Toksoplasma Pada Kehamilan

17
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA JOURNAL READING TOXOPLASMOSIS IN PREGNANCY: PREVENTION, SCREENING, AND TREATMENT Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kebidanan dan KandunganRumah Sakit Umum Daerah Ambarawa Diajukan Kepada : Pembimbing : dr. dr. Adi Rachmanadi, Sp.OG Disusun Oleh : Rizqy Aulia Cahyantari 1320221134 Kepaniteraan Klinik Departemen Obstetri dan Ginekologi

description

tokso

Transcript of Toksoplasma Pada Kehamilan

Page 1: Toksoplasma Pada Kehamilan

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA

JOURNAL READING

TOXOPLASMOSIS IN PREGNANCY: PREVENTION, SCREENING, AND

TREATMENT

Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan KlinikBagian Ilmu Kebidanan dan KandunganRumah Sakit Umum Daerah Ambarawa

Diajukan Kepada :

Pembimbing : dr. dr. Adi Rachmanadi, Sp.OG

Disusun Oleh :

Rizqy Aulia Cahyantari 1320221134

Kepaniteraan Klinik Departemen Obstetri dan Ginekologi

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN” JAKARTA

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA

Periode 10 Agustus – 17 Oktober 2015

Page 2: Toksoplasma Pada Kehamilan

LEMBAR PENGESAHAN KOORDINATOR KEPANITERAAN

KEBIDANAN DAN KANDUNGAN

Journal reading dengan judul :

TOXOPLASMOSIS IN PREGNANCY: PREVENTION, SCREENING, AND

TREATMENT

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik

di DepartemenKebidanan dan Kandungan

Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa

Disusun Oleh:

Rizqy Aulia Cahyantari 1320221134

Telah disetujui oleh Pembimbing:

Nama pembimbing Tanda Tangan Tanggal

dr. Adi Rachmanadi, Sp.OG ........................ ............................

Mengesahkan:

Koordinator Kepaniteraan Ilmu Kebidanan dan Kandungan

dr. Hary Purwoko, Sp.OG,KFER

Page 3: Toksoplasma Pada Kehamilan

TOKSOPLASMA PADA KEHAMILAN : PENCEGAHAN, SKRINING, DAN PENATALAKSANAAN

Abstrak:

Latar belakang : Salah satu konsekuensi dari ibu hamil yang terinfeksi Toxoplasmaa gondii

adalah transmisi secara vertical ke fetus. Meskipun jarang, toksoplasma congenital dapat

menyebabkan kerusakan parah pada saraf maupun mata (mencetuskan kebutaan), anomali pada

jantung dan sistem saraf. Asuhan prenatal harus termasuk dalam pencegahan dan edukasi tentang

toksoplasma. Prevalensi penyakit rendah pada populasi di Kanada dan keterbatasan dalam

diagnosis dan terapi membatasi efektivitas dari ketepatan strategis. Makadari itu skrining yang

rutin tidak selalu direkomendasikan.

Tujuan : Untuk mengetahui pencegahan, diagnosis, dan penanganan dari toksoplasma pada

kehamilan .

Hasil : Hasil dievaluasi termasuk hasil dari skrining pada diagnosis dari toksoplasma kongenital

dan kemanjuran dari profilaksis dan penatalaksanaan.

Kejadian : The Cochrane Library and Medline meneliti artikel yang dipublikasi di Inggris dari

tahun 1990 sampai sekarang yang berhubungan dengan toksoplasma dan kehamilan.

Nilai : Kualitas dari kejadiannya akan direrata dan rekomendasi dibuat berdasarkan tata aturan

yang dibentuk oleh Canadian Task Force on Preventive Health Care.

Keuntungan, kerugian, dan biaya : Pelaksanaan tata aturan perlu didampingin oleh tenaga ahli

kesehatan untuk menskrining dan penatalaksanaan toksoplasma pada kehamilan.

Rekomendasi :

1. Skrining secara menyeluruh tidak selalu diberikan pada wanita dengan risiko rendah.

Skrining dilakukan pada wanita dengan risiko toksoplasma.

2. Kecurigaan terhadap infeksi pada wanita hamil perlu dikonfirmasi sebelum intervensi

dengan menyertakan beberapa sampel yang telah dilakukan di laboratorium, dengan

menggunakan uji tersebut yang akurat memungkinkan untuk diinterpretasikan.

