tiroid.doc

24
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kelenjar tiroid, yang terletak tepat dibawah laring sebelah kanan dan kiri depan trakea. Sekresi tiroid terutama diatur hormon perangsang tiroid yang disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior berupa tiroksin (T4), triiodotironi (T3), yang mempunyai efek nyata pada kecepatan metabolisme tubuh. Kelenjar ini juga menyekresikalsitonin, suatu hormon yang penting untuk metabolisme kalsium. Nodul hipertiroid dibedakan atas struma multinoduler toksik dan struma uninoduler toksik atau nodul toksik, insiden struma multinoduler toksik di Inggris dilaporkan sebanyak 5-8 % dari kasus hipertiroid, sedangkan di Jerman dilaporkan oleh Fischer sebanyak 34 %. Di Selandia baru, Brownlie melaporkan sesuai dengan pemeriksaan sidik tiroid dengan menggunakan presentase yang didapatkan kasus hipertiroid sebanyak 75 % Graves, 15 % struma multinodular toksik, dan 10 % struma uninodular toksik . Struma multinodular toksik disebut juga sebagai sindroma Marine-Lenhart dan struma uninodular toksik disebut juga adenoma toksik atau penyakit plummer. Kemungkinan keganasan pada nodul yang hipertiroid sekitar 2 % . Tidak adanya sekresi tiroid sama sekali biasanya menyebabkan laju metabolisme turun sekitar 40 persen di bawah normal dan sekresi tiroksin yang berlebihan sekali dapat menyebabkan laju metabolisme basal meningkat setinggi 60 sampai 100 persen di atas normal yang beresiko terjadinya hipertiroidisme pada tubuh. B. TUJUAN PENULISAN

description

tiroid.doc

Transcript of tiroid.doc

Page 1: tiroid.doc

BAB I

PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Kelenjar tiroid, yang terletak tepat dibawah laring sebelah kanan dan kiri depan trakea. Sekresi tiroid

terutama diatur hormon perangsang tiroid yang disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior berupa tiroksin

(T4), triiodotironi (T3), yang mempunyai efek nyata pada kecepatan metabolisme tubuh. Kelenjar ini juga

menyekresikalsitonin, suatu hormon yang penting untuk metabolisme kalsium.

Nodul hipertiroid dibedakan atas struma multinoduler toksik dan struma uninoduler toksik atau nodul

toksik, insiden struma multinoduler toksik di Inggris dilaporkan sebanyak 5-8 % dari kasus hipertiroid,

sedangkan di Jerman dilaporkan oleh Fischer sebanyak 34 %. Di Selandia baru, Brownlie melaporkan sesuai

dengan pemeriksaan sidik tiroid dengan menggunakan presentase yang didapatkan kasus hipertiroid

sebanyak 75 % Graves, 15 % struma multinodular toksik, dan 10 % struma uninodular toksik . Struma

multinodular toksik disebut juga sebagai sindroma Marine-Lenhart dan struma uninodular toksik disebut

juga adenoma toksik atau penyakit plummer. Kemungkinan keganasan pada nodul yang hipertiroid sekitar 2

% .

Tidak adanya sekresi tiroid sama sekali biasanya menyebabkan laju metabolisme turun sekitar 40

persen di bawah normal dan sekresi tiroksin yang berlebihan sekali dapat menyebabkan laju metabolisme

basal meningkat setinggi 60 sampai 100 persen di atas normal yang beresiko terjadinya hipertiroidisme pada

tubuh.

B.     TUJUAN PENULISAN

1.      Tujuan umum

Mahasiswa mampu mengetahui tentang konsep dasar penyakit dan asuhan keperawatan pada klien

dengan gangguan sistem Endokrin yaitu pada pasien penderita penyakit Kanker Tiroid

2.      Tujuan khusus

a.       Menjelaskan konsep dasar penyakit pada klien ganguan sistem endokrin yang khususnya kanker tiroid

b.      Mengidentifikasi asuhan keperawatan pada klien dengan ganguan sistem endokrin dengan penyakit kanker

tiroid

C.     RUANG LINGKUP PENULISAN

Ruang lingkup penulisan makalah ini yaitu konsep dasar penyakit dan asuhan keperawatan perawat

pada klien dengan gangguan sistem endokrin terutama kanker tiroid

Page 2: tiroid.doc

D.    METODE PENULISAN

Penulisan makalah ini menggunakan metode deskriftif yaitu dengan penjabaran masalah – masalah

yang ada dan menggunakan studi kepustakaan literatur yang ada baik di perpustakaan maupun di media

internet sebagai pelengkap baik itu media blog, web, maupun artikel.

