BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Susu -...
-
Upload
nguyenhuong -
Category
Documents
-
view
232 -
download
0
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Susu -...
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Susu
Susu adalah cairan dari ambing sapi, kerbau, kuda, kambing, domba, dan
hewan ternak penghasil susu lainnya baik segar maupun yang dipanaskan melalui
proses pasteurisasi, Ultra High Temperature (UHT) atau sterilisasi (Standar
Nasional Indonesia, 1995).
Secara kimia, susu adalah emulsi lemak dalam air yang mengandung gula,
garam-garam mineral dan protein dalam bentuk suspensi koloidal. Air susu
mengandung unsur-unsur gizi yang sangat baik bagi pertumbuhan dan kesehatan.
Komposisi unsur-unsur gizi tersebut sangat beragam tergantung pada beberapa
faktor, seperti faktor keturunan, jenis hewan, makanan yang meliputi jumlah dan
komposisi pakan yang diberikan, iklim, waktu, lokasi, prosedur pemerahan, serta
umur sapi. Komposisi utama susu adalah air, lemak, protein (kasein dan albumin),
laktosa (gula susu), dan abu (Muharastri, 2008).
Sebagian besar susu yang dikonsumsi oleh manusia berasal dari sapi perah,
karena jenis ternak ini adalah penghasil susu yang potensial. Ternak lain seperti
kerbau, kambing, domba dan kuda juga menghasilkan susu, tetapi masih dalam
jumlah terbatas. Susu yang berasal dari sapi perah lazim disebut susu, sedangkan
susu dari ternak yang lain diberi sebutan sesuai dengan nama hewan penghasilnya.
Sebagai contoh, susu dari kerbau disebut susu kerbau dan susu dari kambing
disebut susu kambing (Muhamad, 2002).
Universitas Sumatera Utara
Susu sapi mengandung semua bahan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
anak sapi yang dilahirkan. Susu juga sebagai bahan minuman manusia yang
sempurna, karena di dalamnya mengandung zat gizi dalam perbandingan yang
optimal, mudah dicerna dan tidak ada sisa yang terbuang (Girisonta, 1995).
Komposisi susu dapat sangat beragam tergantung pada beberapa factor,
akan tetapi angka rata-rata untuk semua jenis kondisi dan jenis sapi perah adalah
sebagai berikut: lemak 3,9%, protein 3,4%, laktosa 4,8%, abu 0,72%, dan air
87,10%.
Selain zat diatas, susu yang mengandung bahan lain dalam jumlah sedikit seperti
sitrat, enzim-enzim, vitamin A, vitamin B dan vitamin C.
Manfaat dari susu adalah mengandung semua zat yang diperlakukan oleh
tubuh dan mudah dicerna, dapat menggantikan air susu ibu (ASI), dapat diolah
menjadi mentega, keju, gula susu dan lain-lainnya, dan mempunyai rasa yang
enak.
Keburukan dari susu adalah: a) kerusakan yang terjadi akibat pengaruh
bakteri, dimana bakteri-bakteri yang terkadang terdapat dalam susu yaitu bakteri-
bakteri asam susu yang mengubah gula susu menjadi asam susu, bakteri-bakteri
pembusuk dan bakteri yang berasal dari kotoran, b) dapat mengandung bibit
penyakit yang berasal dari binatang penghasil susu sendiri (TBC, sakit mulut dan
kuku), orang yang memeras susu dan alat yang tidak bersih atau yang dicuci
dengan air kotor dan c) dapat dicampur dengan bahan lain seperti air, santan, air
beras atau diambil kepala susunya. Hal-hal yang harus diperhatikan dengan susu
sapi yang baru dibeli adalah susu itu harus bersih, segera dimasak sesudah
Universitas Sumatera Utara
diterima, sesudah dimasak segera dibiarkan menjadi dingin dan jangan
mencampur susu lama dengan susu baru (Amalia, 2012).
2.1.1 Komponen Susu
Susu adalah cairan dari kelenjar susu yang diperoleh dengan cara
pemerahan sapi selama masa laktasi tanpa adanya penambahan atau pengurangan
komponen apapun pada cairan tersebut. Secara kimiawi susu tersusun atas dua
komponen utama, yaitu air yang berjumlah sekitar 87% dan bahan padat yang
berjumlah sekitar 13%. Di dalam bahan padat susu terdapat berbagai senyawa
kimia, baik yang tergolong senyawa zat gizi makro (makronutrien) seperti lemak,
protein dan karbohidrat, maupun senyawa zat gizi miro (mikro nutrien) seperti
vitamin dan mineral serta beberapa senyawa lainnya (Muhamad, 2002).
Susu merupakan makanan yang hampir sempurna bagi mahluk hidup yang
baru lahir ke dunia, dimana susu merupakan satu-satunya sumber makanan
pemberi kehidupan sesudah kelahiran (Amalia, 2012).
Table 1. KandunganMineral dan Vitamin dalam Susu
Unsur Mineral % Mineral Vitamin Kandungan per 100 g susu
Potasium
Kalsium
Chlorine
Fosforus
Sodium
Magnesium
Sulfur
0,140
0,125
0,103
0,096
0,056
0,012
0,025
Vitamin A
Vitamin C
Vitamin D
Vitamin E
Vitamin B
Thiamine
Roboflavin
160 IU
2,0 mg
0,5-4,4 IU
0,08 mg
0,035 mg
0,17 mg
Universitas Sumatera Utara
Niacin
Phantotenic acid
Folic acid
Biotin
Pyridoxine
Cyanocobalamine
0,08 mg
0,35-0,45 mg
3-8 µg
0,5 µg
0,05-0,3 mg
0,5 µg
2.1.2 Sifat Fisik dan Kimiawi Susu
a. Kerapatan
Kerapatan susu bervariasi antara 1,0260 dan 1,0320 pada suhu 200 C, angka
ini biasanya disebut sebagai “26” dan “32”. Keragaman ini disebabkan karena
perbedaan kandungan lemak dan zat-zat padat bukan lemak (Amalia, 2012).
b. Ph
pH susu segar berada di antara pH 6,6 - 6,7 dan bila terjadi cukup banyak
pengasaman oleh aktivitas bakteri, angka-angka ini akan menurun secara nyata.
Bila pH susu naik di atas 6,6 – 6,8 biasanya hal itu dianggap sebagai tanda adanya
mastis pada sapi, karena penyakit ini menyebabkan perubahan keseimbangan
mineral dalam susu (Amalia, 2012).
c. Warna
Warna susu yang normal adalah putih sedikit kekuningan. Warna susu dapat
bervariasi dari putih kekuningan hingga putih sedikt kebiruan. Warna putih sedikit
kebiruan dapat tampak pada susu yang memiliki kadar lemak rendah atau pada
susu skim (Muhamad, 2002).
Universitas Sumatera Utara
Warna putih dari susu diakibatkan oleh dispersi yang merefleksikan sinar
dari globula-globula lemak serta partikel-pertikel koloid senyawa kasein dan
kalsium posfat. Warna kekuningan disebabkan karena adanya pigmen karoten
yang terlarut di dalam lemak susu. Karoten mempunyai keterkaitan dengan
pigmen santofil yang banyak ditemuan di dalam tanam-tanaman hijau. Bila
karoten dan santofil dikonsumsi oleh sapi perah, maka akan ikut dalam aliran
darah dan sebagian terlarut/bersatu dalam lemak susu (Muhamad, 2002).
