Tipe Resin Akrilik

6
Narita Ajeng Loviana (141610101031) Tipe Resin Akrilik 1. Heat Cured Acrylic Resin Kebanyakan sistem resin poli (metil metakrilat) terdiri atas komponen bubuk dan cairan. Bubuk terdiri atas butir- butir poli (metil metakrilat) pra-polimerisasi dan sejumlah kecil benzoil peroksida sebagai pemulai/inisiator. Cairan didominasi oleh metil metakrilat tidak terpolimerisasi degan sejumlah kecil hidroquinon. Hidroquinon ditambahkan sebagai suatu penghambat. Bahan tersebut mencegah polimerisasi yang tidak diharapkan, atau ‘pengerasan’ cairan selama penyimpanan. Suatu bahan ikatan silang juga ditambahkan pada cairan. Glikol dimetakrilat biasanya digunakan sebagai bahan ikatan silang yang akan memberikan peningkatan ketahanan terhadap deformasi. Bahan-bahan teraktivasi dengan panas digunakan dalam pembuatan hampir semua basis protesa. Energi termal yang diperlukan untuk polimerisasi bahan-bahan tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan perendaman air atau oven gelombang mikro (microwave). Karena prevalensi dari resin- resin ini, sistem teraktivasi dengan panas lebih ditekankan. Bila dipanaskan di atas 60 o C, molekul-molekul benzoil peroksida terpisah-pisah menghasilkan spesies dengan muatan listrik netral dan mengandung elektron tidak berpasangan. Spesies molekul ini dinamakan radikal bebas. Masing-masing

description

ibtkg 1

Transcript of Tipe Resin Akrilik

Narita Ajeng Loviana (141610101031)Tipe Resin Akrilik1. Heat Cured Acrylic ResinKebanyakan sistem resin poli (metil metakrilat) terdiri atas komponen bubuk dan cairan. Bubuk terdiri atas butir-butir poli (metil metakrilat) pra-polimerisasi dan sejumlah kecil benzoil peroksida sebagai pemulai/inisiator. Cairan didominasi oleh metil metakrilat tidak terpolimerisasi degan sejumlah kecil hidroquinon. Hidroquinon ditambahkan sebagai suatu penghambat. Bahan tersebut mencegah polimerisasi yang tidak diharapkan, atau pengerasan cairan selama penyimpanan. Suatu bahan ikatan silang juga ditambahkan pada cairan. Glikol dimetakrilat biasanya digunakan sebagai bahan ikatan silang yang akan memberikan peningkatan ketahanan terhadap deformasi.Bahan-bahan teraktivasi dengan panas digunakan dalam pembuatan hampir semua basis protesa. Energi termal yang diperlukan untuk polimerisasi bahan-bahan tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan perendaman air atau oven gelombang mikro (microwave). Karena prevalensi dari resin-resin ini, sistem teraktivasi dengan panas lebih ditekankan.Bila dipanaskan di atas 60oC, molekul-molekul benzoil peroksida terpisah-pisah menghasilkan spesies dengan muatan listrik netral dan mengandung elektron tidak berpasangan. Spesies molekul ini dinamakan radikal bebas. Masing-masing radikal bebas dengan cepat bereaksi dengan molekul monomer yang ada untuk merangsang polimerisasi rantai bertumbuh.Pada sistem ini, panas diperlukan untuk menyebabkan pemisahan molekul benzoil peroksida. Oleh karena itu, panas dinamakan sebagai aktivator. Selama pembuatan basis protesa, panas diaplikasikan pada resin dengan merendam kuvet protesa dan alat pembawa kuvet dalam bak air. Kemudian air dipanaskan sampai temperatur yang dianjurkan dan dipertahankan pada temperatur tersebut untuk suatu periode waktu yang dianjurkan.Resin akrilik juga dapat dipolimerisasi menggunakan energi gelombang mikro. Gelombang mikro membuat molekul bergerak secara merata dan seimbang ke segala arah sehingga hasil akhir dari resin akrilik ini lebih sempurna. Hal tersebut disebabkan karena hampir semua monomer bereaksi sehingga proses polimerisasinya sempurna. Teknik ini menggunakan resin dengan rumus khusus serta kuvet yang tidak mengandung logam. Oven gelombang mikro konvensional digunakan untuk memasok energi termal yang diperlukan untuk polimerisasi.