E.     SISTEMATIKA PENUISAN

Makalah ini terdiri dari 3 bab yang disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup penulisan, dan

sistematika penulisan.

BAB II            :Tinjauan teoritis yang terdiri dari konsep dasar sistem endokrin terutama konsep dasar

penyakit kanker tiroid

BAB III          : Asuhan Keperawatan pada Kanker Tiroid

BAB IV          : Penutup terdiri dari Kesimpulan dan Saran

Page 3: tiroid.doc

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A.    ANATOMI FISIOLOGI SISTEM ENDOKRIN

1.      Definisi

Kelenjar endokrin atau kelenjar buntu adalah kelenjar yang mengirimkan hasil sekresinya langsung

kedalam darah yang beredar dalam jaringan. Kelenjar tanpa melewati duktus atau saluran dan hasil

sekresinya disebur hormon. Beberapa dari organ endokrin ada yang menghasilkan satu macam hormon atau

hormon tunggal, disamping itu juga ada yang menghasilkan lebih dari satu hormon atau hormon ganda,

misalnya kelenjar hipofise sebagai pengatur kelenjar yang lain. (Syaifuddin, 2006. Hlm: 219).

Gambar 1.1 Anatomi sistem endokrin manusia

Sumber: Martini, Fundamental of Anatomy Fisiology (2000)

Kelenjar tanpa saluran atau kelenjar buntu digolongkan bersama dibawah nama organ endokrin,

sebab sekresi yang dibuat tidak meninggalkan kelenjarnya melalui suatu saluran, tetapi langsung masuk

kedalam darah yang beredar didalam jaringan kelenjar. Kata “endokrin” berasal dari bahasa yunani yang

berarti “sekresi kedalam”; zat aktif utama dari sekresi internal ini disebut hormon, dari kata yunani yang

berarti “merangsang”. (C. Pearce Evelyn, 2009. Hlm: 281).

Adapun fungsi dari kelenjar endokrin adalah sebagai berikut :

a.       Menghasilkan hormon yang dialirkan kedalam darah yang diperlukan oleh jaringan dalam tubuh tertentu

b.      Mengontrol aktivitas kelenjar tubuh

c.       Merangsang aktivitas kelenjar tubuh

d.      Merangsang pertumbuhan jaringan

e.       Mengatur metabolisme oksidasi, meningkatkan absopsi glukosa pada usus halus

f.       Memengaruhi metabolisme lemak protein, vitamin, mineral dan air. (Syaifuddin, 2006. Hlm: 219).

2.      Anatomi Kelenjar Tiroid

Kelenjar tiroid merupakan organ yang bentuknya seperti kupu - kupu dan terletak pada leher bagian

bawah disebelah anterior trakea. Kelenjar ini terdiri atas dua buah lobus lateral yang dihubungkan oleh

sebuah istimus. Kelenjar tiroid mempunyai panjang kuranag lebih 5 cm dan lebar 3 cm dan berat kurang

lebih 25 - 30 gram. Aliran darah ke dalam tiroid per gram jaringan kelenjar sangat tinggi, yaitu kurang lebih

lima kali aliran darah kedalam hati. Kelenjar tiroid menghasilkan 3 jenis hormon yang berbeda yaitu

Tiroksin (T4),  serta Triiodotironin (T3) yang keduanya disebut dengan satu nama hormkon tiroid, dan

Kalsitonin. (Smeltzer, 2002. Hlm: 1293).

Page 4: tiroid.doc

Gambar 1.2 Anatomi Kelenjar Tiroid

Kelenjar tiroid mempunyai dua lobus, struktur yang kaya vaskularisasi. Lobus terletak di sebelah lateral

trakea tepatnya dibawah laring yang dihubungkan dengan jembatan jaringan tiroid, yang disebut istmus,

yang secara terbentang pada permukaan anterior trakea. Secara mikroskopik, tiroid terutama terdiri atas

folikel steroid, yang masing-masing menyinpan materi koloid didalam pusatnya. Folikel memproduksi,

menyimpan serta mensekresikan kedua hormon utama yaitu triiodotironin (T3) dan tiroksin (T4).  (Hudak &

Gallo, 2010. Hlm: 425)