Page 4: Toksoplasma Pada Kehamilan

3. Bila dicurigai infeksi akut, ulangi pemeriksaan yang kemudian dilakukan 2 – 3 minggu,

dan dianjurkan untuk mulai pemberiaan terapi spiramycin segera tanpa menunggu hasil

dari test ulangan tersebut.

4. Amniosentesis perlu dilakukan untuk indentifikasi Toxoplasma gondii pada cairan

amnion dengan menggunakan reaksi cincin polimerasi/ polymerase chain reaction (PCR)

(a) jika infeksi pada ibu sudah didiagnosis (b) jika uji serologis tidak dapat dikonfirmasi

atau tidak termasuk infeksi akut (c) pada pemeriksaan ultrasound ditemukan kelainan

(kalsifikasi intracranial, mikrosefali, hidrosefalus, asites, hepatosplenomegali, atau IUGR

berat)

5. Amniosintesis tidak perlu dilakukan untuk identifikasi pada usia gestasi kurang 18

minggu dan perlu dikerjakan tidak kurang dari 4 minggu setelah dicurigai infeksi akut

pada maternal pada kejadian negatif palsu

6. Infeksi Toxoplasma gondii perlu dicurigai dan skrining perlu dilakukan pada wanita

hamil dengan temuan USG yang memungkinkan infeksi TORCH (toksoplasmosis,

rubella, cytomegalovirus, herpes, dan lain-lain), termasuk tidak terbatas kalsifikasi

intracranial, mikrosefali, hidrosefalus, asites, hepatosplenomegali, atau IUGR berat)

7. Pada setiap kasus termasuk pada wanita hamil yang dicurigai memiliki infeksi

Toxoplasma gondii yang terjadi selama usia gestasi perlu dikonsulkan kepada yang ahli

dalam penanganan toksoplasmosis.

8. Bila infeksi pada maternal sudah dikonfirmasi namun fetus tidak diketahui apa terinfeksi

atau tidak, spiramycin perlu diberikan sebagai profilaksis (untuk mencegah penyebaran

dari organism yang melintasi plasenta dari ibu ke janin).

9. Kombinasi dari pyrimethamine, sulfadiazine, dan asam folat perlu diberikan sebagai

penatalaksanaan untuk wanita dengan janin yang terinfeksi yang sudah dikonfirmasi

dengan pemeriksaan PCR.

10. Penatalaksanaan anti-toksoplasma pada wanita hamil dengan immunokompeten dengan

infeksi sebelumnya Toxoplasma gondii tidak perlu diberikan.

11. Wanita dengan kondisi imunosupresan atau HIV positif harus dilakukan skrining karena

memiliki risiko reaktivasi dan enfefalitis.

Page 5: Toksoplasma Pada Kehamilan

12. Wanita tidak hamil yang sudah didiagnosis memiliki infeksi toksoplasma yang akut perlu

berkonsultasi untuk menunggu 6 bulan sebelum hamil. Pada setiap kasus perlu

dikonsulkan dengan para ahli.

13. Informasi atau pencegahan pada infeksi Toxoplasma gondii pada wanita hamil perlu

tersedia untuk semua wanita yang hamil maupun yang sedang menjalankan program

hamil.

TOXOPLASMA GONDII :

KARAKTERISTIK MIKROBIOLOGI

Toxoplasma gondii (T.gondii) adalah parasit protozoa obligat intraselular. Mereka

memiliki siklus hidup yang kompleks dengan reproduksi aseksual yang terjadi pada jaringan

mammalian dan burung (host kedua) dan reproduksi seksual yang terjadi di epitel saluran cerna

kucing (host pertama). Kucing yang terkontaminasi makanan mentah ( tikus, burung) yang

terdapat T.gondii dan kadang tertelan oocyst dari kotoran kucing lainnya. Kucing yang terinfeksi

biasanya simtomatis da mulai membentuk ookista in kotoran mereka 1 sampai 2 minggu setelah

terinfeksi. Kebanyakan kucing mengeluarkan ookista sekali dalam seumur hidup mereka. Dari

beberapa hari hingga beberapa minggu, ookista akan berspora dan menjadi infeksius. Ookista

mampu bertahan di suasana yang hangat dan kondisi yang lembab (halaman, kotak pasir, tempat

sampah) dan dapan menginfeksi pada setiap waktu. Ookista juga bertahan dari paparan udara

dingin hingga 18 bulan apalagi bila mereka terlindungi dari matahari langsung. Setelah tertelan

oleh host kedua (manusia, burung, rodensia, dll) ookista melepaskan sporozoit yang berubah

menjadi takizoit. Takizoit muncul pada saat infeksi akut dan dapat menembus sel dan

berreplikasi. Mereka akan membelah secara besar-besaran dan beredar dari 3 sampai 10 hari

pada host yang immunokompeten sebelum berubah menjadi bradizoit dan berubah menjadi kista

pada jaringan. Kista ini muncul pada fase infeksi laten. Sekali terinfeksi, manusia akan terinfeksi

seumur hidup. Kecuali pada immunosupresi terjadi reaktivasi, manusia biasanya menunjukan

gejala asimtomatis.

EPIDEMIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO

Toksoplasmosis adalah infeksi ketiga yang menyebabkan kematian food borne, setelah

salmonellosis dan listeriosis. Keberagaman seroprevalensi setara dengan tingginya

Page 6: Toksoplasma Pada Kehamilan

seroprevalensi (>50%) yang terjadi di negara dengan tingkat konsumsi daging mentah (France

54%) dan daerah tropis di Amerika Latin atau Sub Sahara Afrika dimana jumlah kucing yang

tinggi dan iklim yang mendukung kehidupan ookista. Di Amerika Serikat 15% anak yang

dilahirkan dari wanita (15 : 44) yang terinfeksi T.gondii dengan kejadian toksoplasma kongenital

diperkirakan 400 dari 4000 kasus pertahun. Di Kanada, hanya dilakukan beberapa penelitian

serologi maupun penelitian prospektif pada mereka. Pada dasar penelitian ini, Carter and Frank

meramalkan antara 20% dan 40% seroprevalensi pada wanita tersebut. Seroprevalensi yang

tinggi (59.8%) didokumentasikan pada populasi Nunavik yang berhubungan dengan air yang

terkontaminasi dan konsumsi makanan yang mentah dan unggas liar.

Ada 3 jalur utama transmisi yakni konsumsi makanan yang mentah maupun setengah

matang, terpapar oleh feses yang mengandung ookista, dan transmisi vertikal. Pada masa

kehamilan, mekanisme yang paling sering adalah konsumsi makanan mentah atau belum matang

atau meminum minuman yang terkontaminasi, terpapar tanah (berkebun tanpa menggunakan

sarung tangan) atau kotoran kucing. Tranfusi atau transplantasi organ dari seseorang yang

terinfeksi dapat juga menularkan organism ini. Data dari multisenter Eropa pada penelitian kasus

kontrol menunjukan bahwa makanan mentah atau belum matang terdapat sekitar 30% - 63%

T.gondii yang sudah di serokonversi pada masa kehamilan. Hasil yang serupa (60%) juga terjadi

di AS. Beberapa penelitian menunjukan kepemilikan kucing memiliki risiko kecil sebagai

sumber infeksi manusia. Penelitian pada 24.106 kucing di wilayah Eropa menunjukan rerata

temuan T.gondii dalam bentuk ookista sebesar 0.11%. Risiko infeksi dari kucing berhubungan

dengan paparan feses dari kucing yakni yang mengeluarkan ookista. Kucing rumahan yang tidak

berburu dan mengkonsumsi makanan mentah tidak mungkin mendapat infeksi T.gondii. Rerata

prevalensi bervariasi tergantung dari lokasi geografik dan wanita hamil yang berpergian ke

wilayah yang memiliki prevalensi risiko tinggi, dapat meningkatkan risiko infeksi.

GEJALA KLINIS

Kebanyakan wanita hamil (>90%) dengan infeksi T.gondii tidak mengalami gejala dan tanda

yang jelas. Hanya beberapa kecil yang menunjukan gejala dari penyakit ini. Gejala klinis pada

wanita hamil tidak lebih berat dibanding wanita tidak hamil, dan biasanya hanya mengeluh

seperti sakit flu dengan masa inkubasi 5 – 18 hari semenjak terpapar. Wanita hamil akan lebih

jarang menunjukan perubahan pada kemampuan penglihatannya ketika terkena koriorenitis

Page 7: Toksoplasma Pada Kehamilan

toksoplasma. Pada wanita hamil dengan kondisi immunokompromais, T.gondii dapat

menyebabkan ensefalitis berat, miokarditis, pneumonitis, atau hepatitis dengan infeksi akut atau

reaktivasi pada infeksi laten.

DIAGNOSIS

Infeksi T.gondii dapat ditemukan dengan uji serologi atau amniosentesis atau pada temuan

abnormal pada USG.

Uji Serologi

Uji serologi adalah uji pertama untuk diagnosis yang menggunakan antibody IgG dan IgM.

