Tinjauan Pustaka Susu
-
Upload
loita-datu-nindita -
Category
Documents
-
view
418 -
download
0
description
Transcript of Tinjauan Pustaka Susu
![Page 1: Tinjauan Pustaka Susu](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082400/55cf9b9c550346d033a6b929/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Susu adalah bahan pangan yang dikenal kaya akan zat gizi yang diperlukan oleh tubuh
manusia. Susu merupakan makanan pelengkap dalam diet manusia sehari-hari dan merupakan
makanan utama bagi bayi. Ditinjau dari komposisi kimianya, susu merupakan minuman bergizi
tinggi karena mengandung hamper semua zat gizi yang diperlukan tubuh manusia sehingga baik
untuk dikonsumsi. Konsumsi susu pada saat remaja terutama dimaksudkan untuk memperkuat
tulang sehingga tulang lebih padat, tidak rapuh dan tidak mudah terkena resiko osteoporosis pada
saat usia lanjut.
Pada masa balita susu sangatlah penting karena susu mempunyai manfaat yang penting
untuk pertumbuhan dan perkembangan balita. Didalam susu terkandung beberapa zat yang baik
untuk pertumbuhan seperti mineral (kalsium, magnesium, besi dll.), lemak, karbohidrat, dan
vitamin. Tetapi dengan adanya lemak dapat didalam susu bisa mengakibatkan obesitas jika
mengkonsumsi terus menerus, sehingga dikembangkan juga susu dengan rendah lemak.
Biasanya susu rendah lemak juga banyak dikonsumsi untuk orang yang sedang menjalani diet.
Lemak dalam susu juga dapat dianalisa berapa besar kadar yang terkandung
didalamnya. Untuk menganalisa kadar susu dalam lemak diperlukan teknik untuk mengisolasi
lemak dalam susu. Teknik-teknik yang dapat ditempuh antara lain ekstraksi solven, metode
ekstraksi cair non solven, dan metode instrumentasi. Metode ekstraksi solven sendiri terdiri dari
beberapa macam yang meliputi; Batch Solvent Extraction, Semi Continuous Solvent Extraction,
Continuous Solvent Extraction, Accelerated Solvent Extraction, Supercritical Fluid Extraction.
Sedangkan metode ekstraksi cair nonsolven juga terdiri dari beberapa cara seperti Metode
Babcock, Metode Gerber, Metode Deterjen.
Lemak yang terkandung dalam makanan juga mempunyai karakteristik kimia yang
dapat menentukan kualitas dari lemak tersebut. Karakteristik kimia yang dimaksud seperti
bilangan peroksida, bilangan iod, bilangan asam, bilangan penyabunan, dsb.
![Page 2: Tinjauan Pustaka Susu](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082400/55cf9b9c550346d033a6b929/html5/thumbnails/2.jpg)
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarakan penjelasan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan suatu masalah :
1. Bagaimana metode yang tepat untuk mengisolasi lemak yang terkandung didalam
susu bubuk?
2. Apakah kandungan lemak yang terkandung dalam susu lowfat dan susu fullcream
sudah benar menurut praktek dengan yang kandungan yang tertera dalam kemasan?
3. Bagaimana karakteristik kimia dari lemak yang terkandung didalam susu?
C. TUJUAN
Tujuan yang dapat diambil dari rumusan masalah diatas adalah:
1. Untuk mengetahui metode yang tepat untuk mengisolasi lemak yang terkandung
didalam susu bubuk.
2. Untuk membuktikan kebenaran lemak yang terkandung didalam susu lowfat dan
fullcream dengan melihat hasil praktek dengan yang tertera dalam kemasan.