Gambar 1.3 Lobus – lobus Kelenjar Tiroid

Kelenjar ini terdiri dari lebih dari satu juta kelompok sel, atau folikel. Struktur ini tersusun sferis dan

terdiri dari sel – sel yang mengelilingi rongga sentral yang mengandung zat seperti jeli yang disebut koloid,

yang fungsinya menyimpan hormon tiroid sebelum di sekresi. Setiap sel tiroid memiliki tiga fungsi ;

a.       Eksokrin, karena mensekresikan zat ke dalam koloid

b.      Absorptif, karena mengambil zat dari koloid dengan pinositosis

c.       Endokrin, karena mensekresikan hormone langsung ke dalam aliran darah

(Ben Greenstein & Diana Wood,2010. Hlm: 31)

3.      Hormon Tiroid

      Kelenjar tiroid memiliki fungsi untuk mensintesisi dan mensekresikn hormone tiroid trioksin (T4) dan

tri-iodotronin (T3). Hormon – hormon ini bersifat esensial untuk tumbuh kembang normal dan homeostasis

tubuh dengan meregulasi produksi energi.

Gambar 1.4 Struktur Hormon Tiroid

      Sintesis sel folikel memiliki mekanisme penangkap iodide (iodide-trapping) pada membrane basalnya

yang memompa iodide dari makanan ke dalam sel. Pompa ini sangat kuat dan sel dapat mengkonsentrasikan

iodide sampai 25-50 x lipat dari konsentrasinya dalam plasma. Kandungan iodidin dalam tiroid pada

keadaan normal adalah sekitar 600 ug/g  jaringan.

Gambar 1.5 Sintesis dan sekresi Hormon Tiroid

      Metabolisme hormon tiroid mensekresi secara total 80-100 ug T3 dan T4 per hari. Walaupun T3 dan T4

sama – sama bersirkulasi, namun jaringan mendapat  90% dari T3 yang dimilikinya dengan mendeiodinasi

T4. Iodida yang dibebaskan dari hormone tiroid diekresi di urin atau diresirkulasi ke tiroid, tempat iodida ini

di konsentrasikan oleh mekanisme perangkap (trapping). Sekitar sepertiga T4 yang keluar dari plasma di

konjungasikan dengan glukuronida atau sulfat di hati dan di ekskresi dalam empedu . Adapun fungsi hormon

tiroid adalah :

a.       Mengendalikan aktivitas metabolik seluler

b.      Sebagai alat pemacu umum dengan mempercepat proses metabolisme

c.       Untuk pertumbuhan

Page 5: tiroid.doc

d.      Sebagai respon terhadap kadar kalsium plasma yang tinggi

e.       Menurunkan kadar kalsium plasma dengan meningkatkan jumlah penumpukan kalsium dalam tulang.

(Smeltzer, 2002. Hlm: 1294)

B.     KONSEP DASAR PENYAKIT

Kanker tiroid menempati urutan ke – 9 dari sepuluh keganasan tersering. Lebih banyak pada wanita

dengan distribusi berkisar antara 2 : 1 sampai  3 : 1. Insidennya berkisar antara 5,4 – 30 %. Berdasarkan

jenis histopatologi, sebenarnya adalah kanker tiroid jenis papilar (71,4%) ; kanker tiroid jenis folikular

(16,17 %) ; kanker tiroid jenis anasplastik (8,4%) ; dan kanker tiroid jenis medular (1,4%).

1.      Definisi

Kangker tiroid adalah sutu keganasan pada tiroid yang memiliki 4 tipe yaitu: papiler, folikuler,

anaplastik dan meduler. Kanker tiroid jarang menyebabkan pembesaran kelenjar, lebih sering menyebabkan

pertumbuhan kecil (nodul) dalam kelenjar. Sebagian besar nodul tiroid bersifat jinak, biasanya kanker tiroid

bisa disembuhkan.(Smeltzer, 2002. Hlm: 1294-1295).

Hipertiroidisme adalah suatu ketidakseimbangan metabolik yang merupakan akibat dari produksi

hormon tiroid yang berlebihan. Bentuk umumnya dari masalah ini adalah penyakit graves, sedangkan

benruk yang lain adalah toksik adenoma, tumor kelenjar hipofisis yang menimbulkan sekresi TSH

meningkat, tiroiditis subakut dan berbagai bentuk kanker tiroid. (Doenges, dkk, 2000. Hlm: 708).

