TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN...

71
TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN POLIS ASURANSI DI INDONESIA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Oleh ARIA SRI AGUSTIN NIM: 11160480000115 PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H / 2020 M

Transcript of TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN...

Page 1: TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...tentang Perlindungan Konsumen yaitu hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti

TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN

POLIS ASURANSI DI INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh

ARIA SRI AGUSTIN

NIM: 11160480000115

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1441 H / 2020 M

Page 2: TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...tentang Perlindungan Konsumen yaitu hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti

i

TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN

POLIS ASURANSI DI INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh

ARIA SRI AGUSTIN

NIM: 11160480000115

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1441 H / 2020 M

Page 3: TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...tentang Perlindungan Konsumen yaitu hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti

ii

Page 4: TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...tentang Perlindungan Konsumen yaitu hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti

iii

Page 5: TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...tentang Perlindungan Konsumen yaitu hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, Saya:

Nama : Aria Sri Agustin

NIM : 11160480000115

Program Studi : Ilmu Hukum

Alamat : Banjar Wijaya Blok B 25 Nomor 8 Cluster Asia, Cipondoh, Kota

Tangerang.

No. HP / Email :081293104508 / [email protected]

Dengan ini Saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya Saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar Strata Satu (S-1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Semua sumber yang Saya gunakan dalam penelitian ini telah Saya cantumkan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa hasil karya ini bukan hasil karya asli Saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka Saya bersedia menerima sanksi

yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatatullah Jakarta.

Tangerang, 9 Juli 2020

Aria Sri Agustin

NIM. 1160480000115

Page 6: TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...tentang Perlindungan Konsumen yaitu hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti

v

ABSTRAK

ARIA SRI AGUSTIN, NIM 11160480000115, “TINJAUAN YURIDIS

PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN POLIS ASURANSI DI

INDONESIA”. Konsentrasi Hukum Bisnis, Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Syariah

dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1441 H/2020 M.

Permasalahan utama dalam skripsi ini adalah mengenai kepastian dan perlindungan

hukum bagi pemegang polis asuransi pasca dikeluarkannya Pasal 53 ayat (1) Undang-

Undang Perasuransian yang mengamanatkan pembentukan lembaga penjaminan polis

asuransi di Indonesia. Penerbitan undang-undang tersebut sejak tahun 2014 sampai

sekarang, lembaga tersebut belum juga dibentuk. Sehingga permasalahan kasus gagal

bayar banyak dialami oleh para pemegang polis. Penelitian ini bertujuan agar mengetahui

perlindungan hukum pemegang polis di negara yang sudah menerapkannya.

Metode Penelitian ini menggunakan pendekatan peraturan perundang-undangan

(statutory approach) yakni Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 yang terkait dan

membandingkannya dengan peraturan mengenai Lembaga Penjaminan Polis di Negara

Jepang dengan menggunakan pendekatan (comparative approach).

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa peraturan perundang-undangan

mengenai Lembaga Penjaminan Polis Asuransi di Jepang sudah sangat memadai karena

adanya pengelolaan dan tindakan preventif dan represif bagi asuransi gagal bayar.

Sehingga Negara Indonesia perlu untuk menerapkannya demi memberikan perlindungan

hukum bagi setiap pemegang polis asuransi di Indonesia.

Kata Kunci : Asuransi, Lembaga Penjaminan Polis, Klaim Asuransi

Pembimbing Skripsi : 1. A.M Hasan Ali M.A

2. Elviza Fauziah S.H., M.H

Daftar Pustaka : Tahun 1985 Sampai Tahun 2020.

Page 7: TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...tentang Perlindungan Konsumen yaitu hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti

vi

KATA PENGANTAR

الرحيم الرحمن هللا بسم

Puji syukur kepada Allah SWT berkat Rahmat, Hidayah, dan Karunia-Nya kepada

kita semua. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad

Saw, beserta seluruh keluarga, sahabat, dan para pengikut beliau sampai akhir zaman nanti.

Dengan mengucap Alhamdulillâhi rabbil ‘âlamîn, akhirnya peneliti dapat menyelesaikan

penelitian skripsi dengan judul “TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA

PENJAMINAN POLIS ASURANSI DI INDONESIA”.

Peneliti menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan

dari berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima

kasih kepada yang terhormat:

1. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.H., M.A. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Muhammad Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H. Ketua Program Studi Ilmu Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan Drs. Abu Tamrin, S.H.,

M.Hum., Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan arahan untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. A.M Hasan Ali M.A dan Elviza Fauziah S.H., M.H Pembimbing Skripsi. Dewi Sukarti

M.A. Penasehat Akademik yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan kesabaran

dalam membimbing peneliti sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Kepala Perpustakaan Pusat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan

Kepala Urusan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan

fasilitas dan mengizinkan peneliti untuk mencari dan meminjam buku-buku referensi

dan sumber-sumber data lainnya yang diperlukan.

5. Kepada kedua orang tua peneliti, Bapak Muhammad Rizal Matcik S.H dan Ibu

Anggriani Aras S.E yang selalu mendukung baik segi materil maupun imateriil,

Page 8: TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...tentang Perlindungan Konsumen yaitu hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti

vii

mendoakan, dan memberikan kepercayaan kepada saya agar saya dapat menyelesaikan

perkuliahan dan titik hadiahnya adalah gelar sarjana ini.

7. Pihak-pihak lainnya yang telah memberi kontribusi dalam penyelesaian skripsi ini.

Demikian ucapan terima kasih ini, semoga Allah memberikan balasan yang setara

kepada para pihak yang telah berbaik hati terlibat dalam penyusunan skripsi ini dan semoga

pula skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Tangerang, 9 Juli 2020

Aria Sri Agustin

NIM 11160480000115

Page 9: TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...tentang Perlindungan Konsumen yaitu hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………………..i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………………………….ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI……………………………..iii

LEMBAR PERNYATAAN……………………………………………………………..iii

ABSTRAK……………………………………………………………………………….iv

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………...v

DAFTAR ISI................................................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah .................................... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................... 6

E. Metode Penelitian ........................................................................................ 7

F. Sistematika Pembahasan ........................................................................... 10

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG POLIS ASURANSI ............................. 11

A. Kerangka Konseptual ................................................................................ 11

B. Kerangka Teori .......................................................................................... 20

1.Teori Perlindungan Hukum .................................................................... 20

2.Teori Keseimbangan Kepentingan ......................................................... 21

3. Teori Kepastian Hukum ........................................................................ 21

C. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu ........................................................ 22

BAB III LEMBAGA PENJAMINAN POLIS DAN PERLINDUNGAN

ASURANSI ................................................................................................... 24

A. Dasar Hukum Perlindungan Hukum Pemegang Polis di Indonesia .......... 24

B. Pencegahan dan Penyelesaian kasus Asuransi di Indonesia ..................... 26

C. Pencegahan dan Penyelesaian Kasus Asuransi di Negara Jepang ............ 28

D. Dasar Hukum berdirinya Lembaga Penjaminan Polis di Indonesia ......... 30

E. Dasar Hukum berdirinya Lembaga Penjaminan Polis di Jepang .............. 31

Page 10: TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...tentang Perlindungan Konsumen yaitu hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti

ix

BAB IV TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN

POLIS ASURANSI DI INDONESIA ......................................................... 35

A. Nilai Urgensitas Pembentukan Lembaga Penjaminan Polis Asuransi dari

Aspek Yuridis dan Perlindungan Konsumen di Indonesia. ...................... 35

B. Bentuk dari Lembaga Penjamin Polis Asuransi di Negara Jepang ........... 45

BAB V PENUTUP ..................................................................................................... 57

A. Kesimpulan ................................................................................................ 57

B. Rekomendasi ............................................................................................. 57

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 59

Page 11: TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...tentang Perlindungan Konsumen yaitu hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peran industri asuransi dalam perekonomian Indonesia, tidak diragukan lagi

sangat besar dan sangat luas. Asuransi dapat dikategorikan sebagai suatu produk

yang dapat ditawarkan kepada konsumen. Data menyebutkan peran asuransi

meningkatnya sejumlah aktivitas industri dikarenakan perdagangan tidak mungkin

berlangsung tanpa dukungan produk jasa asuransi. Suatu perusahaan yang

mengalihkan resikonya melalui perjanjian asuransi akan dapat meningkatkan

usahanya dan berani menggalang tujuan yang lebih besar.

Asuransi memberikan dampak positif kepada perekonomian negara

sekaligus menyejahterahkan kehidupan secara individual. Mengingat asuransi

memiliki peran yang sangat penting khususnya asuransi jiwa dalam peningkatan

kesejahteraan yang ada di masyarakat. Dana yang dihimpun berupa premi setiap

bulannya akan berguna sekali dan akan merupakan modal yang dapat dimanfaatkan

baik oleh para pemegang polis asuransi jiwa itu sendiri, maupun dapat dirasakan

oleh segenap lapisan masyarakat.

Keadaan lembaga asuransi tengah mendapat cambukan besar, karena

menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK) hingga saat ini salah satu tantangan terbesar

yang harus dihadapi Industri Keuangan Non Bank (IKNB) adalah mengembalikan

1nstrum kepercayaan masyarakat. Hal ini sejalan dengan penurunan hasil investasi

sektor asuransi jiwa juga mengalami penurunan signifikan. Pada 2018, hasil

investasi sektor ini turun 84,5% (year-on-year/ yoy). Kemudian total klaim

meningkat sebesar 23,50% 1sehingga apabila diakumulasikan, industri asuransi

mendapat kerugian besar karena tidak sepadan dengan pemasukan premi.

Industri perbankan juga memiliki kesamaan dalam industri asuransi,

kepercayaan nasabah menjadi momok utama demi keberlangsungan perusahaan

1 Surat Kabar, Bisnis Indonesia, 29 Mei 2019, h. 18.

Page 12: TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...tentang Perlindungan Konsumen yaitu hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti

2

asuransi. Dalam hal ini nasabah dengan sukarela memberikan dana kepada

perusahaan asuransi dan mempercayakannya untuk menanggung risiko. Tentu menjadi

amanah dan tanggungjawab besar bagi perusahaan asuransi akan dana tersebut. 2 Namun,

di tengah berkembangnya industri asuransi ini, justru terdapat banyak permasalahan pada

perusahaan asuransi yang harus dicabut izin usahanya karena kesulitan dalam melakukan

pengembalian dana kepada para pemegang polis asuransi. Permasalahan gagal bayar

kepada pemegang polis tidak terjadi sekali atau dua kali, melainkan beberapa perusahaan

asuransi besar dinyatakan pailit dan tidak mendapat kepastian terhadap pemegang polis.

Perbedaan pendapat dikatakan oleh Ketua Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI)

Dadang Sukresna mengatakan kasus pencabutan izin usaha Asuransi tidak akan berdampak

terhadap penurunan kepercayaan masyarakat kepada asuransi umum.3

Pada kasus PT Asuransi Bumi Asih Jaya, permohonan pailit yang diajukan oleh

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah dikabulkan oleh Mahkamah Agung dengan Putusan

Nomor 408 K/Pdt.Sus-Pailit/2015 yang diucapkan dalam 2nstru terbuka untuk umum pada

Hari Jumat, 28 Agustus 2015. Dalam putusan tersebut telah ditunjuk pula hakim pengawas

dan kurator untuk mengurus 2nstr perusahaan tersebut yang dibagikan kepada para

kreditur. Namun, sampai saat ini kasus PT Asuransi Bumi Asih Jaya belum selesai dan

nasabah masih terkatung-katung. Hal ini dikarenakan kurator yang ditahan akibat kasus

korupsi, sudah hampir empat tahun dan 2nstr perusahaan masih belum dibagikan.

Pemegang polis asuransi pun tidak dapat tidur tenang karena mereka hanyalah sebagai

kreditur konkuren yang artinya klaim mereka akan diberikan setelah 2nstr kepada kreditur

yang kedudukannya lebih tinggi. Disatu sisi pula ternyata terdapat banyak para pemegang

polis asuransi yang tidak melakukan klaim asuransi karena ketidaktahuan tentang prosedur

tersebut dan alhasil membuahkan kerugian serta kekecewaan yang besar terhadap sistem

asuransi negara ini. Hal tersebut tentu tidak dapat dibiarkan secara terus menerus karena

jika dibiarkan maka tentu 2nstrume asuransi lain yang mengalami gagal bayar klaim

asuransi. Jika hal tersebut dibiarkan terus menerus maka akan semakin mengurangi

kepercayaan masyarakat terhadap industri perasuransian.

2 Hasymi Ali, Pengantar Asuransi, (Jakarta: Bumi Aksara,1993), h. 23. 3 Surat Kabar, Bisnis Indonesia, 30 Mei 2019, h.18.

Page 13: TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...tentang Perlindungan Konsumen yaitu hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti

3

Ditahun berikutnya, Otoritas Jasa Keuangan mencabut izin operasi dari Bakri Life

yang tidak mampu membayar, dan kerugian yang dialami Bakrie Life ini sejak 2009 hanya

mampu melunasi Rp. 62,5 Miliar dari total kerugian sebesar Rp. 500 Miliar. Maka pada

akhirnya, OJK mengeluarkan keputusan yang mewajibkan Bakrie Life untuk menurunkan

papan nama di kantor pusat dan kantor lainnya di seluruh Indonesia, menyampaikan

laporan neraca penutupan kepada OJK, menyelenggarakaan RUPS untuk memutuskan

pembubaran badan hukum Bakrie Life, menyelesaikan seluruh utang dan kewajiban

melikuidasi perusahaan.

Selain itu, kasus serupa terjadi pada asuransi AJB Bumi Putera juga mengalami

gagal bayar kepada pemegang polis. Asuransi AJB Bumi Putera ini mendapat klaim

mencapai Rp. 2,4 triliun sedangkan pendapatan premi Asuransi Jiwa Bumiputera per

Oktober 2019 adalah sebesar Rp2,6 trilun. Asuransi ini mengelola restrukturisasi dengan

GREN (PT. Evergreen Invesco Tbk) namun implementasinya masih saja mengalami defisit

yang sangat tinggi.

Kasus kasus diatas menggambarkan kepada kita semua, bahwa banyak keluhan

konsumen atas perlakuan perusahaan asuransi yakni suatu permasalahan antara konsumen

atau pemegang polis dengan perusahaan asuransi. Tindakan pelaku usaha disini sebagai

perusahaan asuransi sangat merugikan konsumen. Dalam perkara ini, konsumen tidak

mendapatkan hak-haknya sesuai dengan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999

tentang Perlindungan Konsumen yaitu hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi, dan

atau penggantian dari jasa yang tidak sesuai dengan perjanjian.

Ditinjau dari perlindungan konsumen sesuai Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999,

kasus klaim gagal bayar ini telah melanggar beberapa pasal didalamnya. Bahwa kreditur

konkuren merupakan konsumen yang harus dibayarkan lebih dahulu, namun bertahun-

tahun pemegang polis tidak mendapatkan kepastian hukum. Sesuai dengan pasal 19

menyebutkan tanggung jawab pelaku usaha harus memberi tanggapan atau memenuhi

klaim atas tuntutan konsumen. Mengingat pemegang polis dalam kegiatan sebagai 3nstrum

uang, kiranya kepentingan pemegang polis harus diutamakan. 4

4 ManSuparman Sastrawidjajadan Endang, Hukum Asuransi Perlindungan Tertanggung, Asuransi Deposito

Usaha Perasuransian, (Bandung: Penerbit Alumni, 2013), h. 17.

Page 14: TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...tentang Perlindungan Konsumen yaitu hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti

4

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 juga telah mengatur bagaimana pentingnya

melindungi pemegang polis. Hal ini dapat terlihat dalam Pasal 53 ayat (1) yang berbunyi

yang berbunyi “Perusahaan asuransi dan perusahaan asuransi 4nstrum wajib menjadi

peserta program penjaminan polis”. Dengan hal tersebut perusahaan asuransi akan

melindungi dari hak-hak pemegang polis. Pasal ini menurut Sri Mulyani yang dimaksud

adalah pendirian Lembaga Penjaminan Polis. Namun Undang – Undang tersebut

menyatakan bahwa program penjamin polis asuransi akan diatur lebih lanjut dalam undang

– undang yang baru dan pengesahan undang – undang baru tersebut harus dilakukan paling

lama dalam kurun waktu 3 tahun setelah dikeluarkannya undang – undang perasuransian.

Pada kenyataannya sampai sekarang belum ada juga kejelasan terkait lembaga tersebut.5

Ditinjau dari peraturan otoritas jasa keuangan Nomor: 1/POJK.07/2013 dalam

tugas dan wewenangnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai pengawas dalam bidang

Industri Keuangan Non Bank yang salah satunya mencakup pengawasan terhadap

perusahaan asuransi perlu dilihat 4nstrum sejauh apa peran yang dapat dihadirkan demi

melindungi nasabah asuransi. Apabila kita melihat pada sistem perbankan, terdapat

tindakan preventif dan represif guna menjaga kepercayaan para nasabahnya yakni Otoritas

Jasa Keuangan (OJK) dalam hal pengawasan sebagai upaya preventif serta Lembaga

Penjamin Simpanan (LPS) sebagai upaya represif. Dapat dilihat bahwa Asuransi tidak

memiliki Lembaga Penjamin Polis seperti pada sistem perbankan yang ada saat ini.6

Adanya Lembaga Penjamin Polis dirasa sangat diperlukan guna meningkatkan

kepercayaan masyarakat dan menanggulangi kerugian para pemegang polis.

Tentunya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memiliki porsi tersendiri terkait

melindungi nasabah apalagi dengan belum dibentuknya sebuah Lembaga Penjamin Polis

tersebut. Menurut Kepala Eksekutif Pengawas Pengawas Industri Keuangan Non Bank

(IKNB) Firdaus Djaelani mengatakan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan mendesak

Kementerian Keuangan melalui Badan Kebijakan Fiskal untuk 4nstrume draf peraturan

tersebut untuk kemudian didiskusikan dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Selain itu

menurutnya Lembaga Penjamin Polis asuransi akan memiliki fungsi layaknya Lembaga

5 Wawancara dengan Wimboh, 16 Januari 2020, Konfrensi Pers Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan

Tahun 2020. 6 Djoko Prakoso, Hukum Asuransi Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta,2004), h. 317.

Page 15: TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...tentang Perlindungan Konsumen yaitu hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti

5

Penjamin Simpanan (LPS) yang dimiliki oleh industri Perbankan dan menurutnya

kehadiran lembaga tersebut dapat mengurangi kerugian yang diderita masyarakat jika

perusahaan asuransi mengalami masalah keuangan. Dan tentunya dengan hadirnya

Lembaga Penjamin Polis tersebut akan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap

perusahaan asuransi.