Warna air susu dapat berubah dari satu warna kewarna yang lain, tergantung
dari bangsa ternak, jenis pakan, jumlah lemak, bahan padat dan bahan pembentuk
warna (Saleh, 2004).
d. Rasa dan Bau
Susu segar memiliki rasa sedikit manis dan bau (aroma) khas. Rasa manis
disebabkan adanya gula laktosa didalam susu, meskipun sering dirasakan ada
sedikit rasa asin yang disebabkan oleh klorida. Bau khas susu disebabkan oleh
beberapa senyawa yang mempunyai aroma spesifik dan sebagian bersifat volatil.
Oleh sebab itu, beberapa jam setelah pemerahan atau setelah penyimpanan,
aroma khas susu banyak berkurang (Muhamad, 2002).
e. Titik Beku
Pengukuran titik beku air susu dapat digunakan untuk menentukan jumlah
air yang dipakai untuk pengenceran. Karena perbedaan titik beku air murni dan air
susu hanya sekitar 0,50 C, penentuan titik beku harus benar-benar akurat bila ingin
diketahui adanya pengenceran. Titik beku air susu berkisar antara -0,5250 dan -
0,5650 C dengan rata-rata -0,5400 C. Perlu diketahui bahwa titik beku terutama
Universitas Sumatera Utara
ditentukan oleh molekul-molekul yang kecil dan ion-ion dalam larutan, zat –zat
lain yang molekulnya besar seperti protein tidak mempunyai pengaruh terhadap
penurunan titik beku (Adnan, 1984).
2.2 Susu UHT
Susu UHT (Ultra High Temperature) adalah susu segar, susu rekonstruksi
atau susu rekombinasi yang telah mengalami proses pemanasan pada temperature
minimum 1330 C selama minimum 1 detik kemudian segera didinginkan sampai
suhu kamar dan selanjutnya diperlakukan secara aseptis (Badan Standarisasi
Nasional Indonesia, 1998).
Pemanasan dengan suhu tinggi bertujuan untuk membunuh seluruh
mikroorganisme (baik pembusuk maupun patogen) dan spora. Waktu pemanasan
yang singkat dimaksudkan untuk mencegah kerusakan nilai gizi susu serta untuk
mendapatkan warna, aroma dan rasa yang relatif tidak berubah seperti susu
segarnya (Anonim, 2010).
Susu cair segar UHT (Ultra High Temperature) dibuat dari susu segar yang
diolah menggunakan pemanasan dengan suhu tinggi dan dalam waktu yang sangat
singkat untuk membunuh seluruh mikroba, sehingga memiliki mutu yang sangat
baik (Roswitasari, 2012).
Kelebihan-kelebihan susu UHT adalah masa simpan yang panjang pada
suhu kamar yaitu mencapai 6-10 bulan tanpa bahan pengawet dan tidak perlu
dimasukkan ke lemari pendingin. Jangka waktu ini lebih lama dari umur simpan
produk susu cair lainnya seperti susu pasteurisasi. Selain itu susu UHT merupakan
susu yang sangat higienis karena bebas dari seluruh mikroba (patogen/penyebab
Universitas Sumatera Utara
penyakit dan pembusuk) serta spora sehingga potensi kerusakan mikrobiologis
sangat minimal, bahkan hampir tidak ada. Kontak panas yang sangat singkat pada
proses UHT menyebabkan mutu sensori (warna, aroma dan rasa khas susu segar)
dan mutu zat gizi, relatif tidak berubah (Anonim, 2010).
Sedangkan kelemahan UHT adalah penggunaan teknologi sehingga
membutuhkan peralatan yang lengkap dan steril kondisinya. Pabrik di jaga agar
tetap pada suhu steril, baik pada pemrosesan maupun pengemasan. Tenaga ahli
dibutuhkan untuk pengoperasian mesin pabrik. Selain itu, proses sterilisasi harus
diikuti langsung dengan pengemasan anti busuk (Muharastri, 2008).
Proses Pembuatan Susu UHT
Pada proses pengolahan susu UHT dikenal dua tipe pemanasan, yaitu: (1)
tipe pemanasan langsung (direct heating) dan (2) tipe pemanasan tidak langsung
(indirect heating). Pada tipe pemanasan langsung terjadi pencampuran antara susu
dan uap panas, baik dalam bentuk injeksi uap panas pada susu ataupun injeksi
susu kedalam uap panas. Pada tipe pemanasan tidak langsung tidak terjadi kontak
antara uap panas dengan susu, biasanya banyak digunakan pada berbagai jenis
“Plate Heat Exchange” (PHE). Alat yang digunakan untuk proses UHT misalnya
otoklaf (apabila kapasitasnya kecil) dan retort (apabila kapasitasnya besar).
Proses pemanasan UHT biasanya dilakukan dengan pemanasan sampai
temperatur 270 0F (132 0C) selama tidak kurang dari satu detik. Beberapa tahap
proses pengolahan susu UHT yang sering diterapkan di industri pengolahan susu
antara lain meliputi: pencampuran (mixing), termisasi, pasteurisasi, homogenisasi,
sterilisasi, regenerasi, dan pengisian (filling).
Universitas Sumatera Utara
1. Tahap pencampuran
Tahap pencampuran merupakan tahap awal dari proses pembuatan susu
UHT. Pada tahap ini dilakukan pencampuran susu dengan bahan penunjang
seperti gula, bahan penstabil (stabilizer), bahan pemberi cita rasa (flavor) dan
pewarna.
2. Termisasi
Setelah tahap pencampuran, proses pembuatan susu UHT dilanjutkan
dengan tahap termisasi atau pemanasan awal. Tahap termisasi merupakan tahap
dimana susu dipanaskan pada suhu rendah sebelum di pasteurisasi. Pada tahap ini
susu mulai dipanaskan hingga suhu sekitar 65 0C dalam waktu beberapa detik.
3. Pasteurisasi
Tahap pasteurisasi pada proses pembuatan susu UHT adalah dengan jalan
memanaskan susu pada suhu sekitar 80 – 90 0C selama beberapa detik. Tujuan
dari pasteurisasi adalah untuk membebaskan susu dari mikrobia patogen sehingga
susu aman untuk dikonsumsi. Pasteurisasi juga dimaksudkan untuk menurunkan
jumlah total mikrobia khususnya yang merugikan sehingga dapat memperpanjang
daya simpan produk susu tersebut.
4. Homogenisasi
Setelah pasteurisasi susu selesai dilakukan, tahap selanjutnya adalah
homogenisasi. Proses homogenisasi susu dilakukan pada tekanan sekitar 2900 psi.
Proses homogenisasi bertujuan untuk menyeragamkan besarnya globula – globula
lemak susu.