Hipertiroidisme yang dalam hal prevalensi merupakan penyakit endokrin yang menempati urutan

kedua sesudah diabetes melitus, adalah suatu kesatuan penyakit dengan batasan yang jelas, dan penyakit

grave menjadi penyebab utamanya. Pengeluran hormon yang berlebihan diperkirakan terjadi akibat stimulasi

abnormal kelenjar tiroid oleh imunoglobulin dalam darah.(Smeltzer, 2002. Hlm: 1307)

Hipertiroidisme menyerang wanita lima kali lebih sering dibandingkan laki-laki dan insidennya akan

memuncak dalam dekade usia ketiga serta keempat.(Schimke, 1992).

2.      Klasifikasi

Menurut WHO, tumor epitel maligna tiroid dibagi menjadi :

a.        Karsinoma Folikuler.

Terdapat kira-kira 25 % dari seluruh karsinoma tiroid yang ada, terutama mengenai kelompok usia diatas

50 tahun. Menyerang pembuluh darah yang kemudian menyebar ke tulang dan jaringan paru. Jarang

menyebar ke daerah nodes limpa tapi dapat melekat/menempel di trakea, otot leher, pembuluh darah besar

dan kulit, yang kemudian menyebabkan dispnea serta disfagia. Bila tumor mengenai “The Recurrent

Laringeal Nerves”, suara klien menjadi serak. Prognosisnya baik bila metastasenya masih sedikit pada saat

diagnosa ditetapkan.

b.      Karsinoma Papilar.

Page 6: tiroid.doc

Merupakan tipe kanker tiroid yang sering ditemukan, banyak pada wanita atau kelompok usia diatas 40

tahun. Karsinoma Papilar merupakan tumor yang perkembangannya lambat dan dapat muncul bertahun-

tahun sebelum menyebar ke daerah nodes limpa. Ketika tumor terlokalisir di kelenjar tiroid, prognosisnya

baik apabila dilakukan tindakan Tiroidektomi parsial atau total.

c.        Karsinoma Medular.

Timbul di jaringan tiroid parafolikular. Banyaknya 5 – 10 % dari seluruh karsinoma tiroid dan

umumnya mengenai orang yang berusia diatas 50 tahun. Penyebarannya melewati nodes limpa dan

menyerang struktur di sekelilingnya. Tumor ini sering terjadi dan merupakan bagian dari Multiple Endocrine

Neoplasia (MEN) Tipe II yang juga bagian dari penyakit endokrin, dimana terdapat sekresi yang berlebihan

dari kalsitonin, ACTH, prostaglandin dan serotonin.

d.       Karsinoma berdiferensiasi buruk (Anaplastik).

Merupakan tumor yang berkembang dengan cepat dan luar biasa agresif. Kanker jenis ini secara

langsung menyerang struktur yang berdekatan, yang menimbulkan gejala seperti: 

1)      Stridor (suara serak/parau, suara nafas terdengar nyaring).

2)      Suara serak.

3)       Disfagia

Stadium kanker tiroid tidaksaja berdasarkan histopatologi, ekstensi lokal, regional dan metastase jauh,

tetapi juga pada umur dan jenis kelamin. Klasifikasinya sebagai berikut :

Tipe dan stadium <45 tahun > 45 tahun

Papiler

      Stadium I

      Stadium II

      Stadium III

      Stadium IV

Setiap T, setiap N, M0

Setiap T, setiap N, M1

T1, N1, M0

T2-4, N1, M0

Setiap T, N0, M0,

Setiap T, setiap N, M0

Tipe dan stadium <45 tahun >45 tahun

Folikuler

Stadium I

Stadium II

Stadium III

Stadium IV

Setiap T, setiap N, M0

Setiap T, setiap N, M1

-

-

T1, N0, M0

T2-4, N0, M0

Setiap T, N1, M0

Setiap T, setiap N, M0

Meduler

  Stadium I

  Stadium II

  Stadium III

  Stadium IV

-

setiap T, setiap N, M0

-

setiap T, setiap N, M1

T1, N0, M0

T2-4, N0, M0

Setiap T, N1, M0

Setiap T, setiap N, M1

Tidak dapat diklasifikasikan

  Stadium I

  Stadium II

  Stadium III

  Stadium IV

-

-

-

setiap T, setiap N, etiap M

-

-

-

setiap T, setiap N, setiap M

Page 7: tiroid.doc

Catatan :

                        Tx : tumor tidak dapat ditentukan

                        T0 : Tidak ada tumor

                        T1 : tumor berdiameter terpanjang < 3 cm

                        T2 : tumor berdiameter terpanjang >3 cm

                        T3 : fikus intraglanduler multiple

                        T4 : tumor primer terfiksasi

C.    Etiologi

             Etiologi dari penyakit ini belum pasti, yang berperan khususnya untuk terjadi well

differentiated (papiler dan folikuler) adalah radiasi dan goiter endemis, dan untuk jenis meduler adalah

factor genetic. Belum diketahui suatu karsinoma yang berperan untuk kanker anaplastik dan meduler.

