Tipus Tingkat Fertilitas Total

7
Definisi Total Fertility Rate (TFR) TFR (Total Fertility Rate) merupakan gambaran mengenai rata-rata jumlah anak yang dilahirkan seorang perempuan dari usia 10 sampai 49 tahun. Perbandingan angka TFR antar negara atau daerah dapat menunjukkan keberhasilan daerah dalam melaksanakan pembangunan sosial dan ekonominya. Angka TFR yang tinggi menunjukkan cerminan rata-rata usia kawin yang rendah, tingkat pendidikan yang rendah terutama perempuan, tingkat sosial ekonomi rendah atau tingkat kemiskinan yang tinggi. Selain itu tentu saja menunjukkan tingkat keberhasilan program KB yang telah dilaksanakan. (Hauer M, Baker J, Brown W. 2013. Indirect Estimates of Total Fertility Rate Using Child Woman/Ratio . San Francisco: Plos One 8(6).) Fertilitas atau kelahiran merupakan salah satu faktor penambah jumlah penduduk disamping migrasi masuk. Kelahiran bayi membawa konsekuensi pemenuhan kebutuhan tumbuh kembang bayi tersebut, termasuk pemenuhan gisi dan kecukupan kalori, perawatan kesehatan. Pada gilirannya, bayi ini akan tumbuh menjadi anak usia sekolah yang menuntut pendidikan, lalu masuk angkatan kerja dan menuntut pekerjaan. Bayi perempuan akan tumbuh menjadi remaja perempuan dan perempuan usia subur yang akan menikah dan melahirkan bayi. Tingkat kelahiran di masa lalu mempengaruhi tingginya tingkat fertilitas masa kini. Jumlah kelahiran yang besar di masa lalu disertai dengan penurunan kematian bayi akan menyebabkan bayi-bayi tersebut tetap hidup dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya disaat

description

TFR

Transcript of Tipus Tingkat Fertilitas Total

Page 1: Tipus Tingkat Fertilitas Total

Definisi Total Fertility Rate (TFR)

TFR (Total Fertility Rate) merupakan gambaran mengenai rata-rata jumlah anak yang

dilahirkan seorang perempuan dari usia 10 sampai 49 tahun. Perbandingan angka TFR antar

negara atau daerah dapat menunjukkan keberhasilan daerah dalam melaksanakan

pembangunan sosial dan ekonominya. Angka TFR yang tinggi menunjukkan cerminan rata-

rata usia kawin yang rendah, tingkat pendidikan yang rendah terutama perempuan, tingkat

sosial ekonomi rendah atau tingkat kemiskinan yang tinggi. Selain itu tentu saja

menunjukkan tingkat keberhasilan program KB yang telah dilaksanakan. (Hauer M, Baker J,

Brown W. 2013. Indirect Estimates of Total Fertility Rate Using Child Woman/Ratio. San

Francisco: Plos One 8(6).)

Fertilitas atau kelahiran merupakan salah satu faktor penambah jumlah penduduk

disamping migrasi masuk. Kelahiran bayi membawa konsekuensi pemenuhan kebutuhan

tumbuh kembang bayi tersebut, termasuk pemenuhan gisi dan kecukupan kalori, perawatan

kesehatan. Pada gilirannya, bayi ini akan tumbuh menjadi anak usia sekolah yang menuntut

pendidikan, lalu masuk angkatan kerja dan menuntut pekerjaan. Bayi perempuan akan

tumbuh menjadi remaja perempuan dan perempuan usia subur yang akan menikah dan

melahirkan bayi.

Tingkat kelahiran di masa lalu mempengaruhi tingginya tingkat fertilitas masa kini.

Jumlah kelahiran yang besar di masa lalu disertai dengan penurunan kematian bayi akan

menyebabkan bayi-bayi tersebut tetap hidup dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan

dengan tahun-tahun sebelumnya disaat kematian bayi masih tinggi. Lima belas

tahun kemudian bayi-bayi ini akan membentuk kelompok perempuan usia subur. (Central

Intellegence Agency. 2012. The World Factbook: Total Fertility Rate. www.cia.gov diakses

pada tanggal 25 maret 2014, pukul 14:25)

Indikator Total Fertility Rate (TFR) (Torado, Smith. 2006. Pembangunan Ekonomi.