5. Sterilisasi
Universitas Sumatera Utara
Tujuan utama sterilisasi adalah membunuh seluruh bakteri baik pathogen
maupun non pathogen dan menurunkan jumlah spora bakteri agar susu dapat
disimpan dalam jangka waktu yang lama tanpa pendinginan. Pada tahap ini susu
homogen yang dihasilkan setelah homogenisasi kemudian diteruskan ke PHE
(“Plate Heat Exchange”) dan dipanaskan pada suhu 135 – 140 0C selama 3 – 5
detik. Proses sterilisasi merupakan pemanasan utama (main heating) pada
pembuatan susu UHT. Sterilisasi UHT menyebabkan kehilangan sejumlah
vitamin C, asam folat, vitamin B12 dan kira – kira 20% tiamin serta menyebabkan
denaturasi protein – protein serum sampai 70%, terutama hemoglobin. Denaturasi
protein – protein yang mudah larut menyebabkan susu berwarna lebih putih.
6. Regenerasi
Setelah susu dipanaskan melalui proses sterilisasi, kemudian susu segera
didinginkan melalui tahap regenerasi. Pada tahap ini suhu susu diturunkan hingga
suhu 280 C.
7. Pengisian (“filling”)
Tahap terakhir dari proses pembuatan susu UHT adalah susu steril yang
dihasilkan segera dikemas melalui tahap “filling” kedalam wadah yang disediakan
dan telah disterilkan (Legowo, 2005). Wadah utama yang digunakan harus
melindungi produk dari kontaminasi, memantapkan kandungan air dan lemaknya,
mencegah bau dan benturan, memudahkan transportasi atau pengangkutan dan
lain – lain.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Lemak
Lemak adalah senyawa kimia yang larut dalam pelarut organik dan tidak
larut dalam air. Salah satu sifat yang khas dari golongan lipida (lemak dan
minyak) adalah daya larutnya dalam pelarut organic (misalnya, eter, benzene dan
kloroform). Lemak dan minyak secara kimiawi adalah trigliserida yang
merupakan bagian terbesar kelompok lipida (Amalia, 2012).
Trigliserida ini merupakan senyawa hasil kondensasi satu molekul gliserol
dan tiga molekul asam lemak yang lain. Di alam, bentuk gliserida dan
monogliserid yang dibuat dengan sengaja dari hidrolisa tidak lengkap. Trigliserida
hanya dipakai dalam teknologi makanan sebagai pengelmulsi dan penstabil
(Ketaren, 2008).
Secara umum lemak diartikan sebagai trigliserida yang pada suhu ruang
dalam keadaan padat, sedangkan minyak adalah trigliserida dalam suhu ruang
berbentuk cair. Secara lebih pasti tidak ada hambatan yang jelas untuk
membedakan minyak dan lemak (Amalia, 2012).
Yang dimaksud dengan lemak disini adalah suatu ester asam lemak dengan
gliserol. Gliserol adalah suatu trihidroksi alcohol yang terdiri atas tiga atom
karbon. Jadi tiap atom karbon mempunyai gugus –OH. Satu molekul gliserol
dapat mengikat satu, dua atau tiga molekul asam lemak dalam bentuk ester, yang
disebut monogliserida, digliserida dan trigliserida (Poedjadi, 1994).
Universitas Sumatera Utara
O
O CH2 - OH H2C – O – C – R1
O
3R-C + CH – OH HC - O – C – R2 + 3H2O
O
OH CH2 – OH H2C - O – C – R3
Asam lemak Gliserol Triasilgliserida Air
Gambar 2.1 Struktur trigliserida
Lemak dan minyak mempunyai struktur kimia umum yang sama. Dalam
penggunaan secara umum, kata lemak (‘fat”) dipakai untuk menyebut trigliserida
dalam bentuk padat pada suhu udara biasa. Lemak mengandung sejumlah besar
asam-asam lemak jenuh yang terdistribusi diantara trigliserida-trigliserida.
Adanya asam-asam lemak tidak jenuh akan menyebabkan lebih rendahnya titik
lincir (“slip point”) yaitu suhu dimana lemak atau minyak mulai mencair. Pada
umumnya, lemak diperoleh dari bahan hewani (Amalia, 2012)
Minyak atau lemak mengandung asam-asam lemak esensial seperti asam
linoleat, linolenat dan arakionat yang dapaat mencegah penyempitan pembuluh
darah akibat penumpukan kolesterol. Minyak dan lemak juga berfungsi sebagai
sumber dan pelarut bagi vitamin A, D, E dan K (Winarno, 1995).
Minyak dan lemak hampir terdapat disemua bahan pangan dengan
kandungan yang berbeda-beda. Tetapi lemak dan minyak sering kali ditambahkan
dengan sengaja ke bahan makanan dengan berbagai tujuan. Penambahan lemak
dimaksudkan untuk menambah kalori serta memperbaiki tekstur dan cita rasa
Universitas Sumatera Utara
bahan pangan. Lemak yang ditambahkan ke dalam bahan pangan atau dijadikan
bahan pangan membutuhkan persyaratan dan sifat-sifat tertentu. Berbagai bahan
pangan seperti daging, ikan, telur, ternak susu, apokat, kacang tanah dan beberapa
jenis sayuran mengandung lemak atau minyak yang biasanya termakan bersama
bahan tersebut. Lemak dan minyak tersebut dikenal sebagai lemak tersembunyi
(invisible fat), sedangkan minyak atau lemak yang telah diekstraksi dari bahan
nabati dan dimurnikan dikenal sebagai lemak biasa atau lemak kasat mata (visible
fat) (Poedjadi, 1994).
Lemak dan minyak termasuk dalam kelompok senyawa yang disebut lipida,
yang pada umumnya mempunyai sifat sama yaitu tidak larut dalam air. Dalam
penanganan dan pengolahan bahan pangan, perhatian lebih banyak ditujukan pada
suatu bagian lipida, yaitu trigliserida. Lemak merupakan bahan padat pada suhu
kamar, diantaranya disebabkan kandungannya yang tinggi akan lemak jenuh yang
secara kimia tidak mengandung ikatan rangkap, sehingga mempunyai titik lebur
yang lebih tinggi (Amalia, 2012).
2.3.1 Pengertian Lemak
Lemak adalah senyawa kimia yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam
pelarut organik. Lemak adalah campuran trigliserida. Trigliserida terdiri atas satu
molekul gliserol yang berikatan dengan tiga molekul asam lemak. Digliserida
terdiri dari gliserol yang mengikat dua molekul asam lemak sedangkan
monogliserida hanya memiliki satu asam lemak (Amalia, 2012).
Trigliserida dapat berwujud padat atau cair, dan hal ini tergantung dari
komposisi asam lemak yang menyusunnya. Sebagian besar minyak nabati
Universitas Sumatera Utara
berbentuk cair karena mengandung sejumlah asam lemak tidak jenuh, yaitu asam
oleat, linolleat atau asam linolenat dengan titik cair yang rendah. Lemak hewan
pada umumnya berbentuk padat pada suhu kamar karena bamyak mengandung
asam lemak jenuh, misalnya asam palmitat dan stearat yang mempunyai titik cair
lebih tinggi (Ketaren, 2008).
Dalam tubuh, lemak berfungsi sebagai sumber energi yang efisien secara
langsung dan secara potensial bila disimpan dalam jaringan adiposa. Lemak
berfungsi sebagai penyekat panas dalam jaringan subkutan dan sekeliling organ-
organ tertentu (Handajani, 2010 ).