Diperkirakan kanker jenis anaplastik berasal dari perubahan kanker tiroid berdiferensia baik (papiler dan

folikuler), dengan kemungkinan jenis folikuler dua kali lebih besar.

             Radiasi merupakan salah satu faktor etiologi kanker tiroid. Banyak kasus kanker pada anak-anak

sebelumnya mendapat radiasi pada kepala dan leher karena penyakit lain. Biasanya efek radiasi timbul

setelah 5-25 tahun, tetapi rata-rata 9-10 tahun. Stimulasi TSH yang lama juga merupakan salah satu faktor

etiologi kanker tiroid. Faktor resiko lainnya adalah adanya riwayat keluarga yang menderita kanker tiroid

dan gondok menahun.

D.    Tanda dan gejala (Manifestasi Klinik)

Adapun tanda dan gejala adalah mencakup penurunan selera makan, konsumsi makanan, penurunan

berat badan yang progresif, kelelahan otot yang abnormal, amenore, perubahan defekasi dengan konstipasi

dan diare, efek pada jantung mencakup sinus takikardi, peningkatan tekanan nadi, dan palpitasi.(Smeltzer,

2002. Hlm: 1307) .

E.     Patofisiologi

            Neoplasma tiroid sering timbul sebagai pembesaran tiroid yang diskret. Kadang-kadang mirip goiter

noduler jinak. Nodule-nodule tiroid dapat diraba, kebanyakan nodule tersebut jinak, namun beberapa nodule

goiter bersifat karsinoma.

            Untuk menentukan apakah nodule tiroid ganas atau tidak, harus dinilai factor-faktor resiko dan

gambaran klinis massa tersebut, dan harus dilakukan beberapa pemeriksaan laboratorium.

F.     Komplikasi

1.      Paralisis pita suara

2.      Pendarahan

Page 8: tiroid.doc

3.      Trauma nervus langerhan

4.      Abses

5.      Hipokalsemia

G.    Penatalaksanaan

a.       Penatalaksanaan Medik

Tidak ada pengobatan yang langsung ditujukan kepada penyebab hipertiroidisme. Namun upaya

untuk menurunkan hiperaktif tiroid akan mengurangi gejalanya secara efektif dan menghilangkan penyebab

utama terjadinya komplikasi serius. Terdapat 3 bentuk terapi yang tersedia untuk mengobati dan

mengendalikan aktivitas tiroid yang berlebihan yaitu : (Smeltzer, 2002. Hlm: 1308-1310)

1)      Pemerikasaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang membedakan tumor jinak dan ganas tiroid belum ada yang khusus, kecuali

kanker meduler, yaitu pemeriksaan kalsitonon dalam serum. Pemeriksaan T3 dan T4 kadang-kadang

diperlukan karena pada karsinoma tiroid dapat terjadi tiroktositosis walaupun jarang. Human Tiroglobulin

(HTG) Tera dapat dipergunakan sebagai tumor marker dan kanker tiroid diferensiasi baik. Walaupun

pemeriksaan ini tidak khas untuk kanker tiroid, namun peninggian HTG ini setelah tiroidektomi total

merupakan indikator tumor residif atau tumbuh kembali (barsano). Kadar kalsitonin dalam serum dapat

ditentukan untuk diagnosis karsinoma meduler.

2)      Radiologis

a)      Foto X-Ray

Pemeriksaan X-Ray jaringan lunak di leher kadang-kadang diperlukan untuk melihat obstruksi trakhea

karena penekanan tumor dan melihat kalsifikasi pada massa tumor. Pada karsinoma papiler dengan badan-

badan psamoma dapat terlihat kalsifikasi halus yang disertai stippledcalcification, sedangkan pada

karsinoma meduler kalsifikasi lebih jelas di massa tumor. Kadang-kadang kalsifikasi juga terlihat pada

metastasis karsinoma pada kelenjar getah bening. Pemeriksaan X-Ray juga dipergunnakan untuk survey

metastasis pada pary dan tulang. Apabila ada keluhan disfagia, maka foto barium meal perlu untuk melihat

adanya infiltrasi tumor pada esophagus.

b)      Ultrasound

Ultrasound diperlukan untuk tumor solid dan kistik. Cara ini aman dan tepat, namun cara ini cenderung

terdesak oleh adanya tehnik biopsy aspirasi yaitu tehnik yang lebih sederhna dan murah.

c)      Computerized Tomografi

CT-Scan dipergunakan untuk melihat prluasan tumor, namun tidak dapat membedakan secara pasti antara

tumor ganas atau jinak untuk kasus tumor tiroid.

d)     Scintisgrafi

Dengan menggunakan radio isotropic dapat dibedakan hot nodule dan cold nodule. Daerah cold nodule

dicurigai tumor ganas. Teknik ini dipergunakan juga sebagai penuntun bagi biopsy aspirasi untuk

memperoleh specimen yang adekuat.