Kesulitan dari diagnosis ini adalah perbedaan antara infeksi awal dan kronis dan hasil dari uji

IgG dan IgM dapat seringkali sulit untuk diterjemahkan. Untuk alasan ini, maka penting untuk

dikonsultasikan kepada yang ahli bila muncul diagnosis tersebut. Munculnya antibody IgM tidak

menjadi dasar untuk membuat diagnosis dari infeksi akut toksoplasmosis. Titer antibodi IgM

meningkat 5 hari sampai seminggu mengikuti infeksi akut, mencapai maksimum setelah 1 atau 2

bulan dan emnurun secara cepat dibanding IgG. Meskipun demikian antibody IgM dapat

menurunn ke level sangat rendah bahkan tidak terdeteksi, pada beberapa kasus IgM masih ada

sampai beberapa tahun mengikuti infeksi akut. IgG muncul setelah IgM dan biasanya terdeteksi

antara 1-2 minggu setelah infeksi, dengan puncaknya antara 12 minggu sampai 6 bulan setelah

infeksi akut. Mereka akan terdeteksi setelah bertahun-tahun setelah infeksi dan biasanya muncul

sepanjang hidup.

Jika IgG dan IgM negative, hal ini mengindikasikan tidak adanya infeksi atau mereka masih

dalam fase yang amat sangat akut. Jika uji menunjukan IgG positif dan IgM negative, hal ini

menunjukan infeksi lama (infeksi lebih dari 1 tahun yang lalu). Jika keduanya IgG dan IgM

positif keduanya mengindikasikan infeksi baru atau dapat saja hasil positif palsu. Jika infeksi

akut dicurigai, ulangi uji yang dianjurkan dilakukan 2 sampai 3 minggu. Meningkatnya 4 kali

titer IgG antara test menunjukan infeksi baru. Uji komersial serogologi dapat tidak dapat

diandalkan (karena dapat menunjukan positif palsu maupun negative palsu). Maka dari itu sangat

penting bahwa hasil antibody yang positif perlu dikonfirmasi ke laboratorium yang menangani

Page 8: Toksoplasma Pada Kehamilan

toksoplasma. Pemeriksaan yang lebih spesifik digunakan pada laboratorium unutk lebih

memastikan level antibody seperti uji Sabin-Feldman dye test dan uji tidak langsung fluoresen.

Mengetahui infeksi yang terjadi selama kehamilan penting untuk mengevaluasi risiko transmisi

ke janin, memulai terapi antibiotik dan menjalani konseling selama prenatal. Laboratorium yang

terpercaya menggunakan tambahan uji yang lebih spesifik seperti IgG avidity untuk membantu

menentukan waktu infeksi. Uji IgG avidity menghitung kekuatan IgG berikatan dengan organism

tersebut. Uji ini pada kebanyakan kasus, bergeser dari rendah ke tinggi sekitar 5 bulan. Jika uji

menunjukan keeratan yang tinggi, hal ini menunjukan indeksi berlangsung setidaknya 5 bulan

sebelum uji dilakukan.

Amniosentesis

Amniosentesis perlu dilakukan pada pasien yang tepat, saat konsultasi dengan spesialis

kesehatan ibu dan janin, untuk identifikasi T.gondii pada cairan amnion dengan PCR (sensitifitas

81% - 90%, spesifikasi 96% sampai 100%). Dilakukan atau tidak dilakukan uji tersebut akan

mempengaruhi ketika infeksi primer ibu hamil didiagnosis, bila jika uji serologi tidak dapat

dikonfirm atau bukan termasuk infeksi akut, dan jika terdapat temuan abnormal pada USG yang

mengarahkan ke infeksi toksoplasma.

Amniosentesis untuk identifikasi infeksi T.gondii tidak dilakukan pada usia gestasi

kurang dari 18 bulan karena tingginya hasil positif palsu, dan pemeriksaan ini perlu dilakukan

kurang dari 4 minggu setelah dicurigainya infeksi maternal akut.

Sampel darah janin (cordocentesis) yang sebelumnya merupakan patokan diagnosis pada

infeksi janin, sudah tidak digunakan karena uji PCR lebih memberikan hasil yang lebih tinggi

sensitifitas dan spesifikasinya dan risiko terhadap janin besar pada tindakan kordosintesis.

TOKSOPLASMA DALAM KEHAMILAN

Transmisi ke janin terjadi dipengaruhi oleh wanita dengan infeksi primer selama kehamilan.

