapat dalam beragama. Maksudnya adalah setiap

manusia memiliki kebebasan untuk menganut agama apapun yang ia

yakini, ini semua sesuai dengan penjelasan yang terdapat dalam al-

Qur’an surah Al-Baqarah ayat 256, dalam ayat ini dapat juga kita fahami

bahwa agama Islam tidak mengenal unsur-unsur pemaksaan, hal ini

terlaku terhadap cara, tingkah laku serta sikap hidup. Meskipun al-

Qur’an memberi penegasan bahwa Islam adalah satu-satunya agama

yang diterima oleh Allah sebagaimana yang diterangkan dala surah Ali

Imran ayat 58.

ر الإسلام دي نا ف لن ي قبل من وهو ف الأخرة من الاسرين ه ومن ي بتغ غي Artinya : dan barang siapa yang mencari dari Islam menjadi

agama, sekali-kali tidaklah akan diterima darinya. Dan dia di akhirat

akan termasuk orang-orang yang rugi.196 (QS. Ali Imran ayat 85)

3. Hidup damai dan berdampingan. Sebagaimana dijelaskan dalam

surah Al-Baqarah ayat 62. Dalam ayat ini Hamka memberikan

keterangan bahwa ayat ini menegaskan tentang anjuran untuk hidup

damai dan berdampingan. Karena tujuan Islam adalah perdamaian

bukan peperangan. Walaupun didalam al-Qur’an terdapat pula ayat-

ayat perang, namun hanya bersifat exception (pengecualian) dan

menjadi alternative terakhir. Sungguhpun demikian, tidak boleh

melanggar hak-hak asasi manusia, seperti merusak tempat suci

agama, menghina agama, dan lainnya.

196 Al-Qur’an dan Terjemah Juz 1-30 (Kementrian Agama RI, Bandung 2018). hal 61

Page 123: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

110

4. Berbuat adil kepada siapa saja tanpa memandang latar belakang

agama. Ini semua sejalan dengan yang diterangkan dalam al-Qur’an

surah Al-Mumtahanah ayat 8. Yang mana pada ayat ini diterangkan

bahwa kita diberikan kebebasan dalam beragama dan dianjurkan

berbuat adil kepada agama lain sebagai manifestasi dari mengikuti

eksistensi agama lain. Karena tidak ada larangan untuk berbuat adil

kepada orang yang tidak memusuhi kita.

Demikianlah Hamka memberikan pelajaran kepada kita melalui ayat-

ayat al-Qur’an untuk bersikap toleran dan memberikan kebebasan dalam

beragam. Namun satu hal yang harus diperhatikan ialah Hamka

menjelaskan bahwa Islam tidak membenarkan bila toleransi diartikan

dengan mengakui kebenaran semua agama, karena Allah telah

menentukan, bahwa agama yang sah disisi Allah adalah Islam, meskipun

harus diakui juga adanya kemungkinan segi kebenaran pada agama lain.

E. Batasan Toleransi dan Kebebasan Beragama dalam Tafsir Al-Azhar

Islam memerintahkan umatnya untuk berperilaku yang baik atau

bersikap toleran kepada umat beragama lain. Toleransi tersebut harus

dikembangkan dalam berbagai aspek terkhusus dalam tingkatan hubungan

sosial antara manusia satu dengan yang lainnya. Karena manusia di klaim

sebagai makhluk sosial dan sudah barang tentu mereka harus membangun

hubungan sosial yang baik pula.

Dalam hal sosial, politik, dan ekonomi atau dalam Islam yang dikenal

dengan muamalat, manusia dituntut untuk saling toleran pada setiap

manusia yang berbeda keyakinan. Namun dalam hal aqidah atau keyakinan

Hamka menganjurkan kepada setiap manusia harus berpegang teguh

terhadap apa yang sudah menjadi Batasan sentral terhadap sikap toleransi

antar umat beragama.

Berkenaan dengan hal keimanan, Hamka mengambil posisi yang

jelas dan tidak setengah-setengah dalam mempertahankan aqidah Islam.