Page 9: tiroid.doc

3)      Biopsy aspirasi

Pada dekade ini biopsy aspirasi jarum halus banyak dipergunakan sebagai prosedur diagnostik pendahuluan

dari berbagai tumor terutama pada tumor tiroid. Teknik dan peralatan sangat sederhana , biaya murah dan

akurasi diagnostiknya tinggi. Dengan mempergunakan jarum tabung 10 ml, dan jarum no.22 – 23 serta alat

pemegang, sediaan aspirator tumor diambil untuk pemeriksaan sitologi. Berdasarkan arsitektur sitologi dapat

diidentifikasi karsinoma papiler, karsinoma folikuler, karsinoma anaplastik dan karsinoma meduler.

b.      Penatalaksanaan Keperawatan

Adapun penatalaksanaan keperawatan yang dapat dilakukan adalah modifikasi aktivitas, pemantauan

berkelanjutan, pengaturan suhu, dukungan emosional, dan pendidikan pasien.(Smeltzer, 2002. Hlm: 1302-

1303).

1)      Modifikasi aktivitas

Penderita kangker tiroid akan mengalami pengurangan tenaga dan letargi sedang hingga berat.

Sebagai akibatnya, resiko komplikasi akibat imobilitas akan meningkat. Kemampuan pasien untuk

melakukan aktivitas menjadi terbatas akibat perubahan pada status kardiovaskuler dan pulmoner yang terjadi

akibat hipertiroidisme. Peranan perawat yang penting adalah membantu perawatan dan kebersihan diri

pasien sambil mendorong partisipasi pasien untuk melakukan aktivitas yang masih berada dalam batas

toleransi yang ditetapkan untuk mencegah komplikasi imobilitas.

2)      Pemantauan berkelanjutan

Pamantauan TTV dan tingkat kognitif pasien dilakukan dengan ketat selama proses penegakan diagnosis

dan awal terapi untuk mendeteksi :

a)      Kemunduran status fisik dan mental

b)      Tanda serta gejal yang menunjukkan peningkatan laju metabolik akibat terapi yang melampaui kemampuan

reaksi sistem kardivaskuler dan pernafasan

c)      Keterbatasan dan komplikasi miksidema yang berkelanjutan

3)      Pengaturan suhu

Pasien yang sering mengalami gejala menggigil dan menderita intoleransi yang ekstrem terhadap

hawa dingin meskipun ia berada pada ruangan yang nyaman atau panas. Ekstra pakaian dan selimut yang

diberikan dan pasien harus dilindungi terhadap hembusan angin.

4)      Dukungan emosional

Penderita hipertiroidisme sedang hingga berat dapat mengalami reaksi emosional hebat terhadap

perubahan penampilan serta citra tubuhnya dan terhadap terlambatnya diagnosis, yang sering dijumpai pada

penyakit ini.

5)      Pendidikan pasien

Pasien dan keluarga sering sangat prihatin terhadap perubahan yang mereka saksikan akibat

hipertiroid. Sering kita menentramkan pasien dan keluarga dengan penjelasan bahwa banyak diantara gejala-

gejala tersebut akan menghilang setelah dilakukan terapi dan berhasil dilakukan.pasien diberitahu untuk

Page 10: tiroid.doc

terus minum obat seperti yang diresepkan dokter meskipun gejala sudah membaik. Instruksi tentang diit

untuk meningkatkan penurunan berat badan begiru pengobatan dimulai, untuk prose penyembuhan.

 Pathway kanker tiroid

Radiasi

Sel tiroid

Gangguan citra tubuh 

Hipertiroid

Obstruksi jalan nafas 

Ansietas  

    Operasi                            Hiperplasia                               Mendesak trakea

Post Operasi                                      Nyeri

Infeksi  

Nyeri  

                                                                                                                                                                Pita suara tergangu

                                                                                        Kesulitan Menelan

Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh 

Metabolisme sel 

Page 11: tiroid.doc

                                                                                                                                                                         Suara Parau

BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN

A.    PENGKAJIANDampak peningkatan kadar hormon dalam tubuh sangat bervariasi, oleh karena itu lakukanlah

pengkajian terhadap ha1-ha1 penting yang dapat menggali sebanyak mungkin informasi antara lain:

(Doenges, 2000. Hlm: 708-709).

