Tipus Tingkat Fertilitas Total
description
Transcript of Tipus Tingkat Fertilitas Total
Definisi Total Fertility Rate (TFR)
TFR (Total Fertility Rate) merupakan gambaran mengenai rata-rata jumlah anak yang
dilahirkan seorang perempuan dari usia 10 sampai 49 tahun. Perbandingan angka TFR antar
negara atau daerah dapat menunjukkan keberhasilan daerah dalam melaksanakan
pembangunan sosial dan ekonominya. Angka TFR yang tinggi menunjukkan cerminan rata-
rata usia kawin yang rendah, tingkat pendidikan yang rendah terutama perempuan, tingkat
sosial ekonomi rendah atau tingkat kemiskinan yang tinggi. Selain itu tentu saja
menunjukkan tingkat keberhasilan program KB yang telah dilaksanakan. (Hauer M, Baker J,
Brown W. 2013. Indirect Estimates of Total Fertility Rate Using Child Woman/Ratio. San
Francisco: Plos One 8(6).)
Fertilitas atau kelahiran merupakan salah satu faktor penambah jumlah penduduk
disamping migrasi masuk. Kelahiran bayi membawa konsekuensi pemenuhan kebutuhan
tumbuh kembang bayi tersebut, termasuk pemenuhan gisi dan kecukupan kalori, perawatan
kesehatan. Pada gilirannya, bayi ini akan tumbuh menjadi anak usia sekolah yang menuntut
pendidikan, lalu masuk angkatan kerja dan menuntut pekerjaan. Bayi perempuan akan
tumbuh menjadi remaja perempuan dan perempuan usia subur yang akan menikah dan
melahirkan bayi.
Tingkat kelahiran di masa lalu mempengaruhi tingginya tingkat fertilitas masa kini.
Jumlah kelahiran yang besar di masa lalu disertai dengan penurunan kematian bayi akan
menyebabkan bayi-bayi tersebut tetap hidup dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan
dengan tahun-tahun sebelumnya disaat kematian bayi masih tinggi. Lima belas
tahun kemudian bayi-bayi ini akan membentuk kelompok perempuan usia subur. (Central
Intellegence Agency. 2012. The World Factbook: Total Fertility Rate. www.cia.gov diakses
pada tanggal 25 maret 2014, pukul 14:25)
Indikator Total Fertility Rate (TFR) (Torado, Smith. 2006. Pembangunan Ekonomi.
Jakarta: Penerbit Erlangga)
Pembangunan dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan taraf hidup untuk
kesejahteran penduduk. Besar kecilnya jumlah penduduk suatu daerah sangat berpengaruh
terhadap pelaksanaan dan pencapaian pembangunan. Semakin baik kualitas penduduk suatu
daerah, akan semakin baik pelaksanaan pembangunan suatu daerah.
Berkaitan dengan masalah pertumbuhan penduduk, secara umum dapat dikatakan
bahwa semakin tinggi laju pertumbuhan penduduk maka adaka semakin besar pula proporsi
penduduk usia muda yang belum produktif.di negara yang memiliki struktur penduduk usia
muda, rasio ketergantungan pemuda (youth dependency ratio) yakni perbandingan antar
pemuda berusia dibawah 15 tahun yang belum memiliki pendapatan sendiri, dengan orng-
orang dewasa yang aktif atau produktif secara ekonomis berusia 15 hingga 60 tahun sangat
tinggi. Fenomena ketergantungan penduduk usia muda ini memunculkan konsep yang disebut
dengan momentum pertumbuhan penduduk yang tersembunyi (hidden momentum of
population growth).
Menurut Todaro (2006), salah satu aspek pertumbuhan penduduk yang paling sulit
dipahami adalah kecenderungannya untuk terus menerus mengalami peningkatan yang tidak
terhentikan sekalipun tingkat kelahiran telah mengalami penurunan. Pertumbuhan penduduk
yang mempunyai kecenderungan untuk terus melaju, seolah-olah mengandung suatu daya
gerak (momentum) internal yang kuat dan tersembunyi. Terdapat dua alasan pokok yang
melatarbelakangi keberadaan daya gerak ini. Pertama, tingkat kelahiran tidak mungkin
diturunkan dalam waktu singkat. Kekuatan sosial. Ekonomi dan institusional yang
mempengaruhi tungkat fertilitas yang telah ada dan bertahan lama tidak mudah hilang begitu
saja hanya karena himbauan dari para pemimpin nasional. Kedua, momentum tersembunyi
erat kaitannya dengan struktur usia penduduk di negara berkembang yang didominasi oleh
penduduk usia 20-24 tahun, yang berpotensi untuk semakin bertambahnya angka kelahiran.
Secara terus menerus penduduk akan dipengaruhi oleh jumlah bayi yang lahir, tetapi
secara bersamaan pula akan dikurangi oleh jumlah mortalitas. Sementara itu migrasi juga
berperan dalam menambah dan mengurangi jumlah penduduk. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh tiga komponen yaitu kelahiran (fertilitas), kematian
(mortalitas) dan migrasi.
Etiologi Total Fertility Rate (TFR)
Fertilitas sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil reproduksi yang nyata dari
seorang wanita atau kelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas ini menyangkut banyaknya
bayi yang lahir hidup. Fertilitas mencakup peranan kelahiran pada perubahan penduduk.