Transmisi congenital, pada beberapa kasus yang jarang ditemukan, sudah dapat ditemukan pada

ibu hamil yang terinfeksi kronis yang mengalami reaktivasi infeksi pada kondisi

immunokompromais. Transmisi ibu-janin terjadi pada 1 dan 4 bulan diikuti kolonisasi takizoit di

plasenta. Infeksi menetap di plasenta selama kehamilan dan maka dari itu dapat berperan sebagai

Page 9: Toksoplasma Pada Kehamilan

reservoir yang menyediakan tempat yang mempertahankan organisme ke janin selama

kehamilan. Penelitian menunjukan (sebelum tersedianya dan digunakannya pengobatan anti-

toksoplasma pada kehamilan) menunjukan risiko transmisi vertikal meningkat sesuai usia

gestasi, dan rerata tertinggi (60%-81%) pada trisemester ketiga dibanding 6% pada trisemester

pertama. Keparahan penyakit, meskipun demikian, menurun seiring usia gestasi, dengan infeksi

pada trisemester pertama menghasilkan keguguran janin maupun gejala sisa. Secara keseluruhan

infeksi congenital dari infeksi akut T.gondii selama kehamilan berada dalam rentang 20%

sampai 50% tanpa pengobatan.

Kelainan congenital yang secara klasik dikenal sejak 1942 oleh Sabin, ditandai dengan

korioretinitis, hidrosefalus, kalsifikasi intracranial, dan kejang. Tanda antara lain kalsifikasi

intracranial, mikrosefali, hidrosefali, dan IUGR berat menunjukan secara kuat infeksi utero

terjadi pada infeksi maternal. Temuan USG tidak layak untuk dijadikan sebagai diagnosis.

Terminasi pada kehamilan perlu dipertimbangkan bila ditemuakan lesi morfologis yang sangat

berat. Lebih dari 90% neonatus dengan infeksi congenital tidak menunjukan gejala klinis dari

infeksi saat lahir. Neonatus, yang tidak diberikan terapi, memiliki risiko untuk mengalami gejala

sisa yang lebih berat termasuk penyakit korioretinal (menyerang 85% pada anak yang terinfeksi)

dan sebagian besar kelainan neurologis seperti gangguan psikomotor dan mental. Infeksi akut

pada ibu hamil dapat juga berpengaruh terhadap kematian janin intrauterine. Sebagian penelitian

menunjukan pada pengobatan awal mengurangi gejala sisa pada neonatus dan mempengaruhi

kelahiran dalam jangka waktu yang lama.

PENATALAKSANAAN

Penelitian Cochrane pada 3332 penelitian yang telah dipublikasikan sekitar 30 tahun yang lalu

berkesimpulan bahwa penatalaksanaan pada fase prenatal pada hasil serokonversi selama

kehamilan dapat mengurangi kelainan toksoplasma congenital yang berat. Penelitian terbaru

menunjukan belum cukup mengkonfirmasi bahwa mengobati ibu yang positif secara

serokonversi selama serokonversi saat kehamilan untuk mencegah infeksi pada neonatus.

Ada 2 sasaran dari terapi obat-obatan untuk toksoplasma, tergantung pada ada atau tidaknya

infeksi yang terjadi pada neonatus. Jika infeksi maternal telah terjadi tapi fetus tidak terinfeksi,

spiramycin digunakan sebagai profilaksis pada fetus (untuk mencegah penyebaran organism

Page 10: Toksoplasma Pada Kehamilan

melalui plasenta dari ibu ke janin). Spiramycin adalah antibiotik makrolid yang tidak dapat

menembus sawar placenta sehingga tidak dapat digunakan pada janin yang terinfeksi. Sehingga

ditujukan untuk mencegah transmisi secara vertikal dan hanya digunakan sebelum janin

terinfeksi. Hal ini sudah direkomendasikan ke di beberapa negara Eropa dan Amerika Utara.

Dosis yang diberikan 1 g (3 juta U) secara oral setiap 8 jam. Terapi ini diberikan selama

kehamilan jika pada cairan amnion yang telah diperiksa oleh PCR menunjukan hasil T.gondii

negative.

Jika infeksi janin sudah dikonfirmasi atau sangat dicurigai terinfeksi, pyrimethamine dan

sulfadiazine digunakan untuk penataksanaan. Pyrimethamine adalah antagonis asam folat yang

bekerja secara sinergis dengan sulfonamide. Obat ini tidak diberikan pada trisemester pertama

karena berpotensi teratogenik. Obat ini dapat menekan sumsum tulang sehingga pada

pemberiannya perlu dikombinasi dengan asam folat. Kombinasi pyrimethamine dan sulfadiazine

menghasilkan penurunan derajat keparahan penyakit secara signifikan.