Lemak berguna sebagai bahan cadangan dan bahan pembakaran yang
sewaktu-waktu dapat digunakan, lemak juga berguna untuk melindungi bagian –
bagian tubuh kita yang halus dan melindungi ujung-ujung tulang, itulah sebabnya
pada persendian – persendian terdapat lemak, agar pergeseran antara tulang –
tulang itu lebih lancar (Amalia, 2012).
2.3.2 Pembagian Lemak
Pada dasarnya ada 3 bentuk lemak dalam jaringan tubuh manusia atau
hewan yaitu trigliserida, phosphilipida dan sterol. Dalam pangan atau jaringan,
lemak tersusun sebagian besar atas trigliserida (95 – 98%), dan sisanya
phospholipid dan cholesterol. Ada pembagian lain mengenai minyak yaitu:
a. Simple Fat (Lemak sederhana/Lemak Bebas)
Lebih dari 95% lemak terdiri atas trigliserida yang terbagi menjadi 2 jenis,
yaitu asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh.
b. Lemak Ganda
Universitas Sumatera Utara
Lemak ganda mempunyai komposisi lemak bebas ditambah dengan
senyawa kimia lain. Jenis lemak meliputi:
1. Phospholipid, merupakan komponen membrane sel, komponen dan
struktur otak, jaringan saraf, bermanfaat untuk penggumpalan darah,
lechitin termasuk phospholipid.
2. Glycolipid, mempunyai ikatan dengan karbohidrat dan nitrogen.
3. Lipoprotein, terdiri atas HDL (Hihg Density Lipoprotein), LDL (Low
Density Lipoprotein) dan VLDL (Very Low Density Lipoprotein)
(Amalia, 2012).
c. Derivat Lemak
Yaitu senyawa yang dihasilkan dari proses hidrolisis lipid, contohnya
lemak, gliserol dan sterol.
Berdasarkan proses pembentukannya, lemak digolongkan menjadi dua ,
yaitu:
1. Lemak esensial (tidak dapat dihasilkan oleh tubuh
2. Lemak nonesensial (dapat dihasilkan oleh tubuh melalui proses
interkonvensi bahan makanan) (Amalia, 2012).
Penggolongan lipid atau lemak berdasarkan komponen kerangkan
hidrokarbon penyusun makromolekulnya dapat dilihat pada tabel. 1.2
Tabel 2. Penggolongan lipid atau lemak berdasarkan komponen kerangka hidrokarbon penyusun makromolekulnya
Macam Lipid/Lemak Unit Kerangka
Hidrokarbon Komponen
Triggliserida/triasilgliserol/ Gliserol Gliserol dan asam
Universitas Sumatera Utara
lemak netral lemak
Fosfogliserida Gliserol-3-P Gliserol, asama lemak, dan P
Spingolipid Spingosin Asam lemak/turunan dan spingosin/turunannya
Malam/wax Polialkohol/poliol Isoprena
Steroid Perhidroksisiklopentanofenantrena (fenantrena)
Sterol
Terpen Poli-isoprena Isoprena
Prostaglandin Turunan asam prostanoat Asam prostanoat
(Hawab, 2003).
2.3.3 Sifat Lemak
Berat jenis lemak lebih rendah dari air, oleh karena itu mengapung ke atas
dalam campuran air dan minyak atau cuka dan minyak. Sifat fisik trigliserida oleh
proporsi dan struktur kimia asam lemak yang membentuknya (Almatsier, 2009).
a. Kelarutan
Lemak dan minyak tidak larut dalam air, namun karena pengemulsi
mengandung zat sehingga terbentuk campuran yang stabil antara lemak dan air.
Campuran ini dinamakan emulsi. Emulsi ini dapat berupa emulsi lemak dalam air,
misalnya susu, atau air dalam lemak, misalnya mentega (Amalia, 2012).
Lemak dan minyak larut dalam pelarut organik seperti minyak tanah, eter
dan karnon tetraklorida. Pelarut-pelarut tipe ini dapat digunakan untuk
menghilangkan kotoran oleh gemuk pada pakaian (Amalia, 2012).
Universitas Sumatera Utara
b. Pengaruh Panas
Jika lemak dipanaskan, akan terjadi perubahan-perubahan nyata pada tiga
titik suhu.
1. Titik cair
Lemak mencair jika dipanaskan, karena lemak adalah campuran trigliserida
mereka tidak mempunyai titik cair yang jelas tetapi akan mencair pada suatu
rentang suhu. Suhu pada saat lemak terlihat mencair disebut titik lincir.
Kebanyakan lemak mencair pada suhu antara 300 C dan 400 C. Titik cair lemak
adalah di bawah suhu udara biasa (Amalia, 2012).
2. Titik asap
Jika lemak dan minyak dipanaskan sampai suhu tertentu, dia akan mulai
mengalami dekomposisi. Menghasilkan kabut berwarna biru atau menghasilkan
asap dengan bau karakteristik yang menusuk. Kebanyakan minyak dan lemak
mulai berasap pada suhu di atas 2000 C. Titik asap bermanfaat dalam menentukan
lemak atau minyak yang sesuai untuk keperluan menggoreng (Amalia, 2012).
3. Titik nyala
Jika lemak dipanaskan hingga suhu yang sangat tinggi, dia akan menyala.
Suhu ini dikenal sebagai titik nyala. Minyaka yang termakan jangan dimatikan
dengan air karena akan menyebarkan atau memperluas kebakaran. Matikan alat
pemanas dan oksigen dihentikan dengan menutup wadah minyak yang terbakar
dengan tutup/selimut (Amalia, 2012).
Universitas Sumatera Utara
c. Plastisitas
Lemak bersifat plastis pada suhu tertentu, lunak dan dapat dioleskan.
Plastisitas lemak disebabkan karena lemak merupakan campuran trigliserida yang
masing-masing mempunyai titik cair sendiri-sendiri. Ini berarti bahwa pada suatu
suhu, sebagian dari lemak akan cair dan sebagian lagi akan berbentuk kristal-
kristal padat. Lemak yang mengandung kristal-kristal kecil, akibat proses
pendinginan cepat selama proses pengolahannya akan memberikan sifat lebih
plastis (Amalia, 2012).
Rentang suhu dimana lemak menunjukkan waktu plastis dikenal dengan
rentang suhu plastis (“plastis range”) lemak tersebut. Suatu campuran trigliserida
dengan rentang titik cair yang lebar akan membentuk lipida dengan rentang sifat
plastis yang lebar pula (Amalia, 2012).
2.3.4 Fungsi Lemak
a. Energi atau Zat Tenaga
Sebagai zat tenaga atau sumber energi, lemak dapat menghasilkan 2 ¼ kali
lebih banyak dari karbohidrat dari protein. Apabila simpanan lemak terjadi secara
berlebihan sampai melebihi 20% dari berat badan normal maka ada kecendrungan
obesitas (Amalia, 2012).
Lemak dipecah (diuraikan) dalam tubuh oleh proses oksidasi dan energi
dibebaskan. Lemak mempunyai nilai kalori lebih dari dua kali karbohidrat
sehingga menjadi sumber energi yang lebih tinggi. Untuk orang yang kebutuhan
energinya tinggi, sebaiknya memasukkan sejumlah lemak dalam susunan
Universitas Sumatera Utara
makanannya, sehingga dapat mengurangi volume makanan yang harus dimakan
(Amalia, 2012).