Masyarakat tentu sangat berharap kepada pemerintah agar dapat melindungi

kepentingan mereka karena melihat dari banyaknya perusahaan asuransi yang memiliki

permasalahan keuangan sehingga kesulitan dalam membayarkan klaim asuransi kepada

nasabahnya. Hal tersebut jika dibiarkan terus menerus akan semakin menghilangkan

kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan asuransi serta menurunnya pemberdayaan

ekonomi melalui sektor Industri Keuangan Non Bank, dimana pendapatan yang dihasilkan

merupakan salah satu penunjang tersebesar pendapatan negara yang menguntungkan.

Mengingat hal tersebut pentingnya perlindungan hukum bagi pemegang polis

perusahaan asuransi yang terkena pailit, sehingga membutuhkan adanya lembaga penjamin

asuransi demi melindungi hak dari para pihak yang bersangkutan. Maka dari itu, penulis

hendak meneliti sejauh mana perlindungan yang diberikan kepada nasabah pemegang polis

dari perusahaan asuransi yang telah pailit baik dalam tindakan preventif maupun

represifnya. Tindakan seperti ini dinilai belum terdapat didalam regulasi tentang asuransi,

sehingga perlindungan hukum bagi pemegang polis di Indonesia tidak dikatakan sejahtera.

Dari beberapa negara di asia, lembaga penjaminan polis menjadi 5nstrument perlindungan

bagi pemegang polis jika sewaktu-waktu perusahaan tersebut mengalami pailit.

Lembaga Penjaminan Polis ini sudah menjadi lembaga yang dipercaya untuk dapat

menyelesaikan permasalahan di bidang asuransi diberbagai negara. Seperti halnya, negara

Jepang yang memiliki tingkat penjaminan yang sangat tinggi dikarenakan kondisi alam

yang mengkhawatirkan bagi penduduknya. Hal ini menjadi postulat sementara, bahwa

negara Indonesia memiliki urgensi yang sama atau apple to apple untuk bisa dijadikan

bahan penelitian pembentukan lembaga ini.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengkaji dan

membahas permasalahan tersebut yang dituangkan dalam bentuk penulisan skripsi yang

berjudul “TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN

POLIS DI INDONESIA”

Page 16: TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...tentang Perlindungan Konsumen yaitu hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti

6

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pemaparan di atas, terdapat masalah yang dapat di indentifikasikan

yang terkait dengan tema yang diteliti,

a. Pendapatan Industri Perasuransian di Indonesia mengalami penurunan.

b. Kerugian besar yang dialami oleh beberapa perusahaan Asuransi di Indonesia.

c. Urgensi pembentukan Lembaga Penjaminan Polis di Indonesia.

d. Keterlambatan negara Indonesia dalam membentuk Lembaga Penjaminan Polis.

2. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan masalah dalam penelitian ini lebih terfokus dan tidak meluas,

peneliti membatasi masalah yang akan dibahas sehingga pembahasannya lebih jelas

dan terarah sesuai yang diharapkan peneliti. Peneliti hanya membahas dari segi

normatifnya pembentukan Lembaga Penjaminan Polis Asuransi di Indonesia.

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, perumusan masalah yang diangkat adalah

perlindungan hukum terhadap pemegang polis dan penjaminan menurut tinjauan

yuridis di Indonesia. Untuk mempertegas perumusan masalah, peneliti menjabarkan

permasalahan yang dituangkan dalam peryanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

a. Bagaimana nilai urgensitas pembentukan Lembaga Penjaminan Polis Asuransi dari

aspek yuridis dan perlindungan konsumen di Indonesia?

b. Bagaimana bentuk dari penjamin polis asuransi yang berlaku di negara Jepang?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada dua pertanyaan penelitian yang telah dipaparkan dan diuraikan

di atas, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai oleh peneliti dalam melakukan

penelitian ini adalah sebagai berikut.

Page 17: TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...tentang Perlindungan Konsumen yaitu hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti

7

a. Untuk mengetahui dan menganalisa perlindungan hukum terhadap pemegang polis

asuransi yang sudah berjalan di Indonesia sampai saat ini

b. Untuk mengetahui perlindungan hukum pemegang polis di negara yang sudah

menerapkannya.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

1) Mempelajari lebih dalam terkait perkembangan hukum bisnis di bidang

Industri Kegiatan Non-Bank khususnya kegiatan asuransi dalam

perkembangannya.

2) Menambah kajian keilmuan dengan berkaca pada asuransi yang lebih sukses

pada negara lain.

b. Manfaat Praktis

1) Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat supaya

masyarakat dapat lebih percaya pada lembaga asuransi dan dapat meningkatkan

kepercayaannya pada lembaga perasuransian sehingga dapat mendorong

masyarakat untuk menggunakan asuransi.

2) Bagi Penegak Hukum

Bagi kalangan penegak hukum, khususnya penegak hukum yang bergelut

hukum bisnis, hukum perbamkan, penulis berharap penelitian ini dapat dijadikan

referensi untuk memahami hukum perbankan khususnya di bidang Industri

Kegiatan Non-Bank yakni asuransi di negara Jepang. Sehingga dapat

menerapkannya di negara Indonesia.

D. Metode Penelitian

Untuk memperoleh data yang diperlukan, digunakan metode pengumpulan data

sebagai berikut:

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian yang direncanakan atau yang akan dilaksanakan untuk mengumpulkan

data yang diperlukan menggunakan pengkajian peraturan perundang-undangan

Page 18: TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...tentang Perlindungan Konsumen yaitu hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti

8

(statutory approach) yang terkait dan menghubungkannya dengan aturan Lembaga

Penjaminan Polis di negara lain yakni (comparative approach).

Jenis penelitian yang dilakukan adalah dikategorikan sebagai penelitian yang

bersifat Normative Yuridis yaitu suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan

atau menganalisis suatu hasil penelitian dan merupakan penelitian yang digunakan

untuk meneliti pada kondisi objektif yang alamiah dimana peneliti berperan sebagai

instrumen kunci. 7 Pokok kajiannya adalah hukum yang dikonsepkan sebagai norma

atau kaidah yang berlaku dalam masyarakat dan menjadi acuan perilaku setiap orang.

2. Sifat Penelitian

Dilihat dari sudut sifatnya, penelitian ini adalah bersifat deskriptif yaitu suatu

penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan suatu keadaan dan untuk menentukan

ada atau tidaknya hubungan antar suatu gejala dengan gejala lain dalam masyarakat.

3. Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer (primary data), data

sekunder (secondary data), dan data tersier.

a. Sumber Data Primer

Bahan hukum primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber pertama.

yaitu bahan-bahan hukum seperti norma, peraturan dasar, peraturan perundang-

undangan, hukum adat. Dalam penelitian ini peraturan perundang-undangan yang

digunakan adalah KUHD, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 jo Undang-

Undang Nomor 2 Tahun 1992, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999, POJK

Nomor 72/2016.

b. Sumber Data Sekunder

Bahan hukum sekunder yaitu mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku,

jurnal, dan hasil penelitian lainnya yang berwujud laporan. Yaitu bahan yang

memberikan penjelasan menganai bahan hukum primer seperti rancangan

perundang-undangan, hasil penelitian atau pendapat pakar hukum.

c. Sumber Data Tersier

7 Ishaq, Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi (Bandung: Alfabeta, 2016), h.21.

Page 19: TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...tentang Perlindungan Konsumen yaitu hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti

9

Bahan hukum tersier yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus

hukum, ensiklopiedia dan lain-lain.

4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini yaitu studi

kepustakaan. Studi kepustakaan dilakukan dengan mencari referensi untuk mendukung

materi penelitian ini melalui berbagai literatur seperti buku, bahan ajar perkuliahan,

artikel, jurnal, skripsi, tesis, dan peraturan perundang-undangan di berbagai

perpustakaan umum dan universitas.

5. Metode Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan kegiatan pendahuluan dari suatu analisis, klasifikasi,

disimpulkan lalu di interpretasi. Penelitian ini melakukan pengolahan bahan hukum

dengan menginterpretasi apa yang tertulis dalam literatur dan sumber tertulis lainnya.

6. Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan teknik analisis yang bersifat deskripstif kualitatif yang

berusaha menyimpulkan dengan menarik bagian atau hal yang bersifat khusus dan

berdasarkan kepada data yang bersifat umum. Dan karenanya penelitian ini

menggunakan pendekatan undang-undang (statutory approach) maka dilakukan

dengan menelaah undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum

yang sedang ditangani.

Teknis analisis dengan pendekatan undang-undang untuk penelitian kegiatan

praktis, membuka kesempatan bagi peneliti untuk mempelajari adakah konsistensi dan

kesesuaian antara suatu undang-undang dengan undangundang lainnya atau antara

undang-undang dan undang-undang Dasar atau antara regulasi dan undang-undang

hasil dari telaah tersebut merupakan suatu argumen untuk memecahkan isu yang

dihadapi.8

7. Metode Penulisan

Dalam penyusunan penelitian ini, peneliti mengacu kepada sistematika penulisan

dalam Buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Tahun 2017.

8 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana, 2013) h.23.

Page 20: TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...tentang Perlindungan Konsumen yaitu hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti

10

E. Sistematika Pembahasan

Berdasarkan berbagai uraian di atas, Peneliti merumuskan rancangan sistematika

penelitian yang terdiri dari lima bab. Adapun uratan dan tata letak masing-masing bab

terdiri atas:

BAB I : Bab ini merupakan pendahuluan, yang berisi Latar Belakang, Pembatasan

masalah dan Perumusan masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metode

Penelitian, dan Rancangan Sistematika Penelitian.

BAB II : Bab ini menyajikan kerangka teori yang didahului dengan konsep dasar

dan kerangka teori serta kerangka konseptual mengenai tinjauan

pembentukan lembaga penjamin polis asuransi. Pada bab ini juga dibahas

review kajian terdahulu yang relavan dengan tema penelitian dengan

menganalisis persamaan dan perbedaan studi-studi terdahulu.

BAB III : Bab ini berisikan data penelitian yang merupakan data yang berkenaan

dengan objek yang diteliti yaitu urgensi terhadap pembentukan Lembaga

Penjaminan Polis Asuransi di Indonesia ditinjau dari yuridis dan undang-

undang perlindungan konsumen.

BAB IV : Bab ini merupakan analisis permasalahan yang akan membahas dan

menjawab permasalahan pada penelitian ini diantaranya mengenai

bagaimana lembaga penjaminan polis di negara lain dalam melindungi

pemegang polis serta bagaimana penerapan lembaga penjaminan polis di

Indonesia.

BAB V : Merupakan penutup yang berisikan tentang kesimpulan yang dapat ditarik

mengacu pada hasil penelitian sesuai dengan perumusan masalah yang telah

diterapkan dan pertanyaan penelitian yang akan lahir setelah pelaksanaan

penelitian dan pengulasannya dalam skripsi.

Page 21: TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...tentang Perlindungan Konsumen yaitu hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti

11

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG POLIS ASURANSI

A. Kerangka Konseptual

1. Asuransi

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 40 Tahun 2014 tentang

usaha Perasuransian Bab 1 pasal 1 Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian

antara dua pihak, yaitu dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi sebagai

imbalan untuk memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis

karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung

jawab hukum kepada pihak ketiga. Serta memberikan pembayaran yang didasarkan

pada meninggalnya tertanggung atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya

tertanggung.

Selain pengertian menurut Undang–Undang, ada beberapa pengertian yang

dikemukakan menurut para ahli seperti Mehr dan Cammack asuransi merupakan suatu

alat untuk mengurangi risiko keuangan, dengan cara pengumpulan unit-unit exposure

dalam jumlah yang memadai, untuk membuat agar kerugian individu dapat

diperkirakan. Kemudian kerugian yang dapat diramalkan itu dipikul merata oleh

mereka yang bergabung.1

Penjelasam fungsi, manfaat, dan tujuan asuransi sebagai berikut.

a. Fungsi Asuransi

1) Transfer risiko

Dengan membayar premi yang relatif kecil, seseorang atau perusahaan

dapat memindahkan ketidakpastian atas hidup dan harta bendanya (risiko) ke

perusahaan asuransi.

2) Kumpulan Dana

Dana Asuransi adalah kumpulan dana yang berasal dari premi yang

dibentuk untuk memenuhi Liabilitas yang timbul dari polis yang diterbitkan

atau dari klaim asuransi.

1 Robbert Mehr & Emerson Cammack, Principles of Insurance, (America: R.D Irwin,1985) h. 7.

Page 22: TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...tentang Perlindungan Konsumen yaitu hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti

12

b. Manfaat Asuransi

Asuransi yang dikenal di Indonesia antara lain asuransi jiwa, asuransi

kerugian, dan asuransi kesehatan. Asuransi kerugian adalah asuransi yang

melindungi harta benda, misalnya rumah beserta isinya, apartemen, mobil, dan

lain-lain. 2 Asuransi mobil ditujukan untuk melindungi dari berbagai macam

ancaman bahaya yang tidak terduga, misalnya tabrakan, pencurian beberapa

mobil, atau bahkan mobil itu sendiri yang dicuri. Dengan asuransi, kita dapat

mengendarai mobil dengan rasa tenang dan aman ke manapun bepergian.

c. Tujuan dan Teknik Pemecahan Asuransi

1) Segi Ekonomi

Tujuannya adalah mengurangi ketidakpastian dari hasil usaha yang

dilakukan oleh sesorang atau perusahaan dalam rangka memenuhi

kebutuhan atau mencapai tujuan. Tekniknya yakni dengan cara

menghilangkan risiko pada pihak lain dan pihak lain tersebut

mengombinasikan sejumlah risiko yang cukup.

2) Segi Hukum

Tujuannya adalah memindahkan risiko yang dihadapi oleh suatu

objek atau suatu kegiatan bisnis kepada pihak lain. Tekniknya yakni elalui

pembayaran premi oleh tertanggung kepada penanggung dalam kontrak

ganti rugi (polis asuransi), maka risiko beralih kepada penanggung.

3) Segi Tata Niaga

Tujuannya adalah membagi risiko yang dihadapi kepada semua

peserta program asuransi. Tekniknya adalah memindahkan risiko dari

individu atau perusahaan ke lembaga keuangan yang bergerak dalam

pengelolaan risiko (perusahaan asuransi), yang akan membagi risiko

kepada seluruh peserta asuransi yang ditanganinya.

2. Prinsip Dasar Asuransi

2 Worjono Prodjodiko, Hukum Asuransi di Indonesia, (Jakarta: PT. Internasa, 1996), h. 5.

Page 23: TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...tentang Perlindungan Konsumen yaitu hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti

13

Dalam dunia asuransi terdapat enam macam prinsip dasar yang harus dipenuhi,

yaitu;3

a. Insurable Interest

Hak untuk mengasuransikan, yang timbul dari suatu hubungan keuangan,

antara tertanggung dengan yang diasuransikan dan diakui secara hukum.

b. Utmost good faith

Suatu tindakan untuk mengungkapkan secara akurat dan lengkap, semua fakta

material (material fact) mengenai sesuatu yang akan diasuransikan, baik diminta

maupun tidak. Artinya adalah si penanggung harus dengan jujur menerangkan

dengan jelas segala sesuatu tentang luasnya syarat atau kondisi dari asuransi dan si

tertanggung juga harus memberikan keterangan yang jelas dan benar atas objek atau

kepentingan yang dipertanggungkan.

c. Proximate Cause

Suatu penyebab aktif dan efisien yang mengakibatkan rangkaian kejadian yang

menimbulkan suatu akibat tanpa adanya intervensi suatu yang mulai dan secara

aktif dari sumber yang baru dan independen.

d. Indemnity

Suatu mekanisme dimana penanggung menyediakan kompensasi finansial

dalam upayanya ia menempatkan tertanggung dalam posisi keuangan yang ia miliki

sesaat sebelum terjadinya kerugian (KUHD Pasal 252, 253, dan dipertegas dalam

pasal 278).

e. Subrogation

Pengalihan hak tuntut dari tertanggung kepada penanggung setelah klaim

dibayar. prinsip asuransi yang memberikan hak penuntutan ganti rugi dari

tertanggung kepada penanggung atau hak untuk meminta penggantian ganti rugi

kepada pihak ketiga yang menyebabkan terjadinya kerugian.

f. Contribution

3 Abdulkadir Muhammad, Dasar-Dasar Asuransi, (Jakarta: CV. Rajawali, 1989), h. 6.

Page 24: TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...tentang Perlindungan Konsumen yaitu hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti

14

Hak penanggung untuk mengajak penanggung lainnya yang sama-sama

menanggung, tetapi tidak harus sama kewajibannya terhadap tertanggung untuk

ikut memberikan indemnity.

3. Polis Asuransi

Polis asuransi menurut penjelasan Pasal 53 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40

Tahun 2014 merupakan penjaminan pengembalian sebagian atau seluruh hak

pemegang polis, tertanggung, atau peserta dari perusahaan asuransi atau perusahaan

asuransi Syariah. Polis merupakan sebuah bukti perjanjian tertulis yang dilakukan oleh

pihak perusahaan asuransi (penanggung) dengan nasabah pengguna layanan asuransi

(tertanggung), yang isinya menjelaskan segala hak dan kewajiban antara kedua belah

pihak tersebut. Polis asuransi akan menjadi bukti tertulis yang sah dalam perjanjian

yang dilakukan oleh pihak penanggung dan pihak tertanggung.

Pengertian Polis Asuransi dan Fungsinya Bagi Kedua Belah Pihak

Bagi Tertanggung:

Polis asuransi merupakan bukti tertulis atas jaminan perlindungan untuk mengganti

kerugian yang mungkin terjadi yang akan ditanggung oleh polis. Kedua, polis berfungsi

sebagai bukti pembayaran premi kepada penanggung. Dan terakhir, polis adalah bukti

yang kuat untuk mengajukan tuntutan kepada penanggung bila lalai tak memenuhi

kewajibannya.

Bagi penanggung:

Sementara bagi penanggung atau perusahaan, fungsi polis adalah sebagai bukti atau

tanda terima premi asuransi dari nasabah atau tertanggung. Polis juga merupakan bukti

tertulis atas jaminan yang diberikan perusahaan terhadap tertanggung untuk membayar

biaya perlindungan (ganti rugi) yang suatu saat terjadi kepada tertanggung. Terakhir,

polis adalah bukti otentik untuk menolak klaim atau tuntutan ganti rugi bila penyebab

kerugian tak memenuhi syarat dari kesepatakan yang dibuat sebelumnya.

Polis asuransi disebut juga dengan istilah kontrak, kontrak polis, sertifikat

asuransi. Polis asuransi sangat penting untuk nasabah dan perusahaan asuransi. Sesuai

dengan Pasal 255 KUHD (Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, perjanjian asuransi

harus dibuat secara tertulis dalam bentuk 31 dokumen atau akta yang dinamakan polis.