2. Self Cured Acrylic ResinAktivator kimia mungkin juga digunakan untuk melangsungkan polimerisasi resin akrilik. Aktivasi kimia tidak memerlukan penggunaan energi termal dan karenanya dapat dilakukan pada temperatur ruang.Pada kebanyakan keadaan, aktivasi kimia dicapai melalui penambahan amin tersier, seperti dimetil para toluidin, terhadap cairannya yaitu monomer. Bila komponen bubuk dan cairan diaduk, amin tersier menyebabkan terpisahnya benzoil peroksida. Sebagai akibatnya dihasilkan radikal bebas dan polimerisasi dimulai. Polimerisasi berlangsung dengan cara yang serupa dengan pada sistem aktivasi termal.Perbedaan dasar antara resin akrilik yang terkativasi dengan panas dan kimia adalah cara benzoil peroksida terpisah untuk memisahkan radikal bebas. Semua faktor lain dalam proses tetap sama, misalnya, inisiator dan reaktor. Umumnya derajat polimerisasi yang dicapai dengan menggunakan resin teraktivasi kimia tidaklah sesempurna seperti yang dicapai oleh resin yang teraktivasi panas. Ini menunjukkan ada monomer dalam jumlah lebih besar yang tidak bereaksi yang dibuat melalui proses aktivasi kimia. Monomer yang tidak teraktivasi ini menciptakan 2 kesulitan utama. Pertama, monomer residu bertindak sebagai iritan jaringan yang potensial sehingga membatasi biokompatibilitas dari resin akrilik tipe ini. Kedua, bahan tersebut bertindak sebagai bahan plastis yang menyebabkan penurunan kekuatan tranversal dari resin akrilik ini.Namun dari sudut pandang fisik, resin yang teraktivasi secara kimia menunjukkan pengerutan yang lebih sedikit dibandingkan dengan resin akrilik yang teraktivasi oleh panas karena polimerisasi yang kurang sempurna. Ini memberikan keakuratan dimensi yang lebih besar pada resin yang teraktivasi secara kimia.

3. Light Cured Acrylic ResinResin akrilik yang diaktifkan dengan sinar yang terlihat oleh mata digambarkan sebagai suatu komposit yang memiliki matriks uretan dimetakrilat, silika ukuran mikro, dan monomer resin akrilik berberat molekul tinggi. Butir-butir resin akrilik dimasukkan sebagai bahan pengisi organik. Sinar yang terlihat oleh mata adalah aktivator, sementara camphoroquinone bertindak sebagai pemulai polimerisasi. Sinar yang digunakan sebagai aktivator adalah sinar tampak dengan panjang gelombang antara 400-500 nm atau sinar UV dengan panjang gelombang 240 nm. Namun, sinar UV sudah tidak digunakan karena sifatnya yang dapat merusak jaringan.Resin dipasok dalam bentuk lembaran dan benang serta dibungkus dalam kantung kedap cahaya untuk mencegah polimerisasi yang tidak diinginkan. Media penanam yang opak mencegah masuknya sinar, jadi resin akrilik yang diaktifkan dengan sinar tidak dapat dimasukkan dalam kuvet seperti cara konvensional.

Yona anindita (141610101027)Kekurangan dan Kelebihan Resin Akrilik A. Heat Cured Acrylic (Resin akrilik teraktivasi)a). Kelebihan: nilai estetis yang unggul dimana warna hasil akhir akrilik sama dengan warna jaringan lunak rongga mulut. Selain itu resin akrilik ini tergolong mudah dimanipulasi. dan harga terjangkau.b). Kekurangan: daya tahan abrasi atau benturan masih tergolong rendah. fleksibilitas juga masih rendah. dan hasil akhir dari manipulasi akrilik akan terjadi penyusutan volume (Combe, 1992).

B. Self Cured Acrylic (Resin akrilik Teraktivasi Kimia) a). Kelebihan: mudah dilepaskan dari kuvet. fleksibilitas lebih tinggi dari tipe1. pengerutan volume akhir tergolong rendah karena proses polimerisasi dari tipe ini tergolong kurang sempurna.

b). Kekurangan: elastisitas dari tipe initergolong kurang dari tipe I, kemudian karena digunakan bahan kimia hal tersebut dapat mengiritasi jaringan rongga mulut. dari segi ekonomis lebih mahal (Combe, 1992).

C. Light Cured Acrylic (Resin Akrilik teraktivasi Cahaya) a). Kelebihan: penyusutan saat polimerisasi rendah. hasil akhir manipulasi dapat dibentuk dengan baik. resin ini dapat dimanipulasi dengan peralatan sederhana.b). Kekurangan: elastisitas dari resin akrilik ini kecil dan penggunaan sinar UV pada resin ini dapat merusak jaringan rongga mulut (Combe, 1992).

Anusavice, Kenneth J. Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Alih bahsa, Johan Arief Budiman, Susi Purwoko ; editor edisi bahasa Indonesia, Lilian Juwono. Ed. 10. Jakarta : EGC, 2003.