3. Untuk mengetahui karakterisitik kimia dari lemak yang terkandung didalam susu.
D. MANFAAT
![Page 3: Tinjauan Pustaka Susu](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082400/55cf9b9c550346d033a6b929/html5/thumbnails/3.jpg)
TINJAUAN PUSTAKA
A. SUSU
Susu didefinisikan sebagai cairan yang berasal dari pemerahan hewan menyusui yang
sehat dan bersih, diperoleh dengan cara yang benar dan kandungan dari susu itu sendiri tidak
dikurangi atau ditambah bahan – bahan lain. Warna putih susu disebabkan oleh refleksi cahaya
globula lemak, kalsium kaseinat dan koloid fosfat, sementara warna kuning disebabkan oleh
pigmen karoten yang terlarut dalam lemak, pigmen tersebut berasal dari pakan hijau, riboflavin
yang terlarut dalam air dan menimbulkan warna kuning kehijauan pada whey.
Susu yang biasa dikonsumsi dan diperdagangkan saat ini pada umumnya adalah susu
sapi. Susu tidak hanya dapat dikonsumsi dalam bentuk cair, bahan pangan ini juga dapat diolah
dan dikonsumsi dalam berbagai bentuk seperti yoghurt, keju, mentega, dan berbagai bentuk
olahan susu bubuk dan susu kental manis. Pada perkembangan selanjutnya, dengan tujuan
meningkatkan kualitas susu (dan juga untuk menarik minat konsumen), bentuk olahan susu
banyak yang diperkaya dengan zat gizi tambahan, misalnya dengan zat gizi kalsium (yang
dikenal sebagai susu high calcium). Selain itu ada juga yang dengan cara mengurangi kadar
lemak susu (low fat) sehingga secara proposional kandungan gizi kandungan gizi lainnya
termasuk kalsium menjadi lebih tinggi (high calcium).
Pada susu terkandung protein yang terdiri atas kasein, laktalbumin dan laktoglobulin.
Kasein merupakan protein terbanyak jumlahnya dibandingkan laktalbumin dan laktoglobulin.
Selain itu terdapat juga jenis protein lainnya sebagai enzin dan immunoglobulin. Lemak susu
juga merupakan komoponen penting selain protein. Didalam susu lemak terdapat sebagai globula
atau emulsi, yaitu bulatan-bulatan lemak yang berukuran kecil didalam serum susu. Lemak susu
terdiri atas trigliserida, mono- gliserida, asam lemak sterol dan kartenoid yang memberikan
warna kuning dari lemak, vitamin A, D, E, dan K. Didalam susu, paling tidak mengandung 50
macam asam lemak didalam lemak susu dimana 60-75% lemak yang bersifat jenuh, 25-30%
lemak yang bersifat tak jenuh dan sekitar 4% asam tidak jenuh tinggi. Asam lemak yang paling
banyak terdapat pada susu adalah miristat (C14), palmitat (C16), dan stearat (C18). Lemak susu
mengandung asam lemak esensial, asam linoleat dan asam linolenat yang memiliki bermacam-
macam fungsi dalam metabolism dan mengontrol berbagai proses fisologis dan biokimia pada
manusia.
![Page 4: Tinjauan Pustaka Susu](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082400/55cf9b9c550346d033a6b929/html5/thumbnails/4.jpg)
Karbohidrat yang paling banyak terkandung didalam susu dalam bentuk disakarida
adalah laktosa. Kemanisan dari laktosa seperenam dari kemanisan sukrosa. Komponen terbesar
dalam susu adalah air yang merupakan tempat terdispersinya komponen-komponen susu yang
lain.
Salah satu metode pengawetan susu adalah dengan cara pengeringan yaitu
mengubahnya menjadi susu bubuk. Susu bubuk pertama kali di buat pada tahun 1802 oleh
seorang dokter Rusia, Osip Krischevsky. Perubahan dari susu cair menjadi susu bubuk
memerlukan penghilangan air beberapa tahap hingga menjadi produk akhir. Selama proses
pengurangan air ini terjadi perubahan terhadap sifat, struktur kimia dan penampakan susu.
Prinsip pengawetan pada susu bubuk adalah melindungi susu bubuk terkontaminasi secara
mikrobiologi yaitu dengan membuat kadar air atau water activity rendah.