PENCEGAHAN

Skrining

Skrining rutin pada wanita dengan risiko rendah tidak perlu dilakukan. Hal ini bergantung pada

biaya, faktor risiko, ketersediaan uji yang sesuai, hubungan dengan kejadian infeksi akut,

skrining sensitifitas yang rendah (hasil tes positif palsu) dan efektivitas pengobatan selama usia

kehamilan. Skrining secara menyeluruh tersedia di banyak negara Eropa, meskipun demikian

keuntungan dan biaya yang dikeluarkan tidak dinilai secara adekuat. Pada kebanyakn negara (AS

dan Inggris) dimana kejadian toksoplasma rendah, skrining tidak selalu direkomendasikan.

Skrining dilakukan pada risiko tinggi (contoh: pada wanita dengan immunokompromais atau

HIV positif) atau pada USG ditemukan hidrosefalus, kalsifikasi intracranial, mikrosefali, IUGR,

asites, atau hepatosplenomegali. Karena kurangnya kepastian efek dari penatalaksanaan selama

kehamilan, Denmark dan AS mengambil keputusan untuk melakukan skrining pada neonatus

segera setelah lahir dibanding skrining prenatal. Strategi ini dapat mengidentifikasikan bayi yang

terinfeksi namun tidak mencegah kelainan congenital. Di Kanada, hanya di Nunavik dan utara

Quebec yang melakukan skrining untuk mendeteksi antibody T.gondii selama kehamilan karena

tingginya seroprevalensi yang tinggi di daerah tersebut. Meskipun dari hasil penelitian observasi

Page 11: Toksoplasma Pada Kehamilan

edukasi prenatal efektif dalam menurunkan toksoplasmas congenital, namun ternyata dari hasil

penelitian acak tidak menunjukan hasil yang serupa. Edukasi kesehatan mengandung informasi

mengenai pencegahan infeksi T.gondii pada kehamilan dapat mengurangi penurunan

serokonversi. Meskipun demikian, intervensi ini membutuhkan penelitian lebih lanjut

menggunakan metode dan design penelitian yang lebih ketat. Tersedianya rekomendasi secara

tertulis untuk wanita dengan risiko tersebut untuk mengubah kebiasaan dan interaksi personal

ternyata lebih berhasil. Idealnya, wanita perlu waspada terhadap tata aturan ini sebelum

kehamilan pertama mereka. Wanita hamil perlu memiliki informasi tentang kebersihan dan

rekomendasi tentang pola makan untuk mencegah infeksi T.gondii sama halnya dengan

penyebaran infeksi melalui makanan.

Tabel 1. Higiene dan Rekomendasi Pola makan untuk wanita hamil untuk mencegah infeksi

primer T.gondii

Menggunakan sarung tangan dan mencuci tangan dan kuku ketika memegang material

yang berpotensi terkontaminasi dengan feses kucing (pasir, tanah, kebun)

Mengurangi paparan kucing dengan (1) menjaga agar kucing tetap didalam rumah,(2)

hanya memberikan makan kucing makanan yang matang, tersedia atau makanan kering

Buang kotoran dan bersihkan feses kucing (menggunakan sarung tangan) setidaknya

setiap 24 jam

Desinfeksi kandang kucing dengan air panas selama 5 menit

Hanya makan makanan yang matang (>67 C/137 F)

Dinginkan daging dibawah suhu -20C/-4 F juga membunuh kista T.gondii

Bersihkan permukaan dan peralatan yang berkontak dengan daging mentah

Jangan mengkonsumsi telur atau susu yang mentah

Cuci buah dan sayur sebelum dikonsumsi

Pencegahan kontaminasi silang, bersihkan tangan dan peralatan setelah terpapar dengan

daging mentah atau sayur mentah

Jangan minm minuman yang berpotensi terkontaminasi dengan ookista

Waspada terhadap :

- Proses memasak, memanggang, atau pengeringan daging tidak selalu menghasilkan

produk tersebut bebas dari kista

Page 12: Toksoplasma Pada Kehamilan

- Lemari es tidak menghancurkan parasit (parasit masih dapat bertahan 68 hari pada

suhu +4C)

- Microwave yang digunakan untuk memasak tidak mampu menghancurkan parasit.