Bentuk batasan-batasan tersebut di antaranya:

Page 124: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

111

1. Tidak mempertaruhkan keyakinan

Dalam hal ini al-Qur’an memberikan pedoman dalam melaksanakan

sikap toleransi tersebut, dalam surah Al-Kafirun ayat 1-6 mengandung

pelajaran tentang cara bersikap terhadap perbedaan agama yaitu

mengatakan dengan tegas terhadap kaum yang berlainan agama itu,

bahwa aku tidak akan menyembah tuhan yang kamu sembah. Dan kamu

tidak akan pernah menyembah tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak akan

pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Kemudian diakhiri

dengan mengatakan bagiku agamaku dan bagimu agamamu.

Hamka mengutip dari perkataan Ibnu Katsir yang disalinnya dari Ibnu

Taimiyah tersebut bahwa seruan Allah melalui utusannya pada ayat kedua

dalam surah ini: “Aku tidaklah menyembah apa yang kamu sembah”.

Mengandung maksud (Nafyul fi’li) yaitu menafikan perbuatan atau

meniadakan perbuatan maksudnya, hal tersebut adalah (menyembah

berhala seperti orang-orang kafir) tidak akan terjadi bahkan tidak akan

pernah dikerjakan oleh umat Nabi Muhammad Saw. Kemudian pada ayat

setelahnya dijelaskan. “Dan tidak pula kamu menyembah apa yang aku

sembah” (ayat ke 3). Ayat ini mengandung maksud bahwa persembahan

kita ini sekali-kali tidak dapat diperdamaikan atau digabungkan. Karena

yang aku sembah hanyalah Allah Swt dan kalian menyembah kepada

benda yaitu kayu, atau batu yang kamu perbuat sendiri dan kamu besarkan

sendiri.197

Pada sambungan ayat dijelaskan. “Dan aku bukanlah penyembah

sebagaimana yang aku sembah” (ayat ke 4). “Dan kamu bukanlah

penyembah sebagaimana aku menyembah” (ayat ke 5). Maka apa yang

kita sembah itu berlainan: kamu menyembah berhala dan aku menyembah

Allah yang maha esa, maka cara kita menyembah pun lain pula. Kalau aku

menyembah Allah maka aku melakukan shalat di dalam syarat dan rukun

yang telah ditentukan. Sedangkan kamu menyembah berhala itu sangat

197 Hamka. Tafsir al-Azhar, Jilid X (Pustaka Nasional Pte Ltd: Singapura, 2003), hal. 8132

Page 125: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

112

berbeda dengan cara aku meyembah Allah. Oleh sebab itu tidaklah dapat

pegangan kita masing-masing ini didamaikan, maka Allah menurunkan ayat

terakhir dari surah ini “Untuk kamulah agama kamu, dan untuk akulah

agamaku”.198

Menurut penulis dari penjelasan Hamka dalam kitab tafsirnya ini, kita

diperbolehkan bersikap toleran terhadap agama lain. Namun harus tetap

pada koridor atau batasannya. Dan dalam masalah keyakinan, dari ayat ini

kita dilarang untuk bersikap toleran bahkan diharuskan berusaha untuk

memperkokoh keyakinan dengan cara lepas diri dari keyakinan agama lain.

Sebagaimana tersebut dalam ayat terakhir dalam surah Al-Kafirun yaitu

dengan mengatakan “Untuk kamulah agama kamu, dan untuk akulah

agamaku”.

2. Tidak menghina sembahan non muslim

Sebagai seorang muslim kita dilarang untuk saling menghina satu sama

lain, apa lagi itu berkaitan tentang agama. Yang dianjurkan kepada kita

ialah menjalani hidup dengan damai. Sebagaimana yang dijelaskan Hamka

dalam tafsirannya surah Al-Baqarah ayat 62. Namun Hamka merasa

khawatir terhadap orang yang fanatik kepada agama. Sehingga merasa

agama yang di anutnya yang paling benar. Sedangkan orang yang tidak

seagama dengan dia merupakan musuhnya. Hingga menimbulkan sikap

untuk menghina agama lain. Menurut Hamka ayat ini jelas menganjurkan

persatuan agama. Bukan membuat permusuhan dalam agama.