B. LEMAK
Lemak dan minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada golongan lipid,
yaitu senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut
organik non-polar,misalnya dietil eter (C2H5OC2H5), Kloroform(CHCl3), benzena dan
hidrokarbon lainnya, lemak dan minyak dapat larut dalam pelarut yang disebutkan di atas karena
lemak dan minyak mempunyai polaritas yang sama dengan pelaut tersebut.
Lemak atau minyak adalah senyawa makromolekul berupa trigliserida, yaitu sebuah
ester yang tersusun dari asam lemak dan gliserol. Jenis dan jumlah asam lemak penyusun suatu
minyak atau lemak menentukan karakteristik fisik dan kimiawi minyak atau lemak. Disebut
minyak apabila trigliserida tersebut berbentuk cair pada suhu kamar dan disebut lemak apabila
berbentuk padat pada suhu kamar.
Asam lemak berdasarkan sifat ikatan kimianya dibedakan menjadi 2 yaitu asam lemak
jenuh dan asam lemak tidak jenuh. Sebagai zat gizi, lemak atau minyak semakin baik kualitasnya
jika banyak mengandung asam lemak tidak jenuh dan sebaliknya.
Lemak dan minyak merupakan senyawaan trigliserida dari gliserol. Dalam
pembentukannya, trigliserida merupakan hasil proses kondensasi satu molekul gliserol dan tiga
![Page 5: Tinjauan Pustaka Susu](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082400/55cf9b9c550346d033a6b929/html5/thumbnails/5.jpg)
molekul asam lemak (umumnya ketiga asam lemak tersebut berbeda –beda), yang membentuk
satu molekul trigliserida dan satu molekul air. Jadi lemak dan minyak juga merupakan
senyawaan ester . Hasil hidrolisis lemak dan minyak adalah asam karboksilat dan gliserol . Asam
karboksilat ini juga disebut asam lemak yang mempunyai rantai hidrokarbon yang panjang dan
tidak bercabang.
C. SUSU RENDAH LEMAK
Pada susu rendah lemak terkandung susu skim didalamnya. Susu skim sendiri adalah
susu yang sebagian besar lemaknya sudah dihilangkan. Susuk skim mengandung semua zat
makanan dari susu kecuali lemak dan vitamnin yang larut dalam lemak. Berikut ini adalah
komposisi yang terkandung dalam susu skim:
Komposisi Kadar (%)
Lemak
Protein
Laktosa
Abu
Air
0,1
3,7
5,0
0,8
90,4
Susu skim dapat digunakan oleh orang yang menginginkan kalori rendah dari
makanannya. Karena susu skim hanya mengandung 55% dari seluruh susu dan biasanya
digunakan sebagai bahan pembuatan keju dan yoghurt dengan kadar lemak rendah (Buckle,dkk.
1987 dalam Herawati, )
![Page 6: Tinjauan Pustaka Susu](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082400/55cf9b9c550346d033a6b929/html5/thumbnails/6.jpg)
Susu bubuk skim dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok berdasarkan perlakuan
panas yang diterimanya yaitu susu skim rendah panas biasanya dipakai , susu skim dengan panas
menengah dan susu skim dengan panas yang tinggi.
D. Susu Bubuk Full Cream
Susu bubuk full cream sering juga disebut sebagai whole milk powder atau full cream
milk powder. Susu bubuk full cream dibuat dari susu yang telah distandarisasi sehingga
memberikan kadar lemak sekitar 25-28%. Susu bubuk full cream atau whole milk powder
diperoleh dengan menghilangkan air dari pasteurisasi, penguapan dan proses “spray driying”.
Whole milk powder memiliki semua kualitas yang baik dari susu dan, berbentuk kering, dan
merupakan unsur penting dalam pembuatan berbagai produk makanan. Karena Whole Milk
Powder mengandung lemak yang lebih banyak, biasanya mengalami penurunan rasa hal ini
dikarenakan lemak yang terkandung didalam susu memiliki kecenderungan teroksidasi. Untuk
mencegah terjadinya oksidasi dapat dilakukan dengan proses vakum saat
penyegelan/pengemasan produk Whole milk powder.