Page 25: TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...tentang Perlindungan Konsumen yaitu hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti

15

Kemudian sesuai dengan Pasal 19 ayat 1 PP No. 73 tahun 1992 tentang Penyelenggaraan

Usaha perasuransian:

“Polis atau bentuk perjanjian asuransi dengan nama apapun, disertai dengan lampiran

yang merupakan kesatuan polis, tidak boleh memuat kata-kata, atau kalimat yang dapat

menimbulkan menyebabkan penafsiran berbeda tentang risiko yang ditutup

asuransinya, kewajiban penanggung dan kewajiban tertanggung, atau dapat

mempersulit tertanggung mengurus haknya”

Polis asuransi jiwa disebut juga dengan istilah kontrak, kontrak polis, sertifikat

asuransi. Polis asuransi sangat penting untuk nasabah dan perusahaan asuransi sebagai,

Bukti tertulis bagi kedua belah pihak yang sudah sepakat serta Jaminan untuk nasabah,

untuk mengganti kerugian dari pihak perusahaan asuransi. Termasuk pada saat nasabah

melakukan klaim asuransi atas premi yang dibayar setiap bulan.

Begitu polis asuransi dikeluarkan, ada yang namanya free look period yang

artinya Anda (pemegang polis) boleh membatalkan polis apabila tidak menyetujui

syarat dan ketentuan di polis karena satu atau beberapa alasan. Perusahaan asuransi jiwa

akan mengembalikan premi yang sudah dibayar dan dikurangi biaya pembatalan polis.

Asuransi artinya transaksi pertanggungan, yang melibatkan dua pihak,

tertanggung dan penanggung. Sedangkan polis asuransi adalah sebuah perjanjian yang

menjamin pembayaran sejumlah dana atas kematian pihak tertanggung atau keadaan

lain yang telah disebutkan dalam kontrak perjanjian. Secara umum polis merupakan

bukti tertulis untuk perjanjian asuransi, dengan ketentuan dibuat dengan iktikad baik

dari kedua belah pihak yang mengadakan perjanjian.

Redaksinya harus disusun sedemikian rupa sehingga dengan mudah dapat

ditangkap maksud dari perjanjian itu, juga tidak memberi peluang untuk

menyalahtafsirkannya. Berdasarkan menteri keuangan No. 422/KMK.06/2003Bab‐III

tentang “Polis” mulai pasal 9 berisi :

“Polis asuransi harus dicetak dengan jelas, sehingga dapat dibaca dengan mudah dan

dimengerti baik langsung maupun tidak langsung oleh pemegang polis dan atau

tertanggung”

Pasal 11 ayat (1) menyebutkan bahwa :

Page 26: TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...tentang Perlindungan Konsumen yaitu hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti

16

“Apabila dalam polis asuransi terdapat perumusan yang dapat ditafsirkan sebagai

pengecualian atau pembatasan penyebab risiko yang ditutup berdasarkan polis

asuransi yang bersangkutan,”

Menurut pasal 257 KUHD, hanya penanggung yang menandatangani polis,

berarti semacam perjanjian unilateral, tetapi mengikat kedua belah pihak yang

berkepentingan atas polis tersebut (penanggung dan tertanggung). Berdasarkan

ketentuan polis asuransi menurut KUHD tersebut di atas maka, syarat-syarat polis

asuransi berdasarkan hukum sebagai berikut:

a. Ada penawaran (order) dan penerimaan (acceptance)

b. Objek tidak cacat hukum

c. Para Pihak harus kompeten berdasarkan hukum

Sedangkan karakterisitik dari polis asuransi berisi tentang

a. Masa yang akan datang (Future Contract)

b. Kontrak atas kejadian (Contigent Contract)

c. Kontrak Pengalihan Risiko

d. Kontak bersyarat

e. Kontrak Pelayanan

f. Kontrak yang persyaratannya sudah ditetapkan dahulu

Fungsi Polis bagi Tertanggung :

Sebagai bukti tertulis atas jaminan penanggung untuk mengganti kerugian yang

mungkin akan dideritanya yang ditanggung oleh polis. sebagai bukti (kwitansi)

pembayaran premi kepada penanggung. sebagai bukti otentik untuk menuntut

penanggung bila lalai atau tidak mematuhi jaminannya.

Fungsi Polis bagi Penanggung :

Sebagi bukti (tanda terima) premi asuransi dari tertanggung sebagai bukti tertulis atas

jaminan yang diberikannya kepada tertanggung untuk membayar ganti rugi yang

mungkin diderita oleh tertanggung.

Page 27: TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...tentang Perlindungan Konsumen yaitu hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti

17

Asuransi merupakan lembaga keuangan non – bank yang mempunyai peranan yang

besar dalam kehidupan perekonomian negara Indonesia. Asuransi jiwa buakan hanya

menguntungkan pihak – pihak yang saling mengadakan perjanjian asuransi saja, tetapi

dalam ruang lingkup yang lebih luas lagi , dapat pula menguntungkan kepentingan

nasional , terutama dalam hubungan dengan penarikan dana yang berasal dari premi

asuransi , yang amat di perlukan dalam pembangunan yang sedang giat dilaksanakan

oleh pemerintah pada waktu ini , demi kemajuan negara dan kesejahteraan masyarakat

Indonesia pada umumnya.

Asuransi dalam terminologi hukum merupakan suatu perjanjian. Perjanjian

asuransi melibatkan 2 (dua) pihak yaitu penaggung dan tertanggung. Perjanjian

asuransi tersebut melibatkan perusahaan asuransi sebagai penanggung dan tertanggung

serta perjanjian investasi antara perusahaan asuransi dengan Manager Investasi atas

dana tertanggung.

Setiap perjanjian termasuk perjanjian asuransi harus memenuhi syarat sahnya

perjanjian sesuai ketentuan dalam pasal 1320 KUHPerdata yaitu kesepakatan ,

kecakapan adanya hal tertentu yang diperjanjikan dan adanya sebab yang halal hal

tersebut merupakan syarat umum dalam suatu perjanjian asuransi. Selain itu , penting

untuk di ingat bahwa ada beberapa aturan dalam berkontrak yang tidak diterapkan

untuk semua perjanjian , melainkan hanya untuk perjanjian asuransi.

Polis asuransi harus sesuai dengan prinsip pertanggungan risiko dalam pedoman

hukum usaha perasuransian di Indonesia, yaitu kitab Undang – Undang Hukum Dagang

(KUHD) dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang usaha perasuransian .

Pengaturan mengenai asuransi terdapat dalam definisi asuransi berdasarkan 246

KUHD yang berbunyi:

“Suatu perjanjian dimana seorang penanggung mengikatkan dirinya kepada seorang

tertanggung. Dengan cara tertanggung memberikan premi kepada seorang

penanggung dan penanggung memberikan penggantian kerugian yang diderita”

Pasal 246 KUHD merupakan pasal yang memberikan definisi mengenai

perjanjian asuransi menurut pasl tersebut, asuransi adalah suatu perjanjian dimana

penanggung dengan menikmati suatu premi mengikat dirinya terhadap tertanggung

untuk membebaskan dari kerugian karena kehilangan , kerugian atau ketiadaan

Page 28: TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...tentang Perlindungan Konsumen yaitu hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti

18

keuntungan yang diharapkan, yang akan dapat diderita oleh karena suatu kejadian yang

tidak pasti.

4. Perusahaan Asuransi

a. Bentuk Hukum Usaha perasuransian

Menurut ketentuan Pasal 6 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang

Perasuransian, usaha perasuransian hanya dapat dilakukan oleh badan hukum yang

berbentuk yaitu.

1) Perseroan terbatas;

2) Koperasi; atau

3) Usaha bersama yang telah ada pada saat Undang-Undang ini diundangkan.

b. Perusahaan Asuransi

Menurut ketentuan Penjelasan dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014

Tentang Perasuransian, usaha perasuransian hanya dapat dilakukan oleh badan

hukum yang berbentuk yaitu

1) Perusahaan Asuransi Kerugian, adalah perusahaan yang memberikan jasa

dalam penanggulangan risiko atas kerugian, kehilangan manfaat, dan tanggung

jawab hukum kepada pihak ketiga, yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti.

2) Perusahaan Asuransi Jiwa, adalah perusahaan yang memberikan jasa dalam

penanggulangan risiko yang dikaitkan dengan hidup atau meninggalnya

seseorang yang dipertanggungkan.

3) Perusahaan Reasuransi, adalah perusahaan yang memberikan jasa dalam

pertanggungan ulang terhadap risiko yang dihadapi oleh Perusahaan Asuransi

Kerugian dan atau Perusahaan Asuransi Jiwa.

5. Klaim Asuransi

Klaim asuransi menurut ketentuan umum dalam Undang-Undang Nomor 40

Tahun 2014 adalah kewajiban yang timbul dari polis diterbitkan berisi kumpulan

dana yang berasal dari premi. Klaim Asuransi yang diajukan akan ditinjau oleh

Page 29: TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...tentang Perlindungan Konsumen yaitu hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti

19

perusahaan untuk validitasnya dan kemudian dibayarkan kepada pihak tertanggung

setelah disetujui. Menurut pasal 246 kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)

Klaim asuransi adalah tuntutan dari pihak tertanggung sehubungan dengan adanya

kontrak perjanjian anatara asuransi dengan pihak tertanggung yang masing-masing

pihak mengikatkan diri untuk menjamin pembayaran ganti rugi oleh penanggung jika

pembayaran premi asuransi telah dilakukan oleh pihak tertanggung, ketika terjadi

musibah yang diderita oleh pihak tertanggung. Tujuan dari klaim asuransi adalah

untuk memberikan manfaat yang sesuai dengan ketentuan dalam polis asuransi

kepada pemegang polis (tertanggung). 4

Klaim Asuransi dapat diproses dan dibayar oleh perusahaan asuransi, ada

berbagai ketentuan penting mengenai pengajuan klaim yang harus diperhatikan.

a. Klaim sesuai dengan yang tertera dalam polis.

Sebelum mengajukan klaim asuransi, pastikan bahwa anda memiliki manfaat

yang sesuai dengan yang tercatat didalam polis asuransi. Contohnya : Anda hanya

memiliki Asuransi jiwa saja, maka secara otomatis jika anda mengajukan klaim

asuransi untuk rawat inap, perusahaan asuransi tidak akan membayarkan klaimnya.

Jadi teliti kembali manfaat asuransi yang sudah anda ambil, dan pastikan bahwa anda

memiliki manfaat asuransi yang akan anda klaim.

b. Polis masih berlaku (inforce).

Bahwa polis Anda masih berada dalam keadaan Inforce / berlaku / aktif. Jadi

agar polis Anda senantiasa dalam keadaan Inforce, pastikan Anda melakukan

pembayaran / transaksi secara rutin (terutama di dua tahun pertama, jangan sampai

ada yang bolong).

c. Polis tidak dalam masa tunggu.

Polis asuransi tidak dalam masa tunggu. Maksudnya masa tunggu adalah masa

mulai berlakunya perlindungan asuransi. Contohnya : untuk perlindungan rawat inap

yang disebabkan karena sakit, seperti : typhus, demam berdarah, dll. Masa tunggunya

adalah 30 hari sejak diterima sebagai peserta asuransi.

d. Klaim termasuk dalam pertanggungan.

4 Soeisno Djojoserdarso, Prinsip-Prinsip Manajemen Risiko Asuransi, (Jakarta: Salemba Empat,2003) h.10.

Page 30: TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...tentang Perlindungan Konsumen yaitu hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti

20

Pastikan klaim yang Anda ajukan bukan pengecualian yang tertera dalam polis.

Contoh: Anda sudah pernah menjalani operasi batu ginjal, nah ketika Anda

mengajukan sebuah polis jenis asuransi, Anda disuruh medical. Dan ternyata hasil

medicalnya kurang bagus, sehingga untuk sakit karena batu ginjal tidak dicover. Jadi

kalau Anda mengajukan klaim karena batu ginjal, otomatis perusahaan asuransi tidak

akan membayarnya.

Setelah ketentuan di atas terpenuhi, klaim yang anda ajukan wajib dilengkapi

dengan semua persyaratan dan dokumen pelengkap yang dibutuhkan. Jadi sebelum

klaim diajukan, periksalah Kembali kriteria klaim yang akan diajukan atau hubungi

Agen Anda untuk membantu apakah semua sudah sesuai. Setelah itu klaim segera

diserahkan ke perusahaan asuransi terbaik guna mempercepat proses klaimnya.

Tiga tahapan dalam klaim, yaitu:

1. Notification

Merujuk kepada batas waktu pelaporan klaim, 7, 14, 30 hari sesuai dengan

ketentuan polis. Melaporkan kepada perusahaan asuransi secara tertulis (verbal

dan diikuti dengan laporan tertulis).

2. Investigation (Fact-finding Survey)

Permintaan beberapa dokumen pembuktian atas nilai kerugian dan lainnya

Penunjukkan Jasa penilai kerugian (estimasi nilai klaim diperlukan).

3. Submission

Tertanggung mengirimkan dokumen pendukung klaim yang diminta oleh

penanggung Penanggung melakukan pemeriksaan kesesuaian dokumen kepada

polis, kelengkapan dokumen yang diminta oleh penanggung dan mengirimkan

kepada pihak penanggung.

B. Kerangka Teori

1. Teori Perlindungan Hukum

Fitzgerald mengutip istilah teori perlindungan hukum dari Salmond bahwa

hukum bertujuan mengintegrasikan dan mengkoordinasikan berbagai kepentingan

dalam masyarakat karena dalam suatu lalulintas kepentingan, perlindungan terhadap

kepentingan tertentu dapat dilakukan dengan cara membatasi berbagai kepentingan di

Page 31: TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...tentang Perlindungan Konsumen yaitu hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti

21

lain pihak. Kepentingan hukum adalah mengurusi hak dan kepentingan manusia,

sehingga hukum memiliki otoritas tertinggi untuk menentukan kepentingan manusia

yang perlu diatur dan dilindungi. Perlindungan hukum harus melihat tahapan yakni

perlindungan hukum lahir dari suatu ketentuan hukum dan segala peraturan hukum

yang diberikan oleh masyarakat yang pada dasarnya merupakan kesepakatan

masyarakat tersebut untuk mengatur hubungan perilaku antara anggota-anggota

masyarakat dan antara perseorangan dengan pemerintah yang dianggap mewakili

kepentingan masyarakat. 5

2. Teori Keseimbangan Kepentingan

Teori ini merupakan salah satu dari asas-asas hukum publik dan salah satu dari

tigabelas asas suatu hukum yang bersifat futuristik. Kedudukan tersebut dan hasil dari

berbagai pembahasan tentang teori keseimbangan di atas membuat teori ini dapat

memenuhi persyaratan sebuah teori keadilan yang menurut John Rawls yaitu harus

bersifat umum, berlaku secara universal dalam pelaksanaannya.

Selanjutnya, mengingat besarnya perekonomian nasional dan besarnya

tantangan yang harus diatasi dalam meningkatkan daya saing industri asuransi nasional

adalah pantas untuk mentransformasi Biro Perasuransian menjadi sebuah lembaga

yang memiliki kedudukan, tanggung jawab dan otoritas yang lebih tinggi.

3. Teori Kepastian Hukum

Kepastian adalah perihal (keadaan) yang pasti, ketentuan atau ketetapan. Hukum

secara hakiki harus pasti dan adil. Pasti sebagai pedoman kelakukan dan adil karena

pedoman kelakuan itu harus menunjang suatu tatanan yang dinilai wajar. Hanya karena

bersifat adil dan dilaksanakan dengan pasti hukum dapat menjalankan fungsinya.

Kepastian hukum merupakan pertanyaan yang hanya bisa dijawab secara normatif,

bukan sosiologi.6

Menurut Kelsen, hukum adalah sebuah sistem norma. Norma adalah pernyataan

yang menekankan aspek “seharusnya” atau das sollen, dengan menyertakan beberapa

5 Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2000), h. 53. 6 Dominikus Rato, Filsafat Hukum Mencari: Memahami dan Memahami Hukum, (Yogyakarta: Laksbang

Pressindo, 2010), h.59.

Page 32: TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...tentang Perlindungan Konsumen yaitu hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti

22

peraturan tentang apa yang harus dilakukan. Norma-norma adalah produk dan aksi

manusia yang deliberatif. Undang-Undang yang berisi aturan-aturan yang bersifat

umum menjadi pedoman bagi individu bertingkah laku dalam bermasyarakat, baik

dalam hubungan dengan sesama individu maupun dalam hubungannya dengan

masyarakat. Aturan-aturan itu menjadi batasan bagi masyarakat dalam membebani atau

melakukan tindakan terhadap individu. Adanya aturan itu dan pelaksanaan aturan

tersebut menimbulkan kepastian hukum. 7

Menurut Utrecht, kepastian hukum mengandung dua pengertian, yaitu pertama,

adanya aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui perbuatan apa yang

boleh atau tidak boleh dilakukan, dan kedua, berupa keamanan hukum bagi individu

dari kesewenangan pemerintah karena dengan adanya aturan yang bersifat umum itu

individu dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh Negara

terhadap individu. 8

Ajaran kepastian hukum ini berasal dari ajaran Yuridis-Dogmatik yang

didasarkan pada aliran pemikiran positivistis di dunia hukum, yang cenderung melihat

hukum sebagai sesuatu yang otonom, yang mandiri, karena bagi penganut pemikiran

ini, hukum tak lain hanya kumpulan aturan. Bagi penganut aliran ini, tujuan hukum

tidak lain dari sekedar menjamin terwujudnya kepastian hukum. Kepastian hukum itu

diwujudkan oleh hukum dengan sifatnya yang hanya membuat suatu aturan hukum

yang bersifat umum. Sifat umum dari aturan-aturan hukum membuktikan bahwa

hukum tidak bertujuan untuk mewujudkan keadilan atau kemanfaatan, melainkan

semata-mata untuk kepastian. 9

C. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

Peneliti menemukan beberapa kajian terdahulu yang berkaitan dengan Perlindungan

Hukum bagi Pemegang Polis:

7 Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Kencana,2008), h.158. 8 Riduan Syahrani, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, (Bandung: Penerbit Citra Aditya, 1999), h.23. 9 Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis, (Jakarta: Penerbit Toko

Gunung Agung, 2002) h. 82-83.

Page 33: TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...tentang Perlindungan Konsumen yaitu hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti

23

1. Skripsi ditulis oleh Diana Yurika 10 Perlindungan hukum yang digunakan oleh penulis

berlandaskan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen,

dimana perbedaan dengan penelitian ini yakni, untuk mengganti kerugian yang dialami

konsumen melalui Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen, sedangkan peneliti

menyelesaikannya dengan membentuk lembaga penjamin polis. Persamaannya dengan

penelitian ini yaitu membahas masalah perlindungan hukum terhadap pemegang polis

apabila perusahaan tersebut tidak dapat membayar atau likuidasi dari hak tertanggung.