Dalam surah Al-An’am ayat 108 Hamka juga menjelaskan bahwa dalam

ayat tersebut melarang kita untuk memaki sesembahan agama lain. Karena

pasti akan menimbulkan saling caci-mencaci antara agama, yang

menimbulkan perpecahan didalam pemeluk agama. Apabila orang Islam

memegang teguh agamanya, tidak mungkin terjadi pertengkaran yang

mengakibatkan maki-memaki. Di dalam ayat ini udah di isyaratkan

198 Hamka. Tafsir al-Azhar, Jilid X (Pustaka Nasional Pte Ltd: Singapura, 2003), hal. 8133

Page 126: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

113

bahwasanya perbuatan yang demikian hanya timbul dengan sebab tidak

ada ilmu pada diri orang tersebut.

3. Tidak memaksa kehendak

Hamka berpendapat bahwa semua manusia diberikan kebebasan oleh

Allah Swt untuk memeluk agama apapun tanpa ada paksaan. Hal ini

sebagaimana yang diuraikan Hamka dalam tafsirnya surah Al-Baqarah ayat

256. Ayat ini merupakan suatu tantangan kepada manusia karena Islam

adalah benar. Orang tidak akan dipaksa memeluknya, tetapi orang hanya

diajak untuk berfikir. Asal dia berfikir sehat, dia pasti akan sampai kepada

Islam. keyakinan suatu agama tidak boleh dipaksakan, sebab “Telah nyata

kebenaran dan kesesatan”. Orang boleh menggunakan akalnya untuk

menimbang dan memilih kebenaran itu, dan setiap orang pun mempunyai

fikiran waras untuk menjauhi kesesatan.

Hamka menyebutkan dalam surah Yunus ayat 99 bahwa Rasulullah

Saw tentu ingin sekali agar seluruh bumi ini beriman kepada Allah Swt.

Jangan ada juga hendaknya orang yang durhaka kepada Allah Swt.

Hendaknya masjid-mesjid penuh sesak dengan orang yang beribadah

kepada Allah Swt, tidak ada lagi yang tidak mempedulikan sembahyang.

Semua yang hidup di dunia ini percaya kepada Allah, tidak seorangpun

yang membantah. Allah pun maha kuasa berbuat yang demikian itu.

Bukankah Allah telah menciptakan malaikat yang taat dan setia selalu, serta

Allah pun menjadikan semut dan lebah yang tidak pernah bertingkah. Tetapi

jika Allah menciptakan manusia seperti yang demikian itu, maka hilanglah

akal manusia dan yang tertinggal hanya naluri saja. Kewajiban Rasulullah

dalam berdakwah bukan memaksakan manusia untuk beriman, melainkan

hanya menyampaikan, menerangkan bahaya yang mengancam bagi orang

yang tidak mau percaya dan memberikan kabar gembira bagi siapa saja

yang beriman. Hamka menyebutkan bahwa paksaan itu tidak perlu, yang

diperlukan ialah berdakwah. Karena setiap manusia telah Allah berikan akal

dan fikiran untuk memilih mana yang baik dan menjauhi yang buruk.

Page 127: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

114

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Analisis penulis dari penafsiran Hamka dalam kitab tafsir al-Azhar

adalah pertama, kita harus berlaku adil dan baik terhadap non muslim.

Sikap adil terhadap sesama manusia harus tetap terjaga, kita sebagai umat

manusia harus tetap menjalin hubungan dan komunikasi dengan orang

yang berbeda agama. Karena umat Islam dipersilahkan untuk bergaul,

bertetangga, saling tolong menolong, bersikap adil dan jujur kepada

pemeluk agama lain, agar tidak ada terjadi perselisihan antar umat

beragama. Kedua, kita dilarang menghina sesembahan non muslim,

karena kita sebagai makhluk sosial hanya dianjurkan menjalani kehidupan

dengan damai. Ketiga, dalam bertoleransi kita harus membatasi dalam hal

akidah atau keyakinan seperti, tidak mempertaruhkan keyakinan, tidak

menebar kebencian kepada orang lain, tidak memaksa keyakinan.

Keempat, tidak ada paksaan dalam beragama. Hamka memberikan

pelajaran kepada kita melalui ayat-ayat al-Qur’an untuk bersikap toleran

dan memberikan kebebasan dalam beragam. Namun satu hal yang harus

diperhatikan ialah Hamka menjelaskan bahwa Islam tidak membenarkan

bila toleransi diartikan dengan mengakui kebenaran semua agama, karena

Allah telah menentukan, bahwa agama yang sah disisi Allah adalah Islam,

meskipun harus diakui juga adanya kemungkinan segi kebenaran pada

agama lain.