1.         Aktivitas / Istirahat

Gejala       :

a.         Insomnia, sensitivitas meningkat

b.        Otot lemah, gangguan koordinasi

c.         Kelelahan berat

Tanda       :

a.       Atrofi Otot

2.         Sirkulasi

Gejala :

a.         Palpitasi

b.        Nyeri dada (angina)

Tanda :

a.         Distrimnia (vibrilasi atrium), irama gallop, murmur

b.        Peningkatan tekanan darah dengan nada yang berat.Takikardi saat istirahat.

c.         Sirkulasi kolaps, syok (krisis tirotoksitosis)

3.         Eliminasi

Gejala :

a.         Urine dalam jumlah banyak

b.        Perubahan dalam feses : Diare

Gangguan komunikasi verbal 

Page 12: tiroid.doc

4.         Integritas Ego

Gejala :

a.         Mengalami stres yang berat baik emosional maupun fisik

Tanda :

a.         Emosi labil (euforia sedang sampai delirium), depresi

5.         Makanan / Cairan

Gejala :

a.         Kehilangan berat badan yang mendadak

b.        Nafsu makan meningkat, makan banyak, makannya sering, kehausan. Mual dan muntah

Tanda :

a.         Pembesaran tiroid, goiter

b.        Edema non-pitting terutama daerah pretibial

6.         Neurosensori

Tanda :

a.         Bicaranya cepat dan parau

b.        Gangguan status mental dan prilaku, seperti : bingung, disorientasi, gelisah, peka rangsang, delirium,

psikosis, stupor, koma

c.         Tremor halus pada tangan, tanpa tujuan, beberapa bagian tersentak-sentak

d.        Hiperaktif refleks tendon dalam (RTD)

7.         Nyeri / Kenyamanan

Gejala :

a.         Nyeri orbital, fotofobia

8.         Pernafasan

Tanda :

a.         Frekuensi pernafasan meningkat, takipnea

b.        Dispnea

c.         Edema paru (pada krisis tirotoksikosis)

9.         Keamanan

Gejala :

a.         Tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan

b.        Alergi terhadap iodium (mungkin digunakan pada pemeriksaan)

Page 13: tiroid.doc

Tanda :

a.         Suhu meningkat diatas 37,4oC, diaphoresis

b.        Kulit halus, hangat dan kemerahan, rambut tipis, mengkilat dan lurus.

c.         Eksoftalmus : retraksi, iritasi pada konjungtiva, dan berair. Pruritus, lesi eritema (sering terjadi pada

pretibial) yang menjadi sangat parah

10.     Seksualitas

Tanda :

a.         Penurunan libido, hipomenorea, amenorea, dan impoten.

    ANALISA DATA

 No.

Data Senjang Etiologi Problem

1.        Ds :

        Klien mengatakan belum makan dalam 1

hari

        Klien mengatakan sakit saat menelan

makanan

        Klien mengatakan badannya terasa lemah

Ketidakmampuan

menelan makanan

Nutrisi kurang dari

tubuh

Page 14: tiroid.doc

Do :

        Berat badan klien menurun

        Klien tampak menghindari makanan

        Klien mengeluhkan sakit saat menelan

2.        Ds :

- klien mengatakan malu dengan keadaan

dirinya

- klien mengatakan tidak ingin keluar

rumah

Do :

        Klien tampak lemah

        Klien tampak menutup diri

Penyakit ; kanker

tiroid

Ganguan citra tubuh

3.        Ds :

        Klien mengatakan masih sakit pada

bagian lehernya

        Klien mengatakan gatal – gatal di area

leher pasca operasi

Do :

        Klien tampak gelisah

        Klien tampak menggaruk – garuk area

sekitar leher

Proses inflamasi Resiko infeksi

4.        Ds :

        Klien mengatakan sakit pada area leher

        Klien mengatakan sulit untuk

menggeakkan lehernya

Do :

        Klien tampak lemah

        Klien tampak meringis kesakitan

adanya desakan /

pembengkakan

oleh nodule tumor

Nyeri

5.        Ds :

        Klien mengatakan sulit untuk bernafas

        Klien mengatakan lehernya sakit

Do :

        Klien tampak lemah

        Klien tampak terengah – engah dalam

bernafas

obstruksi trachea

akibat desakan

massa tumor

Obstruksi jalan napas

6.        Ds :

        Klien mengatakan suaranya berubah

Terganggunya pita

suara

Gangguan

komunikasi verbal

Page 15: tiroid.doc

menjadi serak

        Klien mengatakan agak sulit untuk

berbicara

Do :

        Klien tampak sulit berbicara

        Suara klien serak

C.   Rencana Keperawatan

No.