2. Buku karangan Dr. A. Junaedy Ganie11 Buku ini membahas mengenai peran serta

perkembangan bisnis asuransi di Indonesia. Persamaan dengan buku ini adalah

menelisik kepastian hukum pada perlindungan pemegang polis. Namun perbedaannya,

penulis lebih membahas saran bagi pemegang polis tersebut dengan pembentukan

lembaga penjaminan polis sesuai Pasal 53 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun

2014, sedangkan buku ini lebih menyelesaikan melalui perusahaan reasuransi.

3. Artikel Jurnal ditulis oleh Ni Kadek Witarini dan Edward Thomas Lamury Hadjon12

Jurnal yang ditulis oleh Ni Kadek Witarini dan Edward Thomas Lamury Hadjon

memiliki persamaan dengan skripsi saya, yakni permasalahan yang akan dibahas yakni

perusahaan asuransi yang terkena pailit, namun perbedaannya yakni pisau bedah yang

digunakan oleh penulis artikel ini yakni Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004

tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, sedangkan pisau

bedah penulis adalah Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Asuransi.

4. Jurnal ditulis oleh Zulkarnain Sitompul13 Jurnal ini membahas bagaimana pentingnya

keamanan nasabah dalam menyimpan uangnya. Hal yang sama dalam pokoknya,

skripsi juga akan membahas bagaimana pentingnya keamanan pemegang polis asuransi

dalam menyimpan dananya. Tujuannya adalah semakin nasabah menaruh kepercayaan

kepada jasa perbankan.

10 Diana Yurika, Skripsi: “Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Polis Asuransi Perspektif Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 858

K/Pdt.Sus-BPSK/2016” (Jakarta: UIN Jakarta,2018). 11 Junaedy Ganie, Hukum Asuransi di Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika, 2013) h. 10. 12 Ni Kadek Witarini dan Edward Thomas Lamury Hadjon, “Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Polis

dari Perusahaan Asuransi yang Pailit”. Jurnal Kertha Semaya. Vol. VI Nomor 3 2018, E-ISSN: 2303-0569. 13 Zulkarnain Sitompul, “Pentingnya Keberadaan LPS Bagi Nasabah Penyimpanan”, Jurnal UIN Jakarta,

Vol.1 Nomor 2 Tahun 2014, h. 12.

Page 34: TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...tentang Perlindungan Konsumen yaitu hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti

24

BAB III

LEMBAGA PENJAMINAN POLIS DAN PERLINDUNGAN ASURANSI

A. Dasar Hukum Perlindungan Hukum Pemegang Polis di Indonesia

Perlindungan hukum bagi pemegang polis di Indonesia merupakan sesuatu yang harus

diatur, karena bersangkutan dengan berbagai kepentingan. Hal ini sudah diatur dalam

Undang-Undang yang tersegmentasi. Dalam upaya perlindungan, Undang-Undang Nomor

40 Tahun 2014 tentang Perasuransian menentukan sejumlah kriteria standarisasi bagi

perusahaan asuransi, sebagaimana ditentukan di dalam Pasal 26 ayat (1) & (2), sebagai

berikut :

(1) Perusahaan Perasuransian wajib memenuhi standar perilaku usaha yang mencakup

ketentuan mengenai:

a. Polis;

b. Premia atau kontribusi;

c. Underwitting dan pengenalan Pemegang Polis, Tertanggung atau Peserta

d. Penyelesaian klaim;

e. Keahlian di bidang perasuransian;

f. Distribusi atau pemasaran produk;

g. Penanganan keluhan Pemegang Polis;

h. Standar lain yang berhubungan dengan penyelenggaraan usaha.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar perilaku usaha sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan.

Selain itu, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2013 tentang

Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan, lebih banyak memberikan perlindungan

hukum bagi konsumen dan masyarakat, OJK berwenang melakukan tindakan pencegahan,

termasuk dalam hubungan hukum perjanjian asuransi. Hal ini tercantum dalam Pasal 4 ayat

(1-3), yang menyatakan bahwa;

(1) Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib menyediakan dan/atau menyampaikan informasi

mengenai produk dan/atau layanan yang akurat, jujur, jelas dan tidak menyesatkan.

(2) Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam dokumen atau

sarana lain yang dapat digunakan sebagai alat bukti.

Page 35: TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...tentang Perlindungan Konsumen yaitu hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti

25

(3) Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib :

a. Disampaikan pada saat memberikan penjelasan kepada konsumen mengenai

hak dan kewajibannya;

b. Disampaikan pada saat membuat perjanjian dengan konsumen.

Sebagaimana pula diatur pencegahannya, ketentuan dalam OJK memberikan

perlindungan hukum bagi konsumen setelah melakukan perjanjian atau menciptakan

sebuah polis. Perlindungan hukum ini mengatur tentang hubungan hukum perjanjian

asuransi, yang tertera dalam Pasal 7 dan ayat-ayatnya dari POJK Nomor 1/POJK.07/2013,

bahwa;

(1) Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib menggunakan istilah, frasa, dan/atau kalimat

yang sederhana dalam Bahasa Indonesia yang mudah dimengerti oleh Konsumen

dalam setiap dokumen yang:

a. memuat hak dan kewajiban Konsumen;

b. dapat digunakan Konsumen untuk mengambil keputusan;

c. memuat persyaratan dan dapat mengikat Konsumen secara hukum.

(2) Bahasa Indonesia dalam dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

disandingkan dengan bahasa lain jika diperlukan.

(3) Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib menggunakan huruf, tulisan, simbol, diagram

dan tanda yang dapat dibaca secara jelas.

(4) Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib memberikan penjelasan atas istilah, frasa,

kalimat dan/atau simbol, diagram dan tanda yang belum dipahami oleh Konsumen.

(5) Dalam hal dokumen sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berdasarkan ketentuan

peraturan perundang-undangan menggunakan bahasa asing, bahasa asing tersebut

harus disandingkan dengan Bahasa Indonesia.

Perlindungan hukum bagi pemegang polis juga diatur secara umum dalam Undang

Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Terkait dengan berbagai

kerugian yang menimpa konsumen asuransi, UU Perindungan Konsumen sesungguhnya

secara prinsip telah mengakomodir kepentingan konsumen asuransi tersebut, dengan

memberikan pengaturan secara jelas dan tegas tentang hak-hak yang dimiliki oleh

konsumen asuransi yang wajib diperhatikan oleh setiap perusahaan asuransi, didalam Pasal

4 UU Perlindungan konsumen sebagai berikut;

Page 36: TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...tentang Perlindungan Konsumen yaitu hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti

26

Hak konsumen adalah:

(1) hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang

dan/atau jasa;

(2) hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa

tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;

(3) hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang

dan/atau jasa;

(4) hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan;

(5) hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa

perlindungan konsumen secara patut;

(6) hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;

(7) hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;

(8) hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang

dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana

mestinya;

(9) hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

B. Pencegahan dan Penyelesaian kasus Asuransi di Indonesia

Sebagaimana dalam aturan yang telah tertera dalam Undang-Undang Nomor 40

Tahun 2014, kewenangan dalam asuransi keseluruhan diserahkan kepada Otoritas Jasa

Keuangan, dalam rangka mitigasi dan perlindungan hukum, sebagaimana diatur dalam

Pasal 19 dan ayat-ayatnya sebagai berikut ;

(1) Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, perusahaan reasuransi, atau

perusahaan reasuransi syariah wajib mematuhi ketentuan mengenai kesehatan

keuangan.

(2) Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, perusahaan reasuransi, atau

perusahaan reasuransi syariah wajib melakukan evaluasi secara berkala terhadap

kemampuan Dana Asuransi atau Dana Tabarru’ untuk memenuhi klaim atau

kewajiban lain yang timbul dari polis.

Page 37: TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...tentang Perlindungan Konsumen yaitu hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti

27

(3) Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, perusahaan reasuransi, atau

perusahaan reasuransi syariah wajib merencanakan dan menerapkan metode mitigasi

risiko untuk menjaga kesehatan keuangannya.

Begitupun tanggung jawab dari asuransi ini menjadi tanggung jawab dari Otoritas

Jasa Keuangan, maka diatur lebih lanjut dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor

28/POJK.05/2015 tentang Pembubaran, Likuidasi, dan Kepailitan Perusahaan Asuransi,

Perusahaan Asuransi Syariah, Perusahaan Reasuransi, dan Perusahaan Reasuransi

Syariah, dalam pasal 1 ayat (10) dan (11) mengatur lebih lanjut mengenai perusahaan

asuransi yang mengalami kepailitan.

Pasal 1 ayat (10).

Pencabutan Izin Usaha Perusahaan adalah dicabutnya izin usaha Perusahaan oleh Otoritas

Jasa Keuangan karena Perusahaan tidak memenuhi peraturan perundang-undangan di

bidang perasuransian atau dinyatakan pailit oleh pengadilan.

Pasal 1 ayat (11).

Pembubaran Perusahaan yang selanjutnya disebut Pembubaran adalah proses

pengakhiran status badan hukum Perusahaan setelah Pencabutan Izin Usaha Perusahaan.

Pembubaran tersebut juga butuh adanya proses litigasi kepailitan, seringkali

perlindungan hukum asuransi diselesaikan melalui penetapan keputusan pengadilan niaga

yakni kepailitan. Dalam hal ini, perlindungan yang diberikan oleh Otoritas Jasa Keuangan

atau Menteri Keuangan selaku penanggung jawab, akan menjadi pihak wajib yang

melapor kasus ini. Seperti halnya dalam Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang

Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang. Dalam Pasal 2 ayat (5)

menyebutkan;

Pasal 1 ayat 5

Dalam hal Debitor adalah Perusahaan Asuransi, Perusahaan Reasuransi, Dana Pensiun,

atau Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang kepentingan publik,

permohonan pernyataan pailit hanya dapat diajukan oleh Menteri Keuangan.

Dalam penjelasan pasal 2 ayat (5) ini dijelaskan bahwa kewenangan untuk

mengajukan permohonan pernyataan pailit bagi Perusahaan Asuransi atau Perusahaan

Page 38: TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...tentang Perlindungan Konsumen yaitu hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti

28

Reasuransi sepenuhnya ada pada Menteri Keuangan. Ketentuan ini diperlukan untuk

membangun tingkat kepercayaan masyarakat terhadap Perusahaan Asuransi atau

Perusahaan Reasuransi sebagai lembaga pengelola risiko dan sekaligus sebagai lembaga

pengelola dana masyarakat yang memiliki kedudukan strategis dalam pembangunan dan

kehidupan perekonomian.

C. Pencegahan dan Penyelesaian Kasus Asuransi di Negara Jepang

Pencegahan kasus asuransi yang dilakukan oleh Negara Jepang dalam hal

melindungi para pemegang polis asuransi di Jepang, diikuti oleh beberapa langkah-

langkah, diantaranya yakni, perusahaan asuransi dipaksa melakukan

penangguhan/penyerahan diri, mengubah ketentuan kontrak setelah insolvensi,

menghindari penjualan asset yang dinilai berbahaya, dan menemukan operator yang sehat

untuk mengambil alih asset dan liabilitas.

Upaya negara Jepang dalam melindungi para pemegang polis asuransi tertulis sejak

tahun 1995 dalam Undang-Undang Bisnis Asuransi. Dalam undang-undang tersebut ditulis

bahwa tujuan undang-undang ini untuk melindungi Pemegang Polis. Dengan memastikan

yang sehat dan tepat dari orang-orang yang melakukan Bisnis Asuransi dan dengan

memastikan keadilan dalam Permohonan Asuransi, dan dengan demikian berkontribusi

pada stabilitas kehidupan warga negara dan perkembangan ekonomi nasional yang sehat.

Pencegahan yang dilakukan tersebut dilakukan oleh Life Insurance Policyholders

Protection Corporation atau singkatnya LIPPC. Tugas kontroling utamanya adalah

melindungi perusahaan asuransi yang tergabung. Life Insurance Policyholders Protection

Corporation memiliki kekuatan pinjaman yang memungkinkan perusahaan asuransi untuk

terus menjalankan peran mereka ketika dana yang tersedia dalam skema tidak mencukupi.

Lembaga Penjaminan Polis Jepang dapat mengambil dari sumber “internal” atau

“eksternal”, satu perusahaan asuransi memiliki akun yang berbeda terkait dengan berbagai

jenis produk asuransi yang dicakupnya. Lembaga tersebut memiliki undang-undang atau

aturan yang mengatur yang memungkinkan peminjaman antara beberapa akun yang

dimilikinya. Selain itu, lembaga ini memiliki wewenang untuk mencari sumber pendanaan

“eksternal”, mengambil pinjaman pihak ketiga yang dijamin dengan pungutan di masa

depan atau jaminan lainnya. Dalam kedua kasus, kemampuan meminjam seperti itu secara

Page 39: TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...tentang Perlindungan Konsumen yaitu hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti

29

efektif meningkatkan kapasitas keuangan dengan menyediakan akses ke sumber

pendanaan tambahan.

Di negara Jepang, skema perlindungan pemegang polis asuransi (LIPPC) dan

Lembaga Perlindungan Pemegang Polis Asuransi Jiwa (NIPPC) dapat meminjam dari

lembaga keuangan, termasuk bank, hingga jumlah yang ditentukan dalam undang-undang,

jika perlu, dalam untuk melakukan peran mereka dalam memberikan bantuan keuangan

mereka.

Tujuh perusahaan asuransi jiwa bangkrut di Jepang sekitar tahun 2000, dan satu

bangkrut setelah keruntuhan Lehman Brothers. Asisten Keuangan sekitar JPY 780 miliar

dilaksanakan secara kumulatif dalam kursus proses kebangkrutan (total biaya ditanggung

oleh industri tanpa pendanaan pemerintah).1 Meskipun ada beberapa perbedaan dalam

alasan kebangkrutan, mereka memiliki tiga faktor berikut yang sama:

1. Sejumlah besar kebijakan dengan asumsi suku bunga tinggi dijual selama

gelembung aset Jepang, dan spread negatif besar di bawah lingkungan dengan

tingkat bunga rendah yang terjadi kemudian;

2. Penurunan harga untuk aset yang dimiliki perusahaan bersama deng peningkatan

saldo piutang tak tertagih di antara piutang pinjaman;

3. Investasi berisiko tinggi, termasuk dalam sekuritas asing, oleh asuransi jiwa

perusahaan untuk membalikkan penyebaran negatif.

Pinjaman tersebut harus mendapat persetujuan dari Komisaris Badan Layanan

Keuangan (FSA) dan Menteri Keuangan. Pemerintah dapat menjamin pinjaman hingga

jumlah yang disetujui oleh parlemen. Perlu dicatat bahwa “dukungan publik” ini hanya

tersedia untuk skema perlindungan pemegang polis asuransi jiwa saat ini.

Sistem operasi yang bekerja dalam Life Insurance Policyholder Protection Corp

of Japan terbagi menjadi 2;

1. Memberikan bantuan keuangan pada perusahaan penyelamat yang mengambil

alih polis asuransi. PPCJ sebagai Representasi Pemegang Polis memberikan

pendampingan keuangan kepada Perusahaan Penyelamat polis.

2. Pengalihan kontrak ke asuransi “bridge insurance company” atau langsung

kepada perusahaan insolven. (Tindakan Preventif).

1 Insurance Information Institute, I.I.I Insurance Fact Book, (America: Sean Mooney, 1984), h. 12.

Page 40: TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...tentang Perlindungan Konsumen yaitu hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti

30

Mekanisme lainnya yang mengatur bagaimana Life Insurance Policyholder

Protection Corp of Japan mengganti rugi terbagi menjadi 2;

1. Asuransi individual = Cadangan klaim asuransi yang dihitung dari asuransi

premium dan investasi. Sistem ini bukan untuk ganti rugi atas klaim asuransi.

(Cadangan klaim asuransi X 90%)2

2. Kebijakan tinggi suku bunga = kebijakan yang mengatur bunga cadangan selama

5 tahun sebelum kebangkrutan, suku bunga ditentukan oleh Komisaris Jasa

Keuangan & Menteri keuangan. (Cadangan klaim asuransi X (90%-set rate)).

D. Dasar Hukum berdirinya Lembaga Penjaminan Polis di Indonesia

Negara Indonesia telah menjadi salah satu anggota dari International Association

of Insurance Supervisiors (IAIS). IAIS adalah badan pengaturan standar internasional

yang bertanggung jawab untuk mengembangkan dan membantu dalam penerapan prinsip,

standar, dan bahan pendukung lainnya untuk pengawasan sektor asuransi. Misi IAIS

adalah untuk mempromosikan pengawasan yang efektif dan konsisten secara global

terhadap industri asuransi untuk mengembangkan dan memelihara pasar asuransi yang

adil, aman dan stabil untuk kepentingan dan perlindungan pemegang polis dan untuk

berkontribusi pada stabilitas keuangan global.3

Mandat yang diberikan oleh Badan/Asosiasi tersebut yang menyatakan tentang

pentingnya lembaga penjaminan polis ini harus di dibentuk disetiap negara yang menjadi

anggota darinya adalah salah satunya lembaga penjaminan polis. Hal ini terejawantahkan

dalam pasal 6 yang menyebutkan;4

PPSs are usually collective industry-funded schemes that are seen as last-resort

mechanisms, providing a basic level of protection to policyholders (although some

models are more comprehensive) when all other corrective and preventive measures have

failed. PPSs are designed to protect policyholders and beneficiaries in the case of the

insolvency of an insurer, serving as backstops against claims. Whilst PPSs’ objectives

focus on providing a minimum level of protection to policyholders, where the design of

the PPS includes such functions, they can also contribute to the objectives of resolution

regimes by:

2 The General Insurance Association of Japan, General Insurance in Japan Fact Book 2006-2007, h. 22. 3 International Association of Insurance Supervisors (IAIS), Policy Dialogue, Data Collection and Analysis,

(Switzerland:Basel, 2017), h. 1. 4 Website Resmi IAIS, Issues Paper on Policyholder Protection Schemes, International Association of

Insurance Supervisors, (2013) https://search.oecd.org/gov/regulatory-policy/IAIS%20profile.pdf diakses pada 19

Juni 2020 Pukul 20:28 WIB.

Page 41: TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...tentang Perlindungan Konsumen yaitu hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti

31

(1) facilitating the continuation of insurance

(2) providing financial support to an insolvent insurer and/or an entity which intends

to purchase an insolvent insurer or to which insurance policies will be transferred

from an insolvent insurer

(3) working as a bridge institution where no immediate purchaser of an insolvent

insurer can be found.

Negara Indonesia sampai kini pembentukan Lembaga Penjaminan Polis di

Indonesia belum terwujud namun sudah diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 40

Tahun 2014 tentang Perasuransian, dalam Pasal 53 yang menjelaskan bahwa adanya

lembaga penjamin polis sebagai lembaga yang melindungi pemegang polis dimana akan

diatur dalam Undang-Undang tersendiri.