Batasan toleransi dan kebebasan beragama dalam kitab Tafsir al-Azhar

karya Hamka adalah Dari penelitian yang telah penulis lakukan, penulis

menemukan pemahaman bahwa dalam aspek hubungan sosial dengan

masyarakat luas (non muslim) sikap toleransi ini harus dikembangkan.

Namun dalam hal beragama, aqidah atau keyakinan akan suatu agama

tertentu, toleransi tetap harus pada Batasan-batasannya. Pertama, tidak

mempertaruhkan keyakinan, kedua, tidak menebar kebencian kepada

Page 128: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

115

orang lain, dan ketiga, tidak memaksa keyakinan

Penulis melihat dari pendapat Hamka bahwa semua manusia diberikan

kebebasan oleh Allah Swt untuk memeluk agama apapun tanpa ada

paksaan. tetapi orang hanya diajak untuk berfikir. Asal dia berfikir sehat, dia

pasti akan sampai kepada Islam. keyakinan suatu agama tidak boleh

dipaksakan, sebab “Telah nyata kebenaran dan kesesatan”. Kewajiban

Rasulullah dalam berdakwah bukan memaksakan manusia untuk beriman,

melainkan hanya menyampaikan, menerangkan bahaya yang mengancam

bagi orang yang tidak mau percaya dan memberikan kabar gembira bagi

siapa saja yang beriman. Hamka menyebutkan bahwa paksaan itu tidak

perlu, yang diperlukan ialah berdakwah. Karena setiap manusia telah Allah

berikan akal dan fikiran untuk memilih mana yang baik dan menjauhi yang

buruk.

B. Implikasi

Implikasi yang disampaikan dalam bagian ini mengacu kepada

kesimpulan di atas, yaitu pelaksanaan prinsip-prinsip kerukunan antar umat

beragama yang dijelaskan Hamka dalam kitab tafsirnya dapat di

klasifikasikan berdasarkan status sosial seseorang muslim di tengah

masyarakat:

1. Sebagai anggota dan warga masyarakat

Pemeluk agama Islam sebagai anggota dan warga masyarakat di mana

pun mereka berada, tidak lepas dari kehidupan bertetangga, berteman dan

bermitra dengan pemeluk agama lain, disamping juga bergaul dengan

warga masyarakat yang seagama. Ketentraman, ketertiban, keamanan dan

kemakmuran hidup adalah merupakan kebutuhan yang mesti diciptakan,

walaupun suatu saat kita harus bertetangga, berteman dan bermitra dengan

pemeluk agama lain. Kita tetap harus menjaga dan tidak melanggar

batasan-batasan syari’ai yaitu berkenaan tentang masalah akidah dan

keimanan.

Page 129: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

116

2. Sebagai pemimpin dan ormas keagamaan dan tokoh agama

Seorang muslim yang dipercaya sebagai seorang pemimpin ormas atau

dijadikan sebagai tokoh agama/ masyarakat, memiliki kewajiban dan tugas

lebih besar dibandingkan orang muslim yang bukan pemimpin/ tokoh

agama. Sebagai pemimpin atau tokoh agama mereka harus menjadi yang

terbaik dalam menjalankan ketentuan dan prinsip menjalin kerukunan

antara umat beragama. Karena mereka adalah teladan sekaligus pelindung

dan pembimbing anggota masyarakat.

Oleh karena itu, mereka berkewajiban memberi penjelasan dan

pembinaan yang cukup kepada umat yang dipimpinnya agar kualitas umat

Islam dalam beragama semakin mantab serta militan dan dalam saat yang

sama umat Islam juga akan menyadari akan perlunya kerukunan antar umat

beragama secara benar.

3. Sebagai pejabat pemerintah

Seorang muslim yang berketetapan sebagai pejaba pemerintah atau

negara, wajib melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik dan bertanggung

jawab. Sudah menjadi keniscayaan, pejabat muslim harus melindungi,

melayani, menyediakan berbagai kebutuhan hidup, sarana prasarana

publik dan seterusnya terhadap seluruh warga negara.