Sebagai simpanan lemak, lemak merupakan cadangan energi tubuh paling
besar. Simpanan ini berasal dari konsumsi berlebihan salah satu atau kombinasi
zat-zat energi: karbohidrat, lemak dan protein. Lemak tubuh pada umunya
disimpan sebagai berikut: 50% di jaringan bawah kulit (subkutan), 45% di
sekeliling organ dalam perut, dan 5% di jaringan intramuskuler (Almatsier, 2009).
b. Pembentuk Jaringan Adipose
Kelebihan lemak yang tidak segera diperlukan akan disimpan dalam
jaringan adipose, dimana jaringan adipose mempunyai tiga fungsi yaitu:
i. lemak disimpan dengan cara ini untuk penyusun cadangan energi.
ii. lemak dalam jaringan adipose dibawah kulit membentuk lapisan isolator
panas dan membantu mencegah kehilangan panas yang berlebihan dari
dalam tubuh. Ini akan membantu menjaga agar suhu tubuh tetap.
iii. lemak disimpan dalam jaringan adipose sekitar organ yang peka seperti
ginjal untuk melindungi organ ini dari kerusakan fisik (Amalia, 2012).
c. Pembentuk Struktur Tubuh
Secara normal, lemak akan disimpan dibawah kulit dan disekeliling organ
tubuh. Dengan demikian, lemak berfungsi sebagai bantalan pelindung dan
menunjang letak organ tubuh. Selain itu, simpanan lemak bawah kulit dapat
melindungi kehilangan panas dalam tubuh dan menjaga suhu tubuh tetap stabil
(Amalia, 2012).
d. Asam – Asam Lemak Esensial
Universitas Sumatera Utara
Beberapa asam lemak mutlak diperlukan oleh tubuh manusia agar berfungsi
normal. Senyawa ini harus tersedia pada lemak dalam susunan makanan, karena
senyawa – senyawa itu tidak dapat disintesis dalam tubuh. Asam – asam lemak
esensial tersebut meliputi asam-asam linoleat, linolenat dan arakidonat, yang
pernah disebut vitamin F (Amalia, 2012).
e. Protein Sparer
Apabila lemak dan karbohidrat dapat memenuhi kebutuhan energi maka
penggunaan protein untuk menghasilkan energi yang dihemat. Dengan demikian,
fungsi protein sebagai zat pembangun dan pemelihara jantung yang dioptimalkan
(Amalia, 2012).
f. Memelihara Suhu Tubuh
Lapisan lemak di bawah kulit (50%) mengisolasi tubuh dan mencegah
kehilanagan panas tubuh secara cepat, dengan demikian lemak berfungsi juga
dalam memelihara suhu tubuh (Almatsier, 2009).
g. Pelindung Organ Tubuh
Lapisan lemak yang menyelubungi organ – organ tubuh seperti jantung, hati
dan ginjal membantu menahan organ – organ tersebut tetap di tempatnya dan
melindunginya terhadap benturan benda lain (Amalia, 2012).
h. Memberi Rasa Kenyang dan Kelezatan
Lemak memperlambat sekresi asam lambung dan memperlambat
pngosongan lambung sehingga lemak memberikan rasa kenyang lebih lama.
Disamping itu, lemak memberi tekstur yang disukai. Lemak dalam pangan juga
Universitas Sumatera Utara
berfungsi untuk meningkatkan palabilitas (rasa enak, lezat). Sebagian besar
senyawa atau zat yang bertanggung jawab terhadap flavor pangan bersifat larut
dalam lemak (Amalia, 2012).
i. Alat Angkut Vitamin Larut Lemak
Lemak mengandung vitamin larut lemak tertentu. Lemak susu dan minyak
ikan laut tertentu mengandung vitamin A dan D dalam jumlah berarti. Hampir
semua minyak nabati merupakan sumber vitamin E. Minyak kelapa sawit
mengandung banyak karotenoid (provitamin A). Lemak membantu transportasi
dan absorpsi vitamin lemak yaitu A, D, E dan K (Almatsier, 2009).
2.3.5 Sumber Lemak
Sumber utama lemak adalah minyak tumbuh-tumbuhan (minyak kelapa,
kelapa sawit, kacang tanah, kacang kedelai, jagung dan sebagainya), mentega,
margarin, dan lemak hewan (lemak daging dan ayam). Sumber lemak lain adalah
kacang-kacangan, biji-bijian, daging dan ayam gemuk, krim, susu, keju dan
kuning telur, serta makanan yang dimasak dengan lemak atau minyak. Sayur dan
buah (kecuali apokat) sangat sedikit mengandung lemak. Kadar lemak beberapa
bahan makanan dapat dilihat pada tabe1 2.
Tabel 3. Nilai lemak berbagai bahan makanan (gram/100gram)
Bahan makanan Nilai Lemak
Bahan makanan Nilai Lemak
Minyak kacang tanah
Minyak kelapa sawit
Minyak kelapa
100,0
100,0
98,0
Lemak sapi
Mentega
Margarin
90,0
81,6
81,0
Universitas Sumatera Utara
Ayam
Daging sapi
Telur bebek
Telur ayam
Sarden dalam kaleng
Tawes
Ikan segar
Udang segar
Kacang tanah terkelupas
Kelapa tua, daging
Kacang kedelai, kering
Tahu
Tempe kacang kedelai murni
25,0
14,0
14,3
11,5
27,0
13,0
4,5
0,2
42,8
34,7
18,1
4,6
4,0
Cokelat manis, batang
Tepung susu
Keju
Susu kental manis
Susu sapi segar
Tepung susu skim
Biskuit
Mie kering
Jagung kuning, pipil
Roti putih
Beras setengah giling
Ketela pohon (singkong)
Apokat
Durian
52,9
30,0
20,3
10,0
3,5
1,0
14,4
11,8
3,9
1,2
1,1
0,3
6,5
3,0
(Almatsier, 2009).
Lemak tumbuh-tumbuhan mengandung sejumlah kecil dari zat-zat yang
lain. Minor substituen ini meliputi pospattida (pospolipida), sterol, vitamin,
antioksidan, zat warna atau pigmen dan di dalam beberapa lemak mengandung
juga hidrokarbon dan zat yang lain yang tak diketahui yang turut serta dalam
menyusun lemak. Juga minyak yang masih kotor yang diperoleh dari tumbuh-
tumbuhan dapat mengandung hasil-hasil dari hidrolisis trigliserida yang sederhana
yang disebut asam lemak bebas, gliserol, mono dan digliserida yang merupakan
hasil hidrolisis sebagian. Berat minor substituen kurang daripada 5% dari berat
Universitas Sumatera Utara
lemak di dalam kebanyakan lemak dan minyak kotor tumbuh-tumbuhan
(Sastrohamidjojo, 2005).
2.3.6 Kelebihan dan Kekurangan Konsumsi Lemak
a. Kelebihan Konsumsi Lemak
Konsumsi lemak yang dianjurkan adalah 30% atau kurang dari total yang
dibutuhkan. Konsumsi lemak total yang terlalu tinggi (lebih dari 40% dari
konsumsi energi) dapat menimbulkan penyakit obesitas, darah tinggi dan
ateroskerosis (penggumpalan lemak pada dinding arteri). Lemak kemudian
mengental, mengeras dan akhirnya mempersempit saluran arteri sehingga
mengurangi suplai oksigen maupun darah ke organ-organ tubuh. Timbunan lemak
yang mengeras pada dinding arteri disebut plak. Bila plak menutupi saluran arteri
sepenuhnya, jaringan yang disuplai oleh arteri akan mati (Amalia, 2012).