Diamanatkan dari Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian

untuk membentuk lembaga penjamin polis terdapat dalam Pasal 53 ayat (1) yang

berbunyi; “Perusahaan asuransi dan perusahaan asuransi syariah wajib menjadi

peserta program penjaminan polis”. Namun Undang – undang tersebut menyatakan

bahwa program penjamin polis. Penjaminan Polis ini juga dinyatakan akan dibentuk

dalam 2 tahun sejak diundangkan.

Dalam penjelasan Pasal 53 ayat (1) dijelaskan bahwa Program Penjaminan Polis

dimaksudkan untuk menjamin pengembalian sebagian atau seluruh hak Pemegang Polis,

Tertanggung, atau Peserta dari Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Asuransi Syariah

yang dicabut izin usahanya dan dilikuidasi. Selain itu, keberadaan program penjaminan

polis dimaksudkan untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap industri

perasuransian pada umumnya sehingga diharapkan dapat meningkatkan minat

masyarakat untuk menggunakan jasa asuransi.

E. Dasar Hukum berdirinya Lembaga Penjaminan Polis di Jepang

Organisasi Perlindungan Pemegang Polis Asuransi Umum (selanjutnya disebut Life

Insurance Policyholders Protection Corporation) adalah badan hukum yang didirikan

berdasarkan Undang-Undang Bisnis Asuransi pada bulan Desember 1998 dengan

persetujuan menteri yang kompeten, dan semua perusahaan asuransi non-jiwa yang

Page 42: TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...tentang Perlindungan Konsumen yaitu hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti

32

mengoperasikan bisnis asuransi non-jiwa Perusahaan telah bergabung sebagai anggota

LIPP).5

Lembaga Perlindungan dilisensikan oleh Menteri Keuangan Negara Jepang

berdasarkan Undang-Undang Bisnis Asuransi untuk melindungi pemegang polis dari

perusahaan asuransi non-jiwa yang gagal dan dengan demikian mempertahankan

kredibilitas dalam bisnis asuransi. Life Insurance Policyholders Protection adalah

perusahaan yang didirikan secara hukum, dan operasinya didasarkan pada Hukum

Bisnis Asuransi dan hukum serta peraturan terkait lainnya.6

Lembaga perlindungan memiliki sistem bantuan timbal balik untuk pemegang polis

asuransi non-jiwa.Jika perusahaan asuransi non-jiwa bangkrut, itu memberikan bantuan

keuangan untuk pengalihan kontrak asuransi oleh perusahaan asuransi yang gagal dan

pembayaran klaim yang dipertanggungkan. Lembaga tersebut akan memberikan

dukungan finansial tersebut.7

Dalam Undang-Undang Bisnis Asuransi dalam pasal 259 menyatakan bahwa

The purpose of a policyholders protection corporation (hereinafter referred to as

a "Corporation" in this Section, the following Section, Part V, and Part VI) is to protect

Insurance Policyholders, etc. by providing financial assistance in the transfer, etc. of

insurance contracts pertaining to a Bankrupt Insurance Company, providing executive

management for the succeeding Insurance Company, underwriting insurance contracts,

providing financial assistance pertaining to the payment of Covered Insurance

Proceeds, and purchasing the Insurance Claims, etc. thereby maintaining credibility in

Insurance Business.

Dalam pasal itu jelas bahwa, tujuan dari perusahaan perlindungan pemegang polis

adalah untuk melindungi pemegang polis asuransi. Dengan memberikan bantuan

keuangan dalam transfer, kontrak asuransi yang berkaitan dengan perusahaan asuransi

yang bangkrut, menyediakan manajemen eksekutif untuk perusahaan asuransi

berikutnya, menjamin kontrak asuransi, memberikan bantuan keuangan yang berkaitan

dengan pembayaran hasil asuransi yang terlindungi, dan membeli klaim asuransi.

Dengan semua tujuan tersebut demi menjaga kredibitilitas dalam bisnis asuransi.

5 The Geneva Association, Research Report: U.S and Japan Life Insurers Insolvencies Case Studies, 2015.

h.34. 6 Kobayashi., S, How Should Resolution Regimes for Insurers Be Established? Experiences in Japan and

Implications for Global Standard Setting, Geneva Association Newsletter on Regulation and Supervision (PROGRES),

Special Contribution, 2014 h. 3. 7 International Monetary Fund, Japan: Financial Sector Stability Assessment Update, 2012 h.20.

Page 43: TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...tentang Perlindungan Konsumen yaitu hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti

33

Lembaga penjaminan polis dalam tujuannya yang terejawantahkan untuk

menjamin dari hak pemegang polis, memiliki beberapa langkah demi mencapai

kredibilitas tersebut, disebutkan bahwa adanya pengalihan, kelangsungan hidup,

maupun mengatur yang ditentukan oleh Menteri Keuangan. Dalam Pasal 260 tertera8

(a) the transfer, between a Bankrupt Insurance Company and another Insurance

Company, of insurance contracts pertaining to all or some of the insurance

contracts pertaining to a Bankrupt Insurance Company;

(b) the survival, by a merger of a Bankrupt Insurance Company (excluding a Foreign

Insurance Company, etc.) and another Insurance Company, of that other

Insurance Company;

(c) that which is performed in order to set in place the particulars specified by the

Prime Minister and the Minister of Finance as necessary for ensuring sound and

appropriate operations in the business of a Bankrupt Insurance Company (in the

case of Foreign Insurance Companies, etc., business in Japan; hereinafter the

same applies in the following paragraph and the following Subsection) and for

protecting Insurance Policyholders, etc. by the acquisition of the shares of that

Bankrupt Insurance Company under another Insurance Company or Insurance

Holding Company, etc.

Selain itu, lembaga perlindungan menjamin kontrak asuransi yang dipegang oleh

Perusahaan Asuransi Kebakaran dan Kelautan Dai-ichi, yang gagal pada bulan Mei

2000 ini, dan mendirikan kantor pusat manajemen untuk mengelolanya dan disimpulkan

memiliki beberapa tugas yang tercantum dalam Undang-Undang Bisnis. Lembaga

tersebut akhirnya berevolusi sebagai berikut:

1. Bantuan keuangan untuk pembayaran klaim yang diasuransikan

2. Membeli klaim asuransi dan terkait dengan kontrak yang dicakup oleh ganti rugi

3. Tugas manajer asuransi atau agen manajer asuransi

4. Tugas seperti persiapan daftar pemegang polis berdasarkan ketentuan Undang-

Undang Rehabilitasi Khusus

5. Pembelian aset perusahaan asuransi kliring.

Perusahaan asuransi yang akan dilindungi oleh lembaga ini juga diberikan

batasan, Batasan-batasan ini dijelaskan dalam undang-undang bisnis, diantaranya yang

tertera dalam pasal 260 ayat (2)

8Perundang-Undangan Bisnis Asuransi di Jepang diakses di

http://www.japaneselawtranslation.go.jp/law/detail/?id=3243&vm=04&re=02 pada pukul 19:00 WIB hari Senin, 08

Juni 2020.

Page 44: TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...tentang Perlindungan Konsumen yaitu hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti

34

(i) a company that will likely suspend the payment of insurance proceeds or that

has suspended the payment of insurance proceeds in the light of the status of its

business or property (in the case of Foreign Insurance Companies, etc., property

located in Japan; hereinafter the same applies in the following item);

(ii) a company that is unable to satisfy its obligations with its property or a company

at which a situation will likely arise in which it is unable to satisfy its obligations

with its property.

Dijelaskan bahwa perusahaan yang diberikan perlindungan ialah perusahaan

yang memenuhi kualifikasi sebagai perusahaan yang sudah terlihat dari neracanya

bahwa akan kemungkinan menangguhkan pembayaran hasil asuransi, maupun

perusahaan asuransi yang tidak dapat memenuhi kewajibannya dengan asset dan

property yang dimilikinya demi membayar klaim asuransi.

Selain batasan objektiv, terdapat batasan subjektiv yang membatasi perusahaan

asuransi diberikan perlindungan oleh Life Insurance Policyholders Protection, bahwa

hanya perusahaan asuransi yang terpilih, untuk masuk dalam daftar member yang

dilindungi. Hal ini terdapat dalam pasal 265-3 ayat (1-4)

(1) An Insurance Company, as a member, must join one Corporation that accepts as

its members insurance companies that have received a license that belongs to the

class of license prescribed in Article 262, paragraph (2) (hereinafter referred to

as "Class of License" in the following paragraph) that is the same as its license

(2) A person who seeks to receive a license set forth in Article 3, paragraph (1),

Article 185, paragraph (1), or Article 219, paragraph (1) (excluding persons

specified by Cabinet Order), at the time of application for that license, must

undertake the procedures for joining one Corporation that accepts as its members

insurance companies that are to receive the license falling under the Class of

License that is the same as that license, pursuant to the provisions of Cabinet

Office Order or Order of the Ministry of Finance.

(3) A person who has undertaken the procedures to join a Corporation pursuant to

the provisions of the preceding paragraph will become a member of the relevant

Corporation upon receiving the license set forth in that paragraph.

(4) Whenever an Insurance Company becomes a member of a Corporation pursuant

to the provisions of the preceding paragraph, the Corporation must promptly

report this to the Prime Minister and the Minister of Finance.

Page 45: TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...tentang Perlindungan Konsumen yaitu hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti

35

BAB IV

TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN POLIS

ASURANSI DI INDONESIA

A. Nilai Urgensitas Pembentukan Lembaga Penjaminan Polis Asuransi dari Aspek

Yuridis dan Perlindungan Konsumen di Indonesia.

Sektor asuransi merupakan salah satu sektor yang dijadikan sarana pembangunan

ekonomi melalui pengumpulan dana dari masyarakat. Pengumpulan dana ini dilakukan

melalui upaya perusahaan asuransi dengan mengumpulkan dana dalam bentuk pendapatan

premi. Pendapatan premi yang diterima oleh perusahaan asuransi sebagai badan

pelimpahan risiko yang bertanggung jawab penuh kepada pemegang polis. Perusahaan

asuransi akhirnya dianggap sebagai kebutuhan pokok bagi masyarakat, dimana

menawarkan jasa agar menjamin kebutuhan manusia akan rasa aman dan terlindungi atas

resiko yang dimilikinya.1

Asuransi memberikan dampak positif kepada perekonomian negara sekaligus

mensejahterahkan kehidupan secara individual. Mengingat asuransi memiliki peran yang

sangat penting khususnya asuransi jiwa dalam peningkatan kesejahteraan yang ada di

masyarakat. Dana yang dihimpun berupa premi setiap bulannya akan berguna sekali dan

merupakan modal yang dapat dimanfaatkan baik oleh para pemegang polis asuransi jiwa

itu sendiri, maupun dapat dirasakan oleh segenap lapisan masyarakat.2

Berdasarkan data yang diungkapkan oleh Direktur Asosiasi Asuransi Jiwa

Indonesia, yakni Togar Psaribu menyatakan bahwa pemegang polis asuransi di Indonesia

sangat berpengaruh bagi perekonomian. Dana yang terkumpul pada tahun 2018 sebesar

Rp481,40 triliun, dana sebesar itu ditempatkan pada program pembangunan infrastruktur

pemerintah. Dengan mengacu pada data anggota pemegang polis, dana tersebut

memberikan kontribusi yang signifikan kepada kesejahteraan masyarakat Indonesia. Pada

tahun yang sama pula di tahun 2018, hasil investasi sektor ini turun 84,5% (year-on-year/

1 Sri Rejeki Hartono, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, (Jakarta:Sinar Grafika2001) , h.1. 2 Djoko Prakoso, Hukum Asuransi Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta,2004), h. 317.

Page 46: TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...tentang Perlindungan Konsumen yaitu hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti

36

yoy). 3 Kemudian total klaim meningkat sebesar 23,50% sehingga apabila diakumulasikan,

industri asuransi mendapat kerugian besar karena tidak sepadan dengan pemasukan premi.

Tabel 1.

Total Investasi Perusahaan Asuransi Tahun 2017-2018

Investasi Asuransi di

Tahun 2017

Investasi Asuransi di

Tahun 2018

Total Selisih

Rp. 50,45 Triliun Rp. 7,83 Triliun Rp. -42,62 Triliun

Sumber: Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI)

Berdasarkan data tersebut, penurunan yang signifikan dikarenakan Perusahaan

asuransi yang mengalami gagal bayar.4 Kasus gagal bayar menimbulkan dampak besar

sehingga perusahaan asuransi tutup dan tidak dapat mengembalikan uang dari pemegang

polis yang mereka bayar melalui premi tiap bulan. Hal ini, perusahaan asuransi harus

bertanggung jawab. Perusahaan asuransi yang mengalami gagal bayar ini dinilai tidak

diatur secara tegas dalam perundang-undangan, apabila beberapa perusahaan asuransi

mengalami kasus gagal bayar, kepastian hukum dan perlindungan hukumnya bagi

pemegang polis dinilai masih minim.

Mengingat hal tersebut, pentingnya melindungi hak-hak para pemegang polis yang

memiliki dana yang tersimpan di perusahaan asuransi. Perlindungan hukum dan kepastian

hukum bagi pemegang polis di Indonesia merupakan sesuatu yang harus diatur sedemikian

rinci, karena bersangkutan dengan berbagai kepentingan. Apabila hal ini tidak diatur,

resiko yang berdampak sistemik akan terjadi pada sistem keuangan dan perekonomian di

Indonesia.

Industri asuransi memiliki aturan-aturan dalam hukum positif Indonesia, baik itu

setara undang-undang maupun peraturan internal otoritas jasa keuangan. Hukum

perasuransian di Indonesia sudah cukup lama dikenal dan diatur dalam sejumlah peraturan

perundang-undangan semenjak belum terwujudnya negara Republik Indonesia. Sejumlah

peraturan perundang-undangan warisan penguasa kolonial Belanda seperti KUHD, dan

ordonantie op het Levensverzekeringbedrijf, yang diatur dalam Staatsblad tahun 1941

3 Surat Kabar Bisnis Indonesia, 13 Januari 2020, h.60. 4 Rumah Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia, Konfrensi Pers Kinerja Industri Asuransi Jiwa Kuartal IV 2018,

Jakarta Tanggal 27 Februari 2019.

Page 47: TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...tentang Perlindungan Konsumen yaitu hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti

37

nomor 101), adalah pengaturan-pengaturan warisan kolonial Belanda tentang

perasuransian.

Peraturan Ordonnantie op het Levenszekeringbedrijf (Staatsblad Tahun 1941

Nomor 101) sudah tidak berlaku lagi, dan digantikan dengan berlakunya Undang-Undang

Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, Konsep asuransi atau pertanggungan

di dalam kepustakaan hukum di Indonesia juga ditempatkan sebagai bagian dari perjanjian

untung-untungan, sebagaimana diatur dalam Pasal 1774 Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata. Setelah Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 ini diberlakukan selama puluhan

tahun, peraturan ini perlu diubah dengan alasan mengatur lebih banyak usaha asuransinya,

tanpa memperhatikan lebih posisi dari pemegang polis.5

Berlakunya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian, yang

dirinci atas XVIII Bab dan 92 Pasal, maka kedudukan Undang-Undang Nomor 40 Tahun

2014 adalah hukum positif yang mengatur perasuransian di Indonesia. Perlindungan

hukum dalam undang-undang tersebut didominasi pengawasan dan perlindungan hukum

oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Dalam melindungi konsumen dan masyarakat, OJK

berwenang melakukan tindakan pencegahan kerugian konsumen dan masyarakat.

Kewenangan Otoritas Jasa Keuangan terejawantahkan dalam bentuk peraturan

yang lebih rendah. Dapat kita lihat dari Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor

1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan. Peraturan

tersebut mengatur perlindungan hukum bagi konsumen dan masyarakat. OJK berwenang

melakukan tindakan pencegahan, termasuk dalam hubungan hukum perjanjian asuransi.

Perlindungan yang diberikan oleh otoritas jasa keuangan kepada konsumen yakni

pemberian informasi dari perjanjian tersebut harus memuat hak dan kewajiban secara

seimbang. Apabila kita melihat lebih jauh kepada hak-hak dari pemegang polis, apabila

ditinjau dari aspek perlindungan konsumen yang telah diatur dalam Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Hal ini diatur jelas bahwa

pemegang polis/ nasabah disini memiliki hak-hak untuk mendapatkan kenyamanan,

keamanan serta perlindungan hukum secara patut.

5 Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Polis Asuransi Menurut UU No.40 Tahun 2014 Tentang

Perasuransian, Jurnal Lex Crimen Vol.V, Nomor 6, Agustus 2016, h. 47.

Page 48: TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...tentang Perlindungan Konsumen yaitu hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti

38

Otoritas Jasa Keuangan juga telah mengeluarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan

Nomor 28/POJK.05/2015 tentang Pembubaran, Likuidasi, dan Kepailitan Perusahaan

Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, Perusahaan Reasuransi, dan Perusahaan

Reasuransi Syariah. Peraturan ini secara substansial mengatur tentang bagaimana otoritas

jasa keuangan sebagai satu-satunya lembaga yang bertanggung jawab apabila suatu

perusahaan asuransi tidak memiliki neraca keuangan dan cadangan yang sehat. Melalui

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 28/POJK.05/2015 pasal 1 ayat 10 dan 11, yang

mengatur bahwa pencabutan izin usaha perusahaan hanya dapat dilakukan oleh OJK, dan

dilimpahkan kepada pengadilan untuk dinyatakan pailit. Dalam POJK sebagaimana yang

diatur dalam Pasal 24 ayat (1) POJK No. 28/POJK.05/2015 tentang Pembubaran,

Likuidasi, dan Kepailitan Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, Perusahaan

Asuransi, dan Perusahaan Reasuransi Syariah, kedudukan dari pemegang polis adalah

kedudukan yang paling tinggi daripada hak pihak lain.6

Penyelesaian kasus asuransi yang insolvensi ini, apabila kita melihat dari peraturan

tersebut, bisa disimpulkan bahwa hanya bisa diselesaikan melalui litigasi kepailitan.

Merujuk juga pada Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan

Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang. Dalam pasal 2 ayat (5) menyebutkan bahwa

permohonan pernyataan pailit bagi perusahaan asuransi, perusahaan reasuransi dapat

diajukan oleh Menteri Keuangan. Ketentuan ini diperlukan untuk membangun tingkat

kepercayaan masyarakat terhadap Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Reasuransi

sebagai lembaga pengelola risiko dan sekaligus sebagai lembaga pengelola dana

masyarakat yang memiliki kedudukan strategis dalam pembangunan dan kehidupan

perekonomian.