Pada dasarnya ketentuan dan kewajiban yang berlaku bagi individu

umat Islam dalam berinteraksi sosial dengan umat agama lain, juga berlaku

bagi pejabat muslim dalam menjalani tugas-tugas sebagai pejabat. Oleh

karena itu, bagi pejabat muslim dalam menjalankan tugas pemerintah harus

bertujuan untuk menjaga keutuhan negara, menjaga persatuan bangsa,

menghindari kerusakan dan membangun kemaslahatan umum guna

meraih ketentraman dan kemakmuran yang berkadilan.

Jadi umat Islam yang dipercaya menjadi menjabat pemerintah, wajib

berupaya membangun dan menciptakan kehidupan yang rukun, damai dan

Bersatu bagi seluruh rakyat tanpa membedakan agama dan keyakinan.

Teladan seorang pemimpin pemerintah dalam membangun toleransi dan

kerukunan antar umat Bergama tercermin dari sikap Umar bin Khattab ra.

Page 130: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

117

Saat beliau menolak tawaran Patriak (pemuka gereja) untuk shalat di

gereja. Sebab beliau khawatir jika umat Islam setelahnya akan menjadikan

gereja tersebut sebagai masjid. Dan Hamka pun juga pernah menolak

penggabungan hari raya Islam dengan Natal pada satu waktu, karna

Hamka berpendapat dalam hal akidah tidak bisa dicampur adukkan antara

keyakinan suatu agama terhadap keyakinan agama lain.

C. Rekomendasi

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan di atas, berikut ini ada

beberapa rekomendasi, pertama kita harus menekankan terhadap prinsip

toleransi dalam kehidupan beragama. Karena dengan prinsip inilah semua

pemeluk agama akan saling menghormati dan menghargai terhadap

pemeluk agama lain. Kedua, toleransi dalam beragama akan membentuk

sikap saling memberikan kebebasan bagi orang lain untuk menjalankan

ibadah sesuai dengan keyakinan masing-masing dengan rasa aman.

D. Saran

Dari hasil penelitian ini, semoga bisa mendatangkan manfaat bagi

masyarakat pada umumnya dan penulis sendiri khususnya. Dari penelitian

ini pula penulis merasa mempunyai banyak sekali keterbatasan

pengetahuan yang dimiliki penulis, namun penulis berharap penelitian ini

semakin menambah khazanah pengetahuan khususnya dalam bidang

toleransi dan kebebasana beragama dalam kitab Tafsir al-Azhar, agar bisa

menyikapi kehidupan yang majemuk ini dengan sebaik-baiknya.

Dan bagi para pembaca khususnya yang berjuang dalam agama atau

sebagai panutan agama bisa lebih berhati-hati dalam membawa dan

membimbing umatnya agar tidak terjadi benturan dengan agama lain.

E. Kata Penutup

Akhirnya puji dan syukur yang tak terhingga penulis ucapkan kehadirat

Allah Swt. Atas segala nikmat dan karunia serta pertolongannya kepada

penulis, sehingga dapat menyelesaikan karya tulis dalam bentuk tesis yang

di dalamnya berisikan informasi tentang toleransi dan kebebasan beragama

menurut Hamka dalam tafsir al-Azhar. Ucapan terimaksih juga penulis

Page 131: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

118

ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian

penyusunan dan penulisan tesis ini. Penulis berharap semoga karya ilmiah

ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca khususnya yang

berjuang dalam agama atau panutan agama bisa lebih berhati-hati dalam

membawa dan membimbing umat agar tidak terjadi benturan dengan

agama lain.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini mempunyai banyak sekali

kekurangan serta keterbatasan pengetahuan yang dimiliki, namun penulis

berharap penelitian ini semakin menambah khazanah pengetahuan

khususnya dalam bidang toleransi dan kebebasana beragama dalam kitab

Tafsir al-Azhar, agar bisa menyikapi kehidupan yang majemuk ini dengan

sebaik-baiknya.

Demikian hasil penelitian ini yang dapat penulis sajikan. Kritik dan saran

yang membangun sangat penulis harapkan dalam mencapai

kesempurnaan tesis ini. Kepada Allah Swt penulis mengharap keberkahan

dan keridhaan.