Dx

Tujuan & KH Intervensi Rasional

1. Keadekuatan nutrisi di dalam

tubuh membaik setelah di lakukan

tindakan selama 2 x 24 jam

dengan KH :

        Terjadi peningkatan berat badan

klien

        Klien mampu menelan makanan

        Kien dapat makan secara teratur

        Terjadi perubahan keadekuatan

tingkat energi

       Kaji derajat kesulitan

menelan klien

       Aukultasi bising usus

       Berikan makanan dalam

jumlah keci dan teratur,

dalm jumlah yang sering

  Untuk mengetahui

seberapa parah klien

untuk menelan makanan

  Membantu dalam

menentukan respon

untuk makan atau

berkembangnya

komplikasi

  Meningkatkan proses

pencernaan

2. Setelah di lakukan tindakan

selama 2 x 24 jam, klien mampu

berfikir positif dan menerima

keadaan tubuhnya dengan baik

dengan KH :

        Klien tampak bisa berbaur

        Klien bisa percaya diri dengan

tubuh nya saat ini.

       Kaji respon verbal dan non

verbal klien

       Beri dukungan emosional

kepada klien

       Kaji adanya factor yang

memperparah masalah

klien ; factor stress

  Mengetahui respon

positif dari klien

  Memotifasikan klien

untuk optimis dengan

keadaannya

  Agar keparahan penyakit

klien tidak terjadi

3. Setelah dilakukan tindakan

selama 2 x 24 jam , factor resiko

infeksi akan menghilang dengan

       Patau tanda dan gejala

infeksi

  Untuk menentukan

terjadinya infeksi

  Meminmalkan penularan

Page 16: tiroid.doc

KH :

        Imunitas yang adekuat

        Tidak menunjukkan adanya

resiko infeksi pada klien

        Rasa gatal klien berkurang

       Pengendalian infeksi

       Ajarkan klien untuk

menjaga hygiene pribadi

agen infeksi

  Untuk menghindari tubuh

terhadap factor resiko

infeksi

4. Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x24 jam,

diharapkan nyeri berkurang

dengan kriteria hasil :

        Melaporkan nyeri hilang /

berkurang

         Skala nyeri 0-2

          Tampak relax

         Tak ada keluhan menelan

       Observasi adanya tanda-

tanda nyeri baik verbal

maupun nonverbal

       Ajarkan dan anjurkan

pasien untuk menggunakan

tehnik relaksasi

       Kolaborasi pemberian

analgetik

  Mengantisipasi jika

timbu nyeri

  Memberikan

kenyamanan pada klien

  Untuk mengurangi nyeri

5. Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x24 jam,

diharapkan jalan nafas efektif

dengan kriteria hasil :

        Tidak ada kesulitan pernafasan

         Sekret mudah keluar

        Tidak mengeluh sesak nafas

        Respirasi dalam batas normal

(16-20)

       Pantau frekuensi

pernafasan, kedalaman dan

kerja pernafasan

       Auskultasi suara nafas,

catat adanya ronchi

       Kaji adanya dyspneu,

stridor dan cianosis

       Perhatikan kualitas

pernafasan

       Kolaborasi pemberian

therapi Oksigen bila perlu

  Untuk mengetahui

adanya komplikasi

secara dini

  Untuk mengetahui

adanya ronchi atau tidak

  Mengetahui pernafasan

klien

  Mencegah terjadinya

dispnea

  Membantu pernafasan

klien

6. Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x24 jam,

diharapkan kerusakan komunikasi

verbal teratasi dengan kriteria

hasil :

       Kaji fungsi bicara secara

periodik

       Pertahankan komunikasi

sederhana

  untuk mengetahui

kondisi klien

  Agar tidak terlalu

memaksa klien untuk

Page 17: tiroid.doc

Mampu menciptakan metode

komunikasi dimana kebutuhan

dapat dipahami        Memberikan metode

komunikasi alternative

yang sesuai

berbicara

  Menyesuaikan dengan

kondisi klien