Berkaca pada kasus-kasus yang dihadapi, seperti asuransi Jiwasraya dan Bumi Asih

Jaya. Keputusan pengadilan telah menetapkan perusahaan-perusahaan asuransi besar

tersebut dinyatakan pailit. Kurator ditunjuk langsung oleh pengadilan untuk masing-

masing asuransi, agar dapat mencairkan klaim dari pemegang polis. Namun hal ini bukan

menyelesaikan masalah, namun justru melahirkan masalah. Penunjukan kurator oleh

hakim pada kasus asuransi, telah mengalami kasus korupsi dan putusan pengadilan tidak

6 Ketut Sendra, Kecurangan dan Perlindungan Konsumen Asuransi, Jurnal Vokasi Indonesia, Vol. 5 Nomor

1, Juli 2017, h. 8.

Page 49: TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...tentang Perlindungan Konsumen yaitu hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti

39

dilaksanakan karena tidak ada yang dibayarkan sama sekali kepada pemegang polis. Hal

ini menunjukan bahwa pemenuhan pengembalian polis mengalami kehambatan karena

dalam undang-undang kepailitan, nasabah asuransi menempati posisi sebagai kreditur

konkuren.7

Penyelesaian kasus asuransi yang bangkrut di Indonesia hanya terbatas pada

putusan pengadilan. Hal ini memiliki berbagai kekurangan, yakni pengadilan memiliki

tingkat eksekusi yang rendah, tingkat pemulihan aset (asset recovery) atas penyelesaian

perkara kepailitan sangat rendah. Padahal asset recovery merupakan indikator dasar

berhasil atau tidaknya hukum kepailitan di sebuah negara. 8

Kurator yang ditunjuk oleh pengadilan tidak dapat menyelesaikan permasalahan

ekonomi yang sistemik seperti bangkrutnya sebuah perusahaan asuransi. Beberapa

permasalahan jika hal ini diserahkan ke kurator diantaranya yakni kurangnya transparansi

dan akuntabilitas dalam proses kepailitan, kurangnya profesionalisme, pemahaman dan

kerjasama dari para pihak antar sektoral, sulitnya melakukan pelacakan dan penguasaan

asset permasalahan dalam alokasi dan pendistribusian harta asuransi.

Aspek-aspek yuridis yang disebutkan, belum dapat melindungi ribuan para

pemegang polis yang tidak dibayarkan klaimnya. Pengelolaan yang diamanatkan oleh

undang-undang hanya menitik beratkan kepada otoritas jasa keuangan dan proses litigasi

kepailitan. Menurut Suahasil Nazara selaku anggota dewan komisioner OJK, perlindungan

dan pengawasan terhadap industri asuransi memerlukan lembaga diluar OJK. Pengawasan

yang sekarang dinilai belum maksimal karena lembaga pengawas industri asuransi bersifat

internal. Lembaga diluar OJK itu sendiri yang dimaksud adalah Lembaga Penjaminan

Polis.

Sejalan dengan amanat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang

Perasuransian, dalam Pasal 53 ayat (1) mengamanatkan bahwa akan dibentuknya Lembaga

Penjaminan Polis di Indonesia. Setiap perusahaan asuransi dapat menjadi anggota dari

lembaga tersebut. Amanat ini sudah keluar sejak tahun 2014, kendati sudah 6 tahun dari

7 Niken Widywati, Urgensi Pembentukan Lembaga Penjamin Polis sebagai Penjamin Hak Nasabah

Asuransi Dalam Kepailitan Pada Perusahaan Asuransi, Jurnal Hukum Vol 2 Nomor 5, April 2019, h. 10. 8 Theresia Endang Ratnawati, Kajian Terhadap Proses Penyelesaian Perkara Kepailitan dan Penundaan

Kewajiban Pembayaran Utang di Pengadilan Niaga Jakarta Pusat, Jurnal Dinamika Hukum Vol 9 Nomor 2, Mei

2009, h. 148.

Page 50: TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...tentang Perlindungan Konsumen yaitu hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti

40

pembentukan undang-undang tersebut, namun Lembaga Penjaminan Polis belum terwujud

dan belum dibentuk. Wacana-wacana yang tidak segera diwujudkan inilah yang

melahirkan penurunan pemegang polis asuransi di Indonesia secara signifikan.

Dalam penjelasan Pasal 53 ayat (1) dijelaskan bahwa Program Penjaminan Polis

dimaksudkan untuk menjamin pengembalian sebagian atau seluruh hak Pemegang Polis,

Tertanggung, atau Peserta dari Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Asuransi Syariah

yang dicabut izin usahanya dan dilikuidasi. Selain itu, keberadaan program penjaminan

polis dimaksudkan untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap industri

perasuransian pada umumnya sehingga diharapkan dapat meningkatkan minat masyarakat

untuk menggunakan jasa asuransi.

Perusahaan asuransi dan Perusahaan Asuransi Syariah wajib menjadi peserta

program penjaminan polis, dan penyelenggaraan program ini akan diatur lebih lanjut

melalui Undang-undang Pasal 53 Butir 1 dan butir 4, mengatur bahwa perusahan

perasuransian diwajibkan menjadi peserta program penjaminan polis, sebagai bentuk

perlindungan konsumen asuransi, jika dikemudian hari perusahaan asuransi tidak mampu

memenuhi kewajibannya untuk menyelesaikan atau membayarkan manfaat kepada

konsumennya. Perlu segera aturan yang mengatur tentang penjaminan polis atau Lembaga

Penjamin Polis Asuransi (LPPA), sehingga Konsumen memiliki perlindungan yang cukup

atas polis-polis yang dibelinya, jika perusahaan asuransinya atau penanggungnya dicabut

izin usahanya atau dilikuidasi, seperti Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS) yang sudah

berjalan pada jasa keuangan perbankan, atau ruang lingkup LPS dapat dikembangkan

menjadi penjamin polis atau premi asuransi dan penjamin pada jasa keuangan lainnya.

Pertimbangan dalam pembentukan lembaga penjaminan polis asuransi di Indonesia

ini juga dipertimbangkan karena dalam sektor perbankan sudah berhasil diterapkan. Dalam

sektor perbankan, dikenal adanya Lembaga Penjaminan Simpanan. Berikut tugas Lembaga

Penjamin Simpanan, yakni merumuskan dan menetapkan kebijakan pelaksanaan

penjaminan simpanan, menetapkan kebijakan dalam rangka turut aktif memelihara

stabilitas sistem perbankan, melaksanakan kebijakan penyelesaian bank gagal yang tidak

berdampak sistemik serta melaksanakan penanganan bank gagal yang berdampak sistemik.

Lembaga Penjamin Simpanan dalam industri perbankan sangat dibutuhkan. Karena

perbankan adalah industri yang sangat bertumpu kepada kepercayaan masyarakat

Page 51: TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...tentang Perlindungan Konsumen yaitu hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti

41

(fiduciary financial institution). Kepercayaan masyarakat adalah segala-galanya bagi bank.

Begitu masyarakat tidak percaya pada bank, bank akan menghadapi rush yaitu penarikan

simpanan oleh para nasabahnya secara bersamaan dan besar-besaran dan pada akhirnya

bank mengalami kondisi colaps.9

Perbandingan antara lembaga penjaminan simpanan dalam struktur perbankan

dengan lembaga penjaminan polis asuransi adalah hal yang relatif sama. Dengan lahirnya

Undang-undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan menandai

babak baru sistem perbankan nasional. Keberadaan Lembaga Penjamin Simpanan ini tidak

bisa dilepaskan dari upaya peningkatan stabilitas sektor keuangan dan untuk memulihkan

kepercayaan masyarakat. Membandingkan Lembaga Penjamin Simpanan dengan Lembaga

Penjaminan Polis adalah hal yang proporsional serupa. Kesuksesan Lembaga Penjamin

Simpanan bisa menjadi cermin pendirian Lembaga Penjaminan Polis di sektor asuransi.

Demi mencapai asuransi yang kokoh dan sehat, sehingga para pemegang polis

mendapatkan kepastian dan perlindungan.

Apabila kita mengambil garis lebih jauh, lembaga penjaminan polis sudah diatur

dalam International of Insurance Supervisor (IAIS). IAIS adalah badan pengaturan standar

internasional yang bertanggung jawab untuk mengembangkan dalam penerapan prinsip,

standar, dan bahan pendukung lainnya untuk pengawasan sektor asuransi. Misi IAIS adalah

untuk mempromosikan pengawasan yang efektif dan konsisten secara global terhadap

industri asuransi untuk mengembangkan dan memelihara pasar asuransi yang adil, aman

dan stabil untuk kepentingan dan perlindungan pemegang polis dan untuk berkontribusi

pada stabilitas keuangan global.10

Negara Indonesia telah menjadi salah satu anggota dari IAIS, mandat yang

diberikan pada setiap negara yang mengikatkan diri adalah salah satunya pembentukan

lembaga penjaminan polis. Hal ini dapat diatur dalam pasal 6 yang menyatakan bahwa

lembaga penjaminan polis merupakan skema yang didanai industri asuransi secara kolektif.

Lembaga penjaminan polis asuransi dirancang untuk melindungi pemegang polis dan

9 Hendri Jayadi & Prof. Huala Adolf, Fungsi Lembaga Penjamin Simpanan dalam Hukum Perbankan

Indonesia, Jurnal Komunikasi Hukum, Volume 4 Nomor 2, Agustus 2018), h.3. 10 International Association of Insurance Supervisors (IAIS), Policy Dialogue, Data Collection and Analysis,

(Switzerland: Basel, 2017), h. 1.

Page 52: TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...tentang Perlindungan Konsumen yaitu hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti

42

penerima manfaat dalam kasus kepailitan dari perusahaan asuransi. Selain itu, lembaga

penjaminan polis fokus kepada penyediaan tingkat perlindungan minimum bagi pemegang

polis asuransi.

Negara-negara yang menjadi anggota IAIS sudah menjadi contoh dari

pembentukan lembaga penjaminan polis. Negara Amerika dengan lembaga penjamin

polisnya bernama ELIC (Executive Life Insurance Company), Jepang dengan LIPPC (Life

Insurance Policyholders Protection Corporation), Korea dengan KDIC (Korea Dispute

Insurance) dan negara lainnya.11 IAIS telah menggaris besarkan ada 3 komponen dalam

pembentukan lembaga penjaminan polis. Pertama, memfasilitasi kelanjutan asuransi.

Kedua, memberikan dukungan keuangan kepada perusahaan asuransi yang bangkrut dan /

atau entitas yang berniat membeli perusahaan asuransi yang bangkrut atau yang kebijakan

polisnya akan ditransfer dari perusahaan asuransi yang bangkrut. Ketiga, bekerja sebagai

lembaga jembatan di mana tidak ada pembeli langsung dari perusahaan asuransi yang

bangkrut.

Perlindungan hukum bagi pemegang polis sudah dijamin undang-undang di

berbagai negara, sehingga negara Indonesia perlu untuk mencontohnya. Apabila

dibandingkan, Peraturan perundang-undangan asuransi di Indonesia, mencerminkan dan

menunjukan kepada kita bersama bahwa penyelesaian kasus insolvensi asuransi ditangani

oleh otoritas jasa keuangan dan akan berakhir pada putusan pengadilan. Sedangkan negara

lain sudah mengatur secara komprehensif tindakan preventif maupun tindakan represif.

Sehingga para pemegang polis asuransi mendapatkan jaminan dan kepastian hukum dari

asuransi.

Kepastian hukum ini harus dituangkan dalam suatu peraturan perundang-undangan

sebagai landasan dari berdirinya suatu Lembaga Penjaminan Polis. Lembaga ini akan

diatur secara teknis, komposisi lembaga tersebut secara komprehensif. Seperti halnya

dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjaminan Simpanan.

Payung hukum terhadap lembaga tersebut berhasil melindungi usaha perbankan dan

perlindungan nasabah yang menggunakan jasa perbankan. Sehingga kepercayaan nasabah

dalam perbankan akan semakin bertambah.

11 The Geneva Association, Research Report: U.S and Japan Life Insurers Insolvencies Case Studies, 2015.

h.20.

Page 53: TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...tentang Perlindungan Konsumen yaitu hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti

43

Kendati political will dari pembentukan lembaga penjaminan polis asuransi masih

dalam bidang kajian. Kajian tersebut meliputi perbandingan beberapa negara yang diajak

untuk berdiskusi, maupun sampai pada pembahasan terjadinya penyimpangan modal. Hal

ini karena Lembaga Penjaminan Polis akan diberikan suntukan dana yang tidak kecil.

Sebesar 4 Triliun untuk pengembangan dan cadangan pendapatan. Namun dari Asosiasi

Asuransi mengatakan hal ini tidak terjadi, karena ada pengawasan dari beberapa

perusahaan asuransi terhadap uang yang berada di Lembaga Penjaminan Polis. Sehingga

kemungkinan adanya moral hazard tidak terjadi karena adanya mekanisme check and

balances dari beberapa perusahaan asuransi yang tervalidasi.

Pembahasan tak kunjung usai karena teknis yang sulit, standarisasi perusahaan

asuransi mana yang akan menjadi anggota Lembaga Penjaminan Polis Nantinya ada

kriteria, seperti rasio permodalan (riskbased capital/RBC) yang saat ini batas amannya

minimal 120%. Namun hal tersebut dinilai akan mendiskriminasi salah satu perusahaan

asuransi yang bergerak. Standarisasi yang ditetapkan belum dapat diterima oleh

perusahaan asuransi lainnya. Menurut para anggota DPR, hukum tetaplah hukum agar

menciptakan ketertiban bagi suatu sektor asuransi, apabila hal ini diatur terlalu fleksibel

maka sektor asuransi akan terombang-ambing. Perusahaan asuransi yang memiliki neraca

keuangan yang sehat saja yang dapat menjadi anggota tetap dari Lembaga Penjaminan

Polis asuransi di Indonesia.

Dewan Perwakilan Rakyat sudah mulai membentuk pengkajian lebih lanjut

mengenai Lembaga Penjaminan Polis Asuransi di Indonesia. Kendati political will yang

dapat menunda terbentuknya lembaga tersenut. Adanya urgensitas pembentukan

berdirinya suatu lembaga yang akan menjadi melindungi perusahaan asuransi. Lembaga

Penjaminan Polis Asuransi ini dibentuk dinegara Indonesia seperti yang sudah berlaku di

negara lain. Maka nilai-nilai kelebihannya memiliki manfaat yang signifikan bagi

perekonomian di Indonesia. Tidak dapat dipungkiri permasalahan yang timbul dari hulu

sampai hilir yang diakibatkan karena tidak ada lembaga aktiv yang mengawasinya. Suatu

hari apabila tidak ada kepastian hukum, akan menimbulkan dampak ekonomi yang

menurun secara sistemik. Rotasi keuangan sektor asuransi dalam perekonomian di

Indonesia memiliki peran yang sangat penting, maka kepastian dan perlindungan hukum

dibentuk melalui beridirnya Lembaga Penjaminan Polis di Indonesia.

Page 54: TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...tentang Perlindungan Konsumen yaitu hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti

44

Pada dasarnya negara Indonesia merupakan negara hukum yang menjamin

kesejahteraan masyarakatnya. Utrecht juga membagi konsep negara hukum menjadi dua

tipe, negara hukum dalam arti sempit atau formal atau disebutnya sebagai negara hukum

klasik, dan negara hukum dalam arti luas atau materil, atau diistilahkannya sebagai negara

hukum modern. Negara hukum klasik adalah negara yang kerjanya sekedar menjaga agar

jangan sampaai terjadi pelanggaran terhadap ketentraman dan ketertiban umum,

sebagaimana telah ditentukan dalam undang-undang—hukum tertulis. Sedangkan negara

hukum modern ialah apa yang dikenal dengan negara kesejahteraan—welfare state, yang

memiliki tugas menjaga keamanan dalam arti luas, termasuk keamanan sosial dan

menyelenggarakan kesejahteraan umum, dengan berdasarkan pada prinsip-prinsip hukum,

sehingga hak asasi manusia warganegara dapat dipenuhi penikmatannya.

Ius Constituendum atau cita-cita dari hukum tersebut harus bergerak progresif,

Jangan sampai negara Indonesia menjadi konsep negara hukum klasik yang hanya sekedar

menjaga agar jangan sampaai terjadi pelanggaran terhadap ketentraman dan ketertiban

umum, sebagaimana telah ditentukan dalam undang-undang. Kehidupan masyarakat di era

globalisasi di Indonesia jauh lebih kompleks dari sekedar peraturan dan ketertiban

perorang. Di era globalisasi sumber pendanaan dan keuangan ada pada sektor perbankan.

Hukum harus dapat menjangkau hal tersebut. Konteks kita kali ini adalah pembentukan

berdirinya Lembaga Penjaminan polis yang dapat melindungi segenap lapisan sosial

masyarakat.

Negara Indonesia dalam teori negara hukum harus bertanggung jawab penuh atas

pemenuhan hak-hak, keamanan sosial dan menyelenggarakan kesejahteraan umum.

Negara dalam hal ini bertanggung jawab atas keadaan serta kesehatan keuangan dalam

perekonomian di sektor asuransi. Apabila Lembaga Penjaminan Polis asuransi di Indonesia

tidak dibentuk, negara dalam hal ini mengalami keadaan regresif atau berjalan mundur. Hal

ini disebabkan karena perusahaan asuransi yang diawasi Otoritas Jasa Keuangan dalam

pelaksanaannya belum memiliki mekanisme yang aktiv. Otoritas Jasa Keuangan dinilai

sangat pasif. Serta apabila tidak segera dibentuknya Lembaga, maka operasional

perusahaan asuransi di Indonesia belum memiliki mekanisme baik tindakan preventif dan

represif dalam pengelolaan asuransi, maka hal yang tidak diinginkan seperti terjadinya

Page 55: TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...tentang Perlindungan Konsumen yaitu hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti

45

collaps dapat terjadi secara sistemik dan negara dalam hal ini gagal melindungi segenap

warganya.

Tabel 2. Kelebihan dan Kekurangan ada atau tidak adanya

Lembaga Penjamin Polis Asuransi di Indonesia

No. Kelebihan adanya Lembaga

Penjaminan Polis di Indonesia.

Kekurangan tidak adanya Lembaga

Penjaminan Polis di Indonesia.

1. Meningkatkan kepercayaan

masyarakat terhadap industri

asuransi.

Menurunkan tingkat kepercayaan

masyarakat terhadap industri asuransi.

2. Pemasukan premi lebih stabil. Pemasukan premi menjadi tidak stabil

3. Recovery klaim asuransi tertangani

apabila terjadi indikasi gagal bayar.

Klaim asuransi tidak dibayarkan saat

terjadi gagal bayar.

4. LPP fokus terhadap tindakan

preventif dan represif yang akan

diambil oleh perusahaan asuransi

yang diawasinya.

Otoritas Jasa Keuangan hanya sebagai

pengawas bersifat pasif terhadap tindakan

yang diambil oleh perusahaan asuransi di

Indonesia.