هات ك ر ب و الله ة ح ر و م ك ي ل ع م لا الس و Jambi, 21 November 2019

Penulis,

Wahyu Pebrian

MSQ. 172720

Page 132: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

119

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman et.al, Al-qur’an dan Isu-isu Kontemporer, (eLSAQ Press,

Sleman Yogyakarta, 2011)

Ahmad Azhar Basyir, Akidah Islam (Beragama Secara Dewasa), Edisi

Revisi (Yogyakarta: UII Press, 2013)

Ali Abi al-Hasan bin Ahmad bin Muhammad bin Ali Al-Wahidi, Asbab An-

Nuzul, (Saudi Arabia: Dar al-Maiman, 2005)

Amin Ma’ruf, Melawan Terorisme Dengan Iman (Jakarta: Tim

Penanggulangan Terorisme)

Anwar Rosihon, ‘Ulum Al-Qur’an, (Bandung: Pustaka Setia, 2009)

Arikunto Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan

Praktik,(Jakarta: Rineka Cipta, 2013)

Asbandi, Konsep Toleransi Menurut Buya Hamka dalam kitab Tafsir Al-

Azhar, Jurnal Pemikiran Islam 2017

Awdah Abdal Qadir, Al-Tasyri’ al-Jina’i al-Islami; Muqaranam bi al-Qanun

al-Wad’i, (Beirut: Muassasah al-Risalah, 1994)

Badr al-Din Muhammad bin Abdullah al-Zarkasyi, al Burhan fi ulum Al-

Qur’an, (Kairo: Dar al-Turats, 1957)

Badiatul Roziqin, Badiatul Muchlisin Asti, Junaidi Abdul Manaf, 101 Jejak

Tokoh Islam Indonesia,(e-Nusantara, Yogyakarta, 2009)

Badiatul Roziqin, 101 Jejak Tokoh Islam Indonesia (Yogyakarta: e-

Nusantara, 2009)

Bakar Abu, Konsep Toleransi Dan Kebebasan Beragama, vol. 7, No.2 Juli-

Desember 2015.

Barnadib Imam, Filsafat Pendidikan : Sistem dan Metode, (Yogyakarta:

Andi Offset, 1994)

Bungin Burhan, Analisa Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis

dan Metodologis Kearah Penguasaan Modal Aplikasi (Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada, 2003)

Page 133: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

120

Bungin Burhan, Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi, (Jakarta:

Kencana, 2015)

Creswell, Jhon W, Research Design, terjemahan Achmad Fawaid,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014)

Digdoyo Eko, Kajian Isu Toleransi Beragama, Budaya, dan Tanggung

Jawab Sosial Media, JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan,

Vol. 3, No. 1 Januari 2018

Dinata Muhammad Ridho, Konsep Toleransi Beragama Dalam Tafsir Al-

Qur’an Tematik Karya Tim Departemen Agama Republik Indonesia,

Esensia, Vol XIII No. 1 Januari 2012.

Hadi Syamsul, Abdurrahman Wahid Pemikiran Tentang Kerukunan Antar

Umat Beragama di Indonesia, Tesis, program pascasarjana

Universitas Muhammadiyah Surakarta 2015.

Hamka Rusydi, dkk. Perjalanan Terakhir Buya Hamka, (Pustaka Panjimas,

Jakarta 1981)

____________, Pribadi dan Martabat Buya Hamka (Jakarta: Republika

Penerbit, 2015)

____________, Hamka di Mata Hati Umat (Jakarta: Republika Penerbit,

2015)

Hamka, Tafsir Al-Azhar Jilid I (Jakarta: Pustaka Nasional Pte Ltd Singapura

cet V, 2013)

____________, Tafsir al-Azhar, Jilid III (Pustaka Nasional Pte Ltd:

Singapura, 2003)

____________, Tafsir al-Azhar, Jilid V (Pustaka Nasional Pte Ltd:

Singapura, 2003)

____________, Tafsir Al-Azhar Jilid VI (Jakarta: Pustaka Nasional Pte Ltd

Singapura cet V, 2013)

____________, Tafsir al-Azhar, Jilid VII (Pustaka Nasional Pte Ltd:

Singapura, 2003),

____________, Tafsir Al-Azhar Jilid IX (Jakarta: Pustaka Nasional Pte Ltd

Page 134: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

121

Singapura cet V, 2013)