Bila arteri jantung tersumbat, maka akan terkena serangan jantung, gagal
jantung dan orama jantung abnormal. Jika arteri otak tersumbat, maka akan
menyebabkan terkena stroke, baik stroke ringan maupun berat, penyebabnya
adalah terlalu banyak kolesterol (Amalia, 2012).
Kadar kolesterol darah yang meningkat berpengaruh tidak baik untuk
jantung dan pembuluh darah. Faktor makanan yang paling berpengaruh terhadap
kadar kolesterol darah, dalam hal ini Low Density Lipoprotein/LDL, adalah lemak
total, lemak jenuh dan energi total. Dengan mengurangi lemak total dalam
makanan, jumlah energi total akan ikut berkurang. Jenis lemak yang dikurangi ini
hendaknya lemak jenuh. Kolesterol makanan sebetulnya hanya sedikit
meningkatkan kolesterol makanan, tergantung jumlah kolesterol yang dimakan
Universitas Sumatera Utara
dan kemampuan tubuh untuk menurunkan kolesterol darah menurut perioritas
adalah jumlah lemak, lemak jenuh dan kolesterol (Almatsier, 2009).
b. Kekurangan Konsumsi Lemak
Telah dilakukan penelitian bahwa difisiensi asam lemak selain
menyebabkan gangguan pertumbuhan juga dapat menyebabkan dermatis
(penyakit kulit). Menurunkan efisiensi energi dan menyebabkan gangguan
transportasi lipid dalam tubuh. Kemudian minuman bagi tubuh adalah kira-kira
2% dari kebutuhan kalori, jika kelebihan akan berbahaya (Amalia, 2012).
2.3.7 Lemak Susu
Lemak susu terutama terdiri atas triasilgliserol yang terdapat dalam bentuk
emulsi dimana butiran halus lemak diselubungi oleh membran yang terdiri atas
protein, fosfolipida dan kolesterol yang mencegah butiran-butiran lemak tersebut
menyatu. Butiran lemak ini juga mengandung sedikit ester kolesterol, vitamin
larut lemak, terutama vitamin A, D, dan beta karoten (Almatsier, 2009).
Lemak atau lipid terdapat di dalam susu dalam benuk jutaan bola kecil yang
bergaris tengah 1-20μ dengan garis tengah rata-rata 3μ. Biasanya terdapat kira-
kira 1000 x 106 butiran lemak dalam setial ml susu. Butiran-butiran ini
mempunyai daerah permukaan yang luas dan hal tersebut menyebabkan susu
mudah dan cepat menyerap flavor asing. Kira-kira 98-99% dari lemak susu
berbentuk trigliserida dimana tiga molekul asam lemak diesterifikasikan terhadap
gliserol. Monogliserida dan digliserida berisi satu atau dua asam lemak yng
dihubungkan pada gliserol dan jumlahnya di dalam susu, dapat mencapai kira-kira
0,5% digliserida dan 0,04% monogliserida (Amalia, 2012).
Universitas Sumatera Utara
Di dalam air susu, lemak terdapat sebagai emulsi minyak dalam air. Bagian
lemak tersebut dapat terpisah dengan mudah karena berat jenisnya yang kecil.
Karena mempunyai luas permukaan yang sangat besar, reaksi-reaksi kimia mudah
sekali terjadi dipermukaan perbatasan antara lemak dan mediumnya (Adnan,
1984).
Kerusakan yang dapat terjadi pada lemak susu merupakan sebab dari
berbagai perkembangan flavor yang menyimpang dalam produk-produk susu,
seperti:
a. ketengikan, karena disebabkan oleh hidrolisa dan gliserida dan pelepasan
asam lemak seperti butiran dan kaproat, yang mempunyai bau yang keras,
khas dan tidak menyenangkan.
b. tallowinnes, yang disebabkan karena oksidasi asam lemak tak jenuh.
c. flavor teroksidasi yang disebabkan karena oksidasi fosfolipid.
d. amis/bau, seperti ikan yang disebabkan karena oksidasi dan reaksi hidrolisis
(Amalia, 2012).
Lemak susu dapat diekstraksi dengan zat pelarut. Bila zat pelarutnya
diuapkan akan didapatkan campuran dari berbagai macam lemak. Secara
kuantitatif lemak tersusun oleh 98-99% trigliserida yang terdapat dalam globula
lemak, 0,2-1,0% phospholipida yang terdapat dalam membran material dan
sebagian dalam serum. Sisanya adalah sterol, yang kadarnya berkisar antara 0,25-
0,40% (Adnan, 1984).
Universitas Sumatera Utara
2.4 Sebab-Sebab Kerusakan Lemak
a. Penyerapan Bau (Tranting)
Salah satu kesulitan dalam penanganan dan penyimpanan bahan pangan
adalah usaha untuk mencegah pencemaran oleh bau yang berasal dari bahan
pembungkus, cat, bahan bakar atau pencemaran bau yang berasal dari bahan
pangan lain yang disimpan dalam wadah yang sama, terutama terjadi pada bahan
pangan berkadar lemak tinggi (Ketaren, 2008).
Lemak bersifat mudah menyerap bau. Apabila bahan pembungkus dapat
menyerap lemak, maka lemak yang terserap ini akan teroksidasi oleh udara
sehingga rusak dan berbau. Bau dari bagian lemak yang rusak ini akan diserap
oleh lemak yang ada di dalam bungkusan yang mengakibatkan seluruh lemak
menjadi rusak (Amalia, 2012).
b. Kerusakan Oleh Enzim
Lemak nabati dan minyak nabati hasil ekstraksi dari biji-bijian atau buah
yang disimpan dalam jangka waktu yang panjang dan terhindar dari proses
oksidasi, ternyata mengandung bilangan asam yang tinggi. Hal ini terutama
disebabkan oleh kontaminasi mikroba (Ketaren, 2008).
c. Kerusakan Oleh Mikroba
Kerusakan lemak oleh mikroba biasanya terjadi pada lemak yang masih
dalam jaringan dan dalam bahan pangan berlemak. Mikroba yang merusak lemak
dengan menghasilkan cita rasa tidak enak, disamping itu akan menghasilkan
perubahan warna yang tidak bagus (Amalia, 2012).
d. Hidrolisis
Universitas Sumatera Utara
Dengan adanya air, lemak akan terhidrolisis menjadi gliserol dan asam
lemak. Reaksi ini dipercepat oleh basa, asam dan enzim-enzim. Dalam teknologi
makanan, hidrolisis oleh enzim lipase sangat penting karena enzim tersebut
terdapat pada semua jaringan yang mengandung lemak. Dengan adanya lipase
lemak akan diuraikan sehingga kadar asam lemak bebas lebih dari 10%. Hidrolisis
sangat mudah terjadi dalam lemak dengan asam lemak rendah (Amalia, 2012).
e. Oksidasi dan Ketengikan
Kerusakan lemak yang utama adalah timbul bau dan rasa tengik yang
disebut proses ketengikan. Hal ini disebabkan oleh autooksidasi radikal asam
lemak tidak jenuh dalam lemak. Proses ketengikan sangat dipengaruhi dengan
adanya prooksidan dan antioksidan. Prooksidan akan mempercepat terjadinya
oksidasi, sedangkan antioksidan akan menghambatnya. Penyimpanan lemak yang
baik adalah dalam tempat yang tertutup, gelap dan dingin. Wadah lebih baik
terbuat dari aluminium atau stainless steel. Lemak harus dihindarkan dari logam
besi atau tembaga. Adanya antioksidan dalam lemak akan mengurangi kecepatan
proses oksidasi (Amalia, 2012).