5. Pembagian tugas tidak tertumpuk

pada Otoritas Jasa Keuangan.

Tugas Otoritas Jasa Keuangan menumpuk

dan tidak terfokus dalam sektor asuransi

saja.

Sumber: data diolah peneliti

B. Bentuk dari Lembaga Penjamin Polis Asuransi di Negara Jepang

Perlindungan hukum dalam sektor asuransi merupakan hal yang penting untuk

diatur lebih lanjut. Karena dalam sektor asuransi, mengandung unsur-unsur kepentingan

ribuan orang, dan perlindungan hukum dibutuhkan dalam hal mengurusi hak dan

kepentingan manusia, sehingga hukum memiliki otoritas tertinggi untuk menentukan

kepentingan manusia yang perlu diatur dan dilindungi. Tanpa adanya perlindungan hukum,

maka kekhawatiran akan menghadapi rush yaitu penarikan simpanan oleh para nasabahnya

secara bersamaan dan besar-besaran dan pada akhirnya asuransi mengalami kondisi colaps.

Negara Indonesia belum memiliki mekanisme secara komprehensif adanya

penjaminan asuransi. Pada dasarnya, hal ini sudah diatur dalam pasal 53 ayat (1) yang

Page 56: TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...tentang Perlindungan Konsumen yaitu hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti

46

menyatakan perusahan perasuransian diwajibkan menjadi peserta program penjaminan

polis, sebagai bentuk perlindungan konsumen asuransi, jika dikemudian hari perusahaan

asuransi tidak mampu memenuhi kewajibannya untuk menyelesaikan atau membayarkan

manfaat kepada konsumennya.

Apabila kita melihat negara Jepang yang memiliki karakteristik seperti negara

Indonesia, baik dalam hal tingkat mobilitas, perlindungan pekerja, serta bencana alam. Hal-

hal tersebut sangat berdampak dengan tingginya kebutuhan untuk memiliki asuransi dan

tingginya angka pemegang polis di negara tersebut. Sehingga asuransi bukan hanya untuk

mengendalikan perekonomian, tapi untuk menghidupkan dan menyelamatkan kehidupan

individu masyarakat di negara tersebut. Maka hukum asuransi dalam bentuk pengelolaan

di lembaga penjaminan polis sudah diatur secara komprehensif sejak lama di negara

Jepang.

Tingkat mobilitas negara Jepang, berdasarkan laporan yang diterbitkan oleh World

Economic Forum (WEF), Jepang memiliki tingkat mobilitas sosial tertinggi dengan

peringkat ke-15 di dunia. Para pekerja disana memiliki tingkat mobilitas sosial yang lebih

tinggi berdampak pada peluang yang lebih baik bagi warga negara untuk mengatasi

ketidaksetaraan untuk mencapai potensi penuh mereka. Angka tersebut merupakan

peringkat tertinggi di antara negara-negara Asia lainnya. Jepang mencetak nilai tertinggi

untuk peluang pendidikan dan pekerjaan. Apabila kita melihat kondisi mobilitas pekerja

negara Indonesia, dalam era globalisasi ini adanya peningkatan yang signifikan dengan

mobilitas tenaga kerja di Indonesia. Berdasarkan karakteristik demografinya, Indonesia

merupakan negara di ASEAN yang memiliki jumlah tenaga kerja terbesar. Begitu

juga dalam pengiriman tenaga kerja ke luar negeri, nampaknya paling banyak dari

negara kita dibandingkan dengan anggota ASEAN lainnya.12

Negara Indonesia merupakan negara ke-4 terpadat di dunia, sudah sebaiknya

jaminan sosial tenaga kerja (workers’ social security) menjadi sebuah perlindungan hukum

bagi subjek masyarakat. Jaminan sosial tenaga kerja adalah suatu bentuk perlindungan

yang diberikan kepada pekerja dan keluarganya terhadap berbagai resiko pasar tenaga kerja

(labor market risks), misalnya: resiko kehilangan pekerjaan, penurunan upah, kecelakaan

12 Mamat Ruhimat, Mobilitas Tenaga Kerja Indonesia Dalam Era Globalisasi, Jurnal Geografi Gea, Vol 6

Nomor 1, Januari 2006, h. 5.

Page 57: TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...tentang Perlindungan Konsumen yaitu hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti

47

kerja, sakit, cacat, lanjut usia, meninggal dunia, dan lain-lain. Jaminan sosial tenaga kerja

(Jamsostek) merupakan bagian dari sistem perlindungan sosial (social protection) yang

memberikan perlindungan tidak hanya kepada mereka yang bekerja saja, tetapi juga kepada

seluruh masyarakat. Di negaranegara maju jaminan sosial tenaga kerja merupakan bagian

terpenting dari sistem perlindungan sosial karena hampir seluruh keluarga dalam

masyarakat akan tercakup oleh program jaminan sosial tenaga kerja.

Perlindungan sosial sangat dibutuhkan bagi kedua negara di asia yang memiliki

karakteristik alam yang sama. Karakteristik yang sama pada negara Jepang dan negara

Indonesia adalah banyaknya bencana yang terjadi di dua negara ini. Negara Jepang dan

Indonesia adalah negara yang memiliki jaringan maupun zona seismik. Sehingga kedua

negara ini kerapkali terjadi gempa bumi.13 Negara Indonesia yang kerapkali mengalami

gempa bumi berdampak pada sektor-sektor seperti hotel, pembangkit listrik, dan pusat

perbelanjaan menjadi infrastruktur yang paling terdampak dari gempa bumi dengan tingkat

besarnya kerugian (severity) masing-masing mencapai 60%, 50%, dan 20%. Selanjutnya,

diikuti oleh instalasi telekomunikasi (15%) dan pekerjaan konstruksi (10%), dan bencana

Indonesia cendrung mengalami peningkatan setiap tahunnya.14 PT Reasuransi Indonesia

Utama (Persero) atau Indonesia Re mencatat, total klaim reasuransi umum akibat

banyaknya bencana alam yang menimpa Indonesia selama 2018 mencapai lebih dari Rp284

miliar berdasarkan data yang diterima hingga Desember 2018.

Berkaca pada permasalahan tersebut, maka perlunya asuransi bencana bagi warga

yang tinggal di daerah rawan bencana, sebagai upaya pengalihan resiko pembiayaan

dampak bencana dan kepastian perlindungan bagi masyarakat. Masalah asuransi,

khususnya asuransi bencana, dalam praktek penanggulangan bencana, merupakan inisiatif

yang lazim dibeberapa negara maju dan negara berkembang, namun sampai saat ini belum

diupayakan perlindungan hukum bagi pemegang polis untuk diterapkan di Indonesia.

Korelativitas tersebutlah yang mengerucutkan kepada perlindungan penjaminan

polis di Jepang patut untuk diterapkan di Indonesia. Perlindungan hukum bagi pemegang

13 Hayes, GP, Smoczyk, GM, Villaseñor, AH, Furlong, KP, dan Benz, HM, 2020, Seismisitas Bumi 1900–

2018: Peta Investigasi Ilmiah Survei Geologi, dilansir dalam website https://www.usgs.gov/faqs/which-country-has-

most-earthquakes?qt-news_science_products=3#qt-news_science_products diakses pada 5 Juli 2020. 14 Sutopo Purwo Nugroho, Evaluasi Penanggulangan Bencana 2015 dan Prekdiksi Bencana 2016, Badan

Nasional Penanggualangan Bencana (BNPB), (Jakarta: Kepala Pusat Data Informasi, 2016), h.10.

Page 58: TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...tentang Perlindungan Konsumen yaitu hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti

48

polis asuransi di negara Jepang sangatlah diperhatikan. Hal ini dapat digambarkan dengan

fenomena masyarakat yang memiliki polis asuransi sudah menjadi kebutuhan.15Kebutuhan

individu akan polis asuransi yang sangat tinggi, tidak menutup kemungkinan akan terjadi

dalam kesalahan pengelolaannya. Pengelolaan asuransi yang buruk akan mendegradasikan

masyarakat untuk memiliki kepercayaan kepada asuransi. Kepercayaan asuransi di negara

Indonesia masih sangat rendah, kendati apabila dikelola dengan baik maka pendapatan

perkapita premi Indonesia akan jauh lebih banyak dari pada negara Asia lainnya.

Pengelolaan industri asuransi di negara Jepang diikuti beberapa payung hukum

yang komprehensif. Pencegahan kasus asuransi yang dilakukan oleh Negara Jepang dalam

hal melindungi para pemegang polis asuransi di Jepang apabila perusahaan asuransi

tersebut tidak dapat membayar klaimnya. Beberapa langkah-langkah, diantaranya yakni,

perusahaan asuransi dipaksa melakukan penangguhan/penyerahan diri, mengubah

ketentuan kontrak setelah insolvensi, menghindari penjualan asset yang dinilai berbahaya,

dan menemukan operator yang sehat untuk mengambil alih asset dan liabilitas.

Upaya negara Jepang dalam melindungi para pemegang polis asuransi tertulis

sejak tahun 1995 dalam Undang-Undang Bisnis Asuransi. Dalam undang-undang tersebut

ditulis bahwa tujuan undang-undang ini untuk melindungi Pemegang Polis. Dengan

memastikan yang sehat dan tepat dari orang-orang yang melakukan Bisnis Asuransi dan

dengan memastikan keadilan dalam Permohonan Asuransi, dan dengan demikian

berkontribusi pada stabilitas kehidupan warga negara dan perkembangan ekonomi nasional

yang sehat.

Pencegahan yang dilakukan tersebut dilakukan oleh Life Insurance

Policyholders Protection Corporation atau singkatnya LIPPC. Tugas kontroling utamanya

adalah melindungi perusahaan asuransi yang tergabung. Life Insurance Policyholders

Protection Corporation memiliki kekuatan pinjaman yang memungkinkan perusahaan

asuransi untuk terus menjalankan peran mereka ketika dana yang tersedia dalam skema

tidak mencukupi. Lembaga Penjaminan Polis Jepang dapat mengambil dari sumber

“internal” atau “eksternal”, satu perusahaan asuransi memiliki akun yang berbeda terkait

dengan berbagai jenis produk asuransi yang dicakupnya. Lembaga tersebut memiliki

15 Asy’ari Suparmin, Asuransi Syariah (Konsep Hukum dan Operasionalnya), (Sidoarjo: Uwais Inspirasi

Indonesia, 2019), h.242.

Page 59: TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...tentang Perlindungan Konsumen yaitu hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti

49

undang-undang atau aturan yang mengatur yang memungkinkan peminjaman antara

beberapa akun yang dimilikinya. Selain itu, lembaga ini memiliki wewenang untuk

mencari sumber pendanaan “eksternal”, mengambil pinjaman pihak ketiga yang dijamin

dengan pungutan di masa depan atau jaminan lainnya. Dalam kedua kasus, kemampuan

meminjam seperti itu secara efektif meningkatkan kapasitas keuangan dengan

menyediakan akses ke sumber pendanaan tambahan.

Di negara Jepang, skema perlindungan pemegang polis asuransi (LIPPC) dan

Lembaga Perlindungan Pemegang Polis Asuransi Jiwa (NIPPC) dapat meminjam dari

lembaga keuangan, termasuk bank, hingga jumlah yang ditentukan dalam undang-undang,

jika perlu, dalam untuk melakukan peran mereka dalam memberikan bantuan keuangan

mereka.

Tujuh perusahaan asuransi jiwa bangkrut di Jepang sekitar tahun 2000, dan satu

bangkrut setelah keruntuhan Lehman Brothers. Asisten Keuangan sekitar JPY 780 miliar

dilaksanakan secara kumulatif dalam kursus proses kebangkrutan (total biaya ditanggung

oleh industri tanpa pendanaan pemerintah).16 Meskipun ada beberapa perbedaan dalam

alasan kebangkrutan, mereka memiliki tiga faktor berikut yang sama:

1. Sejumlah besar kebijakan dengan asumsi suku bunga tinggi dijual selama

gelembung aset Jepang, dan spread negatif besar di bawah lingkungan dengan

tingkat bunga rendah yang terjadi kemudian;

2. Penurunan harga untuk aset yang dimiliki perusahaan bersama deng peningkatan

saldo piutang tak tertagih di antara piutang pinjaman;

3. Investasi berisiko tinggi, termasuk dalam sekuritas asing, oleh asuransi jiwa

perusahaan untuk membalikkan penyebaran negatif.

Pinjaman tersebut harus mendapat persetujuan dari Komisaris Badan Layanan

Keuangan (FSA) dan Menteri Keuangan. Pemerintah dapat menjamin pinjaman hingga

jumlah yang disetujui oleh parlemen. Perlu dicatat bahwa “dukungan publik” ini hanya

tersedia untuk skema perlindungan pemegang polis asuransi jiwa saat ini. Sistem operasi

yang bekerja dalam Life Insurance Policyholder Protection Corp of Japan terbagi menjadi

dua;

16 Insurance Information Institute, I.I.I Insurance Fact Book, (Amerika: Sean Mooney, 1984), h. 12.

Page 60: TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...tentang Perlindungan Konsumen yaitu hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti

50

1. Memberikan bantuan keuangan pada perusahaan penyelamat yang mengambil alih

polis asuransi. Lembaga Penjaminan Polis sebagai Representasi Pemegang Polis

memberikan pendampingan keuangan kepada Perusahaan Penyelamat polis.

2. Pengalihan kontrak ke asuransi “bridge insurance company” atau langsung kepada

perusahaan insolven. (Tindakan Preventif).

Mekanisme lainnya yang mengatur bagaimana Life Insurance Policyholder

Protection Corp of Japan mengganti rugi terbagi menjadi 2;

1. Asuransi individual = Cadangan klaim asuransi yang dihitung dari asuransi

premium dan investasi. Sistem ini bukan untuk ganti rugi atas klaim asuransi.

(Cadangan klaim asuransi X 90%)17

2. Kebijakan tinggi suku bunga = kebijakan yang mengatur bunga cadangan selama 5

tahun sebelum kebangkrutan, suku bunga ditentukan oleh Komisaris Jasa Keuangan

& Menteri keuangan. (Cadangan klaim asuransi X (90%-set rate)).

Lembaga yang memainkan peran penting dalam perlindungan hukum ini bukanlah

Badan Pengawas Keuangan Jepang yakni Financial Services Agency of Japan (JFSA),

namun lembaga ini adalah Perlindungan Pemegang Polis Asuransi Umum (selanjutnya

disebut Life Insurance Policyholders Protection Corporation). Lembaga ini badan hukum

yang didirikan berdasarkan Undang-Undang Bisnis Asuransi pada bulan Desember 1998

dengan persetujuan menteri yang kompeten, dan semua perusahaan asuransi non-jiwa yang

mengoperasikan bisnis asuransi non-jiwa Perusahaan telah bergabung sebagai anggota

LIPP).18

Lembaga Perlindungan dilisensikan oleh Menteri Keuangan Negara Jepang

berdasarkan Undang-Undang Bisnis Asuransi untuk melindungi pemegang polis dari

perusahaan asuransi non-jiwa yang gagal dan dengan demikian mempertahankan

kredibilitas dalam bisnis asuransi. Life Insurance Policyholders Protection adalah

17The General Insurance Association of Japan, General Insurance in Japan Fact Book 2006-2007, (Japan:

The General Insurance Association of Japan, 2019) h. 19. 18 Etti Baranoff, Research Report: U.S and Japan Life Insurers Insolvencies Case Studies, (Geneva: The

Geneva Association 2015), h.29.

Page 61: TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...tentang Perlindungan Konsumen yaitu hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti

51

perusahaan yang didirikan secara hukum, dan operasinya didasarkan pada Hukum Bisnis

Asuransi dan hukum serta peraturan terkait lainnya.19

Lembaga perlindungan memiliki sistem bantuan timbal balik untuk pemegang

polis asuransi non-jiwa.Jika perusahaan asuransi non-jiwa bangkrut, itu memberikan

bantuan keuangan untuk pengalihan kontrak asuransi oleh perusahaan asuransi yang gagal

dan pembayaran klaim yang dipertanggungkan. Lembaga tersebut akan memberikan

dukungan finansial tersebut. Hal ini tertera dalam pasal 259 yang menyatakan bahwa;

The purpose of a policyholders protection corporation (hereinafter referred to as

a "Corporation" in this Section, the following Section, Part V, and Part VI) is to

protect Insurance Policyholders, etc. by providing financial assistance in the

transfer, etc. of insurance contracts pertaining to a Bankrupt Insurance Company,

providing executive management for the succeeding Insurance Company,

underwriting insurance contracts, providing financial assistance pertaining to the

payment of Covered Insurance Proceeds, and purchasing the Insurance Claims,

etc. thereby maintaining credibility in Insurance Business.

Terjemahannya :

Tujuan dari perusahaan perlindungan pemegang polis (selanjutnya disebut sebagai

"Korporasi" dalam Bagian ini, Bagian berikut, Bagian V, dan Bagian VI) adalah untuk

melindungi Pemegang Polis Asuransi, dll. Dengan memberikan bantuan keuangan dalam

transfer, dll. kontrak asuransi yang berkaitan dengan Perusahaan Asuransi yang Bangkrut,

menyediakan manajemen eksekutif untuk Perusahaan Asuransi berikutnya, menjamin

kontrak asuransi, memberikan bantuan keuangan yang berkaitan dengan pembayaran hasil

Asuransi yang Terlindungi, dan membeli Klaim Asuransi, dll. dengan demikian menjaga

kredibilitas dalam Bisnis Asuransi.

Dalam pasal itu jelas bahwa, tujuan dari perusahaan perlindungan pemegang polis

adalah untuk melindungi pemegang polis asuransi. Dengan memberikan bantuan keuangan

dalam transfer, kontrak asuransi yang berkaitan dengan perusahaan asuransi yang

bangkrut, menyediakan manajemen eksekutif untuk perusahaan asuransi berikutnya,

menjamin kontrak asuransi, memberikan bantuan keuangan yang berkaitan dengan

19 Kobayashi., S, How Should Resolution Regimes for Insurers Be Established? Experiences in Japan and

Implications for Global Standard Setting, Geneva Association Newsletter on Regulation and Supervision (PROGRES),

Special Contribution, (Geneva: The Geneva Association, 2014) h. 7.

Page 62: TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...tentang Perlindungan Konsumen yaitu hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti

52

pembayaran hasil asuransi yang terlindungi, dan membeli klaim asuransi. Dengan semua

tujuan tersebut demi menjaga kredibitilitas dalam bisnis asuransi.