Banyak faktor yang mempengaruhi Angka Kelahiran Total (TFR) yaitu tingkat
pendapatan, tingkat pendidikan, tingkat kesehatan dan penggunaan alat kontrasepsi, dan
tingkat urbanisasi. Tingkat pendapatan dapat diwakili oleh pendapatan perkapita. Keterkaitan
pada pendapatan terhadap fertilitas adalah ketika pendapatan seseorang naik akan semakin
besar pengaruhnya terhadap penurunan fertilitas yang terjadi.
Apabila ada kenaikan pendapatan, aspirasi orang tua akan berubah. Orang tua
menginginkan anak dengan kualitas yang baik. Ini berarti biaya (cost)-nya naik. Sedangkan
kegunaannya turun sebab walaupun anak masih memberikan kepuasan akan tetapi balas jasa
ekonominya turun. Disamping itu orang tua juga tidak tergantung dari sumbangan anak. Jadi
biaya membesarkan anak lebih besar daripada kegunaannya. Hal ini mengakibatkan
“demand” terhadap anak menurun atau dengan kata lain fertilitas turun.
Penelitian mengenai kaitan pendidikan wanita dengan kesuburan di beberapa negara
maju dan berkembang, mengungkapkan adanya kaitan yang erat antara tingkat pendidikan
dengan tingkat kesuburan. Semakin tinggi pendidikan semakin rendah kesuburan. Di
beberapa negara, meluasnya kepandaian baca tulis disertai oleh turunnya kesuburan dengan
tajam.
Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi fertilitas adalah tingkat kesehatan yang
dapat diwakili dengan angka harapan hidup dan penggunaan alat kontrasepsi bagi wanita usia
15 – 49 yang berstatus kawin. Keduanya berpengaruh negatif terhadap tingkat fertilitas.
Cara Pengukuran TFR (Total Fertility Rate)
Seorang perempuan yang secara biologis subur (fecund) tidak selalu melahirkan anak-
anak yang banyak, misalnya dia mengatur fertilitas dengan abstinensi atau menggunakan alat-
alat kontrasepsi. Kemampuan biologis seorang perempuan unuk melahirkan sangat sulit
untuk diukur. Ahli demografi hanya menggunakan pengukuran terhadap kelahiran hidup (live
birth).
Pengukuran fertilitas lebih kompleks dibandingkan dengan pengukuran mortalitas,
karena seorang perempuan hanya meninggal satu kali, tetapi ia dapat melahirkan lebih dari
seorang bayi. Disamping itu seorang yang meninggal pada hari dan waktu tertentu, berarti
mulai saat itu orang tersebut tidak mempunyai resiko kematian lagi. Sebaliknya seorang
perempuan yang telah melahirkan seorang anak tidak berarti resiko melahirkan dari
perempuan tersebut menurun.
Memperhatikan kompleksnya pengukuran terhadap fertilitas tersebut, maka
memungkinkan pengukuran terhadap fertilitas ini dilakukan dengan dua macam
pendekatan: pertama, Pengukuran Fertilitas Tahunan (Yearly Performance) dan kedua,
Pengukuran Fertilitas Kumulatif (Reproductive History).
Total Fertility Rate (TFR) = (jumlah usia spesfik angka fertilitas x jumlah tahun tiap
kelompok usia) / 1000
Total Fertility Rate (TFR) merupakan pengukuran terhadap fertilitas dengan cara
Pengukuran Fertilitas Tahunan melalui jumlah rata–rata anak yang dilahirkan setiap wanita.
Kebaikan dari teknik ini adalah merupakan ukuran untuk seluruh wanita usia 15–49 tahun
yang dihitung berdasarkan angka kelahiran menurut kelompok umur, berbeda dengan teknik
yang lain yang perhitungannya tidak memisahkan antara penduduk laki–laki dan perempuan
serta tingkat usia produktif bagi wanita.
http://heatherjacobs.hubpages.com/hub/totalfertilityrate (How to use the formula to calculate
the Total Fertility Rate (TFR) and the Age Specific Fertility Rate (ASFR), 2012, anonym)
http://nureynurey.wordpress.com/2012/06/20/total-fertility-rate/ (total fertility rate, 2012,
anonym)
Angka Fertilitas Total di Indonesia Menurut Provinsi Tahun 2012
Menurut SDKI
2012, TFR tertinggi
terdapat di provinsi Papua
Barat (3,70 anak per
wanita usia subur) dan
TFR terendah di provinsi
DIY Jogjakarta (2,10 anak per
wanita usia subur).
No Provinsi TFR
1 DI Aceh 2,80
2 Sumatera Utara 3,00
3 Sumatera Barat 2,80
4 Riau 2,90
5 Jambi 2,30
6 Sumatera Selatan 2,80
7 Bengkulu 2,20
8 Lampung 2,70
9 Bangka Belitung 2,60
10 Kepulauan Riau 2,60
11 DKI Jakarta 2,30
12 Jawa Barat 2,50
13 Jawa Tengah 2,50
14 DI Yogyakarta 2,10
15 Jawa Timur 2,30
16 Banten 2,50
17 Bali 2,30
18 Nusa Tenggara Barat 2,80
19 Nusa Tenggara Timur 2,30
20 Kalimantan Barat 3,10
21 Kalimantan Tengah 2,80
22 Kalimantan Selatan 2,50
23 Kalimantan Timur 2,80
24 Sulawesi Utara 2,60
25 Sulawesi Tengah 3,20
26 Sulawesi Selatan 2,60
27 Sulawesi Tenggara 3,00
28 Gorontalo 2,60
29 Sulawesi Barat 3,60
30 Maluku 3,20
31 Maluku Utara 3,10
32 Papua Barat 3,70
33 Papua 3,50
INDONESIA 2,59