E. Ekstraksi solven
Fakta tentang lemak bahwa lemak mudah larut dalam pelarut nonpolar dan tidak larut
dalam pelarut polar membuat pemisahan lemak dari komponen makanan yang larut dalam
pelarut polar menjadi mudah. Teknik yang paling sering digunakan untuk mengisolasi lemak
dalam makanan adalah teknik ekstraksi solven. Ekstraksi solven ada 3 macam yaitu:
Batch Solvent Extraction yang dilakukan dengan cara mencampur sampel dan solven
dalam wadah yang sesuai (misalnya corong pisah). Wadah dikocok kuat, solven organic
dan fasa air dipisahkan (oleh gravitasi atau dengan sentrifugasi). Fase air dihilangkan dan
konsentrasi lemak ditentukan dengan menguapkan solven dan mengukur massa lemak
yang tersisa.
Semi-Continuous Solvent Extraction
Pada metode ini soxhlet adalah alat yang paling sering digunakan karena efisiensi
ekstraksi lebih baik daripada metode Batch Solvent Extraction. Metode ini juga cukup
baik untuk mengisolasi lemak dalam susu bubuk. Sampel susu diletakkan dalam thimble.
Thimble yang berisis sampel diletakkan dalam alat soxhlet yang dihubungkan dengan alat
![Page 7: Tinjauan Pustaka Susu](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082400/55cf9b9c550346d033a6b929/html5/thumbnails/7.jpg)
kondensor. Labu soxhlet kemudian dipanaskan, solven menguap dan terkondensasi
masuk dalam bejana ekstraksi yang berisis sampel dan mengekstrak sampel. Lemak
tertinggal di labu karena adanya perbedaan titik didih. Pada akhirnya solven menguap dan
massa lemak yang tersisa ditimbang.
Continuous Solvent Extraction.
Metode Goldfish merupakan metode yang mirip dengan metode Soxhlet kecuali labu
ekstraksinya dirancang sehingga solven hanya melewati sampel, bukan merendam
sampel. Hal ini mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk ekstraksi, tapi dengan kerugian
bisa terjadi “saluran solven” dimana solven akan melewati jalur tertentu dalam sampel
sehingga ekstraksi menjadi tidak efisien. Masalah ini tidak terjadi pada metode Soxhlet,
karena sampel terendam dalam solven.
![Page 8: Tinjauan Pustaka Susu](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082400/55cf9b9c550346d033a6b929/html5/thumbnails/8.jpg)
Accelerated Solvent Extraction
Efisiensi ekstraksi solven dapat ditingkatkan dengan melakukannya pada suhu dan
tekanan tinggi. Efektifitas solven untuk ekstraksi lemak dari samnpel makanan meningkat
dengan peningkatan temperatur, namun tekanan juga harus ditingkatkan untuk menjaga
solven tetap dalam keadaan cair. Hal ini mengurangi jumlah pelarut yang dibutuhkan
sehingga menguntungkan dari sisi lingkungan.
Supercritical Fluid Extraction
Ekstraksi solven dapat dilakukan dengan alat khusus menggunakan CO2 superkritik
sebagai pelarut, yang sangat ramah lingkungan karena tidak menggunakan pelarut
organic. Bila CO2 ditekan dan dipanaskan diatas temperature kritis tertentu, akan menjadi
cairan superkritik, yang mempunyai karakteristik ataupun cairan. Karena CO2 berbentuk
gas maka mudah berpenetrasi ke dalam sampel dan mengekstraksi lemak, dank arena
juga berbentuk cair maka CO2 dapat melarutkan sejumlah besar lemak (terutama pada
tekanan tinggi). Prinsip dari alat ini adalah, sampel makanan dipanaskan dalam bejana
bertekanan tinggi kemudian dicampur dengan cairan CO2 superkritik. CO2
mengekstraksi lemak dan membentuk lapisan solven terpisah dari komponen air. Tekanan
dan suhu solven kemudian diturunkan menyebabkan CO2 berubah menjadi gas, sehingga
menyisakan fraksi lemak. Kandungan lemak dalam makanan dihitung dengan menimbang
lemak yang terekstraksi, dibandingkan dengan berat sampel.