Lembaga penjaminan polis dalam tujuannya yang terejawantahkan untuk

menjamin dari hak pemegang polis, memiliki beberapa langkah demi mencapai kredibilitas

tersebut, disebutkan bahwa adanya pengalihan, kelangsungan hidup, maupun mengatur

yang ditentukan oleh Menteri Keuangan. Dalam Pasal 260 tertulis ;

a. the transfer, between a Bankrupt Insurance Company and another Insurance

Company, of insurance contracts pertaining to all or some of the insurance contracts

pertaining to a Bankrupt Insurance Company;

b. the survival, by a merger of a Bankrupt Insurance Company (excluding a Foreign

Insurance Company, etc.) and another Insurance Company, of that other Insurance

Company;

c. that which is performed in order to set in place the particulars specified by the Prime

Minister and the Minister of Finance as necessary for ensuring sound and appropriate

operations in the business of a Bankrupt Insurance Company (in the case of Foreign

Insurance Companies, etc., business in Japan; hereinafter the same applies in the

following paragraph and the following Subsection) and for protecting Insurance

Policyholders, etc. by the acquisition of the shares of that Bankrupt Insurance

Company under another Insurance Company or Insurance Holding Company, etc.

Terjemahannya :

(a) Pengalihan, antara Perusahaan Asuransi yang Bangkrut dan Perusahaan Asuransi lain,

dari kontrak asuransi yang berkaitan dengan semua atau sebagian dari kontrak asuransi

yang berkaitan dengan Perusahaan Asuransi yang Bangkrut;

(b) Kelangsungan hidup, dengan merger dari Perusahaan Asuransi yang Bangkrut (tidak

termasuk Perusahaan Asuransi Asing, dll) dari Perusahaan Asuransi lain;

(c) Dalam tugas mengatur rincian yang ditentukan oleh Perdana Menteri dan Menteri

Keuangan yang diperlukan untuk memastikan operasi yang sehat dan tepat dalam

bisnis Perusahaan Asuransi yang Bangkrut (dalam hal Perusahaan Asuransi Asing,

dll., bisnis di Jepang; selanjutnya hal yang sama berlaku dalam paragraf berikut dan

Subbagian berikut) dan untuk melindungi Pemegang Polis Asuransi, dll. dengan

mengakuisisi saham Perusahaan Asuransi Bangkrut di bawah Perusahaan Asuransi

atau Perusahaan Induk Asuransi lain, dll.

Page 63: TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...tentang Perlindungan Konsumen yaitu hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti

53

Life Insurance Policyholders Protection memiliki beberapa tugas yang tercantum

dalam Undang-Undang Bisnis. Lembaga tersebut akhirnya berevolusi dan memiliki tugas-

tugas sebagai berikut:

(a) Bantuan keuangan untuk pembayaran klaim yang diasuransikan

(b) Membeli klaim asuransi dan terkait dengan kontrak yang dicakup oleh ganti rugi

(c) Tugas manajer asuransi atau agen manajer asuransi

(d) Tugas seperti persiapan daftar pemegang polis berdasarkan ketentuan Undang-

Undang Rehabilitasi Khusus

(e) Pembelian aset perusahaan asuransi kliring.

Perusahaan asuransi yang akan dilindungi oleh lembaga ini juga diberikan batasan,

Batasan-batasan ini dijelaskan dalam undang-undang bisnis, diantaranya yang tertera

dalam pasal 260 ayat (2);

(iii) a company that will likely suspend the payment of insurance proceeds or that has

suspended the payment of insurance proceeds in the light of the status of its

business or property (in the case of Foreign Insurance Companies, etc., property

located in Japan; hereinafter the same applies in the following item);

(iv) a company that is unable to satisfy its obligations with its property or a company

at which a situation will likely arise in which it is unable to satisfy its obligations

with its property.

Terjemahan:

(i) perusahaan yang kemungkinan akan menangguhkan pembayaran hasil asuransi atau

yang telah menangguhkan pembayaran hasil asuransi mengingat status bisnis atau

propertinya (dalam hal Perusahaan Asuransi Asing, dll., properti yang berlokasi di Jepang

; selanjutnya hal yang sama berlaku dalam item berikut);

(ii) perusahaan yang tidak dapat memenuhi kewajibannya dengan propertinya atau

perusahaan yang kemungkinan akan timbul situasi di mana ia tidak dapat memenuhi

kewajibannya dengan propertinya.

Dijelaskan bahwa perusahaan yang diberikan perlindungan ialah perusahaan yang

memenuhi kualifikasi sebagai perusahaan yang sudah terlihat dari neracanya bahwa akan

kemungkinan menangguhkan pembayaran hasil asuransi, maupun perusahaan asuransi

Page 64: TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...tentang Perlindungan Konsumen yaitu hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti

54

yang tidak dapat memenuhi kewajibannya dengan asset dan property yang dimilikinya

demi membayar klaim asuransi.

Selain batasan objektiv, terdapat batasan subjektiv yang membatasi perusahaan

asuransi diberikan perlindungan oleh Life Insurance Policyholders Protection, bahwa

hanya perusahaan asuransi yang terpilih, untuk masuk dalam daftar anggota (member) yang

dilindungi. Hal ini terdapat dalam pasal 265-3 ayat (1-4)

(5) An Insurance Company, as a member, must join one Corporation that accepts as

its members insurance companies that have received a license that belongs to the

class of license prescribed in Article 262, paragraph (2) (hereinafter referred to as

"Class of License" in the following paragraph) that is the same as its license

(6) A person who seeks to receive a license set forth in Article 3, paragraph (1), Article

185, paragraph (1), or Article 219, paragraph (1) (excluding persons specified by

Cabinet Order), at the time of application for that license, must undertake the

procedures for joining one Corporation that accepts as its members insurance

companies that are to receive the license falling under the Class of License that is

the same as that license, pursuant to the provisions of Cabinet Office Order or

Order of the Ministry of Finance.

(7) A person who has undertaken the procedures to join a Corporation pursuant to the

provisions of the preceding paragraph will become a member of the relevant

Corporation upon receiving the license set forth in that paragraph.

(8) Whenever an Insurance Company becomes a member of a Corporation pursuant to

the provisions of the preceding paragraph, the Corporation must promptly report

this to the Prime Minister and the Minister of Finance.

Terjemahan:

(5) Perusahaan Asuransi, sebagai anggota, harus bergabung dengan satu Korporasi

yang menerima sebagai anggotanya perusahaan asuransi yang telah menerima

lisensi milik kelas lisensi yang ditentukan dalam Pasal 262, ayat (2) (selanjutnya

disebut sebagai "Kelas Lisensi "dalam paragraf berikut) yang sama dengan lisensi

(6) Seseorang yang berupaya menerima lisensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal

3, ayat (1), Pasal 185, ayat (1), atau Pasal 219, ayat (1) (tidak termasuk orang

yang ditentukan oleh Pesanan Kabinet), pada saat itu aplikasi untuk lisensi itu,

harus melakukan prosedur untuk bergabung dengan satu Korporasi yang

menerima sebagai anggotanya perusahaan asuransi yang akan menerima lisensi

Page 65: TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...tentang Perlindungan Konsumen yaitu hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti

55

jatuh di bawah Kelas Lisensi yang sama dengan lisensi itu, sesuai dengan

ketentuan Pesanan Kantor Kabinet atau Perintah Kementerian Keuangan.

(7) Seseorang yang telah melakukan prosedur untuk bergabung dengan Korporasi

sesuai dengan ketentuan paragraf sebelumnya akan menjadi anggota Korporasi

terkait setelah menerima lisensi yang ditetapkan dalam paragraf tersebut.

(8) Setiap kali Perusahaan Asuransi menjadi anggota Korporasi sesuai dengan

ketentuan paragraf sebelumnya, Korporasi harus segera melaporkan hal ini

kepada Perdana Menteri dan Menteri Keuangan.

Pasal 265-3 ayat (1) sampai ayat (4) menunjukan bahwa, sistem kerja yang

diterapkan oleh Lembaga Penjaminan Polis Asuransi di Jepang, hanya terfokus pada

anggota-anggota yang sudah mendapat legalitas dan kredibilitas20. Sehingga sampai saat

ini ada 40 Perusahaan Asuransi yang diawasi ketat oleh Lembaga Penjaminan Polis

Asuransi. Pengawasan ketat baik dari tindakan dan keputusan yang akan diambil oleh

Perusahaan Asuransi tersebut. Sehingga apabila salah satu dari perusahaan tersebut

mengalami kepailitan atau tersandung kasus gagal bayar. Rotasi simpanan dan laba dari

perusahaan asuransi masing-masing dapat menjadi penolong satu sama lain. Maka inilah

upaya negara Jepang dalam melindungi perusahaan asuransi dan para pemegang polis.

Payung hukum yang diterapkan dinegara Jepang, berhasil membuat penduduknya

memiliki kepercayaan yang tinggi pada sektor asuransi. Sehingga pendapatan dari sektor

asuransi semakin tinggi karena adanya kepercayaan masyarakat yang tinggi. Maka menurut

Sri Mulyani dalam konrensi pers bersama Komite Stabilitas Sistem Keuangan, menuturkan

bahwa Kementrian Keuangan sedang menyusun melalui dan menggunakan rambu-rambu

yang bertujuan untuk menciptakan kepercayaan terhadap lembaga asuransi namun bisa

mencegah moral hazard.

Maka dari itu penting untuk melindungi perusahaan asuransi sebagai lembaga

yang menghimpun dana dari masyarakat. Karena dengan perusahaan asuransi tersebutlah

maka ujung tombak adanya perlindungan hukum bagi pemegang polis dapat tercapai

20 J. David Cummins, Handbook of International Insurance (Between Global Dynamics and Local

Contingencies), Springer Science :2007. h.200.

Page 66: TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...tentang Perlindungan Konsumen yaitu hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti

56

dengan baik. Apabila perusahaan asuransi dalam menghimpun dana masyarakat belum

dapat dilindungi, maka akan terjadi suatu keadaan collaps yang akan berdampak sistemik

pada sektor keuangan lainnya. Serta keadaan perekonomian yang tidak menentu seperti

terjadinya wabah penyakit, perusahaan asuransi meski tetap kokoh dalam tugas dan

wewenangnya untuk melindungi para pemegang polis asuransi.

Page 67: TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...tentang Perlindungan Konsumen yaitu hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti

57

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan perumusan masalah yang dipertegas berupa pertanyaan penelitian

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

a. Lembaga Penjaminan Polis Asuransi di Indonesia diamanatkan dalam Undang-Undang

Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian. Dalam Pasal 53 ayat (1) di UU tersebut

menyebutkan bahwa dibutuhkan berdirinya suatu lembaga yang membantu

menyelesaikan permasalahan asuransi yang gagal bayar. Lembaga Penjaminan Polis

dibentuk guna melindungi kepentingan dari pemegang polis asuransi. Kepastian hukum

dari pasal tersebut belum dilaksanakan sampai sekarang, sehingga menimbulkan

diskresi dan permasalahan perlindungan hukum bagi pemegang polis. Peraturan

lainnya yang setingkat Peraturan Otoritas Jasa Keuangan dan perlindungan konsumen

belum dapat melindungi hak-hak dari pemegang polis. Hal ini dapat dilihat bahwa

peraturan-peraturan tersebut hanya menyelesaikan secara formalitas yakni akan

bermuara pada proses litigasi. Ketetapan pengadilan atas kasus-kasus klaim asuransi di

Indonesia, masih banyak yang menggantung dan para pemegang polis tidak kunjung

mendapat perlindungan hukum.

b. Lembaga Penjaminan Polis Asuransi sudah diterapkan diberbagai negara. Khususnya

kali ini penelitian akan membahas bentuk Lembaga Penjaminan Polis Asuransi di

Negara Jepang. Jepang dan Indonesia merupakan negara yang sangat membutuhkan

asuransi. Karena kondisi demografi dan alam yang memiliki korelativitas. Lembaga

Penjaminan Polis Asuransi di Jepang sudah memasukan mekanisme tindakan preventif

maupun represif yang akan menstimulasi perekonomian dan membantu perlindungan

hukum bagi pemegang polis.

B. Rekomendasi

Dengan Penelitian dan data yang telah dipaparkan, peneliti dapat memberikan

beberapa rekomendasi terkait dengan perlindungan bagi pemegang polis asuransi di

Indonesia

Page 68: TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...tentang Perlindungan Konsumen yaitu hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti

58

1. Kepada pemerintah diharapkan untuk segera membentuk Lembaga Penjaminan Polis

Asuransi di Indonesia sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014

tentang Perasuransian. Lembaga ini akan mengatur secara komprehensif tindakan

preventif maupun tindakan represif. Sehingga para pemegang polis asuransi

mendapatkan jaminan dan kepastian hukum dari asuransi. Lembaga ini merupakan

lembaga yang independen, transparan, dan akuntabel dalam melaksanakan tugas dan

wewenangnya. Lembaga ini juga akan bertanggung jawab kepada Presiden.

2. Memasukan gagasan operasional Lembaga Penjaminan Polis Asuransi di Indonesia

seperti di Negara Jepang. Lembaga tersebut menyediakan manajemen eksekutif untuk

perusahaan asuransi berikutnya yang telah dilikudiasi, menjamin kontrak asuransi,

memberikan bantuan keuangan kepada perusahaan asuransi dan membeli klaim

asuransi yang mengalami gagal bayar. Bantuan keuangan ini akan diberikan kepada

para anggota yang bergabung saja yang sudah diakui dan terpercaya. Dana yang

terkumpul dari anggota perusahaan asuransi yang tergabung ini, akan menjadi

stimulasi dan rotasi untuk membantu sesama perusahaan asuransi apabila sewaktu-

waktu mengalami krisis atau pailit.

3. Pembentukan Undang-Undang baru mengenai mekanisme atau secara teknis

berdirinya suatu Lembaga Penjaminan Polis Asuransi di Indonesia. Undang-Undang

tersebut akan mengatur lebih lanjut mengenai tugas,wewenang, teknis keuangan,

investasi, serta kepesertaan yang dapat masuk menjadi anggota tetap dari Lembaga

Penjaminan Polis Asuransi.

Page 69: TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...tentang Perlindungan Konsumen yaitu hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti

59

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Ali, Achmad, 2002, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis), Penerbit Toko

Gunung Agung, Jakarta.

Ali, Hasyim, 1993, Pengantar Asuransi, Jakarta: Bumi Aksara.

Cummins, J. David, 2007, Handbook of International Insurance (Between Global Dynamics and

Local Contingencies), Springer Science.

Endang, ManSuparman Sastrawidjajadan,2013, Hukum Asuransi Perlindungan Tertanggung,

Asuransi Deposito Usaha Perasuransian, Bandung: Penerbit Alumni,

Ganie, Junaedy, Hukum Asuransi di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika.

Hartono, Sri Rejeki, 2001, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, Jakarta: Sinar Grafika.

International Association of Insurance Supervisors (IAIS), 2017, Policy Dialogue, Data Collection

and Analysis, Basel Switzerland.

Ishaq, Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi, 2016, Bandung: Alfabeta.

Kobayashi., S, 2010, How Should Resolution Regimes for Insurers Be Established? Experiences

in Japan and Implications for Global Standard Setting, Geneva Association Newsletter on

Regulation and Supervision (PROGRES), Special Contribution.

Marzuki, Peter Mahmud, 2013, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana.

Marzuki, Peter Mahmud, 2008, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Kencana.

Muhammad, Abdulkadir, 1989, Dasar-Dasar Asuransi, Jakarta: CV. Rajawali.

Prakoso, Djoko Hukum Asuransi Indonesia, 2004, Jakarta: Rineka Cipta.

Rahardjo, Satjipto, 2000, Ilmu Hukum, Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

Rato, Dominikus, 2010, Filsafat Hukum Mencari: Memahami dan Memahami Hukum, Laksbang

Pressindo, Yogyakarta.

Robbert Mehr & Emerson Cammack, 1985, Principles of Insurance, R.D Irwin.

Page 70: TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...tentang Perlindungan Konsumen yaitu hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti

60

Soeisno Djojoserdarso, 2003, Prinsip-Prinsip Manajemen Risiko Asuransi, Jakarta: Salemba

Empat.

Suparmin, Asy’ari, 2019, Asuransi Syariah (Konsep Hukum dan Operasionalnya), Uwais Inspirasi

Indonesia, Sidoarjo.

Syahrani, Riduan, 1999, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, Penerbit Citra Aditya Bakti Bandung.

The Geneva Association, Research Report: U.S and Japan Life Insurers Insolvencies Case Studies,

2015.

Perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban

Pembayaran Hutang.

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen

Sektor Jasa Keuangan Nomor 28/POJK.05/2015 tentang Pembubaran, Likuidasi, dan Kepailitan

Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, Perusahaan Asuransi, dan Perusahaan

Reasuransi Syariah.

Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian.

Insurance Business Act Japan Number 105 of June 7, 1995.

Jurnal

Witarini, Ni Kadek, “Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Polis dari Perusahaan Asuransi

yang Pailit”. Jurnal Kertha Semaya. Vol. VI Nomor 3 2018, E-ISSN: 2303-0569

Sitompul, Zulkarnain, “Pentingnya Keberadaan LPS Bagi Nasabah Penyimpanan”, Jurnal UIN

Jakarta, Vol 1 Nomor 2 Tahun 2014

Husain, Fajrin, Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Polis Asuransi Menurut UU No.40

Tahun 2014 Tentang Perasuransian, Lex Crimen Vol.V/No.6/Ags/2016

Page 71: TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN LEMBAGA PENJAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...tentang Perlindungan Konsumen yaitu hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti

61

Sendra,Ketut Kecurangan dan Perlindungan Konsumen Asuransi, Jurnal Vokasi Indonesia Vol 5

Nomor 1, Jakarta 2017

Widywati, Niken, Urgensi Pembentukan Lembaga Penjamin Polis sebagai Penjamin Hak

Nasabah Asuransi Dalam Kepailitan Pada Perusahaan Asuransi, Jurnal Hukum Vol 2

Nomor 5, (Malang: 2019)

Ratnawati, Theresia Endang, Kajian Terhadap Proses Penyelesaian Perkara Kepailitan dan

Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang di Pengadilan Niaga Jakarta Pusat, Jurnal

Dinamika Hukum Vol 9 Nomor 2, Jakarta, 2009

Jayadi, Hendri, Fungsi Lembaga Penjamin Simpanan dalam Hukum Perbankan Indonesia, Jurnal

Komunikasi Hukum, Volume 4 Nomor 2, Agustus, (Bandung: 2018)

Ruhimat, Mamat, Mobilitas Tenaga Kerja Indonesia Dalam Era Globalisasi, Jurnal Geografi Gea,

Vol 6 Nomor 1, 2006

Website

http://www.japaneselawtranslation.go.jp/law/detail/?id=3243&vm=04&re=02

http://www.sonpohogo.or.jp/01.html

https://search.oecd.org/gov/regulatory-policy/IAIS%20profile.pdf

https://www.usgs.gov/faqs/which-country-has-most-earthquakes?qt-

news_science_products=3#qt-news_science_products