Jakarta: Penerbit Erlangga)

Pembangunan dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan taraf hidup untuk

kesejahteran penduduk. Besar kecilnya jumlah penduduk suatu daerah sangat berpengaruh

terhadap pelaksanaan dan pencapaian pembangunan. Semakin baik kualitas penduduk suatu

daerah, akan semakin baik pelaksanaan pembangunan suatu daerah.

Page 2: Tipus Tingkat Fertilitas Total

Berkaitan dengan masalah pertumbuhan penduduk, secara umum dapat dikatakan

bahwa semakin tinggi laju pertumbuhan penduduk maka adaka semakin besar pula proporsi

penduduk usia muda yang belum produktif.di negara yang memiliki struktur penduduk usia

muda, rasio ketergantungan pemuda (youth dependency ratio) yakni perbandingan antar

pemuda berusia dibawah 15 tahun yang belum memiliki pendapatan sendiri, dengan orng-

orang dewasa yang aktif atau produktif secara ekonomis berusia 15 hingga 60 tahun sangat

tinggi. Fenomena ketergantungan penduduk usia muda ini memunculkan konsep yang disebut

dengan momentum pertumbuhan penduduk yang tersembunyi (hidden momentum of

population growth).

Menurut Todaro (2006), salah satu aspek pertumbuhan penduduk yang paling sulit

dipahami adalah kecenderungannya untuk terus menerus mengalami peningkatan yang tidak

terhentikan sekalipun tingkat kelahiran telah mengalami penurunan. Pertumbuhan penduduk

yang mempunyai kecenderungan untuk terus melaju, seolah-olah mengandung suatu daya

gerak (momentum) internal yang kuat dan tersembunyi. Terdapat dua alasan pokok yang

melatarbelakangi keberadaan daya gerak ini. Pertama, tingkat kelahiran tidak mungkin

diturunkan dalam waktu singkat. Kekuatan sosial. Ekonomi dan institusional yang

mempengaruhi tungkat fertilitas yang telah ada dan bertahan lama tidak mudah hilang begitu

saja hanya karena himbauan dari para pemimpin nasional. Kedua, momentum tersembunyi

erat kaitannya dengan struktur usia penduduk di negara berkembang yang didominasi oleh

penduduk usia 20-24 tahun, yang berpotensi untuk semakin bertambahnya angka kelahiran.

Secara terus menerus penduduk akan dipengaruhi oleh jumlah bayi yang lahir, tetapi

secara bersamaan pula akan dikurangi oleh jumlah mortalitas. Sementara itu migrasi juga

berperan dalam menambah dan mengurangi jumlah penduduk. Jadi, dapat disimpulkan bahwa

pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh tiga komponen yaitu kelahiran (fertilitas), kematian

(mortalitas) dan migrasi.

Etiologi Total Fertility Rate (TFR)

Fertilitas sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil reproduksi yang nyata dari

seorang wanita atau kelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas ini menyangkut banyaknya

bayi yang lahir hidup. Fertilitas mencakup peranan kelahiran pada perubahan penduduk.

Banyak faktor yang mempengaruhi Angka Kelahiran Total (TFR) yaitu tingkat

pendapatan, tingkat  pendidikan,  tingkat  kesehatan  dan  penggunaan  alat kontrasepsi,  dan

tingkat urbanisasi. Tingkat pendapatan dapat diwakili oleh pendapatan perkapita. Keterkaitan

Page 3: Tipus Tingkat Fertilitas Total

pada pendapatan terhadap fertilitas adalah ketika pendapatan seseorang naik akan semakin

besar pengaruhnya terhadap penurunan fertilitas yang terjadi.

Apabila ada kenaikan pendapatan, aspirasi orang tua akan berubah. Orang tua

menginginkan anak dengan kualitas yang baik. Ini berarti biaya (cost)-nya naik. Sedangkan

kegunaannya turun sebab walaupun anak masih memberikan kepuasan akan tetapi balas jasa

ekonominya turun. Disamping itu orang tua juga tidak tergantung dari sumbangan anak. Jadi

biaya membesarkan anak lebih besar daripada kegunaannya. Hal ini mengakibatkan

“demand” terhadap anak menurun atau dengan kata lain fertilitas turun.

Penelitian mengenai kaitan pendidikan wanita dengan kesuburan di beberapa negara

maju dan berkembang, mengungkapkan adanya kaitan yang erat antara tingkat pendidikan

dengan tingkat kesuburan. Semakin tinggi pendidikan semakin rendah kesuburan. Di

beberapa negara, meluasnya kepandaian baca tulis disertai oleh turunnya kesuburan dengan

tajam.

Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi fertilitas adalah tingkat kesehatan yang

dapat diwakili dengan angka harapan hidup dan penggunaan alat kontrasepsi bagi wanita usia

15 – 49 yang  berstatus kawin. Keduanya berpengaruh negatif  terhadap tingkat fertilitas.

Cara Pengukuran TFR (Total Fertility Rate)

Seorang perempuan yang secara biologis subur (fecund) tidak selalu melahirkan anak-

anak yang banyak, misalnya dia mengatur fertilitas dengan abstinensi atau menggunakan alat-

alat kontrasepsi. Kemampuan biologis seorang perempuan unuk melahirkan sangat sulit

untuk diukur. Ahli demografi hanya menggunakan pengukuran terhadap kelahiran hidup (live

birth).

Pengukuran fertilitas lebih kompleks dibandingkan dengan pengukuran mortalitas,

karena seorang perempuan hanya meninggal satu kali, tetapi ia dapat melahirkan lebih dari

seorang bayi. Disamping itu seorang yang meninggal pada hari dan waktu tertentu, berarti

mulai saat itu orang tersebut tidak mempunyai resiko kematian lagi. Sebaliknya seorang

perempuan yang telah melahirkan seorang anak tidak berarti resiko melahirkan dari

perempuan tersebut menurun.

Memperhatikan kompleksnya pengukuran terhadap fertilitas tersebut, maka

memungkinkan pengukuran terhadap fertilitas ini dilakukan dengan dua macam

pendekatan: pertama, Pengukuran Fertilitas Tahunan (Yearly Performance) dan kedua,

Pengukuran Fertilitas Kumulatif (Reproductive History).

Page 4: Tipus Tingkat Fertilitas Total

Total Fertility Rate (TFR) = (jumlah usia spesfik angka fertilitas x jumlah tahun tiap

kelompok usia) / 1000

Total Fertility Rate  (TFR) merupakan pengukuran terhadap fertilitas dengan cara

Pengukuran Fertilitas Tahunan melalui jumlah rata–rata anak yang dilahirkan setiap wanita.

Kebaikan dari teknik ini adalah  merupakan ukuran untuk seluruh wanita usia 15–49 tahun

yang dihitung berdasarkan angka kelahiran menurut kelompok umur, berbeda dengan teknik

yang lain yang perhitungannya tidak memisahkan antara penduduk laki–laki dan perempuan

serta tingkat usia produktif bagi wanita.

http://heatherjacobs.hubpages.com/hub/totalfertilityrate (How to use the formula to calculate

the Total Fertility Rate (TFR) and the Age Specific Fertility Rate (ASFR), 2012, anonym)

http://nureynurey.wordpress.com/2012/06/20/total-fertility-rate/ (total fertility rate, 2012,

anonym)

Page 5: Tipus Tingkat Fertilitas Total

Angka Fertilitas Total di Indonesia Menurut Provinsi Tahun 2012

Menurut SDKI

2012, TFR tertinggi

terdapat di provinsi Papua

Barat (3,70 anak per

wanita usia subur) dan

TFR terendah di provinsi

DIY Jogjakarta (2,10 anak per

wanita usia subur).

No Provinsi TFR

1 DI Aceh 2,80

2 Sumatera Utara 3,00

3 Sumatera Barat 2,80

4 Riau 2,90

5 Jambi 2,30

6 Sumatera Selatan 2,80

7 Bengkulu 2,20

8 Lampung 2,70

9 Bangka Belitung 2,60

10 Kepulauan Riau 2,60

11 DKI Jakarta 2,30

12 Jawa Barat 2,50

13 Jawa Tengah 2,50

14 DI Yogyakarta 2,10

15 Jawa Timur 2,30

16 Banten 2,50

17 Bali 2,30

18 Nusa Tenggara Barat 2,80

19 Nusa Tenggara Timur 2,30

20 Kalimantan Barat 3,10

21 Kalimantan Tengah 2,80

22 Kalimantan Selatan 2,50

23 Kalimantan Timur 2,80

24 Sulawesi Utara 2,60

25 Sulawesi Tengah 3,20

26 Sulawesi Selatan 2,60

27 Sulawesi Tenggara 3,00

28 Gorontalo 2,60

29 Sulawesi Barat 3,60

30 Maluku 3,20

31 Maluku Utara 3,10

32 Papua Barat 3,70

33 Papua 3,50

INDONESIA 2,59