2.4 Analisa Lemak
2.4.1 Ekstraksi
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif
dari simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau
hampir semua pelarut duapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan
sedemikian rupa hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Dirjen POM,
1995).
Universitas Sumatera Utara
Ekstraksi adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak dari
bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak. Adapun cara ekstraksi ini
bermacam-macam yaitu rendering (rendering basah dan rendering kering),
pengepresan mekanik dan ekstraksi pelarut (Amalia, 2012).
2.4.2 Ekstraksi Pelarut
Prinsip dari proses ini adalah ekstraksi dengan melarutkan minyak dalam
pelarut minyak dan lemak. Pelarut minyak dan lemak yang biasa digunakan dalam
proses ekstraksi dengan pelarut menguap adalah petrolium eter, gasoline karbon
disulfida, karbon tetraklorida, benzen dan n-heksan. Perlu diperhatikan bahwa
jumlah pelarut menguap atau hilang tidak boleh lebih dari dari 5%. Bila lebih,
seluruh sistem ekstraksi pelarut perlu diteliti lagi (Ketaren, 2008).
2.4.3 Gravimetri
Analisis gravimetri atau analisis kuantitatif berdasarkan bobot, adalah
proses isolasi serta penimbangan suatu unsur atau suatu senyawa tertentu dari
unsur tersebut, dalam bentuk yang semurni mungkin. Unsur atau senyawa itu
dipisahkan dari suatu porsi zat yang sedang diselidiki, yang telah ditimbang.
Pemisahan unsur atau senyawa dapat dicapai dengan beberapa metode, yang
terpenting darinya adalah :
a. Pengendapan
b. Metode penguapan atau pembebasan (gas)
c. Metode elektroanalisis
d. Metode ekstraksi dan kromatografi
Universitas Sumatera Utara
Kekurangan dari metode ini adalah bahwa metode gravimetri umumnya lebih
banyak memakan waktu.
Suatu metode analisis yang ideal memungkinkan suatu spesi ditetapkan
langsung dalam berbagai matrik-matrik (lingkungan zat-zat lain dan sebagainya).
Namun, pengukran-pengukuran analisis hanya sedikit, kalau ada yang benar-benar
spesifik untuk suatu spesi tunggal.
Gravimetri merupakan cara pemeriksaan jumlah zat yang paling tua dan
paking sederhana dibandingkan dengan cara pemeriksaan kimia lainnya.
Kesederhanaa itu jelas kelihatan karena dalam gravimetri jumlah zat ditentukan
dengan menimbang langsung massa zat yang dipisahkan dari zat-zat lan. Pada
dasarnya, pemisahan zat dilakukan dengan cara sebagai berikut. Mula-mula
cuplikan zat yang dilarutkan dalam pelarut yang sesuai, lalu ditambahkan zat
pengendap. Endapan yang terbentuk disaring, dicuci, dikeringkan atau dipijarkan
dan setelah dingin ditimbang. Kemudian jumlah zat yang ditentukan dihitung dari
faktor stoikiometrinya. Hasil disajikan sebagai persentase bobot zat dalam
cuplikan semula (Amalia, 2012).
Proses-proses dari analisis kadar lemak/minyak adalah sebagai berikut:
1. Pengeringan Bahan
Pelarut non polar tidak dapat dengan mudah berpenetrasi pada jaringan
contoh basah. Pengeringan dengan oven vakum pada suhu rendah dan pengering
beku, hal ini baik digunakan untuk meminimumkan oksidasi lemak. Pengeringan
pada oven bersuhu 70-800C. Pengeringan suhu tinggi dilakukan pada beberapa
Universitas Sumatera Utara
lemak yang berikatan dengan protein dan karbohidrat sehingga lemak tidak
mudah terekstrak. Pengeringan ini memecah emulsi minyak dan air.
2. Pengecilan Ukuran Partikel Contoh
Bahan dikeringkan terlebih dahulu sebelum dilakukan pengecilan ukuran.
Pengecilan ukuran secara mekanikal misalnya dengan blender atau mortal
biasanya menghasilkan partikel berukuran 40-60 mesh (dengan ayakan). Tujuan
dari pengecilan ukuran ini adalah untuk memperluas permukaan sehingga
ekstraksi lemak lebih efisien.
3. Hidrolisis dengan Asam (Acid Hydrolysis)
Lemak dalam susu, roti, tepung, dan produk hewani berikatan dengan
protein dan karbohidrat sehingga ekstraksi langsung dengan pelarut non polar
tidak efisien. Tujuan dari hidrolisis asam ini adalah untuk memecah lemak dengan
protein dan karbohidrat atau ekstraksi lipid.
Cara hidrolisis ini adalah pertama-tama sampel ditambahkan 10 ml HCl
dan dipanaskan dalam penangas air pada suhu 650 C selama 15-25 menit (larutan
bening). Syarat pelarut yang ideal untuk hidrolisis ini adalah sebagai berikut.
a. Daya melarutkan lemak tinggi dan daya melarutkan rendah (tidak melarutkan)
terhadap protein, asam amino, dan karbohidrat.
b. Mudah diuapkan dan tidak meninggalkan residu
c. Mempunyai titik didih yang rendah dan lebih kecil dari air
d. Tidak toksik dan tidak mudah terbakar dalam bentuk cair dan uap
e. Mudah berpenetrasi dalam partikel contoh
f. Murah
Universitas Sumatera Utara
Pemilihan pelarut dalam hidrolisis ini sangat tergantung lipida yang akan
diekstraksi. Jika yang akan diekstraksi adalah trigliserida (non polar) maka
pelarutnya non polar yaitu heksan, petroleum eter, dietil eter. Jika lipidanya
glikolipida (polar) maka pelarutnya polar yaitu alkohol. Jika lipidanya lesitin
maka pelarutnya sedikit asam yaitu alkohol. Jika lipidanya fosfatidil-serin (polar,
asam) maka pelarutnya kloroform (sedikit polar dan basis).
Pelarut yang umum digunakan adalah etil eter, petroleum eter/ heksana,
dan butanol serta air. Karakteristik etil eter adalah titik didih 34,60C, melarutkan
lemak baik dari petroleuum eter, lebih mahal, agak berbahaya karena mudah
meledak dan terbakar, higroskopis, mampu melarutkan lipida yang telah
mengalamii oksidasi, cenderung membentuk peroksida dengan lipid, serta dapat
melarutkan gula. Petroleum eter/heksana banyak digunakan karena murah, tidak
berbahaya, dan lebih selektif dalam pelarutan lipida non polar. Sedangkan butanol
dan air digunakan untuk mengekstraksi dari terigu, bekatul (Dina, 2013).