____________, Tafsir Al-Azhar Jilid X (Jakarta: Pustaka Nasional Pte Ltd

Singapura cet V, 2013)

____________, Tafsir al-Azhar, juz III, (Jakarta: Pt Pustaka Panji mas,

1982)

____________, Dari Hati Ke Hati, (Jakarta, Gema Insani 2015)

____________, Lembaga Hidup, ( Jakarta: Republika Penerbit, 2015)

____________, Tasawuf Modern (Jakarta: Republika Penerbit, 2015)

____________, Kenang-kenangan Hidup (Jakarta: Bulan Bintang, 1974)

____________, Biografi Hamka, dalam Kumpulan Buku Islami Karya

Hamka, di akses pada tanggal 10 semptember 2019

Harun Abd al-Salam, Tahdzib sirah Ibn Hisyam, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t.)

Hasani Ahmad Said, MA, Diskursus Munasabah al-Qur‟an dalam Tafsir al-

Mishbah, (AMZAH, Jakarta 2015)

Hasyim Umar, Toleransi dan Kemerdekaan Beragama dalam Islam

Sebagai dasar Menuju Dialog dan Kerukunan Antar Umat Beragama,

(Bina Ilmu : Surabaya, 1979).

Herry Mohammad, dkk, Tokoh-Tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20,

(Gema Insani Press, Jakarta)

Husaini Usman & Purnomo S. Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, Cet. Ke-

4 (Jakarta: Bumi Aksara, 2001)

Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan sosial (Kuantitatif dan

Kualitatif) (GPPress: Jakarta, 2008)

Kholis Nur, Abdurrahman Wahid tentang Toleransi Antar Umat Beragama

dan Implementasi dalam Pendidikan Agama Islam, Tesis Universitas

Islam Negri Sunan Kalijaga Yogyakarta 2014.

Majid Nurcholish, Islam Dokrin dan Perdaban, Sebuah Telaah Kritis tentang

Masalah Keimanan, Kemanusiaan dan Kemodernaan, (Yayasan

Wakaf Paramadina, Jakarta 1992)

Mansur Sufa’at, Toleransi dalam Islam, (Yogyakarta: Harapan Kita, 2012)

Masrur M. Metode Penulisan Tafsir al-Qur‟an di Nusantara, (CV. Karya

Page 135: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

122

Abadi Jaya, Semarang, 2015)

Martono Nanang, Metode Penelitian Sosial: Konsep-Konsep Kunci,

(Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2015)

Misrawi Zuhari, Al-Qur‟an Kitab Toleransi,(Penerbit Pustaka Oasis,

anggota IKAPI, Jakarta 2017)

Moleong J.Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2014)

Mukhlis, Inklusifisme Tafsir al-Azhar, (Mataram: IAIN Mataram Press, 2014)

Munawar Said Agil Husin, Fikih Hubungan Antar Agama, (Penerbit: Ciputat

Press, Jakarta)

Nasution Harun, Islam Rasional Gagasan dan Pemikiran (Bandung: Mizan,

2000)

Natsir M., Islam dan Kristen di Indonesia (Jakarta: Media Dakwah, 1988)

Nisvilyah Lely, Toleransi Antar Umat Beragama dalam Memperkokoh

Persatuan dan Kesatuan Bangsa (Studi Kasus Umat Islam dan

Kristen Dusun Segaran Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto),

Jurnal, Kajian Moral dan Kewarganegaraan Nomor 1 Volume 2

Tahun 2013.

Nizar Samsul, Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan Pemikiran

Hamka tentang Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, 2008)

Noor Juliansyah, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Kencana, 2013)

Pohan Rahmad Asri, Toleransi Inklusif, Menapak Jejek Sejarah Kebebasan

dalam Piagam Madinah, (Yogyakarta: KAUKABA, 2013)

Al-Qur’an dan Terjemahnya Juz 1- Juz 30 (Departemen Agama RI, 2018)

Al-Qatthan Manna’, Mabahits fi Ulum Al-Qur’an, (Kairo: Maktabah Wahbah,

1995)

Rodin Dede, Riddah dan Kebebasab Beragama dalam Al-Qur’an, (Jurnal,

Vol.XIV, No. 2, Juli 2014)

Rofiqah, “Penanaman Sikap Toleransi Beragama dalam Pendidikan Agama

Islam (Studi Atas Agama Islam, Kristen, dan Katolik di SMK YPKK 2

Page 136: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

123

Sleman Yogyakarta), Tesis, Kementrian Agama Pascasarjana

Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga Yogyakarta 2015.