F. Metode Ekstraksi Cair Nonsolven
Sejumlah ekstraksi cair tidak menggunakan pelarut organic untuk memisahkan dari
bahan lain dalam makanan. Pada metode ini terdapat 3 cara ekstraksi yaitu metode Babcock,
Gerber dan Deterjen.
Metode Babcock
Metode Babcock pertama kali diperkenalkan oleh Dr. SM. Babcock pada tahun 1890 di
Universitas Wisconsin Amerika Serikat. Metode ini biasanya digunakan untuk
menentukan kadar lemak dalam susu. Dasar yang digunakan dalam metode ini adalah
![Page 9: Tinjauan Pustaka Susu](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082400/55cf9b9c550346d033a6b929/html5/thumbnails/9.jpg)
apabila asam sulfat ditambahkan pada susu kemudian dicampur, maka asam sulfat akan
melarutkan bahan padat bukan lemak/ solid no fat, dan meninggalkan lemak bebas.
Reaksi akan menimbulkan panas, dan panas ini dapat mencairkan lemak susu yang
kemudian disentrifuse dan lemak cair akan naik ke leher botol, sebab lemak dalam susu
mempunyai berat yang lebih kecil dari komponen-komponen lain yang terkandung
didalam susu.
Metode Gerber
Metode ini mirip dengan metode Babcock, tapi menggunakan asam sulfat dan isoamil
alkohol, dengan bentuk botol yang sedikit berbeda. Metode ini lebih cepat dan sederhana
dibanding metode Babcock. Isoamil alkohol digunakan untuk mencegah pengarangan
gula karena panas dan asam sulfat, yang pada metode Babcock menyebabkan sulitnya
pembacaan skala. Sama seperti metode Babcock, metode ini tidak menentukan fosfolipid.
![Page 10: Tinjauan Pustaka Susu](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082400/55cf9b9c550346d033a6b929/html5/thumbnails/10.jpg)
Metode Deterjen
Sampel dicampur dengan kombinasi surfaktan dalam botol Babcock. Surfaktan akan
menggantikan membran yang menyelubungi droplet emulsi dalam sampel susu,
menyebabkan lemak terpisah. Sampel disentrifugasi sehingga lemak akan berada di leher
botol sehingga kadar bisa ditentukan.
G. SIFAT KIMIA LEMAK
Sifat kimia lemak digunakan untuk menentukan kualitas lemak yang terkandung
didalam susu ataupun makanan lain yang mengandung lemak. Sifat kimia lemak sendiri terdiri
dari beberapa macam seperti bilangan iod, bilangan asam, bilangan peroksida, bilangan
penyabunan, dan lain-lain.
Bilangan asam
Bilangan asam adalah ukuran dari jumlah asam lemak bebas, serta dihitung
berdasarkan dari asam lemak atau campuran asam lemakbilangan asam dinyatakan
sebagai sejumlah milligram KOH atau NaOH yang digunakan untuk menetralkan asam
lemak bebas yang terdapat dalam 1 gram minyak atau lemak.
Bilangan peroksida
Bilangan peroksida adalah nilai terpenting untuk menentukan derajat kerusakan
pada minyak atau lemak. Asam lemak tak jenuh dapat mengikat oksigen pada ikatan
rangkapnya sehingga membentuk peroksida. Peroksida ini dapat ditentukan dengan
metode iodometri. Pada metode iodometri, Iod dibebaskan kemudian dititrasi dengan
Natrium Thiosulfat.