Ada berbagai macam metode yang dapat digunakan dalam menganalisis
lemak/minyak. Berikut adalah penjelasan masing-masing metode.
1. Metode Ekstraksi Soxhlet
Metode analisis kadar lemak secara langsung dengan cara mengekstrak
lemak dari bahan dengan pelarut organik non polare seperti heksana, petroleum
eter, atau dietel eter. Ekstraksi lemak dilakukan dengan cara refluks pada suhu
yang sesuai dengan titik didih pelarut yang digunakan. Proses refluks ini adalah
pelarut secara berkala akan merendam contoh dan mengekstrak lemak/minyak
Universitas Sumatera Utara
yang ada pada contoh. Refluks dihentikan sampai pelarut yang merendam contoh
sudah berwarna jernih atau sudah tidak ada lagi lemak/minyak yang terlarut.
Jumlah lemak/minyak pada contoh diketahui dengan menimbang lemak
setelah pelarut diuapkan. Jumlah lemak per berat bahan yang diperoleh
menunjukkan kadar lemak kasar (crude fat) yaitu komponen yang terekstrak oleh
pelarut organik tidak hanya lemak/minyak, tetapi juga komponen lain yang larut
pelarut organik seperti vitamin larut lemak (A, D, E, dan K) serta karotenoid.
Metode ini dapat diaplikasikan untuk hampir semua bahan pangan. Bahan
pangan tidak banyak mengandung air (tepung atau produk kering lainnya) dapat
langsung dianalisis. Bahan pangan bentuk utuh dan banyak mengandung air
seperti daging atau ikan perlu dihidrolisis dengan asam terlebih dahulu,
dikeringkan, diekstraksi dengan metode ekstraksi.
Metode soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru
yang umumnya sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut konstan
dengan adanya pendingin balik. Soxhlet terdiri dari pengaduk atau granul anti-
bumping, still pot (wadah penyuling, bypass sidearm, thimble selulosa, extraction
liquid, syphon arm inlet, syphon arm outlet, expansion adapter, condenser
(pendingin), cooling water in, dan cooling water out (Darmasih 1997).
Ada dua metode yang dapat digunakan dalam metode soxhlet ini, antara lain
sebagai berikut:
a. Metode Tanpa hidrolisis
Disiapkan labu lemak, dikeringkan dalam oven bersuhu 1050C selama
sekitar 15 menit. Didinginkan dalam desikator dan timbang. Ditimbang 1-2 gram
Universitas Sumatera Utara
contoh, dimasukkan ke dalam selongsong kertas saring yang dialasi dengan kapas.
Disumbat selongsong kertas yang berisi contoh dengan kapas, lalu dikeringkan
dalam oven pada suhu tidak lebih dari 800C selama ±1 jam. Dimasukkan ke dalam
alat soxhlet yang telah dihubungkan ke labu lemak. Diekstrak lemak dalam contoh
dengan pelarut (heksana atau petroleum eter) selama ±6 jam. Disuling pelarut dan
dikeringkan ekstrak lemak dalam oven pengering pada suhu 1050C. Didinginkan
pada desikator dan timbang dan diulangi pengeringan hingga beratnya
tetap/konstan.
b. Dengan hidrolisis
Ditimbang 1-2 gram contoh ke dalam gelas piala lalu ditambah 30 ml HCl
25% dan 20 ml air. Ditutup gelas piala dengan kaca arloji. Dididihkan selama 15
menit di ruang asam. Disaring dengan kertas saring dalam keadaan panas dan cuci
dengan air panas hingga tidak asam lagi. Dikeringkan kertas saring berikut isinya
pada suhu 1050C. Dilipat kertas saring yang telah kering dan lanjutkan dengan
proses ekstraksi pada tahap selanjtnya.
c. Tahap analisis kadar lemak
Disiapkan labu lemak dan dikeringkan dalam oven bersuhu 1050C selama
sekitar 15 menit. Didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Diambil kertas
saring kering hasil hidrolisis contoh dan dimasukkan ke dalam selongsong kertas
saring yang dialasi dengan kapas. Disumbat selongsong kertas yang berisi contoh
dengan kapas. Dimasukkan ke dalam alat soxhlet yang telah dihubungkan ke labu
lemak. Dimasukkan pelarut (heksana atau petroleum eter) sebanyak 150 ml.
Diekstrak lemak dalam contoh selama ±6 jam. Disuling pelarut dan dikeringkan
Universitas Sumatera Utara
ekstrak lemak dalam oven pada suhu 100C. Didinginkan pada desikator dan
ditimbang dan diulangi pengeringan hingga beratnya tetap/konstan (Dina, 2013).
Menurut Ketaren (2008), kadar lemak pada es krim dengan metode soxhlet
dapat dihitung dengan rumus:
Kadar lemak (%) = x 100%
B = Bobot labu dan ekstrak minyak (g).
A = Bobot labu kosong dan batu didih (g) (Ketaren, 2008)
Dalam penentuan kadar lemak, contoh yang diuji harus cukup kering. Jika
contoh masih basah maka selain memperlambat proses ekstraksi, air dapat turun
ke dalam labu suling (labu lemak) sehingga akan mempersulit penentuan berat
tetap dari labu suling (Ketaren, 2008).
2. Metode Babcock
Metode ini digunakan alam menentukan kadar lemak contoh cair atau pasta.
Metode ini sering digunakan untuk menentukan kadar lemak pada susu segar.
Lemak pada susu berada dalam bentuk emulsi O/W (lemak dalam air). Emulsi
pada susu dipecah dengan menggunakan asam kuat (seperti H2SO4), sentrifugasi
dan pemanasan. Lemak susu (bersifat non polar) akan terpisah dari komponen
susu lainnya yang bersifat polar.
Lemak susu akan berada di bagian atas permukaan contoh karena
densitasnya lebih rendah, sedangkan komponen polar contoh susu berada di
bagian bawah contoh karena densitasnya lebih tinggi. Contoh berbentuk pasta
seperti daging dan ikan segar perlu dilakukan proses penghancuran (digestion)
Universitas Sumatera Utara
menggunakan asam sulfat pekat dengan waktu yang lebih lama dibandingkan
contoh susu sehingga emak dari jaringan bahan akan keluar dengan optimal.
Cara dalam melakukan analisis kadar lemak metode Babcock pertama
adalah meletakkan contoh di dalam botol Babcock yang telah dikalibrasi. Botol
Babcock mempunyai skala pengukuran (satuan volume). Lemak yang terpisah
dari contoh dapat ditentukan dari volume yang tertera di skala. Lemak dari contoh
diekstrak dengan cara merusak emulsi (pada susu) atau merusak jaringan bahan
(pada bahan segar seperti ikan segar danolahan) menggunakan asam sulfat H2SO4)
yang dikombinasikan dengan sentrifugasi dan pemanasan. Lemak yang terpisah
dapat ditentukan volumenya dengan botol Babcock.
Asam sulfat yang digunakan berfungsi untuk merusak emulsi minyak.
Sedangkan sentrifugasi berfungsi untuk pemisahan yang lebih sempurna (Dina,
2013).
Universitas Sumatera Utara