Al-Suyuthi Jalaluddin, Al-Itqon fi Ulum Al-Qur’an, (Beirut: Muassasah

Risalah, 2008)

Al-Syathibi, Al-Muwafaqat fi Ushul al-Syari’at, (Beirut: Dar al-Fikr al-Arabi,

t.t.), edisi Abdullah Darraz, Juz II

Saebani Beni Ahmad, Metode Penelitian, (Bandung: Pustaka Setia, 2008)

Saleh Ahmad Syukri, Korelasi Ayat dan Surat, (Jakarta: Gaung Persada

Press, 2014)

Sarjuni, & Didiek Ahmad Supadie, Pengantar Studi Islam (Jakarta: Rajawali

Press, 2011)

Satori Djam’an dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif,

(Bandung: Alfabeta, 2013)

Shihab Quraish, Kaidah Tafsir, (Tanggerang: Lentera Hati, 2013)

_____________, Membumikan al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 2013)

_____________, Tafsir Al Mishbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-

Qur‟an, (Lentera Hati, 2002)

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2015)

Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,

(Jakarta: Rineka Cipta, 2013)

Suma M. Amin, Ulumul Qur’an. (Jakarta: Rajawalipress, 2014)

Suryana Toto, Konsep Dan Aktualisasi Kerukunan Antar umat beragama,

Jurnal Pendidikan Agama Islam–Ta’lim Vol. 9 No. 2 – 2011

Sulaiman Al-Kumayi, Kearifan Spritual dari Hamka Ke Aa Gym, (Pustaka

Nun, Semarang)

Susanto A., Pemikiran Pendidikan Islam (Jakarta: Amzah, 2009)

Yasir Muhammad, Makna Toleransi dalam Al-Qur’an, (JURNAL

USHULUDDIN Vol. XXII No. 2, Juli 2014)

Yuslem Nawir, Ulumul Qur’an (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2010)

Yunuardi Syukur & Arlen Ara Guci, Buya Hamka Memoar Perjalanan Hidup

Sang Ulama, (Tinta Medina, Solo 2017).

Page 137: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

124

Al-Zarqoni Abdul Azhim, Manahil Al-Irfan fi Ulm Al-Qur’an, (Beirut: Dar al-

Kitab al-‘Arabi,1995), Jilid I

Zarkasyi Hamid Fahmy, Islam, HAM dan Kebebasan Beragama (Jakarta:

INSIST, 2011)

Page 138: TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT HAMKA DALAM …

125

CURRICULUM VITAE

Informasi Diri

Wahyu Pebrian dilahirkan di rumah sakit Raden

Mataher Kota Jambi, pada 15 Februari 1994.

Beralamat di Rt 12 Desa Simp. Sei. Duren Jambi Kec.

Jambi Luar Kota. Putra dari Yusni Amran dan

Aswarnida.

Contact Person 0853 7836 1298

Riwayat Pendidikan

Memperoleh Sarjana Tafsir Hadis dari Institut Agama Islam Negeri

Jambi pada 2016, Ijazah Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Al Baqiatush

Shaliha Kuala Tungkal Jambi diperoleh pada tahun 2011, Madrasah

Tsanawiyah Pondok Pesantren Al Baqiatush Shaliha Kuala Tungkal Jambi

pada 2008, memperoleh Ijazah Sokalah Dasar (SD) pada 2005.

Karya Ilmiah

Karya Ilmiah yang pernah ditulis yaitu berjudul “Rawi Yang Dianggap

Dha‘if Dalam Kitab Al-Bukhari (Kritik Shahih Al-Bukhari Dalam Timbangan

Kitab-Kitab Rijal)”

Pengalaman Pekerjaan

Pengalaman kerja yaitu, sebagai Guru Qur’an RTQ Adh Dhuha

Jambi 2015, Guru Smp Ahmad Dahlan Kota Baru Jambi 2017 – sekarang.