![Page 11: Tinjauan Pustaka Susu](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082400/55cf9b9c550346d033a6b929/html5/thumbnails/11.jpg)
Dalam proses iodometri ada dua hal yang penting yang perlu diperhatikan karena
hal ini dapat menimbulkan kesalahan :
1. Berkurangnya atau hilangnya sebagian I2 karena sifat volatilitasnya.
2. Terjadinya oksidasi udara terhadap larutan iodida, menurut reaksi :
4I- + O2 + 4H+ → 2I2 + 2H2O
Pada iodometri atau iodimetri, iod dapat bertindak sebagai oksidator dan juga
sebagai reduktor. Sebagai reduktor biasanya adalah Na2S2O3. Reaksi-reaksi :
2e + I2 → 2I-
Oksidator reduktor 1 mol I2 = 2 ekivalen (1 mol I2 mengikat 2e)
2S2O32- → S4O6
2-
1 mol Na2S2O3 = 1 ekivalen 1 mol Na2S2O3 mengikat 1e
Pada titik ekivalen : jumlah ekivalen I2 = jumlah ekivalen S2O32-
Pada iodometri digunakan indikator kanji yang akan memberi warna biru pada I2
dalam larutan. Dalam proses analitik, iodium digunakan sebagai pereaksi oksidasi
(iodimetri) dan ion iodida digunakan sebagai pereaksi reduksi (iodometri). Suatu
kelebihan ion iodida ditambahkan kepada pereaksi oksidasi yang ditentukan, dengan
pembebasan iodium, yang kemudian dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat. Reaksi
antara iodium dan tiosulfat berlangsung secara sempurna. Larutan standar yang
dipergunakan dalam kebanyakan proses iodometrik adalah natrium tiosulfat. Garam ini
biasanya tersedia sebagai pentahidrat Na2S2O3.5H2O. Larutan natrium tiosulfat tidak
stabil untuk waktu yang lama. Sejumlah zat padat digunakan sebagai standar primer
untuk larutan natrium tiosulfat.
Bilangan Iod
Asam lemak yang tidak jenuh dalam minyak dan lemak mampu menyerap
sejumlah iod dan membentuk senyawa yang jenuh. Besarnya jumlah iod yang diserap
menunjukkan banyaknya ikatan rangkap atau ikatan tidak jenuh. Bilangan iod dinyatakan
sebagai jumlah gram iod yang diserap oleh 100 gram lemak atau minyak. Kecepatan
reaksi antara asam lemak tidak jenuh dengan halogen tergantung pada macam halogen
dan struktur asam lemak.
![Page 12: Tinjauan Pustaka Susu](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082400/55cf9b9c550346d033a6b929/html5/thumbnails/12.jpg)
Penentuan bilangan iod biasanya menggunakan cara Hanus, Kaufmann, dan Wijs.
Perhitungan bilangan iod dari masing-masing cara tersebut adalah sama. Semua cara ini
berdasarkan atas prinsip titrasi, dimana pereaksi halogen berlebih ditambahkan dalam
contoh yang akan diuji. Setetlah reaksi sempurna, kelebihan pereaksi ditetapkan
jumlahnya dengan cara titrasi.
Perhitungan :
Bilangan iod =
Dimana :
B = jumlah ml Na2S2O3 untuk titrasi blanko
S = jumlah ml NaS2O3 untuk titrasi sampel
N = normalitas larutan Na2S2O3
G = bobot contoh (gram)
12.69 = bobot atom iodium/10
Bilangan penyabunan
Bilangan penyabunan ialah jumlah alkali yang dibutuhkan untuk menyabunkan
sejumlah contoh minyak. Bilangan penyabunan dinyatakan dalam jumlah milligram
kalium hidroksida (KOH) yang dibutuhkan untuk menyabunkan 1 gram minyak atau
lemak. Besarnya bilangan penyabunan tergantung dari berat molekul. Semakin kecil
bilangan penyabunan, semakin panjang rata-rata rantai asam lemak.
Apabila sejumlah contoh lemak disabunkan dengan KOH berlebih dalam alcohol
maka KOH akan bereaksi dengan trigliserida, yaitu tiga molekul KOH bereaksi dengan
![Page 13: Tinjauan Pustaka Susu](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082400/55cf9b9c550346d033a6b929/html5/thumbnails/13.jpg)
satu molekul lemak atau minyak. Larutan alkali yang tertinggal ditentukan dengan titrasi
menggunakan asam, sehingga larutan alkali yang turut bereaksi dapat diketahui.